View
215
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Keperawatan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat
kompleks, yaitu saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar
kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan,
tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat
dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat
sakit” atau kesehatan tersebut. Tujuan utama pembangunan nasional
adalah peningkatan kualitas SDM yang dilakukan secara
berkelanjutan.
Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui
pembangunan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan
Indonesia sehat 2025. Gambaran masyarakat Indonesia di masa
depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah
masyarakat bangsa. Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup
dalam longkungan dan dengan prilaku hidup sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang tinggi.
Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan serta kurangnya kemauan, sehingga dengan bantuan
yang diberikan tersebut diperoleh kemampuan m elaksanakan
kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan
keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan
kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun
klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan
dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
dilingkungannya setiap saat
Keperawatan komunitas sebagai cabang ilmu keperawatan
juga tidak terlepas dari adanya berbagai perubahan tersebut, seperti
teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan teknik intervensi
keperawatan. Adanya ber bagai perubahan yang terjadi akan
menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan
pelayanan asuhan keperawatan. Berdasarkan fenomena diatas,
penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan
Komunitas serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui Trend dan Isu
Keperawatan Komunitas terkini.
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
1. Mengetahui Trend Keperawatan Komunitas
2. Mengetahui Isu Keperawatan Komunitas
BAB II
PEMBAHASAN
1. Trend Keperawatan Komunitas
1. Pengertian
Konsep dasar tentang tren (trend) adalah hal yang sangat
mendasar dalam berbagai pendekatan analisa berbasis teknikal.
Semua aspek yang ada bertujuan sama yaitu untuk membantu
mengukur tren suatu hal atau topik, dalam rangka berpartisipasi
dalam tren tersebut. Anda mungkin sering mendengar istilah populer
seperti “always trade in the direction of the trend”, “never buck the
trend”, atau “the trend is your friend”. Tulisan singkat ini mencoba
mengupas dan mendefinisikan apa yang dimaksud dengan tren dan
mengklasifikasikannya dalam beberapa kategori.
Secara umum, tren adalah ke arah mana sesuatu bergerak.
Tapi kita membutuhkan definisi yang lebih akurat untuk dapat
memanfaatkannya dalam analisa teknikal. Pertama yang harus
diingat adalah bahwa gerakan kepopuleran atau sesuatu yang aktual
tidak berbentuk garis lurus ke satu arah. Melainkan bergerak dalam
bentuk serangkaian zigzag. Gerakan Zigzag ini membentuk
rangkaian gelombang yang berurutan, dengan puncak (peak/top) dan
“tembusan” (through) yang cukup jelas. Arah peak dan through ini
yang menentukan tren. Peak dan through ini bergerak naik, turun,
atau menyamping (sideways). Arah gerakan inilah yang
memberitahukan kita tentang sebuah tren. Sebuah tren menaik
(uptrend) didefinisikan sebagai serangkaian urutan peak dan through
yang menaik. Tren menurun (downtrend) adalah kebalikannya, yaitu
serangkaian peak dan through yang semakin menurun. Adapun
serangkaian peak dan through yang cenderung menyamping disebut
sebagai sideways/ranging. Namun tren yang dimaksud disini adalah
tren yang bergerak naik yang ditandai dengan peak dan trough.
Jadi, Tren keperawatan komunitas adalah sesuatu yang
sedang booming, actual, dan sedang hangat diperbincangkan dalam
ruang lingkup keperawatan komunitas.
2.Kasus
Dalam rangka memantapkan sistem Siaga, Dinas Kesehatan
Kota Cimahi menyelenggarakan Pelatihan Pengorganisasian Desa
Siaga pada tanggal 23 – 25 April 2008 di Aula Puskesmas Cimahi
Tengah.
Hadir membuka acara dr. Hj. Endang Kesuma Wardani, Kepala
Dinas Kesehatan Kota Cimahi. Dalam sambutannya dr. Endang
mengatakan bahwa sistem Siaga merupakan pengembangan dari
Gerakan Sayang Ibu (GSI). Dengan mengedepankan partisipasi
masyarakat, bukan hanya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) saja yang terus ditekan dalam sistem Siaga,
tetapi bagaimana Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat pun dapat
meningkat. Melalui pelatihan yang difasilitasi oleh Health Services
Program (SHP) ini, diharapkan Kota Cimahi dapat memenuhi target
pembentukan sistem Siaga di seluruh tingkatan Rukun Warga.
