Istilah Dan Definisi Hukum Perdata

Embed Size (px)

Citation preview

KELOMPOK II ALI WARDANA HASIBUAN SYAIFUL AMRI USMAN NURUL ZAIDAHA. ISTILAH DAN DEFINISI HUKUM PERDATA1) Istilah Pada prinsipnya hukum menurut isinya dibagi menjadi dua macam, yaitu: hukum publik (publickrecht) dan hukum privat/perdata (privatrecht). Hukum publik (publickrecht) adalah ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur kepentingan umum atau mengatur hal-hal hukum yang menyangkut kepentingan umum. Sedangkan hukum privat/perdata (privatrecht) adalah ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur hal-hal yang bersifat keperdataan/kepentingan pribadi1. Adapun menurut Van Dunne, bahwa hukum perdata merupakan suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan individu, seperti orang dan keluarga, hak milik, dan perikatan. Sedangkan hukum publik memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan. Istilah hukum perdata pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Djojodiguno sebagai terjemahan dari Burgerlijkrecht di masa penjajahan jepang. Hukum perdata disebut juga dengan hukum sipil (civilrecht) dan hukum privat (privatrecht). Adapun menurut Subekti, perkataan hukum perdata mengandung dua istilah, yaitu: Pertama, hukum perdata dalam arti luas meliputi semua hukum privat materiil, yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan. Termasuk dalam pengertian hukum perdata dalam arti luas ini adalah hukum dagang. Kedua, hukum perdata dalam arti sempit dipakai sebagai lawan dari hukum dagang 2.1 Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum,(Jakarta: Kencana Media Grup, 2008),Hal: 9 2 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 2001), Hal: 912) Defenisi Sumber hukum perdata adalah asal mula hukum perdata, atau tempat di mana hukum perdata ditemukan. Asal mula menunjukkan kepada sejarah asal dan pembentukannya sedangkan tempat menunjukkan kepada rumusan dimuat dan dapat dibaca3. Hukum perdata pada hakikatnya merupakan hukum yang mengatur kepentingan antara warga perseorangan yang satu dengan warga perseorangan yang lainnya. Kenyataannya para ahli hukum mendefinisikan hukum perdata sesuai dengan sudut pandang mana mereka lihat. Van Dunne mengartikan hukum perdata sebagai suatu aturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik, dan perikatan. Definisi ini mengkaji hukum perdata dari aspek pengaturannya, yaitu kebebasan individu seperti orang dan keluarganya, hak milik, dan perikatan. Hal ini untuk membedakan dengan hukum publik yang pengaturannya memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan pribadi4. Adapun menurut H. F. A. Vollmar: Hukum perdata adalah aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh karenanya memberikan perlindungan pada kepentingankepentingan perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas Senada dengan H. F. A. Vollmar, Mertokusumo mengatakan: Hukum perdata adalah hukum antar perorangan mengaku hak dan kewajiban orang perseorangan yang satu terhadap yang lain dari dalam hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan masyarakat yang pelaksanaannya diserahkan masing-masing pihak. Definisi yang dikemukakan oleh Vollmar dan Mertokusumo, merujuk pada hukum perdata dari aspek perlindungan hukum dan ruang lingkupnya. Perlindungan hukum berkaitan dengan perorangan yang satu dengan perorangan yang lain, sedangkan ruang lingkupnya mengatur hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan masyarakat.3 L.J. Van Apeldoorn,, Pengantar Ilmu Hukum,(Jakarta : Pradnya Paramita, 1980), hal. 3. 4 Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, (Jakarta: Sinar Grafika: 2008) hal: 52Hukum perdata dalam arti luas, yaitu bahan hukum sebagaimana yang tertera dalam KUHPerdata, KUH Dagang, beserta UU tambahan (seperti UU Nama Perniagaan dan UU koperasi dsb) Sedangkan arti sempit yaitu bahan hukum yang tertera hanya dalam KUH Perdata saja5 Berdasarkan definisi tersebut di atas terkandung unsur-unsur dalam hukum perdata, yaitu: 1) Adanya kaidah hukum, yaitu: (1) tertulis yang terdapat dalam perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi, dan (2) tidak tertulis yang timbul, tumbuh, dan berkembang dalam praktik kehidupan masyarakat (kebiasan). 