47
ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI (Studi Komparatif Pengaruh Isrâîliyyât Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Kisah Para Nabi Dalam Tafsir Al-Khâzin dan Tafsir Ibnu Katsîr) Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Agama Islam Oleh : Darmaizar Arif NIM. 215410633 KONSENTRASI ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADIS PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM PASCASARJANA MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1439 H/ 2018 M

ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

  • Upload
    others

  • View
    34

  • Download
    8

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA

NABI

(Studi Komparatif Pengaruh Isrâîliyyât Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat

Kisah Para Nabi Dalam Tafsir Al-Khâzin dan Tafsir Ibnu Katsîr)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama

(M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Agama Islam

Oleh :

Darmaizar Arif

NIM. 215410633

KONSENTRASI ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADIS

PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM

PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1439 H/ 2018 M

Page 2: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA

NABI

(Studi Komparatif Pengaruh Isrâîliyyât Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat

Kisah Para Nabi Dalam Tafsir Al-Khâzin dan Tafsir Ibnu Katsîr)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama

(M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Agama Islam

Oleh :

Darmaizar Arif

NIM. 215410633

Pembimbing:

Prof. Dr. KH. Said Agil Husen al-Munawwar, MA

Dr. KH. Sahabuddin, MA

KONSENTRASI ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADIS

PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM

PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1439 H/ 2018 M

Page 3: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “Isrâîliyyât Dalam Kisah-Kisah Para Nabi Studi

Komparatif Pengaruh Isrâîliyyât Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Kisah Para

Nabi Dalam Tafsir Al-Khâzin dan Tafsir Ibnu Katsîr” yang disusun oleh

Darmaizar Arif dengan Nomor Induk Mahasiswa 215410633 telah melalui

proses bimbingan dengan baik dan dinilai oleh pembimbing telah memenuhi

syarat ilmiah untuk diujikan disidang munaqasyah.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Said Agil Husen al-Munawwar, MA Dr. KH. Sahabuddin, MA

Tanggal : 19 Mei 2018 Tanggal : 24 Mei 2018

Page 4: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

ii

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Tesis dengan judul “ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

(Studi Komparatif Pengaruh Isrâîliyyât Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat

Kisah Para Nabi Dalam Tafsir Al-Khâzin dan Tafsir Ibnu Katsîr)” oleh

Darmaizar Arif dengan NIM 215410633 telah diujikan di sidang

Munaqasyah Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta

pada tanggal 23 juli 2018. Tesis tersebut telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Magister Agama (M.Ag) dalam bidang Ilmu Al-

Qur‟an dan Tafsir.

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. (……………….)

Ketua Sidang

Prof. Dr. H. Hamdani Anwar, MA. (……………….)

Penguji I

Dr. KH. Ahmad Syukron, MA. (……….………)

Penguji II

Prof. Dr. KH. Said Agil Husen al-Munawwar, MA. (……………….)

Pembimbing/Promotor I

Dr. KH. Sahabuddin, MA. (……………….)

Pembimbing/Promotor II

Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA. (……………….)

Sekretaris

Page 5: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Darmaizar Arif

NIM : 215410633

Tempat/Tgl Lahir : Tanah Grogot, 11 Oktober 1985

Konsetrasi : Ulumul Qur‟an dan Ulumul Hadits

Menyatakan bahwa tesis dengan judul “ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-

KISAH PARA NABI (Studi Komparatif Pengaruh Isrâîliyyât Terhadap

Penafsiran Ayat-Ayat Kisah Para Nabi Dalam Tafsir Al-Khâzin dan Tafsir

Ibnu Katsîr) adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang

sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya sepenuhnya

menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 24 Mei 2018

Darmaizar Arif

Page 6: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

iv

MOTTO

Sebesar Keinsyafanmu, Sebesar Itu Pula Keuntunganmu

(KH. Imam Zarkasyi)

Barang Siapa Memaksa Diri Untuk Bisa Dan Berusaha Mustahil

Tidak Akan Bisa

(KH. Muhammad Ma‟shum Yusuf)

Page 7: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

v

بسم الله الرحن الرحيم KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat

Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kekuatan

lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat dan

salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi akhir zaman, Rasulullah

Muhammad Saw, begitu juga kepada keluarganya, para sahabatnya, para

tabi‟in dan tabi tabi‟in serta para umatnya yang senantiasa mengikuti ajaran-

ajarannya. Âmîn.

Penulis mengakui hasil karya tesis ini masih jauh dari kata sempurna,

semoga ketidak sempurnaan ini menjadi sebuah tangga perbaikan bagi

penulis, penulis menyadari penyusunan tesis ini banyak menghadapi

hambatan, rintangan dan kesulitan, namun berkat bantuan, motivasi, doa

tidak terhingga dan bimbingan tidak ternilai dari berbagai pihak akhirnya

penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tidak

terhingga kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA selaku Rektor Institut

Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

2. Bapak Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA selaku Direktur

Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana MA selaku Ketua Prodi IAT

Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

4. Bapak Prof. Dr. KH. Said Agil Husen al-Munawwar, MA selaku

Pembimbing Tesis I dan Bapak Dr. KH. Sahabuddin, MA selaku

Pembimbing Tesis II.

5. Segenap guru dan dosen yang telah mendidik, membimbing dan

mengajar penulis.

6. Kepala Perpustakaan beserta stafnya baik perpustakaan Pascasarjana

UIN Syarif Hidayatullah dan IIQ Jakarta.

7. Kedua orang tua tercinta (H. Ruslan D, (Allahuyarham) Hj. Jumaiah atas

segala kasih sayang dan doa tiada henti, Allahummagfir lana wali

walidayna warhamhum kama rabbayawna shagira, saudara/i Ivi Iyu dan

Ayi atas dukungan dan semangatnya. Mertua kami Yusfatnor dan

Normaisah atas segala doa dan bantuannya yang tidak ternilai.

8. Isteri terkasih Hj. Nor Annisa Utami yang dengan sabar menemani

penulis, Puteri tersayang Karima Shafa Aisya yang menghibur penulis

dikala lelah.

9. Teman teman seperjuangan, para pejuang tesis. Ust. Rifki Hadi, Ust.

Jaruddin, Ust. Ahmad Jansab, Ust. Ainul Ghozi, Ust. Badruddin, Ust.

„Affan Abdullah, Ustz. Dhiyaul Ula, Ustz. Fatimah Az-Zahra, Ust.

Mushonnif, Ust. Roimun, Ust. Kadar Rizki, Ust. Taju Subki, Ust. Heru,

Page 8: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

vi

Habib Muhammad, Habib Hasan, Ust. Mukti, Ust. Nabil Makarim, Ust.

Ma‟muruddin. Semoga ilmu kita dari IIQ bermanfaat di dunia dan

akhirat.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis namun tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Hanya harapan dan doa, Semoga Allah SWT, memberikan balasan yang

berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu

penulis menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya kepada Allah Swt, penulis serahkan segalanya dalam

mengharapkan keridhaan, semoga tesis ini bermanfaat bagi masyarakat

umumnya dan bagi penulis khususnya, serta anak dan keturunan penulis

kelak. Âmîn

Jakarta, 8 Ramadhan 1439 H

24 Mei 2018

Penulis

Page 9: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

vii

DAFTAR ISI

Persetujuan Pembimbing .......................................................................... i

Lembar Pengesahan .................................................................................. ii

Pernyataan Penulis .................................................................................... iii

Motto ......................................................................................................... iv

Kata Pengantar .......................................................................................... v

Daftar Isi ................................................................................................... vii

Transliterasi............................................................................................... ix

Abstrak ...................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Permasalahan ..................................................................................... 15

1. Identifikasi Masalah .................................................................... 15

2. Pembatasan Masalah ................................................................... 15

3. Perumusan Masalah .................................................................... 15

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 16

D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 16

E. Kajian Pustaka ................................................................................... 16

F. Metodologi Penelitian ........................................................................ 18

1. Jenis Penelitian ........................................................................... 18

2. Pendekatan Penelitian ................................................................. 19

3. Sumber Data Penelitian .............................................................. 19

4. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 19

5. Metode Analisis Data ................................................................. 19

6. Validitas Data ............................................................................. 20

7. Langkah Penelitian ..................................................................... 20

G. Teknik Dan Sistematika Penulisan .................................................... 21

BAB II SEPUTAR ISRÂÎLIYYÂT DAN KISAH PARA NABI

A. Isrâîliyyât ........................................................................................... 23

1. Definisi Isrâîliyyât ...................................................................... 23

2. Masuknya Isrâîliyyât .................................................................. 24

3. Klasifikasi Isrâîliyyât ................................................................. 29

4. Hukum Meriwayatkan Kisah-Kisah Isrâîliyyât .......................... 36

5. Perawi Isrâîliyyât Dari Kalangan Sahabat,

Tabi„in dan Pengikut Tabi„in ...................................................... 48

B. Kisah Para Nabi ................................................................................. 62

1. Definisi Kisah ............................................................................. 62

2. Kisah-Kisah Nabi Dalam Al-Qur‟an .......................................... 64

Page 10: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

viii

3. Hikmah Kisah-Kisah Nabi Dalam Al-Qur‟an ............................ 68

BAB III BIOGRAFI IMAM Al-KHÂZIN DAN IMAM IBNU KATSIR

SERTA KARYA TAFSIRNYA

A. Imam Al-Khazîn ................................................................................ 69

1. Biografi ....................................................................................... 69

2. Tafsir Lubâb At-Ta’wîl Fî Ma‘anî At-Tanzîl ............................. 69

3. Metode Penafsiran ...................................................................... 70

B. Imam Ibnu Katsir ............................................................................... 75

1. Biografi ....................................................................................... 75

2. Tafsir Al-Qur’an Al-Adzîm ......................................................... 76

3. Metode Penafsiran ..................................................................... 77

BAB IV ANALISA PENGARUH ISRÂÎLIYYÂT DALAM

PENAFSIRAN AYAT-AYAT

A. Isrâîliyyât Dalam Kisah-Kisah Para Nabi ......................................... 81

1. Nabi Adam As ............................................................................ 81

2. Nabi Nuh As ............................................................................... 89

3. Nabi Isma„il As ........................................................................... 99

4. Nabi Yusuf As ............................................................................ 110

5. Nabi Ayyub As ........................................................................... 122

6. Nabi Musa As ............................................................................. 126

7. Nabi Daud As ............................................................................. 130

8. Nabi Sulaiman As ....................................................................... 141

9. Nabi Ilyas As .............................................................................. 156

B. Analisa Pengaruh Isrâîliyyât Terhadap Penafsiran

1. Pengaruh Dalam Penafsiran Tafsir Al-Khâzin dan

Tafsir Ibnu Katsîr ........................................................................ 161

2. Pengaruh Terhadap Pemahaman Kisah-Kisah Nabi ................... 163

3. Pengaruh Terhadap Kema‟suman (‘ismah) Para Nabi ............... 166

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 171

B. Saran .................................................................................................. 171

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Konsonan

th : ط a : أ

b : ة

zh : ظ

t : ث

„ : ع

gh : غ ts : ث

j : ج

f : ف

q : ق h : ح

kh : خ

k : ك

d : د

l : ل

m : و dz : ذ

r : ز

n : ن

w : و z : ش

s : س

h : ي

sy : ش

„ : ء

y : ي sh : ص

dh : ض

2. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

- Fathah : a آ : â ي... : ai

- Kasrah : i ي : î و... : au

- Dhammah : u و : û

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah.

Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah ditransliterasikan

sesuai dengan bunyinya. Contoh :

al-Madînah : انمديىت al-Baqarah : انبقسة

Page 12: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

x

b. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah.

Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan

sesuai dengan bunyinya. Contoh :

as-sayyidah : انسيدة ar-rajul : انسجم

ad-Dârimî : اندازمي asy-syams : انشمس

c. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah (Tasdîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambing ( )

sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang bertanda Tasdîd. Aturan ini

berlaku umum, baik Tasdîd yang berada di tengah kata, di akhir kata

ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-

huruf syamsiyah. Contohnya:

أمىبببلل : Âmannâ billâhi

أمهانسفهبء : Âmana as-Sufahâ’u

انري ه Inna al-ladzîna : إن

كع wa ar-rukka‘i : وانس

d. Ta Marbûthah (ة)

Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata

sifat (na‘at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf

“h”. Contoh :

الأف ئدة : al-Af’idah

لميت س ال .al-Jâmi‘ah al-Islâmiyyah : ان جبمعت

Sedangkan ta marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-

washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi

huruf “t”. Contoh :

عبمهتوبصبت : „Âmilatun Nâshibah.

يتان ك ب سي .al-Âyat al-Kubrâ : الأ

e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan

tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan

yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan

awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan

lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih

aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan

ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang di awali dengan

kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri,

bukan kata sandangnya. Contoh: „Alî Hasan al-„Âridh, al-„Âsqallânî,

al-Farmawî dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur‟an

dan nama-nama surahnya menggunakan huruf capital. Contoh : Al-

Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fatihah dan seterusnya.

Page 13: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

xi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kisah-kisah isrâîliyyât

dalam kisah para nabi, khususnya dalam tafsir al-Khâzin dan tafsir Ibnu

Katsîr serta pengaruh keberadaan kisah-kisah isrâîliyyât terhadap kedua

tafsir ini.

Penelitian ini menggunakan tiga metodologi, pertama, metode

deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan kisah-kisah isrâîliyyât

yang ada, kedua, metode analitis digunakan untuk menganalisa sumber-

sumber isrâîliyyât, ketiga, metode komparatif digunakan untuk

membandingkan kisah-kisah isrâîliyyât dan respon al-Khâzin dan Ibnu

Katsîr.

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan atas penelitian yang

telah dilakukan Muhammad Husein adz-Dzahabî, Muhammad Abu

Syuhbah dan Ramzi Na„na„ah, penelitian ini sepakat dengan penelitian

ketiganya yang mengatakan bahwa penelitian terhadap isrâîliyyât harus

dilakukan pada setiap kitab tafsir yang ada.

Penelitian ini membuktikan bahwa tafsir al-Khâzin lebih banyak

mengandung kisah isrâîliyyât daripada tafsir Ibnu Katsîr, namun kisah

isrâîliyyât lebih banyak dikritisi oleh Ibnu Katsîr daripada al-Khâzin.

bagaimanapun juga kisah-kisah kisah isrâîliyyât memberi pengaruh

kepada kedua tafsir ini sehingga dikritik oleh ulama selanjutnya, kisah-

kisah ini juga menabrak kema‟suman para nabi sehingga merusak

akidah. Penelitian ini juga menemukan bahwa kisah isrâîliyyât tidak

hanya menyebar dalam tafsir bil-ma’tsur yang dilengkapi dengan sanad

yang tersambung tetapi juga banyak menyebar dalam tafsir bir-ra’yi

yang notabene sering menghapus sanad sebuah riwayat.

