17
ANALISA PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM (Studi Kasus: PT Petrokimia Gresik) Eka Zusan Arianto, Sri Gunani Partiwi Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: [email protected] ; [email protected] Abstrak Metode pengukuran kinerja Performance Prism digunakan untuk memperbaiki metode pengukuran kinerja pada PT Petrokimia Gresik. PT Petrokimia Gresik sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pupuk. Selama ini sistem pengukuran kinerja di PT Petrokimia Gresik belum merepresentasikan kinerja organisasi secara komprehensif dan integratif karena hanya menggunakan pengukuran kinerja berdasarkan individu (SKI). Perancangan dan pengukuran kinerja dengan metode Performance Prism digunakan karena dapat merefleksikan kebutuhan dan keinginan dari setiap stakeholder yang diidentifikasikan dalam bentuk tujuan (objective). Pengukuran kinerja tersebut merupakan pengukuran yang terintegrasi, meliputi seluruh aspek perusahaan (stakeholder) yang menyangkut kepuasan stakeholder dan kontribusi stakeholder kepada perusahaan. Pengukuran kinerja dalam penelitian ini juga didukung oleh beberapa metode antara lain pembobotan dengan Analytic Hierachy Process (AHP) untuk mengetahui skala nilai prioritas setiap KPI, Scoring System dengan metode Objectives Matrix (OMAX) dan Traffic Light System untuk mengetahui nilai indeks total perusahaan pada tingat korporasi dan kategori dari indeks tersebut. Hasil perancangan pengukuran kinerja pada PT Petrokimia Gresik dengan Performance Prism berupa 55 KPI meliputi 13 KPI pada perspektif Customer, 9 KPI pada perspektif Supplier, 14 KPI pada perspektif Investor, 11 KPI pada perspektif Emplooye, 8 KPI pada perspektif Regulator. Dari perhitungan pengukuran kinerja dengan menggunakan Objective Matrix diperoleh nilai kinerja perusahaan sebesar 8,681. Kata Kunci : Performance Prism, Key Performance Indicator, Pengukuran kinerja, Stakeholder. Abstract Performance Prism method is used to improve performance measurement method in PT Petrokimia Gresik. PT Petrokimia Gresik a company engaged in the fertilizer industry. During this performance measurement system in PT Petrokimia Gresik not represent the organization's performance in a comprehensive and integrative because it only uses measurements based on individual performance (SKI). The design and performance measurement methods used for Performance Prism can reflect the needs and desires of each stakeholder identified in the form of goals (objectives). Performance measurement is an integrated measurement, covering all aspects of the company (stakeholders) involving stakeholder satisfaction and stakeholder contribution to the company. Performance measurement in this study is also supported by several methods such as weighting by Hierachy Analytic Process (AHP) to determine the scale of priority value of each KPI, Scoring System Objectives Matrix method (OMAX) and Traffic Light System to determine the total index value of the company on corporate tingat and categories of the index.

ITS Undergraduate 11028 Paper

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISA PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE

PERFORMANCE PRISM

(Studi Kasus: PT Petrokimia Gresik)

Eka Zusan Arianto, Sri Gunani Partiwi

Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email: [email protected]; [email protected]

Abstrak

Metode pengukuran kinerja Performance Prism digunakan untuk memperbaiki metode

pengukuran kinerja pada PT Petrokimia Gresik. PT Petrokimia Gresik sebuah perusahaan yang

bergerak dalam bidang industri pupuk. Selama ini sistem pengukuran kinerja di PT Petrokimia

Gresik belum merepresentasikan kinerja organisasi secara komprehensif dan integratif karena

hanya menggunakan pengukuran kinerja berdasarkan individu (SKI). Perancangan dan

pengukuran kinerja dengan metode Performance Prism digunakan karena dapat merefleksikan

kebutuhan dan keinginan dari setiap stakeholder yang diidentifikasikan dalam bentuk tujuan

(objective). Pengukuran kinerja tersebut merupakan pengukuran yang terintegrasi, meliputi

seluruh aspek perusahaan (stakeholder) yang menyangkut kepuasan stakeholder dan kontribusi

stakeholder kepada perusahaan. Pengukuran kinerja dalam penelitian ini juga didukung oleh

beberapa metode antara lain pembobotan dengan Analytic Hierachy Process (AHP) untuk

mengetahui skala nilai prioritas setiap KPI, Scoring System dengan metode Objectives Matrix

(OMAX) dan Traffic Light System untuk mengetahui nilai indeks total perusahaan pada tingat

korporasi dan kategori dari indeks tersebut. Hasil perancangan pengukuran kinerja pada PT

Petrokimia Gresik dengan Performance Prism berupa 55 KPI meliputi 13 KPI pada perspektif

Customer, 9 KPI pada perspektif Supplier, 14 KPI pada perspektif Investor, 11 KPI pada

perspektif Emplooye, 8 KPI pada perspektif Regulator. Dari perhitungan pengukuran kinerja

dengan menggunakan Objective Matrix diperoleh nilai kinerja perusahaan sebesar 8,681.

