Upload
pricil99
View
33
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ISTILAH – ISTILAH SEISMOLOGI
CDP ( COMMON DEEP POINT )
(Common Deep Point) adalah istilah dalam pengambilan data seismik untuk konfigurasi sumber-
penerima dimana terdapat satu titik tetap dibawah permukaan bumi. Untuk kasus reflector
horisontal (tidak miring) CDP kadang-dagang dikenal juga dengan CMP (Common Mid Point).
Selain CDP dikenal juga CR (Common Receiver) untuk konfigurasi beberapa sumber satu
penerima, CS (Common Shoot) untuk konfigurasi satu sumber beberapa penerima dan Common
Offset untuk konfigurasi sumber penerima dengan jarak (offset) yang sama.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah berikut respon seismiknya.
SIGNAL TO NOISE RATIO ( SNR )
SNR merupakan Perbandingan (ratio) antara kekuatan Sinyal (signal strength) dengan kekuatan
Derau (noise level). SNR ini adalah suatu parameter untuk menunjukkan tingkat kualitas sinyal
penerimaan pada sistem komunikasi analog, Nilai SNR dipakai untuk menunjukkan kualitas jalur
(medium) koneksi. Makin besar nilai SNR, makin tinggi kualitas jalur tersebut. Artinya, makin
besar pula kemungkinan jalur itu dipakai untuk lalu-lintas komunikasi data & sinyal dalam
kecepatan tinggi. Nilai SNR suatu jalur dapat dikatakan pada umumnya tetap, berapapun
kecepatan data yang melalui jalur tersebut. Satuan ukuran SNR adalah decibel (dB) <–
logarithmic.
Efek yang bisa ditimbulkan akibat NSR yang rendah yaitu Koneksi sering terputus, lambat, tidak bisa connect, dsb. Dibawah ini merupakan klasifikasi SNR :
Makin TINGGI makin BAIK
--------------------------------------------------------29,0 dB ~ ke atas = Outstanding (bagus sekali)20,0 dB ~ 28,9 dB = Excellent (bagus) • Koneksi stabil.11,0 dB ~ 19,9 dB = Good (baik) • Sinkronisasi sinyal ADSL dapat berlangsung lancar.07,0 dB ~ 10,9 dB = Fair (cukup) • Rentan terhadap variasi perubahan kondisi pada jaringan.00,0 dB ~ 06,9 dB = Bad (buruk) • Sinkronisasi sinyal gagal atau tidak lancar (ter-putus²).--------------------------------------------------------
Dibawah ini klasifikasi ine Attenuation (Redaman pada Jalur)
Makin RENDAH makin BAIK
----------------------------------------------------------00,0 dB ~ 19,99 dB = Outstanding (bagus sekali)20,0 dB ~ 29,99 dB = Excellent (bagus)30,0 dB ~ 39,99 dB = Very good (baik)40,0 dB ~ 49,99 dB = Good (cukup)50,0 dB ~ 59,99 dB = Poor (buruk) • Kemungkinan akan timbul masalah koneksi (tidak lancar, dsb).60,0 dB ~ ke atas = Bad ( buruk sekali ) • Pasti akan timbul banyak gangguan koneksi (sinyal hilang, tidak bisa connect
ATTENUATION ( ATENUASI )
Atenuasi dilambangkan dengan Q, dimana 1/Q adalah fraksi dari energi gelombang yang hilang
setiap cycle saat gelombang tersebut merambat. Sehingga ‘Q rendah’ berarti lebih teratenuasidan
‘Q tinggi’ berarti sedikit teratenuasi. Umumnya, didalam aplikasi seismik eksplorasi, besaran Q
diprediksi untuk memberikan kompensasi terhadap amplitudo gelombang seismik yang hilang
dalam perambatannya.Didalam mendeterminasi besaran Q, terdapat beberapa macam metoda.