Page 14: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

xii

صلا ملخ

قصص ف المرويت الإسرئيليات ب يان و كشف إل البحث ىذا ي هدفرالنبي .هافت فسياتوآثرىذهالإسرائيليكثيالازنوابنيناءفت فسي

يستخدم البحث لتصويرىذا تستخدم الوصفية الطري قة الول، طرق: ثلثتس التحليلية الطري قة الثانية، ت فسيها، ف الإسرائيليات لتحليلقصص تخدم

الثامصادر سرائيليات، الإ ىذهىذه ب ي لمقارنة تستخدم المقارنة الطري قة لثة، .ب عضهامنب عضاتالإسرائيلي

ىب دحسيالذ كت بومم قةمؤيدبا والبحثالذيعالوالباحثىوفالقي أ د مم و ب أن بوثهم ف كت ب هم ما على ي وافق والباحث ن عناعة، رمزي و شهبو ب و

بغيأنيستمر ي ن كتبالت فاسي.البحثعنالإسرائيلياتفالت فسي يع فج

أن ي ب ي البحث أكث رىذا الازن ت فسي ف ابنالإسرائيليات ت فسي من عددارذكرب عضالإس كثي ،وابن راي ردىاوهاتفت فسيرائيليكثي لي ردىاازنالكثي

ندرا و قليل ذإل ورغم ىذه. ب عض لن ت فسيها ف ت ؤثر الإسرائيليات ىذه لكت اتياء،والإسرائيليدمبعصمةالنبطاتتصالإسرائيلي كتبالت فاسي يع تشرفج ن

بلمأث ورف قط رىا،بليشتليسفالت فسي ملالمأث وروغي

Page 15: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

xiii

ABSTRACT

This reseach aims to reveal the stories of isrâîliyyât in the story of the

prophets, especially in the Tafsir of al-Khâzin and the Tafsir of Ibn

Katsîr and the influence of the existence of these isrâîliyyât stories

toward both of these interpretations and the understanding of the prophet

stories.

This reseach uses three method, first, descriptive method used to

describe the existence of isrâîliyyât stories, second, analytical methods

used to analyze the sources of isrâîliyyât, third, comparative methods

were used to compare the stories of isrâîliyyât and the responses of al-

Khazin and Ibn Katsîr.

The reseach that the authors do is actually continuing the reseach that

has been done by Muhammad Husein adz-Dzahabî, Muhammad Abu

Syuhbah and Ramzi Na„na„ah, this reseach agreed, the reseach of the

isrâîliyyât stories should be studied in every tafsir.

This reseach proves that the Tafsir of al-Khâzin contains more

isrâîliyyât stories than Tafsir of Ibn Katsîr, but these stories of isrâîliyyât

is much more criticized by Ibn Katsîr than al-Khâzin. however isrâîliyyât

stories give influence toward both of interpretations until criticized by

the ulama, these stories also crashes the prophethood of the prophets and

destroying the aqidah. This study also found the stories of isrâîliyyât not

only found and spreads in tafsir bil-ma’tsur that equipped by connected

sanad but also spread in tafsir bir-ra’yi that often removes sanad in oral

trasmitting.

xv

Page 16: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an telah dijamin oleh Allah Swt untuk tetap terjaga hingga

akhir zaman1 baik dari perubahan dan pemalsuan. Fakta-fakta sejarah dari

literatur Islam menunjukkan bahwa Al-Qur‟an telah mengalami

perjalanan yang panjang dan dibahas dari berbagai disiplin keilmuan.

Sebagai pondasi dasar bagi pemahaman Islam Al-Qur‟an juga tidak luput

dari serangan dan kritikan yang semakin membuktikan kemukjizatannya.

Salah satu sisi yang menjadi pintu untuk mengkritik2 keabsahan Al-

Qur‟an adalah dengan mengkrtisi riwayat-riwayat dalam tafsir bil ma‟tsur

baik riwayat yang lemah maupun riwayat isrâîliyyât.

Kalimat isrâîliyyât walaupun secara lahirnya didasarkan pada kisah-

kisah yang diriwayatkan oleh sumber-sumber Yahudi tetapi dipakai oleh

ulama-ulama hadis dan tafsir dalam arti yang lebih luas dan dalam

ketimbang kisah-kisah Yahudi. Isrâîliyyât adalah segala sesuatu yang

1 Allah berfirman :

وننحاإنا حح ظ ا إنانح اح ح ن ازحنح النكظ حن .ا

“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur‟an, dan sesungguhnya kami

benar-benar memeliharanya”.(QS. Al-Hijr [15]:9).

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan menjaga Al-Qur‟an diantaranya dengan semakin

banyaknya orang yang menghafal Al-Qur‟an maupun dengan lahirnya ulama-ulama yang

terus mengkaji Al-Qur‟an dan membelanya. Menurut Imam At-Thabarȋ ayat ini

menerangkan bahwa Allah akan menjaga Al-Qur‟an dari penambahan selain Al-Qur‟an dan

mengurangi kandungannya. Dalam riwayat lain dari Qatâdah bahwa menambahi dan

mengurangi ini datang dari setan. Abî Ja„far Muhammad bin Jarîr ath-Thabarî, Tafsir ath-

Thabarî al-Musamma Jâmi„ al-Bayan fî at-Ta‟wîl Al-Qur‟an, (Beirut: Dâr al-Kutub al-

„Alamiyah, 1999), Cet. Ke-3, Juz. 3, h. 494. „Imâduddîn Abu al-Fidâ‟ Ismâ„il bin Katsîr al-

Quraisyî al-Bashrî Ad-Damasyqî, Tafsir Al-Qur‟an Al-ʽAdzîm, (Kairo: Dâr al-Hadits, 2002),

Juz. 4, h. 534. Wahbah Zuhailî, At-Tafsîr al-Munîr fî al-Aqîdah wa as-Syarî„ah wa al-

Manhaz, (Beirut: Dâr al-Fikr, 2005), Cet. Ke-7, Juz. 7, h. 318-320. Muhammad ath-Thâhir

Ibnu „Âsyûr, At-Tahrîr wa at-Tanwîr, (Tunisia: Dâr Sahnûn li-Nasy wa at-Taûzîʽ, t.t.), Juz.

6, h. 20-22. 2 Pada tahun 1994 muncullah buku yang berjudul “Hal Al-Qur‟an maʽshȗm?” yang

dinisbatkan kepada pendeta Nasrani Abdullah al-Fâdî, dan nampaknya nama ini hanya

dipinjam karena pada hakikatnya ini adalah usaha bersama dari pemuka-pemuka agama

Nasrani dengan tujuan untuk mengkritik dan menjelaskan kesalahan dan kerancuan Al-

Qur‟an sesuai dengan tuduhan mereka. Kitab ini diterbitkan oleh Muassasah Tanshîrîyah di

Austria, namanya (Dhaû„u al-Hayah) kitab ini dibagikan di Muassasah Tanshîrîyah yang

lainnya dan juga di unggah di internet. Buku ini 259 halaman dan disebarkan kepada umat

Islam. Buku ini mengkritik Al-Qur‟an dari sisi geogerafi, sejarah, akhlak, ketuhanan,

bahasa, syariʽat, sosial masyarakat, masalah ilmiyah, seni, dan yang terpenting kehidupan

Nabi Muhammad Saw. Shalâh Abdul Fatâh al-Khâlidî, Al-Qur‟an wa Naqdu Mathâin ar-

Ruhbân, (Damasqus: Dâr al-Qalam, 1999), h. 5

Page 17: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

2

masuk kedalam tafsir dan hadis dari cerita-cerita kuno yang sumbernya

berasal dari Yahudi, Nasrani dan yang lainnya. Bahkan diperluas lagi

oleh sebagian ahli hadis dan ahli tafsir sebagai sesuatu yang disisipkan

dan disamarkan dengan rekayasa oleh musuh Islam dari Yahudi dan yang

lainnya untuk masuk kedalam tafsir dan hadis dari berita-berita yang

tidak ada sumbernya, berita ini sengaja di buat untuk merusak akidah

kaum muslimin.3

Jika dirujuk sejarah bangsa Yahudi bersumber dari kitab Taurat4 atau

kitab perjanjian lama dan Talmud dengan penjelasannya yang berisi

cerita-cerita kuno (asâthir) dan penyimpangan (khurafat-khurafat).

Sumber inilah yang membentuk pengetahuan dan kebudayaan bangsa

Yahudi setelah dirubah dan diganti sehingga tidak sesuai lagi dengan

sumber yang asli. Pada perjalanannya sumber-sumber Yahudi ini juga

memenuhi beberapa kitab-kitab tafsir, sejarah, kisah-kisah, dan kitab-

kitab nasehat Islam sebagai akibat dari masuknya orang-orang Yahudi

kedalam agama Islam. Sumber-sumber Yahudi ini walaupun ada yang

benar tapi lebih banyak berisi kesalahan kedustaan.5

Menurut Ramzî Na„nâ„ah Al-Qur‟an sebagai kitab samawi terakhir

berkaitan erat dengan kitab-kitab yang lain seperti Taurat dan Injil,

keterkaitan ini lebih kepada ketetapan ushul aqidah yang membenarkan

konsep aqidah Rasul dan Nabi sebelumnya. Maka kita dapati dalam Al-

3 Muhammad Husein adz-Dzahabî, Al-Isrâîliyyât fî at-Tafsîr wa al-Hadis, (Kairo:

Maktabah Wahbah, t.t.), h. 15-14. ahli kitab yang memeluk Islam sedikit dibanding mereka

yang tetap berpegang teguh dengan ajaran Yahudi yang menyimpang dengan tetap

menyimpan dendam untuk merongrong umat Islam dari dalam. Muhammad al-Ghazalî, Fiqh

as-Sîrah, (Kairo: Dâr as-Syurûq, 2000), h. 327. 4 Taurat atau old testament perjanjian lama adalah sekumpulan kitab-kitab yang

berbeda dari jenis panjangnya, dengan perbedaaan judul dan uslûb setiap jenisnya. Asfâr ini

ditulis dalam Bahasa yang berbeda dalam kurun waktu lebih dari 900 tahun. Maurice baqon,

At-Taurâh wa al-Anâjil wa Al-Qur‟an Al-Karim Bimiqyâs al-ʽIlmi al-Hadîts, terj. Ali Jauharî

(Kairo: Maktabah Al-Qur‟an, 2000), h.16. Sebenarnya kitab-kitab Yahudi sejumlah 39 kitab,

yaitu 1) Taurat atau kitab Nabi Musa atau al-asfar al-khamsah yang terdiri dari lima kitab

utama, kitab inilah yang disebut Taurat yang diyakini berisi wahyu-wahyu yang diturunkan

Allah kepada Nabi Musa As, nama Taurat terkadang digunakan untuk menyebut 39 kitab

perjanjian lama karena dianggap sebagai kitab utama yang dinisbatkan kepada Nabi Musa

As. 2) Kitab sejarah yang terdiri dari 12 kitab. 3) Kitab Nasyid-Nasyid yang terdiri dari 5

kitab. 4) Kitab Nabi-Nabi yang terdiri dari 17 kitab. Sedangkan Talmud adalah riwayat-

riwayat lisan dari rahib-rahib Yahudi diambil dari perkataan Nabi Musa As yang diwariskan

generasi ke generasi dan dikumpulkan di dalam kitab bernama al-Masynâ, namun setelah itu

rahib-rahib dari Palestina dan Babilonia menambahkan tambahan dan penjelasan serta

catatan pinggir kepada kitab ini, adapun tambahan ini disebut Jamâr. Ramzî Na„nâ„ah, Al-

Isrâîliyyât wa Atsaruhâ fî Kutubi at-Tafsir, (Damaskus: Dâr al-Qalam, 1970), h. 31-32. 5 Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Al-Isrâîliyyât wa al-Maudhȗ„ât fî

Kutubi at-Tafsir, (Kairo: Maktabah as-Sunnah, t.t.), h.13.

Page 18: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

3

Qur‟an ayat-ayat yang membenarkan kitab Injil dan Taurat.6 Disisi lain

Al-Qur‟an datang dengan konsep perubahan dan penyempurnaan dalam

hal syariat. Injil misalnya datang dengan menghalalkan beberapa hal yang

sebelumnya diharamkan untuk banî isrâ„îl sebaliknya Al-Qur‟an datang

untuk melengkapi kitab Injil.7 Prinsip ini tentu berlaku dengan kitab

samawi Taurat dan Injil sebelum dirubah baik dengan dikurangi atau

ditambahi oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Namun setelah terjadi

perubahan dalam kitab Injil dan Taurat, Al-Qur‟an datang tidak hanya

karena alasan diatas namun juga sebagai penjaga dari penyimpangan

pemahaman karena perubahan yang dilakukan oleh kaum Yahudi dan

Nasrani.8

Dalam kurun waktu akhir-akhir ini dizaman kemajuan ilmu dan

pengetahuan sering dihubungkan dengan agama yang terkadang

mengandung takhayul dan kebohongan, karena kitab utamanya adalah

Al-Qur‟an maka dipenuhilah tafsir-tafsir Al-Qur‟an dengan sesuatu yang

bertentangan dengan hakikat alam dan sunnatullah pada alam.

Pengarangnya mereka adalah ulama Islam bahkan dari ulama senior

sedangkan pandangan mereka adalah gambaran dari agama Islam. seperti

riwayat isrâîliyyât tentang umur dunia yang mengatakan bahwa umur

dunia 7000 tahun, riwayat-riwayat awal penciptaan, penjelasan sebagian

fenomena alam seperti petir dan guntur dan kisah-kisah Nabi yang

dipenuhi isrâîliyyât9 hingga akhirnya isrâîliyyât menjadi lubang besar

yang merupakan celah bagi mereka yang ingin menghancurkan Islam dari

dalam.10

Riwayat isrâîliyyât masuk kedalam tafsir bil ma‟tsur secara tidak

langsung karena persinggungan umat Islam di Madinah dengan umat

Yahudi di sekitar Madinah, ketika Islam datang secara alami terjadi

diskusi antara Rasulullah Saw dengan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani),

masuklah sejumlah ahli kitab kedalam agama Islam, ada yang baik

6 Lihat (QS. Âl-Maidah [5]: 46), (QS. Âl-An„am [6]: 92), (QS. Fâthir [35]: 31),

(QS. Âl-Ahqaf [46]: 30), (QS. Âsy-Syura [13]: 42) yang kesemuaannya membahas

hubungan dan keterkaitan antara Al-Qur‟an, (Injil dan Taurat) sebelum kedua kitab ini

banyak berubah. 7 Lihat Al-Qur‟an dan tafsirnya (QS. Âli Imran [3]: 50), (QS. Âl-Maidah [5]: 48)

dan (QS. Âl-A‟raf [7]: 157) 8 Ramzî Na„nâ„ah, Al-Isrâîliyyât wa Atsaruhâ fî Kutubi at-Tafsir, h. 29.

9 Muhammad Abu Syuhbah, Al-Isrâîliyyât wa al-Maudhû„ât fi Kutubi at-Tafsir, h. 5

10 Isrâîliyyât dalam tafsir menjadi pintu masuk bagi Yahudi untuk melemahkan

agama Islam seperti yang dilakukan orientalis dengan mengatakan bahwa agama Yahudi

lebih mulia karena ajaran Yahudilah yang menjadi sumber utama agama Islam, „Umar bin

Ibrahim Ridhwân, Ârâ al-Mustasyriqîn Hawla Al-Qur‟an Al-Karim wa Tafsiruh, (Riyadh:

Dâr Thayyibah, t.t.), h. 69

Page 19: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

4

keislamannya ada yang memang karena niatan untuk merusak agama

Islam.

