Upload
others
View
34
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA
NABI
(Studi Komparatif Pengaruh Isrâîliyyât Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat
Kisah Para Nabi Dalam Tafsir Al-Khâzin dan Tafsir Ibnu Katsîr)
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama
(M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Agama Islam
Oleh :
Darmaizar Arif
NIM. 215410633
KONSENTRASI ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADIS
PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM
PASCASARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1439 H/ 2018 M
ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA
NABI
(Studi Komparatif Pengaruh Isrâîliyyât Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat
Kisah Para Nabi Dalam Tafsir Al-Khâzin dan Tafsir Ibnu Katsîr)
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama
(M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Agama Islam
Oleh :
Darmaizar Arif
NIM. 215410633
Pembimbing:
Prof. Dr. KH. Said Agil Husen al-Munawwar, MA
Dr. KH. Sahabuddin, MA
KONSENTRASI ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADIS
PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM
PASCASARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1439 H/ 2018 M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis dengan judul “Isrâîliyyât Dalam Kisah-Kisah Para Nabi Studi
Komparatif Pengaruh Isrâîliyyât Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Kisah Para
Nabi Dalam Tafsir Al-Khâzin dan Tafsir Ibnu Katsîr” yang disusun oleh
Darmaizar Arif dengan Nomor Induk Mahasiswa 215410633 telah melalui
proses bimbingan dengan baik dan dinilai oleh pembimbing telah memenuhi
syarat ilmiah untuk diujikan disidang munaqasyah.
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Said Agil Husen al-Munawwar, MA Dr. KH. Sahabuddin, MA
Tanggal : 19 Mei 2018 Tanggal : 24 Mei 2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Tesis dengan judul “ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-KISAH PARA NABI
(Studi Komparatif Pengaruh Isrâîliyyât Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat
Kisah Para Nabi Dalam Tafsir Al-Khâzin dan Tafsir Ibnu Katsîr)” oleh
Darmaizar Arif dengan NIM 215410633 telah diujikan di sidang
Munaqasyah Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta
pada tanggal 23 juli 2018. Tesis tersebut telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Magister Agama (M.Ag) dalam bidang Ilmu Al-
Qur‟an dan Tafsir.
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. (……………….)
Ketua Sidang
Prof. Dr. H. Hamdani Anwar, MA. (……………….)
Penguji I
Dr. KH. Ahmad Syukron, MA. (……….………)
Penguji II
Prof. Dr. KH. Said Agil Husen al-Munawwar, MA. (……………….)
Pembimbing/Promotor I
Dr. KH. Sahabuddin, MA. (……………….)
Pembimbing/Promotor II
Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA. (……………….)
Sekretaris
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Darmaizar Arif
NIM : 215410633
Tempat/Tgl Lahir : Tanah Grogot, 11 Oktober 1985
Konsetrasi : Ulumul Qur‟an dan Ulumul Hadits
Menyatakan bahwa tesis dengan judul “ISRÂÎLIYYÂT DALAM KISAH-
KISAH PARA NABI (Studi Komparatif Pengaruh Isrâîliyyât Terhadap
Penafsiran Ayat-Ayat Kisah Para Nabi Dalam Tafsir Al-Khâzin dan Tafsir
Ibnu Katsîr) adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang
sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya sepenuhnya
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 24 Mei 2018
Darmaizar Arif
iv
MOTTO
Sebesar Keinsyafanmu, Sebesar Itu Pula Keuntunganmu
(KH. Imam Zarkasyi)
Barang Siapa Memaksa Diri Untuk Bisa Dan Berusaha Mustahil
Tidak Akan Bisa
(KH. Muhammad Ma‟shum Yusuf)
v
بسم الله الرحن الرحيم KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat
Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kekuatan
lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat dan
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi akhir zaman, Rasulullah
Muhammad Saw, begitu juga kepada keluarganya, para sahabatnya, para
tabi‟in dan tabi tabi‟in serta para umatnya yang senantiasa mengikuti ajaran-
ajarannya. Âmîn.
Penulis mengakui hasil karya tesis ini masih jauh dari kata sempurna,
semoga ketidak sempurnaan ini menjadi sebuah tangga perbaikan bagi
penulis, penulis menyadari penyusunan tesis ini banyak menghadapi
hambatan, rintangan dan kesulitan, namun berkat bantuan, motivasi, doa
tidak terhingga dan bimbingan tidak ternilai dari berbagai pihak akhirnya
penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tidak
terhingga kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA selaku Rektor Institut
Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.
2. Bapak Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA selaku Direktur
Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana MA selaku Ketua Prodi IAT
Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. KH. Said Agil Husen al-Munawwar, MA selaku
Pembimbing Tesis I dan Bapak Dr. KH. Sahabuddin, MA selaku
Pembimbing Tesis II.
5. Segenap guru dan dosen yang telah mendidik, membimbing dan
mengajar penulis.
6. Kepala Perpustakaan beserta stafnya baik perpustakaan Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah dan IIQ Jakarta.
7. Kedua orang tua tercinta (H. Ruslan D, (Allahuyarham) Hj. Jumaiah atas
segala kasih sayang dan doa tiada henti, Allahummagfir lana wali
walidayna warhamhum kama rabbayawna shagira, saudara/i Ivi Iyu dan
Ayi atas dukungan dan semangatnya. Mertua kami Yusfatnor dan
Normaisah atas segala doa dan bantuannya yang tidak ternilai.
8. Isteri terkasih Hj. Nor Annisa Utami yang dengan sabar menemani
penulis, Puteri tersayang Karima Shafa Aisya yang menghibur penulis
dikala lelah.
9. Teman teman seperjuangan, para pejuang tesis. Ust. Rifki Hadi, Ust.
Jaruddin, Ust. Ahmad Jansab, Ust. Ainul Ghozi, Ust. Badruddin, Ust.
„Affan Abdullah, Ustz. Dhiyaul Ula, Ustz. Fatimah Az-Zahra, Ust.
Mushonnif, Ust. Roimun, Ust. Kadar Rizki, Ust. Taju Subki, Ust. Heru,
vi
Habib Muhammad, Habib Hasan, Ust. Mukti, Ust. Nabil Makarim, Ust.
Ma‟muruddin. Semoga ilmu kita dari IIQ bermanfaat di dunia dan
akhirat.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis namun tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Hanya harapan dan doa, Semoga Allah SWT, memberikan balasan yang
berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu
penulis menyelesaikan tesis ini.
Akhirnya kepada Allah Swt, penulis serahkan segalanya dalam
mengharapkan keridhaan, semoga tesis ini bermanfaat bagi masyarakat
umumnya dan bagi penulis khususnya, serta anak dan keturunan penulis
kelak. Âmîn
Jakarta, 8 Ramadhan 1439 H
24 Mei 2018
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Persetujuan Pembimbing .......................................................................... i
Lembar Pengesahan .................................................................................. ii
Pernyataan Penulis .................................................................................... iii
Motto ......................................................................................................... iv
Kata Pengantar .......................................................................................... v
Daftar Isi ................................................................................................... vii
Transliterasi............................................................................................... ix
Abstrak ...................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Permasalahan ..................................................................................... 15
1. Identifikasi Masalah .................................................................... 15
2. Pembatasan Masalah ................................................................... 15
3. Perumusan Masalah .................................................................... 15
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 16
D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 16
E. Kajian Pustaka ................................................................................... 16
F. Metodologi Penelitian ........................................................................ 18
1. Jenis Penelitian ........................................................................... 18
2. Pendekatan Penelitian ................................................................. 19
3. Sumber Data Penelitian .............................................................. 19
4. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 19
5. Metode Analisis Data ................................................................. 19
6. Validitas Data ............................................................................. 20
7. Langkah Penelitian ..................................................................... 20
G. Teknik Dan Sistematika Penulisan .................................................... 21
BAB II SEPUTAR ISRÂÎLIYYÂT DAN KISAH PARA NABI
A. Isrâîliyyât ........................................................................................... 23
1. Definisi Isrâîliyyât ...................................................................... 23
2. Masuknya Isrâîliyyât .................................................................. 24
3. Klasifikasi Isrâîliyyât ................................................................. 29
4. Hukum Meriwayatkan Kisah-Kisah Isrâîliyyât .......................... 36
5. Perawi Isrâîliyyât Dari Kalangan Sahabat,
Tabi„in dan Pengikut Tabi„in ...................................................... 48
B. Kisah Para Nabi ................................................................................. 62
1. Definisi Kisah ............................................................................. 62
2. Kisah-Kisah Nabi Dalam Al-Qur‟an .......................................... 64
viii
3. Hikmah Kisah-Kisah Nabi Dalam Al-Qur‟an ............................ 68
BAB III BIOGRAFI IMAM Al-KHÂZIN DAN IMAM IBNU KATSIR
SERTA KARYA TAFSIRNYA
A. Imam Al-Khazîn ................................................................................ 69
1. Biografi ....................................................................................... 69
2. Tafsir Lubâb At-Ta’wîl Fî Ma‘anî At-Tanzîl ............................. 69
3. Metode Penafsiran ...................................................................... 70
B. Imam Ibnu Katsir ............................................................................... 75
1. Biografi ....................................................................................... 75
2. Tafsir Al-Qur’an Al-Adzîm ......................................................... 76
3. Metode Penafsiran ..................................................................... 77
BAB IV ANALISA PENGARUH ISRÂÎLIYYÂT DALAM
PENAFSIRAN AYAT-AYAT
A. Isrâîliyyât Dalam Kisah-Kisah Para Nabi ......................................... 81
1. Nabi Adam As ............................................................................ 81
2. Nabi Nuh As ............................................................................... 89
3. Nabi Isma„il As ........................................................................... 99
4. Nabi Yusuf As ............................................................................ 110
5. Nabi Ayyub As ........................................................................... 122
6. Nabi Musa As ............................................................................. 126
7. Nabi Daud As ............................................................................. 130
8. Nabi Sulaiman As ....................................................................... 141
9. Nabi Ilyas As .............................................................................. 156
B. Analisa Pengaruh Isrâîliyyât Terhadap Penafsiran
1. Pengaruh Dalam Penafsiran Tafsir Al-Khâzin dan
Tafsir Ibnu Katsîr ........................................................................ 161
2. Pengaruh Terhadap Pemahaman Kisah-Kisah Nabi ................... 163
3. Pengaruh Terhadap Kema‟suman (‘ismah) Para Nabi ............... 166
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 171
B. Saran .................................................................................................. 171
DAFTAR PUSTAKA
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Konsonan
th : ط a : أ
b : ة
zh : ظ
t : ث
„ : ع
gh : غ ts : ث
j : ج
f : ف
q : ق h : ح
kh : خ
k : ك
d : د
l : ل
m : و dz : ذ
r : ز
n : ن
w : و z : ش
s : س
h : ي
sy : ش
„ : ء
y : ي sh : ص
dh : ض
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
- Fathah : a آ : â ي... : ai
- Kasrah : i ي : î و... : au
- Dhammah : u و : û
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah.
Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya. Contoh :
al-Madînah : انمديىت al-Baqarah : انبقسة
x
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah.
Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan
sesuai dengan bunyinya. Contoh :
as-sayyidah : انسيدة ar-rajul : انسجم
ad-Dârimî : اندازمي asy-syams : انشمس
c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasdîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambing ( )
sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang bertanda Tasdîd. Aturan ini
berlaku umum, baik Tasdîd yang berada di tengah kata, di akhir kata
ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-
huruf syamsiyah. Contohnya:
أمىبببلل : Âmannâ billâhi
أمهانسفهبء : Âmana as-Sufahâ’u
انري ه Inna al-ladzîna : إن
كع wa ar-rukka‘i : وانس
d. Ta Marbûthah (ة)
Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na‘at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf
“h”. Contoh :
الأف ئدة : al-Af’idah
لميت س ال .al-Jâmi‘ah al-Islâmiyyah : ان جبمعت
Sedangkan ta marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi
huruf “t”. Contoh :
عبمهتوبصبت : „Âmilatun Nâshibah.
يتان ك ب سي .al-Âyat al-Kubrâ : الأ
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan
yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan
awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan
lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih
aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan
ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang di awali dengan
kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri,
bukan kata sandangnya. Contoh: „Alî Hasan al-„Âridh, al-„Âsqallânî,
al-Farmawî dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur‟an
dan nama-nama surahnya menggunakan huruf capital. Contoh : Al-
Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fatihah dan seterusnya.
xi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kisah-kisah isrâîliyyât
dalam kisah para nabi, khususnya dalam tafsir al-Khâzin dan tafsir Ibnu
Katsîr serta pengaruh keberadaan kisah-kisah isrâîliyyât terhadap kedua
tafsir ini.
Penelitian ini menggunakan tiga metodologi, pertama, metode
deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan kisah-kisah isrâîliyyât
yang ada, kedua, metode analitis digunakan untuk menganalisa sumber-
sumber isrâîliyyât, ketiga, metode komparatif digunakan untuk
membandingkan kisah-kisah isrâîliyyât dan respon al-Khâzin dan Ibnu
Katsîr.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan atas penelitian yang
telah dilakukan Muhammad Husein adz-Dzahabî, Muhammad Abu
Syuhbah dan Ramzi Na„na„ah, penelitian ini sepakat dengan penelitian
ketiganya yang mengatakan bahwa penelitian terhadap isrâîliyyât harus
dilakukan pada setiap kitab tafsir yang ada.
Penelitian ini membuktikan bahwa tafsir al-Khâzin lebih banyak
mengandung kisah isrâîliyyât daripada tafsir Ibnu Katsîr, namun kisah
isrâîliyyât lebih banyak dikritisi oleh Ibnu Katsîr daripada al-Khâzin.
bagaimanapun juga kisah-kisah kisah isrâîliyyât memberi pengaruh
kepada kedua tafsir ini sehingga dikritik oleh ulama selanjutnya, kisah-
kisah ini juga menabrak kema‟suman para nabi sehingga merusak
akidah. Penelitian ini juga menemukan bahwa kisah isrâîliyyât tidak
hanya menyebar dalam tafsir bil-ma’tsur yang dilengkapi dengan sanad
yang tersambung tetapi juga banyak menyebar dalam tafsir bir-ra’yi
yang notabene sering menghapus sanad sebuah riwayat.
xii
صلا ملخ
قصص ف المرويت الإسرئيليات ب يان و كشف إل البحث ىذا ي هدفرالنبي .هافت فسياتوآثرىذهالإسرائيليكثيالازنوابنيناءفت فسي
يستخدم البحث لتصويرىذا تستخدم الوصفية الطري قة الول، طرق: ثلثتس التحليلية الطري قة الثانية، ت فسيها، ف الإسرائيليات لتحليلقصص تخدم
الثامصادر سرائيليات، الإ ىذهىذه ب ي لمقارنة تستخدم المقارنة الطري قة لثة، .ب عضهامنب عضاتالإسرائيلي
ىب دحسيالذ كت بومم قةمؤيدبا والبحثالذيعالوالباحثىوفالقي أ د مم و ب أن بوثهم ف كت ب هم ما على ي وافق والباحث ن عناعة، رمزي و شهبو ب و
بغيأنيستمر ي ن كتبالت فاسي.البحثعنالإسرائيلياتفالت فسي يع فج
أن ي ب ي البحث أكث رىذا الازن ت فسي ف ابنالإسرائيليات ت فسي من عددارذكرب عضالإس كثي ،وابن راي ردىاوهاتفت فسيرائيليكثي لي ردىاازنالكثي
ندرا و قليل ذإل ورغم ىذه. ب عض لن ت فسيها ف ت ؤثر الإسرائيليات ىذه لكت اتياء،والإسرائيليدمبعصمةالنبطاتتصالإسرائيلي كتبالت فاسي يع تشرفج ن
بلمأث ورف قط رىا،بليشتليسفالت فسي ملالمأث وروغي
xiii
ABSTRACT
This reseach aims to reveal the stories of isrâîliyyât in the story of the
prophets, especially in the Tafsir of al-Khâzin and the Tafsir of Ibn
Katsîr and the influence of the existence of these isrâîliyyât stories
toward both of these interpretations and the understanding of the prophet
stories.