Metoda yang cukup sering digunakan di dalam industri migas adalah metoda rasio spektral,
yakni Q merupakan slope (kemiringan) rasio natural logaritmik (ln) spektral ’gelombang dalam’
dengan ’gelombang dangkal’.Untuk lebih jelasnya perhatikan diagram di bawah ini (klik untuk
memperbesar):
Akhir-akhir ini analisis Q mulai dilirik sebagai metoda yang cukup jitu didalam karakterisasi
reservoar. Hal ini dilakukan karena Q lebih sensitif terhadap kehadiran gas maupun temperatur
daripada sifat kecepatan gelombang seismik. Contoh dibawah adalah Analisis Q untuk kasus
monitoring zona minyak dan gas serta monitoring injeksi karbon dioksida. Apakah anda melihat
bahwa gelombang lebih teratenuasi (Q rendah) di sekitar antiklin sebagai perangkap gas?
Courtesy: Clark R., University of Leeds, School of Earth & Environment
ALIASING
Aliasing merupakan fenomena bergesernya frekuensi tinggi gelombang seismik menjadi lebih
rendah yang diakibatkan pemilihan interval sampling yang terlalu besar (kasar). Gambar di
bawah menunjukkan fenomena aliasing.
Perhatikan jika sampling interval = 2 mili detik atau 4 mili detik spektrum amplitudo gelombang
bersangkutan sekitar 80Hz. Akan tetapi jika sampling interval 16 mili detik maka frekuensi
menjadi bergeser lebih rendah yaitu sekitar 20Hz.
STATIC CORRECTION
Didalam pengolahan data seismik, terdapat dua jenis static correction (koreksi statik) yang
harus dilakukan yakni elevation (field) statics dan near surface (weathering) correction.
Elevation Statics. Elevation statics adalah koreksi karena perbedaan elevasi
sourcedan receiver. Elevation statics dilakukan dengan meletakkan source dan receiver pada
posisi virtual dengan elevasi yang sama (datum) yang biasanya sedikit dibawah
elevasi source danreceiver yang terendah. Untuk proses ini, diperlukan informasi replacement
velocity dari material antara datum dengan masing-masing source dan receiver. Replacement
velocity biasanya diperoleh dari pengetahuan sebelumnya dari daerah yang bersangkutan atau
dari pengukuran uphole time. Persamaan elevation statics, diberikan oleh:
tD = [(ES – ZS - ED) + (ER – ZR - ED)]/Vr
Dimana ES elevasi dari source (di atas permukaan laut), ZSkedalaman dari source ( 0
untuk vibroseis), ER elevasi darireceiver, ZR kedalaman dari receiver, ED elevasi datum, dan
Vradalah replacement velocity.
Gambar di bawah ini mengilustrasikan parameter-parameter yang digunakan dalam elevation
statics.
Selanjutnya dilakukan perhitungan:
TWTes=TWT-tD
TWTes adalah waktu tempuh (TWT) dari trace pasangan sumber penerima setelah koreksi statik,
TWT adalah waktu tempuh tracesebelum koreksi statik. Setelah elevation statics, selanjutnya
dilakukan near surface correction untuk mengkompensasi variasi ketebalan dan perubahan lateral
kecepatan dari lapisan lapuk (weathering zone). Metoda yang biasa dilakukan untuk near surface
correctionadalah: uphole surveys, refractions statics, residual statics dantomo statics. Uphole
survey dilakukan dengan meletakkan rangkaian geophone pada lubang bor yang menembus
kedalaman weathering layerdan sub weathering layer, sumber gelombang diletakkan di permukaan
di dekat lubang bor, lalu waktu tempuh gelombang dari sumber ke masing-masing penerima diplot
untuk menghitung kecepatan. Uphole survey dilakukan pada beberapa lokasi, dimana kecepatan
lapisan akan diinterpolasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Refraction statics dilakukan untuk
mengestimasi long wavelength statics. Wavelength statics mengacu pada lebarnya perubahan
lateral kecepatan dan ketebalan dari lapisan lapuk relatif terhadap offset maksimum.
