21
Isra’ dan Mi’raj Pengalaman Nabi Muhammad melakukan Isra’ dan Mi’raj termasuk hal yang juga masih mendapat banyak perdebatan didunia Islam khususnya dan dunia Barat pada umumnya yang memang memandang kisah tersebut dengan kacamata skeptis dan menganggapnya hanya sebagai khayalan dan bualan dari Nabi belaka.; Sebaliknya umat Islam sendiri meributkan apakah perjalanan yang dilakukan oleh Nabi tersebut dilakukan secara jasmani atau perjalanan rohani. Semuanya didasarkan pada cara pandang masing-masing orang dalam menafsirkan ayat dan hadis yang berhubungan dengan kejadian ini. Kisah perjalanan malam Nabi Muhammad yang terjadi pada saat beliau kehilangan istri dan paman yang dikasihinya inipun sebenarnya secara obyektif dapat juga dianalisa melalui kacamata ilmiah dimana apa yang beliau alami sekitar 1400 tahun yang silam itu tidak ubahnya seperti seorang pebisnis yang melakukan perjalanan pulang-pergi dengan pesawat terbang dari suatu tempat ketempat yang lain. Maha Suci Dia yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari masjidil haram kemasjidil aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya, untuk Kami perlihatkan kepadanya tanda- tanda kekuasaan Kami; Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat – Qs. 17 al-Israa’ : 1 Dengan segala kesucian-Nya, bebas dari kemauan, kehendak maupun ketinggian teknologi yang ada pada diri seorang hamba- Nya Muhammad, Allah telah memperjalankannya pada suatu malam

Isra’ dan Mi’raj - HENDRA PRIJATNA Web viewKejadian didalam mimpi tidak perlu diperdebatkan apalagi membuat seseorang menjadi gusar dan berbalik keimanan. Semua orang bisa saja

  • Upload
    lephuc

  • View
    217

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Isra’ dan Mi’raj - HENDRA PRIJATNA Web viewKejadian didalam mimpi tidak perlu diperdebatkan apalagi membuat seseorang menjadi gusar dan berbalik keimanan. Semua orang bisa saja

Isra’ dan Mi’raj

Pengalaman Nabi Muhammad melakukan Isra’ dan Mi’raj termasuk hal yang juga

masih mendapat banyak perdebatan didunia Islam khususnya dan dunia Barat pada umumnya

yang memang memandang kisah tersebut dengan kacamata skeptis dan menganggapnya

hanya sebagai khayalan dan bualan dari Nabi belaka.; Sebaliknya umat Islam sendiri

meributkan apakah perjalanan yang dilakukan oleh Nabi tersebut dilakukan secara jasmani

atau perjalanan rohani. Semuanya didasarkan pada cara pandang masing-masing orang dalam

menafsirkan ayat dan hadis yang berhubungan dengan kejadian ini.

Kisah perjalanan malam Nabi Muhammad yang terjadi pada saat beliau kehilangan

istri dan paman yang dikasihinya inipun sebenarnya secara obyektif dapat juga dianalisa

melalui kacamata ilmiah dimana apa yang beliau alami sekitar 1400 tahun yang silam itu

tidak ubahnya seperti seorang pebisnis yang melakukan perjalanan pulang-pergi dengan

pesawat terbang dari suatu tempat ketempat yang lain.

Maha Suci Dia yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari

masjidil haram kemasjidil aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya, untuk Kami perlihatkan

kepadanya tanda-tanda kekuasaan Kami;

Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat – Qs. 17 al-Israa’ : 1

Dengan segala kesucian-Nya, bebas dari kemauan, kehendak maupun ketinggian

teknologi yang ada pada diri seorang hamba-Nya Muhammad, Allah telah

memperjalankannya pada suatu malam yang sepi dengan segala kelengkapan dan fasilitas

yang mengelilinginya sehinga terhindar dari segala hal buruk yang dapat terjadi selama

perjalanan itu berlangsung dari suatu tempat bernama Masjid al-Haram dengan tujuan

memperlihatkan kerajaan Allah dialam semesta.

Disurah yang lain Allah berfirman sehubungan peristiwa ini : Perhatikanlah bintang

ketika dia menghilang, tidaklah kawanmu (Muhammad) orang yang sesat dan bodoh, tidak

juga perkataannya itu berasal dari hawa nafsunya pribadi, apa yang diucapkannya adalah

wahyu yang disampaikan dan yang diajarkan kepadanya oleh yang sangat kuat (Jibril) yang

mempunyai akal yang cerdas. Dan dia telah menampakkan rupanya yang asli saat dia berada

diufuk yang tinggi lalu dia mendekat dan menjadi rapat (terhadap diri Muhammad) tidak

ubahnya berjarak antara dua busur panah atau lebih dekat lagi; kemudian dia (Jibril)

meneruskan kepadanya (Muhammad) apa saja yang telah diwahyukan; hatinya tidak

mendustakan apa yang sudah dilihatnya, maka apakah kamu hendak membantah apa yang

Page 2: Isra’ dan Mi’raj - HENDRA PRIJATNA Web viewKejadian didalam mimpi tidak perlu diperdebatkan apalagi membuat seseorang menjadi gusar dan berbalik keimanan. Semua orang bisa saja

sudah dia lihat ? Dan sungguh dia telah melihatnya pada kesempatan yang lain, di Sidratul