This reseach uses three method, first, descriptive method used to
describe the existence of isrâîliyyât stories, second, analytical methods
used to analyze the sources of isrâîliyyât, third, comparative methods
were used to compare the stories of isrâîliyyât and the responses of al-
Khazin and Ibn Katsîr.
The reseach that the authors do is actually continuing the reseach that
has been done by Muhammad Husein adz-Dzahabî, Muhammad Abu
Syuhbah and Ramzi Na„na„ah, this reseach agreed, the reseach of the
isrâîliyyât stories should be studied in every tafsir.
This reseach proves that the Tafsir of al-Khâzin contains more
isrâîliyyât stories than Tafsir of Ibn Katsîr, but these stories of isrâîliyyât
is much more criticized by Ibn Katsîr than al-Khâzin. however isrâîliyyât
stories give influence toward both of interpretations until criticized by
the ulama, these stories also crashes the prophethood of the prophets and
destroying the aqidah. This study also found the stories of isrâîliyyât not
only found and spreads in tafsir bil-ma’tsur that equipped by connected
sanad but also spread in tafsir bir-ra’yi that often removes sanad in oral
trasmitting.
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an telah dijamin oleh Allah Swt untuk tetap terjaga hingga
akhir zaman1 baik dari perubahan dan pemalsuan. Fakta-fakta sejarah dari
literatur Islam menunjukkan bahwa Al-Qur‟an telah mengalami
perjalanan yang panjang dan dibahas dari berbagai disiplin keilmuan.
Sebagai pondasi dasar bagi pemahaman Islam Al-Qur‟an juga tidak luput
dari serangan dan kritikan yang semakin membuktikan kemukjizatannya.
Salah satu sisi yang menjadi pintu untuk mengkritik2 keabsahan Al-
Qur‟an adalah dengan mengkrtisi riwayat-riwayat dalam tafsir bil ma‟tsur
baik riwayat yang lemah maupun riwayat isrâîliyyât.
Kalimat isrâîliyyât walaupun secara lahirnya didasarkan pada kisah-
kisah yang diriwayatkan oleh sumber-sumber Yahudi tetapi dipakai oleh
ulama-ulama hadis dan tafsir dalam arti yang lebih luas dan dalam
ketimbang kisah-kisah Yahudi. Isrâîliyyât adalah segala sesuatu yang
1 Allah berfirman :
وننحاإنا حح ظ ا إنانح اح ح ن ازحنح النكظ حن .ا
“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur‟an, dan sesungguhnya kami
benar-benar memeliharanya”.(QS. Al-Hijr [15]:9).
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan menjaga Al-Qur‟an diantaranya dengan semakin
banyaknya orang yang menghafal Al-Qur‟an maupun dengan lahirnya ulama-ulama yang
terus mengkaji Al-Qur‟an dan membelanya. Menurut Imam At-Thabarȋ ayat ini
menerangkan bahwa Allah akan menjaga Al-Qur‟an dari penambahan selain Al-Qur‟an dan
mengurangi kandungannya. Dalam riwayat lain dari Qatâdah bahwa menambahi dan
mengurangi ini datang dari setan. Abî Ja„far Muhammad bin Jarîr ath-Thabarî, Tafsir ath-
Thabarî al-Musamma Jâmi„ al-Bayan fî at-Ta‟wîl Al-Qur‟an, (Beirut: Dâr al-Kutub al-
„Alamiyah, 1999), Cet. Ke-3, Juz. 3, h. 494. „Imâduddîn Abu al-Fidâ‟ Ismâ„il bin Katsîr al-
Quraisyî al-Bashrî Ad-Damasyqî, Tafsir Al-Qur‟an Al-ʽAdzîm, (Kairo: Dâr al-Hadits, 2002),
Juz. 4, h. 534. Wahbah Zuhailî, At-Tafsîr al-Munîr fî al-Aqîdah wa as-Syarî„ah wa al-
Manhaz, (Beirut: Dâr al-Fikr, 2005), Cet. Ke-7, Juz. 7, h. 318-320. Muhammad ath-Thâhir
Ibnu „Âsyûr, At-Tahrîr wa at-Tanwîr, (Tunisia: Dâr Sahnûn li-Nasy wa at-Taûzîʽ, t.t.), Juz.
6, h. 20-22. 2 Pada tahun 1994 muncullah buku yang berjudul “Hal Al-Qur‟an maʽshȗm?” yang
dinisbatkan kepada pendeta Nasrani Abdullah al-Fâdî, dan nampaknya nama ini hanya
dipinjam karena pada hakikatnya ini adalah usaha bersama dari pemuka-pemuka agama
Nasrani dengan tujuan untuk mengkritik dan menjelaskan kesalahan dan kerancuan Al-
Qur‟an sesuai dengan tuduhan mereka. Kitab ini diterbitkan oleh Muassasah Tanshîrîyah di
Austria, namanya (Dhaû„u al-Hayah) kitab ini dibagikan di Muassasah Tanshîrîyah yang
lainnya dan juga di unggah di internet. Buku ini 259 halaman dan disebarkan kepada umat
Islam. Buku ini mengkritik Al-Qur‟an dari sisi geogerafi, sejarah, akhlak, ketuhanan,
bahasa, syariʽat, sosial masyarakat, masalah ilmiyah, seni, dan yang terpenting kehidupan
Nabi Muhammad Saw. Shalâh Abdul Fatâh al-Khâlidî, Al-Qur‟an wa Naqdu Mathâin ar-
Ruhbân, (Damasqus: Dâr al-Qalam, 1999), h. 5
2
masuk kedalam tafsir dan hadis dari cerita-cerita kuno yang sumbernya
berasal dari Yahudi, Nasrani dan yang lainnya. Bahkan diperluas lagi
oleh sebagian ahli hadis dan ahli tafsir sebagai sesuatu yang disisipkan
dan disamarkan dengan rekayasa oleh musuh Islam dari Yahudi dan yang
lainnya untuk masuk kedalam tafsir dan hadis dari berita-berita yang
tidak ada sumbernya, berita ini sengaja di buat untuk merusak akidah
kaum muslimin.3
Jika dirujuk sejarah bangsa Yahudi bersumber dari kitab Taurat4 atau
kitab perjanjian lama dan Talmud dengan penjelasannya yang berisi
cerita-cerita kuno (asâthir) dan penyimpangan (khurafat-khurafat).
Sumber inilah yang membentuk pengetahuan dan kebudayaan bangsa
Yahudi setelah dirubah dan diganti sehingga tidak sesuai lagi dengan
sumber yang asli. Pada perjalanannya sumber-sumber Yahudi ini juga
memenuhi beberapa kitab-kitab tafsir, sejarah, kisah-kisah, dan kitab-
kitab nasehat Islam sebagai akibat dari masuknya orang-orang Yahudi
kedalam agama Islam. Sumber-sumber Yahudi ini walaupun ada yang
benar tapi lebih banyak berisi kesalahan kedustaan.5
Menurut Ramzî Na„nâ„ah Al-Qur‟an sebagai kitab samawi terakhir
berkaitan erat dengan kitab-kitab yang lain seperti Taurat dan Injil,
keterkaitan ini lebih kepada ketetapan ushul aqidah yang membenarkan
konsep aqidah Rasul dan Nabi sebelumnya. Maka kita dapati dalam Al-
3 Muhammad Husein adz-Dzahabî, Al-Isrâîliyyât fî at-Tafsîr wa al-Hadis, (Kairo:
Maktabah Wahbah, t.t.), h. 15-14. ahli kitab yang memeluk Islam sedikit dibanding mereka
yang tetap berpegang teguh dengan ajaran Yahudi yang menyimpang dengan tetap
menyimpan dendam untuk merongrong umat Islam dari dalam. Muhammad al-Ghazalî, Fiqh
as-Sîrah, (Kairo: Dâr as-Syurûq, 2000), h. 327. 4 Taurat atau old testament perjanjian lama adalah sekumpulan kitab-kitab yang
berbeda dari jenis panjangnya, dengan perbedaaan judul dan uslûb setiap jenisnya. Asfâr ini
ditulis dalam Bahasa yang berbeda dalam kurun waktu lebih dari 900 tahun. Maurice baqon,
At-Taurâh wa al-Anâjil wa Al-Qur‟an Al-Karim Bimiqyâs al-ʽIlmi al-Hadîts, terj. Ali Jauharî
(Kairo: Maktabah Al-Qur‟an, 2000), h.16. Sebenarnya kitab-kitab Yahudi sejumlah 39 kitab,
yaitu 1) Taurat atau kitab Nabi Musa atau al-asfar al-khamsah yang terdiri dari lima kitab
utama, kitab inilah yang disebut Taurat yang diyakini berisi wahyu-wahyu yang diturunkan
Allah kepada Nabi Musa As, nama Taurat terkadang digunakan untuk menyebut 39 kitab
perjanjian lama karena dianggap sebagai kitab utama yang dinisbatkan kepada Nabi Musa
As. 2) Kitab sejarah yang terdiri dari 12 kitab. 3) Kitab Nasyid-Nasyid yang terdiri dari 5
kitab. 4) Kitab Nabi-Nabi yang terdiri dari 17 kitab. Sedangkan Talmud adalah riwayat-
riwayat lisan dari rahib-rahib Yahudi diambil dari perkataan Nabi Musa As yang diwariskan
generasi ke generasi dan dikumpulkan di dalam kitab bernama al-Masynâ, namun setelah itu
rahib-rahib dari Palestina dan Babilonia menambahkan tambahan dan penjelasan serta
catatan pinggir kepada kitab ini, adapun tambahan ini disebut Jamâr. Ramzî Na„nâ„ah, Al-
Isrâîliyyât wa Atsaruhâ fî Kutubi at-Tafsir, (Damaskus: Dâr al-Qalam, 1970), h. 31-32. 5 Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Al-Isrâîliyyât wa al-Maudhȗ„ât fî
Kutubi at-Tafsir, (Kairo: Maktabah as-Sunnah, t.t.), h.13.
3
Qur‟an ayat-ayat yang membenarkan kitab Injil dan Taurat.6 Disisi lain
Al-Qur‟an datang dengan konsep perubahan dan penyempurnaan dalam
hal syariat. Injil misalnya datang dengan menghalalkan beberapa hal yang
sebelumnya diharamkan untuk banî isrâ„îl sebaliknya Al-Qur‟an datang
untuk melengkapi kitab Injil.7 Prinsip ini tentu berlaku dengan kitab
samawi Taurat dan Injil sebelum dirubah baik dengan dikurangi atau
ditambahi oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Namun setelah terjadi
perubahan dalam kitab Injil dan Taurat, Al-Qur‟an datang tidak hanya
karena alasan diatas namun juga sebagai penjaga dari penyimpangan
pemahaman karena perubahan yang dilakukan oleh kaum Yahudi dan
Nasrani.8
Dalam kurun waktu akhir-akhir ini dizaman kemajuan ilmu dan
pengetahuan sering dihubungkan dengan agama yang terkadang
mengandung takhayul dan kebohongan, karena kitab utamanya adalah
Al-Qur‟an maka dipenuhilah tafsir-tafsir Al-Qur‟an dengan sesuatu yang
bertentangan dengan hakikat alam dan sunnatullah pada alam.
Pengarangnya mereka adalah ulama Islam bahkan dari ulama senior
sedangkan pandangan mereka adalah gambaran dari agama Islam. seperti
riwayat isrâîliyyât tentang umur dunia yang mengatakan bahwa umur
dunia 7000 tahun, riwayat-riwayat awal penciptaan, penjelasan sebagian
fenomena alam seperti petir dan guntur dan kisah-kisah Nabi yang
dipenuhi isrâîliyyât9 hingga akhirnya isrâîliyyât menjadi lubang besar
yang merupakan celah bagi mereka yang ingin menghancurkan Islam dari
dalam.10
Riwayat isrâîliyyât masuk kedalam tafsir bil ma‟tsur secara tidak
langsung karena persinggungan umat Islam di Madinah dengan umat
Yahudi di sekitar Madinah, ketika Islam datang secara alami terjadi
diskusi antara Rasulullah Saw dengan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani),
masuklah sejumlah ahli kitab kedalam agama Islam, ada yang baik
6 Lihat (QS. Âl-Maidah [5]: 46), (QS. Âl-An„am [6]: 92), (QS. Fâthir [35]: 31),
(QS. Âl-Ahqaf [46]: 30), (QS. Âsy-Syura [13]: 42) yang kesemuaannya membahas
hubungan dan keterkaitan antara Al-Qur‟an, (Injil dan Taurat) sebelum kedua kitab ini
banyak berubah. 7 Lihat Al-Qur‟an dan tafsirnya (QS. Âli Imran [3]: 50), (QS. Âl-Maidah [5]: 48)
dan (QS. Âl-A‟raf [7]: 157) 8 Ramzî Na„nâ„ah, Al-Isrâîliyyât wa Atsaruhâ fî Kutubi at-Tafsir, h. 29.
9 Muhammad Abu Syuhbah, Al-Isrâîliyyât wa al-Maudhû„ât fi Kutubi at-Tafsir, h. 5
10 Isrâîliyyât dalam tafsir menjadi pintu masuk bagi Yahudi untuk melemahkan
agama Islam seperti yang dilakukan orientalis dengan mengatakan bahwa agama Yahudi
lebih mulia karena ajaran Yahudilah yang menjadi sumber utama agama Islam, „Umar bin
Ibrahim Ridhwân, Ârâ al-Mustasyriqîn Hawla Al-Qur‟an Al-Karim wa Tafsiruh, (Riyadh:
Dâr Thayyibah, t.t.), h. 69
4
keislamannya ada yang memang karena niatan untuk merusak agama
Islam.