Kata Kunci : Performance Prism, Key Performance Indicator, Pengukuran kinerja, Stakeholder.

Abstract

Performance Prism method is used to improve performance measurement method in PT

Petrokimia Gresik. PT Petrokimia Gresik a company engaged in the fertilizer industry. During

this performance measurement system in PT Petrokimia Gresik not represent the organization's

performance in a comprehensive and integrative because it only uses measurements based on

individual performance (SKI). The design and performance measurement methods used for

Performance Prism can reflect the needs and desires of each stakeholder identified in the form of

goals (objectives). Performance measurement is an integrated measurement, covering all aspects

of the company (stakeholders) involving stakeholder satisfaction and stakeholder contribution to

the company. Performance measurement in this study is also supported by several methods such

as weighting by Hierachy Analytic Process (AHP) to determine the scale of priority value of

each KPI, Scoring System Objectives Matrix method (OMAX) and Traffic Light System to

determine the total index value of the company on corporate tingat and categories of the index.

Design of performance measurement results on PT Petrokimia Gresik to the Performance Prism

includes a 55 KPI 13 KPIs at Customer's perspective, the perspective of 9 supplier KPI, KPI 14

investor perspective, the perspective of 11 KPI Emplooye, 8 KPI on Regulator's perspective.

From the calculation of performance measurement by using the Objective Matrix obtained by the

company's performance value 8.681.

Keywords : Performance Prism, Key Perfomance Indicator, Performance Measurement,

Stakeholder.

1. Pendahuluan

Seiring dengan perkembangan industri

pupuk di Indonesia yang semakin tinggi,

terutama untuk industri pupuk non subsidi

yang bersaing sempurna. Hal ini ditunjukkan

dengan banyaknya perusahaan penghasil

pupuk non subsidi yang ada sehingga

memunculkan adanya persaingan antar

perusahaan pupuk non subsidi. Untuk

menghadapi persaingan yang semakin ketat

ini, setiap perusahaan pupuk dituntut untuk

melakukan beberapa usaha agar

mendapatkan performansi kerja dan layanan

bagi konsumen yang semakin baik.

Sehingga dengan kondisi ini perusahaan

pupuk akan memiliki daya saing untuk

berkompetisi dengan lainya.

Begitu juga halnya dengan PT

Petrokimia Gresik, sebagai satu-satunya

perusahaan penghasil pupuk terlengkap di

Indonesia, perusahaan ini senantiasa

mengevalusai kinerja karyawanya. Dalam

menilai kinerja perusahaan, pihak

manajemen melakukan suatu pengukurn

kinerja yang dinamakan SKI (Sistem

Kinerja Individu), SKI ini disebar kepada

setiap bagian untuk penilaian kinerja

personal. Penilaian ini akan diisi langsung

oleh atasan dari setiap karyawan di setiap

bagian. Dengan adanya SKI ini, kinerja dari

setiap personal dapat terukur dengan baik,

tetapi ada satu kelemahan yang terjadi yaitu

belum adanya pengukuran kinerja tingkat

korporasi yang dapat menilai performa

perusahaan secara keseluruhan.

Untuk mengatasi hal ini, digunakan suatu

pengukuran kinerja yang mengedepankan

pentingnya menyelaraskan aspek perusahaan

(stakeholder) secara keseluruhan ke dalam

suatu framework pengukuran yang strategis.

Stakeholder ini meliputi investor, customer,

tenaga kerja, supplier, dan masyarakat.

Konsep pengukuran kinerja ini dikenal

dengan istilah Performance Prism.

Performance Prism merupakan salah satu

pengukuran kinerja yang mempunyai lima

sisi (facets) yang membentuk framework

tiga dimensi berupa prisma segitiga. Sisi

atas dan bawah merupakan stakeholder

satisfaction dan stakeholder contribution.