Muntaha yang didekatnya ada Jannah tempat tinggal; ketika Sidratul Muntaha itu diliputi

sesuatu yang melapisinya maka tidaklah dirinya berpaling dari apa yang terlihat dan tidak

juga dia bisa melebihinya, sungguh dia telah melihat tanda-tanda Tuhannya yang paling

hebat– Qs. 53 an-Najm : 1 s/d 18

Dalam ayat yang cukup panjang diatas, dipaparkan bagaimana dalam peristiwa

perjalanan malamnya itu Nabi Muhammad berjumpa dengan malaikat Jibril dengan

wujudnya yang asli seperti yang pernah disaksikannya saat pertama kali beliau mendapat

wahyu digua Hira. Bila kita analisa ayat per ayatnya maka tidaklah sulit bagi kita untuk

mengetahui bahwa semua yang sudah dialami oleh Nabi Muhammad tersebut bukanlah

bualan maupun mimpi-mimpi belaka, tidak juga yang dialaminya merupakan sekedar

pengalaman rohani yang tidak melibatkan jasad jasmaninya karena disitu dicantumkan

keterangan bahwa hati Nabi sebagai rohani tidak mungkin mendustakan apa yang sudah

dilihat oleh matanya sebagai indra jasmani. Sebab itu juga kita bisa mengerti bila ada

sebagian orang yang tadinya beriman namun setelah beliau menceritakan pengalaman

terbangnya yang hanya dalam setengah malam saja berbalik murtad dan mendustakan

kenabiannya.

Peradaban masyarakat Mekkah secara khusus dan dunia secara umumnya kala itu

masing sangat rendah bahkan Eropa belum lagi mengenal masa renaisansnya, dunia juga

belum mengenal pesawat terbang, orang masih berkhayal terbang dengan permadani atau

kuda sembrani seperti pada film Aladdin dan sejenisnya. Pesawat terbang sendiri baru dibuat

pada abad 19 yaitu bulan Desember 1903 oleh Wright bersaudara (Wilbur Wright dan Orville

Wright) dengan percobaan pertama mereka diatas padang pasir Kitty Hawk, Carolina Utara,

Amerika Serikat (Sumber : Brian Williams, Pustaka Pengetahuan Modern, Pesawat Terbang,

terj. Dadi Pakar, Penerbit PT. Widyadara, Jakarta, hal. 3)

Kejadian didalam mimpi tidak perlu diperdebatkan apalagi membuat seseorang

menjadi gusar dan berbalik keimanan. Semua orang bisa saja bermimpi yang aneh-aneh,

semua orang boleh saja mengatakan bahwa didalam mimpinya tadi malam telah pergi

melanglang buana dan menemui banyak wanita cantik atau bahkan didalam mimpinya itu dia

sudah menjalankan ibadah haji; namun semuanya tetaplah mimpi belaka yang hakekatnya

tidak terjadi dialam nyata yang sebenarnya. Dus, sekalipun misalnya benar bahwa peristiwa

Isra’ dan Mi’raj pernah terjadi didalam mimpinya, maka sesuai dengan ayat al-Qur’an yang

lain bahwa mimpi yang diperlihatkan kepada Nabi pasti akan terjadi didunia nyata dan ini

Page 3: Isra’ dan Mi’raj - HENDRA PRIJATNA Web viewKejadian didalam mimpi tidak perlu diperdebatkan apalagi membuat seseorang menjadi gusar dan berbalik keimanan. Semua orang bisa saja

berarti tetap saja akhirnya mimpi Isra’ dan Mi’raj itu dialami secara jasmani oleh Nabi

Muhammad.

Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya mengenai kebenaran

mimpinya dengan sebenarnya – Qs. 48 al-Fath : 27 Bahwa perjalanan Isra’ dan Mi’raj

disebutkan berlangsung pada waktu malam hari, dimana secara psikologis suasana lebih

terasa tenang dibanding keadaan disiang atau dipagi hari, aktivitas masyarakatpun sudah

berpusat didalam rumahnya masing-masing sekaligus beristirahat melepas penat bekerja

seharian dan menjadi kondisi yang cocok dalam melakukan pendekatan kepada Yang Maha

Kuasa apalagi bila kita mengingat keadaan jazirah Arabia diwaktu itu.

Kitab suci al-Qur’an memberikan petunjuk kepada kita saat yang terbaik untuk

meningkatkan kualitas ibadah seorang muslim adalah malam hari. Berdirilah pada malam

hari untuk ibadah, separuhnya atau kurang dari itu atau malah lebih dari separuh malam dan

bacalah al-Qur’an dengan perlahan-lahan. – Qs. 73 al-Muzzammil : 2 s/d 4 Sesungguhnya

bangun diwaktu malam itu adalah paling baik dan lebih tenang bacaannya – Qs. 73 al-

Muzzammil : 6

Dari kacamata ilmu modern, perjalanan Nabi keluar angkasa dimalam hari justru tepat

sekali karena bila beliau diberangkatkan saat siang hari maka beliau naik menuju matahari

yang menjadi pusat orbit semua planet dalam sistem matahari kita. Kenyataan ini tidak dapat

disebut bahwa Nabi telah berangkat naik akan tetapi sebenarnya beliau justru turun karena

semakin dekat kita pada pusat orbit atau pusat rotasi maka kita tidak sedang naik namun

sedang turun, seandainya orang naik dari bumi menuju Planet Jupiter atau Saturnus

hendaklah dia berangkat waktu malam yaitu bergerak dengan menjauhi matahari selaku titik

yang paling bawah dalam tata surya kita.

Orang mengetahui bahwa semesta, galaksi, tata surya dan planet, masing-masingnya

mengalami perputaran. Setiap putaran tentunya memiliki pusat putaran yang langsung

menjadi pusat benda angkasa itu. Semuanya bagaikan bola atau roda yang senantiasa

berputar. Maka sesuatu yang menjadi pusat putaran dikatakan paling bawah dan yang

semakin jauh dari pusat putaran dinamakan semakin atas.