Refraction statics dilakukan untuk mengestimasi ketebalan dan kecepatan lapisan lapuk
pada lintasan survey. Terdapat beberapa metoda refraction statics diantaranya: Delay-time,
Generalized Reciprocal Method (GRM), dan Least-squares method. Dua metoda pertama
memerlukan proses first break picking dan geometri jejak sinar, sedangkan least square
method memiliki konsep yang sama dengan residual statics, hanya saja least squaremenggunakan
gelombang refraksi daripada refleksi. Gambar di bawah ini menunjukkan hasil pekerjaan first
break picking, profil weathering dan sub weathering zone dari studi seismik refraksi serta profil
untuk elevation statics danweathering statics.
Courtesy Lawton, D.C., Geophysics Vol. 54 NO. 10, 1989.
Dari hasil studi refraksi di atas terlihat bahwa kecepatanweathering zone (Vw) = 520m/s
sedangkan sub weathering zone(Vb)=3103m/s. Demikian juga kita memperoleh informasi
kedalaman weathering zone (Zw) pada setiap titik pengamatan.
Koreksi statik untuk mengkompensasi weathering zone terhadap datum D dapat dirumuskan sbb:
tD=(-2Zw/Vw)+(2(ED-ES+Zw)/Vb)
Dimana ED adalah elevasi dari datum dan ES elevasi dari source.Selanjutnya tD akan dikurangkan
dari TWT trace untuk shot yang bersangkutan. Gambar di bawah ini menunjukkan perbandingan
antara data awal (a), elevation statics (b), dan elevation statics+weathering statics (c). Walaupun
pada contoh ini kita tidak melihat perbedaan yang sangat mencolok, tetapi kalau kita perhatikan
lebih teliti koreksi statics memberikan peningkatan koherensi dari satu trace ke trace yang
lainnya.
Courtesy Lawton, D.C., Geophysics Vol. 54 NO. 10, 1989.
RESIDUAL STATIC
Residual statics atau dikenal juga dengan reflection statics dilakukan untuk
mengkoreksi short wavelength statics, dimana metoda yang paling banyak digunakan
adalah surface consistent method. Dalam flow ini akan dilakukan koreksi statik sisa, yang
disebut residual statics correction. Input dari flow ini pada dasarnya adalah koreksi statik
ketinggian dari source dan receiver yang telah dihasilkan sebelumnya dari subflow apply
elevation statics di dalam flow refraction statics.
Sebelum masuk ke residual statics, flow pengolahan data seismik masuk dulu ke
trace display, agar dapat dilakukan static horizon picking yang nantinya akan digunakan
sebagai time gate pada pengaplikasian koreksi statik sisa tersebut.
Static horizon picking dilakukan dengan membuat picks untuk satu ensemble traces pada
suatu time, dimana pada time tersebut diperkirakan akan terdapat event seismik yang
utama/dominan.
Setelah dilakukan picking autostatic horizon, kemudian hasil dari koreksi
residual static ini diaplikasikan kembali ke data preprocessing untuk di hitung ulang nilai
kecepatannya melalui analisa kecepatan tahap 2. Sehingga, setelah melalui tahapan
proses ini diharapkan data-data yang dihasilkan benar-benar sudah terkoreksi secara
benar dan menghasilkan penampang seismik yang benar-benar merepresentasikan
keadaan bawah permukaan bumi dengan tepat. Adapun tampilan dari hasil residual static
serta analisa kecepatan ke-2 ini dapat ditampilkan / di-display ke dalam display Final
Stack.
NMO (Normal Move Out)
NMO adalah perbedaan antara TWT (Two Way Time) pada offset tertentu dengan TWT pada
zero offset. Koreksi NMO dilakukan untuk menghilangkan efek jarak (ingat penampang seismic
yang anda interpretasi adalah offset nol (zero offset)).
