6
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, pendidikan merupakan bagian yang penting karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam beradaptasi dengan lingkungan. Dengan pendidikan manusia bukan hanya sekedar mengolah realitas, tetapi juga mampu melampaui realitas dan memandangnya sebagai suatu kemungkinan-kemungkinan. Sebagaimana dikemukakan oleh Schumacher (Guritnaningsih, 1993), pendidikan merupakan daya terpenting dibanding bumi, energi dan potensi alam. Manusia dapat memperoleh pendidikan di berbagai wahana pendidikan seperti keluarga, pendidikan formal (sekolah) dan pendidikan informal (pendidikan luar sekolah). Pendidikan formal memiliki keunggulan untuk mengembangkan individu dibanding wahana lainnya karena di sekolah mampu diciptakan suasana yang merangsang aspek kognitif, afektif dan motorik individu. Melalui pendidikan di sekolah, individu tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga mengembangkan kepribadian (Curtis dan Boultwood dalam Guritnaningsih, 1993). Untuk itu, idealnya setiap individu pada usia sekolah mengikuti pendidikan di sekolah, sehingga mereka menjadi lebih matang secara kognitif, afektif maupun motorik. Namun kenyataannya tidak semua individu pada usia sekolah mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam pendidikan. Partisipasi dalam bidang pendidikan menjadi masalah dan topik bahasan yang cukup menarik baik di negara berkembang maupun negara maju sekalipun. Banyak faktor yang menyebabkan anak usia sekolah tidak berpartisipasi dalam pendidikan, diantaranya adalah tidak mempunyai kesempatan memperoleh pendidikan.

ITS-Master--bab1

  • Upload
    ata

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penelitian tindakan kelas

Citation preview

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dalam kehidupan manusia, pendidikan merupakan bagian yang penting karena

    dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki

    untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam beradaptasi dengan lingkungan. Dengan

    pendidikan manusia bukan hanya sekedar mengolah realitas, tetapi juga mampu

    melampaui realitas dan memandangnya sebagai suatu kemungkinan-kemungkinan.

    Sebagaimana dikemukakan oleh Schumacher (Guritnaningsih, 1993), pendidikan

    merupakan daya terpenting dibanding bumi, energi dan potensi alam.

    Manusia dapat memperoleh pendidikan di berbagai wahana pendidikan seperti

    keluarga, pendidikan formal (sekolah) dan pendidikan informal (pendidikan luar

    sekolah). Pendidikan formal memiliki keunggulan untuk mengembangkan individu

    dibanding wahana lainnya karena di sekolah mampu diciptakan suasana yang

    merangsang aspek kognitif, afektif dan motorik individu. Melalui pendidikan di

    sekolah, individu tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga mengembangkan

    kepribadian (Curtis dan Boultwood dalam Guritnaningsih, 1993). Untuk itu, idealnya

    setiap individu pada usia sekolah mengikuti pendidikan di sekolah, sehingga mereka

    menjadi lebih matang secara kognitif, afektif maupun motorik.

    Namun kenyataannya tidak semua individu pada usia sekolah mempunyai

    kesempatan untuk berpartisipasi dalam pendidikan. Partisipasi dalam bidang

    pendidikan menjadi masalah dan topik bahasan yang cukup menarik baik di negara

    berkembang maupun negara maju sekalipun. Banyak faktor yang menyebabkan anak

    usia sekolah tidak berpartisipasi dalam pendidikan, diantaranya adalah tidak

    mempunyai kesempatan memperoleh pendidikan.

  • Penelitian mengenai partisipasi sekolah pernah dilakukan oleh Guritnaningsih

    (1993) yang menerapkan metode SEM untuk meneliti faktor-faktor yang

    mempengaruhi tindakan orang tua untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke SLTP

    di daerah Jawa Barat. Sugiyanto (1996) menerapkan regresi logistik untuk

    menganalisis pengaruh faktor-faktor sosial, ekonomi dan demografi rumahtangga

    dalam pemilihan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan menengah di Pulau Jawa.

    Mardyastuti (2005) menerapkan regresi logistik non hirarki untuk menganalisis

    pengaruh urutan kelahiran anak terhadap kelangsungan pendidikan anak usia 7-15

    tahun di Indonesia. Supriyadi (2006) telah meneliti tentang faktor-faktor demografi

    (pendidikan ibu, pengeluaran rumahtangga dan jenis kelamin anak) dengan variabel

    respon proporsi bersekolah anak usia 7-18 tahun.

    Berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bertujuan untuk

    menjelaskan masalah partisipasi pendidikan, ada yang meninjau dari sisi individu

    yang bersangkutan (Beder dalam Guritnaningsih,1993), ada juga dari sisi orangtua

    (Badan Pusat Statistik, 1982). Penelitian-penelitian tersebut ditujukan untuk melihat

    pengaruh variabel-variabel sosial demografis dan ketersediaan sarana fisik sekolah.