Sedangkan tiga sisi yang lain adalah

strategies, processes, dan capabilities.

Performance Prism memberikan

pengukuran yang komprehensif dan sudut

pandang yang luas, sehingga memberikan

gambaran yang realistis mengenai penentu

kesuksesan bisnis. Selain itu, Performance

Prism tidak hanya mengukur hasil akhir,

tetapi juga aktivitas-aktivitas penentu hasil

akhir. Dengan demikian, pengukuran kinerja

dapat memberikan gambaran yang jelas dan

nyata tentang kondisi perusahaan yang

sebenarnya.

Berikut adalah beberapa KPI yang

dapat menunjukkan dibutuhkannya

pengukuran tentang tingkat kepuasan

stakeholder. Indeks kepuasan pelanggan

sebesar 81,12% pada 2007 menjadi 80,93%

pada 2008 mengalami penurunan, itu artinya

menuntut perusahaan memberikan kepuasan

kepada customer. Untuk tingkat

ketersediaan pupuk di pasar juga semakin

menurun dari 81,64% pada 2007 menjadi

80,56% pada 2008, juga menuntut

perusahaan memberikan kepuasan kepada

customer mereka. Begitupun dengan

supplier yang mengharapkan lamanya

pembayaran tagihan supplier menjadi lebih

singkat dari 25 hari pada 2007 menjadi 20

hari pada 2008 . Indeks kepuasan

masyarakat juga mengalami penurunan dari

78,4% pada 2007 menjadi 78,24% pada

2008, sehingga perusahaan memerlukan

perbaikan tingkat pelayanan kepada

masyarakat. Berdasarkan pengamatan dan

brainstorming yang dilakukan di PT.

Petrokimia Gresik, dapat disimpulkan

adanya kekurangan atau kelemahan pada

Sistem Kinerja Individu (SKI) yang telah

dilakukan oleh PT. Petrokimia Gresik dan

perlu diperbaiki.

Pada penelitian ini akan diterapkan

konsep Performance Prism tersebut untuk

sistem pengukuran kinerja PT Petrokimia

Gresik. Pemilihan model sistem pengukuran

kinerja PT Petrokimia Gresik

memperhatikan tujuan/keinginan perusahaan

untuk mengukur kinerja perusahaan secara

keseluruhan. PT. Petrokimia Gresik

merupakan salah satu perusahaan penghasil

pupuk terlengkap yang ada di Indonesia

sehingga sangat mementingkan adanya

perbaikan kinerja dalam setiap prosesnya.

Performance Prism merupakan metode

pengukuran kinerja yang mengakomodasi

kemampuan Balance Scorecard yang

dibangun dari strategi dan financial serta

Integrated Performance Measurement

System (IPMS) yang dibangun dari

stakeholder requirement dan tujuan

perusahaan. Didasarkan atas hal ini, maka

perancangan dan implementasi sistem

pengukuran kinerja pada PT Petrokimia

Gresik akan menggunakan Performance

Prism. Desain pengukuran kinerja dengan

menggunakan Performance Prism pada PT

Petrokimia Gresik ini dirancang untuk

mengantisipasi persaingan antara sesama

perusahaan pupuk non subsidi (PT Gunung

Mas Perkasa Indonesia, PT Indo Chito

Internasional, PT Suryaindo Tirta Kreasi, PT

Agribizforesta Lestari). Penggunaan

Performance Prism ini perlu dimodifikasi

dengan menggunakan AHP (Analytic

Hierarchi Process), Scoring System dengan

OMAX (Objective Mtrix), dan Traffic Light

System.

Pengukuran kinerja ini akan

merekomendasikan proses perbaikan yang

dapat digunakan sesuai dengan hasil

pengukuran kinerja yang dilakukan. Dari

hasil pengukuran kinerja, akan terlihat pada

bagian mana kinerja perusahaan yang

bermasalah. Dengan adanya rekomendasi

perbaikan ini, perusahaan dapat mengetahui

permasalahan yang terjadi dan

mempertimbangan untuk melakukan

langkah korektif.

1.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, ada

beberapa masalah yang dapat diidentifikasi.

Masalah-masalah tersebut antara lain :

1. Belum adanya pengukuran kinerja

yang dapat mengukur performa

perusahaan secara keseluruhan

(tingkat korporasi). Pengukuran

kinerja sebelumnya hanya mengukur

kinerja personal karyawan saja.

