25
Syaikh al-Islam Ibn Taimiyyah ISLAM YANG TERASINGKAN Penjelasan, Takhrij Hadits,dan Catatan Pinggir Oleh Mukhtar al-Jabaaliy Ghurbat al-Islam 1

Islam Yang Terasingkan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Islam Yang Terasingkan

Syaikh al-Islam Ibn Taimiyyah

ISLAM YANG TERASINGKAN Penjelasan, Takhrij Hadits,dan Catatan Pinggir Oleh Mukhtar al-Jabaaliy Ghurbat al-Islam

1

Page 2: Islam Yang Terasingkan

Judul Judul Asli

: Islam Yang Terasingkan : Ghurbat al-Islam

Penerbit : Darul Bayaariq 1993 M – 1414 H Penterjemah : Syamsuddin Ramadhan Editor : Achmad Saifullah Ghurbat al-Islam

2

Page 3: Islam Yang Terasingkan

DAFTAR ISI Mukaddimah 4 BIOGRAFI PENGARANG RISALAH 9 TIDAK BOLEH MENINGGALKAN ISLAM TATKALA IA MENJADI ASING 10 KEBAHAGIAAN ORANG YANG BERPEGANG TEGUH DENGAN ISLAM PADA SAAT KETERASINGANNYA 11 MUSIBAH (YANG MENIMPA) KAUM MUSLIMIN BERBEDA DENGAN MUSIBAH (YANG MENIMPA) ORANG KAFIR 12 BALA’ AKAN MEMBERSIHKAN IMAN DAN AKAN BERBUAH KEMANISAN IMAN 13 ISLAM TIDAK AKAN ASING SAMPAI DATANGNYA HARI KIAMAT 14 MAKNA “KEMUDIAN AKAN MENJADI TERASING SEPERTI SEMULA” 15 KEWAJIBAN SEORANG MUSLIM TATKALA ISLAM TERASINGKAN 16 MAKSIYAT MENJAUHKAN PERTOLONGAN DAN AKAN MENDATANGKAN KEBURUKAN 17 JANJI KEDUDUKAN DI MUKA BUMI BERLAKU UMUM BAGI SETIAP ORANG YANG BERHAK, DI SETIAP MASA APAPUN 18 ORANG YANG MURTAD DARI ISLAM AKAN DIGANTI DENGAN ORANG YANG LEBIH BAIK (BAIK) DARI MEREKA 19 SYARAT KEMENANGAN DI SETIAP MASA 21 KAPAN MUNCUL TANDA-TANDA KIAMAT? 22 AL-QURAN TIDAK AKAN TERJAGA KECUALI DENGAN TADABBUR (PEMAHAMAN) DAN TATHBIQ (PENERAPAN) 23 BARANGSIAPA DIBERI ILMU DAN IMAN, MAKA IA TIDAK AKAN MURTAD 24

Ghurbat al-Islam

3

Page 4: Islam Yang Terasingkan

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM

Mukaddimah

Segala puji hanya milik Allah. Kami selalu memuji, memohon pertolongan, dan memohon ampunan kepada-Nya. Kami juga berlindung kepada Allah dari keburukan hawa nafsu dan perbuatan-perbuatan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka ia tidak akan disesatkan. Dan barangsiapa disesatkan maka tidak akan ada petunjuk baginya. Aku bersaksi tidak ada ilah kecuali Allah semata --yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba sekaligus Rasul-Nya --dimana Allah Swt senantiasa bershalawat (memberikan rahmat-peny) kepadanya, keluarga, shahabat, dan saudara-saudaranya yang terasing (ghuraba), yang selalu berpegang teguh kepada sunnahnya tatkala kerusakan tengah melanda umatnya, dan senantiasa berserah diri (kepada-Nya) secara total.

Amma ba’du. Sungguh seorang muslim yang hidup di jaman ini, sangat membutuhkan kehadiran orang yang mampu memberikan petunjuk, keterangan dan nasehat yang dapat mengentaskan keterasingan [mereka] dari agama. Islam yang mulia –harta paling berharga bagi seorang mukmin--, dengan pemahamannya yang sempurna, telah lenyap dari realitas, terasing di tanah airnya, dicampakkan oleh penganutnya, dan dipinggirkan dari pengaturan urusan umat dan pandangan hidupnya. Padahal seorang muslim diwajibkan untuk selalu memegang teguh dan menggenggam --dan tidak boleh lepas—- hubungan dirinya dengan Sang Pencipta (Al-Khaliq). Pada masa kita, orang- orang yang berpegang teguh kepada agamanya, rakus dalam mengikuti petunjuk Nabi saw, disifati dengan sifat-sifat yang tercela dan diberi nama yang melecehkan, yakni, “orang terbelakang, ekstrimis, dan orang-orang sesat yang tidak berhak hidup di antara orang-orang yang beradab.”[Dengan sebuah ungkapan, “Terasing dari urusan-urusan dunia dan akheratnya, sehingga tidak ada para penolong dan penyelamat dari umat --yang mampu menyelamatkan mereka (pentj)--, yakni (munculnya) orang alim di antara orang-orang bodoh, shahibu as-sunnah diantara ahli bid’ah; penyeru ke jalan Allah dan Rasul-Nya, diantara para penyeru kepada hawa nafsu dan bid’ah; orang-orang yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran diantara kaum yang bagi mereka kebaikan adalah kemungkaran dan kemungkaran dianggap kebaikan1.”

Fitnah ini semakin merajalela, sehingga, sebagian kaum muslim kini menyaksikan pemandangan yang ganjil, meskipun hati mereka sedikit terbakar atas apa yang mereka saksikan. “Mereka menyaksikan kemungkaran telah tersebar luas, kebatilan terus bercokol, kaum sekularis terus berteriak-teriak dengan bebas, kaum marxis mempropagandakan ajarannya tanpa rasa malu,

1 Tahdzib Madaarij al-Saalikiin, Ibnu al-Qayyim, juz.II/963 Ghurbat al-Islam

4

Page 5: Islam Yang Terasingkan

kaum salibis terus menyusun rencana makar dan berbuat tanpa rasa takut. Lembaga internasional terus menyebarkan kekejian. Mereka juga menyaksikkan wanita membuka auratnya dan berpakaian tipis merangsang berlenggak-lenggok dan berlagak. Mereka juga menyaksikan ‘khamar’ mulai diminum di tempat- tempat terbuka, panggilan kefasidan terdengar tidak mempedulikan lagi malam dan siang.”2

Fitnah ini semakin mengeras, hingga telah menjatuhkan mereka ke dalam sikap apatis dan putus asa. Akhirnya kebangkitan pemuda kepada Islam yang mulia menjadi semakin jauh. Mereka berdiam diri dari harakah (pergerakan Islam). Tindakan mereka hanyalah menunggu (kebangkitan Islam) sampai hari kiamat. Padahal, setan telah mengenakan baju jama’ah dan mulai meragukan kelebihan agama ini di atas pemikiran-pemikiran lain. Mereka telah mengganggap baik apa yang telah tersebar di tengah-tengah masyarakat, dan selalu berdalih dengan slogan ‘solidaritas’. Solidaritas telah menjadi pelindung terbesar mereka.

Semua fitnah ini tidak lain hanyalah sebagai pembenar sabda Rasulullah saw :

“Islam datang dalam keadaan asing, dan akan kembali asing seperti semula. Maka berbahagialah orang-orang yang terasing.3”

Lalu, apakah seorang muslim dewasa ini memahami hakekat khabar gembira ini?

Apakah mereka tahu bahwa ‘keterasingan ini’ bermula dari utusan-utusan Allah yang diutus kepada kaumnya, kemudian ‘keterasingan ini’ menimpa ‘sebaik-baik ciptaan –Muhammad saw dan orang-orang yang mengikuti beliau saw dari kalangan shahabat ra, tatkala mereka menolak untuk menyembah kepada berhala dan menyeru kepada agama tauhid?