Pada tahun 2006 dan 2007, terdapat masing-masing 10 kasus
kematian ibu bersalin di Kota Cimahi. Sejak awal tahun 2008 hingga
hari pelaksanaan pelatihan ini, tercatat 1 kasus kematian ibu bersalin
di Kecamatan Cimahi Selatan. Hal ini terungkap
saat paparan Kebijakan Desa Siaga Provinsi Jawa Barat oleh drg.
Pratiwi, M.Kes., Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat,
Dinas Kesehatan Kota Cimahi.
Diundang sebagai peserta pelatihan adalah perwakilan PKK
Kota Cimahi, BPMKB Kota Cimahi, Kesra Kota Cimahi, 3 Kecamatan
di Kota Cimahi, 15 Ketua LPM tingkat kelurahan di Kota Cimahi,
tenaga kesehatan Puskesmas di Kota Cimahi, dan Ketua Yayasan
Eureka Indonesia (YEI) sebagai LSM kesehatan yang berkedudukan
di Kota Cimahi.
Setelah paparan Kebijakan Desa Siaga Provinsi Jawa Barat,
Materi pelatihan Desa Siaga disampaikan secara lengkap meliputi:
Konsep, Komponen, dan Pesan Desa Siaga; Pemberdayaan
Masyarakat dalam Sistem Desa Siaga; Pengorganisasian Masyarakat;
Survey Mawas Diri (SMD); Musyawarah Masyarakat Desa (MMD);
Format Alat Bantu dan Mekanisme Desa Siaga; Peran dan Fungsi
Fasilitator Desa Siaga; Pendampingan dan Pelaporan Desa Siaga.
Di akhir pelatihan, disepakati pula Rencana Tindak Lanjut
pengorganisasian RW Siaga. Peserta pelatihan berbagi tugas sebagai
fasilitator untuk menggarap pengorganisasian 1 (satu) RW menjadi
RW Siaga di masing-masing kelurahan tempat domisili atau wilayah
kerjanya.
Selain mendapatkan tugas bersama-sama dengan fasilitator
LPM Kelurahan Leuwigajah untuk menggarap RW 17, rencananya
YEI pun akan turut membantu HSP dalam pendampingan
perorganisasian RW Siaga di 14 kelurahan lainnya. Dengan
pendampingan, diharapkan 15 RW yang dimaksud akan sukses
digarap untuk kemudian direplikasi di semua RW lainnya yang belum
mengorganisasikan sistem Siaga.
3. Deskripsi Kasus
Sebuah program desa siaga yang dikhususkan bagi para ibu
melahirkan ini merupakan sebuah hasil dari sebuah pemikiran yang
sangat kontributif dalam menangani masalah – masalah yang terjadi
pada ibu melahirkan. Desa siaga ini sangat fungsional dalam
mengadakan sedikit pemulihan terhadap kondisi fisik para ibu
melahirkan dimana yang pada usianya sekarang, ibu melahirkan
sudah mengalami beberapa penurunan kualitas terhadap fungsi dari
beberapa bagian anggota tubuhnya. Pemulihan anggota gerak dan
peningkatan kebugaran adalah tonggak yang mendasari adanya desa
siaga ini.
4.Teori
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa dikatakan
menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-
kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) (Depkes, 2007).
Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka
mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat desa. UKBM yang sudah dikenal luas oleh masyarakat
yaitu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Warung Obat Desa, Pondok
Persalinan Desa (Polindes), Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban
Keluarga dan lain-lain (Depkes, 2007).
Untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat desa, Poskesdes memiliki kegiatan:
1. Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap penyakit terutama
penyakit menular yang berpotensi menimbulkan
2. Kejadian Luar Biasa (KLB) dan faktor resikonya termasuk status gizi
serta kesehatan ibu hamil yang beresiko.
3. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan KLB serta faktor resikonya termasuk
kurang gizi.
4. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdarutan
kesehatan.
5. Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya.
6. Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi,
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), penyehatan
lingkungan dan lain-lain.
