11

ISSN 0216-9169 - WordPress.comMasyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Majalah ini memuat hasil pengamatan ataupun kajian yang berkaitan dengan fauna asli Indonesia, diterbitkan secara

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ISSN 0216-9169 - WordPress.comMasyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Majalah ini memuat hasil pengamatan ataupun kajian yang berkaitan dengan fauna asli Indonesia, diterbitkan secara
Page 2: ISSN 0216-9169 - WordPress.comMasyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Majalah ini memuat hasil pengamatan ataupun kajian yang berkaitan dengan fauna asli Indonesia, diterbitkan secara

Fauna Indonesia merupakan Majalah llmiah Populer yang diterbitkan oleh

Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Majalah ini memuat hasil pengamatan

ataupun kajian yang berkaitan dengan fauna asli Indonesia,

diterbitkan secara berkala dua kali setahun

ISSN 0216-9169

Redaksi

Mohammad Irham

Pungki Lupiyaningdyah

Nur Rohmatin Isnaningsih

Conni Margaretha Sidabalok

Sekretariatan

Yulianto

Yuni Apriyanti

Alamat Redaksi

Bidang Zoologi Puslit Biologi - LIPI

Gd. Widyasatwaloka, Cibinong Science Center

JI. Raya Jakarta-Bogor Km. 46 Cibinong 16911

TeIp. (021) 8765056-64

Fax. (021) 8765068

E-mail: [email protected]

Foto sampul depan :

Meloidogyne incognita - Foto: Kartika Dewi

Page 3: ISSN 0216-9169 - WordPress.comMasyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Majalah ini memuat hasil pengamatan ataupun kajian yang berkaitan dengan fauna asli Indonesia, diterbitkan secara

PEDOMAN PENULISAN

Redaksi FAUNA INDONESIA menerima sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan, dapat

berupa hasil pengamatan di lapangan/ laboratorium atau studi pustaka yang terkait dengan fau-

na asli Indonesia yang bersifat ilmiah popular.

Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan summary Bahasa Inggris maksimum 200 kata

dengan jarak baris tunggal.

Huruf menggunakan tipe Times New Roman 12, jarak baris 1.5 dalam format kertas A4 dengan uku-

ran margin atas dan bawah 2.5 cm, kanan dan kiri 3 cm.

Sistematika penulisan:

a. Judul: ditulis huruf besar, kecuali nama ilmiah spesies, dengan ukuran huruf 14.

b. Nama pengarang dan instansi/ organisasi.

c. Summary

d. Pendahuluan

e. Isi:

i. Jika tulisan berdasarkan pengamatan lapangan/ laboratorium maka dapat

dicantumkan cara kerja/ metoda, lokasi dan waktu, hasil, pembahasan.

ii. Studi pustaka dapat mencantumkan taksonomi, deskripsi morfologi, habitat

perilaku, konservasi, potensi pemanfaatan dan lain-lain tergantung topik tulisan.

f. Kesimpulan dan saran (jika ada).

g. Ucapan terima kasih (jika ada).

h. Daftar pustaka.

5. Acuan daftar pustaka:

Daftar pustaka ditulis berdasarkan urutan abjad nama belakang penulis pertama atau tunggal.

a. Jurnal

Chamberlain. C.P., J.D. BIum, R.T. Holmes, X. Feng, T.W. Sherry & G.R. Graves. 1997. The use

of isotope tracers for identifying populations of migratory birds. Oecologia 9:132-141.

b. Buku

Flannery, T. 1990. Mammals of New Guinea. Robert Brown & Associates. New York. 439 pp.

Koford, R.R., B.S. Bowen, J.T. Lokemoen & A.D. Kruse. 2000. Cowbird parasitism in

grasslands and croplands in the Northern Great Plains. Pages 229-235 in Ecology and

Management of Cowbirds (J. N.M. Smith, T. L. Cook, S. I. Rothstein, S. K. Robinson, and

S. G. Sealy, Eds.). University of Texas Press, Austin.

c. Koran

Bachtiar, I. 2009. Berawal dari hobi , kini jadi jutawan. Radar Bogor 28 November 2009.