Percampuran antara umat Islam dan ahli kitab, kesamaan sebagian
ajaran Islam dengan kitab Yahudi dan Nasrani, uslub gaya bahasa Al-
Qur‟an yang jelas (tafshil) dan terkadang ringkas (îjaz) dalam
menjelaskan sesuatu menjadi faktor pendorong untuk masuknya
isrâîliyyât kedalam riwayat-riwayat, disamping juga faktor semangat para
sahabat dan tabiin untuk mengetahui tafsir-tafsir Al-Qur‟an yang belum
dijelaskan oleh Rasulullah Saw.11
Pada mulanya tafsir hanya diriwayatkan dari mulut-kemulut, namun
derajat ketelitian, ketsiqahan berbeda-beda setiap masa. Para sahabat
kebanyakan tsiqah, teliti (dhabt), dapat dipercaya (amanah) dalam
periwayatan. Kemudian tersebarlah berita yang dibuat-buat (wadhʽ) dan
kebohongan (kadzib) pada masa tabiʽin karena hawa nafsu dan
kepentingan kelompok hingga tercampurlah antara yang benar dan dusta
antara yang asli dan yang palsu. Masa kodifikasi (tadwin) dimulai pada
masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-101 H), ketika beliau meminta
para ulama untuk mengumpulkan hadis-hadis yang shahih, pada masa itu
tafsir masih termasuk dalam bab pembahasan hadis, setelah itu barulah
tafsir terpisah dari hadis dan berdiri sendiri sendiri.12
Maka sebenarnya isrâîliyyât telah merembes masuk pada dua masa
diatas, pertama, masa periwayatan pada masa sahabat dengan jumlah
sedikit dan berkembang secara luas pada masa tabi„in ketika banyaknya
ahli kitab yang masuk kedalam Islam.13 Kedua, pada masa kodifikasi
tadwin.14 Dalam pandangan Ibnu Khaldun masuknya isrâîliyyât dalam
11
Âmâl Muhammad „Abdurrahman Rabî„, Al-Isrâîliyyât fî Tafsir ath-Thabarî
Dirâsah fi al-Lughah wa al-Mashâdiru al-ʽÎbriyah, (Kairo: Wizâratu al-Awqâf al-Majlis al-
A„la lisyu„ûn al-Islamiyah, 2001), h. 28. Menurut Yusuf al-Qardhawî Al-Qur‟an diturunkan
dalam Bahasa arab dalam dalâlât yang berbeda-beda ada yang sharîh, kinâyah, haqiqah,
majâz, khâs, „am, muthlaq, muqayyad, manthûq, mafhȗm, dan ada yang dipahami dengan
isyârah maupun dengan „ibarah. Sedangkan manusia berbeda-beda dalam memahami dan
mengetahuinya, ada yang tidak mengetahui kecuali makna yang lahir dan dekat, ada yang
mengetahui makna yang dalam dan jauh. Bahkan ada yang memahami justeru tidak sesuai
dengan bentuk maknanya. Karena itulah umat Islam memerlukan tafsir sebagai penjelas Al-
Qur‟an agar dapat memahami dengan baik dan mengamalkannya dengan benar. Yusuf al-
Qardhâwî, Kaifa Nata„amal Ma„a Al-Qur‟an, (Kairo: Dâr as-Syuruq, 2000), h. 198. 12
Muhammad Muhammad Abu Zahw, Al-Hadits wa al-Muhadditsun, (Riyadh: t.p.,
1984), h. 244. 13
Mannâ„ Khalîl al-Qathân, Mabâhits Fî „Ulum Al-Qur‟an, )Kairo: Maktabah
Wahbah, t.t. ), h. 355. 14
Ketika masa kodifikasi dimulai riwayat-riwayat hadis mulai dibukukan, secara
tidak langsung masuklah riwayat-riwayat isrâîliyyât kedalam kitab-kitab ulama Islam, kitab-
kitab ini kemudian diwarisi oleh generasi selanjutnya dan terus dikutip dalam rangka
5
kitab-kitab generasi awal umat Islam karena bangsa arab bukanlah ahli
kitab dan tidak memiliki pengetahuan tentang itu. Kebanyakan mereka
adalah kaum badui dan tidak bisa membaca (ummiyah), ketika mereka
tertarik kepada pengetahuan akan sesuatu yang memang secara fitrah ada
dalam diri manusia tentang sebab-sebab penciptaan, awal penciptaan dan
rahasia eksistensi, maka mereka bertanya kepada ahli kitab sebelumnya
dan mengambil manfaat darinya, yaitu kaum Yahudi dan kaum nasrani.
Sayangnya orang-orang Yahudi diantara orang-orang arab saat itu
juga adalah orang badui seperti kebanyakan orang arab dan orang
Yahudi itu sendiri, tidak mengetahui tentang Taurat kecuali apa-apa yang
diketahui oleh kebanyakan orang (awam) Yahudi. Kebanyakan dari
mereka adalah orang-orang Himîr15 yang memeluk agama Yahudi, ketika
mereka masuk Islam pengetahuan mereka tentang ajaran Yahudi tetap
ada pada diri mereka (seperti pemahaman tentang awal penciptaan) yang
kemudian menimbulkan bencana dan pertentangan yang dasyat. Misalnya
Wahab bin Munbih, Abdullah bin Salâm, maka dipenuhilah kitab tafsir
dengan penafsiran isrâîliyyât.16
Jika dirunut lebih dalam isrâîliyyât telah masuk kedalam tafsir
generasi awal umat Islam, seperti, tafsir Muqâtil bin Sulaiman (w. 150
H), tafsir Abdur ar-Razâq ash-Shan„ânî (126-211 H), tafsir Imam ath-
Thabarî (224-310 H) tafsir Ibnu Abî Hâtim ar-Râzî (240-327 H) dimana
ketika itu corak tafsir bil ma‟tsur masih bersandar kepada riwayat-riwayat
dan terkadang kurang memperhatikan isi dan kandungan riwayat
tersebut.17
penyebaran ilmu-ilmu Islam hingga sampai pada generasi kita saat ini. seperti kitab tafsir
Muqâtil bin Sulaimân, tafsir ath-Thabarî dari tafsir-tafsir generasi awal umat Islam. 15
Orang-orang Himîr adalah mereka yang dinisbahkan kepada Himîr bin Abdus
Syams Sabâ‟ bin Yasyjab bin Ya„rab bin Qahthân, salah satu raja dari kerajaan Yaman kuno
kerajaan himiriyah. Suku bangsa Himîr adalah suku bangsa yang mendiami Jazirah Arab
selatan yaitu daerah Yaman yang memeluk agama Yahudi. Suku bangsa Himir juga dikenal
dengan nama tubâba„h. menurut Ibnu Mandzur mereka dikenal dengan istilah ini karena
mereka saling mengikuti satu sama lain, setiap satu orang dihancurkan maka yang lain akan
menggantikannya atau banyaknya orang Himîr yang mengikuti rajanya dan berjalan
mengikuti di belakangnya. Al-Qur‟an juga merekamnya dalam (QS. Ad-Dukhan [44]:37) :
ظمظينحا لام ن ح ح ه مناإزه ما لحكن امظاقزحبنلظهظماأهن ح م اتز بعاحلنظي ا.أه ماخحيرواأمناقح“Apakah mereka (kaum musrikin) yang lebih baik ataukah kaum Tubba‟ dan orang-
orang sebelum mereka. kami telah membinasakan mereka karena sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang berdosa” (QS. Ad-Dukhan [44]:37).
Muhammad Suhail Thuqqȗsy, Târikh al-Arab Qabla al-Islam, (Beirut: Dâr an-Nafais, 2009),
Cet. I, h. 304 16
Waliyuddîn „Abdurrahhman bin Muhammad Ibnu Khaldûn, Muqaddimah Ibnu
Khaldûn, (Damasqus: Dâr Ya„rab, 2004), Juz 2, h. 175 17
As-Sayyid Muhammad Ali Iyazi, Al-Mufassirûn Hayâtuhum wa Manhazuhum,
(Teheran : Wizaratu as-Tsaqafah wa al-Irsyad Islamî, t.t.), h. 289-292.
6
Pada fase selanjutnya ketika tafsir mulai berubah, dengan banyaknya
riwayat-riwayat yang di ringkas tanpa disandarkan kepada rawinya
sehingga bercampurlah antara yang baik dan buruk. Hal ini dilakukan
agar kitab tafsir lebih mudah untuk dibaca seperti yang tampak pada tafsir
al-Khâzin (678-741 H) Lubâb at-Ta‟wîl Fî Ma„anî at-Tanzîl yang
merupakan ringkasan dari tafsir Imam al-Baghawî Ma„alim at-Tanzîl (w.
516 H) yang juga merupakan ringkasan dari tafsir as-Tsa„labî an-
Naysâbûrî (w. 427 H) Al-kasyfu wa al-Bayân „an Tafsîr Al-Qur‟an.18
Kemudian datang masa generasi yang menukil semua tafsir dari
generasi sebelumnya tanpa mengetahui yang baik (benar) dan buruk
(salah), dan menganggap seluruh tafsir ini benar, dari sinilah pintu tafsir
terbuka lebar bagi masuknya isrâîliyyât.19
Walaupun pada fase berikutnya ini tafsir mulai berubah,20 tetap saja
ada beberapa mufassir yang mencantumkan riwayat-riwayat yang
bersambung hingga Rasulullah Saw dalam tafsirnya seperti yang
dilakukan oleh Imam Ibnu Katsîr (705-774 H) Tafsîr Al-Qur‟an Al-
„Adzîm dan Imam as-Suyuthî (w. 911 H) Ad-Durr al-Mantsûr Fî at-Tafsîr
al-Ma‟tsûr.
Isrâîliyyât telah menjadi duri dalam daging dan merusak kesucian Al-
Qur‟an, maka diperlukan pisau bedah khusus untuk membedah daging
secara hati-hati untuk memisahkan antara daging dan duri antara benar
dan salah. Akar isrâîliyyât sebenarnya adalah kitab suci yang di ganti
oleh kaum Yahudi, seperti penyimpangan pada masalah hari akhir, aqidah
ketuhanan, dan yang terpenting adalah kisah-kisah Nabi sebelum Nabi
Muhammad Saw yang sangat jauh sekali dari kema‟suman seorang Nabi.
kitab Taurat mereka dipenuhi dengan kisah Nabi Ibrahim As yang
dianggap sebagai pembohong, kisah Nabi Daud As yang mengambil istri
orang. Semua kisah ini adalah penyimpangan terhadap kitab suci taurat.21
18
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirûn, (Kairo : Dar al-
Hadis, 2005), Juz. 1, h. 205 19
Abu al-Yaqdzhân „Athiyyah al-Jabawrî, Dirasât Fî at-Tafsîr wa Rijâlihi, (Beirut:
Dâr an-Nadwah al-Jadîdah, t.t.), h. 77-81. 20
Setelah zaman Imam ath-Thabarî dimasa keemasan Islam dimulailah masa
penerjemahan ilmu-ilmu kedalam bahasa arab, setiap ilmu memiliki kaidahnya masing-
masing. Beberapa ulama yang mahir dalam bidang keilmuan tertentu berusahan menafsirkan
Al-Qur‟an sesuai dengan keahliannya masing-masing, ahli nahwu terfokus pada i‟rab dalam
tafsirnya seperti az-zujâz, al-wâhidî (al-basith), Abu Hayyân, ahli fiqih terfokus untuk
mencari dalil-dalil fiqih seperti al-Qurthubî, ahli filsapat fokus pada ungkapan-ungkapan ahli
hikmah dan filsuf, begitu juga dengan ahli cerita yang sibuk dengan kisah-kisah dan kabar
umat terdahulu baik itu cerita yang benar maupun bathil seperti as-Tsa„labî dan al-Khazîn.
As-Sayyid Muhammad Bin „Uluwî al-Mâlikî al-Hasanî, Al-Qawâid al-Asâsiyyah Fî „Ulum
Al-Qur‟an, (tt.p.: t.p., 1419H), h. 176-178 21
Mahmud bin Asy-Syarîf, Asy-Sya„bu al-Mal„ûn Fî Al-Qur‟an, (Beirut: Dâr wa
Maktabah al-Hilâl, t.t.), h. 114-128
7
Secara umum isrâîliyyât berkembang pada kisah-kisah Nabi sebelum
Nabi Muhammad Saw diutus dan kisah-kisah yang berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan orang-orang yang
tidak dipastikan kenabiannya. Misalnya kisah orang yang keluar dari
kampung halaman, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati, kisah
Talud dan Jalut, dua orang putera Nabi Adam As, penghuni gua,
Zulkarnain, Qarun, orang-orang yang menangkap ikan pada hari sabtu
(ashâbu as-sabti), Maryam, Ashâbul Ukhdûd, Ashâbul Fîl dan lain lain.22
Menurut Mannâ„ Khalîl al-Qathân qasas Al-Qur‟an adalah
pemberitaan Al-Qur‟an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat
(kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Al-
Qur‟an banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu,
sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak
setiap umat yang diceritakan dengan menarik dan mempesona.23
Kisah-kisah di dalam Al-Qur‟an diceritakan dengan sebaik-baiknya
kisah, yaitu dengan uslub yang menawan penjelasan terarah dari kabar-
kabar umat terdahulu yang telah lewat. Al-Qur‟an tidak menggunakan
kata hikâyah karena hikayah ada cerita turun menurun yang tidak terjadi
secara nyata, sedangkan kisah Al-Qur‟an adalah sesuatu yang nyata
meliputi kejadian-kejadian dari sejarah masa lampau. Kisah ini juga berisi
berita sebagai klarifikasi dari kisah yang telah ada dalam Taurat (namun
diubah oleh Yahudi) atau bisa juga sebagai berita yang belum ada di
dalam Taurat dengan tujuan sebagai penenang dan penentram hati Nabi
Muhammad Saw yang dipenuhi dengan nasihat dan „ibrah.24
Ada bermacam-macam kisah dalam Al-Qur‟an diantaranya, kisah
yang panjang seperti kisah Nabi Yusuf As, kisah yang pendek seperti
kisah Dzulqarnain, ada juga kisah yang diturunkan karena permintaan
(pertanyaan) manusia seperti kisah ashabul kahfi dan ada juga kisah
yang diturunkan tanpa permintaan seperti kisah Nabi Nuh As dan Nabi
Adam As. Sebagian kisah ini ada yang terkandung dalam satu surah
lengkap dan ada yang hanya sebagai potret sepintas dari sebuah
peristiwa.
Hal ini pada hakikatnya menunjukkan Al-Qur‟an mengandung
beberapa kisah yang ringkas tanpa panjang lebar, menurut Dr. Abdul
Mun„im al-Hafnî hal ini sesuai dengan tabiat bangsa arab. berbeda
dengan kitab Taurat yang berisi kisah-kisah yang mendetail sesuai
dengan tabiat bani isra‟il yang menyukai kisah yang panjang lebar. Maka
tak aneh jika kitab Taurat berisi beberapa kisah-kisah tentang burung
22
Mannâ„ Khalîl al-Qathân, Mabâhits Fî „Ulum Al-Qur‟an , h.436 23
Mannâ„ Khalîl al-Qathân, Mabâhits Fî „Ulum Al-Qur‟an , h. 306 24
Abdul Mun„im al-Hafnî, Mawsu„ah Al-Qur‟an Al-Adzîm, (Kairo: Maktabah
Madbûlî, 2004), Juz. 1, h. 831.