Percampuran antara umat Islam dan ahli kitab, kesamaan sebagian

ajaran Islam dengan kitab Yahudi dan Nasrani, uslub gaya bahasa Al-

Qur‟an yang jelas (tafshil) dan terkadang ringkas (îjaz) dalam

menjelaskan sesuatu menjadi faktor pendorong untuk masuknya

isrâîliyyât kedalam riwayat-riwayat, disamping juga faktor semangat para

sahabat dan tabiin untuk mengetahui tafsir-tafsir Al-Qur‟an yang belum

dijelaskan oleh Rasulullah Saw.11

Pada mulanya tafsir hanya diriwayatkan dari mulut-kemulut, namun

derajat ketelitian, ketsiqahan berbeda-beda setiap masa. Para sahabat

kebanyakan tsiqah, teliti (dhabt), dapat dipercaya (amanah) dalam

periwayatan. Kemudian tersebarlah berita yang dibuat-buat (wadhʽ) dan

kebohongan (kadzib) pada masa tabiʽin karena hawa nafsu dan

kepentingan kelompok hingga tercampurlah antara yang benar dan dusta

antara yang asli dan yang palsu. Masa kodifikasi (tadwin) dimulai pada

masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-101 H), ketika beliau meminta

para ulama untuk mengumpulkan hadis-hadis yang shahih, pada masa itu

tafsir masih termasuk dalam bab pembahasan hadis, setelah itu barulah

tafsir terpisah dari hadis dan berdiri sendiri sendiri.12

Maka sebenarnya isrâîliyyât telah merembes masuk pada dua masa

diatas, pertama, masa periwayatan pada masa sahabat dengan jumlah

sedikit dan berkembang secara luas pada masa tabi„in ketika banyaknya

ahli kitab yang masuk kedalam Islam.13 Kedua, pada masa kodifikasi

tadwin.14 Dalam pandangan Ibnu Khaldun masuknya isrâîliyyât dalam

11

Âmâl Muhammad „Abdurrahman Rabî„, Al-Isrâîliyyât fî Tafsir ath-Thabarî

Dirâsah fi al-Lughah wa al-Mashâdiru al-ʽÎbriyah, (Kairo: Wizâratu al-Awqâf al-Majlis al-

A„la lisyu„ûn al-Islamiyah, 2001), h. 28. Menurut Yusuf al-Qardhawî Al-Qur‟an diturunkan

dalam Bahasa arab dalam dalâlât yang berbeda-beda ada yang sharîh, kinâyah, haqiqah,

majâz, khâs, „am, muthlaq, muqayyad, manthûq, mafhȗm, dan ada yang dipahami dengan

isyârah maupun dengan „ibarah. Sedangkan manusia berbeda-beda dalam memahami dan

mengetahuinya, ada yang tidak mengetahui kecuali makna yang lahir dan dekat, ada yang

mengetahui makna yang dalam dan jauh. Bahkan ada yang memahami justeru tidak sesuai

dengan bentuk maknanya. Karena itulah umat Islam memerlukan tafsir sebagai penjelas Al-

Qur‟an agar dapat memahami dengan baik dan mengamalkannya dengan benar. Yusuf al-

Qardhâwî, Kaifa Nata„amal Ma„a Al-Qur‟an, (Kairo: Dâr as-Syuruq, 2000), h. 198. 12

Muhammad Muhammad Abu Zahw, Al-Hadits wa al-Muhadditsun, (Riyadh: t.p.,

1984), h. 244. 13

Mannâ„ Khalîl al-Qathân, Mabâhits Fî „Ulum Al-Qur‟an, )Kairo: Maktabah

Wahbah, t.t. ), h. 355. 14

Ketika masa kodifikasi dimulai riwayat-riwayat hadis mulai dibukukan, secara

tidak langsung masuklah riwayat-riwayat isrâîliyyât kedalam kitab-kitab ulama Islam, kitab-

kitab ini kemudian diwarisi oleh generasi selanjutnya dan terus dikutip dalam rangka

Page 20: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

5

kitab-kitab generasi awal umat Islam karena bangsa arab bukanlah ahli

kitab dan tidak memiliki pengetahuan tentang itu. Kebanyakan mereka

adalah kaum badui dan tidak bisa membaca (ummiyah), ketika mereka

tertarik kepada pengetahuan akan sesuatu yang memang secara fitrah ada

dalam diri manusia tentang sebab-sebab penciptaan, awal penciptaan dan

rahasia eksistensi, maka mereka bertanya kepada ahli kitab sebelumnya

dan mengambil manfaat darinya, yaitu kaum Yahudi dan kaum nasrani.

Sayangnya orang-orang Yahudi diantara orang-orang arab saat itu

juga adalah orang badui seperti kebanyakan orang arab dan orang

Yahudi itu sendiri, tidak mengetahui tentang Taurat kecuali apa-apa yang

diketahui oleh kebanyakan orang (awam) Yahudi. Kebanyakan dari

mereka adalah orang-orang Himîr15 yang memeluk agama Yahudi, ketika

mereka masuk Islam pengetahuan mereka tentang ajaran Yahudi tetap

ada pada diri mereka (seperti pemahaman tentang awal penciptaan) yang

kemudian menimbulkan bencana dan pertentangan yang dasyat. Misalnya

Wahab bin Munbih, Abdullah bin Salâm, maka dipenuhilah kitab tafsir

dengan penafsiran isrâîliyyât.16

Jika dirunut lebih dalam isrâîliyyât telah masuk kedalam tafsir

generasi awal umat Islam, seperti, tafsir Muqâtil bin Sulaiman (w. 150

H), tafsir Abdur ar-Razâq ash-Shan„ânî (126-211 H), tafsir Imam ath-

Thabarî (224-310 H) tafsir Ibnu Abî Hâtim ar-Râzî (240-327 H) dimana

ketika itu corak tafsir bil ma‟tsur masih bersandar kepada riwayat-riwayat

dan terkadang kurang memperhatikan isi dan kandungan riwayat

tersebut.17

penyebaran ilmu-ilmu Islam hingga sampai pada generasi kita saat ini. seperti kitab tafsir

Muqâtil bin Sulaimân, tafsir ath-Thabarî dari tafsir-tafsir generasi awal umat Islam. 15

Orang-orang Himîr adalah mereka yang dinisbahkan kepada Himîr bin Abdus

Syams Sabâ‟ bin Yasyjab bin Ya„rab bin Qahthân, salah satu raja dari kerajaan Yaman kuno

kerajaan himiriyah. Suku bangsa Himîr adalah suku bangsa yang mendiami Jazirah Arab

selatan yaitu daerah Yaman yang memeluk agama Yahudi. Suku bangsa Himir juga dikenal

dengan nama tubâba„h. menurut Ibnu Mandzur mereka dikenal dengan istilah ini karena

mereka saling mengikuti satu sama lain, setiap satu orang dihancurkan maka yang lain akan

menggantikannya atau banyaknya orang Himîr yang mengikuti rajanya dan berjalan

mengikuti di belakangnya. Al-Qur‟an juga merekamnya dalam (QS. Ad-Dukhan [44]:37) :

ظمظينحا لام ن ح ح ه مناإزه ما لحكن امظاقزحبنلظهظماأهن ح م اتز بعاحلنظي ا.أه ماخحيرواأمناقح“Apakah mereka (kaum musrikin) yang lebih baik ataukah kaum Tubba‟ dan orang-

orang sebelum mereka. kami telah membinasakan mereka karena sesungguhnya

mereka adalah orang-orang yang berdosa” (QS. Ad-Dukhan [44]:37).

Muhammad Suhail Thuqqȗsy, Târikh al-Arab Qabla al-Islam, (Beirut: Dâr an-Nafais, 2009),

Cet. I, h. 304 16

Waliyuddîn „Abdurrahhman bin Muhammad Ibnu Khaldûn, Muqaddimah Ibnu

Khaldûn, (Damasqus: Dâr Ya„rab, 2004), Juz 2, h. 175 17

As-Sayyid Muhammad Ali Iyazi, Al-Mufassirûn Hayâtuhum wa Manhazuhum,

(Teheran : Wizaratu as-Tsaqafah wa al-Irsyad Islamî, t.t.), h. 289-292.

Page 21: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

6

Pada fase selanjutnya ketika tafsir mulai berubah, dengan banyaknya

riwayat-riwayat yang di ringkas tanpa disandarkan kepada rawinya

sehingga bercampurlah antara yang baik dan buruk. Hal ini dilakukan

agar kitab tafsir lebih mudah untuk dibaca seperti yang tampak pada tafsir

al-Khâzin (678-741 H) Lubâb at-Ta‟wîl Fî Ma„anî at-Tanzîl yang

merupakan ringkasan dari tafsir Imam al-Baghawî Ma„alim at-Tanzîl (w.

516 H) yang juga merupakan ringkasan dari tafsir as-Tsa„labî an-

Naysâbûrî (w. 427 H) Al-kasyfu wa al-Bayân „an Tafsîr Al-Qur‟an.18

Kemudian datang masa generasi yang menukil semua tafsir dari

generasi sebelumnya tanpa mengetahui yang baik (benar) dan buruk

(salah), dan menganggap seluruh tafsir ini benar, dari sinilah pintu tafsir

terbuka lebar bagi masuknya isrâîliyyât.19

Walaupun pada fase berikutnya ini tafsir mulai berubah,20 tetap saja

ada beberapa mufassir yang mencantumkan riwayat-riwayat yang

bersambung hingga Rasulullah Saw dalam tafsirnya seperti yang

dilakukan oleh Imam Ibnu Katsîr (705-774 H) Tafsîr Al-Qur‟an Al-

„Adzîm dan Imam as-Suyuthî (w. 911 H) Ad-Durr al-Mantsûr Fî at-Tafsîr

al-Ma‟tsûr.

Isrâîliyyât telah menjadi duri dalam daging dan merusak kesucian Al-

Qur‟an, maka diperlukan pisau bedah khusus untuk membedah daging

secara hati-hati untuk memisahkan antara daging dan duri antara benar

dan salah. Akar isrâîliyyât sebenarnya adalah kitab suci yang di ganti

oleh kaum Yahudi, seperti penyimpangan pada masalah hari akhir, aqidah

ketuhanan, dan yang terpenting adalah kisah-kisah Nabi sebelum Nabi

Muhammad Saw yang sangat jauh sekali dari kema‟suman seorang Nabi.

kitab Taurat mereka dipenuhi dengan kisah Nabi Ibrahim As yang

dianggap sebagai pembohong, kisah Nabi Daud As yang mengambil istri

orang. Semua kisah ini adalah penyimpangan terhadap kitab suci taurat.21

18

Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirûn, (Kairo : Dar al-

Hadis, 2005), Juz. 1, h. 205 19

Abu al-Yaqdzhân „Athiyyah al-Jabawrî, Dirasât Fî at-Tafsîr wa Rijâlihi, (Beirut:

Dâr an-Nadwah al-Jadîdah, t.t.), h. 77-81. 20

Setelah zaman Imam ath-Thabarî dimasa keemasan Islam dimulailah masa

penerjemahan ilmu-ilmu kedalam bahasa arab, setiap ilmu memiliki kaidahnya masing-

masing. Beberapa ulama yang mahir dalam bidang keilmuan tertentu berusahan menafsirkan

Al-Qur‟an sesuai dengan keahliannya masing-masing, ahli nahwu terfokus pada i‟rab dalam

tafsirnya seperti az-zujâz, al-wâhidî (al-basith), Abu Hayyân, ahli fiqih terfokus untuk

mencari dalil-dalil fiqih seperti al-Qurthubî, ahli filsapat fokus pada ungkapan-ungkapan ahli

hikmah dan filsuf, begitu juga dengan ahli cerita yang sibuk dengan kisah-kisah dan kabar

umat terdahulu baik itu cerita yang benar maupun bathil seperti as-Tsa„labî dan al-Khazîn.

As-Sayyid Muhammad Bin „Uluwî al-Mâlikî al-Hasanî, Al-Qawâid al-Asâsiyyah Fî „Ulum

Al-Qur‟an, (tt.p.: t.p., 1419H), h. 176-178 21

Mahmud bin Asy-Syarîf, Asy-Sya„bu al-Mal„ûn Fî Al-Qur‟an, (Beirut: Dâr wa

Maktabah al-Hilâl, t.t.), h. 114-128

Page 22: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

7

Secara umum isrâîliyyât berkembang pada kisah-kisah Nabi sebelum

Nabi Muhammad Saw diutus dan kisah-kisah yang berhubungan dengan

peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan orang-orang yang

tidak dipastikan kenabiannya. Misalnya kisah orang yang keluar dari

kampung halaman, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati, kisah

Talud dan Jalut, dua orang putera Nabi Adam As, penghuni gua,

Zulkarnain, Qarun, orang-orang yang menangkap ikan pada hari sabtu

(ashâbu as-sabti), Maryam, Ashâbul Ukhdûd, Ashâbul Fîl dan lain lain.22

Menurut Mannâ„ Khalîl al-Qathân qasas Al-Qur‟an adalah

pemberitaan Al-Qur‟an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat

(kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Al-

Qur‟an banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu,

sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak

setiap umat yang diceritakan dengan menarik dan mempesona.23

Kisah-kisah di dalam Al-Qur‟an diceritakan dengan sebaik-baiknya

kisah, yaitu dengan uslub yang menawan penjelasan terarah dari kabar-

kabar umat terdahulu yang telah lewat. Al-Qur‟an tidak menggunakan

kata hikâyah karena hikayah ada cerita turun menurun yang tidak terjadi

secara nyata, sedangkan kisah Al-Qur‟an adalah sesuatu yang nyata

meliputi kejadian-kejadian dari sejarah masa lampau. Kisah ini juga berisi

berita sebagai klarifikasi dari kisah yang telah ada dalam Taurat (namun

diubah oleh Yahudi) atau bisa juga sebagai berita yang belum ada di

dalam Taurat dengan tujuan sebagai penenang dan penentram hati Nabi

Muhammad Saw yang dipenuhi dengan nasihat dan „ibrah.24

Ada bermacam-macam kisah dalam Al-Qur‟an diantaranya, kisah

yang panjang seperti kisah Nabi Yusuf As, kisah yang pendek seperti

kisah Dzulqarnain, ada juga kisah yang diturunkan karena permintaan

(pertanyaan) manusia seperti kisah ashabul kahfi dan ada juga kisah

yang diturunkan tanpa permintaan seperti kisah Nabi Nuh As dan Nabi

Adam As. Sebagian kisah ini ada yang terkandung dalam satu surah

lengkap dan ada yang hanya sebagai potret sepintas dari sebuah

peristiwa.

Hal ini pada hakikatnya menunjukkan Al-Qur‟an mengandung

beberapa kisah yang ringkas tanpa panjang lebar, menurut Dr. Abdul

Mun„im al-Hafnî hal ini sesuai dengan tabiat bangsa arab. berbeda

dengan kitab Taurat yang berisi kisah-kisah yang mendetail sesuai

dengan tabiat bani isra‟il yang menyukai kisah yang panjang lebar. Maka

tak aneh jika kitab Taurat berisi beberapa kisah-kisah tentang burung

22

Mannâ„ Khalîl al-Qathân, Mabâhits Fî „Ulum Al-Qur‟an , h.436 23

Mannâ„ Khalîl al-Qathân, Mabâhits Fî „Ulum Al-Qur‟an , h. 306 24

Abdul Mun„im al-Hafnî, Mawsu„ah Al-Qur‟an Al-Adzîm, (Kairo: Maktabah

Madbûlî, 2004), Juz. 1, h. 831.