Hal.20

d. internet

NY Times Online . 2007.”Fossil &nd challenges man’s timeline”. Accessed on 10 July 2007

(http://www.nytimes.com/nytonline/NYTO-Fossil-Challenges-Timeline.html).

Page 4: ISSN 0216-9169 - WordPress.comMasyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Majalah ini memuat hasil pengamatan ataupun kajian yang berkaitan dengan fauna asli Indonesia, diterbitkan secara

6. Tata nama fauna:

a. Nama ilmiah mengacu pada ICZN (zoologi) dan ICBN (botani), contoh Glossolepis incisus, na-

ma jenis dengan author Glossolepis incisus Weber, 1907.

b. Nama Inggris yang menunjuk nama jenis diawali dengan huruf besar dan italic, contoh Red

Rainbow&sh. Nama Indonesia yang menunjuk pada nama jenis diawali dengan huruf besar,

contoh Ikan Pelangi Merah.

c. Nama Indonesia dan Inggris yang menunjuk nama kelompok fauna ditulis dengan huruf

kecil, kecuali diawal kalimat, contoh ikan pelangi/ rainbowHsh.

7. Naskah dikirim secara elektronik ke alamat: [email protected]

Page 5: ISSN 0216-9169 - WordPress.comMasyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Majalah ini memuat hasil pengamatan ataupun kajian yang berkaitan dengan fauna asli Indonesia, diterbitkan secara

i

KATA PENGANTAR

Fauna Indonesia edisi pertama di tahun 2013 menyambangi anda kembali dengan suatu perubahan, yaitu

majalah ini bersatu dengan induknya, Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI), bersama dengan majalah ilmiah

Zoo Indonesia di website baru Masyarakat Zoologi Indonesia (www.MZI.or.id). Adanya publikasi Fauna

Indonesia di dalam MZI berarti majalah ini kembali kepada akar organisasi yang akan menggeliat menggaungkan

potensi dan konservasi fauna di Indonesia. Pembaca pun tidak hanya akan membaca artikel-artikel menarik

dalam edisi ini namun akan mengetahui juga organisasi dan aktifitas MZI.

Pada edisi ini ada tujuh artikel yang kami persembahkan kepada pembaca yang meliputi dunia

herpetofauna, moluska, serangga dan cacing endoparasit. Hal yang menarik untuk diperhatikan pada sajian ini

adalah sebagian memaparkan segi potensi pemanfaatan dari fauna lokal Indonesia. Artikel-artikel tentu saja akan

membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi tentang besarnya manfaat fauna yang berada

di sekitar kita. Nilai-nilai ekonomis yang belum banyak terungkap dapat terinisiasi dari tulisan tersebut. Kita

berharap bahwa semakin banyak tulisan yang dapat membuka potensi-potensi tersembunyi dari fauna Indonesia.

Tentu saja ini akan memperkuat pemikiran bahwa mengapa konservasi satwa perlu dilakukan karena potensi

pemanfaatannya baik untuk pangan, kesenangan dan servis ekologi sangat dibutuhkan manusia.

Selamat membaca.

Redaksi

Page 6: ISSN 0216-9169 - WordPress.comMasyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Majalah ini memuat hasil pengamatan ataupun kajian yang berkaitan dengan fauna asli Indonesia, diterbitkan secara

ii

DAFTAR ISI

PENGANTAR REDAKSI ...................................................................................................................... i DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. ii VOKALISASI ANAK BUAYA MUARA Crocodylus porosus ........................................................... 1 Hellen Kurniati INFORMASI BIOLOGI DAN PEMANFAATAN KERANG KEREK (Gafrarium tumidum) ................................................................................................................................. 5 Muhammad Masrur Islami MOLUSKA BAKAU SEBAGAI SUMBER PANGAN ................................................................... 12 Nova Mujiono PELUANG EKSPLORASI KERAGAMAN KEONG DARAT DARI PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA ............................................................................ 17 Heryanto MELOIDOGYNE INCOGNITA PADA KENTANG HITAM (SOLENOSTEMON ROTUNDIFOLIUS) ........................................................................................... 22 Kartika dewi & Yuni Apriyanti KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA) DI INDONESIA ....................................................................................................................................... 29 Erniwati JENIS-JENIS KURA-KURA AIR TAWAR YANG DIPERDAGANGKAN DI BANTEN .............................................................................................................................................. 35 Dadang Rahadian Subasli