8
hud-hud Nabi Sulaiman As, Ikan Paus Nabi Yunus As, makhluk-
makhluk gaib seperti ifrit Nabi Sulaiman As, jin yang mendengarkan Al-
Qur‟an dan lain sebagainya. Walaupun ada juga kisah dalam Al-Qur‟an
yang bercerita secara mendetail.
Jika diteliti setidaknya kisah Nabi Musa As adalah yang terbanyak,
yaitu sebanyak 466 ayat.25 Sedangkan Nabi dan Rasul yang di sebut di
dalam Al-Qur‟an sebanyak 25 Nabi dan Rasul dengan rincian 18 Nabi
dan Rasul disebut dalam satu tempat, pada (QS. Al-An„am[6]:82-86).
Adapun sisanya sebanyak 7 Nabi dan Rasul disebutkan dalam beberapa
surah berbeda.26
Diantara kisah-kisah Nabi yang dimasuki isrâîliyyât adalah Nabi
Adam As, Nabi Nuh As, Nabi Ismaʽil As, Nabi Yusuf As, Nabi Ayyub
As, Nabi Musa As, Nabi Daud As, Nabi Sulaiman As, Nabi Ilyas As,
namun bukan berarti selain dari selain Nabi ini tidak terkena riwayat-
riwayat lain yang merusak inti ajaran Islam, Nabi Muhammad Saw
misalnya diceritakan dalam riwayat al-mawdhu„27 dengan kisah yang jauh
dari sifat seorang Nabi ketika menikahi Zainab binti Jahsy.28 Dalam
beberapa tafsir lain juga diriwayatkan kisah isrâîliyyât pada Nabi-Nabi
yang lain.29
Jika kita lihat kitab-kitab tafsir dari masa Imam Ath-Thabarȋ (w. 310
H) sampai masa Sayyid Muhammad Rasyid Ridhâ (w. 1935 M) hampir
semuanya mengandung riwayat isrâîliyyât akan tetapi dengan jumlah
yang berbeda, ada yang banyak ada yang sedikit ada yang tidak
25
http://quranbysubject.com/category.php?category=24cca55e-4422-11e4-b11c-
000c29db8d9b, diakses tanggal 20 Maret 2017. 26
http://fatwa.Islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&la
ng=A&Id=9475, diakses tanggal 20 Maret 2017. 27
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Al-Isrâîliyyât wa al-Maudhû„ât fi
Kutubi at-Tafsir, h. 5 28
Beberapa kitab tafsir meriwayatkan dari beberapa jalur riwayat yang berbeda,
Imam Al-Âlûsî dalam tafsirnya, diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw datang kerumah Zaid
(anak angkat beliau) dan melihat Zainab sedang duduk di tengah kamarnya menghaluskan
wewangian. Ketika Rasulullah Saw melihatnya, beliau berkata :”Subhâna Khâliqu an-Nûr,
Tabârakallah ahsanul al-Khâliqîn”, kemudian beliau pulang. Datanglah Zaid dan Zainab
mengabarkan (kedatangan dan apa yang diucapkan Rasulullah Saw ) kemudian Zaid berkata
barangkali Rasulullah Saw tertarik kepadamu. Kemudian Zaid bertanya : “Apakah aku
ceraikan kamu agar Rasululla Saw dapat menikahimu”? Zainab menjawab : “aku takut kamu
menceraikanku dan Rasulullah Saw tidak menikahiku. Kemudian Zaid pergi menghadap
Rasulullah Saw dan berkata : “aku ingin menceraikan Zainab, maka Rasulullah Saw
menjawab sesuai dengan apa yang Allah firmankan. Abi Fadil Syihâbuddin as-Sayyid
Mahmȗd Al-Âlûsî al-Bagdâdî, Rûh al-Ma„ânî fî Tafsîr Al-Qur‟an Al-Adzîm wa as-Sab„i al-
Matsânî, (Kairo: Dâr al-Hadits, 2005), Juz. 11, h. 272. 29
Muqatil menulis dalam tafsirnya bahwa bahwa domba yang disembelih Nabi
Ibrahim As bernama razîn dan yang disembelih bukanlah Nabi Isma‟il As tetapi Nabi Ishaq
As. Muhammad Husein adz-Dzahabî, Al-Isrâîliyât fî at-Tafsîr wa al-Hadis, h. 122
9
mengomentarinya ada yang mengomentari dan mengkritiknya (sanad
riwayat) dan matannya.30 Karena itulah menurut Ramzî Na„nâ„ah
seharusnya penelitian tentang isrâîliyyât dilakukan dalam setiap kitab
tafsir dalam rangka membersihkan kitab-kitab tafsir dari gelombang
riwayat-riwayat isrâîliyyât yang memenuhi hampir semua kitab tafsir
yang ada baik klasik maupun kontemporer.
Muhammad Husein Adz-Dzahabî (w. 1999 M) menyatakan bahwa
membersihkan kitab-kitab tafsir dari isrâîliyyât adalah sebuah tugas besar
yang harus diselesaikan oleh ulama abad ini karena isrâîliyyât merusak
pemikiran dan akidah umat Islam secara bersamaan. Pada satu sisi kitab-
kitab tafsir ini sangat masyhur bagi kalangan ulama Islam seperti tafsir
Imam Ath-Thabarî dan tafsir Ibnu Katsîr di sisi lain kitab tafsir ini juga
dianggap baik sehingga diterima secara luas oleh umat Islam seperti
tafsir Abî Ishâq as-Tsa„labî, tafsir al-Baghawî, dan tafsir al-Khazîn.31
Diantara sekian tafsir yang mengandung isrâîliyyât adalah tafsir al-
Khazîn32 yang akan penulis teliti dan akan dikomparasikan dengan tafsir
Ibnu Katsîr.33 Kedua mufassir ini hidup dalam masa yang berdekatan pada
akhir abad ke-6 Hijriyah sampai akhir abad ke-7 Hijriyah. Kedekatan
waktu dan perbedaan dalam menyikapi riwayat isrâîliyyât menjadi poin
penting bagi peneliti untuk meneliti hasil karya kedua mufassir ini.
Adapun alasan penulis meneliti tafsir Al-Khazin pertama, karena Tafsir
Al-Khazin menarik untuk diteliti dengan sejumlah besar kandungan
isrâîliyyât, dalam muqaddimahnya beliau berkata bahwa tafsir beliau ini
adalah ringkasan dari tafsir Imam al-Bagawî, sedangkan tafsir Imam al-
Bagawî adalah ringkasan dari tafsir Tsa‟labî34 maka ketika kita membahas
isrâîliyyât dalam tafsir Imam Al-Khâzin secara tidak langsung kita juga
30
Âmâl Muhammad „Abdurrahman Rabî„, Al-Isrâîliyyât fî Tafsir ath-Thabarî
Dirâsah fî al-Lughah wa al-Mashâdiru al-„Ȋbriyah, h. 8 31
Husein adz-Dzahabî, Al-Isrâîliyât fî at-Tafsîr wa al-Hadis, h. 169 32
Beliau adalah „Alâu ad-Dîn Abû al-Hasan „Alî bin Muhammad bin Ibrâhîm bin
„Umar bin Khalîl Asyihî al-Bagdâdî asy-Syâfi„î. Asyihî adalah nisbah kepada Syihah
kampung dari daerah Halb. Beliau seorang khâzin al-kutub (penjaga buku-buku) di
perpustakaan madrasah al-khânaqâh as-samaysâthiyyah karena itulah beliau digelari (al-
Khâzin). Dilahirkan pada tahun 678 H. Syamsuddin Muhammad bin „Alî bin Ahmad ad-
Dawawudî, Thabaqât al-Mufassirîn, (Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, t,t), Juz. 1, h.426-
427. 33 Beliau adalah Al-Hâfizh „Imaduddin Abû al-Fidâ Isma„îl bin„Amru bin Katsîr
bin Dhaw‟i bin Zira„ al-Bashrî ad-Damasqî ayahnya bernama al-Khathîb Syihâb ad-Dîn Abî
Hafsh al-Qursî al-Bushrawî ad-Damasqî as-Syâfi„î. beliau lahir di desa Syarqî Bushra pada
tahun 701 H dan wafat pada hari kamis 26 sya„bân tahun 774. Ad-Dawawudî, Thabaqât al-
Mufassirîn, Juz. 1, h. 111-113. 34
Taqiyuddîn Abû al-„Abbas Ahmad bin Abdul al-HaIilm bin Abdus as-Salam an-
Namirî, Muqaddimah Fi Ushul at-Tafsir, (Syiria: Kuliyyah Syari‟ah Ja‟mi‟ah Damasqus,
1972), h. 76.
10
akan membahas tafsir Tsa‟labî yang notabene adalah sandaran tafsir Al-
Khâzin dalam meriwayatkan riwayat-riwayat isrâîliyyât.
Al-Khâzin sangat tertarik kepada tafsir apalagi dengan hal-hal yang
berhubungan dengan kisah-kisah isrâîliyyât dan yang banyak
mempengaruhinya adalah tafsir Tsa‟labȋ, walaupun dia mengambil
sandaran dari tafsir al-Bagawȋ namun menurut Al-Khazin, Imam Bagawȋ
sendiri telah melalaikan kisah yang ada dalam tafsir Tsa‟labî karena itu
Al-Khâzin banyak mengambil langsung riwayat isrâîliyyât dari tafsir
Tsa‟labî.35
Menariknya lagi Al-Khâzin dalam hal ini adalah seorang sufi, dan
seorang pemberi nasihat umat yang sering menyisipkan kisah-kisah
dalam nasihatnya, faktor inilah yang ditenggarai sebagai sebab
banyaknya kisah-kisah isrâîliyyât yang beliau masukkan dalam tafsir
beliau khususnya ayat-ayat yang bercerita tentang kisah-kisah Nabi
terdahulu. Walaupun sebenarnya al-Khâzin bukanlah mufassir yang
lemah akan ilmu hadits, kemampuannya dalam ilmu hadits terbukti hasil
karyanya seperti Syarh al-„Umdah dan kitab Maqbul al-Manqûl dalam 10
jilid (dikumpulkan di dalamnya Musnad asy-Syâfi„î, Musnad Imam
Ahmad, Kutubu as-Sittah, al-Muwatha‟, ad-Dâruquthnî).36
Menurut Yusuf al-Qardhâwî isrâîliyyât tidak hanya mencemari
kesucian agama Islam yang hanif namun juga memperkeruh kebeningan
Al-Qur‟an dengan penyimpangan (khurafat) dan kebohongan yang
disebarkan dalam kalangan umat Islam, kebanyakan isrâîliyyât ini tidak
ada sumbernya pada kitab-kitab samawi terdahulu, namun hanya cerita
mulut kemulut yang tersebar luas di tengah-tengan awam Yahudi.37
Menurut pendapat beliau lagi, ada sebab utama sehingga para sahabat
dan tabiʽin mudah untuk menerima penjelasan dari ahli kitab dan
mengambilnya. Khususnya isrâîliyyât dari Yahudi, pertama¸ apa yang
dipahami oleh para sahabat dan tabiʽin dari hadis Imam Bukhari dari
Abdullah bin Amru
حج احح حئيلظياحلح اإسن لاعحابحنظ اآيحةا،اححدكظث احنح لاعحنك اعحلكي بحلظكغ دل ،احمحاحكبح م تزحعحمكظ
الن را ح ه امظ أامحقنعحدح ا.حليزحتزحبزح“Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat, berkatalah dari bani
israil dan itu tidak mengapa, dan siapa yang sengaja berdusta atas
35
Husein adz-Dzahabî, Al-Isrâîliyât fî at-Tafsîr wa al-Hadis, h. 131 36
Ahmad bin „Alî bin Muhammad bin Hajar al-„Asqalânî, Ad-Durar al-Kâminah Fi
A„yân al-Miah ats-Tsâminah, (Pakistan: Dâr al-Ma„arif al-Utsmâniyah, t,t), Juz 3, h. 97, 37
Yusuf al-Qardhâwî, Kaifa Nata„amal Ma„a Al-Qur‟an, Cet. Ke-3, h. 345
11
diriku maka hendaknya dia mengambil tempat duduknya (tinggalnya)
di neraka”. (HR. al-Bukhari)38
Menurut Ibnu Katsîr (w. 774 H) hadis ini menjadi dalil bolehnya
mengambil perkataan banî isrâ„îl yang tidak menyalahi agama Islam.39
tafsir Ibnu Katsîr yang walaupun masih mengandung isrâîliyyât tetapi
dalam jumlah yang kecil. Sedangkan isrâîliyyât dalam tafsir Ibnu Katsîr
pada prosesnya justeru lebih sering dikomentari oleh beliau sebagai
isrâîliyyât yang berbahaya dan merusak akidah umat.
Sebab kedua, adalah kebanyakan isrâîliyyât berhubungan dengan hal-
hal yang belum dijelaskan secara lebar dalam Al-Qur‟an. Sedangkan
umat Islam saat itu tidak memiliki pengetahuan tentang kesahihan
isrâîliyyât yang memang benar dan kebohongan isrâîliyyât yang memang
bertentangan, isrâîliyyât pada umumnya tidak bermanfaat bagi agama
Islam.40
Syeikh Ahmad Muhammad Syakir (w. 1958 M) memberi pandangan
yang menarik dalam memahami hadis diatas, menurut beliau :
“Sesungguhnya kebolehan menyampaikan atau membicarakan isrâîliyyât
(yang kita tidak punya dalil sehingga tidak dipercayai dan tidak
didustakan) dari ahli kitab adalah satu hal. Sedangkan menyebut
(menuliskannya) isrâîliyyât itu sebagai tafsir Al-Qur‟an dan
membuatnya sebagai qaul atau riwayat pada makna ayat-ayat atau
penjelasan pada ayat yang belum dijelaskan atau sebagai penjelas yang
lebih luas dari penjelasan yang ringkas adalah sesuatu hal yang lain.
Karena itu menetapkan sesuatu yang tidak jelas kebenaran dan
kebohongannya akan membuat kerancuan, semoga Allah melindungi Al-
Qur‟an dari hal itu”.41
Alasan kedua, penulis memilih tafsir Al-Khazin sebagai objek
penelitian, karena pemikiran Ramzî Na„nâ„ah yang mengatakan
seharusnya penelitian tentang isrâîliyyât dilakukan dalam setiap kitab
tafsir, dalam hal ini penulis sepakat dengan pemikiran Ramzî Na„nâ„ah
untuk memisahkan dan mengomentari riwayat-riwayat isrâîliyyât dari
setiap tafsir Al-Qur‟an seperti yang dilakukan oleh Syeikh Ahmad Syakir
yang memisahkan isrâîliyyât dari tafsir Ibnu Katsir dalam buku
38
Abû al-Fadhl Ahmad bin „Ali bin Hajar al-„Asqalânî, Fath al-Bârî Fî Shaîh al-
Bukhârî Libni Hajar al-„Asqalânî, Juz.6, (Kairo: Maktabah Masr, 2001), Kitâb Ahâdîs
„Anbiyâ‟, Bâb Mâ Dzukira „An Banî Isrâîl, h. 694 39
Ini yang menjadi sebab Ibnu Katsîr memasukkan beberapa riwayat isrâîliyyât
dalam tafsirnya walaupun kelak dkritik oleh Syeikh Ahmad Syakir, lihat Muqaddimah
Syeikh Ahmad Syâkir, „Umdatu at-Tafsir „An al-Hâfiz Ibnu Katsîr Mukhtashar Tafsir Al-
Qur‟an Al-Adzîm, (Manshurah: Dâr Wafâ‟, 2005), Cet. Ke-2, h. 5 40
Yusuf al-Qardhâwî, Kaifa Nata„amal Ma„a Al-Qur‟an, Cet. Ke-3, h. 346 41
Syeikh Ahmad Syâkir, „Umdatu at-Tafsir „An al-Hâfiz Ibnu Katsîr Mukhtashar
Tafsir Al-Qur‟an Al-Adzîm, Cet. Ke-2, h. 4
12
beliau„Umdatu at-Tafsir „An al-Hâfiz Ibnu Katsîr Mukhtashar Tafsir Al-
Qur‟an Al-Adzîm. Dalam pandangan peneliti pemisahan ini tidak selalu
dengan menghapus redaksi kitab tafsir yang mengandung isrâîliyyât dan
telah ditulis ulama-ulama, tetapi lebih kepada pemberian hasiyah atau
catatan pinggir dan komentar untuk mengingatkan umat Islam tentang
kandungan isrâîliyyât dalam tafsir beliau.