Untuk model perlapisan horizontal, Koreksi NMO dirumuskan sbb:
Didalam melakukan koreksi NMO, pemilihan model kecepatan (Vrms maupun Vstack)
merupakan hal yang sangat penting. Gambar berikut menunjukkan efek pemilihan model
kecepatan: (a) sebelum koreksi NMO (b) model kecepatan yang tepat (c) kecepatan terlalu
rendah (d) kecepatan terlalu tinggi.
Koreksi NMO akan menghasilkan efek 'stretching' yaitu penurunan frekuensi gelombang
seismik. Oleh karena itu langkah 'muting' dilakukan untuk menghilangkan efek ini.
[Gambar diatas courtesy Yilmaz, 1987]
DMO (Dip Move Out)
Pada kasus lapisan miring, titik tengah M tidak lagi merupakan proyeksi vertikal dari titik
hantam D, sehingga pada kasus lapisan miring, CDP gather tidak ekuivalen dengan CMP
gather (lihat kedua topik tersebut pada blog ini).
Secara sederhana DMO dapat diterjemahkan dengan koreksi NMO pada lapisan miring.
Untuk kasus lapisan miring, Levin (1971), menurunkan persamaan waktu tempuh:
[Persamaan (1)]
Sedangkan untuk kecepatan DMO terlihat pada persamaan (2).Dari persamaan (2) terlihat bahwa
kontrol cosinus dari kemiringan menyebabkan kecepatan DMO harus lebih besar dari kecepatan
medium v (baca: kecepatan gelombang seismik pada batuan), karena cosinus memiliki nilai
maksimum 1.
Didalam Aplikasinya, proses DMO tidak serumit yang dibayangkan, prosesnya sama seperti
NMO, lebih-lebih software-software processing sudah semakin interaktif. Gambar dibawah
adalah contoh proses DMO.
STACKING
Stacking adalah proses menjumlahkan tras-tras seismik dalam satu CDP setelah koreksi NMO
(Normal Move Out). Proses stacking memberikan keuntungan untuk mengingkatkan rasio signal
terhadap noise (S/N ratio).
Gambar diatas menunjukkan prinsip koreksi NMO, hiperbola refleksi di-adjust dengan
menggunakan model kecepatan (kecepatan rms atau kecepatan stacking) sehingga berbentuk
lapisan horizontal, selajutnya tras-tras NMO dijumlahkan (stacking).
MIGRATIONMigrasi (seismik) ini merupakan teknik yang jika diimplementasikan pada data seismic survei
refleksi, dapat membantu untuk menjelaskan Struktur batuan yang mendasarinya. Dalam refleksi
survei, gelombang seismik yang dihasilkan pada satu titik di permukaan bumi dan direkam di
geophone (yakni, detektor gelombang seismik) didistribusikan dekatnya (misalnya, secara linear
belakang sebuah kapal). Setiap kali sinyal seismik pertemuan a "reflektor", yaitu, lapisan batuan
yang menyebabkan bagian dari energi seismik yang akan dipantulkan kembali ke permukaan,
pulsa seismik dikembalikan ke geophone. Keterlambatan waktu antara generasi dari sinyal
seismik dan deteksi pada suatu geophone tergantung pada kecepatan gelombang seismic di batu,
kedalaman reflektor, dan horisontal jarak antara sumber gempa dan geophone, tetapi juga pada
geometri reflektor. Misalnya, jika reflektor cenderung atas menuju geophone dari arah dari
sumber, maka bagian dari refleksi yang dicatat sebesar geophone akan telah tercermin dekat
dengan geophone, daripada tengah antara geophone dan sumber jika reflektor sudah horisontal.
migrasi mengoreksi efek ini, dan juga menghilangkan lainnya geometris artefak seperti pola
difraksi terkait dengan pusat hamburan di batu.