Page 23: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

8

hud-hud Nabi Sulaiman As, Ikan Paus Nabi Yunus As, makhluk-

makhluk gaib seperti ifrit Nabi Sulaiman As, jin yang mendengarkan Al-

Qur‟an dan lain sebagainya. Walaupun ada juga kisah dalam Al-Qur‟an

yang bercerita secara mendetail.

Jika diteliti setidaknya kisah Nabi Musa As adalah yang terbanyak,

yaitu sebanyak 466 ayat.25 Sedangkan Nabi dan Rasul yang di sebut di

dalam Al-Qur‟an sebanyak 25 Nabi dan Rasul dengan rincian 18 Nabi

dan Rasul disebut dalam satu tempat, pada (QS. Al-An„am[6]:82-86).

Adapun sisanya sebanyak 7 Nabi dan Rasul disebutkan dalam beberapa

surah berbeda.26

Diantara kisah-kisah Nabi yang dimasuki isrâîliyyât adalah Nabi

Adam As, Nabi Nuh As, Nabi Ismaʽil As, Nabi Yusuf As, Nabi Ayyub

As, Nabi Musa As, Nabi Daud As, Nabi Sulaiman As, Nabi Ilyas As,

namun bukan berarti selain dari selain Nabi ini tidak terkena riwayat-

riwayat lain yang merusak inti ajaran Islam, Nabi Muhammad Saw

misalnya diceritakan dalam riwayat al-mawdhu„27 dengan kisah yang jauh

dari sifat seorang Nabi ketika menikahi Zainab binti Jahsy.28 Dalam

beberapa tafsir lain juga diriwayatkan kisah isrâîliyyât pada Nabi-Nabi

yang lain.29

Jika kita lihat kitab-kitab tafsir dari masa Imam Ath-Thabarȋ (w. 310

H) sampai masa Sayyid Muhammad Rasyid Ridhâ (w. 1935 M) hampir

semuanya mengandung riwayat isrâîliyyât akan tetapi dengan jumlah

yang berbeda, ada yang banyak ada yang sedikit ada yang tidak

25

http://quranbysubject.com/category.php?category=24cca55e-4422-11e4-b11c-

000c29db8d9b, diakses tanggal 20 Maret 2017. 26

http://fatwa.Islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&la

ng=A&Id=9475, diakses tanggal 20 Maret 2017. 27

Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Al-Isrâîliyyât wa al-Maudhû„ât fi

Kutubi at-Tafsir, h. 5 28

Beberapa kitab tafsir meriwayatkan dari beberapa jalur riwayat yang berbeda,

Imam Al-Âlûsî dalam tafsirnya, diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw datang kerumah Zaid

(anak angkat beliau) dan melihat Zainab sedang duduk di tengah kamarnya menghaluskan

wewangian. Ketika Rasulullah Saw melihatnya, beliau berkata :”Subhâna Khâliqu an-Nûr,

Tabârakallah ahsanul al-Khâliqîn”, kemudian beliau pulang. Datanglah Zaid dan Zainab

mengabarkan (kedatangan dan apa yang diucapkan Rasulullah Saw ) kemudian Zaid berkata

barangkali Rasulullah Saw tertarik kepadamu. Kemudian Zaid bertanya : “Apakah aku

ceraikan kamu agar Rasululla Saw dapat menikahimu”? Zainab menjawab : “aku takut kamu

menceraikanku dan Rasulullah Saw tidak menikahiku. Kemudian Zaid pergi menghadap

Rasulullah Saw dan berkata : “aku ingin menceraikan Zainab, maka Rasulullah Saw

menjawab sesuai dengan apa yang Allah firmankan. Abi Fadil Syihâbuddin as-Sayyid

Mahmȗd Al-Âlûsî al-Bagdâdî, Rûh al-Ma„ânî fî Tafsîr Al-Qur‟an Al-Adzîm wa as-Sab„i al-

Matsânî, (Kairo: Dâr al-Hadits, 2005), Juz. 11, h. 272. 29

Muqatil menulis dalam tafsirnya bahwa bahwa domba yang disembelih Nabi

Ibrahim As bernama razîn dan yang disembelih bukanlah Nabi Isma‟il As tetapi Nabi Ishaq

As. Muhammad Husein adz-Dzahabî, Al-Isrâîliyât fî at-Tafsîr wa al-Hadis, h. 122

Page 24: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

9

mengomentarinya ada yang mengomentari dan mengkritiknya (sanad

riwayat) dan matannya.30 Karena itulah menurut Ramzî Na„nâ„ah

seharusnya penelitian tentang isrâîliyyât dilakukan dalam setiap kitab

tafsir dalam rangka membersihkan kitab-kitab tafsir dari gelombang

riwayat-riwayat isrâîliyyât yang memenuhi hampir semua kitab tafsir

yang ada baik klasik maupun kontemporer.

Muhammad Husein Adz-Dzahabî (w. 1999 M) menyatakan bahwa

membersihkan kitab-kitab tafsir dari isrâîliyyât adalah sebuah tugas besar

yang harus diselesaikan oleh ulama abad ini karena isrâîliyyât merusak

pemikiran dan akidah umat Islam secara bersamaan. Pada satu sisi kitab-

kitab tafsir ini sangat masyhur bagi kalangan ulama Islam seperti tafsir

Imam Ath-Thabarî dan tafsir Ibnu Katsîr di sisi lain kitab tafsir ini juga

dianggap baik sehingga diterima secara luas oleh umat Islam seperti

tafsir Abî Ishâq as-Tsa„labî, tafsir al-Baghawî, dan tafsir al-Khazîn.31

Diantara sekian tafsir yang mengandung isrâîliyyât adalah tafsir al-

Khazîn32 yang akan penulis teliti dan akan dikomparasikan dengan tafsir

Ibnu Katsîr.33 Kedua mufassir ini hidup dalam masa yang berdekatan pada

akhir abad ke-6 Hijriyah sampai akhir abad ke-7 Hijriyah. Kedekatan

waktu dan perbedaan dalam menyikapi riwayat isrâîliyyât menjadi poin

penting bagi peneliti untuk meneliti hasil karya kedua mufassir ini.

Adapun alasan penulis meneliti tafsir Al-Khazin pertama, karena Tafsir

Al-Khazin menarik untuk diteliti dengan sejumlah besar kandungan

isrâîliyyât, dalam muqaddimahnya beliau berkata bahwa tafsir beliau ini

adalah ringkasan dari tafsir Imam al-Bagawî, sedangkan tafsir Imam al-

Bagawî adalah ringkasan dari tafsir Tsa‟labî34 maka ketika kita membahas

isrâîliyyât dalam tafsir Imam Al-Khâzin secara tidak langsung kita juga

30

Âmâl Muhammad „Abdurrahman Rabî„, Al-Isrâîliyyât fî Tafsir ath-Thabarî

Dirâsah fî al-Lughah wa al-Mashâdiru al-„Ȋbriyah, h. 8 31

Husein adz-Dzahabî, Al-Isrâîliyât fî at-Tafsîr wa al-Hadis, h. 169 32

Beliau adalah „Alâu ad-Dîn Abû al-Hasan „Alî bin Muhammad bin Ibrâhîm bin

„Umar bin Khalîl Asyihî al-Bagdâdî asy-Syâfi„î. Asyihî adalah nisbah kepada Syihah

kampung dari daerah Halb. Beliau seorang khâzin al-kutub (penjaga buku-buku) di

perpustakaan madrasah al-khânaqâh as-samaysâthiyyah karena itulah beliau digelari (al-

Khâzin). Dilahirkan pada tahun 678 H. Syamsuddin Muhammad bin „Alî bin Ahmad ad-

Dawawudî, Thabaqât al-Mufassirîn, (Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, t,t), Juz. 1, h.426-

427. 33 Beliau adalah Al-Hâfizh „Imaduddin Abû al-Fidâ Isma„îl bin„Amru bin Katsîr

bin Dhaw‟i bin Zira„ al-Bashrî ad-Damasqî ayahnya bernama al-Khathîb Syihâb ad-Dîn Abî

Hafsh al-Qursî al-Bushrawî ad-Damasqî as-Syâfi„î. beliau lahir di desa Syarqî Bushra pada

tahun 701 H dan wafat pada hari kamis 26 sya„bân tahun 774. Ad-Dawawudî, Thabaqât al-

Mufassirîn, Juz. 1, h. 111-113. 34

Taqiyuddîn Abû al-„Abbas Ahmad bin Abdul al-HaIilm bin Abdus as-Salam an-

Namirî, Muqaddimah Fi Ushul at-Tafsir, (Syiria: Kuliyyah Syari‟ah Ja‟mi‟ah Damasqus,

1972), h. 76.

Page 25: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

10

akan membahas tafsir Tsa‟labî yang notabene adalah sandaran tafsir Al-

Khâzin dalam meriwayatkan riwayat-riwayat isrâîliyyât.

Al-Khâzin sangat tertarik kepada tafsir apalagi dengan hal-hal yang

berhubungan dengan kisah-kisah isrâîliyyât dan yang banyak

mempengaruhinya adalah tafsir Tsa‟labȋ, walaupun dia mengambil

sandaran dari tafsir al-Bagawȋ namun menurut Al-Khazin, Imam Bagawȋ

sendiri telah melalaikan kisah yang ada dalam tafsir Tsa‟labî karena itu

Al-Khâzin banyak mengambil langsung riwayat isrâîliyyât dari tafsir

Tsa‟labî.35

Menariknya lagi Al-Khâzin dalam hal ini adalah seorang sufi, dan

seorang pemberi nasihat umat yang sering menyisipkan kisah-kisah

dalam nasihatnya, faktor inilah yang ditenggarai sebagai sebab

banyaknya kisah-kisah isrâîliyyât yang beliau masukkan dalam tafsir

beliau khususnya ayat-ayat yang bercerita tentang kisah-kisah Nabi

terdahulu. Walaupun sebenarnya al-Khâzin bukanlah mufassir yang

lemah akan ilmu hadits, kemampuannya dalam ilmu hadits terbukti hasil

karyanya seperti Syarh al-„Umdah dan kitab Maqbul al-Manqûl dalam 10

jilid (dikumpulkan di dalamnya Musnad asy-Syâfi„î, Musnad Imam

Ahmad, Kutubu as-Sittah, al-Muwatha‟, ad-Dâruquthnî).36

Menurut Yusuf al-Qardhâwî isrâîliyyât tidak hanya mencemari

kesucian agama Islam yang hanif namun juga memperkeruh kebeningan

Al-Qur‟an dengan penyimpangan (khurafat) dan kebohongan yang

disebarkan dalam kalangan umat Islam, kebanyakan isrâîliyyât ini tidak

ada sumbernya pada kitab-kitab samawi terdahulu, namun hanya cerita

mulut kemulut yang tersebar luas di tengah-tengan awam Yahudi.37

Menurut pendapat beliau lagi, ada sebab utama sehingga para sahabat

dan tabiʽin mudah untuk menerima penjelasan dari ahli kitab dan

mengambilnya. Khususnya isrâîliyyât dari Yahudi, pertama¸ apa yang

dipahami oleh para sahabat dan tabiʽin dari hadis Imam Bukhari dari

Abdullah bin Amru

حج احح حئيلظياحلح اإسن لاعحابحنظ اآيحةا،اححدكظث احنح لاعحنك اعحلكي بحلظكغ دل ،احمحاحكبح م تزحعحمكظ

الن را ح ه امظ أامحقنعحدح ا.حليزحتزحبزح“Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat, berkatalah dari bani

israil dan itu tidak mengapa, dan siapa yang sengaja berdusta atas

35

Husein adz-Dzahabî, Al-Isrâîliyât fî at-Tafsîr wa al-Hadis, h. 131 36

Ahmad bin „Alî bin Muhammad bin Hajar al-„Asqalânî, Ad-Durar al-Kâminah Fi

A„yân al-Miah ats-Tsâminah, (Pakistan: Dâr al-Ma„arif al-Utsmâniyah, t,t), Juz 3, h. 97, 37

Yusuf al-Qardhâwî, Kaifa Nata„amal Ma„a Al-Qur‟an, Cet. Ke-3, h. 345

Page 26: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

11

diriku maka hendaknya dia mengambil tempat duduknya (tinggalnya)

di neraka”. (HR. al-Bukhari)38

Menurut Ibnu Katsîr (w. 774 H) hadis ini menjadi dalil bolehnya

mengambil perkataan banî isrâ„îl yang tidak menyalahi agama Islam.39

tafsir Ibnu Katsîr yang walaupun masih mengandung isrâîliyyât tetapi

dalam jumlah yang kecil. Sedangkan isrâîliyyât dalam tafsir Ibnu Katsîr

pada prosesnya justeru lebih sering dikomentari oleh beliau sebagai

isrâîliyyât yang berbahaya dan merusak akidah umat.

Sebab kedua, adalah kebanyakan isrâîliyyât berhubungan dengan hal-

hal yang belum dijelaskan secara lebar dalam Al-Qur‟an. Sedangkan

umat Islam saat itu tidak memiliki pengetahuan tentang kesahihan

isrâîliyyât yang memang benar dan kebohongan isrâîliyyât yang memang

bertentangan, isrâîliyyât pada umumnya tidak bermanfaat bagi agama

Islam.40

Syeikh Ahmad Muhammad Syakir (w. 1958 M) memberi pandangan

yang menarik dalam memahami hadis diatas, menurut beliau :

“Sesungguhnya kebolehan menyampaikan atau membicarakan isrâîliyyât

(yang kita tidak punya dalil sehingga tidak dipercayai dan tidak

didustakan) dari ahli kitab adalah satu hal. Sedangkan menyebut

(menuliskannya) isrâîliyyât itu sebagai tafsir Al-Qur‟an dan

membuatnya sebagai qaul atau riwayat pada makna ayat-ayat atau

penjelasan pada ayat yang belum dijelaskan atau sebagai penjelas yang

lebih luas dari penjelasan yang ringkas adalah sesuatu hal yang lain.