Dalam hal ini keadaan dibumi dapat dijadikan contoh. Pusat putaran bumi dikatakan

paling bawah dan yang semakin jauh dari pusat itu dikatakan semakin naik keatas.

Akibatnya, orang yang berdiri di Equador Amerika dan orang yang berdiri dipulau Sumatera,

pada waktu yang sama, akan menyatakan kakinya kebawah dan kepalanya keatas, padahal

kedua orang tersebut sedang mengadu telapak kaki dari balik belahan bumi, tetapi masing-

masingnya ternyata benar untuk status bawah dan atas yang dipakai dipermukaan bumi ini.

Page 4: Isra’ dan Mi’raj - HENDRA PRIJATNA Web viewKejadian didalam mimpi tidak perlu diperdebatkan apalagi membuat seseorang menjadi gusar dan berbalik keimanan. Semua orang bisa saja

Demikian juga jika contoh itu dipakai untuk status tata surya dimana matahari sebagai

bola api langsung bertindak jadi pusat rotasi ataupun peredaran. Karenanya matahari

dikatakan paling bawah dan yang semakin jauh dari matahari dinamakan semakin naik

keatas. Planet Venus dan Mercury berada dibawah orbit bumi karena keduanya mengorbit

dalam daerah yang lebih dekat dengan matahari, jadi jika ada penduduk bumi yang pergi ke

Venus, Mercury atau Matahari, maka orang tersebut hakekatnya sedang turun bukan naik,

karenanya Planet Venus dan Mercury tidak mungkin disebut sebagai langit bagi planet bumi

kita, sebab yang dikatakan langit adalah sesuatu yang berada dibahagian atas, tetapi benar

kedua planet itu menjadi langit bagi matahari sendiri.

Selanjutnya, ayat al-Qur’an juga menyebutkan secara jelas bahwa peristiwa Isra’ dan

Mi’raj terjadi dari satu titik (daerah) bernama Masjid al-Haram dan kita semua tahu bahwa

kata itu merujuk pada tempat bersujud disekeliling Ka’bah, entah itu dibagian yang disebut

Hathiem, Hijir maupun maqam Ibrahim dimana menurut konon cerita sebagai tempat

berpijak Nabi Ibrahim sewaktu meninggikan dasar-dasarnya bersama puteranya Nabi Ismail.

Karenanya maka kita tidak perlu bingung dengan keberadaan hadis riwayat Bukhari yang

menyatakan bahwa Nabi diperjalankan dari Hatihiem dan Hijr seperti berikut ini : Telah

menceritakan kepada kami Hudbah bin Khalid dari Hummam bin Yahya dari Qatadah yang

berasal dari Anas bin Malik dari Malik bin Sha’sha’ah bahwasanya Nabi Allah Saw telah

menceritakan kepada mereka tentang suatu malam dimana beliau di Israa’kan : ‘Ketika aku di

Hathiem dan terkadang beliau bersabda – aku ada di Hijir sambil berbaring ...’ Semuanya

menunjukkan bahwa posisi Nabi kala itu masih berada di Mekkah dan dalam lingkungan

Ka’bah (Masjid al-Haram) sesuai surah al-Israa’ ayat 1.

Hanya saja yang perlu kita koreksi adalah hadis-hadis lain (salah satunya juga

diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas bin Malik menurut versi Abu Dzar) yang mengatakan

bahwa Nabi diberangkatkan dari dalam rumahnya dengan membukanya atap-atap rumah

beliau dengan sendirinya untuk kemudian muncul Jibril dan langsung membelah dadanya lalu

ada juga hadis yang mengatakan bahwa Nabi tidak berangkat dari rumahnya dan tidak pula

dari dekat Ka’bah tetapi dari rumah Umi Hani binti Abu Thalib saat beliau menginap disana.

Disini kita tidak akan banyak bercerita mengenai riwayat detil hadis-hadis itu namun untuk

diketahui saja bahwa ada banyak sekali variasi hadis yang menceritakan peristiwa Isra’ dan

Mi’raj ini dan masing-masing isi hadis saling berseberangan atau bertolak belakang; Dari

kacamata ilmu modern, salah satu dari kumpulan hadis-hadis itu pasti benar atau semuanya

salah yang disebabkan terdistorsinya hadis Nabi oleh pikiran, ucapan maupun khayalan para

perawinya, toh, mereka adalah manusia biasa, tidak ada jaminan para perawi hadis bebas dari

Page 5: Isra’ dan Mi’raj - HENDRA PRIJATNA Web viewKejadian didalam mimpi tidak perlu diperdebatkan apalagi membuat seseorang menjadi gusar dan berbalik keimanan. Semua orang bisa saja

kesalahan. Mustahil Nabi Muhammad bercerita mengenai kejadian yang sama tetapi berbeda

informasinya, sebab ini berarti Nabi sudah berdusta padahal sifat ini sangat jauh dari pribadi

seorang Muhammad yang sejak kecil digelari masyarakatnya sebagai al-amin. Inilah

makanya jangan terlalu bertaklid terhadap hadis, bersifat kritislah, enyahkan jauh-jauh

emosional yang mengganggu pikiran rasional.

Selanjutnya dari masjid al-haram perjalanan Nabi sampai kemasjid al-aqsha; bertitik

tolak dari istilah masjid al-aqsha ini maka sejumlah ulama kembali berbeda pandangan,

apakah yang dimaksud adalah masjid al-aqsha yang sekarang ini berada ditanah Yerusalem

ataukah nama suatu tempat nun jauh disana. Dalam hal ini Saleh A. Nahdi (Sumber: Saleh A.