Page 7: ISSN 0216-9169 - WordPress.comMasyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Majalah ini memuat hasil pengamatan ataupun kajian yang berkaitan dengan fauna asli Indonesia, diterbitkan secara

PELUANG EKSPLORASI KERAGAMAN KEONG DARAT

DARI PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA

Heryanto

Museum Zoologicum Bogoriense, Bidang Zoologi, Puslit Biologi – LIPI

Summary

Research on small islands in Indonesia has been conducted extensively, however not much research on the biodiversity,

especially on the land snails has been done. Research on the land snails has been carried out since 1919, but it has been

restricted to several few islands with only 100 species of many possible existing numbers have been recorded. %is paper will

discuss the possibility to develop the biodiversity knowledge of small islands in terms of the land snails.

PENDAHULUAN

Republik Indonesia melalui Departemen

Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2004 telah

menyatakan bahwa Indonesia memiliki jumlah pulau

sebanyak 17.504 buah, sedangkan Kementerian

Kelautan dan Perikanan (KKP) mengatakan bahwa

Indonesia memiliki sekitar 13.000 pulau. Walaupun

berdasarkan data terakhir jumlah pulau berkurang,

tetapi luas Indonesia tidak berkurang yaitu 1.9 juta mil

persegi karena yang menentukan luas wilayah

Indonesia adalah darat terluar termasuk pulau-pulau

kecil terluar. Berdasarkan Deklarasi Juanda 1959, laut

teritorial adalah laut di antara pulau-pulau dan laut

berjarak 12 mil dari daratan Indonesia mengarah ke

luar. Deklarasi ini menjadikan Indonesia sebagai satu

kesatuan yang utuh. Hal tersebut di atas

menggambarkan pentingnya peranan pulau-pulau kecil

dalam geopolitik Indonesia.

Dari segi ekonomi, peranan pulau-pulau kecil

amatlah besar. Sebagai contoh, UNCLOS (United

Nation Convention on the Law of the Sea) pada tahun

1982 telah menetapkan bahwa ZEE (Zona Ekonomi

Ekslusif) dihitung 200 mil dari daratan terluar

sehingga posisi pulau-pulau kecil terluar harus

diperhitungkan. Dengan begitu Indonesia menjadi

pemegang hak pertama untuk memanfaatkan wilayah

tersebut.

Karena sebagian besar pulau-pulau kecil

dalam posisi yang terpencil, maka kegiatan

pengembangan dan pembangunan akan memerlukan

biaya yang tidak sedikit, terutama dari segi

transportasi. Walaupun demikian, kegiatan di pulau-

pulau kecil terutama yang berbatasan dengan wilayah

negara lain harus selalu dilakukan sebagai tanda

kedaulatan negara atas pulau-pulau tersebut. Dalam

kasus sengketa batas antar negara, selain faktor

sejarah, keberadaan kegiatan di wilayah sengketa

menjadi pertimbangan Mahkamah Internasional

untuk menentukan negara pemilik wilayah tersebut.

Kasus persengketaan antara Indonesia dan Malaysia

mengenai Pulau Sipadan dan Ligitan menjadi contoh

kasus yang harus dicermati. Mahkamah Internasional

memutuskan kedua pulau tersebut menjadi milik

Fauna Indonesia Vol 12 (1) Juni 2013: 17-21

Page 8: ISSN 0216-9169 - WordPress.comMasyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Majalah ini memuat hasil pengamatan ataupun kajian yang berkaitan dengan fauna asli Indonesia, diterbitkan secara

Malaysia setelah mengetahui Malaysia aktif

mengadakan kegiatan terutama pariwisata di Pulau-

pulau Sipadan dan Ligitan (_____2010e).