“Setiap orang yang masuk ke dalam Islam dari setiap tingkatan (generasi), sebagian dari mereka telah terasing dalam kehidupannya. Mereka terasing dari kabilahnya, tersembunyi dengan keislamannya. Sungguh, anak-isteri dan keluarganya telah memutuskan hubungan dengan mereka. Mereka adalah orang-orang yang terhina dina dan terus menanggung perlakuan kasar. Mereka adalah orang yang selalu sabar atas penderitaan yang menimpa mereka. Hingga akhirnya, Allah Swt memenangkan Islam, memperbanyak para penolongnya, menjayakan para pembela Islam, dan menyungkurkan para pembela kebatilan. Oleh karena itu, Inilah arti dari ‘Islam pada awalnya terasing’.4”

Apakah seorang muslim memahami, jika saat ini mereka diuji dengan ‘ujian keterasingan’ dan mereka bersabar atas ujian tersebut, mereka akan mendapatkan dua kebaikan, yaitu kebaikan dunia dan akherat? Pahalanya akan dilipatgandakan, dan kedudukannya akan ditinggikan sampai ke jenjang kedudukan para shahabat bahkan lebih? Dan mereka berposisi sebagai pembenar petunjuk Rasulullah saw –yang mendinginkan dan menyejukkan dada serta menguatkan keteguhan--, sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam Shahih Muslim: 2 al-Shahwah al-Islamiyyah, Qaradlawiy, hal. 108 3 HR. Muslim dalam kitab al-Iimaan 4 al-Ghurabaa’, al-Ajriy, hal.24

Ghurbat al-Islam

5

Page 6: Islam Yang Terasingkan

“Betapa aku rindu untuk bersua dengan teman-temanku. Para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah kami adalah teman anda? Rasul menjawab, “Kalian adalah shahabatku, temanku adalah orang-orang yang tidak datang setelah ini”.

Abu Dawud dan lainnya telah meriwayatkan sebuah hadits dengan sanad hasan:

“Setelah engkau akan datang masa kesabaran. Sabar pada masa itu seperti menggenggam bara api. Orang-orang yang bersabar akan mendapatkan pahala sebagaimana lima puluh orang laki-laki yang mengerjakan perbuatan tersebut. Para shahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apakah pahala lima puluh (laki-laki) diantara mereka? Rasul menjawab, “Bukan, tetapi pahala lima puluh orang laki- laki diantara kalian.”

Pada sebagian riwayat, terdapat ‘illat mengapa pahala mereka dilipatgandakan, yakni sabdanya:

“Dan kamu mendapatkan penolong dalam kebenaran, sedangkan mereka tidak memiliki penolong dalam kebenaran.”

Imam Ahmad dan selain beliau telah mengeluarkan sebuah riwayat:

“Beruntunglah orang yang melihat aku dan beriman kepadaku (beliau ucapkan sekali). Beruntunglah orang yang tidak melihat aku akan tetapi beriman kepadaku (beliau ucapkan tujuh kali).”5

Keterasingan di sini bukan sekedar keterasingan yang menimpa ashhab al-ghurbah (orang-orang yang terasing), akan tetapi suatu keterasingan yang menimpa seluruh manusia, dimana ia tidak menjadi bagian komunitas manusia tatkala manusia melakukan proses alienasi.6

Telah dipahami, bahwa ‘ghurbah’ (keterasingan) yang terjadi saat ini bukanlah ‘ghurbah kubra’ yang akan melanda seluruh dunia, yakni keterasingan yang tidak akan terjadi kecuali di akhir zaman (datangnya hari kiamat. Pentj). (Ghurbah kubra tidak akan terjadi) apabila –kebajikan dan kemuliaan hanya milik Allah-- kita kembali menyaksikan kesadaran Islam pada generasi-generasi terpilih kaum muslim di seluruh negeri, yang jumlahnya terus bertambah dan bergerak di sana-sini, dimana mereka merasa mulia dengan agamanya dan selalu berpegang teguh kepada petunjuk Nabi saw.

Di sisi lain, anda melihat bahwa buku Islam –pada saat ini--, kebanyakan merupakan buku paling laris baik di pasar-pasar maupun bazar-bazar. Akibatnya para penerbit sibuk untuk mencetaknya kembali. Tentunya, hal ini telah menghasilkan keuntungan yang melimpah ruah.

Simbol-simbol Al-Quran Al-Karim, kajian-kajian Islam, dan khutbah- khutbah Islam telah tampak di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Ditambah lagi adanya berbagai upaya menyebarluaskan simbol-simbol Islam, syi’ar-syi’ar Islam dan adanya upaya-upaya untuk menghidupkan kembali sunnah-sunnah Islamiy di sejumlah tempat; sejumlah wanita telah mengenakan pakaian Islamiy –misalnya— di beberapa universitas, ma’had, serta lembaga- lembaga lain yang jumlahnya mencapai ribuan. 5 Shahih al-Jaami’; no.3924 6 Tahdzib al-Madaarij, hal.960 Ghurbat al-Islam

6

Page 7: Islam Yang Terasingkan

Walaupun kafe-kafe dan tempat-tempat hiburan telah bertebaran dimana- mana, akan tetapi masjid-masjid penuh dengan pemuda yang faqih dan bangga dengan agamanya. Mereka terus bertransformasi dari fase mempertahankan ‘aqidahnya (fase membentuk ‘aqidah-pentj) menuju fase ‘menantang’ (interaksi dengan masyarakat, menyerang ide-ide kufur; pentj). Akhirnya, mereka menjadi sekelompok besar orang-orang berakal yang terlihat tidak ikhlash kecuali dengan Islam saja!

Seorang muslim –yang percaya dengan janji Allah dan kabar gembira dari Nabi saw —harus berbahagia dengan ‘keterasingan ini’– dimana keterasingan ini akan menjadi sebab kejayaan Islam. Ia harus bersabar atas berbagai fitnah. Sebab fitnah-fitnah tersebut pasti akan diiringi dengan kemuliaan dan kemenangan. Seorang muslim harus terus mengupayakan sebab-sebab syar’iy untuk melawan fitnah-fitnah tersebut dengan cara mencurahkan segenap kemampuan untuk menyebarkan agama ini; sehingga, pengikutnya bertambah banyak dan musuh-musuhnya dapat dikalahkan. Seorang muslim harus menggalang rasa persaudaraan di antara seluruh elemen kaum muslimin, sehingga perasaan merasa sendiri dalam keterasingan akan tercampakkan dan berubah menjadi perasaan kolektif yang membuahkan sikap kebersamaan, dan saling mendukung, yang kemudian akan tertanam (pada diri mereka) kemuliaan dan keagungan. Dan akhirnya akan mendatangkan kemenangan yang nyata, serta tercerabutnya fitnah yang menimpa kaum muslim, serta ditegakkannya kembali syari’at Rabb penjuru alam di muka bumi ini.

Risalah agung karangan Syaikh al-Islam Ibn Taimiyyah ini di dalamnya menyinggung hadits-hadits tentang kedudukan orang-orang yang terasing, balasan baiknya, serta keteguhan dan kesabaran yang harus ada pada mereka (kaum muslim). Risalah ini juga berisi peringatan akan adanya peristiwa pemurtadan dari Islam, dan khabar gembira akan adanya tajdid (pembaruan Islam) secara terus menerus, dan juga tetap langgengnya (keberadaan) thaifah manshurah (kelompok yang ditolong) hingga hari kiamat.

Hadits-hadits tentang ghurabaa (pihak yang terasing), pengikutnya serta apa yang seharusnya ada pada diri mereka merupakan topik paling penting yang harus diketahui oleh seorang muslim, yang pada saat ini tengah mengalami keterasingan.

Atas dasar ini, aku berusaha dengan keras mengetengahkan kembali risalah ini dari kitab Majmu’ al-Fatawa, juz.18; hal.291-305, beserta penjelasannya kepada seluruh kaum muslim yang terasingkan.

Adapun upayaku untuk melengkapi risalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Biografi ringkas pengarang, Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah. 2. Penomoran ayat-ayat al-Quran. 3. Takhrij hadits Nabawiyah dan penomorannya secara ringkas. 4. Biografi nama-nama yang dicantumkan dalam risalah tersebut. 5. Syarah dan catatan seperlunya pada sebagian kata, dan makna. 6. Peletakan sub judul untuk mempermudah dalam memahami. 7. Peletakan daftar isi, ayat-ayat, hadits-hadits, topik-topik, sumber-sumber,

dan referensinya.