Nahdi, Mi’raj Isra bukan Isra Mi’raj, Penerbit PT. Arista Brahmatyasa, Jakarta, 1993, hal. 45)

berpendapat bahwa masjid al-aqsha yang dimaksud merupakan masjid Nabawi dikota

Madinah, dimana menurut beliau tujuan perjalanan Nabi kesana sebagai petunjuk awal dari

Allah kepada Nabi Muhammad untuk berpindah dari tanah kelahirannya Mekkah al-

mukarromah yang waktu itu masyarakatnya sangatlah membenci beliau sekaligus menjadi

titik tolak kemenangan Islam dimasa depan.

Saleh A. Nahdi menyatakan bahwa penyebutan masjid al-aqsha untuk nama tempat

yang ada di Yerusalem tidaklah sesuai dengan kalimat ‘Kami berkati sekelilingnya’ sebab

pada kenyataannya daerah ini tidak pernah mencerminkan isi ayat tersebut, sebaliknya

hampir setiap hari kita lihat diberita terjadi pembantaian manusia oleh zionis Israel.

Senada dengan Saleh A. Nahdi, Taufik Adnan Amal (sumber: Taufik Adnan Amal,

Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an, dengan kata pengantar : Prof. Dr. M. Quraish Shihab,

Penerbit Forum Kajian Budaya dan Agama (FkBA), Yogyakarta, 2001, hal. 79, catatan kaki

no. 59) berpendapat dengan merujuk istilah masjid al-aqsha yang ada pada surah al-Israa’

ayat satu kepada tempat peribadatan yang terletak di Yerusalem sangat tidak logis, karena

masjid al-Aqsha baru dibangun sekitar 46 tahun setelah wafatnya Nabi, dan hadis-hadis yang

bercerita pengalaman Nabi di Bait al-Maqdis bukan satu-satunya yang ditemukan dalam

koleksi-koleksi hadis tentang peristiwa Mi'raj.

Menurut beliau, hadis-hadis lainnya memberi keterangan bahwa perjalanan spiritual

Nabi tersebut bermula dari Mekkah dengan tanpa menyebut perjalanan ke Yerusalem [Lihat

misalnya Bukhari, Shahih, Kitab al-Shalat, bab kayfafuridlat al-shalat...; Abu Ja'far

Muhammad ibn Jarir al-Thabari, Jami' al-Bayan 'an Ta'wil Ay al-Qur'an, eds. Mahmud

Muhammad Syakir & Ahmad Muhammad Syakir]; Disisi lain Taufik juga mempertanyakan

bila Yerusalem dalam ayat lain dinyatakan sebagai negeri terdekat (Lihat surah 30 ar-Rum

ayat 3) maka bagaimana mungkin sekarang dinyatakan Yerusalem sebagai masjid terjauh ?

Page 6: Isra’ dan Mi’raj - HENDRA PRIJATNA Web viewKejadian didalam mimpi tidak perlu diperdebatkan apalagi membuat seseorang menjadi gusar dan berbalik keimanan. Semua orang bisa saja

Oleh karena itu masih menurut beliau, maka ahli sejarah Islam terkenal, Thabari tidak

memasukkan versi hadis tentang perjalanan Nabi ke Yerusalem, tetapi menuturkan perjalanan

spiritual Nabi ke langit dunia tanpa menyinggung Yerusalem. Namun berbeda dengan Saleh

A. Nahdi yang berpendapat masjid al-aqsha adalah masjid Nabawi, maka Taufik Adnan Amal

berpendapat bahwa masjid al-aqsha yang tercantum didalam kitab suci merujuk tempat

ibadah para malaikat dilangit.

Bila kita kembalikan lagi kepada al-Qur’an sebagai data paling otentik yang diakui

oleh umat Islam, penunjukan masjid al-aqsha kepada Bait al-Maqdis di Yerusalem memang

tidak pernah ada sebaliknya ketika menyambung pembicaraan mengenai Isra’ Mi’raj dalam

surah an-Najm, al-Qur’an memperkenalkan istilah Sidratul Muntaha dimana Nabi disebutkan

telah melihat wujud asli dari malaikat Jibril.; Istilah masjid al-aqsha secara terminologi

berarti tempat sujud yang jauh. Dari kitab suci, pemakaian kata masjid pernah disebut untuk

merujuk tempat ibadah ashabul kahfi yang hidup sebelum kenabian Muhammad, sehingga

argumentasi bahwa pengertian masjid hanya terbatas pada nama tempat dimana umat Nabi

Muhammad beribadah menjadi lemah. Sungguh kami akan mendirikan masjid (tempat

bersujud) diatasnya – Qs. 18 al-Kahf : 21 Untuk itu tidak berlebihan kiranya apabila saya

cenderung mengkaitkan antara masjid al-aqsha dengan Sidratul Muntaha, dengan kata lain

bahwa masjid al-aqsha yang dimaksud tidak berada dibumi ini.

Mengkaitkan antara masjid al-aqsha sebagai masjid Nabawi maupun Bait al-Maqdis

di Yerusalem sama sekali tidak tepat selain memang bertentangan dengan fakta historis tanah

tepi barat yang selalu menumpahkan darah sehingga tidak layak disebut kota suci yang

diberkahi Tuhan sepanjang masa, perjalanan Nabi untuk sujud dimasjid Nabawi yang

notabene belum ada saat itu tidak masuk dilogika.; Kita tahu sebelum Nabi memutuskan

hijrah ke Madinah (dulu bernama Yatsrib) Nabi pernah melakukan hijrah ke Ethiopia

(Habsyah) namun gagal. Seandainya Nabi sudah tahu bahwa tempat hijrah yang sebenarnya

adalah di Madinah, beliau tidak perlu lagi mencoba ke Ethiopia.