Di lain pihak, potensi pulau-pulau kecil

tersebut amat besar untuk penghasilan negara. Selain

dari sumberdaya alam dari lautan di wilayah ZEE,

pulau-pulau itu sendiri berpotensi dari segi

sumberdaya alam dan pariwisata. Sebagai contoh

adalah P. Sepanjang yang masuk ke wilayah

administrasi Madura, Jawa Timur, tetapi dekat sekali

dengan P. Bali sehingga berpotensi manarik

wisatawan dari P. Bali. Oleh karena itu maka

perhatian terhadap pulau-pulau kecil amat diperlukan

untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. Tulisan ini

mendiskusikan kemungkinan pengembangan pulau-

pulau kecil dari segi keong darat.

METODOLOGI

Untuk melihat tingkat penelitian terhadap

keong darat yang dilaksanakan di pulau-pulau kecil di

Indonesia, telah dilakukan langkah-langkah berikut:

a. Menelusuri literatur dan website yang menentukan

definisi pulau kecil di Indonesia.

b. Menelusuri koleksi keong darat dan data sekunder

yang tersedia di Museum Zoologi Bogor, Bidang

Zoologi, Puslit Biologi LIPI.

c. Mengevaluasi hasil penelusuran di atas

d. Mengambil kesimpulan

HASIL

Hasil penelusuran mendapati bahwa di

Indonesia terdapat 12.973 pulau-pulau kecil yang

mempunyai luas ≥ 2000 km². Dari sejumlah pulau

kecil tersebut telah diteliti keanekaragaman keong

daratnya sebanyak 20 pulau atau 0,15% (Tabel 1).

No. Nama pulau Tahun diteliti

1 P. Ambon 1949

2 P. Babi 1951

3 P. Berhala 1926

4 P. Edam

5 P. Kangean

6 P. Karimata 1919

7 P. Kelor 1928

8 P. Krakatau 1919 dan 1933

9 P. Moti 2010

10 P. Nusa Kambangan 1992

11 P. Panaitan 1951

12 P. Peucang 1982

13 P. Rakata 1984

14 P. Saparua 1949

15 P. Sebesi 1921

16 P. Sepanjang 1954 dan 2006

17 P. Sertung 1988

18 P. Tarakan 1935

19 P. Ubi 1952

20 P. We 1928

21 P.Panjang

Tabel 1. Daftar pulau-pulau kecil yang telah diteliti jumlah jenis keong daratnya.

Gambar 1. Pulau-pulau kecil di Indonesia yang telah diteliti jumlah jenis keong daratnya

Fauna Indonesia Vol 12 (1) Juni 2013: 17-21

Page 9: ISSN 0216-9169 - WordPress.comMasyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Majalah ini memuat hasil pengamatan ataupun kajian yang berkaitan dengan fauna asli Indonesia, diterbitkan secara

kecil yang telah diteliti keanekaragamannya telah

ditemukan 71 spesies keong darat yang termasuk ke

dalam 19 famili. Walaupun demikian kontribusi

terbesar adalah dari P. Moti yang diteliti tahun 2010

yaitu sebesar 26 spesies (37%) (Tabel 2).