Allah swt berada dibalik niat seseorang dan Ia selalu menunjukkan jalan kepada hamba-Nnya. Akhir kata, puji syukur hanya milik Allah Swt. Ghurbat al-Islam

7

Page 8: Islam Yang Terasingkan

Abu Mahmud Mukhtar al-Jabaliy 28 Muharram 1411 Ghurbat al-Islam

8

Page 9: Islam Yang Terasingkan

BIOGRAFI PENGARANG RISALAH7 Dia adalah Ahmad bin ‘Abd al-Haakim bin ‘Abd al-Salaam bin ‘Abd al-

Allah bin Abi al-Qasim al-Hadlariy al-Namiriy al-Haraniy al-Dimasyqiy al- Hanbaliy, Abu al-‘Abbas, Taqiy al-Diin Ibn al-Taimiyyah Syaikh al-Islaam. Ia lahir di Haran pada tahun 661 H, kemudian pindah bersama orang tuanya ke Damaskus. Beliau menjadi terkenal dan termasyhur di sana. Beliau banyak mengkaji ilmu-ilmu agama. Sedikit sekali bukunya yang tidak dicetak. Beliau adalah seorang yang fasih lisannya, dan tangguh argumentasinya. Seorang ‘ulama tersohor dan pakar dalam ilmu ushul dan tafsir. Beliau mulai memberikan fatwa dan mengajar sebelum berumur 20 tahun. Beliau terkenal sebagai pembaharu agama di masanya. Sungguh, Allah Swt dengan perantaraan beliau telah menghidupkan kembali syari’at Islam yang dicampakkan dan sunnah khairul anam saw yang telah dimatikan. Beliau adalah seorang pemberani, teguh, dan seorang mujahid di jalan Allah dengan tangan, lisan, pena, dan hatinya. Beliau tidak pernah gentar akan celaan di dalam menegakkan agama Allah. Beliau datang di tengah-tengah begitu kuatnya ta’ashub pada diri orang- orang bodoh dan ahli bid’ah. Beliau juga datang di tengah-tengah orang-orang yang selalu membuat makar terhadap Islam, dan kaum oportunis. Beliau sering dipenjara, akan tetapi beliau selalu sabar. Sampai akhirnya beliau wafat pada saat dipenjara di balik jeruji Damaskus pada tahun 728 H. Pada saat itu seluruh penduduk Damaskus keluar menghormati jenazah beliau.

Karangan-karangan beliau jumlahnya ribuan, diantaranya adalah, al- Fatawa, dimana risalah ini aku nukil dari buku tersebut, Minhaj al-Sunnah, Majmu’ al-Rasaail, al-Siyasaat al-Syar’iyyah, al-Qawaa’id al-Nuuraniyyah, al- Tawasul wa al-Wasiilah, Raf’ al-Malaam ‘an al-Aimmat al-A’laam, al-Furqaan baina Auliyaa’ al-Allah wa Auliyaa’ al-Syaithaan, dan lain-lain masih banyak lagi.

Setelah wafatnya sang Syaikh, dua orang shahabat sekaligus teman yang dicintainya mengarang di dalam manaqibnya; yang pertama adalah al-Hafidz Ibn ‘Abd al-Haadiy (744 H), yang kitabnya berjudul, “al-‘Uquud al-Dariyyah fi Manaaqib Syaikh al-Islaam Ibn Taimiyyah; yang kedua, adalah al-Hafidz al- Bazzaar (749 H), yang kitabnya berjudul, “ Al-A’laam al-‘Aliyyah fi Manaaqib Syaikh al-Islaam Ibn Taimiyyah.” Kedua buku tersebut telah dicetak. 7 Lihat biografi beliau dalam : al-Bidaayah wa al-Nihaayah karangan Ibnu Katsiir (14/156), Syadzraat al-Dzahab, karangan Ibnu al-‘Imaad al-Hanbaliy (6/80), al-I’laam al-‘Aliyah (21,31,67); al-I’laam karangan Zarkaliy (1/144) Ghurbat al-Islam

9

Page 10: Islam Yang Terasingkan

Bismillahirrahmaanirrahiim Syaikh al-Islaam Ibnu Taimiyyah berkomentar tentang sabda Rasulullah

saw yang terdapat di dalam sebuah hadits shahih,8

”Islam pertama kali dalam keadaan terasing dan akan terasing kembali seperti semula. Maka berbahagialah orang-orang yang terasing.”

TIDAK BOLEH MENINGGALKAN ISLAM TATKALA IA MENJADI ASING

Bukan berarti bahwa, jika Islam telah terasing, kaum muslim boleh meninggalkannya! (Kami berlindung kepada Allah) Namun, sikap seharusnya adalah, sebagaimana firman Allah Swt:

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agamanya itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS.Ali Imran [3]:85) Firman Allah pula :

“Sesungguhnya agama (yang diridlai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran [3]: 19) Begitu juga firman Allah :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-sebenar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran [3]: 102) Firman Allah lainnya :

“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami memilihnya di dunia, dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Rabb-nya berfirman kepadanya : ‘Tunduk patuhlah!’ Ibrahim menjawab :

8 Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim, no.145. Ibnu Atsir dalam kitabnya al-Nihayah (III/348) berkata,”….yakni, pada awalnya bagaikan seseorang yang asing, karena tidak ada penganutnya. Pada saat itu, -orang yang masuk Islam sangat sedikit jumlahnya. Islam akan kembali menjadi asing seperti semula; yakni kaum muslim (yang benar-benar muslim-pentj] sedikit sekali jumlahnya di akhir zaman, sehingga mereka bagaikan orang- orang yang terasing.” Sedangkan sabda Rasulullah saw, “Berbahagialah orang-orang yang terasing”, maksudnya adalah surga (adalah balasan) bagi orang-orang muslim yang ada di awal-awal Islam dan di masa-masa akhir Islam. Khususnya, karena kesabaran mereka atas siksaan orang-orang kafir, baik di masa awal maupun akhir Islam. Dan juga karena keteguhan mereka pada agama Allah.” -Selesai. Ghurbat al-Islam

10

Page 11: Islam Yang Terasingkan

‘Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam’ Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’kub. (Ibrahim berkata) : ‘Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (QS. Al-Baqarah [2]:130-132)

Kami telah menguraikan hal tersebut dengan panjang lebar di topik lain.9 Kami telah menjelaskan bahwa agama seluruh Nabi adalah Islam, mulai nabi Nuh as hingga nabi Isa as. Tatkala mereka tertimpa keburukan, maka dosa mereka akan terhapus. Bahkan tatkala orang musyrik dan ahli kitab menyaksikan seorang muslim yang tetap berpegang teguh kepada Islam, mereka begitu mengagungkan, memuliakan, dan membantu kaum muslim yang kemudian menjadi sebab kemenangan Islam.

Oleh karena itu, tatkala Islam mulai terasing, tidak ada satupun agama selain Islam yang diterima (di sisi Allah). Bahkan telah disebutkan dalam sebuah hadits shahih10 --yakni hadits ‘Iyadl bin Himmar 11— dari nabi saw, bahwa beliau saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah memperhatikan penduduk bumi, lalu Ia sangat membenci mereka –baik Arab maupun non Arab-- , kecuali sebagian kecil Ahli Kitab.12”

KEBAHAGIAAN ORANG YANG BERPEGANG TEGUH DENGAN ISLAM PADA SAAT KETERASINGANNYA

Bukan berarti bahwa, jika Islam telah menjadi asing, orang yang berpegang teguh dengan Islam berada dalam kesulitan (keburukan). Akan tetapi justru sebaliknya, ia adalah orang yang paling berbahagia. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

“Maka berbahagialah orang-orang yang terasing.” Kata ‘thuuba’ berasal dari ‘al- thayyib’13. Allah Swt berfirman:

9 lihat Kitab al-Iman dari al-Fatawa, juz.7/623. 10 Diriwayatkan oleh Imam Muslim, no.2865. 11 ‘Iyadl bin Himmar al-Tamimiy al-Najasyiy, adalah seorang shahabat. Namanya menggunakan nama hewan yang sangat terkenal (himmar:keledai). Sebagian fukaha kadang-kadang salah mengucapkan namanya, sebab mereka menduga bahwa tak seorangpun menyebut nama tersebut. Beliau beriman kepada Rasul pada awal- awal Islam. Tinggal di Bashrah dan hidup hingga batas usia 50 tahun. Lihat (al-Istii’aab:2011), al-Ishabah (6130), dan at- Taqriib; 2/95) 12 Imam Nawawiy berkomentar di dalam syarahnya (17/197-198), al- maqt adalah al-syadd al-bughdl (sangat benci). Sedangkan yang dimaksud dengan al-maqt dan al-nadhr (memperhatikan) di sini adalah apa-apa yang terjadi sebelum diutusnya Rasul saw. Sedangkan yang dimaksud dengan ‘sebagian ahlu al-kitab’ (pada hadits di atas) adalah ahlu al-kitab yang masih berpegang teguh dengan agama yang haq tanpa pernah bergeser. 13 Ibnu Atsir berkata, dalam al-Nihayah III/141,”Thuubay adalah nama surga. Oleh karena itu, dikatakan, ”pepohonan di dalamnya”. Ghurbat al-Islam

11

Page 12: Islam Yang Terasingkan

“… bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (QS. Ar-Ra’ad [13]: 29). Hal itu pernah terjadi pada generasi awal Islam, dimana mereka tetap mengikuti Islam tatkala Islam terasing.