Sidratul Muntaha bila dilihat dari kacamata ilmu modern bisa diasumsikan bagi nama

sebuah planet bumi lain diluar tata surya yang kita diami ini yang letaknya jauh dari

jangkauan penglihatan indrawi kita secara kasat mata. Surah an-Najm ayat ke-7 menyebutnya

dengan istilah ufuk yang tinggi, sedangkan ufuk sendiri adalah batas pandangan mata, kita

juga tahu mata kita ini memiliki keterbatasan dalam melihat semua benda luar angkasa yang

berjumlah jutaan itu. Dan dia berada diufuk yang tinggi – Qs. 53 an-Najm : 7 Saya juga

menghubungkan antara Sidratul Muntaha yang disebut dalam ayat ke-15 surah an-Najm

terdapat Jannah sebagai tempat tinggal dengan Jannah dimana dulunya Adam berasal

Page 7: Isra’ dan Mi’raj - HENDRA PRIJATNA Web viewKejadian didalam mimpi tidak perlu diperdebatkan apalagi membuat seseorang menjadi gusar dan berbalik keimanan. Semua orang bisa saja

sebelum diperintahkan Allah turun kebumi kita ini dan di Jannah itu juga para Malaikat

pernah bersujud kepada Adam. Didekatnya ada Jannah tempat tinggal – Qs. 53 an-Najm : 15

Hai Adam, tinggallah kamu dan istrimu didalam Jannah itu – Qs. 7 al-a’raaf : 19 Dan saat

Kami memerintahkan kepada Malaikat : ‘Sujudlah kamu semua kepadanya !’ ; Lalu mereka

bersujud kecuali Iblis – Qs. 17 al-Israa’ : 61

Istilah Jannah sendiri bisa diartikan sebagai kebun yang subur (referensi : A. Hassan,

Tafsir al-Furqon, Penerbit Pustaka Tamaam Bangil, 1986, hal. 10, catatan kaki no.38), dan

kita bisa membaca sifat Jannah yang lain dari surah Thaha ayat 118 dan 119 bahwa

didalamnya Adam tidak merasa kepanasan akibat sinar matahari dan tidak juga dia merasa

kehausan atau kelaparan maupun sampai telanjang akibat udara yang panas sehingga harus

membuka pakaian, sebab tempat tersebut banyak sekali pepohonan yang rimbun dan buahnya

bisa dinikmati sebagaimana isi surah al-Baqarah ayat 35. Sesungguhnya kamu tidak akan

kelaparan dan telanjang didalamnya dan sungguh kamu juga tidak akan merasa dahaga

maupun ditimpa panas matahari disana – Qs. 20 Thaha : 119

Bila kita mengadakan bacaan lintas kitab seperti yang sudah pernah kita lakukan

sebelumnya, al-Kitab Kristen pun menceritakan bahwa Adam dan istrinya bukan tinggal di

surga yang wujudnya tidak dapat dibayangkan secara konkrit melainkan tinggal dalam

sebuah kebun yang subur. Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah

timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. - Perjanjian Lama : Kitab

Kejadian : Pasal 2 ayat 8 Dengan demikian, perjalanan yang dilakukan oleh Nabi

Muhammad selaku Nabi terakhir pada peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah suatu perjalanan

pulang kampung. Melihat kembali tempat dimana dulunya nenek moyang manusia bumi ini

(yaitu Adam dan istrinya) berasal. Hadis-hadis yang mengisahkan peristiwa ini memang

sangat beragam dan tidak jarang saling bertentangan satu dengan yang lain, namun dari

perbedaan-perbedaan tersebut, ada persamaan yang perlu kita perhatikan, yaitu kisah dimana

Nabi disebutkan mengendarai Buraq dalam perjalanan malamnya itu.

Adalah logis dan sejalan dengan kausalita bahwa saat seseorang melakukan

perjalanan yang berjarak jauh, dia memerlukan alat transportasi sebagai jembatan atas

keterbatasan phisiknya. Apalagi untuk menempuh perjalanan antar bintang yang dilakukan

oleh Nabi Muhammad, praktis beliau pun membutuhkan sarana transportasi ini dengan

kemampuan yang memang memadai untuk memberikan perlindungan dari segala macam

bahaya, baik dari benturan meteor, kehampaan udara, pergesekan dengan atmosfir bumi dan

sebagainya. Allah tidak melakukan pelanggaran hukum alam disini, Dia tidak

memperjalankan Nabi Muhammad layaknya seorang Superman yang terbang bebas atau tidak

Page 8: Isra’ dan Mi’raj - HENDRA PRIJATNA Web viewKejadian didalam mimpi tidak perlu diperdebatkan apalagi membuat seseorang menjadi gusar dan berbalik keimanan. Semua orang bisa saja

juga memberinya kuda sembrani bersayap dan karpet terbang namun Dia memberikan sebuah

wahana antariksa bernama Buraq.

Istilah Buraq mungkin berasal dari istilah Barqu yang berarti kilat sebagaimana

terdapat pada ayat al-Qur’an yang bisa dilihat dibawah ini. Dengan perubahan istilah barqu

menjadi buraq, Nabi hendak menyampaikan kepada kita bahwa kendaraannya itu memiliki

kecepatan diatas sinar, jauh meninggalkan teknologi yang sudah kita capai dijaman sekarang

ini, mungkin lebih mirip dengan kecepatan piring terbang yang sering dilaporkan oleh

masyarakat sehingga praktis Nabi dapat melakukan perjalanan antar planet dalam waktu

setengah malam saja.