Berdasarkan tabel 1, maka terlihat bahwa

konsentrasi terbesar penelitian malakologi terletak di

wilayah barat Indonesia dan hanya 3 pulau dari

wilayah Indonesia Timur yang pernah di eksplorasi

jumlah jenis keongnya (Gambar 1). Dari pulau-pulau

Helicinidae Helicarionidae 50 Gastrocopta ovatula

1 Geophorus oxytropis 25 Coneuplecta bandongensis 51 Nesopupa malayana

Cyclophoridae 26 Liardetia convexoconica 52 Nesopupa micro

2 Alycaeus crenilabris 27 Liardetia doliolum Valloniidae

3 Cyclophorus leucorraphe* 28 Elaphroconcha bataviana 53 Pupisoma orcula

4 Cyclophorus perdix perdix 29 Xesta citrina Subulinidae

5 Cyclotus batjanensis* Camaenidae 54 Subulina octona^

6 Cyclotus parvulus* 30 Planispira alba* 55 Prosopeas achatinaceum

7 Cyclotus politus 31 Planispira quadrifasciata* 56 Prosopeas turricula

8 Cyclotus pruinosus* 32 Planispira atacta* 57 Opeas clavulinum

9 Leptopoma altum 33 Planispira loxotropis* 58 Opeas clavulinum*

10

Leptopoma vitreum^ 34 Planispira miliacea* 59 Opeas gracile

11

Leptopoma v. intermedium 35 Planispira zonaria fasciata 60 Opeas gracille*

12

Leptopoma v. minus 36 Papuina albula* 61 Opeas javanicum

13

Pterocyclotus sumatranus* Ariophantidae Zonitidae

14

Pseudocyclotus liratulus 37 Hemiplecta humpreysiana 62 Trochomorpha planorbis

15

Opistophorus euryanpalus* 38 Microcystina gratilla 63 Trochomorpha planorbis*

Clausiliidae 39 Truncatellidae 64 Trochomorpha ternatana*

16

Euphaedusa C. moluccensis* 40 Truncatella valida 65 Trochomorpha timorensis*

Pupinidae Pleurodontidae Succineidae

17

Pupina superba 41 Chloritis crassula 66 Succinea minuta

18

Moulinsia sp.* 42 Chloritis unguicula Vaginulidae

Diplommatinidae 43 Landouria rotatoria 67 Filicaulis bleekeri

19

Diplommatina papuana 44 Landouria winteriana Streptaxidae

20

Diplommatina sp. 1* 45 Amphidromus banksi 68 Gulella bicolor*

21

Diplommatina sp. 2* 46 Amphidromus porcellanus Rathouissidae

22

Diplommatina sp. 3* 47 Amphidromus sultanus 69 Atopos sp.

23

Niahia sp.* 48 Pseudopartula arborescens Bradybaenidae

Euconulidae Vertiginidae 70 Plectotropis kraepelini

24

Lamprocyctis 49 Gastrocopta euryomphala Veronicellidae

71 Vaginulus hasseltii

Tabel 2. Daftar keong darat yang dikoleksi dari pulau-pulau kecil Indonesia

Ket: * Keong darat yang terdapat di P. Moti ^ Keong darat yang terdapat di P. Moti dan pulau lainnya

Fauna Indonesia Vol 12 (1) Juni 2013: 17-21

Page 10: ISSN 0216-9169 - WordPress.comMasyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Majalah ini memuat hasil pengamatan ataupun kajian yang berkaitan dengan fauna asli Indonesia, diterbitkan secara

Tentu saja harus ada instansi yang menjadi

koordinator semua kegiatan tersebut, misalnya Ristek

atau Bappenas yang membuat proposal lengkap dan

sekaligus koordinator pelaksanaan.

Pulau-pulau kecil Indonesia yang lebih harus

diteliti adalah yang terletak di wilayah timur Indonesia

untuk mengejar ketertinggalan selama ini. Ada

karakter yang berbeda antara pulau-pulau di bagian

barat Indonesia dengan yang berada di bagian timur.

Pulau-pulau yang berada di bagian barat berasal dari

daratan Asia yang digenangi air. Pemisahan Pulau-

pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, serta pulau-

pulau kecil yang terbentuk, dari daratan Asia terjadi

zaman pleistosin (akhir zaman es, 20.000-10.000

tahun yang lalu). Oleh karena itu dapat diharapkan

bahwa keong darat di bagian barat Indonesia (di

Paparan Sunda) sedikit banyak sama dengan keong

darat di antara pulau-pulau tersebut dengan daratan

Asia walaupun ada juga yang berbeda.