2. Kurang terintegrasinya seluruh

stakeholder perusahaan dalam

penentuan KPI pada pengukuran

kinerja sebelumnya.

3. Tidak mempertimbangkan kepuasan

dan kontribusi stakeholder secara

keseluruhan, hanya menyinggung

tentang kepuasan pelanggan,

karyawan dan masyarakat.

4. Tidak diidentifikasinya strategi,

proses dan kemampuan yang dimiliki

perusahaan untuk memenuhi

kepuasan stakeholder.

Berdasarkan identifikasi masalah di

atas, maka pertanyaan yang perlu di jawab

melalui penelitian ini adalah Bagaimana

melakukan pengukuran kinerja dengan

mengunakan metode performance prism,

yang meliputi lima faset stakeholder, jika

diterapkan di tingkat korporasi PT

Petrokimia Gresik.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian yang akan

dilakukan adalah:

1. Mengukur kinerja PT. Petrokimia

Gresik dengan menggunakan metode

Performance Prism pada tingkat

korporasi perusahaan.

2. Mengintegrasikan KPI yang ada

kedalam pengukuran kinerja yang

dilakukan.

3. Memberikan rekomendasi hasil

improvement sistem pengukuran

kinerja di PT Petrokimia Gresik.

1.3 Manfaat Tugas Akhir

Manfaat yang akan didapat dari

penelitian tugas akhir ini meliputi:

Dapat digunakan oleh perusahan

objek penelitian sebagai

improvement sistem pengukuran

kinerja yang telah ada sebelumya.

1.4 Ruang Lingkup Permasalahan

Batasan

Untuk memperoleh analisis permasalahan

yang baik dan terspesifikasi, maka dibuat

batasan-batasan masalah sebagai berikut:

1. Implementasi pengukuran kinerja

dilakukan dengan menggunakan data-

data selama 2 Tahun terakhir.

2. Data-data variabel kinerja

menggunakan data sekunder yang

diambil dari perusahaan tempat

penelitian.

2. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan

gambaran penelitian secara keseluruhan

sehingga diketahui proses, metode dan hasil

yang diperoleh dalam penelitian

2.1 Tahap Studi Pendahuluan

Dalam tahap ini dicari dan

ditentukan topik yang akan dibahas sesuai

dengan minat dan konsentrasi yang diambil.

Dalam tugas akhir ini, topik yang dibahas

adalah mengenai pengukuran kinerja suatu

perusahaan. Pada tugas akhir ini metode

pemecahan masalah menggunakan metode

Performance Prism.

2.1.1 Observasi Lapangan

Pada tahap ini dilakukan observasi

awal ke perusahaan untuk mengetahui

masalah apa yang berkaitan dengan topik

penulis yang dapat digunakan sebagai obyek

penelitian.

2.1.2 Penetapan Tujuan

Langkah selanjutnya adalah

penetapan tujuan dari penelitian ini.

Penetapan tujuan dilakukan agar peneliti

dapat fokus terhadap masalah yang akan

diselesaikan sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan.

2.1.3 Kajian Pustaka

Kajian pustaka dilakukan untuk

mendapatkan informasi dan teori-teori

penunjang yang berkenaan dengan

Performance Prism. Hal ini dapat dilakukan

dengan mengumpulkan informasi dari

berbagai sumber pustaka, baik berupa

referensi buku, literatur maupun jurnal yang

membahas tentang penelitian tentang konsep

Performance Prism.

2.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan

Data

Tahap ini dilakukan dengan

mengumpulkan data-data, baik data Primer

maupun data Sekunder. Data-data yang akan

dikumpulkan adalah data profil perusahaan,

data pengukuran kinerja perusahaan, Data

Key Performance Indicator, jumlah

Stakeholder yang akan diperoleh dengan

cara membagikan kuisioner dan interview

dengan Kepala Biro (Karo)

2.2.1 Data Primer

Data Primer adalah informasi atau

data orisinil yang dikumpulkan dan

berhubungan dengan objek yang akan

diteliti. Untuk mendapatkan informasi ini

dilakukan penelitian secara langsung pada

lantai produksi. Data-data tersebut antara

lain adalah data produk cacat yang terjadi,

data penggunaan kapasitas mesin, jumlah

pelanggan, jumlah keluhan, dan lain-lain.