Hampir-hampir kilat itu menyambar pemandangan mereka. Setiap kali kilat itu

menyinari mereka, mereka berjalan dibawah sinar itu dan bila gelap tiba, mereka berhenti

berjalan. Niscaya jika Allah menghendakinya Dia melenyapkan pemandangan dan

penglihatan mereka, karena Allah maha berkuasa atas segala sesuatu. – Qs. 2 al-baqarah : 20

Para sarjana telah melakukan penyelidikan dan berkesimpulan bahwa kilat atau sinar

bergerak sejauh 186.000 mil atau 300 Kilometer perdetik. Dengan penyelidikan yang

memakai sistem paralax, diketahui pula jarak matahari dari bumi sekitar 93.000.000 mil dan

dilintasi oleh sinar dalam waktu 8 menit. Untuk menerobos garis tengah jagat raya saja

memerlukan waktu 10 milyar tahun cahaya melalui galaksi-galaksi dan selanjutnya menuju

tempat yang oleh S. Anwar Effendie (sumber: S. Anwar Effendie, Isra’ Mi’raj, Perjalanan

ruang waktu dalam kaitannya dengan penciptaan alam raya, Penerbit PT. Pradnya Paramita,

Jakarta, 1993, hal. 147) disebutnya sebagai kulit bola alam raya dengan garis tengah 40

milyar tahun cahaya.

Untuk mencapai jarak yang demikian jauhnya tentu diperlukan penambahan

kecepatan yang berlipat kali kecepatan cahaya. Karenanya Kenneth Behrendt seorang

konsultan teknik dan ahli kimia Amerika seperti yang dilansir oleh Angkasa Online N0.8 Mei

2000 TAHUN X (sumber: Angkasa Online, www.angkasa-online.com/10/08/fenom

/fenom1.htm , Menjejak UFO dengan Kemampuan Terbatas, No.8 Mei 2000 Tahun X)

mengungkapkan pesimistiknya mengenai perjalanan keluar angkasa jika hanya

mengandalkan teknologi pesawat saja, sebab menurutnya perjalanan kealam semesta

terdekat, yakni Alpha Centauri yang berjarak empat tahun cahaya, bisa dipastikan tak akan

pernah terjadi.

Sebab untuk mencapainya paling-tidak diperlukan waktu hingga 80.000 tahun.

Dengan waktu selama ini, boleh jadi tujuan perjalanan yang sesungguhnya justru akan

terlupakan di tengah jalan. Perjalanan pun kian tak berarah mengingat dalam kecepatan

Page 9: Isra’ dan Mi’raj - HENDRA PRIJATNA Web viewKejadian didalam mimpi tidak perlu diperdebatkan apalagi membuat seseorang menjadi gusar dan berbalik keimanan. Semua orang bisa saja

cahaya tak ada satu pun gelombang radio yang bisa digunakan untuk mengantar pesan dan

komando taktis dari pangkalannya dibumi ini.

Namun bagi saya, disitulah justru letak keistimewaan terbesar Nabi Muhammad

selain al-Qur’an, bukankah sudah kita bahas sebelumnya bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj

bukanlah atas kehendak dari Nabi sendiri dan tidak juga mengandalkan teknologi atau

kemampuan yang beliau miliki tetapi semuanya atas keinginan dari Allah yang memang

maha memiliki kemampuan teknologi dan adalah mudah bagi-Nya untuk menyiapkan sebuah

pesawat yang mampu melintasi alam semesta dengan garis tengah milyaran tahun cahaya.

Dari sisi ilmu komputer mungkin bisa dicontohkan dengan analogi dari prinsip-

prinsip jaringan komputer sebagai berikut : Protocol TCP / IP yang kita gunakan di Internet

kita ibaratkan sebagai Buraq atau kendaraan yang dipakai oleh Nabi, sedangkan diri Nabi

Muhammad sendiri adalah paket data (e-mail misalnya) yang akan kita kirimkan ke ujung

belahan dunia lain (planet Muntaha). Melalui proses enkripsi, enkode dan dekode yang

dikapsulkan (capsulated) di dalam protocol TCP / IP (Buraq), paket data (dalam hal ini Nabi)

dapat melihat-lihat dan berjalan-jalan menelusuri jaringan Internet yang berbeda-beda

dimensinya (disini kita ingat bahwa Nabi disebut-sebut banyak melihat-lihat pemandangan

yang mencerminkan masa yang akan datang), lewat transmisi terrestrial (dimensi kabel, serat

optik) kemudian di up link melalui transmisi satelit dan micro wave (dimensi radio link)

hingga kembali ke bentuk dimensi asalnya teks di layar komputer (planet Muntaha), begitu

juga sebaliknya.

Untuk itulah kiranya bisa dimengerti kenapa sebelum peristiwa Isra’ dan Mi’raj

terjadi, Nabi Muhammad dibelah dadanya oleh para Malaikat. Hal ini tidak lain sebagai suatu

persiapan kondisi jasmaninya agar cukup dan mampu dalam menempuh penerbangan jarak

jauh. Sebab jantung merupakan alat vital bagi manusia terutama dalam memacu peredaran

darah yang mana jantung ini bekerja tanpa henti-hentinya sejak dari kandungan sampai

dengan akhir hayatnya.

Sepasang dokter Amerika yang terdiri dari suami istri, Dr. William Fisher dan Dr.

Anna Fisher mengatakan bahwa perkembangan ilmu kedokteran antariksa tengah

memfokuskan penyelidikannya sehubungan dengan pembuluh darah jantung para astronot

dan kondisi-kondisi tulang yang makin lemah setelah lama dalam ruang angkasa, ini

membuktikan kebenaran dari peristiwa pembedahan dada Nabi Muhammad oleh dokter-

dokter ahli langit yang ditunjuk oleh Allah, yaitu para malaikat yang diketuai oleh Jibril.