Mereka adalah manusia yang paling berbahagia. Kelak di akhirat mereka akan memperoleh derajat yang paling tinggi setelah para nabi as.

Adapun di dunia, Allah swt berfirman:

“Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.” (QS. Al-Anfaal [8]: 64) Yakni cukuplah Allah, rasul-Nya dan orang-orang yang mengikuti kamu sebagai pelindung bagi kalian. Allah Swt berfirman:

“Sesungguhnya pelindungku ialah Allah, yang telah menurunkan Al-Kitab (Al- Quran), dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (QS. Al-A’raaf [7]: 196) Firman Allah juga:

“Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hambaNya.” (QS. Az-Zumar [39]: 36) Begitu pula firman-Nya:

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka- sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq [65]: 2-3)

Oleh karena itu, seorang muslim yang selalu mengikuti Rasul saw, maka Allah Swt akan melindungi, dan mencukupinya. Dan Dialah wali orang muslim dimanapun dan kapan pun.

Berdasarkan hal ini, kaum muslim yang tetap berpegang teguh kepada Islam di negeri-negeri kufur, akan mendapatkan kebahagiaan, tatkala mereka berpegang teguh secara sempurna dengan Islam. Namun, apabila mereka tertimpa keburukan, maka keburukan itu akan menghapus dosa mereka. Bahkan, orang musyrik dan ahlu al-kitab saat menyaksikan seorang muslim yang selalu berpegang teguh dengan Islam, mereka menghormati, dan memuliakannya. Mereka bahkan membantu kaum muslim dengan tindakan- tindakan yang menjadi sebab kemenangan Islam.

Demikianlah keadaan kaum muslim pada awal-awal Islam dan kondisi mereka di setiap masa.

MUSIBAH (YANG MENIMPA) KAUM MUSLIMIN BERBEDA DENGAN MUSIBAH (YANG MENIMPA) ORANG KAFIR

Di dalam kehidupan dunia, manusia pasti akan tertimpa berbagai macam keburukan. Akan tetapi Allah Swt tetap melimpahkan kenikmatan kepada hamba-hambaNya. Namun demikian, keburukan yang menimpa seorang muslim lebih ringan, sedangkan kenikmatan yang dia raih jauh lebih besar. Berasal dari kata al-thayyib. Tatkala tha’nya didlommah, maka huruf ya’-nya berubah menjadi wawu. Ghurbat al-Islam

12

Page 13: Islam Yang Terasingkan

Kaum muslim pada awal-awal Islam telah diuji dengan siksaan orang-orang kafir. Bahkan, mereka juga diusir dari kampung halamannya. Akan tetapi, kehancuran yang menimpa orang-orang kafir jauh lebih dahsyat lagi. Sedangkan kemuliaan dan harta benda yang diperoleh orang-orang kafir (jika dibandingkan dengan kaum muslim), maka apa yang diperoleh kaum muslim jauh lebih banyak daripada mereka. Bahkan bila dibandingkan dengan orang asing sekalipun.

Rasulullah saw -–walaupun orang-orang musyrik berupaya menyakitinya dengan berbagai cara-- tetap memperoleh pembelaan dari Allah Swt, memenangkannya, melindungi, dan menolongnya. Sedangkan orang-orang Quraisy tidak pernah mendapatkan kemuliaan, kecuali dari orang yang mereka siksa, dan orang yang mereka intimidasi –dimana mereka tidak bisa melakukan pembelaan apapun-. Sebab, orang besar satu dengan yang lain akan saling bersaing, berlawanan, dan bermusuhan. Hal ini telah mengubah orang yang tidak masuk Islam : satu dengan yang lain saling menjaga, dan mendo’akan.

Pengikut-pengikut beliau saw yang berhijrah ke negeri Habasyah, memperoleh kemuliaan dan penghormatan dari raja Habasyah dengan penghormatan dan sanjungan yang tinggi. Demikian pula orang-orang yang berhijrah ke kota Madinah, mereka menjadi orang yang paling mulia dan agung (di Medinah).

Orang-orang yang tertimpa siksa dunia, mereka pasti akan mendapatkan balasan berupa kemanisan dan kelezatan iman yang selalu menyertai siksaan tersebut. Sedangkan musuh-musuh mereka akan tertimpa siksaan dan keburukan jauh lebih berat, tanpa mendapat kompensasi apapun. Demikianlah, mereka akan disiksa atas dosa-dosa mereka.

BALA’ AKAN MEMBERSIHKAN IMAN DAN AKAN BERBUAH KEMANISAN IMAN

Pada dasarnya, kaum mukmin diuji agar mereka menjadi suci, dan agar keburukan mereka tertutupi. Ini semua disebabkan karena, kaum mukmin berbuat semata-mata karena Allah Swt. Jika ia disiksa, maka ia mencukupkan siksaan itu kepada Allah. Dan jika ia mencurahkan segenap tenaga dan harta, itu semua karena Allah, dan ia akan mencukupkan upahnya hanya kepada Allah Swt.

Manisnya iman terletak di dalam hati. Kelezatannya tidak bisa dihitung dengan apapun. Nabi saw bersabda:

“Tiga hal, yang apabila terdapat pada diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya iman, “Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada yang lain. Seseorang yang mencintai saudaranya, dan ia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Seorang yang benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah Swt melepaskan dirinya dari kekafiran, layaknya ia takut untuk menceburkan diri ke dalam api.”14

14 (HR. Imam Bukhari, no.16, Imam Muslim, no.43) Telah disebutkan dalam shahihain dan dalam shahih Muslim, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Akan merasakan kemanisan iman, yakni orang yang ridla (bahwa) Allah sebagai Rabbnya, Islam menjadi agamanya, dan Muhammad saw sebagai nabinya.” Ghurbat al-Islam

13

Page 14: Islam Yang Terasingkan

Sebagaimana Allah Swt membela Nabi-Nya dari kekhawatiran dan kesempitan pada awal-awal Islam, demikian pula pada masa akhir-akhir Islam. Kaum mukmin akan dihindarkan dari kekhawatiran dan kesempitan akibat makar-makar orang-orang kafir.

Mayoritas masyarakat, tatkala melihat kemungkaran atau perubahan- perubahan pada sebagian besar ajaran Islam, mereka lantas berkeluh kesah, pasrah, meratap, seperti meratapnya orang-orang yang tertimpa berbagai musibah. Padahal mereka dilarang melakukan hal itu. Bahkan mereka diperintahkan untuk bersabar, tawakal, dan teguh dalam agama Islam. Mereka juga diperintahkan untuk tetap beriman kepada Allah bersama dengan orang- orang yang bertakwa dan orang-orang yang muhsin. Balasan atas ketakwaan mereka adalah pahala (di sisi Allah). Mereka juga diperintahkan untuk selalu bersabar atas dosa-dosa yang menimpanya. Sungguh, janji Allah adalah haq. Sehingga mereka selalu memohon ampun kepada Allah Swt dan selalu memuji Tuhannya baik pada saat petang maupun pagi hari.

ISLAM TIDAK AKAN ASING SAMPAI DATANGNYA HARI KIAMAT Sabda Rasulullah saw:

”Kemudian akan kembali terasing seperti semula.” Mengandung dua pengertian; pertama, pada suatu tempat dan masa, Islam akan kembali terasing di tengah- tengah kaum muslim, kemudian Islam akan dimenangkan lagi. Seperti halnya pada awal-awal Islam, ia terasing, kemudian dimenangkan. Beliau bersabda, “Akan kembali terasing seperti semula”, maksudnya, awalnya, Islam adalah asing, tidak dikenal, akan tetapi kemudian dimenangkan dan termasyhur. Demikian pula berikutnya, Islam akan kembali terasing, tidak dikenal, kemudian dimenangkan dan (menjadi) terkenal. Pada saat itu, sedikit sekali orang yang mengenal Islam, seperti halnya orang yang mengenal Islam pada masa awal- awal Islam.