2.2.2 Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang

diperoleh secara tidak langsung yang

biasanya berbentuk dokumen, file, arsip,

atau catatan-catatan perusahaan. Data

sekunder yang dibutuhkan pada penelitian

ini antara lain adalah data historis keuangan

dalam dua tahun terakhir, data realisasi

penjualan, jumlah karyawan, jumlah

pelatihan, jumlah pemasaran, dan lain-lain.

2.3 Tahap Perancangan dan

Pengukuran Kinerja

Pada tahap ini, dilakukan

perancangan sistem pengukuran kinerja

berdasarkan lima faset yang ada dalam

metode Performance Prism. Tahap ini dapat

dilakukan dengan pengidentifikasian faset

Satisfaction dan Contribution yang ada pada

metode Performance Prism.

2.3.1 Identifikasi 5 faset Performance

Prism

Pada tahap ini akan dilakukan proses

identifikasi 5 faset atau perspektif

Performance Prism dengan lima pertanyaan

kunci untuk masing-masing kelompok

stakeholder pada PT. Petrokimia Gresik.

Stakeholder Satisfaction : Apa yang

dibutuhkan dan diinginkan oleh investor

dari PT. Petrokimia Gresik?

Stakeholder Contribution : Apa yang

dibutuhkan dan diinginkan oleh PT.

Petrokimia Gresik dari para Investor?

Stakeholder Strategi : Strategi apa yang

dapat digunakan untuk memenuhi

keinginan dan kebutuhan tersebut?

Stakeholder Process : Proses apa yang

dilakukan untuk dapat menjalankan

strategi?

Stakeholder Capabilities : Kapabilitas

apa yang harus dimiliki oleh PT.

Petrokimia Gresik agar proses tersebut

dapat terlaksana?

2.3.2 Mengintegrasi KPI

Tahapan ini dilakukan dengan

melakukan interview dengan pihak yang

berkompeten (Karo) di perusahaan

berdasarkan pemilihan variable kinerja

berdasarkan Performance Prism.

2.3.3 Validasi

Digunakan untuk menilai apakah

KPI yang terbentuk sudah cukup mampu

mempresentasikan kondisi perusahaan.

2.3.4 Pembobotan parameter dengan

Analytic Hierarchy Process (AHP).

Menentukan bobot dari tiap KPI

didasarkan pada data yang telah disebar ke

perusahaan. Selanjutnya perhitungan untuk

mengetahui bobot masing-masing KPI

dilakukan dengan menggunakan AHP.

2.4 Tahap analisa dan penarikan

kesimpulan

Tahap ini merupakan inti dari proses

penelitian. Hal yang pertama dilakukan

adalah melakukan penyusunan Key

Performance Indicator (KPI), setelah itu

menyusun Performance Measurement

Record Sheet, lalu setelah itu scoring system

dengan Objective Matrix (OMAX).

2.4.1 Penyusunan Key Performance

Indicators (KPI)

Dari tujuan yang telah dibuat,

ditentukan measure sebagai ukuran

pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Mengidentifikasi ukuran-ukuran kinerja

yang digunakan untuk mengetahui

pencapaian terhadap objectives yang telah

dirumuskan. Key Performance Indicators

disusun dari hasil kuesioner perusahaan

2.4.2 Penyusunan Performance

Measurement Record Sheet

Penyusunan Performance

Measurement Record Sheet dilakukan

dengan cara interview kepada pihak

perusahaan (Karo) mengenai tujuan, sumber

data dan apa yang akan dilakukan terhadap

pengukuran yang dihasilkan.

2.4.3 Scoring system dengan Objective

Matrix (OMAX).

Penentuan score dilakukan dengan

membandingkan hasil pencapaian

(achievement) terhadap target dengan

menggunakan metode scoring system

dengan metode OMAX. Dari metode ini

dapat diketahui skor untuk setiap kriteria.

Dari perhitungan scoring system yang telah

dilakukan dengan menggunakan metode

OMAX, akan diketahui level dari setiap

kriteria.

2.4.4 Analisis Hasil

Pada tahap ini, dilakukan analisis

mengenai pengukuran kinerja yang telah

dilakukan terhadap perusahaan. Dari analisis

tersebut, indikator-indikator kinerja yang

masih memerlukan perbaikan akan

dievaluasi untuk segera diperbaiki.

2.4.5 Rekomendasi Perbaikan

Pada tahap ini, diberikan

rekomendasi perbaikan terhadap indikator-

indikator kinerja yang berwarna kuning dan

merah.