Dalam peristiwa pembedahan dan pembersihan jantung Nabi sebelum Mi'raj kiranya

merupakan gambaran adanya pengertian bagi manusia umumnya untuk mempelajari ilmu

Page 10: Isra’ dan Mi’raj - HENDRA PRIJATNA Web viewKejadian didalam mimpi tidak perlu diperdebatkan apalagi membuat seseorang menjadi gusar dan berbalik keimanan. Semua orang bisa saja

kedokteran khusunya dalam bidang bedah dan anatomi serta ilmu kedokteran antariksa. Dan

ternyata kemudian bedah jantung ataupun pencangkokan jantung dan ilmu kedokteran

antariksa oleh para ahli mulai diperkenalkan pada abad dua puluh.

Pada abad-abad kemajuan Islam dibidang teknologi dan ilmu pengetahuan, maka

jelaslah bagi kita bahwa ahli-ahli kedokteran muslim telah memperlihatkan kemajuan yang

pesat sekali. Buku-buku berbahasa Arab yang berisi ilmu-ilmu kedokteran benar-benar ilmiah

dan asli. Malahan sudah menjadi bahan pelajaran dinegara Eropa khususnya, ahli-ahli

kedokteran yang termasyur misalnya saja Ibnu Sina (Aviccena), Qorsh-'Ala'uddin, Ibnu An

Nafis (yaitu dokter yang pertama kali mengajarkan peredaran darah) dimana dalam tulisan itu

dijelaskan secara sistematis bagaimana aliran darah mengalir dari hati kejantung melalui urat

nadi paru-paru dan kemudian kembali lagi kehati.

Mengenai kecepatan cahaya sendiri, al-Qur’an sudah memberikan contoh melalui

perjalanan malaikat menuju kehadirat-Nya dalam ayat berikut : Naik malaikat-malaikat dan

ruh-ruh kepada-Nya dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun - Qs. 70 al-Maarij : 4

Ukuran waktu dalam ayat diatas disebutkan angka 50 ribu tahun sebagai rentang waktu yang

menunjukkan betapa lamanya waktu yang diperlukan penerbangan malaikat dan Ar-Ruh

untuk sampai kepada Tuhan. Namun bagaimanapun juga ayat itu menunjukkan adanya

perbedaan waktu yang cukup besar antara waktu kita yang tetap dibumi dengan waktu

malaikat yang bergerak cepat diluar angkasa, dalam bahasa modern kita bisa menjelaskan

bahwa waktu untuk seseorang yang berada dibumi berbeda dengan waktu bagi orang yang

ada dalam pesawat yang berkecepatan tinggi.

Perbedaan waktu yang disebut dalam ayat diatas dinyatakan dengan angka satu hari

malaikat berbanding 50.000 tahun waktu bumi, perbedaan ini tidak ubahnya dengan

perbedaan waktu bumi dan waktu elektron, dimana satu detik bumi sama dengan 1.000 juta

tahun elektron atau 1 tahun Bima Sakti sama dengan 225 juta tahun waktu sistem solar.

Jadi bila malaikat berangkat jam 18:00 dan kembali pada jam 06.00 pagi waktu

malaikat, maka menurut perhitungan waktu dibumi sehari malaikat sama dengan 50.000

tahun waktu bumi. Dan untuk jarak radius alam semesta hingga sampai ke Muntaha dan

melewati angkasa raya yang disebut sebagai 'Arsy Ilahi, 10 Milyar tahun cahaya diperlukan

waktu kurang lebih 548 tahun waktu malaikat. Namun malaikat Jibril kenyataannya dalam

peristiwa Mi'raj Nabi Muhammad Saw itu hanya menghabiskan waktu 1/2 hari waktu bumi

(maksimum 12 Jam) atau sama dengan 1/100.000 tahun Jibril.

Contoh lain yang cukup populer, yaitu paradoks anak kembar, ialah seorang pilot

kapal ruang angkasa yang mempunyai saudara kembar dibumi, dia berangkat umpamanya

Page 11: Isra’ dan Mi’raj - HENDRA PRIJATNA Web viewKejadian didalam mimpi tidak perlu diperdebatkan apalagi membuat seseorang menjadi gusar dan berbalik keimanan. Semua orang bisa saja

pada usia 0 tahun menuju sebuah bintang yang jaraknya dari bumi sejauh 25 tahun cahaya.

Setelah 50 tahun kemudian sipilot tadi kembali kebumi ternyata bahwa saudaranya yang tetap

dibumi berusia 49 tahun lebih tua, sedangkan sipilot baru berusia 1 tahun saja. Atau

penerbangan yang seharusnya menurut ukuran bumi selama 50 tahun cahaya pulang pergi

dirasakan oleh pilot hanya dalam waktu selama 1 tahun saja.

Dari contoh-contoh diatas menunjukkan bahwa jarak atau waktu menjadi semakin

mengkerut atau menyusut bila dilalui oleh kecepatan tinggi diatas yang menyamai kecepatan

cahaya. Kembali pada peristiwa Mi'raj Rasulullah bahwa jarak yang ditempuh oleh Malaikat

Jibril bersama Nabi Muhammad dengan Buraq menurut ukuran dibumi sejauh radius jagad

raya ditambah jarak Sidratul Muntaha pulang pergi ditempuh dalam waktu maksimal 1/2 hari

waktu bumi atau 1/100.000 waktu Jibril atau sama dengan 10 pangkat -5 tahun cahaya, yaitu

kira-kira sama dengan 9,46 X 10 pangkat-23 cm/detik dirasakan oleh Jibril bersama Nabi

Muhammad (bandingkan dengan radius sebuah elektron dengan 3 X 19 pangkat -11 cm) atau

kira-kira lebih pendek dari panjang gelombang sinar gamma.