Kedua, yakni kondisi Islam pada akhir zaman, dimana pada saat itu kaum muslim tinggal sedikit sekali. Kondisi ini terjadi setelah masuknya Ya’juj dan Ma’juj tatkala hari kiamat telah dekat. Pada saat itu dengan segera Allah Swt mengutus angin untuk menggenggam ruh setiap mukmin baik laki-laki maupun wanita. Setelah itu, terjadilah hari kiamat.

Adapun sebelum (peristiwa itu terjadi), Rasulullah saw bersabda:

”Akan selalu ada kelompok dari umatku yang selalu dimenangkan dalam kebenaran. Tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka, juga orang-orang yang memusuhi mereka, hingga hari kiamat.” Hadits ini tercantum di dalam shahihain. Dan ada beberapa bentuk hadits yang senada dengan itu15. 15 HR.Bukhari no.6881, Imam Muslim no.1920, Abu Dawud (2484), Tirmidziy (2229), Ibnu Majah (6). Imam Ahmad (juz 4/93) dan lain-lain. Hadits ini telah diriwayatkan oleh sejumlah shahabat, hingga jumlahnya menurut sebagian ‘ulama mencapai derajat mutawatir. Syaikh Islam berkomentar di dalam al-Iqtidla’ (hal.6), ”Telah diriwayatkan secara Ghurbat al-Islam

14

Page 15: Islam Yang Terasingkan

Rasulullah saw telah mengabarkan bahwa, sesungguhnya akan selalu ada kelompok yang selalu dimenangkan dari kalangan umatnya dalam hal kebenaran. Tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka, juga orang-orang yang memusuhi mereka. Oleh karena itu, Islam akan menjadi asing di seluruh penjuru dunia sebelum hari kiamat, maka kondisi itu tidak akan terjadi16.

MAKNA “KEMUDIAN AKAN MENJADI TERASING SEPERTI SEMULA” Sabda Rasulullah saw:

“..kemudian Islam akan terasing seperti semula..”, maksudnya, akan terjadi keterasingan yang sangat hebat, tatkala orang-orang yang masuk Islam mulai murtad dari Islam. Allah Swt berfirman:

“Barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Allah, yang bersikap lemah lembut terhadap orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.” (QS. Al-Maidah [5]: 54) Akan tetapi, mereka (para ghurabaa) tetap menegakkan Islam tatkala sebagian besar (kaum muslim) telah murtad dari Islam.

Demikianlah, Islam pertama kali terasing, kemudian menjadi kuat kembali, dan akhirnya termasyhur. Pada suatu tempat dan masa, Islam akan kembali menjadi asing, kemudian dimenangkan, lalu Allah ‘Azza wa Jalla kembali menegakkannya. Sebagaimana halnya ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz tatkala ia berkuasa, sebagian ajaran Islam banyak yang telah terasing dari mayoritas masyarakat. Bahkan kebanyakan masyarakat tidak mengetahui haramnya khamar. Kemudian, dengan berkuasanya ‘Umar bin ‘Aziz, Allah Swt menampakkan kembali apa-apa yang telah terasing tersebut.

mutawatir dari Nabi saw, bahwa beliau saw bersabda,” Akan selalu ada kelompok dari umatku yang selalu menang dalam kebenaran” -hadits. Imam Suyuthi telah mencantumkannya dalam Qathf al-Azhaar no.81, al-Kitaaniy dalam Nudzum al- Mutanaatsir no.145, sebanyak 16 perawi telah menuturkan kepadanya. Imam Nawawiy berkata di dalam syarahnya (13/67), ”Kelompok ini merupakan kelompok yang terpisah-pisah diantara elemen-elemen kaum mukmin; diantaranya adalah para pejuang yang pemberani, fukaha’, ahli hadits, orang-orang zuhud, orang-orang yang selalu menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, serta para pengikut kebaikan lainnya. Mereka bukanlah sekelompok masyarakat, akan tetapi mereka adalah kelompok yang terpisah-pisah di seluruh negeri.” 16 Maksudnya, sebelum terjadi hari kiamat, Islam tidak akan terasing. Islam akan mengalami keterasingan –keterasingan kubra— tatkala kiamat telah datang. Oleh karena itu, sebelum terjadi hari kiamat, Islam tidak akan terasing. Ghurbat al-Islam

15

Page 16: Islam Yang Terasingkan

KEWAJIBAN SEORANG MUSLIM TATKALA ISLAM TERASINGKAN Dalam kitab sunan telah disebutkan:

“Sesungguhnya Allah Swt akan mengutus kepada umat ini setiap 100 tahun sekali, orang yang akan melakukan pembaruan agama17.”

Hadits tersebut menunjukkan kepada kaum muslim, bahwa ia tidak boleh bersikap lemah dengan sedikitnya orang yang memahami hakekat Islam, dan dadanya tidak boleh sempit menghadapi kondisi tersebut. Ia juga tidak boleh ragu dengan agama Islam. Sebagaimana firman Allah Swt:

“Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu.” (QS. Yunus [10]: 94) Dan banyak lagi ayat-ayat dan penjelasan-penjelasan lain yang menunjukkan kebenaran Islam.

Tatkala terjadi keterasingan, orang-orang sangat membutuhkan petunjuk dan penjelasan yang dapat menjelaskan apa-apa yang mereka butuhkan pertama kali. Allah Swt berfirman:

“Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al-Quran) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al- Quran itu diturunkan dari Rabb-mu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu. Telah sempurnalah kalimat Rabb-mu (Al-Quran), sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah- rubah kalimat-kalimat-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tiada lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS. Al-An’aam [6]:114-116) Firman-Nya pula:

17 Hadits shahih di riwayatkan oleh Abu Dawud [4291]; al-Hakim 4/522; lihat Maqaashid al-Hasanah [238]; Silsilah al-Ahadits al- Shahihah [599]. Ibnu Katsir di dalam kitab al-Nihayah;hal.18, berkata,”Setiap kaum mengklaim bahwa imam mereka adalah pihak yang dimaksud oleh hadits ini. Padahal yang tepat –Allah lebih mengetahui--, pengertian hadits ini berlaku umum untuk seluruh ahli ilmu dari kelompok apapun dan setiap golongan ‘ulama; baik ‘ulama tafsir, hadits, fikih, nahwu, lughah (bahasa), dan golongan lain. Wallahu a’lam. Sedangkan makna al-tajdid (pembaruan), maka secara ringkas pengarang kitab ‘Aun al-Ma’bud (11/91) berkata, ”...yang dimaksud dengan tajdid adalah, menghidupkan amal perbuatan yang telah lenyap dengan al-Quran dan Sunnah, serta menghidupkan kembali perkara-perkara yang sesuai dengan al-Quran dan sunnah; dan membunuh bid’ah dan sesuatu yang diada-adakan yang telah nampak tersebar.

Ghurbat al-Islam

16

Page 17: Islam Yang Terasingkan

“Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (QS. Al-Furqan [25]: 44)

Kadang-kadang, keterasingan itu akan menimpa pada sebagian syari’at Islam. Kadang-kadang ia terjadi di suatu tempat. Akhirnya, di sebagian besar tempat, syari’at Islam telah lenyap dari mereka, sehingga mereka tidak mengetahui apapun tentang Islam, kecuali sangat sedikit.

Maka berbahagialah orang-orang yang tetap konsisten dengan syari’at Islam, sebagaimana telah diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya, perlawanan, dan keteguhan seorang muslim; serta pengingkaran mereka terhadap orang yang menyelisihinya sekadar dengan kekuatan dan kemampuannya. Nabi saw bersabda:

”Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu (mengubah dengan tangannya), maka hendaklah ia mengubah dengan lisannya, jika ia tidak mampu (mengubah dengan lisannya), maka hendaknya ia mengubah dengan hatinya, dan dibalik ini tidak ada keimanan sebiji sawipun18.”