Karena itu menetapkan sesuatu yang tidak jelas kebenaran dan

kebohongannya akan membuat kerancuan, semoga Allah melindungi Al-

Qur‟an dari hal itu”.41

Alasan kedua, penulis memilih tafsir Al-Khazin sebagai objek

penelitian, karena pemikiran Ramzî Na„nâ„ah yang mengatakan

seharusnya penelitian tentang isrâîliyyât dilakukan dalam setiap kitab

tafsir, dalam hal ini penulis sepakat dengan pemikiran Ramzî Na„nâ„ah

untuk memisahkan dan mengomentari riwayat-riwayat isrâîliyyât dari

setiap tafsir Al-Qur‟an seperti yang dilakukan oleh Syeikh Ahmad Syakir

yang memisahkan isrâîliyyât dari tafsir Ibnu Katsir dalam buku

38

Abû al-Fadhl Ahmad bin „Ali bin Hajar al-„Asqalânî, Fath al-Bârî Fî Shaîh al-

Bukhârî Libni Hajar al-„Asqalânî, Juz.6, (Kairo: Maktabah Masr, 2001), Kitâb Ahâdîs

„Anbiyâ‟, Bâb Mâ Dzukira „An Banî Isrâîl, h. 694 39

Ini yang menjadi sebab Ibnu Katsîr memasukkan beberapa riwayat isrâîliyyât

dalam tafsirnya walaupun kelak dkritik oleh Syeikh Ahmad Syakir, lihat Muqaddimah

Syeikh Ahmad Syâkir, „Umdatu at-Tafsir „An al-Hâfiz Ibnu Katsîr Mukhtashar Tafsir Al-

Qur‟an Al-Adzîm, (Manshurah: Dâr Wafâ‟, 2005), Cet. Ke-2, h. 5 40

Yusuf al-Qardhâwî, Kaifa Nata„amal Ma„a Al-Qur‟an, Cet. Ke-3, h. 346 41

Syeikh Ahmad Syâkir, „Umdatu at-Tafsir „An al-Hâfiz Ibnu Katsîr Mukhtashar

Tafsir Al-Qur‟an Al-Adzîm, Cet. Ke-2, h. 4

Page 27: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

12

beliau„Umdatu at-Tafsir „An al-Hâfiz Ibnu Katsîr Mukhtashar Tafsir Al-

Qur‟an Al-Adzîm. Dalam pandangan peneliti pemisahan ini tidak selalu

dengan menghapus redaksi kitab tafsir yang mengandung isrâîliyyât dan

telah ditulis ulama-ulama, tetapi lebih kepada pemberian hasiyah atau

catatan pinggir dan komentar untuk mengingatkan umat Islam tentang

kandungan isrâîliyyât dalam tafsir beliau.

Muhammad Husein Adz-Dzahabi juga menambahkan bahwa hadis-

hadis Nabi telah disaring oleh ulama terdahulu dari riwayat-riwayat yang

lemah dan dusta, tinggallah tafsir sebagai penjelas Al-Qur‟an yang masih

banyak mengandung isrâîliyyât, maka menjadi tugas peneliti muslim

untuk membersihkan tafsir-tafsir Al-Qur‟an dari isrâîliyyât terlebih lagi

kitab-kitab tafsir bil ma‟tsur dan bir ra‟yi yang mengandung banyak

isrâîliyyât tanpa menyebutkan sanad riwayatnya sepeti tafsir Al-Khâzin

yang menjadi objek penelitian penulis.

Al-Khâzin misalnya dalam tafsir (QS. Al-Mâidah[5]:22) menafsirkan

kalimat qawman jabbârîn sebagai kaum yang sangat kejam dan memiliki

ukuran yang sangat besar mereka adalah raksasa sisa dari kaum „ad,

aslinya kalimat jabbâr ini di nisbahkan kepada sifat manusia yang zhalim

dan memaksa manusia sesuai dengan kehendaknya, dikatakan bahwa

kalimat ini diambil dari kata nahlah jabbârah (pohon palem/kurma yang

besar dan tinggi) yang tidak sampai tangan manusia untuk menggapainya,

dikatakan rajulun jabbârun jika dia tinggi besar dan kuat tasybih kepada

pohon palem/kurma yang tinggi dan besar.42

Dalam tafsirnya pada ayat dan surah yang sama Ibnu katsir

menuliskan, telah berkata Ibnu Jarîr : Telah berkata kepadaku Abdul

Karim bin Haitsam, dari Ibrahim bin Basyâr, dari Sufyan dan dia berkata,

telah berkata Abu Sa„id, dari Ikrimah dari Ibnu Abbas : Nabi Musa As

menyuruh kaumnya untuk masuk ke kota al-jabbarin. Nabi Musa As

berjalan dengan mereka sampai mendekati kota yaitu kota Ariha,

kemudian Nabi Musa As mengirim 12 orang dari setiap kabilah untuk

mengamati kota itu. Mereka memasuki kota tersebut dan melihat sesuatu

yang menakjubkan pada tempat tinggal mereka, tubuh mereka dan

ukuran mereka.

Ketika mereka memasuki dinding kota itu, datanglah penduduk kota

itu untuk memetik buah dari dinding mereka, maka tampaklah jejak

mereka (12 umat Nabi Musa As). Diikuti jejak (12 umat Nabi Musa As)

sampai penduduk kota itu menemukan ke 12 orang itu, ke 12 orang itu

dibawa menemui raja kota tersebut, raja tersebut berkata, “kalian telah

melihat bentuk kami maka pergilah kalian dan beritahulah kawan

42

„Alâu ad-Dîn „Ali bin Muhammad bin Ibrâhîm al-Bagdâdî, Tafsir al-Khâzin al-

Musamma Lubâb at-Ta‟wîl Fî Ma„anî at-Tanzîl, (Beirut: Dâr al-kutub al-„Ilmiyyah, 2004),

Juz.2, h. 27-28.

Page 28: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

13

kalian”. 12 orang ini kembali kepada Nabi Musa As dan mengabarkan

kejadian tersebut. Ibnu Katsir berkata, “dalam isnad riwayat ini perlu di

cermati dan di teliti kembali”.

Ibnu Abi Hâtim (w. 277 H) meriwayatkan, telah berkata kepada kami

Ayahku, dari Ibnu Maryam, dari Yahya bin Ayyub, dari Yazid bin al-

Hâd dari Yahya bin Abdurrahman : “Aku melihat Anas bin Malik

mengambil kayu dan mengukur dengan sesuatu, aku tidak tahu berapa

hasta, kemudian dia mengukur di tanah 50 atau 55 hasta, seperti inilah

tinggi raksasa tersebut”.

Banyak dari mufassir yang menyebutkan kabar dari berita mawdhu‟

bani israil dalam hal besarnya ukuran makhluk jabbarin dan salah satu

dari mereka adalah „Awj bin Anaq bin Adam As dengan tinggi 3333

hasta. Ini adalah hal yang memalukan untuk di katakan karena hal ini

bertentangan dengan apa yang ada di dalam kitab hadis43 sahihain bahwa

Rasulullah Saw berkata :

ااأحاعحا كظالنااظاعحاا انااعحا لحاعحاتزحااالل اايحاضظارحااةحاحايزناحااه ابظ ا ان اناط ااحاامحادحاآااالل ااقحالحا:اخحاا لحاصلى الله عليه وسلماقحاابظاكحاحانايز ا اي حامحااعنامظاتحاسناحااةظاكحائظالحامحالننااحامظااكحائظانحاىاأ الحاعحاامنالكظاسحاحاابناهحاذناا لحاقحاا اث العارحاذظاانحاناتز اسظاالحا ن اقحا.ازحامناك اينالحاعحاام الحانسا:الحاا لحاقحا.ازحاكحاتحايزاركظاذ ااة اياتحظاحااكحات ايزاتحظا .االلظااة احنحارحاحااكحاينالحاعحاام الحانسالاص اق ازنايزحااق الناللنحاالظاحايزحاامنالحا،ازحامحاآدحااةظارحاناىاص الحاعحااةحااللنحاال اخ ادنايحاانامحاال اك ا،احااللظااة احنحارحاحااه الد احازحا

ا.نحاالآتاححا

“Dari Abu Hurairah Radhiallahu„anhu bahwa Nabi

Shalallahu„alaihi wasallam pernah bersabda: “sesungguhnya Allah

menciptakan Adam tingginya 60 hasta, kemudian Allah berfirman,

pergilah ucapkan salam kepada malaikat dan dengarkan jawaban

mereka, karena salam itu akan menjadi salammu dan salam

keturunanmu. Maka Adam mengucapkan “Assalamu„alaikum”, para

malaikat menjawab, “Assalamu„alaika warahmatullah”, para

malaikat menambahkan kata warahmatullah. Setiap orang masuk

surga tubuhnya akan berpostur seperti Adam, anak cucu Adam

diciptakan semakin mengecil hingga sekarang” (HR. al-Bukhârî).44

43

„Imâduddîn Abu al-Fidâ‟ Ismâ„il bin Katsîr al-Quraisyî al-Bashrî ad-Damasyqî,

Tafsir Al-Qur‟an Al-„Adzîm, (Kairo: Dâr al-Hadîs, 2003), Juz. 2, h.50 44

Abû „Abdullah Muhammad bin Isma„il bin Ibrâhîm bin Mughîrah bin Bardizbah,

Shahih al-Bukhârî, (Germany: Jam„iyyah Maknaz al-Islâmî, 2000), Kitâb ahâdîs al-Anbiyâ,

Bâb Khalqi Âdam Shalawâtullahi „Alaihi Wa Dzurriyatihi, h. 648.

Page 29: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

14

Pada abad 19 penafsiran berkembang dengan munculnya warna baru

yaitu penafsiran adab ijtima„i yang di cetuskan oleh Muhammad Abduh

dan Rasyid Ridha dalam tafsir al-Manar, riwayat-riwayat isrâîliyyât

mulai ditinggalkan walaupun tetap ada. Hal ini tampak dari muqaddimah

tafsir al-Manar yang ditulis beliau, “Nasib yang malang menimpa umat

Islam bahwa kebanyakan dari kitab-kitab tafsir menyibukkan

pembacanya dari tujuan yang mulia dan hidayah yang besar, mereka ada

yang disibukkan dengan pembahasan i‟rab dan sebagian lain tertarik

dengan riwayat-riwayat yang banyak bercampur antara khurafat dan

isrâîliyât. Tujuan kami (menulis tafsir ini) agar kita paham bahwa apa

yang banyak diriwayatkan dalam tafsir bil ma‟tsur dari khurafat dan

isrâîliyyât kebanyakannya menjadi penutup atau penghalang dari

hidayah Al-Qur‟an. Maka kebanyakan tafsir ini menyibukkan pembaca

dari tujuan Al-Qur‟an sebagai pensuci jiwa dan penerang akal dengan

banyaknya riwayat yang tidak ada nilainya baik secara sanad dan

kandungannya”.45

Muhammad Abduh juga mengkritisi riwayat-riwayat isrâîliyyât ini,

menurut beliau umat Islam harus berhati-hati dan mengawasi kisah-kisah

banî isrâ„îl khususnya kisah-kisah para Nabi, dan tidak mempercayai

dengan apa yang ditambahkan kedalam Al-Qur‟an dari perkataan-

perkatan ahli sejarah dan para penafsir (dari riwayat-riwayat isrȃȋliyyȃt)

begitu saja, mereka yang berkecimpung dalam penelitian sejarah dan ilmu

saat ini berkata kepada kami, bahwa tidak dipercaya dari sejarah pada

zaman itu yang mereka sebut dengan zaman kegelapan kecuali setelah

penyelidikan dan penelitian dan mendapatkan sisa-sisa (artefak sejarah).

Kami memaklumi para mufassir yang memenuhi kitab tafsirnya dengan

kisah-kisah yang tidak terpercaya walaupun dengan tujuan yang baik.

Dan kami tidak bergantung pada itu tetapi melarangnya dan tetap pada

nas-nas Al-Quran dan tidak melampauinya (menafsirkan Al-Qur‟an

dengan riwayat isrâîliyyât), akan tetapi kami memperjelas sesuai dengan

riwayat jika memang benar riwayatnya.46

Pembahasan isrâîliyyât sangat penting untuk memilah dan memilih

riwayat-riwayat yang temasuk isrâîliyyât dan bukan isrâîliyyât agar tafsir

Al-Qur‟an terbebas dari penyimpangan khurafat kebatilan dan

kebohongan. salah satu cara untuk mengetahui isrâîliyyât adalah dengan

terus melakukan penelitian pada kitab-kitab tafsir klasik terlebih lagi

yang terindikasi memuat isrâîliyyât. Oleh karena itu penulis akan fokus

melakukan penelitian dengan tema: “Isrâîliyyât Dalam Kisah-Kisah

Para Nabi (Studi Komparatif Pengaruh Isrâîliyyât Terhadap

45

As-Sayyid al-Imam Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Qur‟an Al-Hakîm al-

Masyhur bi Tafsîr Al-Manâr, (Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, 1999), Juz 1, h . 46

Ramzî Na„nâ„ah, Al-Isrâîliyyât wa Atsaruhâ fî Kutubi at-Tafsîr, h. 435

Page 30: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

15

Penafsiran Ayat-Ayat Kisah Para Nabi Dalam Tafsir Al-Khâzin dan

Tafsir Ibnu Katsîr)”

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Dari penjelasan diatas, permasalahan yang dapat diidentifikasi

seputar permasalahan isrâîliyyât dalam kitab tafsir adalah :

a. Isrâîliyyât banyak terdapat dalam kitab-kitab tafsir.

b. Salah satu sisi Al-Qur‟an yang banyak memuat isrâîliyyât adalah

tafsir kisah-kisah Nabi sebelum Nabi Muhammad Saw.

c. Isrâîliyyât dalam kisah-kisah Nabi tidak hanya ada pada tafsir bil

ma‟tsur tetapi juga ada pada tafsir bir ra‟yi

d. Diantara sekian tafsir bil ma‟tsur yang mengandung riwayat

isrâîliyyât adalah tafsir Ibnu Katsîr sedangkan tafsir bir ra‟yi yang

mengandung riwayat isrâîliyyât adalah tafsir Al-Khâzin.

e. Al-Khâzin memiliki sikap dan respon yang berbeda dengan Ibnu

Katsîr dalam menyikapi sejumlah riwayat isrâîliyyât.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka yang akan dikaji

pada penelitian ini dibatasi menjadi :

a. Riwayat-riwayat isrâîliyyât dalam kisah-kisah para Nabi pada

tafsir Al-Khâzin dan tafsir Ibnu Katsîr serta pengaruhnya dalam

penafsiran.

b. Sikap Al-Khâzin dan Ibnu Katsir terhadap riwayat isrâîliyyât dan

pengaruhnya terhadap penafsiran.

c. Mengingat luasnya cakupan pembahasan isrâîliyyât maka penulis

akan membatasi hanya pada riwayat-riwayat isrâîliyyât yang

berkenaan dengan kisah Nabi-Nabi terdahulu yaitu : kisah Nabi

Adam As, Nabi Nuh As, Nabi Ismaʽil As, Nabi Yusuf As, Nabi

Ayyub As, Nabi Musa As, Nabi Daud As, Nabi Sulaiman As,

Nabi Ilyas As. Pemilihan isrâîliyyât yang berhubungan dengan

kisah-kisah Nabi terdahulu menurut hemat penulis lebih penting

untuk diteliti ketimbang meneliti isrâîliyyât dalam hal lainnya

seperti isrâîliyyât pada kisah umat terdahulu dan peperangan

karena permasalahan Nabi berhubungan erat dengan keimanan

setiap muslim.

3. Perumusan Masalah

Beranjak dari pembatasan masalah di atas, maka permasalahan

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

Apa saja riwayat isrâîliyyât dalam tafsir Al-Khâzin dan tafsir

Ibnu Katsir yang berkaitan dengan kisah-kisah para Nabi dan

bagaimana sikap kedua mufassir terhadap riwayat isrâîliyyât ini serta

pengaruhnya terhadap penafsiran?

Page 31: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

16

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan yang hendak dicapai

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan riwayat-riwayat isrâîliyyât dalam tafsir Al-Khâzin dan

tafsir Ibnu Katsir pada kisah-kisah Nabi.