Muhammad Husein Adz-Dzahabi juga menambahkan bahwa hadis-
hadis Nabi telah disaring oleh ulama terdahulu dari riwayat-riwayat yang
lemah dan dusta, tinggallah tafsir sebagai penjelas Al-Qur‟an yang masih
banyak mengandung isrâîliyyât, maka menjadi tugas peneliti muslim
untuk membersihkan tafsir-tafsir Al-Qur‟an dari isrâîliyyât terlebih lagi
kitab-kitab tafsir bil ma‟tsur dan bir ra‟yi yang mengandung banyak
isrâîliyyât tanpa menyebutkan sanad riwayatnya sepeti tafsir Al-Khâzin
yang menjadi objek penelitian penulis.
Al-Khâzin misalnya dalam tafsir (QS. Al-Mâidah[5]:22) menafsirkan
kalimat qawman jabbârîn sebagai kaum yang sangat kejam dan memiliki
ukuran yang sangat besar mereka adalah raksasa sisa dari kaum „ad,
aslinya kalimat jabbâr ini di nisbahkan kepada sifat manusia yang zhalim
dan memaksa manusia sesuai dengan kehendaknya, dikatakan bahwa
kalimat ini diambil dari kata nahlah jabbârah (pohon palem/kurma yang
besar dan tinggi) yang tidak sampai tangan manusia untuk menggapainya,
dikatakan rajulun jabbârun jika dia tinggi besar dan kuat tasybih kepada
pohon palem/kurma yang tinggi dan besar.42
Dalam tafsirnya pada ayat dan surah yang sama Ibnu katsir
menuliskan, telah berkata Ibnu Jarîr : Telah berkata kepadaku Abdul
Karim bin Haitsam, dari Ibrahim bin Basyâr, dari Sufyan dan dia berkata,
telah berkata Abu Sa„id, dari Ikrimah dari Ibnu Abbas : Nabi Musa As
menyuruh kaumnya untuk masuk ke kota al-jabbarin. Nabi Musa As
berjalan dengan mereka sampai mendekati kota yaitu kota Ariha,
kemudian Nabi Musa As mengirim 12 orang dari setiap kabilah untuk
mengamati kota itu. Mereka memasuki kota tersebut dan melihat sesuatu
yang menakjubkan pada tempat tinggal mereka, tubuh mereka dan
ukuran mereka.
Ketika mereka memasuki dinding kota itu, datanglah penduduk kota
itu untuk memetik buah dari dinding mereka, maka tampaklah jejak
mereka (12 umat Nabi Musa As). Diikuti jejak (12 umat Nabi Musa As)
sampai penduduk kota itu menemukan ke 12 orang itu, ke 12 orang itu
dibawa menemui raja kota tersebut, raja tersebut berkata, “kalian telah
melihat bentuk kami maka pergilah kalian dan beritahulah kawan
42
„Alâu ad-Dîn „Ali bin Muhammad bin Ibrâhîm al-Bagdâdî, Tafsir al-Khâzin al-
Musamma Lubâb at-Ta‟wîl Fî Ma„anî at-Tanzîl, (Beirut: Dâr al-kutub al-„Ilmiyyah, 2004),
Juz.2, h. 27-28.
13
kalian”. 12 orang ini kembali kepada Nabi Musa As dan mengabarkan
kejadian tersebut. Ibnu Katsir berkata, “dalam isnad riwayat ini perlu di
cermati dan di teliti kembali”.
Ibnu Abi Hâtim (w. 277 H) meriwayatkan, telah berkata kepada kami
Ayahku, dari Ibnu Maryam, dari Yahya bin Ayyub, dari Yazid bin al-
Hâd dari Yahya bin Abdurrahman : “Aku melihat Anas bin Malik
mengambil kayu dan mengukur dengan sesuatu, aku tidak tahu berapa
hasta, kemudian dia mengukur di tanah 50 atau 55 hasta, seperti inilah
tinggi raksasa tersebut”.
Banyak dari mufassir yang menyebutkan kabar dari berita mawdhu‟
bani israil dalam hal besarnya ukuran makhluk jabbarin dan salah satu
dari mereka adalah „Awj bin Anaq bin Adam As dengan tinggi 3333
hasta. Ini adalah hal yang memalukan untuk di katakan karena hal ini
bertentangan dengan apa yang ada di dalam kitab hadis43 sahihain bahwa
Rasulullah Saw berkata :
ااأحاعحا كظالنااظاعحاا انااعحا لحاعحاتزحااالل اايحاضظارحااةحاحايزناحااه ابظ ا ان اناط ااحاامحادحاآااالل ااقحالحا:اخحاا لحاصلى الله عليه وسلماقحاابظاكحاحانايز ا اي حامحااعنامظاتحاسناحااةظاكحائظالحامحالننااحامظااكحائظانحاىاأ الحاعحاامنالكظاسحاحاابناهحاذناا لحاقحاا اث العارحاذظاانحاناتز اسظاالحا ن اقحا.ازحامناك اينالحاعحاام الحانسا:الحاا لحاقحا.ازحاكحاتحايزاركظاذ ااة اياتحظاحااكحات ايزاتحظا .االلظااة احنحارحاحااكحاينالحاعحاام الحانسالاص اق ازنايزحااق الناللنحاالظاحايزحاامنالحا،ازحامحاآدحااةظارحاناىاص الحاعحااةحااللنحاال اخ ادنايحاانامحاال اك ا،احااللظااة احنحارحاحااه الد احازحا
ا.نحاالآتاححا
“Dari Abu Hurairah Radhiallahu„anhu bahwa Nabi
Shalallahu„alaihi wasallam pernah bersabda: “sesungguhnya Allah
menciptakan Adam tingginya 60 hasta, kemudian Allah berfirman,
pergilah ucapkan salam kepada malaikat dan dengarkan jawaban
mereka, karena salam itu akan menjadi salammu dan salam
keturunanmu. Maka Adam mengucapkan “Assalamu„alaikum”, para
malaikat menjawab, “Assalamu„alaika warahmatullah”, para
malaikat menambahkan kata warahmatullah. Setiap orang masuk
surga tubuhnya akan berpostur seperti Adam, anak cucu Adam
diciptakan semakin mengecil hingga sekarang” (HR. al-Bukhârî).44
43
„Imâduddîn Abu al-Fidâ‟ Ismâ„il bin Katsîr al-Quraisyî al-Bashrî ad-Damasyqî,
Tafsir Al-Qur‟an Al-„Adzîm, (Kairo: Dâr al-Hadîs, 2003), Juz. 2, h.50 44
Abû „Abdullah Muhammad bin Isma„il bin Ibrâhîm bin Mughîrah bin Bardizbah,
Shahih al-Bukhârî, (Germany: Jam„iyyah Maknaz al-Islâmî, 2000), Kitâb ahâdîs al-Anbiyâ,
Bâb Khalqi Âdam Shalawâtullahi „Alaihi Wa Dzurriyatihi, h. 648.
14
Pada abad 19 penafsiran berkembang dengan munculnya warna baru
yaitu penafsiran adab ijtima„i yang di cetuskan oleh Muhammad Abduh
dan Rasyid Ridha dalam tafsir al-Manar, riwayat-riwayat isrâîliyyât
mulai ditinggalkan walaupun tetap ada. Hal ini tampak dari muqaddimah
tafsir al-Manar yang ditulis beliau, “Nasib yang malang menimpa umat
Islam bahwa kebanyakan dari kitab-kitab tafsir menyibukkan
pembacanya dari tujuan yang mulia dan hidayah yang besar, mereka ada
yang disibukkan dengan pembahasan i‟rab dan sebagian lain tertarik
dengan riwayat-riwayat yang banyak bercampur antara khurafat dan
isrâîliyât. Tujuan kami (menulis tafsir ini) agar kita paham bahwa apa
yang banyak diriwayatkan dalam tafsir bil ma‟tsur dari khurafat dan
isrâîliyyât kebanyakannya menjadi penutup atau penghalang dari
hidayah Al-Qur‟an. Maka kebanyakan tafsir ini menyibukkan pembaca
dari tujuan Al-Qur‟an sebagai pensuci jiwa dan penerang akal dengan
banyaknya riwayat yang tidak ada nilainya baik secara sanad dan
kandungannya”.45
Muhammad Abduh juga mengkritisi riwayat-riwayat isrâîliyyât ini,
menurut beliau umat Islam harus berhati-hati dan mengawasi kisah-kisah
banî isrâ„îl khususnya kisah-kisah para Nabi, dan tidak mempercayai
dengan apa yang ditambahkan kedalam Al-Qur‟an dari perkataan-
perkatan ahli sejarah dan para penafsir (dari riwayat-riwayat isrȃȋliyyȃt)
begitu saja, mereka yang berkecimpung dalam penelitian sejarah dan ilmu
saat ini berkata kepada kami, bahwa tidak dipercaya dari sejarah pada
zaman itu yang mereka sebut dengan zaman kegelapan kecuali setelah
penyelidikan dan penelitian dan mendapatkan sisa-sisa (artefak sejarah).
Kami memaklumi para mufassir yang memenuhi kitab tafsirnya dengan
kisah-kisah yang tidak terpercaya walaupun dengan tujuan yang baik.
Dan kami tidak bergantung pada itu tetapi melarangnya dan tetap pada
nas-nas Al-Quran dan tidak melampauinya (menafsirkan Al-Qur‟an
dengan riwayat isrâîliyyât), akan tetapi kami memperjelas sesuai dengan
riwayat jika memang benar riwayatnya.46
Pembahasan isrâîliyyât sangat penting untuk memilah dan memilih
riwayat-riwayat yang temasuk isrâîliyyât dan bukan isrâîliyyât agar tafsir
Al-Qur‟an terbebas dari penyimpangan khurafat kebatilan dan
kebohongan. salah satu cara untuk mengetahui isrâîliyyât adalah dengan
terus melakukan penelitian pada kitab-kitab tafsir klasik terlebih lagi
yang terindikasi memuat isrâîliyyât. Oleh karena itu penulis akan fokus
melakukan penelitian dengan tema: “Isrâîliyyât Dalam Kisah-Kisah
Para Nabi (Studi Komparatif Pengaruh Isrâîliyyât Terhadap
45
As-Sayyid al-Imam Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Qur‟an Al-Hakîm al-
Masyhur bi Tafsîr Al-Manâr, (Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, 1999), Juz 1, h . 46
Ramzî Na„nâ„ah, Al-Isrâîliyyât wa Atsaruhâ fî Kutubi at-Tafsîr, h. 435
15
Penafsiran Ayat-Ayat Kisah Para Nabi Dalam Tafsir Al-Khâzin dan
Tafsir Ibnu Katsîr)”
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari penjelasan diatas, permasalahan yang dapat diidentifikasi
seputar permasalahan isrâîliyyât dalam kitab tafsir adalah :
a. Isrâîliyyât banyak terdapat dalam kitab-kitab tafsir.
b. Salah satu sisi Al-Qur‟an yang banyak memuat isrâîliyyât adalah
tafsir kisah-kisah Nabi sebelum Nabi Muhammad Saw.
c. Isrâîliyyât dalam kisah-kisah Nabi tidak hanya ada pada tafsir bil
ma‟tsur tetapi juga ada pada tafsir bir ra‟yi
d. Diantara sekian tafsir bil ma‟tsur yang mengandung riwayat
isrâîliyyât adalah tafsir Ibnu Katsîr sedangkan tafsir bir ra‟yi yang
mengandung riwayat isrâîliyyât adalah tafsir Al-Khâzin.
e. Al-Khâzin memiliki sikap dan respon yang berbeda dengan Ibnu
Katsîr dalam menyikapi sejumlah riwayat isrâîliyyât.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka yang akan dikaji
pada penelitian ini dibatasi menjadi :
a. Riwayat-riwayat isrâîliyyât dalam kisah-kisah para Nabi pada
tafsir Al-Khâzin dan tafsir Ibnu Katsîr serta pengaruhnya dalam
penafsiran.
b. Sikap Al-Khâzin dan Ibnu Katsir terhadap riwayat isrâîliyyât dan
pengaruhnya terhadap penafsiran.
c. Mengingat luasnya cakupan pembahasan isrâîliyyât maka penulis
akan membatasi hanya pada riwayat-riwayat isrâîliyyât yang
berkenaan dengan kisah Nabi-Nabi terdahulu yaitu : kisah Nabi
Adam As, Nabi Nuh As, Nabi Ismaʽil As, Nabi Yusuf As, Nabi
Ayyub As, Nabi Musa As, Nabi Daud As, Nabi Sulaiman As,
Nabi Ilyas As. Pemilihan isrâîliyyât yang berhubungan dengan
kisah-kisah Nabi terdahulu menurut hemat penulis lebih penting
untuk diteliti ketimbang meneliti isrâîliyyât dalam hal lainnya
seperti isrâîliyyât pada kisah umat terdahulu dan peperangan
karena permasalahan Nabi berhubungan erat dengan keimanan
setiap muslim.
3. Perumusan Masalah
Beranjak dari pembatasan masalah di atas, maka permasalahan
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Apa saja riwayat isrâîliyyât dalam tafsir Al-Khâzin dan tafsir
Ibnu Katsir yang berkaitan dengan kisah-kisah para Nabi dan
bagaimana sikap kedua mufassir terhadap riwayat isrâîliyyât ini serta
pengaruhnya terhadap penafsiran?
16
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan yang hendak dicapai
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan riwayat-riwayat isrâîliyyât dalam tafsir Al-Khâzin dan
tafsir Ibnu Katsir pada kisah-kisah Nabi.
2. Membandingkan kedua tafsir ini untuk mengetahui perbedaan sikap
Al-Khâzin dan Ibnu Katsîr terhadap isrâîliyyât.