MAKSIYAT MENJAUHKAN MENDATANGKAN KEBURUKAN

PERTOLONGAN

DAN

AKAN

Jika telah ditetapkan bahwa, pada manusia yang tertimpa keburukan di dunia dan akhirat, berbeda dengan apa yang telah dijanjikan Allah kepada Rasul dan pengikutnya, hal ini disebabkan karena dosa-dosa mereka dan lemahnya keIslaman mereka, seperti halnya kekalahan yang menimpa mereka (kaum muslim) di medan Uhud19.

Allah Swt berfirman:

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (QS. Al-Ghafir [40]: 51) Firman Allah lainnya:

18 HR. Muslim no.49 19 Ibnu Qayyim berkomentar tentang beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari perang Uhud, diantaranya adalah sebagai berikut,”...Kekalahan (keburukan) yang mereka terima, diakibatkan karena kemaksiyatan dan penyelewengan mereka. Apa-apa yang menimpa mereka lebih disebankan karena dosa-dosa mereka. sebagaimana firman Allah Swt, (QS.Ali Imran [3]:152). Dan tatkala mereka merasakan dampak dari kemaksiyatan dan penyelewengan mereka kepada Rasul, dan dampak dari pembangkangan mereka, maka setelah itu mereka sangat berhati-hati, waspada, dan peka dari perkara-perkara yang bisa menyebabkan kepada dosa. (Zaad al-Ma’aad; 3/218-219) Ghurbat al-Islam

17

Page 18: Islam Yang Terasingkan

“Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapatkan pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang.” (QS. Ash-Shaaffaat [37]: 171-173) Pada ayat-ayat lain Allah Swt telah menceritakan tentang kisah-kisah para nabi dan pengikutnya; pertolongan, dan keselamatan dari Allah Swt kepada mereka; beserta kehancuran musuh-musuh mereka sebagai pelajaran yang sangat berharga. Wallahu A’laam. JANJI KEDUDUKAN DI MUKA BUMI BERLAKU UMUM BAGI SETIAP ORANG YANG BERHAK, DI SETIAP MASA APAPUN

Ada sebagian ulama berpendapat bahwa firman Allah Swt:

“Barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (QS. Al-Maidah [5]: 54) Adalah khithab (seruan) yang hanya berlaku pada masa itu. Demikian pula firman Allah Swt:

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang- orang yang sebelum mereka berkuasa.” (QS. An-Nuur [24]: 55)20. Sebab, Nabi saw telah menjelaskan bahwa mereka –yakni orang yang diberi kedudukan di muka bumi (pentj)-- adalah penduduk Yaman21 yang telah masuk Islam tatkala sebagian orang-orang Arab mulai murtad. Keterangan ini sekaligus menjelaskan bahwa di akhir nanti, tidak akan tersisa seorang mukminpun.

Sebagian lain berpendapat, bahwa firman Allah Swt, “Wahai orang-orang yang beriman”, adalah khithab (seruan) yang berlaku umum untuk setiap mukmin yang telah disampaikan kepadanya Al-Quran, sebagaimana khithab-khithab lain yang sejenis dengan khithab tersebut. Semisal, firman Allah Swt:

20 Ibnu Katsir berkata di dalam tafsirnya, (6/83);” Ini adalah janji Allah swt kepada RasulNya, bahwa Allah akan menjadikan umatnya sebagai khalifah di muka bumi, yakni, “pemimpin manusia’, mengatur urusan mereka, dan memperbaiki negeri (di dunia ini). Dan Allah akan menundukkan hamba-hamba(Nya) bagi mereka, dan mengganti –setelah-- ketakutan mereka dari manusia, dengan keamanan dan kekuasaan di tangan mereka. 21 Imam Qurthubiy berkata di dalam tafsirnya (6/220),”…sebagian ulama berpendapat bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan kisah al-Asy’ariyiin (orang-orang yang diseru untuk berperang). Dalam sebuah khabar dituturkan, bahwa tatkala ayat tersebut turun, setelah itu perahu-perahu Al-Asy’ariyyiin dapat melaju ke depan dengen mudah, sedangkan kabilah Yaman lewat jalan laut. Dan mereka tertimpa musibah di dalam Islam, pada masa Rasulullah saw. Kemudian seluruh wilayah Irak berhasil ditaklukkan pada masa Umar ra, lewat penduduk (kabilah) Yaman. Dan ini adalah pendapat paling shahih tentang sabab nuzul ayat ini. Wallahu a’lam. Ghurbat al-Islam

18

Page 19: Islam Yang Terasingkan

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat.” (QS. Al-Maidah [5]: 6) Juga firman Allah Swt:

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu.” (QS. An-Nuur [24]: 55)

Kedua pendapat itu merupakan kenyataan empiris yang telah dikhabarkan Allah ‘Azza wa Jalla. Dengan demikian apabila (terdapat) sekelompok orang murtad dari Islam, maka Allah Swt akan mengganti mereka dengan kaum yang Allah sangat mencintai mereka, dan bersungguh-sungguh dalam membela Islam. Mereka adalah kelompok yang akan ditolong (Allah) hingga hari kiamat.

Hal ini telah dijelaskan dalam pecahan ayat tentang larangan bermuwalah dengan orang kafir. Allah Swt berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang ahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata : ‘Kami takut akan mendapat bencana’. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. – sampai ayat—Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka, dan merekapun mencintai Allah.” (QS. Al-Maidah [5]: 51-54) Mukhathib (pihak yang diseru) yang dilarang untuk bermuwalah dengan orang Yahudi dan Nashrani, hakekatnya, mereka juga mukhathib (yang diseru) dengan ayat-ayat riddah. Dan telah diketahui bahwa ini berlaku bagi umat Islam di setiap masa.

ORANG YANG MURTAD DARI ISLAM AKAN DIGANTI DENGAN ORANG YANG LEBIH BAIK (BAIK) DARI MEREKA

Tatkala Allah Swt melarang bermuwalah dengan orang kafir, Allah Swt menjelaskan kepada mukhathib (pihak yang diseru) bahwa orang yang bermuwalah dengan orang kafir termasuk golongan orang-orang kafir. Ini sekaligus menjelaskan bahwa orang yang bermuwalah dengan orang-orang kafir dan murtad dari agama Islam, tidak membahayakan Islam sedikitpun. Bahkan Allah Swt akan menghadirkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka mencintai Allah. Mereka hanya bermuwalah dengan kaum mukmin, dan tidak bermuwalah dengan orang-orang kafir. Mereka senantiasa berjihad di jalan Allah dan tidak takut dengan celaan. Sebagaimana firman Allah:

“Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya (yang tiga macam itu), maka sesungguhnya Kami akan menyerahkan kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya.” (QS. Al-An’aam [6]: 89)

Ghurbat al-Islam

19

Page 20: Islam Yang Terasingkan

Orang-orang kafir dan murtad dari Islam –setelah mereka masuk Islam-, mereka tidak menimbulkan bahaya sedikitpun bagi Islam. Allah Swt akan mendatangkan orang-orang yang beriman kepada apa-apa yang diturunkan Allah, kepada Rasul-Nya dan senantiasa menolong agama-Nya hingga hari kiamat.

Penduduk Yaman, termasuk orang-orang yang dihadirkan Allah Swt tatkala orang-orang telah murtad. Sebab, pengertiannya tidak lebih dari itu. Ayat tersebut tidak dikhususkan bagi mereka –penduduk Yaman-, demikian pula hadits –tentang penduduk Yaman— bukan berlaku khusus bagi mereka saja. Allah Swt telah mengabarkan bahwa Dia akan mendatangkan selain penduduk Yaman, misalnya penduduk Persia. Oleh karena itu, janji Allah tersebut tidak dikhususkan bagi penduduk Yaman saja.

Disamping itu Allah Swt berfirman:

“hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu : ‘Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah’, kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan) dengan kehidupan akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Taubah [9]: 38-39) Ayat ini juga berlaku untuk setiap masa. Di dalam ayat ini Allah Swt telah mengabarkan bahwa, barangsiapa melarikan diri dari jihad yang diperintahkan Allah, Allah Swt akan menyiksanya, dan akan mengganti dengan orang-orang yang selalu berjihad (di jalan Allah). Ini merupakan sebuah kenyataan empiris.

Pada ayat lain, Allah Swt berfirman:

“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka diantara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allahlah yang Maha kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan-Nya. Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini).” (QS. Muhammad [47]: 38) Allah Swt telah mengabarkan bahwa orang yang melarikan diri dari jihad atau dari berinfaq di jalan Allah, maka mereka akan diganti (dengan kaum yang lebih baik daripada mereka).