Pulau-pulau di bagian timur Indonesia berada

di tengah laut dalam sehingga perairan sekelilingnya

itu menjadi pemisah (barrier) yang kuat seperti yang

terjadi di daerah Pasifik (Paulay and Meyer 2002).

Berdasarkan para ahli geologi pulau-pulau di bagian

timur tersebut muncul dari dalam lautan. Dapat

diharapkan keong darat di bagian timur ini sedikit

banyak akan berbeda dengan keong dari bagian barat

Indonesia akibat pemunculannya yang berbeda.

Sebagai contoh, keong darat yang ada di P.

Halmahera berbeda dengan keong darat di pulau kecil

Moti. Di P. Halmahera tidak ditemukan keong dari

famili Diplommatinidae sementara di P. Moti

ditemukan (Bethem-Jutting 1953; Heryanto 2010).

Pembentukan P. Halmahera yang berbeda dengan

pembentukan P. Moti membuat keduanya memiliki

formasi geologi yang berbeda dan berakibat pada

perbedaan keong darat penghuninya. Akan lebih

banyak lagi keunikan-keunikan yang dimiliki pulau-

pulau lainnya.

Keberadaan keong-keong darat yang unik di

pulau-pulau kecil Indonesia dari segi ilmu

PEMBAHASAN

Sejauh ini baru sekitar 20 pulau kecil yang ada

di Indonesia yang pernah di eksplorasi jumlah jenis

keong daratnya. Apabila dibandingkan dengan

keseluruhan pulau-pulau kecil yang dimiliki oleh

negara Indonesia, maka kegiatan eksplorasi tersebut

masih sangat kurang. Hal ini menunjukkan bahwa

potensi, paling tidak dari segi keong darat, yang

dimiliki belum terungkap padahal potensinya dari segi

ekonomi besar sekali. Sebagai contoh, sekarang ini di

internet telah beredar tawaran-tawaran secara

internasional untuk membeli keong darat Indonesia

dengan harga yang cukup mahal dengan hitungan

perekor. Padahal pulau-pulau kecil Indonesia, karena

sifat terisolasinya, besar kemungkinan menyimpan

spesies-pesies moluska darat yang unik dan berharga

mahal.

Kegiatan eksplorasi pulau-pulau kecil,

terutama yang di bagian luar yang menentukan batas

negara harus secara konsisten dilakukan karena

menjadi salah satu indikator kedaulatan negara atas

pulau-pulau tersebut. Lepasnya Pulau Sipadan dan

Pulau Ligitan ke tangan Malaysia salah satunya adalah

karena tidak adanya kegiatan yang dilakukan oleh

bangsa Indonesia di pulau-pulau tersebut. Kegiatan

pertama yang harus dilakukan adalah penelitian

karena mendapatkan data dan informasi yang berguna

untuk pengembangan selanjutnya. Salah satu kendala

kurangnya penelitian di pulau-pulau kecil terluar

adalah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan. Hal

tesebut dapat diatasi dengan melakukan kerjasama

antar instansi terkait dengan membagi wilayah kerja

masing-masing, baik itu wilayah geografi atau bidang

kerja. Instansi penelitian milik pemerintah (Non-

departemen, Departemen, dan Perguruan tinggi) serta

LSM dapat diberi tanggung jawab untuk mengerjakan

penelitian sumberdaya. Instansi teknis harus

memikirkan kemungkinan pengembangan wilayah.

Transportasi laut dapat mengandalkan TNI

Angkatan Laut yang memiliki sarana lengkap untuk

itu sambil meneliti kemungkinan dari segi pertahanan.