2. Membandingkan kedua tafsir ini untuk mengetahui perbedaan sikap

Al-Khâzin dan Ibnu Katsîr terhadap isrâîliyyât.

3. Menggambarkan pengaruh isrâîliyyât terhadap penafsiran kedua

mufassir dan pemahaman terhadap kisah-kisah para Nabi.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu

pengetahuan di bidang ilmu agama Islam khususnya dalam bidang tafsir.

Penelitian ini juga dapat dijadikan penelitian selanjutnya yang serupa, dan

sedikit banyak penelitian ini akan memberikan kontribusi bagi

pengembangan ilmu agama Islam di bidang tafsir.

E. Kajian Pustaka

Penelitian tentang isrâîliyyât telah banyak dilakukan karena

isrâîliyyât sudah terserap kedalam tafsir Al-Qur‟an sejak masa sahabat

dan semakin melebar dimasa tabi„in dan masuk kedalam kitab-kitab hadis

dan turats sejak awal masa kodifikasi hadis di masa khalifah Umar bin

Abdul Aziz.

Adapun penelitian tentang isrâîliyyât yang berhasil penulis dapatkan

diantaranya adalah :

1. Tesis dengan judul Isrâîliyyât Kisah Yusuf Dalam Tafsir Marah Labid

karya Tarto, Lc mahasiswa Pascasarjana jurusan Tafsir Hadis UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta (2015) yang menitik beratkan

pembahasan pada kisah Nabi Yusuf As dalam tafsir karya Syeikh

Nawawi al-Bantanî dengan menggunakan kritik matan sebagai pisau

analisis dengan hasil akhir bahwa Syeikh Nawawi al-Bantanî kurang

kritis ketika meneliti sumber riwayat sehingga masuklah isrâîliyyât

kedalam tafsir beliau. Sedangkan penelitian penulis memiliki objek

dan metode analisa yang berbeda karena penelitian penulis kepada

sebuah studi komparatif antara tafsir Al-Khazîn dan tafsir Ibnu Katsîr.

2. Tesis dengan judul Isrâîliyyât Dalam Tafsir Jalâlain karya Nur Baiti

Muhmmad Nur mahasiswi Pascasarjana IIQ tahun (2012), penelitian

ini fokus pada tafsir Jalâlain dengan meneliti setiap surah yang

memiliki kandungan isrâîliyyât di dalamnya. sedangkan penelitian

penulis fokus pada tafsir al-Khazîn yang dikomparasikan dengan

tafsir Ibnu Katsir, dengan maksud tidak hanya memaparkan

kandungan isrâîliyyât saja tetapi juga melihat bagaimana sehingga

mufassir berbeda sikap terhadap riwayat isrâîliyyât dengan tujuan

Page 32: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

17

agar kita dapat mengetahui mengapa isrâîliyyât tetap saja ada dalam

kitab-kitab tafsir sampai sekarang.

3. Tesis dengan judul Perspektif Yusuf Al-Qardhâwî Tentang Isrâîliyyât

Studi atas Kitab Kayfa Nata„amal Ma„a Al-Qur‟an Al-ʽAdzîm karya

Idris mahasiswa Pascasarjana jurusan Tafsir Hadis UIN Sunan Ampel

Surabaya, penelitian ini fokus pada sikap dan pemikiran Yusuf Al-

Qardhâwî yang menganggap isrâîliyyât sebagai sumber khurafat

(penyimpangan), jika memang begitu, maka implikasinya dari

anggapan ini adalah karena telah membawa khurafat dalam riwayat

mereka. Hasilnya akan menggugurkan sekian banyak ʽâdalah

(keadilan) setiap pelaku khurafat yang notabene adalah para sabahat

dan tabiʽin. Pembahasan tesis ini masih berkutat pada konsep

menyikapi riwayat isrâîliyyât namun belum membahas permasalahan

inti dari riwayat isrâîliyyât dalam tafsir bil ma‟tsur seperti yang

menjadi fokus dari penelitian penulis lakukan.

4. Skripsi dengan judul Isrâîliyât dalam Tafsir Ath-Thabarî dan Ibnu

Katsîr (Sikap Ath-Thabarî dan Ibnu Katsîr Terhadap Penyusupan

Isrâîliyyât dalam Tafsirnya) hasil karya Nur Alfiah mahasiswi

Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2010. Skripsi ini hanya membahas empat pembahasan

yaitu kisah tersesatnya banî isrâîl, Harut dan Marut, Dzulkarnain, sapi

betina. Sedangkan masih banyak lagi isrâîliyyât yang belum tersentuh

dalam pembahasan. Adapun penelitian penulis akan membahas lebih

luas isrâîliyyât yang menyinggung kema‟suman Nabi dan Rasul.

5. Tulisan Afrizal Nur dalam Jurnal An-Nida‟ Jurnal Pemikiran Islam

yang berjudul Dekonstruksi Isrâîliyyât Dalam Tafsir Al-Misbah yang

menjelaskan perbedaan ulama dalam menerima isrâîliyyât. Dalam hal

ini tafsir Al-Misbah masih mengandung isrâîliyyât tanpa disebutkan

sanadnya, terkadang Quraish Shihab mengkritik dan mengoreksi

isrâîliyyât ini namun seringkali tidak dikritik dan dibiarkan begitu

saja. Kajian ini lebih fokus kepada penelitian isrâîliyyât dalam Tafsir

Al-Misbah dan sikap Quraish Shihab dalam menerima isrâîliyyât.

Sedangkan penelitian penulis berusaha untuk tidak hanya

memaparkan riwayat-riwayat isrâîliyyât dalam tafsir al-Khazin dan

Ibnu Katsîr tetapi juga berusaha menganalis sebab masuknya

isrâîliyyât kedalam tafsir.

6. Tulisan Abizal Muhammad Yati Dosen Fakultas Dakwah dan

komunikasi UIN Ar-Raniry pada Jurnal Al-Bayan dengan judul

Pengaruh Kisah-Kisah Isrâîliyyât Terhadap Materi Dakwah. Tulisan

ini menemukan fakta bahwa masih banyak dai-dai yang

menyampaikan kisah-kisah Nabi dalam Al-Qur‟an dengan mengambil

kisah-kisah isrâîliyyât. Menurutnya lagi hal ini terjadi karena

Page 33: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

18

minimnya pemahaman dai-dai terhadap tafsir Al-Qur‟an yang benar.

Adapun penelitian penulis lebih memfokuskan langsung terhadap

kitab tafsir tertentu dalam hal ini adalah tafsir al-Khazîn dan Ibnu

Katsîr.

7. Ahmad Sa‟id Samsuri Dosen Program Magister PAI STAIN

Pamekasan menulis dalam Jurnal Islamuna tentang Isrâîliyyât

Perkembangan dan Dampaknya Dalam Tafsir Al-Qur‟an. Tulisan ini

menitik beratkan penelitian pada dampak isrâîliyyât terhadap Islam

secara global yaitu : rusaknya akidah umat, rusaknya citra Islam

karena khurafat dan kebohongan, hilangnya kepercayaan kepada

ulama salaf dan memalingkan pemahaman kepada yang salah. Yang

menjadi titik perbedaan penelitian penulis adalah bahwa penelitian

penulis tidak hanya menjelaskan dampak dari pengaruh isrâîliyyât

dalam tafsir secara umum namun juga berusaha menjelaskan

bagaimana sebenarnya riwayat isrâîliyyât yang memberi dampak

negatif terhadap pemahaman umat Islam terhadap pribadi Nabi dan

Rasul.

8. Tulisan Usman Dosen Fakultas Syari‟ah IAIN Mataram dalam Jurnal

Ulumuna dengan judul Memahami Israʽiliyyat Dalam Penafsiran Al-

Qur‟an. Penelitian ini fokus pada bagaimana seharusnya kita

menyikapi isrâîliyyât dalam tafsir terlepas dari pro dan kontra ulama

salaf dan khalaf dalam menyikapi isrȃȋliyyȃt maka sudah selayaknya

kita selektif dalam memilah dan memilih tafsir ayat-ayat pada kisah

Nabi antara yang tidak mengandung isrȃȋliyyȃt dan yang mengandung

isrȃȋliyyȃt. adapun perbedaan dengan penelitian penulis adalah,

penelitian penulis berusaha tidak hanya stop pada fenomena ulama

yang berbeda pendapat dalam menyikapi isrâîliyyât tetapi juga

memahami akar masalah dari terjadinya perbedaaan ulama dalam

menyikapi isrâîliyyât sehingga setiap akademisi dapat saling

menghormati silang dan beda pendapat diantara ulama.

Adapun perbedaan penelitian penulis dengan penelitian-penelitian

sebelumnya adalah, penulis berusaha membandingkan antara isrâîliyyât

yang ada dalam tafsir bir ra‟yi yaitu tafsir al-Khâzin dan tafsir bil ma‟tsur

yaitu tafsir Ibnu Katsîr, dengan fokus penelitian khusus dalam kisah-kisah

para Nabi, dengan harapan penelitian isrâîliyyât ini lebih mendalam

karena kisah-kisah isrâîliyyât tidak hanya tersebar dalam tafsir bil

ma‟tsur tetapi juga tafsir bir ra‟yi. .

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library reseach),

dalam arti bahwa data yang menjadi objek penelitian merupakan

bahan-bahan kepustakaan berupa buku-buku, tesis, disertasi dan

Page 34: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

19

jurnal penelitian yang terkait langsung dengan tema penelitian

penulis.

Metode yang dipakai adalah metode kualitatif, data yang

diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik

pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan terus

menerus sampai datanya jenuh dan menghasilkan sebuah kesimpulan

akhir.

2. Pendekatan Penelitian

Penulis akan menggunakan pendekatan sosial historis untuk

membandingkan kedua tafsir tersebut disamping itu penulis juga akan

meminjam pendekatan ilmu Al-Qur‟an yaitu tafsir mawdhui dan ilmu

hadis yaitu naqd matan dan naqd sanad karena yang menjadi objek

penelitian adalah riwayat-riwayat isrâîliyyât.

3. Sumber Data Penelitian

Sumber data dibagi menjadi dua, sumber data primer yang

terpusat pada kitab tafsir Al-Khâzin yang berjudul Lubâb At-Ta‟wîl Fî

Ma„anî At-Tanzîl dan kitab tafsir Ibnu Katsîr yang berjudul tafsir Al-

Qur‟an Al-Adzim. Sumber data sekunder sebagai pelengkap yaitu

buku-buku ʽUlum al-Qur‟an, kitab-kitab tafsir, kitab-kitab hadis,

karya-karya ulama tentang isrâîliyyât, buku-buku sejarah, tesis,

disertasi, jurnal-jurnal dan makalah-makalah yang memiliki

keterkaitan dengan objek penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah dengan dokumentasi

mengumpulkan data dari sumber primer didukung dengan sumber

sekunder baik berupa buku-buku, jurnal-jurnal, makalah-makalah,

yang terkait objek penelitian. Dokumen ini didapatkan baik dari

perpustakaan langsung, perpustakaan digital maupun situs-situs yang

otoritatif.

5. Metode Analisis Data

Dalam menganalisa data penulis akan menggunakan metode

content analysis dan metode deskriptif analitis komparatif. Karena

objek penelitian adalah perbandingan tafsir maka yang menjadi titik

tekannya adalah redaksi tafsir suatu ayat dan dalil-dalil mufassir

dalam menafsirkan ayat tersebut. Secara singkatnya analisis data yang

akan penulis lakukan adalah :

a. Menggambarkan biografi Al-Khazîn dan Ibnu Katsîr diikuti

dengan metode dalam tafsir beliau dan sikap terhadap riwayat-

riwayat isrâîliyyât. Hal ini didapatkan dari pembacaan tafsir

beliau berdua dan pembacaan terhadap komentar-komentar ulama

terhadap tafsir Al-Khazîn dan Ibnu Katsîr.

Page 35: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

20

b. Reduksi data yaitu dengan memilih ayat tertentu yang memang

mengandung isrâîliyyât, mengingat banyaknya ayat-ayat Al-

Qur‟an yang mengandung penafsiran dengan riwayat isrâîliyyât

maka penulis hanya akan mengambil ayat-ayat yang berkenaan

dengan 9 Nabi yaitu Nabi Adam As, Nabi Nuh As, Nabi Ismaʽil

As, Nabi Yusuf As, Nabi Ayyub As, Nabi Musa As, Nabi Daud

As, Nabi Sulaiman As, Nabi Ilyas As.

c. Penulis tidak akan mengambil seluruh ayat dari setiap kisah Nabi

tersebut, namun hanya akan mengambil satu sample ayat dari

setiap 9 kisah Nabi. Sample ini didapatkan dari penelitian awal

ayat-ayat yang dianggap mengandung penafsiran isrâîliyyât.

d. Penelitian redaksi tafsir dari kedua mufassir sehinga ditemukan

persamaan dan perbedaan dalam penafsiran satu ayat. Penulis juga

akan merujuk kepada tafsir-tafsir lain sehingga diketahui berbagai

macam ragam redaksi tafsir suatu ayat.

e. Penelitian dalil-dalil yang dijadikan dasar oleh kedua mufassir

untuk menafsirkan satu ayat sehingga diketahui alasan kedua

mufassir. Hal ini dilakukan agar penulis dapat mengetahui

landasan dari penafsiran mufassir selain itu juga agar kita dapat

tetap selalu menghormati hasil karya tafsir ulama walaupun

berbeda-beda dalam penafsiran.

f. Penelitian implikasi tafsir ayat-ayat tersebut terhadap tafsir secara

umum dan kisah Nabi secara khusus.

g. Pendekatan sosio historis akan penulis gunakan untuk

menyingkap sebab terjadinya perbedaan oleh kedua mufassir.

6. Validitas Data

Setelah melakukan analisa data, peneliti akan menggunakan

triangulasi data untuk menguji validitas (keabsahan data), yaitu,

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, Karena

penelitian ini adalah penelitian library reseach yang fokus pada

penelitian dokumen-dokumen dan tidak turun kelapangan maka

validitas data di fokuskan kepada pengecekan sebanyak mungkin

sumber-sumber penelitian yang ada dan berkaitan dengan tema

penelitian yaitu isrâîliyyât.

Dengan harapan setelah data dari berbagai dokumen yang ada di

dapatkan dan dicek, peneliti mampu menghasilkan sebuah kesimpulan

yang objektif dan menyeluruh,

7. Langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian sebagai berikut :

a. Memaparkan riwayat isrâîliyyât dari dua tafsir dan menjelaskan

kandungan isrâîliyyât tersebut.

Page 36: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

21

b. Membandingkan kedua riwayat isrâîliyyât kemudian dianalisa

persamaan dan perbedaannya untuk mengetahui kecenderungan

dan pola pikir masing-masing mufassir dan juga pengaruhnya

terhadap umat Islam

c. Menarik kesimpulan akhir dari perbandingan tersebut

G. Teknik dan Sistematika Penulisan

1. Teknik Penulisan

Untuk menghindari kesalahan dalam penulisan dan memudahkan

dalam pemahaman terhadap tulisan ini, maka peneliti akan

menggunakan buku pedoman penlisan skripsi, tesis dan disertasi yang

diterbitkan IIQ Press tahun 2017.