Demikian pula terhadap para penakut dan bakhil, maka Allah Swt akan mengganti mereka dengan orang yang selalu menolong Islam, dan berinfaq di jalan Islam. Lalu, bagaimana orang yang murtad dari Islam, mampu merubah keaslian Islam? --sebagai bentuk kehinaan bagi kaum mukmin, dan kemuliaan bagi orang kafir--, padahal, Allah Swt akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka mencintai Allah Swt, serta berjihad di jalan Allah.

Hal-hal tersebut di atas dijumpai pada ahli ilmu, ahli ibadah, pejuang Islam, dan dermawan: bersama-sama dengan empat golongan ini, kaum mukmin dan mujahid akan ditolong hingga hari kiamat. Hal-hal tersebut di atas juga terdapat pada orang-orang yang murtad atau yang melarikan diri dari jihad dan berinfaq di jalan Allah. Ghurbat al-Islam

20

Page 21: Islam Yang Terasingkan

SYARAT KEMENANGAN DI SETIAP MASA Janji Allah Swt dalam firman-Nya:

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi.” (QS. An-Nur [24]: 55) akan diberikan kepada setiap orang yang disifati dengan sifat-sifat tersebut di atas. Tatkala generasi pertama Islam disifati dengan sifat-sifat tersebut di atas, maka Allah Swt menjadikan mereka sebagai penguasa di muka bumi, seperti yang telah dijanjikan-Nya. Setelah periode mereka, akan muncul suatu kaum yang disifati dengan sifat-sifat tersebut, dengan keimanan dan keislaman mereka. Barangsiapa memiliki keimanan yang sempurna dan amal yang shalih, tentu Allah Swt akan menjadikan mereka sebagai penguasa (di muka bumi), sebagaimana janji yang telah dinyatakan Allah Swt. Jika keimanan mereka lemah dan hampa, maka posisi mereka juga akan lemah dan ringkih. Demikian halnya dengan pahala, ia bergantung pada amal perbuatan. Barangsiapa mengerjakan suatu amal perbuatan, maka ia berhak mendapatkan balasan.

Akan tetapi tidak ada periode yang menyamai kurun pertama. Tidak ada satu jamanpun yang lebih baik dari kurun pertama. Rasulullah saw bersabda:

“Sebaik-baik kurun adalah kurun dimana aku diutus kepada mereka, kemudian kurun setelah mereka, kemudian kurun berikutnya lagi.22”

22[HR. Bukhari, no.2508, Muslim, no.2533. Imam Ibnu Hajar berkata dalam Fath al-Baariy (6/7),”Orang yang terlihat ikut berperang bersama Nabi, atau berada pada masa beliau saw dengan perintah beliau, atau menginfaqkan hartanya karena perintah beliau saw, maka tak seorangpun setelah mereka, mampu menyamai mereka dalam hal keutamaan. Adapun orang yang hal itu tidak terjadi padanya, maka inilah topik yang perlu dibahas.”

Ibnu ‘Abd al-Barr berpendapat, sesungguhnya sangat mungkin ada orang yang datang setelah shahabat beliau saw (generasi shahabat), mencapai martabat sebagian dari mereka ra, bahkan melebihi mereka. Beliau berargumentasi dengan beberapa buah hadits berikut ini; hadits riwayat Imam Tirmidziy dan Ibnu Hibban dengan sanad hasan, misalnya, “Perumpamaan umatku bagaikan air hujan, tidak diketahui yang awal atau yang akhir yang lebih baik.” Juga riwayat dari Abu Dawud dan Tirmidziy dengan sanad hasan, “Akan datang suatu masa, bagi orang yang beramal,akan mendapatkan pahala 50 orang. Para shahabat bertanya,”Ya Rasulullah, 50 orang dari kami atau mereka? Rasul menjawab, “Dari kalian.” Beliau juga behujjah dengan hadits riwayat Imam Ahmad, Daraamiy, dan Thabaraniy, “Abu ‘Ubaidah bertanya, “Ya Rasulullah! Adakah orang yang lebih baik daripada kami? Kami telah masuk Islam bersama kamu, kami juga berjihad bersama engkau.” Rasul menjawab,”Ada; yakni suatu kaum setelah kalian, yang mereka beriman kepadaku padahal mereka tidak melihatku.” Isnadnya hasan.

Abu ‘Umar berhujjah, bahwa sebab mengapa kurun pertama disebut sebaik-baik kurun, karena, mereka adalah orang-orang yang terasing dalam keimanannya karena begitu banyaknya orang-orang Ghurbat al-Islam

21

Page 22: Islam Yang Terasingkan

Akan tetapi, keadaan di atas kadang-kadang terjadi pada sebagian orang yang berada pada suatu kurun tertentu. Kadang-kadang terjadi pula pada sebagian golongan kaum muslim, sebagaimana telah masyhur di setiap jaman.

KAPAN MUNCUL TANDA-TANDA KIAMAT? Adapun, sabda Rasulullah saw:

“Kemudian Allah Swt mengirimkan angin untuk mencabut ruh setiap orang mukmin.23” Hadits ini tidak menjelaskan tentang riddah (kemurtadan), tetapi menjelaskan tentang kematian kaum mukmin. Sehingga beliau saw tidak menyatakan, “Jika semua orang mukmin mati, maka posisinya akan diganti oleh Allah dengan yang lain.” Akan tetapi, ancaman –bahwa posisinya akan digantikan oleh kaum yang lebih baik— akan terjadi, bila mereka murtad dari agamanya.

Sebagian ulama berargumentasi dengan hadits tersebut (hadits tentang kematian kaum mukmin-pentj), bahwa umat tidak akan bersepakat dalam kesesatan, dan tidak akan murtad seluruhnya. Allah Swt pasti akan menyisakan sebagian kaum mukmin, yakni orang yang akan dimenangkan hingga hari kiamat. Oleh karena itu, jika seluruh kaum mukmin meninggal, berarti (sungguh) kiamat telah datang!

Pendapat di atas sejalan dengan hadits tentang ilmu:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu, dengan cara mencabutnya dari seluruh manusia, akan tetapi ilmu akan tercabut dengan wafatnya ‘ulama. Jika orang ‘alim tidak tersisa lagi, maka manusia akan mengambil orang-orang bodoh sebagai pemimpin mereka, dimana mereka bertanya dan memberi fatwa tanpa dilandasi ilmu. Mereka adalah orang yang menyesatkan dan disesatkan.” kafir. Juga, karena kesabaran mereka atas penderitaan mereka, dan keteguhan mereka dalam memegang agama mereka. Abu ‘Umar berkata, “Demikian pula, ini juga berlaku bagi orang-orang setelah mereka. Jika mereka menegakkan agama, berpegang teguh dengannya, sabar dalam ketaatan tatkala kemaksiyatan dan fitnah telah tersebar luas, maka dalam kondisi semacam ini, orang-orang tersebut juga orang-orang yang terasing (ghuraba’). Maka pada saat itu, amal perbuatan mereka mendapat balasan yang berlipat ganda, seperti halnya para shahabat.

Akan tetapi, pendapat Ibnu ‘Abd al-Barr di atas tidak berlaku bagi seluruh shahabat. Beliau menjelaskan bahwa pendapatnya dikecualikan bagi ahli Badar dan shahabat yang terlibat dalam perjanjian Hudaibiyyah. Diringkas dari Fath al- Baariy (7/6-7) 23 HR. Muslim, juz.4 hal.2250, dari al-Nawas bin Sam’aan pada akhir hadits panjang yang menceritakan tentang masuknya Ya’juj dan Ma’juj dan fitnah [yang ditimbulkan oleh] mereka, dengan sabdanya,”Demikianlah, Allah swt telah meniupkan angin kebaikan, kemudian mengalir di bawah ketiak mereka, kemudian mencabut ruh setiap mukmin dan muslim, dan tersisalah orang-orang yang berperangai buruk yang berbuat kerusakan hingga hari kiamat.”[HR. Tirmidziy (2240), Ibnu Majah (4075), Imam Ahmad (4/181), al- Haakim (4/492-493). Ghurbat al-Islam

22

Page 23: Islam Yang Terasingkan

Juga hadits yang bercerita tentang al-shihah (kebenaran)24, dari haditsnya ‘Abdullah bin ‘Amru25 dari nabi saw.