3. Menggambarkan pengaruh isrâîliyyât terhadap penafsiran kedua
mufassir dan pemahaman terhadap kisah-kisah para Nabi.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang ilmu agama Islam khususnya dalam bidang tafsir.
Penelitian ini juga dapat dijadikan penelitian selanjutnya yang serupa, dan
sedikit banyak penelitian ini akan memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu agama Islam di bidang tafsir.
E. Kajian Pustaka
Penelitian tentang isrâîliyyât telah banyak dilakukan karena
isrâîliyyât sudah terserap kedalam tafsir Al-Qur‟an sejak masa sahabat
dan semakin melebar dimasa tabi„in dan masuk kedalam kitab-kitab hadis
dan turats sejak awal masa kodifikasi hadis di masa khalifah Umar bin
Abdul Aziz.
Adapun penelitian tentang isrâîliyyât yang berhasil penulis dapatkan
diantaranya adalah :
1. Tesis dengan judul Isrâîliyyât Kisah Yusuf Dalam Tafsir Marah Labid
karya Tarto, Lc mahasiswa Pascasarjana jurusan Tafsir Hadis UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta (2015) yang menitik beratkan
pembahasan pada kisah Nabi Yusuf As dalam tafsir karya Syeikh
Nawawi al-Bantanî dengan menggunakan kritik matan sebagai pisau
analisis dengan hasil akhir bahwa Syeikh Nawawi al-Bantanî kurang
kritis ketika meneliti sumber riwayat sehingga masuklah isrâîliyyât
kedalam tafsir beliau. Sedangkan penelitian penulis memiliki objek
dan metode analisa yang berbeda karena penelitian penulis kepada
sebuah studi komparatif antara tafsir Al-Khazîn dan tafsir Ibnu Katsîr.
2. Tesis dengan judul Isrâîliyyât Dalam Tafsir Jalâlain karya Nur Baiti
Muhmmad Nur mahasiswi Pascasarjana IIQ tahun (2012), penelitian
ini fokus pada tafsir Jalâlain dengan meneliti setiap surah yang
memiliki kandungan isrâîliyyât di dalamnya. sedangkan penelitian
penulis fokus pada tafsir al-Khazîn yang dikomparasikan dengan
tafsir Ibnu Katsir, dengan maksud tidak hanya memaparkan
kandungan isrâîliyyât saja tetapi juga melihat bagaimana sehingga
mufassir berbeda sikap terhadap riwayat isrâîliyyât dengan tujuan
17
agar kita dapat mengetahui mengapa isrâîliyyât tetap saja ada dalam
kitab-kitab tafsir sampai sekarang.
3. Tesis dengan judul Perspektif Yusuf Al-Qardhâwî Tentang Isrâîliyyât
Studi atas Kitab Kayfa Nata„amal Ma„a Al-Qur‟an Al-ʽAdzîm karya
Idris mahasiswa Pascasarjana jurusan Tafsir Hadis UIN Sunan Ampel
Surabaya, penelitian ini fokus pada sikap dan pemikiran Yusuf Al-
Qardhâwî yang menganggap isrâîliyyât sebagai sumber khurafat
(penyimpangan), jika memang begitu, maka implikasinya dari
anggapan ini adalah karena telah membawa khurafat dalam riwayat
mereka. Hasilnya akan menggugurkan sekian banyak ʽâdalah
(keadilan) setiap pelaku khurafat yang notabene adalah para sabahat
dan tabiʽin. Pembahasan tesis ini masih berkutat pada konsep
menyikapi riwayat isrâîliyyât namun belum membahas permasalahan
inti dari riwayat isrâîliyyât dalam tafsir bil ma‟tsur seperti yang
menjadi fokus dari penelitian penulis lakukan.
4. Skripsi dengan judul Isrâîliyât dalam Tafsir Ath-Thabarî dan Ibnu
Katsîr (Sikap Ath-Thabarî dan Ibnu Katsîr Terhadap Penyusupan
Isrâîliyyât dalam Tafsirnya) hasil karya Nur Alfiah mahasiswi
Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2010. Skripsi ini hanya membahas empat pembahasan
yaitu kisah tersesatnya banî isrâîl, Harut dan Marut, Dzulkarnain, sapi
betina. Sedangkan masih banyak lagi isrâîliyyât yang belum tersentuh
dalam pembahasan. Adapun penelitian penulis akan membahas lebih
luas isrâîliyyât yang menyinggung kema‟suman Nabi dan Rasul.
5. Tulisan Afrizal Nur dalam Jurnal An-Nida‟ Jurnal Pemikiran Islam
yang berjudul Dekonstruksi Isrâîliyyât Dalam Tafsir Al-Misbah yang
menjelaskan perbedaan ulama dalam menerima isrâîliyyât. Dalam hal
ini tafsir Al-Misbah masih mengandung isrâîliyyât tanpa disebutkan
sanadnya, terkadang Quraish Shihab mengkritik dan mengoreksi
isrâîliyyât ini namun seringkali tidak dikritik dan dibiarkan begitu
saja. Kajian ini lebih fokus kepada penelitian isrâîliyyât dalam Tafsir
Al-Misbah dan sikap Quraish Shihab dalam menerima isrâîliyyât.
Sedangkan penelitian penulis berusaha untuk tidak hanya
memaparkan riwayat-riwayat isrâîliyyât dalam tafsir al-Khazin dan
Ibnu Katsîr tetapi juga berusaha menganalis sebab masuknya
isrâîliyyât kedalam tafsir.
6. Tulisan Abizal Muhammad Yati Dosen Fakultas Dakwah dan
komunikasi UIN Ar-Raniry pada Jurnal Al-Bayan dengan judul
Pengaruh Kisah-Kisah Isrâîliyyât Terhadap Materi Dakwah. Tulisan
ini menemukan fakta bahwa masih banyak dai-dai yang
menyampaikan kisah-kisah Nabi dalam Al-Qur‟an dengan mengambil
kisah-kisah isrâîliyyât. Menurutnya lagi hal ini terjadi karena
18
minimnya pemahaman dai-dai terhadap tafsir Al-Qur‟an yang benar.
Adapun penelitian penulis lebih memfokuskan langsung terhadap
kitab tafsir tertentu dalam hal ini adalah tafsir al-Khazîn dan Ibnu
Katsîr.
7. Ahmad Sa‟id Samsuri Dosen Program Magister PAI STAIN
Pamekasan menulis dalam Jurnal Islamuna tentang Isrâîliyyât
Perkembangan dan Dampaknya Dalam Tafsir Al-Qur‟an. Tulisan ini
menitik beratkan penelitian pada dampak isrâîliyyât terhadap Islam
secara global yaitu : rusaknya akidah umat, rusaknya citra Islam
karena khurafat dan kebohongan, hilangnya kepercayaan kepada
ulama salaf dan memalingkan pemahaman kepada yang salah. Yang
menjadi titik perbedaan penelitian penulis adalah bahwa penelitian
penulis tidak hanya menjelaskan dampak dari pengaruh isrâîliyyât
dalam tafsir secara umum namun juga berusaha menjelaskan
bagaimana sebenarnya riwayat isrâîliyyât yang memberi dampak
negatif terhadap pemahaman umat Islam terhadap pribadi Nabi dan
Rasul.
8. Tulisan Usman Dosen Fakultas Syari‟ah IAIN Mataram dalam Jurnal
Ulumuna dengan judul Memahami Israʽiliyyat Dalam Penafsiran Al-
Qur‟an. Penelitian ini fokus pada bagaimana seharusnya kita
menyikapi isrâîliyyât dalam tafsir terlepas dari pro dan kontra ulama
salaf dan khalaf dalam menyikapi isrȃȋliyyȃt maka sudah selayaknya
kita selektif dalam memilah dan memilih tafsir ayat-ayat pada kisah
Nabi antara yang tidak mengandung isrȃȋliyyȃt dan yang mengandung
isrȃȋliyyȃt. adapun perbedaan dengan penelitian penulis adalah,
penelitian penulis berusaha tidak hanya stop pada fenomena ulama
yang berbeda pendapat dalam menyikapi isrâîliyyât tetapi juga
memahami akar masalah dari terjadinya perbedaaan ulama dalam
menyikapi isrâîliyyât sehingga setiap akademisi dapat saling
menghormati silang dan beda pendapat diantara ulama.
Adapun perbedaan penelitian penulis dengan penelitian-penelitian
sebelumnya adalah, penulis berusaha membandingkan antara isrâîliyyât
yang ada dalam tafsir bir ra‟yi yaitu tafsir al-Khâzin dan tafsir bil ma‟tsur
yaitu tafsir Ibnu Katsîr, dengan fokus penelitian khusus dalam kisah-kisah
para Nabi, dengan harapan penelitian isrâîliyyât ini lebih mendalam
karena kisah-kisah isrâîliyyât tidak hanya tersebar dalam tafsir bil
ma‟tsur tetapi juga tafsir bir ra‟yi. .
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library reseach),
dalam arti bahwa data yang menjadi objek penelitian merupakan
bahan-bahan kepustakaan berupa buku-buku, tesis, disertasi dan
19
jurnal penelitian yang terkait langsung dengan tema penelitian
penulis.
Metode yang dipakai adalah metode kualitatif, data yang
diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan terus
menerus sampai datanya jenuh dan menghasilkan sebuah kesimpulan
akhir.
2. Pendekatan Penelitian
Penulis akan menggunakan pendekatan sosial historis untuk
membandingkan kedua tafsir tersebut disamping itu penulis juga akan
meminjam pendekatan ilmu Al-Qur‟an yaitu tafsir mawdhui dan ilmu
hadis yaitu naqd matan dan naqd sanad karena yang menjadi objek
penelitian adalah riwayat-riwayat isrâîliyyât.
3. Sumber Data Penelitian
Sumber data dibagi menjadi dua, sumber data primer yang
terpusat pada kitab tafsir Al-Khâzin yang berjudul Lubâb At-Ta‟wîl Fî
Ma„anî At-Tanzîl dan kitab tafsir Ibnu Katsîr yang berjudul tafsir Al-
Qur‟an Al-Adzim. Sumber data sekunder sebagai pelengkap yaitu
buku-buku ʽUlum al-Qur‟an, kitab-kitab tafsir, kitab-kitab hadis,
karya-karya ulama tentang isrâîliyyât, buku-buku sejarah, tesis,
disertasi, jurnal-jurnal dan makalah-makalah yang memiliki
keterkaitan dengan objek penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah dengan dokumentasi
mengumpulkan data dari sumber primer didukung dengan sumber
sekunder baik berupa buku-buku, jurnal-jurnal, makalah-makalah,
yang terkait objek penelitian. Dokumen ini didapatkan baik dari
perpustakaan langsung, perpustakaan digital maupun situs-situs yang
otoritatif.
5. Metode Analisis Data
Dalam menganalisa data penulis akan menggunakan metode
content analysis dan metode deskriptif analitis komparatif. Karena
objek penelitian adalah perbandingan tafsir maka yang menjadi titik
tekannya adalah redaksi tafsir suatu ayat dan dalil-dalil mufassir
dalam menafsirkan ayat tersebut. Secara singkatnya analisis data yang
akan penulis lakukan adalah :
a. Menggambarkan biografi Al-Khazîn dan Ibnu Katsîr diikuti
dengan metode dalam tafsir beliau dan sikap terhadap riwayat-
riwayat isrâîliyyât. Hal ini didapatkan dari pembacaan tafsir
beliau berdua dan pembacaan terhadap komentar-komentar ulama
terhadap tafsir Al-Khazîn dan Ibnu Katsîr.
20
b. Reduksi data yaitu dengan memilih ayat tertentu yang memang
mengandung isrâîliyyât, mengingat banyaknya ayat-ayat Al-
Qur‟an yang mengandung penafsiran dengan riwayat isrâîliyyât
maka penulis hanya akan mengambil ayat-ayat yang berkenaan
dengan 9 Nabi yaitu Nabi Adam As, Nabi Nuh As, Nabi Ismaʽil
As, Nabi Yusuf As, Nabi Ayyub As, Nabi Musa As, Nabi Daud
As, Nabi Sulaiman As, Nabi Ilyas As.
c. Penulis tidak akan mengambil seluruh ayat dari setiap kisah Nabi
tersebut, namun hanya akan mengambil satu sample ayat dari
setiap 9 kisah Nabi. Sample ini didapatkan dari penelitian awal
ayat-ayat yang dianggap mengandung penafsiran isrâîliyyât.
d. Penelitian redaksi tafsir dari kedua mufassir sehinga ditemukan
persamaan dan perbedaan dalam penafsiran satu ayat. Penulis juga
akan merujuk kepada tafsir-tafsir lain sehingga diketahui berbagai
macam ragam redaksi tafsir suatu ayat.
e. Penelitian dalil-dalil yang dijadikan dasar oleh kedua mufassir
untuk menafsirkan satu ayat sehingga diketahui alasan kedua
mufassir. Hal ini dilakukan agar penulis dapat mengetahui
landasan dari penafsiran mufassir selain itu juga agar kita dapat
tetap selalu menghormati hasil karya tafsir ulama walaupun
berbeda-beda dalam penafsiran.
f. Penelitian implikasi tafsir ayat-ayat tersebut terhadap tafsir secara
umum dan kisah Nabi secara khusus.
g. Pendekatan sosio historis akan penulis gunakan untuk
menyingkap sebab terjadinya perbedaan oleh kedua mufassir.
6. Validitas Data
Setelah melakukan analisa data, peneliti akan menggunakan
triangulasi data untuk menguji validitas (keabsahan data), yaitu,
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, Karena
penelitian ini adalah penelitian library reseach yang fokus pada
penelitian dokumen-dokumen dan tidak turun kelapangan maka
validitas data di fokuskan kepada pengecekan sebanyak mungkin
sumber-sumber penelitian yang ada dan berkaitan dengan tema
penelitian yaitu isrâîliyyât.
Dengan harapan setelah data dari berbagai dokumen yang ada di
dapatkan dan dicek, peneliti mampu menghasilkan sebuah kesimpulan
yang objektif dan menyeluruh,
7. Langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian sebagai berikut :
a. Memaparkan riwayat isrâîliyyât dari dua tafsir dan menjelaskan
kandungan isrâîliyyât tersebut.
21
b. Membandingkan kedua riwayat isrâîliyyât kemudian dianalisa
persamaan dan perbedaannya untuk mengetahui kecenderungan
dan pola pikir masing-masing mufassir dan juga pengaruhnya
terhadap umat Islam
c. Menarik kesimpulan akhir dari perbandingan tersebut
G. Teknik dan Sistematika Penulisan
1. Teknik Penulisan
Untuk menghindari kesalahan dalam penulisan dan memudahkan
dalam pemahaman terhadap tulisan ini, maka peneliti akan
menggunakan buku pedoman penlisan skripsi, tesis dan disertasi yang
diterbitkan IIQ Press tahun 2017.
2. Sistematika Penulisan Pembahasan dalam tesis ini disajikan dalam lima bab. Bab
Pertama pendahuluan, yang menjelaskan latar belakang munculnya
permasalahan, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, penelitian terdahulu yang relevan, metodologi,
jenis penelitian, sumber data, tehnik pengumpulan data dan metode
analisis data, teknik dan sistematika penulisan.