2. Sistematika Penulisan Pembahasan dalam tesis ini disajikan dalam lima bab. Bab

Pertama pendahuluan, yang menjelaskan latar belakang munculnya

permasalahan, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, penelitian terdahulu yang relevan, metodologi,

jenis penelitian, sumber data, tehnik pengumpulan data dan metode

analisis data, teknik dan sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan landasan teoritis bagi pembahasan bab-bab

berikutnya. Adapun yang akan dibahas sekilas tentang isrâîliyyât

yang meliputi pengertian isrâîliyyât, masuknya isrâîliyyât, klasifikasi

isrâîliyyât, hukum meriwayatkan kisah-kisah isrâîliyyât, perawi

isrâîliyyât dari kalangan sahabat, tabi„in dan pengikut tabiʽin.

Bab ketiga akan memasuki kajian inti tesis yaitu biografi Al-

Khâzin, karya-karya beliau, dan metode penulisan tafsir beliau diikuti

dengan biografi Ibnu Katsîr, karya-karya beliau, dan metode

penulisan tafsir beliau.

Bab keempat adalah ranah inti pembahasan murni yang akan

meneliti riwayat-riwayat isrâîliyyât dalam tafsir Al-Khâzin dan tafsir

Ibnu Katsîr pada kisah Nabi yaitu kisah kisah Nabi Adam As, Nabi

Nuh As, Nabi Ismaʽil As, Nabi Yusuf As, Nabi Ayyub As, Nabi Musa

As, Nabi Daud As, Nabi Sulaiman As, Nabi Ilyas As. Kemudian

penulis akan membahas pengaruh isrâîliyyât baik terhadap tafsir Al-

Khâzin maupun tafsir Ibnu Katsîr maupun kepada pemahaman kisah-

kisah Nabi dan kema‟suman Nabi.

Penelitian tesis ini berakhir pada bab kelima adalah bab penutup

berisikan kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap rumusan

masalah dan saran-saran konstruktif, baik bagi peneliti selanjutnya

atau bagi pembaca penelitian ini secara umum.

Page 37: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

171

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa :

1. Dari 9 nabi yang penulis teliti penulis mendapatkan 29 kisah

isrâîliyyât, diantara kisah-kisah ini ada yang hanya terdapat dalam

tafsir al-Khâzin yaitu 8 kisah, yang hanya terdapat dalam Tafsir Ibnu

Katsîr sebanyak 3 kisah yang terdapat dalam kedua-duanya sebanyak

17 kisah isrâîliyyât. Adapun yang dikomentari al-Khâzin 5 kisah,

yang dikomentari Ibnu Katsîr 14 kisah sedangkan yang tidak

dikomentari al-Khâzin 19 kisah, yang tidak dikomentari Ibnu Katsîr

7 kisah.

2. Adapun pengaruh isrâîliyyât dalam dua kitab tafsir ini membuat

kedua kitab ini mengandung kisah-kisah khurafat dan khayalan,

sehingga ini dikritik oleh beberapa ulama karena memberi

pemahaman yang kurang baik kepada kisah-kisah nabi yang

cenderung merusak kema‟suman para Nabi, kisah-kisah ini juga

sering dinisbahkan kepada sahabat dan tabi‘in sehingga merusak

kredibilitas para sahabat dan tabi‘in.

B. Saran 1. Hendaknya penelitian isrâîliyyât dilakukan dalam setiap kitab tafsir

yang ada, karena masih banyak bidang penelitian isrâîliyyât yang

belum dibahas sebagaimana banyak kitab-kitab tafsir yang belum di

teliti kandungan isrâîliyyâtnya. Hal ini kelak berguna agar menjadi

penambah penjelasan ketika tafsir ini dibaca dan dipelajari baik oleh

kalangan terpelajar maupun awam

2. Hendaknya ada dari peneliti baik dari kampus IIQ maupun yang

lainnya yang mengumpulkan hasil penelitian-penelitian yang telah

ada dalam hal isrâîliyyât dan menggabungkannya dalam bentuk

mawsû‘ah atau ensiklopedia sehingga menjadi satu kesatuan, lengkap

dengan rujukan tafsirnya, kritik sanad, kritik matan dan kisah yang

sebenarnya sebagai solusi untuk mengganti kisah-kisah isrâîliyyât

yang menyesatkan ini. Hal ini telah dilakukan oleh Muhammad Abu

Syuhbah dalam buku beliau al-Isrâîliyyât wa al-Mawdhû‘ât namun

masih banyak isrâîliyyât yang belum dibahas lebih mendalam.

3. Hendaknya ketika menjelaskan sebuah ayat yang mengandung kisah

isrâîliyyât sebaiknya disampaikan bahwa riwayat tersebut adalah

isrâîliyyât dengan dijelaskan bagaimana statusnya, apakah diterima

didiamkan ataupun ditolak agar umat mengetahui dan tidak salah

memahami serta yang menjelaskan tidak salah memahamkannya.

Page 38: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

172

DAFTAR PUSTAKA

Al-„Âl, Ismâ„il Sâlim „Abdu, Ibnu Katsîr Wa Manhajuhu Fî at-Tafsîr, Kairo:

Maktabah al-Malik Faishal al-Islamiyyah, t,t.

Al-Âlûsî, Abi Fadil Syihâbuddin as-Sayyid Mahmȗd, Rûh al-Ma‘ânî fî Tafsîr

Al-Qur’an Al-Adzîm wa as-Sab‘i al-Matsânî, Juz 4, Beirut: Dâr

Kutub al-„Ilmiyyah, 2001.

Amîn, Ahmad, Fajr al-Islam, Beirut: Dâr al-Kitâb al-„Arabî, 1969.

Al-Andalusî, „Abdul al-Haq bin Ghâlib bi „Athiyyah, Al-Muharratu al-

Wajîzu, Juz 2, Beirut: Dâr Kutub al-„Ilmiyyah, 2001.

Al-Andalusî, Muhammad bin Yusuf bin Ali bin Hayyân an-nafzî, Al-Bahr al-

Muhîth, Juz 1, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, 2001.

Al-Ashfahânî, Ar-Râghib, Mufradât al-Alfâzh Al-Qur’an, Damasqus: Dâr al-

Qalam, t,t.

Al-„Aqîqî, Najîb, al-Mustasyriqûn, Juz 1, Kairo: Dâr al-Ma„ârif, 1964.

Al-„Asqalânî, Ahmad bin „Alî bin Muhammad bin Hajar, Ad-Durar al-

Kâminah Fi A‘yân al-Miah ats-Tsâminah, Juz 3, Pakistan: Dâr al-

Ma„arif al-Utsmâniyah, t,t.

Al-„Asqalânî, Ahmad bin „Alî bin Muhammad bin Hajar, Fath al-Bârî Fî

Shaîh al-Bukhârî Libni Hajar al-‘Asqalânî, Juz.6, Kairo: Maktabah

Masr, 2001.

Al-„Asqalânî, Ahmad bin „Alî bin Muhammad bin Hajar, Al-Ishâbah Fî

Tamyîz ash-Shahâbah, Juz 1, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah,

1995.

Al-„Asqalânî, Ahmad bin „Alî bin Muhammad bin Hajar, Lisân al-Mîzan,

Beirut: Maktabah al-Mathbû„ât al-Islâmiyyah, 2002.

Al-„Asqalânî, Ahmad bin „Alî bin Muhammad bin Hajar, Tahzibu at-Tahzib,

, Juz 1, Beirut: Dâr al-Fikr, 1995.

Al-Asyqar, Umar Sulaiman Abdullah Sahih al-Qishash an-Nabawî,

Yordania: Dâr an-Nafâis, 2007.

Page 39: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

173

„Âsyûr, Muhammad ath-Thâhir Ibnu At-Tahrîr wa at-Tanwîr, Juz 6, Tunisia:

Dâr Sahnûn li-Nasy wa at-Taûzîʽ, t.t.

Al-Bagdâdî, Alâu ad-Dîn „Ali bin Muhammad bin Ibrâhîm, Tafsir al-Khâzin

al-Musamma Lubâb at-Ta’wîl Fî Ma‘anî at-Tanzîl, Juz.2, Beirut:

Dâr al-kutub al-„Ilmiyyah, 2004.

Al-Baghawî, Abû Muhammad al-Husîn bin Mas„ud bin Muhammad al-Farrâ

asy-, Ma‘âlim at-Tanzîl, Riyadh: Dâr Thayyibah, 1985.

Bahjat, Ahmad, Anbiyâullah, Kairo: Dâr asy-Syurûq, 2001.

Al-Barakatî, Assayyid Muhammad „Amîm Ihsân al-Mujaddadî, At-Ta‘rifât

al-Fiqhiyyah, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2003.

Bardizbah, Abû „Abdullah Muhammad bin Isma„il bin Ibrâhîm bin Mughîrah

bin, Shahih al-Bukhârî, Germany: Jam„iyyah Maknaz al-Islâmî,

2000.

Al-Baqâ„î, Ibrâhim bin Umar bin Hasan ar-Rubâth Ibnu Aku bin Abi Bakr, .

Al-Aqwâl al-Qadîmah Fî Hukmi an-Naql Minal-Kutubi al-Qadîmah,

. Kairo: al-Munadzhamah al-„Arabiyyah litarbiyyah wa ats-Tsaqafah .

al-„Ulum, 1980.

Bâqî, Muhammad Fuad Abdul, Al-Mu‘jam al-Mufahras Lialfazhi Al-Qur’an

Al-Karîm, Kairo: Dâr al-Hadîs, 2007.

Baqon, Maurice, At-Taurâh wa al-Anâjil wa Al-Qur’an Al-Karim Bimiqyâs

al-ʽIlmi al-Hadîts, Kairo: Maktabah Al-Qur‟an, 2000.

Ad-Damasyqî, „Imâduddîn Abu al-Fidâ‟ Ismâ„il bin Katsîr al-Quraisyî al-

Bashrî, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzîm, Juz. 2, Kairo: Dâr al-Hadîs,

2003, h.50

Ad-Dawawudî, Syamsuddin Muhammad bin „Alî bin Ahmad, Thabaqât al-

Mufassirîn, Juz. 1, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, t,t.

Ad-Dimasyqî, Syihâb ad-Din Abû al-Falâh „Abdu al-Hay bin Ahmad bin

Muhammad al-„Akrî al-Hanbalî, Syadzarâtu adz-Dzahab Fî Âhbâri

Man Dzahab, Juz 7, Damasqus: Dâr Ibnu Katsîr, t,t.

Page 40: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

174

Adz-Dzahabî, Muhammad Husein, Al-Isrâîliyât fî at-Tafsîr wa al-Hadis,

Kairo: Maktabah Wahbah, t.t.

Adz-Dzahabî, Muhammad Husein, At-Tafsir wal Mufassirûn, Juz. 1, Kairo :

Dar al-Hadis, 2005.

Adz-Dzahabî, Muhammad Husein, Al-Ittijâhât Al-Munharifah fî Tafsîr Al-

Qur’an Al-Karîm wa Dawafi‘uh^a wa Dâfi‘uhâ, Kairo: Maktabah

Wahbah, 1986.

Adz-Dzahabî, Syamsuddîn Muhammad bin Ahmad bin Usmân, Mîzân al-

I‘tidâl fi Naqdi ar-Rijâl, Beirut: Dâr al-Ma„rifah, t,t.

Adz-Dzahabî, Syamsuddîn Muhammad bin Ahmad bin Usmân, Al-Mu‘jam

al-Mukhtassh bi al-Muhadditsîn, Arab Saudi: Maktabah Ash-

Shiddiq, t,t.

Adz-Dzahabî, Syamsuddîn Muhammad bin Ahmad bin Usmân, Siyar A‘lâm

an-Nubalâ, Kairo: Dâr al-Hadits, 2006.

Adz-Dzahabî, Syamsuddîn Muhammad bin Ahmad bin Usmân, Tadzkiratu

al-huffâzh, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, 1958, h. 27

Ad-Damasyqî, „Imâduddîn Abu al-Fidâ‟ Ismâ„il bin Katsîr al-Quraisyî al-

Bashrî, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah, Qatar: Dawlah Qatar, 2015.

Ad-Damasyqî, „Imâduddîn Abu al-Fidâ‟ Ismâ„il bin Katsîr al-Quraisyî al-

Bashrî, Tafsir Al-Qur’an Al-ʽAdzîm, Juz 4, Kairo: Dâr al-Hadits,

2002.

Adz-Dzuhlî, Abû „Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal asy-

Syaybânî, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Beirut: Muassasah ar-

Risâlah, 1998.

Farhati, Wahdah “Ad-Dakhil Dalam Tafsir Fath Al-Qadir”, Tesis, IIQ,

2017, Diterbitkan.

Farîd, Ahmad, Taysîr al-Mannân Fî Qishashi Al-Qur’an, Kairo: Dâr Ibnu al-

Jawzî, 1429.

Al-Fâlih, „Abdullah bin Shâlih Hayâtu Ibnu Katsîr wa Kitâbuhu Tafsîr Al-

Qur’an Al-Adzîm, Riyadh: Maktabah Dâr al-Bayan, 2004

Page 41: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

175

Al-Ghazalî, Muhammad, Fiqh as-Sîrah, Kairo: Dâr as-Syurûq, 2000.

Al-Hanafî, Musthafa bin „Abdullah al-Qusthanthinnî ar-Rûmmî, Kasyfu azh-

Zhunûn ‘an Asâmî al-Kutub wa al-Funûn, Beirut: Dâr al-Fikr, 1994.

Al-Hanbalî, Abu Hafsh Umar Ali ibn „Adil ad-Damasyqî, Al-Lubâb Fî ‘Ulum

al-Kitâb, Juz 9, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1998.

Al-Hafnî, Abdul Mun„im, Mawsu‘ah Al-Qur’an Al-Adzîm, Juz. 1, Kairo:

Maktabah Madbûlî, 2004.

Al-Hasanî, As-Sayyid Muhammad Bin „Uluwî al-Mâlikî, Al-Qawâid al-

Asâsiyyah Fî ‘Ulum Al-Qur’an, tt.p.: t.p., 1419H.

Hâtim, „Abdurahman bin Muhammad ibn Idrîs as-Râzî ibn Abî, Tafsir Al-

Qur’an Al-Adzîm, Riyadh: Maktabah Nazâr Musthafa al-Bâz, 1997.

„Itr, Nuruddin, ‘Ulum Al-Qur’an Al-Karîm, Damasqus: t.p., 1993.

Iyazi, As-Sayyid Muhammad Ali, Al-Mufassirûn Hayâtuhum wa

Manhazuhum, Teheran : Wizaratu as-Tsaqafah wa al-Irsyad Islamî,

t.t.

Al-Jabawrî, Abu al-Yaqdzhân „Athiyyah, Dirasât Fî at-Tafsîr wa Rijâlihi,

Beirut: Dâr an-Nadwah al-Jadîdah, t.t.

Al-Jabbâr, Muhammad Munîr, Qashashu al-Qur’an al-Karîm Fî Sîratu

Sayyiidi al-Mursalîn Ba‘idan ‘An Isrâîliyyât, Riyadh: Maktabah at-

Taubah, 2008.

Al-Jazarî, „Izuddîn Abî al-Hasan „Alî bin Muhammad, Usdu al-Ghâbah Fî

Ma‘rifati as-Shahâbah, Beirut: Dâr Ibn Hazm, 2012.