Nah, istilah berkah yang disebut dalam surah al-Israa’ ayat satu menurut pendapat

penulis merupakan penjagaan total yang melindungi Nabi Muhammad didalam kendaraan

Buraqnya dari berbagai bahaya yang dapat timbul baik selama perjalanan dari bumi atau juga

selama dalam perjalanan diruang angkasa, termasuk pencukupan udara bagi pernafasan

Rasulullah selama itu dan lain sebagainya.

Jika kita sudah terbiasa menonton film Star Treks, Star Wars, Babilon V atau juga

Independence Day (ID4) maka tidaklah sukar kiranya untuk memahami peristiwa yang

dialami oleh Nabi dalam kisah Isra’ dan Mi’raj tersebut. Manusia sekarang ini sudah mampu

mengkhayal kecanggihan yang demikian luar biasanya dalam film-film fiksi ilmiah dan ini

sebenarnya adalah ilham yang sudah diberikan Allah kepada kita agar kelak kitapun harus

dapat merealisasikannya secara nyata. Dus, perjalanan Nabi Muhammad yang masih

dianggap fantastis dan ghaib ini bukan satu-satunya hal yang pernah terjadi dalam sejarah

kenabian, didalam al-Kitab tepatnya pada Perjanjian Lama kita juga bisa membaca bahwa

Nabi Yehezkiel (salah seorang Nabi Israel yang oleh sementara cendikiawan Islam diduga

sebagai Nabi Zulkifli) pernah melakukan perjalanan yang serupa hanya saja beliau tidak

sampai menjelajah keluar angkasa.

Berikut petikan kisahnya : Dalam tahun kedua puluh lima sesudah pembuangan kami,

yaitu pada permulaan tahun, pada tanggal sepuluh bulan itu, dalam tahun keempat belas

sesudah kota itu ditaklukkan, pada hari itu juga kekuasaan TUHAN meliputi aku dan dibawa-

Nya aku dalam penglihatan-penglihatan ilahi ke tanah Israel dan menempatkan aku di atas

Page 12: Isra’ dan Mi’raj - HENDRA PRIJATNA Web viewKejadian didalam mimpi tidak perlu diperdebatkan apalagi membuat seseorang menjadi gusar dan berbalik keimanan. Semua orang bisa saja

sebuah gunung yang tinggi sekali. Di atas itu di hadapanku ada yang menyerupai bentuk kota.

Ke sanalah aku dibawa-Nya. Dan lihat, ada seorang yang kelihatan seperti tembaga dan di

tangannya ada tali lenan beserta tongkat pengukur; dan ia berdiri di pintu gerbang. Orang itu

berbicara kepadaku: ‘Hai anak manusia, lihatlah dengan teliti dan dengarlah dengan sungguh-

sungguh dan perhatikanlah baik-baik segala sesuatu yang akan kuperlihatkan kepadamu;

sebab untuk itulah engkau dibawa ke mari, supaya aku memperlihatkan semuanya itu

kepadamu. Beritahukanlah segala sesuatu yang kaulihat kepada kaum Israel’. – Perjanjian

Lama : Kitab Yehezkiel 40 : 1 - 4

Dalam ayat diatas kita mendapat gambaran, bahwa Nabi Yehezkiel atas kehendak dari

Allah –serupa dengan kejadian Nabi Muhammad yang bukan atas keinginan pribadinya- telah

diperjalankan dari tempatnya semula menuju kesuatu gunung yang sangat tinggi dan dari atas

gunung itu Yehezkiel mampu memandang keseluruhan kota secara leluasa. Pada ayat lain

dari kitab Yehezkiel, kita juga akan menemukan bahwa kemungkinan Buraq juga sudah

pernah diturunkan oleh Allah melalui malaikat-Nya pada jaman kenabian Yehezkiel dan

mungkin pesawat yang memiliki kecepatan diatas cahaya ini juga yang telah membawanya

keatas sebuah puncak gunung yang tinggi itu. Datanglah firman TUHAN kepada imam

Yehezkiel, anak Busi, di negeri orang Kasdim di tepi sungai Kebar, dan di sana kekuasaan

TUHAN meliputi dia. Lalu aku melihat, sungguh, angin badai bertiup dari utara, dan

membawa segumpal awan yang besar dengan api yang berkilat-kilat dan awan itu dikelilingi

oleh sinar; di dalam, di tengah-tengah api itu kelihatan seperti suasa mengkilat. Dan di

tengah-tengah itu juga ada yang menyerupai empat makhluk hidup dan beginilah

kelihatannya mereka : mereka menyerupai manusia. – Perjanjian Lama : Kitab Yehezkiel 1:3-

5

Terlepas sejauh mana kepercayaan kita pada apa yang disampaikan didalam kitab

Perjanjian Lama tersebut, setidaknya secara obyektif kita memiliki satu parameter

perbandingan dengan kisah-kisah yang ada didalam Islam. Apalagi kita tahu bahwa al-Kitab

sendiri sebenarnya merupakan ajaran Tuhan yang pernah ada namun di interpolasi oleh

tangan-tangan manusia, tetapi dibalik semua intervensi yang terjadi ini saya memiliki

keyakinan bahwa jejak-jejak kebenaran Tuhan akan tetap ada dan nyata dalam kitab tersebut,

karena itu al-Qur’an disebut sebagai korektor atau pembanding terhadap kebenaran yang ada.

Dan Kami telah menurunkan untukmu al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan

apa yang ada sebelumnya, yaitu beberapa kitab suci sekaligus menjadi korektor terhadap

kitab-kitab yang lain itu – Qs. 5 al-Maidah : 48