    Menurut Oey (1991), salah satu penyebab rendahnya partisipasi dalam pendidikan

    adalah tidak tersedianya sekolah yang mudah dijangkau oleh penduduk (jaraknya

    jauh).

    Pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam menjamin pemerataan

    kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi semua anak usia sekolah di

    Indonesia. Oleh sebab itu pemerintah telah menempatkan peningkatan kesempatan

    memperoleh pendidikan sebagai salah satu prioritas utama bagi pembangunan

    pendidikan. Pemerintah telah menindaklanjuti prioritas ini melalui program Wajib

    Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun atau program Wajib Belajar Pendidikan Dasar

    (Wajar Dikdas). Melalui Wajar Dikdas diharapkan warga negara Indonesia berusia 7-

    15 tahun dapat mengikuti pendidikan dasar atau pendidikan yang setara sampai tamat

    (Inpres No. 1 tahun 1994 tentang Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar).

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    2

  • menetapkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya

    program wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

    Penyelenggaraan program wajib belajar pendidikan dasar merupakan bagian dari

    kebijakan pendidikan di Indonesia dalam mencapai pendidikan untuk semua

    (education for all).

    Selama ini pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 9 tahun

    (Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama) dengan menerapkan sekolah gratis

    pada tingkat SD sampai SMP. Namun pada kenyataannya pada masyarakat Jambi,

    masih banyak dijumpai anak putus sekolah pada tingkat SMP bahkan SD. Angka

    putus sekolah Provinsi Jambi pada tahun 2006 masih cukup tinggi sebesar 8,04%. Ini

    berarti bahwa dari 100 anak usia sekolah di Provinsi Jambi pada tahun 2006,

    sebanyak 9 anak tidak sekolah/tidak melanjutkan sekolah pada tingkat SD ataupun

    SMP.

    Penuntasan wajib belajar 9 tahun merupakan upaya untuk meningkatkan angka

    partisipasi murni anak usia wajib belajar 9 tahun (usia 7-15 tahun) hingga mencapai

    minimal 95% pada akhir tahun 2008. Salah satu masalah dalam pencapaian wajib

    belajar 9 tahun adalah siswa yang putus sekolah dan siswa yang tidak melanjutkan

    pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Usaha untuk menyelesaikan masalah

    tersebut salah satunya adalah dengan mengidentifikasi siswa putus sekolah dan yang

    tidak melanjutkan, kemudian membantu mereka supaya dapat bersekolah lagi dan

    memberi dukungan bagi mereka sampai berhasil lulus SMP. Kegiatan yang berkaitan

    dengan upaya-upaya mencari, mengenali (identifikasi), mencari faktor penyebab

    siswa putus sekolah dan tidak melanjutkan sekolah perlu dilakukan agar penyelesaian

    masalah tersebut tepat sasaran. Selanjutnya, untuk mengetahui sebaran dan

    karakteristik anak putus sekolah perlu dilakukan pengelompokan/klasifikasi anak

    putus sekolah umur 7-15 tahun sesuai dengan karakteristiknya.

    Metode statistik yang digunakan untuk menyelesaikan masalah klasifikasi

    biasanya dibedakan menjadi dua yaitu metode klasifikasi parametrik dan

    nonparametrik. Metode klasifikasi parametrik biasanya disertai dengan sejumlah

    3

  • asumsi tertentu, yang sepenuhnya telah ditentukan sebelum proses klasifikasi

    berlangsung seperti asumsi bahwa data harus mempunyai variansi homogen dan data

    harus berdistribusi tertentu. Algoritma ini dinilai memiliki keterbatasan jika asumsi

    yang digunakan tidak sesuai dengan keadaan atau kondisi data yang sebenarnya.

    Metode klasifikasi nonparametrik dinilai lebih siap untuk dihadapkan pada

    berbagai kondisi data. Metode klasifikasi nonparametrik memiliki asumsi dasar yang

    relatif lebih sederhana dibandingkan metode klasifikasi parametrik, lebih jauh lagi

    algoritma ini tidak memerlukan parameter statistik tertentu dari daerah sampel,

    seperti rata-rata atau variansi (Syamani, 2008). Dalam proses klasifikasi, metode

    klasifikasi nonparametrik akan mempelajari dan menggunakan setiap data yang

    berada di bawah daerah sampel sebagai dasar dalam penunjukan kelas. Metode

    seperti ini sering dikenal sebagai machine learning. Metode-metode nonparametrik

    yang sering digunakan untuk pengklasifikasian diantaranya, Classification and

    Regression Tree (CART), Neural Network (NN), K-Nearest Neighbour (KNN) dan

    Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS).

    Tujuan dari CART adalah mengklasifikasikan suatu kelompok observasi atau

    sebuah observasi ke dalam suatu sub kelompok dari suatu kelas-kelas yang diketahui.

    Dibandingkan dengan metode pengelompokkan yang klasik, CART mempunyai

    beberapa kelebihan seperti hasilnya lebih mudah diinterpretasikan, lebih akurat dan

    lebih cepat penghitungannya. Metode ini merupakan metode yang bisa diterapkan

    untuk himpunan data yang mempunyai jumlah besar, variabel yang sangat banyak

    dan dengan skala variabel campuran melalui prosedur pemilahan biner.