Bab kedua merupakan landasan teoritis bagi pembahasan bab-bab
berikutnya. Adapun yang akan dibahas sekilas tentang isrâîliyyât
yang meliputi pengertian isrâîliyyât, masuknya isrâîliyyât, klasifikasi
isrâîliyyât, hukum meriwayatkan kisah-kisah isrâîliyyât, perawi
isrâîliyyât dari kalangan sahabat, tabi„in dan pengikut tabiʽin.
Bab ketiga akan memasuki kajian inti tesis yaitu biografi Al-
Khâzin, karya-karya beliau, dan metode penulisan tafsir beliau diikuti
dengan biografi Ibnu Katsîr, karya-karya beliau, dan metode
penulisan tafsir beliau.
Bab keempat adalah ranah inti pembahasan murni yang akan
meneliti riwayat-riwayat isrâîliyyât dalam tafsir Al-Khâzin dan tafsir
Ibnu Katsîr pada kisah Nabi yaitu kisah kisah Nabi Adam As, Nabi
Nuh As, Nabi Ismaʽil As, Nabi Yusuf As, Nabi Ayyub As, Nabi Musa
As, Nabi Daud As, Nabi Sulaiman As, Nabi Ilyas As. Kemudian
penulis akan membahas pengaruh isrâîliyyât baik terhadap tafsir Al-
Khâzin maupun tafsir Ibnu Katsîr maupun kepada pemahaman kisah-
kisah Nabi dan kema‟suman Nabi.
Penelitian tesis ini berakhir pada bab kelima adalah bab penutup
berisikan kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap rumusan
masalah dan saran-saran konstruktif, baik bagi peneliti selanjutnya
atau bagi pembaca penelitian ini secara umum.
171
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa :
1. Dari 9 nabi yang penulis teliti penulis mendapatkan 29 kisah
isrâîliyyât, diantara kisah-kisah ini ada yang hanya terdapat dalam
tafsir al-Khâzin yaitu 8 kisah, yang hanya terdapat dalam Tafsir Ibnu
Katsîr sebanyak 3 kisah yang terdapat dalam kedua-duanya sebanyak
17 kisah isrâîliyyât. Adapun yang dikomentari al-Khâzin 5 kisah,
yang dikomentari Ibnu Katsîr 14 kisah sedangkan yang tidak
dikomentari al-Khâzin 19 kisah, yang tidak dikomentari Ibnu Katsîr
7 kisah.
2. Adapun pengaruh isrâîliyyât dalam dua kitab tafsir ini membuat
kedua kitab ini mengandung kisah-kisah khurafat dan khayalan,
sehingga ini dikritik oleh beberapa ulama karena memberi
pemahaman yang kurang baik kepada kisah-kisah nabi yang
cenderung merusak kema‟suman para Nabi, kisah-kisah ini juga
sering dinisbahkan kepada sahabat dan tabi‘in sehingga merusak
kredibilitas para sahabat dan tabi‘in.
B. Saran 1. Hendaknya penelitian isrâîliyyât dilakukan dalam setiap kitab tafsir
yang ada, karena masih banyak bidang penelitian isrâîliyyât yang
belum dibahas sebagaimana banyak kitab-kitab tafsir yang belum di
teliti kandungan isrâîliyyâtnya. Hal ini kelak berguna agar menjadi
penambah penjelasan ketika tafsir ini dibaca dan dipelajari baik oleh
kalangan terpelajar maupun awam
2. Hendaknya ada dari peneliti baik dari kampus IIQ maupun yang
lainnya yang mengumpulkan hasil penelitian-penelitian yang telah
ada dalam hal isrâîliyyât dan menggabungkannya dalam bentuk
mawsû‘ah atau ensiklopedia sehingga menjadi satu kesatuan, lengkap
dengan rujukan tafsirnya, kritik sanad, kritik matan dan kisah yang
sebenarnya sebagai solusi untuk mengganti kisah-kisah isrâîliyyât
yang menyesatkan ini. Hal ini telah dilakukan oleh Muhammad Abu
Syuhbah dalam buku beliau al-Isrâîliyyât wa al-Mawdhû‘ât namun
masih banyak isrâîliyyât yang belum dibahas lebih mendalam.
3. Hendaknya ketika menjelaskan sebuah ayat yang mengandung kisah
isrâîliyyât sebaiknya disampaikan bahwa riwayat tersebut adalah
isrâîliyyât dengan dijelaskan bagaimana statusnya, apakah diterima
didiamkan ataupun ditolak agar umat mengetahui dan tidak salah
memahami serta yang menjelaskan tidak salah memahamkannya.
172
DAFTAR PUSTAKA
Al-„Âl, Ismâ„il Sâlim „Abdu, Ibnu Katsîr Wa Manhajuhu Fî at-Tafsîr, Kairo:
Maktabah al-Malik Faishal al-Islamiyyah, t,t.
Al-Âlûsî, Abi Fadil Syihâbuddin as-Sayyid Mahmȗd, Rûh al-Ma‘ânî fî Tafsîr
Al-Qur’an Al-Adzîm wa as-Sab‘i al-Matsânî, Juz 4, Beirut: Dâr
Kutub al-„Ilmiyyah, 2001.
Amîn, Ahmad, Fajr al-Islam, Beirut: Dâr al-Kitâb al-„Arabî, 1969.
Al-Andalusî, „Abdul al-Haq bin Ghâlib bi „Athiyyah, Al-Muharratu al-
Wajîzu, Juz 2, Beirut: Dâr Kutub al-„Ilmiyyah, 2001.
Al-Andalusî, Muhammad bin Yusuf bin Ali bin Hayyân an-nafzî, Al-Bahr al-
Muhîth, Juz 1, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, 2001.
Al-Ashfahânî, Ar-Râghib, Mufradât al-Alfâzh Al-Qur’an, Damasqus: Dâr al-
Qalam, t,t.
Al-„Aqîqî, Najîb, al-Mustasyriqûn, Juz 1, Kairo: Dâr al-Ma„ârif, 1964.
Al-„Asqalânî, Ahmad bin „Alî bin Muhammad bin Hajar, Ad-Durar al-
Kâminah Fi A‘yân al-Miah ats-Tsâminah, Juz 3, Pakistan: Dâr al-
Ma„arif al-Utsmâniyah, t,t.
Al-„Asqalânî, Ahmad bin „Alî bin Muhammad bin Hajar, Fath al-Bârî Fî
Shaîh al-Bukhârî Libni Hajar al-‘Asqalânî, Juz.6, Kairo: Maktabah
Masr, 2001.
Al-„Asqalânî, Ahmad bin „Alî bin Muhammad bin Hajar, Al-Ishâbah Fî
Tamyîz ash-Shahâbah, Juz 1, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah,
1995.
Al-„Asqalânî, Ahmad bin „Alî bin Muhammad bin Hajar, Lisân al-Mîzan,
Beirut: Maktabah al-Mathbû„ât al-Islâmiyyah, 2002.
Al-„Asqalânî, Ahmad bin „Alî bin Muhammad bin Hajar, Tahzibu at-Tahzib,
, Juz 1, Beirut: Dâr al-Fikr, 1995.
Al-Asyqar, Umar Sulaiman Abdullah Sahih al-Qishash an-Nabawî,
Yordania: Dâr an-Nafâis, 2007.
173
„Âsyûr, Muhammad ath-Thâhir Ibnu At-Tahrîr wa at-Tanwîr, Juz 6, Tunisia:
Dâr Sahnûn li-Nasy wa at-Taûzîʽ, t.t.
Al-Bagdâdî, Alâu ad-Dîn „Ali bin Muhammad bin Ibrâhîm, Tafsir al-Khâzin
al-Musamma Lubâb at-Ta’wîl Fî Ma‘anî at-Tanzîl, Juz.2, Beirut:
Dâr al-kutub al-„Ilmiyyah, 2004.
Al-Baghawî, Abû Muhammad al-Husîn bin Mas„ud bin Muhammad al-Farrâ
asy-, Ma‘âlim at-Tanzîl, Riyadh: Dâr Thayyibah, 1985.
Bahjat, Ahmad, Anbiyâullah, Kairo: Dâr asy-Syurûq, 2001.
Al-Barakatî, Assayyid Muhammad „Amîm Ihsân al-Mujaddadî, At-Ta‘rifât
al-Fiqhiyyah, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2003.
Bardizbah, Abû „Abdullah Muhammad bin Isma„il bin Ibrâhîm bin Mughîrah
bin, Shahih al-Bukhârî, Germany: Jam„iyyah Maknaz al-Islâmî,
2000.
Al-Baqâ„î, Ibrâhim bin Umar bin Hasan ar-Rubâth Ibnu Aku bin Abi Bakr, .
Al-Aqwâl al-Qadîmah Fî Hukmi an-Naql Minal-Kutubi al-Qadîmah,
. Kairo: al-Munadzhamah al-„Arabiyyah litarbiyyah wa ats-Tsaqafah .
al-„Ulum, 1980.
Bâqî, Muhammad Fuad Abdul, Al-Mu‘jam al-Mufahras Lialfazhi Al-Qur’an
Al-Karîm, Kairo: Dâr al-Hadîs, 2007.
Baqon, Maurice, At-Taurâh wa al-Anâjil wa Al-Qur’an Al-Karim Bimiqyâs
al-ʽIlmi al-Hadîts, Kairo: Maktabah Al-Qur‟an, 2000.
Ad-Damasyqî, „Imâduddîn Abu al-Fidâ‟ Ismâ„il bin Katsîr al-Quraisyî al-
Bashrî, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzîm, Juz. 2, Kairo: Dâr al-Hadîs,
2003, h.50
Ad-Dawawudî, Syamsuddin Muhammad bin „Alî bin Ahmad, Thabaqât al-
Mufassirîn, Juz. 1, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, t,t.
Ad-Dimasyqî, Syihâb ad-Din Abû al-Falâh „Abdu al-Hay bin Ahmad bin
Muhammad al-„Akrî al-Hanbalî, Syadzarâtu adz-Dzahab Fî Âhbâri
Man Dzahab, Juz 7, Damasqus: Dâr Ibnu Katsîr, t,t.
174
Adz-Dzahabî, Muhammad Husein, Al-Isrâîliyât fî at-Tafsîr wa al-Hadis,
Kairo: Maktabah Wahbah, t.t.
Adz-Dzahabî, Muhammad Husein, At-Tafsir wal Mufassirûn, Juz. 1, Kairo :
Dar al-Hadis, 2005.
Adz-Dzahabî, Muhammad Husein, Al-Ittijâhât Al-Munharifah fî Tafsîr Al-
Qur’an Al-Karîm wa Dawafi‘uh^a wa Dâfi‘uhâ, Kairo: Maktabah
Wahbah, 1986.
Adz-Dzahabî, Syamsuddîn Muhammad bin Ahmad bin Usmân, Mîzân al-
I‘tidâl fi Naqdi ar-Rijâl, Beirut: Dâr al-Ma„rifah, t,t.
Adz-Dzahabî, Syamsuddîn Muhammad bin Ahmad bin Usmân, Al-Mu‘jam
al-Mukhtassh bi al-Muhadditsîn, Arab Saudi: Maktabah Ash-
Shiddiq, t,t.
Adz-Dzahabî, Syamsuddîn Muhammad bin Ahmad bin Usmân, Siyar A‘lâm
an-Nubalâ, Kairo: Dâr al-Hadits, 2006.
Adz-Dzahabî, Syamsuddîn Muhammad bin Ahmad bin Usmân, Tadzkiratu
al-huffâzh, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, 1958, h. 27
Ad-Damasyqî, „Imâduddîn Abu al-Fidâ‟ Ismâ„il bin Katsîr al-Quraisyî al-
Bashrî, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah, Qatar: Dawlah Qatar, 2015.
Ad-Damasyqî, „Imâduddîn Abu al-Fidâ‟ Ismâ„il bin Katsîr al-Quraisyî al-
Bashrî, Tafsir Al-Qur’an Al-ʽAdzîm, Juz 4, Kairo: Dâr al-Hadits,
2002.
Adz-Dzuhlî, Abû „Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal asy-
Syaybânî, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Beirut: Muassasah ar-
Risâlah, 1998.
Farhati, Wahdah “Ad-Dakhil Dalam Tafsir Fath Al-Qadir”, Tesis, IIQ,
2017, Diterbitkan.
Farîd, Ahmad, Taysîr al-Mannân Fî Qishashi Al-Qur’an, Kairo: Dâr Ibnu al-
Jawzî, 1429.
Al-Fâlih, „Abdullah bin Shâlih Hayâtu Ibnu Katsîr wa Kitâbuhu Tafsîr Al-
Qur’an Al-Adzîm, Riyadh: Maktabah Dâr al-Bayan, 2004
175
Al-Ghazalî, Muhammad, Fiqh as-Sîrah, Kairo: Dâr as-Syurûq, 2000.
Al-Hanafî, Musthafa bin „Abdullah al-Qusthanthinnî ar-Rûmmî, Kasyfu azh-
Zhunûn ‘an Asâmî al-Kutub wa al-Funûn, Beirut: Dâr al-Fikr, 1994.
Al-Hanbalî, Abu Hafsh Umar Ali ibn „Adil ad-Damasyqî, Al-Lubâb Fî ‘Ulum
al-Kitâb, Juz 9, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1998.
Al-Hafnî, Abdul Mun„im, Mawsu‘ah Al-Qur’an Al-Adzîm, Juz. 1, Kairo:
Maktabah Madbûlî, 2004.
Al-Hasanî, As-Sayyid Muhammad Bin „Uluwî al-Mâlikî, Al-Qawâid al-
Asâsiyyah Fî ‘Ulum Al-Qur’an, tt.p.: t.p., 1419H.
Hâtim, „Abdurahman bin Muhammad ibn Idrîs as-Râzî ibn Abî, Tafsir Al-
Qur’an Al-Adzîm, Riyadh: Maktabah Nazâr Musthafa al-Bâz, 1997.
„Itr, Nuruddin, ‘Ulum Al-Qur’an Al-Karîm, Damasqus: t.p., 1993.
Iyazi, As-Sayyid Muhammad Ali, Al-Mufassirûn Hayâtuhum wa
Manhazuhum, Teheran : Wizaratu as-Tsaqafah wa al-Irsyad Islamî,
t.t.
Al-Jabawrî, Abu al-Yaqdzhân „Athiyyah, Dirasât Fî at-Tafsîr wa Rijâlihi,
Beirut: Dâr an-Nadwah al-Jadîdah, t.t.
Al-Jabbâr, Muhammad Munîr, Qashashu al-Qur’an al-Karîm Fî Sîratu
Sayyiidi al-Mursalîn Ba‘idan ‘An Isrâîliyyât, Riyadh: Maktabah at-
Taubah, 2008.
Al-Jazarî, „Izuddîn Abî al-Hasan „Alî bin Muhammad, Usdu al-Ghâbah Fî
Ma‘rifati as-Shahâbah, Beirut: Dâr Ibn Hazm, 2012.