Dengan demikian Poskesdes diharapkan sebagai pusat
pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM yang ada di
masyarakat desa. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, Poskesdes
harus didukung oleh sumber daya seperti tenaga kesehatan (minimal
seorang bidan) dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 orang
kader. Selain itu juga harus disediakan sarana fisik berupa bangunan,
perlengkapan dan peralatan kesehatan serta sarana komunikasi
seperti telepon, ponsel atau kurir.
Untuk sarana fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai
cara/alternatif yaitu mengembangkan Polindes yang telah ada
menjadi Poskesdes, memanfaatkan bangunan yang sudah ada
misalnya Balai Warga/RW, Balai Desa dan lain-lain serta membangun
baru yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah),
donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.
5. Kriteria Desa Siaga
Kriteria desa siaga meliputi :
1. Adanya forum masyarakat desa
2. Adanya pelayanan kesehatan dasar
3. Adanya UKBM Mandiri yang dibutuhkan masyarakat desa
setempat
4. Dibina Puskesmas Poned
5. Memiliki system surveilans (faktor resiko dan penyakit) berbasis
masyarakat.
6. Memiliki system kewaspadaan dan kegawatdaruratan bencana
berbasis masyarakat.
7. Memiliki system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
8. Memiliki lingkungan yang sehat.
9. Masyarakatnya ber perilaku hidup bersih dan sehat.
Tahapan desa siaga :
1. Bina yaitu desa yang baru memiliki forum masyarakat desa,
pelayanan kesehatan dasar, serta ada UKBM Mandiri.
2. Tumbuh yaitu desa yang sudah lebih lengkap dengan criteria
pada tahapan bina ditambah dengan dibina oeh puskesmas Poned,
serta telah memiliki system surveilans yang berbasis masyarakat.
3. Kembang yaitu desa dengan criteria tumbuh dan memiliki
system kewaspadaan dan kegawatdaruratan bencana serta system
pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat yang telah berjalan.
4. Paripurna yaitu desa yang telah memiliki seluruh criteria desa
siaga.
5. Opini
Ditinjau dari kondisi fisik pada ibu melahirkan yang mengalami
banyak sekali penurunan kualitas, program semacam desa siaga yang
kini tengah menjadi tren dalam ruang lingkup kesehatan, merupakan
sebuah hal inovatif dan mampu bersifat progresif terhadap kondisi
fisik para ibu melahirkan untuk menuju titik dimana keadaan
kesehatan akan membaik dan dapat sedikit dikendalikan. Setidaknya
banyak sekali hal yang bisa dikembangkan dari program ini seperti
kolaborasi antara kegiatan fisik dan pemenuhan nutrisi yang
diaplikasikan dalam pengaturan pola dan porsi makan.
2.Isu Keperawatan Komunitas
1. Pengertian
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat
diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, yang
menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan
nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang
krisis.
Secara sederhana isu dapat diartikan sebagai sebuah
persoalan, atau isu dapat juga dikatakan sebagai sebuah masalah,
sesuatu yang sedang menjadi perhatian, yang terlintas khabar, desas
desus atau banyak lagi peristilahan lain. Isu berarti sebuah pokok
persoalan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 1997, isu
adalah “masalah yang dikedepankan”. Sedangkan Kamus Besar
Bahasa Indonesia tahun 1993, isu adalah :
1. Masalah yang dikedepankan untuk ditangani;
2. Kabar angin yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin
kebenarannya;
3. Kabar, desas-desus.
Dalam praktiknya, aktual memiliki beberapa makna antara lain:
benar terjadi atau akan terjadi, sedang menjadi perhatian orang
banyak dan merupakan berita hangat. Jadi, isu keperawatan
komunitas adalah suatu masalah yang dikedepankan untuk
ditangani atau desas - desus dalam ruang lingkup
keperawatan komunitas.
2 Kasus
Senin, 15 Desember 2008 | 22:45 WIB
ENDE, SENIN - Sekitar 220 warga Desa Wolotopo, di
Kecamatan Ndona, Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur
ditemukan menderita penyakit kulit scabies atau kudis. Banyaknya
kasus scabies itu ditemukan setelah digelar pengobatan
ratis kerja sama antara Puskesmas Rukun Lima, Ende dengan Bank
Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Ende, Sabtu (13/12), pekan lalu, di
aula Gereja Katolik St Fransiskus Xaverius, Desa Wolotopo.