Fauna Indonesia Vol 12 (1) Juni 2013: 17-21

Page 11: ISSN 0216-9169 - WordPress.comMasyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Majalah ini memuat hasil pengamatan ataupun kajian yang berkaitan dengan fauna asli Indonesia, diterbitkan secara

http://id.wikipedia. org/wiki /

Nusantara_pada_ periode_ prasejarah

_____2010e. Sengketa Sipadan dan Ligitan,

Wikipedia bahasa Indonesia. http://id.

wikipedia. org /wiki/

Sengketa_Sipadan_dan_Ligitan

Chapman A.D. 2009. Numbers of Living Species in

Australia and the World, 2nd edition.

Australian Biodiversity Information Services,

Toowoomba, Australia. A Report for the

Australian Biological Resources Study. http://

www.environment.gov.au/biodiver sity/abrs/

publications/other/ species-numbers/2009/

index.html

Heryanto 2010. Komunitas keong darat di Pulau

Moti, Maluku Utara. Ekologi Pulau Moti,

Puslit Biologi – LIPI pp. 121-131

Jutting, W.S.S. van Benthem 1952. Sistematic studies on

the non-marine mollusca of the Indo-Australian

Archipelago III. Critical revision of the Javanese

pulmonate lands-snails of the families Ellobiidae

to Limacidae, with an appendix on

Heliocarionidae. Treubia 21(2):291-435.

Paulay G and C. Meyer 2002. Diversification in the

Tropical Pacific: Comparisons between marine

and terrestrial systems and the importance of

founder speciation. Integr. Comp. Biol. 42 (5):

922-934

Vermeulen J.J and A.J. Whitten 1998. Fauna

Malesiana, guide to the land snails of Bali.

Backhuys Publishers.164 pp.

pengetahuan amat berharga. Sebagai contoh dalam

penelitian di P. Moti telah ditemukan paling tidak tiga

calon spesies baru moluska darat Diplommatina spp

(lihat Tabel 2), sementara itu taxa lain menemukan

pula spesies barunya. Bagi bangsa Indonesia sendiri,

penemuan-penemuan tersebut amat diperlukan

karena akan mengangkat nama Indonesia di dunia.

Salah satu indikator bangsa yang maju di dunia ilmu

pengetahuan adalah penemuan-penemuan spesies

baru di bidang biologi. Para peneliti asing dari negara-

negara Eropa, Amerika, dan Jepang berbondong-

bondong datang ke Indonesia untuk menemukan

spesies-spesies baru.

Perolehan koleksi sebesar 71 spesies dari 20

pulau adalah terlalu kecil (Tabel 1 dan 2) karena 70%

spesies di dunia ini berada di 12 negara termasuk

Indonesia (Chapman 2009). Padahal, Indonesia

adalah nomor dua tertinggi setelah Brazil dalam soal

keanekaragaman hayati. Sebagai perbandingan, P.

Moti, Maluku Utara, yang mempunyai luas 24,6 km2

ditemukan 31 spesies keong darat (Heryanto, 2010),

sedangkan di P. Jawa dan Bali yang lebih besar

ditemukan 171 dan 89 spesies keong darat masing-

masing (Jutting 1952, Vermeulen & Whitten 1998).

Oleh karena itu besar kemungkinan di pulau-pulau

kecil akan ditemukan lebih banyak lagi keong darat.

PUSTAKA

_____2010a. Species estimates: How many species

are there in the world? http://

www.explorebiodiversity.com/Mexico/Pages/

Habitats/species.htm

_____2010b. Hasil sensus penduduk 2010. Kota

Ternate, data agregat perkecamatan.

www.bps.go.id/hasilSP2010/malut/8271.pdf

_____2010c. Keadaan umum dan kondisi geologi.

http: //www.scribd.com /doc/38149343 /

Geologi-Regional-Halmahera

_____2010d. Nusantara pada periode prasejarah.

Heryanto

Museum Zoologicum Bogoriense

Bidang Zoologi, Puslit Biologi – LIPI

Gd. Widyasatwaloka, Jl. Raya Jakarta – Bogor KM. 46

Cibinong 16911

Email: [email protected]

Fauna Indonesia Vol 12 (1) Juni 2013: 17-21