AL-QURAN TIDAK AKAN TERJAGA KECUALI DENGAN TADABBUR (PEMAHAMAN) DAN TATHBIQ (PENERAPAN)

Ada yang berpendapat di dalam hadits Ibnu Mas’ud26 dan selainnya, bahwa beliau saw bersabda:

“Al-Quran akan lenyap, sehingga tidak ada satupun ayat yang tersisa baik dalam mushhaf-mushhaf, maupun dada,” telah bertentangan dengan hadits-hadits di atas.

Sebagian ulama mengatakan; tidaklah demikian. Sesungguhnya pencabutan ilmu berbeda dengan pencabutan al-Quran. Dengan dalil, hadits lain yang menyatakan, “Pada saat itulah ilmu dicabut.”27Sebagian orang Anshar bertanya, “Bagaimana ilmu bisa dicabut, sedangkan kami membaca al-Quran dan kami juga membacakannya kepada isteri-isteri dan anak-anak kami? Rasul bersabda, “Sungguh ibu kalian akan meninggalkan kalian, jika kalian telah kehilangan orang yang mengajari (ilmu) kepada penduduk Medinah, atau bukankah Taurat dan Injil juga lenyap dari kalangan orang Yahudi dan Nashrani? Lalu, apakah yang lenyap dari mereka?

Dengan demikian jelaslah, bahwa tetap terjaganya al-Kitab (al-Quran) tidak otomatis ilmu juga tetap terjaga. Selain itu, al-Quran juga dibaca baik oleh orang-orang munafik, maupun mukmin, dan orang ‘ummi yang tidak mengetahui al-Kitab, kecuali melalui angan-angan. 24 HR. Bukhari (100), Muslim 2673. Al-Hafidz berkata dalam Fath (1-195),”Hadits ini telah mendorong untuk menjaga ilmu serta peringatan dari kepemimpinan orang-orang bodoh.” 25 ‘Abdullah bin ‘Amru bin al-‘Ash al-Farasyiy. Beliau termasuk shahabat terpilih. Beliau masuk Islam sebelum ayahnya masuk Islam. Beliau memiliki ilmu yang melimpah. Seorang mujahid dalam beribadah. Beliau salah satu fuqaha’ yang ahli ‘ibadah. Dalam shahihain ia telah meriwayatkan bersama Rasulullah saw, tentang larangan beliau terhadap muwadlahah pada sholat malam, puasa siang hari, mengkhatamkan al-Quran tiap tiga hari. Dalam sebuah riwayat, tatkala ia besar, ia pernah berkata, “Alangkah baiknya, saya mengambil keringanan (rukhshah).” Ada yang berpendapat bahwa ‘Abdullah wafat pada tahun 61 H di Tha’if. (Asaad al-Ghabah (3090), dan al-Ishabah (4848). 26 ‘Abd al-Allah bin Mas’ud, seorang shahabat, anak dari seorang shahabat wanita. Ibunya bernama Ummu ‘Abd, yang telah masuk Islam terlebih dahulu. Ia berkata, “Saya saksikan ke enam dari 6 orang tidak ada yang masuk Islam kecuali kami”. Ia ikut hijarah ke Habasyah, kemudian hijrah ke Medinah. Beliau ra ikut menyaksikan bersama Rasulullah saw, perang Badar, Uhud, Khandaq, Bai’at al-Ridlwan dan peristiwa- peristiwa lain. Ia berkata, “Saya belajar langsung dari Rasulullah saw 70 surat, Dia adalah orang yang pertama kali membaca al-Quran dengan keras di Mekah. ‘Umar mengangkatnya sebagai amir di Kufah. Beliau wafat pada tahun 32 H di Medinah.(Asaad al-Ghabah (3177), dan al-Ishabah (4954). 27 Hadits shahih diriwayatkan oleh Tirmidziy (2653), Ibnu Majah (4048), Imam Ahmad (6/26), Haakim (1/99-100). Lihat shahih Ibnu Majah (3272). Ghurbat al-Islam

23

Page 24: Islam Yang Terasingkan

Hasan al-Bashriy28 berkata, “Ilmu ada dua macam, “Ilmu yang terdapat di dalam dada, dan ilmu yang terdapat pada lisan. Ilmu hati adalah ilmu yang bermanfaat. Ilmu lisan adalah hujjah Allah atas hamba-hambanya”29. Jika Allah mewafatkan ulama, maka yang tersisa hanyalah orang-orang yang membaca al- Quran tanpa pengetahuan. Kemudian ia akan lenyap dari mushhaf-mushhaf dan dada.

BARANGSIAPA DIBERI ILMU DAN IMAN, MAKA IA TIDAK AKAN MURTAD

Ada sebagian ‘ulama berpendapat, bahwa di dalam hadits Hudaibiyyah30 yang tercantum dalam shahihain, bahwa sesungguhnya beliau saw telah menceritakan tentang tercerabutnya amanah. Rasul saw bersabda:

“Seorang laki-laki tertidur, kemudian tercabutlah amanah dari hatinya, dan yang tertinggal hanya bekasnya saja. Kemudian ia tertidur, lalu tercabutlah amanah itu dari hatinya , dan yang tertinggal hanyalah bekas yang melepuh, yakni seperi bara api yang terinjak kakimu, maka engkau akan melihat lepuhan (pada kakimu), yang di dalamnya tidak berisi apapun”.

Sebagian ulama mengatakan, “bahwa pencabutan amanah dan pencabutan iman berbeda dengan pencabutan ilmu. Pada dasarnya setiap manusia yang diberi iman namun sedikit ilmunya, maka iman semacam ini akan dicabut dari dadanya. Sebagaimana imannya Bani Israil tatkala mereka melihat sapi betina. Sedangkan orang yang diberi ilmu sekaligus iman, maka iman semacam ini tidak akan dicabut dari dadanya. Iman seperti ini tidak akan memurtadkan dirinya dari Islam. Ini tentu berbeda dengan sekedar al-Quran saja (tanpa ilmu dan iman-pentj), atau sekedar memiliki iman saja (akan tetapi ilmunya lemah). Iman semacam ini bisa dicabut. Dan perkara ini merupakan sebuah kenyataan empiris.

Sebagian kemurtadan yang kami temui pada seseorang yang di sisinya ada al-Quran, disebabkan karena tidak adanya ilmu dan iman. Adapun kemurtadan pada diri seseorang yang memiliki iman, disebabkan karena tidak adanya ilmu dan al-Quran. Sedangkan orang yang telah diberi al-Quran dan

28 Hasan al-Bashriy, beliau adalah seorang imam faqih yang mulia. Seorang tabi’un masyhur yang penuh dengan kemulyaan. Beliau adalah penghulu ilmu dan amal di masanya. Beliau orang yang sangat fasih, dan penuh dengan kebijakan. Beliau pernah melihat ‘Utsman dan Thalhah, dan sebagian shahabat besar. Beliau juga meriwayatkan dari sejumlah besar shahabat. Beliau dilahirkan pada masa Khilafah ‘Umar dan wafat pada tahun 110 H. Beliau mencapai usis 90 tahun. Jenazah beliau disaksikan dan disholatkan oleh sebagian besar pengikut jama’ahnya di Bashrah. (al-Haaliyyah 2/131 dan al-Bidayah 9/297). 29 Shahih; hadits ini dikeluarkan oleh al-Daraamiy (364) dengan lafadz,” Ilmu ada dua macam, “Ilmu yang terdapat di dalam dada, dan ilmu yang terdapat di lisan. Ilmu hati adalah ilmu yang bermanfaat. Ilmu lisan adalah hujjah Allah atas anak Adam.” Dan diriwayatkan secara marfu’ sampai ke Rasulullah saw akan tetapi tidak sah (shahih). Lihat; Misykaat al-Mashaabih 1/89) 30 Hudzaifah al-Yamani, termasuk golongan shahabat besar. Nama bapaknya al- Yamaan: Hasiil Ghurbat al-Islam

24

Page 25: Islam Yang Terasingkan

iman, maka akan melahirkan pengetahuan (ilmu). Iman semacam ini tidak akan dicabut dari dadanya. Wallahu A’laam.31

31 Ini adalah kalimat terakhir dari Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah – semoga Allah mensucikan ruhnya-, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, dan shahabatnya. Segala puji semata hanya milik Allah. Ghurbat al-Islam

25