Dalam pengobatan gratis itu tercatat warga yang
memeriksakan kesehatannya sebanyak 333 orang. Umumnya wilayah
Ende banyak ditemukan kasus malaria, diare, atau demam berdarah.
"Tapi di Desa Wolotopo ternyata banyak warga yang menderita
scabies," kata Kepala Puskesmas Rukun Lima, Ende Heny Ratnawati,
Senin (15/12), di Ende.
Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas
Kesehatan Kabupaten Ende Ellya Dewi ketika dikonfirmasi
menjelaskan, kawasan Wolotopo memang banyak ditemukan kasus
scabies. Relevansi munculnya kasus penyakit kulit dan diare biasanya
terkait dengan ketersediaan air. Wilayah Wolotopo merupakan
daerah yang sulit bagi warga setempat untuk mengakses air bersih,
kata Dewi.
3 Deskripsi Kasus
Banyaknya kasus scabies itu ditemukan setelah digelar
pengobatan gratis kerja sama antara Puskesmas Rukun Lima, Ende
dengan
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Ende, Sabtu (13/12), pekan lalu,
di aula Gereja Katolik St Fransiskus Xaverius, Desa Wolotopo.
Dalam pengobatan gratis itu tercatat warga yang
memeriksakan kesehatannya sebanyak 333 orang. Umumnya wilayah
Ende banyak ditemukan kasus malaria, diare, atau demam berdarah.
4 Teori
Kudis atau Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh tungau(mite) Sarcoptes scabiei yang dicirikan dengan
adanya keropeng, kebotakan, dan kegatalan pada kulit
Sarcoptes scabiei adalah tungau dengan ciri-ciri berbentuk
hampir bulatdengan 8 kaki pendek, pipih, berukuran (300–600 μ) x
(250-400 μ) pada betina, dan (200- 240 μ) x (150-200 μ) pada jantan,
biasanya hidup di lapisan epidermis. Permukaan dorsal dari tungau
ini ditutupi oleh lipatan dan lekukan terutama bentuk garis melintang
sehingga menghasilkan sejumlah skala segitiga kecil. Selain itu, pada
betina terdapat bulu cambuk pada pasangan kaki ke-3 dan ke-4
sedangkan pada jantan, bulu cambuk hanya terdapat pada pasangan
kaki ke-3
5 Opini
Sabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau.
Tungau tersebut akan bereaksi pada mala hari, sehingga yang
terkena penyakit scabies mengalami susah tidur dan akan selalu
terasa gatal. Di siang hari tungau akan istirahat. Penularan tungau
biasanya melalui baju, handuk, dll.
BAB III PEMBAHASAN
A.Pengertian
Pembangunan Kesehatan Adalah suatu sistem pelayanan kesehatan
yangpentingdalam meningkatkan derajat kesehatan. Kebijakan sistem
pelayanan kesehatantergantung dari berbagai komponen yang masuk
dalam pelayanan kesehatan diantara perawat dokter atau tim
kesehatan lain yang satu dengan yang lain saling menunjang.
B.Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan meningkatkan kesadaran, kemauan,
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.
C.Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Adalah perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta aktif masyarakat, mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secaramenyuluh dan
terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakatuntuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia
secara optimal, sehingga mandiridalam upaya kesehatannya
masyarakat, terpadu, individu, keluarga.
D.Tingkat Pelayanan Kesehatan
1.Health promotion ( promosi kesehatan )Tingkat pelayanan
kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam
memberikan pelayanan melalui peningkatan kesehatan. Pelaksanaan
ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan agar masyarakat
atau sasarannya tidak terjadigangguan kesehatan. Tingkat pelayanan
ini dapat meliputi, kebersihan perseorangan, perbaikan sanitasi
lingkungan, pemeriksaan kesehatan berkala, penigkatan status
gizi,kebiasaan hidup sehat, layanan prenatal, layanan lansia, dan
semua kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan status
kesehatan.