Al-Jawâbî, Muhammad Thâhir,Al-Jarh wa at-ta‘dîl Baina al-Mutasyaddidîn
waal-Mutasâhilîn, Tunisia: Dâr al-„Arabiyyah Lilkutub, 1997.
Kahâlah, Umar Ridha, Mu‘jam al-Muallifîn, Beirut: Muassasah ar-Risâlah,
1993.
Al-Kawsarî, Muhammad Zâhid bin Hasan al-Hilmî, Maqâlât al-Kawsarî,
Kairo: Maktabah at-Tawfiqiyyah, 1371 H.
176
Khalafullah, Muhammad Ahmad, Al-Fan al-Qishashi Fî Al-Qur’an al-
Karîm, Beirut: Mu‟assasah al-Intisyâr al-„Arabî, 1951-1999.
Khaldûn, Waliyuddîn „Abdurrahhman bin Muhammad Ibnu, Muqaddimah
Ibnu Khaldûn, Juz. 2, Damasqus: Dâr Ya„rab, 2004.
Khalkân, Abî al-„Abbâs Syamsuddiîn Ahmad bin Muhammad bin Abû Bakar
bi,n Wafiyât al-A‘yâni wa Anbâ’u Abnâi Azzamân, Juz 6, Beirut:
Dâr Shâdir, 1978.
Al-Khâlidî, Shalah, Al-Qasahash Al-Qur’anî ‘Ardhu Waqâi‘ Wa Tahlil
Ahdats, Beirut: Dâr al-Qalam, 1998.
Al-Khâlidî, Shalâh Abdul Fatâh, Al-Qur’an wa Naqdu Mathâin ar-Ruhbân,
Damasqus: Dâr al-Qalam, 1999.
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang & Diklat Kementrian
Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kisah
Para Nabi Pra Ibrahim Dalam Persfektif Al-Qur‟an dan Sains,
Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang, 2012.
Al-Makkî, Abû Abdullah bin As„ad bin „Alî bin Sulaimân al-Yâfi„î al-
Yamanî, Mir’atu al-Jinân wa ‘Ibratu al-Yaqzhân, Juz 1, Beirut: Dâr
al-Kutub al-„Ilmiyah, 2010.
Al-Maliki, Ahmad Ash-Shawî Hâsyiyah ash-Shâwî ‘ala at-Tafsîr al-Jalâlain,
Juz 3, Kairo: Musthafa al-Bâbî al-Halabî wa Awladuhu, 1926.
Al-Mashrî, Jamâl ad-Dîn Abî al-Fadl Muhammad bin Makram Ibnu Manzhûr
al-Anshârî al-Afriqî, Lisân al-‘Arab, Beirut: Dâr Shadir, 1414H.
An-Nadwî, Abû al-Hasan „Ali al-Husein, An-Nubuwwah wa Al-Anbiyâ fî
Dhawi Al-Qur’an, Jeddah: Ad-Dâr as-Su„udiyyah linnasyr, 1383H.
An-Namirî, Taqiyuddîn Abû al-„Abbas Ahmad bin Abdul al-HaIilm bin
Abdus as-Salam, Muqaddimah Fi Ushul at-Tafsir, Syiria: Kuliyyah
Syari‟ah Ja‟mi‟ah Damasqus, 1972.
Na„nâ„ah, Ramzî Al-Isrâîliyyât wa Atsaruhâ fî Kutubi at-Tafsir, Damaskus:
Dâr al-Qalam, 1970.
177
An-Nasafî, Abdullah bin Ahmad bin Mahmûd, Tafsîr an-Nasafî al-Musamma
at-Tanzîl wa Haqâiq at-Tanzîl, Juz 2, Beirut: Dâr al-Kutub al-
„Ilmiyyah, 1995.
An-Naysâburî, Abû Ishâq Ahmad bin Muhammad Bin Ibrâhîm ats-Tsa„labî,
Al-Kasyfu wa al-Bayân, Beirut: Dâr Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabî, 2002.
An-Naysâbûrî, Muslim bin Hajjâj bin Muslim bin Ward bin Kûsyâdz al-
Qusayrî, Sahih Muslim, Germany: Jam„iyyah Maknaz al-Islâmî,
2000.
Al-Qardhâwî, Yusuf, Kaifa Nata‘amal Ma‘a Al-Qur’an, Kairo: Dâr as-
Syuruq, 2000.
Al-Qâsimî, Muhammad Jamâluddin, Tafsîr al-Qâsimî al-Musamma Mahâsin
at-Ta’wîl, Juz 2, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1997.
Al-Qathân, Mannâ„ Khalîl, Mabâhits Fî ‘Ulum Al-Qur’an, Kairo: Maktabah
Wahbah, t.t..
Al-Qurthubî, Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshârî, Al-Jâmi‘
liahkâmi Al-Qur’an , Juz 1, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, 2001.
Al-Qurthubî, Abî „Umar Yûsuf bin „Abdullah bin Muhammad bin „Abdul al-
Bar, Al-Istî‘âb fi Ma‘rifati al-Ashâb, Beirut: Dâr al-Kutub al-
„Ilmiyah, 2010.
Quthub, Sayyid, At-Tashawwur al-Fannî fî Al-Qur’an, Kairo: Dâr as-
Syurûq, 2000.
Rabî„, Âmâl Muhammad „Abdurrahman, Al-Isrâîliyyât fî Tafsir ath-Thabarî
Dirâsah fi al-Lughah wa al-Mashâdiru al-ʽÎbriyah, Kairo: Wizâratu
al-Awqâf al-Majlis al-A„la lisyu„ûn al-Islamiyah, 2001.
Rayah, Mahmûd Abû, Adwâ’ ‘Ala as-Sunnah al-Muhammadiyyah, Kairo:
Dâr al-Ma„ârif, t.t.
Ridha, As-Sayyid al-Imam Muhammad Rasyid, Tafsir Al-Qur’an Al-Hakîm
al-Masyhur bi Tafsîr Al-Manâr, Juz 1, Beirut: Dâr al-Kutub al-
„Ilmiyah, 1999 .
178
Ridha, As-Sayyid al-Imam Muhammad Rasyid, Al-Wahyu al-Muhammadî,
Beirut: Muassasah „Izzuddin, 1406H.
Ridhwân, Umar bin Ibrahim, Ârâ al-Mustasyriqîn Hawla Al-Qur’an Al-
Karim wa Tafsiruh, Riyadh: Dâr Thayyibah, t.t..
As-Shâbunî, Muhammad Ali, An-Nubuwwah wa al-Anbiyâ, Damasqus:
Maktabah al-Ghazâlî, 1985.
Shihab, M. Quraish, Prof, Dr, Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan dan Aturan
yang Patut Anda Ketahui dalam Memahami Al-Qur’an, Jakarta:
Lentera Hati, 2013.
Shihab, M. Quraish, Prof, Dr, Tafsir al-Misbah, Vol 8, Jakarta: Lentera Hati,
2002.
As-Sibâ„î, Musthafa, As-Sunnah wa Makânatuhâ fî At-Tasyri‘ al-Islâmî,
Syiria; Dâr al-Warraq, t.t.
Asy-Syâfi„î, Husain Muhammad Fahmî, Ad-Dalîl al-Mufahris Lialfâzh Al-
Qur’an Al-Karîm, (Kairo: Dâr as-Salam, 2008.
Syuhbah, Muhammad bin Muhammad Abu, Al-Isrâîliyyât wa al-Maudhȗ‘ât
fî Kutubi at-Tafsir, Kairo: Maktabah as-Sunnah, t.t.
Asy-Syarîf, Mahmud bin Asy-Sya‘bu al-Mal‘ûn Fî Al-Qur’an, Beirut: Dâr wa
Maktabah al-Hilâl, t.t..
Syâkir, Syeikh Ahmad ‘Umdatu at-Tafsir ‘An al-Hâfiz Ibnu Katsîr
Mukhtashar Tafsir Al-Qur’an Al-Adzîm, Manshurah: Dâr Wafâ‟,
2005, Cet. Ke-2.
Asy-Syinqithî, Muhammad Amin bin Muhammad al-Mukhtâr al-Jankî,
Adhwa al-Bayân Fî Îdhâhi Al-Qur’an bil Qur’an, Juz 4, Jeddah: Dâr
„Ilmi al-fawaidh, t.t.
As-Subkî, Tâju ad-Din Abû Nasr „Abdu al-Kâfî, Thabaqât as-Syâfi‘iyyah al-
Kubra, Beirut: Dâr Ihyâ‟ al-Kutub al-„Arabiyyah, 1964.
As-Suyûthî, Jalâluddîn „Abdurrahman bin Abî Bakar, Ad-Durru al-Mantsûr
Fî at-Tafsîr al-Ma’tsûr, Juz. 1, Beirut: Dâr Kutub al-„Ilmiyyah,
2000.
179
As-Suyûthî, Jalâluddîn „Abdurrahman bin Abî Bakar, Al-Itqan Fî ‘Ulum Al-
Qur’an, Juz 2, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, 2000.
As-Suyûthî, Jalâluddîn „Abdurrahman bin Abî Bakar, Tadrîb ar-Rawî Fî
Syarhi Taqrîb an-Nawâwî, Riyad: Maktabah al-Kautsar, 1415, h.
323.
At-Thahân, Mahmûd, Taysîr Musthalah al-Hadîs, Iskandaria: Markaz al-
Huda liddirâsât, 1405 H.
Thanthâwî, Muhammad Sayyid, At-Tafsîr al-Wasith lilQur’an Al-Karim, Juz
9, Kairo: Dâr Nahdhah Misr, 1997.
Thuqqȗsy, Muhammad Suhail, Târikh al-Arab Qabla al-Islam, Beirut: Dâr
an-Nafais, 2009, Cet. Ke-1.
Ath-Thabarî, Abî Ja„far Muhammad bin Jarîr, Tafsir ath-Thabarî al-
Musamma Jâmi‘ al-Bayan fî at-Ta’wîl Al-Qur’an, Juz. 3, Beirut:
Dâr al-Kutub al-„Alamiyah, 1999.
„Umar, Muhammad ar-Râzî Fakhruddin Ibnu al-„Allâmah Dhiyâuddîn,
Tafsîr al-Kabîr wa Mafâtîh al-Ghaib, Juz. 18, Beirut: Dâr al-Fikr,
2005.
Wajdî, Muhammad Farid, Dâiratu al-Ma’ârif al-Qarnu al-‘Isyrîn, Beirut:
Dâr al-Ma„rifah Lithibâ„ah wa an-Nasyr, 1971.
Zahw, Muhammad Muhammad Abu, Al-Hadits wa al-Muhadditsun, Riyadh:
t.p., 1984.
Az-Zamakhsyarî, Abi al-Qasim Jârullah Mahmûd bin „Umar bin Muhammad,
Al-Kasyâf ‘an Haqâiq Ghawâmidh at-Tanzîl, Juz 4, Beirut: Dâr al-
Kutub al-„Ilmiyyah, 1995.
Zuhailî, Wahbah, At-Tafsîr al-Munîr fî al-Aqîdah wa as-Syarî‘ah wa al-
Manhaz, Juz. 7, Beirut: Dâr al-Fikr, 2005.
http://quranbysubject.com/category.php?category=24cca55e-4422-11e4-
b11c-000c29db8d9b, diakses tanggal 20 Maret 2017.
http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaI
d&lang=A&Id=9475, diakses tanggal 20 Maret 2017
180
BIODATA PENULIS
Darmaizar Arif lahir pada tanggal 11 Oktober 1985 di desa Pasir
Kabupaten Tanah Grogot Kalimantan Timur, anak ke-2 dari pasangan
H.Ruslan D (Allahuyarham) dan Hj. Jumaiah. Menyelesaikan pendidikan
formal di SDN 048 pada tahun 1990-1996, kemudian melanjutkan ke MTSN
Model Samarinda pada tahun 1996-1999, setelah itu meneruskan ke PM Ar-
Risalah Ponorogo Jawa Timur pada tahun 1999-2003, mengabdi selama
setahun sebagai staff UKP pada tahun 2003-2004. Pada akhir tahun 2004
penulis melanjutkan kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo dan selesai pada
tahun 2011, pada tahun 2012-2014 melanjutkan S2 di Ma’had al-‘Alî lid-
Dirâsât al-Islamiyyah Zamalik Kairo, namun hanya sampai jenjang diploma,
pada tahun 2014-2016 melanjutkan S2 di American Open University namun
terputus hanya sampai jenjang diploma, setelah pulang kembali ketanah air
penulis melanjutkan S2 di IIQ Jakarta pada tahun 2016 dan berhasil
menyelesaikannya pada tahun 2018. Menikah pada tahun 2014 dengan Hj.
Nor Annisa Utami, Lc dan dikaruniai seorang anak perempuan bernama
Karima Shafa Aisya.
Pendidikan non formal yang pernah penulis ikuti diantaranya Pelatihan
Akutansi Mawarits Tingkat Dasar KMB Kairo tahun 2005, Pelatihan
Mawarits KPMJB Kairo tahun 2006, Wokshop Pemikiran Islam
Kontemporer IKPM Kairo dan INSISTS tahun 2006, Pelatihan Jurnalistik
KMKM Kairo tahun 2006, Pelatihan Administrasi Kesekretariatan dan
Kebendaharaan PPMI Kairo tahun 2008, Seminar Akutansi dan Ekonomi
Islam KPJ Kairo tahun 2009, Multaqa al-Lughawî (Seminar Kebahasaan)
PPMI Kairo tahun 2010, Workshop Metodologi Riset Ilmu Fiqih dan
Wawasan Kefatwaan KPMJB Kairo tahun 2010, Pelatihan Manajemen Zakat
ICMI Kairo tahun 2011, Nadwah ‘Ilmiyyah ad-Dawliyyah (Seminar Ilmiyah
Internasional) UIN & IAAI Jakarta 2016, Daurah Tahsin Tartil Al-Qur‟an
Metode Maisura IIQ Jakarta 2016, Seminar Nasional Peran Keluarga
Ghumari dalam Membentengi Sunnah Nabawiyyah UIN Jakarta & Zawiyah
Ar-Raudhah Jakarta 2017, Daurah Ijazah Sanad Kitab Sahih Muslim IIQ
Jakarta 2017. Kuliah Umum Islamisme & Konstitusi di Indonesia Universitas
181
Indonesia Salemba 2017, Seminar Nasional Hukum Islam Pascasarjana IIQ
Jakarta 2018, Bedah Buku Menjawab Tudingan Miring Pada Bank Syari‟ah
Pascasarjana IIQ Jakarta 2018.
Pengalaman organisasi yang pernah penulis ikuti Bagian Keamanan
PPMI PM Ar-Risalah 2002-2003, Pengurus IKPA Cab Kairo 2004-2008,
Seksi Dekorasi dan Dokumentasi Sidang Yudikasi BPA PPMI tahun 2006,
Sekretaris KMKM Kairo 2009-2010, Wakil Ketua KMKM Kairo 2010-2011.
“Barang siapa yang bersungguh-sungguh mustahil tidak akan bisa”
Alhamdulillah dengan berbagai macam kesibukan penulis berhasil
menyelesaikan tesis ini, semoga ilmu yang didapat bermanfaat di dunia dan
akhirat.