Al-Jawâbî, Muhammad Thâhir,Al-Jarh wa at-ta‘dîl Baina al-Mutasyaddidîn

waal-Mutasâhilîn, Tunisia: Dâr al-„Arabiyyah Lilkutub, 1997.

Kahâlah, Umar Ridha, Mu‘jam al-Muallifîn, Beirut: Muassasah ar-Risâlah,

1993.

Al-Kawsarî, Muhammad Zâhid bin Hasan al-Hilmî, Maqâlât al-Kawsarî,

Kairo: Maktabah at-Tawfiqiyyah, 1371 H.

Page 42: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

176

Khalafullah, Muhammad Ahmad, Al-Fan al-Qishashi Fî Al-Qur’an al-

Karîm, Beirut: Mu‟assasah al-Intisyâr al-„Arabî, 1951-1999.

Khaldûn, Waliyuddîn „Abdurrahhman bin Muhammad Ibnu, Muqaddimah

Ibnu Khaldûn, Juz. 2, Damasqus: Dâr Ya„rab, 2004.

Khalkân, Abî al-„Abbâs Syamsuddiîn Ahmad bin Muhammad bin Abû Bakar

bi,n Wafiyât al-A‘yâni wa Anbâ’u Abnâi Azzamân, Juz 6, Beirut:

Dâr Shâdir, 1978.

Al-Khâlidî, Shalah, Al-Qasahash Al-Qur’anî ‘Ardhu Waqâi‘ Wa Tahlil

Ahdats, Beirut: Dâr al-Qalam, 1998.

Al-Khâlidî, Shalâh Abdul Fatâh, Al-Qur’an wa Naqdu Mathâin ar-Ruhbân,

Damasqus: Dâr al-Qalam, 1999.

Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang & Diklat Kementrian

Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kisah

Para Nabi Pra Ibrahim Dalam Persfektif Al-Qur‟an dan Sains,

Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang, 2012.

Al-Makkî, Abû Abdullah bin As„ad bin „Alî bin Sulaimân al-Yâfi„î al-

Yamanî, Mir’atu al-Jinân wa ‘Ibratu al-Yaqzhân, Juz 1, Beirut: Dâr

al-Kutub al-„Ilmiyah, 2010.

Al-Maliki, Ahmad Ash-Shawî Hâsyiyah ash-Shâwî ‘ala at-Tafsîr al-Jalâlain,

Juz 3, Kairo: Musthafa al-Bâbî al-Halabî wa Awladuhu, 1926.

Al-Mashrî, Jamâl ad-Dîn Abî al-Fadl Muhammad bin Makram Ibnu Manzhûr

al-Anshârî al-Afriqî, Lisân al-‘Arab, Beirut: Dâr Shadir, 1414H.

An-Nadwî, Abû al-Hasan „Ali al-Husein, An-Nubuwwah wa Al-Anbiyâ fî

Dhawi Al-Qur’an, Jeddah: Ad-Dâr as-Su„udiyyah linnasyr, 1383H.

An-Namirî, Taqiyuddîn Abû al-„Abbas Ahmad bin Abdul al-HaIilm bin

Abdus as-Salam, Muqaddimah Fi Ushul at-Tafsir, Syiria: Kuliyyah

Syari‟ah Ja‟mi‟ah Damasqus, 1972.

Na„nâ„ah, Ramzî Al-Isrâîliyyât wa Atsaruhâ fî Kutubi at-Tafsir, Damaskus:

Dâr al-Qalam, 1970.

Page 43: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

177

An-Nasafî, Abdullah bin Ahmad bin Mahmûd, Tafsîr an-Nasafî al-Musamma

at-Tanzîl wa Haqâiq at-Tanzîl, Juz 2, Beirut: Dâr al-Kutub al-

„Ilmiyyah, 1995.

An-Naysâburî, Abû Ishâq Ahmad bin Muhammad Bin Ibrâhîm ats-Tsa„labî,

Al-Kasyfu wa al-Bayân, Beirut: Dâr Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabî, 2002.

An-Naysâbûrî, Muslim bin Hajjâj bin Muslim bin Ward bin Kûsyâdz al-

Qusayrî, Sahih Muslim, Germany: Jam„iyyah Maknaz al-Islâmî,

2000.

Al-Qardhâwî, Yusuf, Kaifa Nata‘amal Ma‘a Al-Qur’an, Kairo: Dâr as-

Syuruq, 2000.

Al-Qâsimî, Muhammad Jamâluddin, Tafsîr al-Qâsimî al-Musamma Mahâsin

at-Ta’wîl, Juz 2, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1997.

Al-Qathân, Mannâ„ Khalîl, Mabâhits Fî ‘Ulum Al-Qur’an, Kairo: Maktabah

Wahbah, t.t..

Al-Qurthubî, Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshârî, Al-Jâmi‘

liahkâmi Al-Qur’an , Juz 1, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, 2001.

Al-Qurthubî, Abî „Umar Yûsuf bin „Abdullah bin Muhammad bin „Abdul al-

Bar, Al-Istî‘âb fi Ma‘rifati al-Ashâb, Beirut: Dâr al-Kutub al-

„Ilmiyah, 2010.

Quthub, Sayyid, At-Tashawwur al-Fannî fî Al-Qur’an, Kairo: Dâr as-

Syurûq, 2000.

Rabî„, Âmâl Muhammad „Abdurrahman, Al-Isrâîliyyât fî Tafsir ath-Thabarî

Dirâsah fi al-Lughah wa al-Mashâdiru al-ʽÎbriyah, Kairo: Wizâratu

al-Awqâf al-Majlis al-A„la lisyu„ûn al-Islamiyah, 2001.

Rayah, Mahmûd Abû, Adwâ’ ‘Ala as-Sunnah al-Muhammadiyyah, Kairo:

Dâr al-Ma„ârif, t.t.

Ridha, As-Sayyid al-Imam Muhammad Rasyid, Tafsir Al-Qur’an Al-Hakîm

al-Masyhur bi Tafsîr Al-Manâr, Juz 1, Beirut: Dâr al-Kutub al-

„Ilmiyah, 1999 .

Page 44: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

178

Ridha, As-Sayyid al-Imam Muhammad Rasyid, Al-Wahyu al-Muhammadî,

Beirut: Muassasah „Izzuddin, 1406H.

Ridhwân, Umar bin Ibrahim, Ârâ al-Mustasyriqîn Hawla Al-Qur’an Al-

Karim wa Tafsiruh, Riyadh: Dâr Thayyibah, t.t..

As-Shâbunî, Muhammad Ali, An-Nubuwwah wa al-Anbiyâ, Damasqus:

Maktabah al-Ghazâlî, 1985.

Shihab, M. Quraish, Prof, Dr, Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan dan Aturan

yang Patut Anda Ketahui dalam Memahami Al-Qur’an, Jakarta:

Lentera Hati, 2013.

Shihab, M. Quraish, Prof, Dr, Tafsir al-Misbah, Vol 8, Jakarta: Lentera Hati,

2002.

As-Sibâ„î, Musthafa, As-Sunnah wa Makânatuhâ fî At-Tasyri‘ al-Islâmî,

Syiria; Dâr al-Warraq, t.t.

Asy-Syâfi„î, Husain Muhammad Fahmî, Ad-Dalîl al-Mufahris Lialfâzh Al-

Qur’an Al-Karîm, (Kairo: Dâr as-Salam, 2008.

Syuhbah, Muhammad bin Muhammad Abu, Al-Isrâîliyyât wa al-Maudhȗ‘ât

fî Kutubi at-Tafsir, Kairo: Maktabah as-Sunnah, t.t.

Asy-Syarîf, Mahmud bin Asy-Sya‘bu al-Mal‘ûn Fî Al-Qur’an, Beirut: Dâr wa

Maktabah al-Hilâl, t.t..

Syâkir, Syeikh Ahmad ‘Umdatu at-Tafsir ‘An al-Hâfiz Ibnu Katsîr

Mukhtashar Tafsir Al-Qur’an Al-Adzîm, Manshurah: Dâr Wafâ‟,

2005, Cet. Ke-2.

Asy-Syinqithî, Muhammad Amin bin Muhammad al-Mukhtâr al-Jankî,

Adhwa al-Bayân Fî Îdhâhi Al-Qur’an bil Qur’an, Juz 4, Jeddah: Dâr

„Ilmi al-fawaidh, t.t.

As-Subkî, Tâju ad-Din Abû Nasr „Abdu al-Kâfî, Thabaqât as-Syâfi‘iyyah al-

Kubra, Beirut: Dâr Ihyâ‟ al-Kutub al-„Arabiyyah, 1964.

As-Suyûthî, Jalâluddîn „Abdurrahman bin Abî Bakar, Ad-Durru al-Mantsûr

Fî at-Tafsîr al-Ma’tsûr, Juz. 1, Beirut: Dâr Kutub al-„Ilmiyyah,

2000.

Page 45: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

179

As-Suyûthî, Jalâluddîn „Abdurrahman bin Abî Bakar, Al-Itqan Fî ‘Ulum Al-

Qur’an, Juz 2, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, 2000.

As-Suyûthî, Jalâluddîn „Abdurrahman bin Abî Bakar, Tadrîb ar-Rawî Fî

Syarhi Taqrîb an-Nawâwî, Riyad: Maktabah al-Kautsar, 1415, h.

323.

At-Thahân, Mahmûd, Taysîr Musthalah al-Hadîs, Iskandaria: Markaz al-

Huda liddirâsât, 1405 H.

Thanthâwî, Muhammad Sayyid, At-Tafsîr al-Wasith lilQur’an Al-Karim, Juz

9, Kairo: Dâr Nahdhah Misr, 1997.

Thuqqȗsy, Muhammad Suhail, Târikh al-Arab Qabla al-Islam, Beirut: Dâr

an-Nafais, 2009, Cet. Ke-1.

Ath-Thabarî, Abî Ja„far Muhammad bin Jarîr, Tafsir ath-Thabarî al-

Musamma Jâmi‘ al-Bayan fî at-Ta’wîl Al-Qur’an, Juz. 3, Beirut:

Dâr al-Kutub al-„Alamiyah, 1999.

„Umar, Muhammad ar-Râzî Fakhruddin Ibnu al-„Allâmah Dhiyâuddîn,

Tafsîr al-Kabîr wa Mafâtîh al-Ghaib, Juz. 18, Beirut: Dâr al-Fikr,

2005.

Wajdî, Muhammad Farid, Dâiratu al-Ma’ârif al-Qarnu al-‘Isyrîn, Beirut:

Dâr al-Ma„rifah Lithibâ„ah wa an-Nasyr, 1971.

Zahw, Muhammad Muhammad Abu, Al-Hadits wa al-Muhadditsun, Riyadh:

t.p., 1984.

Az-Zamakhsyarî, Abi al-Qasim Jârullah Mahmûd bin „Umar bin Muhammad,

Al-Kasyâf ‘an Haqâiq Ghawâmidh at-Tanzîl, Juz 4, Beirut: Dâr al-

Kutub al-„Ilmiyyah, 1995.

Zuhailî, Wahbah, At-Tafsîr al-Munîr fî al-Aqîdah wa as-Syarî‘ah wa al-

Manhaz, Juz. 7, Beirut: Dâr al-Fikr, 2005.

http://quranbysubject.com/category.php?category=24cca55e-4422-11e4-

b11c-000c29db8d9b, diakses tanggal 20 Maret 2017.

http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaI

d&lang=A&Id=9475, diakses tanggal 20 Maret 2017

Page 46: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

180

BIODATA PENULIS

Darmaizar Arif lahir pada tanggal 11 Oktober 1985 di desa Pasir

Kabupaten Tanah Grogot Kalimantan Timur, anak ke-2 dari pasangan

H.Ruslan D (Allahuyarham) dan Hj. Jumaiah. Menyelesaikan pendidikan

formal di SDN 048 pada tahun 1990-1996, kemudian melanjutkan ke MTSN

Model Samarinda pada tahun 1996-1999, setelah itu meneruskan ke PM Ar-

Risalah Ponorogo Jawa Timur pada tahun 1999-2003, mengabdi selama

setahun sebagai staff UKP pada tahun 2003-2004. Pada akhir tahun 2004

penulis melanjutkan kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo dan selesai pada

tahun 2011, pada tahun 2012-2014 melanjutkan S2 di Ma’had al-‘Alî lid-

Dirâsât al-Islamiyyah Zamalik Kairo, namun hanya sampai jenjang diploma,

pada tahun 2014-2016 melanjutkan S2 di American Open University namun

terputus hanya sampai jenjang diploma, setelah pulang kembali ketanah air

penulis melanjutkan S2 di IIQ Jakarta pada tahun 2016 dan berhasil

menyelesaikannya pada tahun 2018. Menikah pada tahun 2014 dengan Hj.

Nor Annisa Utami, Lc dan dikaruniai seorang anak perempuan bernama

Karima Shafa Aisya.

Pendidikan non formal yang pernah penulis ikuti diantaranya Pelatihan

Akutansi Mawarits Tingkat Dasar KMB Kairo tahun 2005, Pelatihan

Mawarits KPMJB Kairo tahun 2006, Wokshop Pemikiran Islam

Kontemporer IKPM Kairo dan INSISTS tahun 2006, Pelatihan Jurnalistik

KMKM Kairo tahun 2006, Pelatihan Administrasi Kesekretariatan dan

Kebendaharaan PPMI Kairo tahun 2008, Seminar Akutansi dan Ekonomi

Islam KPJ Kairo tahun 2009, Multaqa al-Lughawî (Seminar Kebahasaan)

PPMI Kairo tahun 2010, Workshop Metodologi Riset Ilmu Fiqih dan

Wawasan Kefatwaan KPMJB Kairo tahun 2010, Pelatihan Manajemen Zakat

ICMI Kairo tahun 2011, Nadwah ‘Ilmiyyah ad-Dawliyyah (Seminar Ilmiyah

Internasional) UIN & IAAI Jakarta 2016, Daurah Tahsin Tartil Al-Qur‟an

Metode Maisura IIQ Jakarta 2016, Seminar Nasional Peran Keluarga

Ghumari dalam Membentengi Sunnah Nabawiyyah UIN Jakarta & Zawiyah

Ar-Raudhah Jakarta 2017, Daurah Ijazah Sanad Kitab Sahih Muslim IIQ

Jakarta 2017. Kuliah Umum Islamisme & Konstitusi di Indonesia Universitas

Page 47: ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI

181

Indonesia Salemba 2017, Seminar Nasional Hukum Islam Pascasarjana IIQ

Jakarta 2018, Bedah Buku Menjawab Tudingan Miring Pada Bank Syari‟ah

Pascasarjana IIQ Jakarta 2018.

Pengalaman organisasi yang pernah penulis ikuti Bagian Keamanan

PPMI PM Ar-Risalah 2002-2003, Pengurus IKPA Cab Kairo 2004-2008,

Seksi Dekorasi dan Dokumentasi Sidang Yudikasi BPA PPMI tahun 2006,

Sekretaris KMKM Kairo 2009-2010, Wakil Ketua KMKM Kairo 2010-2011.

“Barang siapa yang bersungguh-sungguh mustahil tidak akan bisa”

Alhamdulillah dengan berbagai macam kesibukan penulis berhasil

menyelesaikan tesis ini, semoga ilmu yang didapat bermanfaat di dunia dan

akhirat.