    Pendekatan CART untuk mengklasifikasikan data statistik telah banyak

    digunakan dalam berbagai bidang. CART pertama kali digunakan untuk

    mengidentifikasi struktur kapal dari profil yang ditangkap oleh radar. Dalam bidang

    kesehatan, CART telah digunakan oleh rumah sakit-rumah sakit untuk

    mengidentifikasi gagal jantung. The International Food Policy Research Institute

    (IFPRI) telah menggunakan CART untuk mengidentifikasi indikator-indikator

    kerentanan terhadap kelaparan di tingkat regional dan rumah tangga di

    4

  • Afrik(Yohannes dan Webb, 1999). Andriyashin (2005), telah mengaplikasikan CART

    pada data finansial modern dan menyimpulkan bahwa CART merupakan suatu

    metode yang sangat kuat dan bermanfaat dalam aplikasi finansial modern.

    Menurut Yohannes dan Webb (1999), tingkat kepercayaan yang bisa digunakan

    dalam mengklasifikasikan data baru pada CART adalah akurasi yang dihasilkan oleh

    pohon klasifikasi yang murni dibentuk dari data yang mempunyai kesamaan kondisi

    (data learning). Pohon klasifikasi yang dihasilkan CART tidak stabil, karena

    perubahan-perubahan kecil pada data learning akan mempengaruhi hasil akurasi

    prediksi. Untuk mengatasi masalah tersebut, Breiman (1996a) memperkenalkan

    tehnik bagging (bootstrap aggregating). Bagging merupakan sebuah tehnik yang

    dapat digunakan untuk memperbaiki stabilitas dan kekuatan prediktif CART.

    Klasifikasi karakteristik anak putus sekolah merupakan kegiatan

    pengelompokan anak usia sekolah yang tidak bisa menyelesaikan wajib belajar 9

    tahun sesuai dengan karakteristik dan permasalahannya. Kondisi ini merupakan suatu

    bentuk klasifikasi data dengan banyak variabel yang skala variabelnya campuran baik

    nominal, ordinal, interval maupun rasio. Klasifikasi tersebut biasanya sulit memenuhi

    asumsi kenormalan dan varian homogen sehingga lebih tepat dilakukan dengan

    pendekatan nonparametrik. Untuk itu, pada penelitian ini akan dilakukan klasifikasi

    karakteristik anak putus sekolah selain dengan metode CART juga dengan metode

    bagging CART.

    1.2 Permasalahan

    Bertolak dari latar belakang yang sudah diuraikan diatas maka permasalahan

    yang akan diteliti adalah sebagai berikut.

    1. Bagaimanakah karakteristik anak putus sekolah di Provinsi Jambi?

    2. Bagaimana model pohon klasifikasi karakteristik anak putus sekolah

    dengan menggunakan metode CART dan bagaimana pengaruh penerapan

    tehnik bagging pada pohon klasifikasi CART?

    5

  • 1.3 Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian yang ingin

    dicapai adalah.

    1. Mengidentifikasi karakteristik anak putus sekolah di Provinsi Jambi.

    2. Menyusun model pohon klasifikasi karakteristik anak putus sekolah dengan

    menggunakan metode CART dan melihat pengaruh penerapan tehnik

    bagging pada pohon klasifikasi CART .

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah.

    1. Bagi peneliti, dapat memperdalam konsep statistika dan wawasan analisis

    statistika, khususnya yang berkaitan dengan metode klasifikasi dengan

    metode CART dan bagging CART.

    2. Bagi pemerintah, memberi masukan kepada Pemerintah Provinsi Jambi

    tentang permasalahan anak putus sekolah sehingga diharapkan dapat

    digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan bidang

    pendidikan.

    1.5 Batasan Masalah Penelitian

    Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pengkajian metode klasifikasi CART

    dan bagging CART serta penerapannya pada klasifikasi karakteristik anak putus

    sekolah di Propinsi Jambi berdasarkan data Susenas Provinsi Jambi tahun 2007. Anak

    putus sekolah yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah semua anak usia 7-15

    tahun yang pernah sekolah dan terpaksa berhenti/tidak melanjutkan sekolah sehingga

    tidak dapat menyelesaikan wajib belajar 9 tahun. Penerapan bagging CART yang

    akan dibahas dalam tesis ini lebih ditekankan pada peningkatan ketepatan klasifikasi

    yang dihasilkan oleh tehnik tersebut.

    6

    Covers-abstrakABSTRAKSIs-KatpengKATA PENGANTARs-dafisiDAFTAR ISIs-daftabelDAFTAR TABELs-dafgambarDAFTAR GAMBARs-daflampiranDAFTAR LAMPIRANs-bab1BAB 1s-bab2Bab 2s-bab3BAB 3s-bab4BAB 4s-bab5BAB 5s-dafpusDAFTAR PUSTAKAs-lampiranlampiran