2) Mengatur hubungan hukum antara subjek hukum (manusia atau badan hukum) yang satu dengan subjek hukum lainnya, dan 3) Bidang hukum yang diatur dalam hukum perdata, meliputi hukum orang, hukum keluarga, hukum benda, dan sebagainya. 3) Kaidah dan Luas Kajian Hukum Perdata Kaidah hukum perdata dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain bentuk, subjek hukum, dan subtansinya. Berdasarkan bentuknya hukum perdata dapat dibedakan menjadi dua macam, yang tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum perdata tertulis, terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, seperti KUH Perdata, undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria dan sebagainya, traktat dan yurisprudensi. Adapun kaidah hukum perdata tidak tertulis adalah kaidahkaidah hukum perdata yang timbul, tumbuh dan berkembang dalam praktik kehidupan bermasyarakat (kebiasaan/adat) seperti hukum adat dan hukum Islam.Subjek hukum perdata dibedakan menjadi dua macam, yaitu manusia dan badan hukum. Manusia dalam istilah biologis dipersamakan dengan orang atau individu dalam istilah yuridis. Hal ini Karena manusia mempunyai hak-hak subjektif dan kewenangan hukum. Sedangkan badan hukum adalah kumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan5 Anggota IKAPI, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: CV armico, 1980), Hal: 73tertentu, harta, kekayaan, serta hak dan kewajiban. Substansi yang diatur dalam hukum perdata, yaitu (1) dalam hubungan keluarga, dan (2) dalam pergaulan masyarakat. Dalam hubungan keluarga akan timbul hukum tentang orang (badan pribadi) dan hukum keluarga, sedangkan dalam pergaulan masyarakat akan menimbulkan hukum harta kekayaan, hukum perikatan, dan hukum waris.B. SUMBER HUKUM PERDATA INDONESIASumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yang tegas dan nyata. Di samping itu, pengertian sumber hukum dalam ilmu pengetahuan hukum digunakan dalam beberapa pengertian oleh para ahli dan penulis, antara lain: 1) Sumber hukum dalam pengertian sebagai asalnya hukum ialah berupa keputusan penguasa yang berwenang untuk memberikan keputusan tersebut. Artinya, keputusan itu haruslah berasal dari penguasa yang berwenang untuk itu, 2) Sumber hukum dalam pengertian sebagai tempat ditemukan peraturan-peraturan hukum yang berlaku. Bentuknya berupa undang-undang, kebiasaan, traktat, yurisprudensi atau doktrin dan terdapat dalam UUD 1945, ketetapan MPR, undangundang, peraturan pemerintah, Keppres, dan lainnya, dan 3) Sumber hukum dalam pengertian sebagai hal-hal yang dapat atau seyogiannya mempengaruhi kepada penguasa di dalam menentukan hukumnya. Misalnya, keyakinan hukumnya, rasa keadilan, ataupun perasaan akan hukum. Dalam ilmu hukum, sumber hukum juga dapat dibedakan menjadi: Pertama, sumber pengenalan hukum (kenbron van bet recht), sumber hukum yang mengaharuskan untuk menyelidiki asal dan tempat ditemukannya hukum, kedua, sumber asal nilai-nilai yang menyebabkan timbulnya atau lahirnya aturan hukum (welbron van bet recht), yaitu sumber hukum yang mengharuskan untuk membahas asal sumber nilai yang menyebabkan atau menjadi dasar aturan hukum. Menurut Joniarto, istilah sumber hukum dapat dipandang dalam tiga pengertian: 1) Sumber dalam arti sebagai asal hukum, yaitu yang beraitan tentang kewenangan4penguasa, antara lain: (a) Adanya suatu peraturan hukum dikeluarkan oleh penguasa yang berwenang untuk mengeluarkan keputusan tersebut, (b) Adanya kewenangan itu merupakan syarat mutlak untuk sahnya keputusan tersebut, dan (c) Kewenangan yang dimiliki oleh penguasa harus ada dasar hukumnya. 2) Sumber dalam arti tempat diketemukannya hukum, yaitu sumber yang membahas mengenai macam-macam, jenis, dan bentuk peraturan terutama yang tertulis yang dapat berupa undang-undang atau peraturan lainnya. 