2.Specific protection ( perlindungan khusus )Perlindungan khusus
ini dilakukan dalam melindungi masyarakat dari bahaya yangakan
menyebabkan penurunan status kesehatan, atau bentuk perlindungan
terhadap penyakit-penyakit tertentu, ancaman kesehatan, yang
termasuk dalam tingkat pelayanan kesehatan ini adalah pemberian
imunisasi yang digunakan untuk perlindungan pada penyakit
tertentu seperti imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, campak dan lain-lain.
Pelayanan perlindungan keselamatan kerja dimana pelayanan
kesehatanyang diberikan pada seseorang yang bekerja di tempat
risiko kecelakaan tinggiseperti kerja di bagian produksi bahan kimia,
bentuk perlindungan khusus berupa pelayanan pemakaian alat
pelindung diri dan lain sebagainya.
3.Early diagnosis and prompt treatment ( diagnosis dini dan
pengobatansegera )Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk ke
dalam tingkat dimulainya atautimbulnya gejala dari suatu penyakit.
Tingkat pelayanan ini dilaksanakan dalammencegah meluasnya
penyakit yang lebih lanjut serta dampak dari timbulnya penyakit
sehingga tidak terjadi penyebaran. Bentuk tingkat pelayanan
kesehatan inidapat berupa kegiatan dalam rangka survei pencarian
kasus baik secara individumaupun masyarakat, survei penyaringan
kasus serta pencegahan terhadap meluasnyakasus.
4.Disability limitation ( pembatasan cacat )Pembatasan kecacatan
ini dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakattidak
mengalami dampak kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan.
Tingkat inidilaksanakan pada kasus atau penyakit yang memiliki
potensi kecacatan. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dapat
berupa perawatan untuk menghentikan penyakit, mencegah
komplikasi lebih lanjut, pemberian segala fasilitas untuk mengatasi
kecacatan dan mencegah kematian.
5.Rehabilitation ( rehabilitasi )Tingkat pelayanan ini dilaksanakan
setelah pasien didiagnosis sembuh. Sering padatahap ini dijumpai
pada fase pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana
programlatihan-latihan yang diberikan pada pasien, kemudian
memberikan fasilitas agar pasien memiliki keyakinan kembali atau
gairah hidup kembali ke masyarakat danmasyarakat mau menerima
dengan senang hati karena kesadaran yang dimilikinya.
E.Lembaga Pelayanan Kesehatan
1. Rawat Jalan Lembaga pelayanan kesehatan ini bertujuan
memberikan pelayanan kesehatan padatingkat pelaksanaan diagnosis
dan pengobatan pada penyakit yang akut ataumendadak dan kronis
yang dimungkinkan tidak terjadi rawat inap. Lembaga ini
dapatdilaksanakan pada klinik-klinik kesehatan, seperti klinik dokter
spesialis, klinik perawatan spesialis dan lain-lain.
2. Institusi Institusi merupakan lembaga pelayanan kesehatan
yang fasilitasnya cukup dalammemberikan berbagai tingkat
pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, pusatrehabilitasi dan lain-
lain.
3. Hospice Lembaga ini bertujuan memberikan pelayanan
kesehatan yang difokuskan pada klienyang sakit terminal agar lebih
tenang dan dapat melewati masa-masa terminalnyadengan tenang.
Lembaga ini biasanya digunakan dalam home care.
4. Community Based AgencyMerupakan bagian dari lembaga
pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien pada keluarganya
sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti
praktek perawat keluarga dan lain-lain.
F.Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
1. Primary health care ( pelayanan kesehatan tingkat
pertama )Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada
masyarakat yangmemiliki masalah kesehatan yang ringan atau
masyarakat sehat tetapi inginmendapatkan peningkatan kesehatan
agar menjadi optimal dan sejahtera sehinggasifat pelayanan
kesehatan adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan
inidapat dilaksanakan oleh puskesmas atau balai kesehatan
masyarakat dan lain – lain.
2. Secondary health care ( pelayanan kesehatan tingkat
kedua )Bentuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat
atau klien yangmembutuhkan perawatan di rumah sakit atau rawat
inap dan tidak dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama.
Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan di rumah sakityang tersedia
tenaga spesialis atau sejenisnya.
3. Tertiary health services ( pelayanan kesehatan tingkat ketiga )