3) Sumber dalam arti sebagai hal-hal yang dapat mempengaruhi penentuan hukum, artinya dalam menciptakan hukum positif yang baik dan adil sesuai dengan keadaan dan kebutuhan, harus memperhatikan berbagai macam hal, antara lain, keyakinan, rasa keadilan, serta perasaan hukum yang hidup dalam masyarakat. Hal ini sangat diperlukan agar hukum yang diciptakan oleh penguasa dapat diterima oleh masyarakat. Pada dasarnya sumber hukum perdata, meliputi sumber hukum materiil dan sumber hukum formal. Sumber hukum materiil adalah sumber hukum yang menentukan isi hukum, yaitu tempat di mana materi hukum diambil. Sumber ini diperlukan ketika akan menyelidiki asal usul hukum dan menentukan isi hukum. Sumber hukum materiil merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan sosial, kekuatan politik, situasi ekonomi, tradisi (pandangan keagamaan dan kesusilaan), keadaan geografis, penelitian ilmiah, perundangan internasional. Sedangkan sumber hukum formal, yaitu tempat memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum formal itu berlaku, misalnya UU, perjanjian antarnegara, yurisprudensi, kebiasaan. Menurut E. Utrecht, bahwa selama belum mempunyai bentuk, suatu hukum baru merupakan perasaan hukum atau baru merupakan cita-cita hukum, oleh karenanya belum mempunyai kekuatan mengikat. Vollmar membagi sumber hukum perdata menjadi 2 (dua), yaitu: (1) Sumber hukum perdata tertulis, yaitu KUH Perdata (BW), traktat dan yurisprudensi, dan (2) Sumber5hukum perdata tidak tertulis, yaitu kebiasaan. Sumber hukum tertulis merupakan tempat memperoleh perbuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum tertulis itu berlaku yaitu yang diakui umum sebagai hukum tertulis. 6 Secara khusus yang menjadi sumber hukum perdata Indonesia tertulis, antara lain: Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB), KUH Perdata atau Bergerlijk Wetboek (BW), KUHD atau Wetboek van Koopandhel (WvK), Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Perkawinan, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang berkaitan dengan Tanah, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Komplikasi Hukum Islam (KHI). 1) Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB) Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB) merupakan ketentuan-ketentuan umum pemerintah Hindia Belanda yang diberlakukan di Indonesia dengan Stbl. 1847 No. 23, tanggal 30 April 1847 yang terdiri dari 36 pasal. 2) KUH Perdata atau Bergerlijk Wetboek (BW) Bergerlijk Wetboek (BW) merupakan ketentuan hukum produk Hindia Belanda yang diundangkan tahun 1848 diberlakukan di Indonesia berdasarkan asas konkordansi. 3) KUHD atau Wetboek van Koopandhel (WvK) KUHD diatur dalam Stbl. 1847 No. 23. KUHD ini meliputi dua buku, Buku I tentang Dagang secara umum dan Buku II tentang Hak-hak dan kewajiban yang timbul dalam pelayaran. Terdiri dari 754 pasal. 4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agriari UU ini telah mencabut berlakunya Buku II KUH Perdata, sepanjang mengenai hak atas tanah, kecuali mengenai hipotek. Secara umum dalam UU ini diatur mengenai hukum pertanahan yang berlandaskan pada hukum adapt, yaitu hukum6 CST Kansil, Modul Hukum Perdata, (Jakarta : Tintamas, 1959), hal 17.6yang menjadi karakter bangsa Indonesia sendiri. 5) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Perkawinan Ketentuan ini telah dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai peraturan pelaksanaannya, seperti PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, PP Nomor 10 Tahun 1983 tentang izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil jo. PP Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan dan Penambahan atas PP Nomor 10 Tahun 1983 tentang izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil. Dengan berlakunya ketentuan ini, maka ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Buku I KUH Perdata, khususnya tentang perkawinan menjadi tidak berlaku secara penuh. 6) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang berkaitan dengan Tanah UU ini mencabut berlakunya hipotek sebagaimana yang diatur dalam Buku II KUH Perdata, sepanjang mengenai tanah dan ketentuan mengenai Credieverband dalam Stbl. 1908-542 sebagaimana telah diubah dalam Stbl. 1937-190. Tujuan pencabutan ketentuan yang tercantum dalam buku II KUH Perdata dan Stbl. 1937190 adalah karena tidak sesuai lagi dengan kebutuhan kegiatan perkreditan, sehubungan dengan perkembangan tata perekonomian Indonesia. 7) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia Ada tiga pertimbangan lahirnya UU Nomor 42 Tahun 1999. Pertama, adanya kebutuhan yang sangat besar dan terus meningkat bagi dunia usaha atas tersedianya dana, perlu diimbangi dengan adanya ketentuan hukum yang jelas dan lengkap yang mengatur mengenai lembaga jaminan. Kedua, jaminan fidusia sebagai salah satu bentuk lembaga jaminan sampai saat ini masih didasarkan pada yurisprudensi dan belum diatur dalam peraturan perundang-undangan secara lengkap dan komprehensif. Ketiga, untuk memenuhi kebutuhan hukum yang dapat lebih memacu pembangunan nasional, dan untuk menjamin kepastian hukum, serta mampu memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan, maka perlu dibentuk ketentuan7yang lengkap mengenai jaminan fidusia, dan jaminan tersebut perlu didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia. UU ini terdiri dari 7 bab dan 41 pasal. Hal-hal yang diatur dalam UU ini meliputi pembebanan, pendaftaran, pengalihan, dan hapusnya jaminan fidusia, hak mendahului, dan eksekusi jaminan fidusia. 8) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Jaminan Simpanan (LPS) UU LPS di dalamnya mengatur hubungan hukum public dan mengatur hubungan hukum perdata, konsisten dengan hal itu, maka konsep perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpanan dana dalam UU LPS adalah perlindungan hukumnya sesuai dengan ketentuan yang mengatur hubungan hukum publik, di mana nasabah penyimpan dana memperoleh hak/perlindungan sesuai yang diberikan oleh Negara/badan hukum publik/LPS (keadilan distributif) dan sesuai dengan ketentuan yang mengatur hubungan hukum perdata, di mana nasabah penyimpan dana memperoleh hak/perlindungan sama banyaknya (keadilan commutatif) 9) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Komplikasi Hukum Islam (KHI) KHI mengatur tiga hal, yaitu hukum perkawinan, hukum kewarisan, dan hukum perwakafan. Ketentuan ini hanya berlaku bagi orang-orang yang beragama Islam. Traktat adalah suatu perjanjian yang dibuat antara dua Negara atau lebih dalam bidang keperdataan. Terutama erat kaitannya dalam hubungan internasional. Istilah yurisprudensi berasal dari kata Jurisprudentia (Bahasa Latin), yang berarti pengetahuan hukum (Rechts geleerheid). Kata yurisprudensi sebagai istilah teknis Indonesia, sama artinya dengan kata Jurisprudentia (Bahasa Belanda) dan Jurisprudence dalam bahasa Perancis yaitu, Peradilan tetap atau hukum peradilan. Yurisprudensi adalah merupakan putusan pengadilan. Ini merupakan produk yudikatif, yang berisi kaidah atau peraturan hukum yang mengikat pihak-pihak yang berperkara terutama dalam perkara perdata. Contohnya: putusan H.R. 1919 tentang pengertian8melawan hukum. Adapun sumber hukum tidak tertulis adalah tempat dari mana materi hukum itu diambil. Sumber hukum tidak tertulis ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum. Misalnya hubungan sosial, kekuatan politik, situasi sosial ekonomi, tradisi, (pandangan keagamaa dan kesusilaan), hasil penelitian ilmiah, perkembangan internasional, dan keadaan geografis. Hukum tertulis yang paling jelas adalah Hukum adat. Hukum adat adalah sebuah hukum tidak tertulis dimana hukum tersebut hukum yang tidak dibentuk oleh sebuah badan legislatif yaitu hukum yang hidup sebagai konvensi di badan badan hukum negara (DPR, DPRD, dsb), hukum yang timbul karena hukum kebiasaan yang hidup dalam masyarakat.DAFTAR PUSTAKA Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum, Kencana Media Grup,9Jakarta: 2008 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta: 2001 L.J. Van Apeldoorn,, Pengantar Ilmu Hukum, Pradya Paramita, Jakarta : 1980 Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, Sinar Grafika Jakarta: 2008 Anggota IKAPI, Hukum Perdata Indonesia, CV armico, Bandung: 1980 CST Kansil, Modul Hukum Perdata, Tintamas, Jakarta :1959 Z. Ansori ahmad, Sejarah dan Kedudukan BW di Indonesia, CV Rajawali Persada, Jakarta: 1986 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta : 198610