2.4.6 Kesimpulan dan Saran

Tahap ini merupakan tahap yang

berisi tentang kesimpulan hasil penelitian

yang dilakukan dan merupakan jawaban dari

rumusan masalah serta saran yang

didapatkan dari hasil penelitian yang

dilakukan

3. Hasil dan Pembahasan

Dengan memperhatikan beberapa

kekurangan yang terjadi dalam Sistem

Pengukuran Kinerja Individu yang telah

dilaksanakan oleh PT. Petrokimia Gresik,

maka disarankan untuk dilakukan perbaikan

(improvement) dengan membangun sistem

pengukuran kinerja PT. Petrokimia Gresik

yang menggunakan metode performance

prism. Hal ini dilakukan untuk dapat melihat

kinerja perusahaan secara keseluruhan.

3.1 Identifikasi Stakeholder Kunci PT.

Petrokimia Gresik

Hal pertama yang harus dilakukan dalam

penelitian ini adalah mengidentifikasi siapa

saja yang menjadi stakeholder kunci dari

PT. Petrokimia Gresik. Dari hasil interview,

diketahui bahwa yang merupakan

stakeholder kunci dari PT. Petrokimia

Gresik adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah (Investor)

2. Pelanggan (Customer)

3. Karyawan (Employees)

4. Pemasok (Suppliers)

5. Masyarakat (Regulator)

3.2 Identifikasi 5 faset Performance Prism

di PT. Petrokimia Gresik

Tahapan selanjutnya yang harus

dilakukan dalam penelitian ini adalah

identifikasi 5 (lima) faset atau perspektif

Performance Prism dengan lima pertanyaan

kuncinya untuk masing-masing kelompok

stakeholder pada PT. Petrokimia Gresik.

3.3 Identifikasi Parameter Kinerja

(Performance Indicators)

Langkah selanjutnya adalah menyusun

indikator atau parameter kinerja, dan

Interview dengan beberapa Kepala Biro

(Karo), Kepala Departemen (Kadep) dan

Kepala Bidang (Kabid) yang mengisi

kuesioner variabel kinerja berdasarkan

performance prism. Berdasarkan hasil

diskusi dan mempertimbangkan segi

pengukuran kinerja yang telah dilakukan

perusahaan sebelumnya, hasil checklist

pemilihan variabel kinerja performance

prism yang disarankan dan hasil identifikasi

kelima faset performance prism, disusun

beberapa item parameter kinerja

(Performance Indicator) dan dilakukan

pengklasifikasian sesuai dengan kerangka

dasar performance prism. Sebagai verifikasi

parameter kinerja yang telah disusun,

dilakukan diskusi kembali dengan Karo,

Kadep dan Kabid PT. Petrokimia Gresik

untuk memastikan bahwa parameter kinerja

(Performance Indicator) yang disusun

benar-benar applicable dan sesuai dengan

kebutuhan perusahaan. Daftar parameter

kinerja dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Daftar Parameter Kinerja

Tabel 3.1 (Lanjutan)

3.4 Pembobotan dan Pengkategorian KPI

Parameter-parameter yang telah

dirumuskan diatas kemudian dituangkan ke

dalam bentuk kuesioner untuk diberikan

kembali kepada Karo, Kadep dan Kabid

yang bersangkutan untuk diberi bobot sesuai

dengan kebutuhan perusahaan. Bobot untuk

masing-masing kategori kemudian diolah

lebih lanjut menggunakan Analytic

Hierarchy Process (AHP) untuk

menentukan tingkat kepentingan perusahaan

terhadap KPI tersebut. Analisis tersebut

dapat digunakan untuk menentukan

perbedaan antara prasyarat yang diinginkan

dengan kondisi lingkungan perusahaan.

Pembobotan dilakukan sebanyak 3 kali.

Pembobotan tersebut adalah pembobotan

antar stakeholder, pembobotan antar faset

untuk setiap stakeholder, dan pembobotan

antar KPI dalam setiap faset. Dari ketiga

pembobotan yang dilakukan, akan

didapatkan nilai pembobotan perusahaan

secara keseluruhan.

Untuk mendapatkan nilai bobot KPI

terhadap perusahaan dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut :

KPI I-1 = Nilai Bobot stakeholder investor

x Nilai bobot faset staisfaction x

Nilai bobot KPI I-1 dalam faset

satisfaction

=0,298x0,338x0,264=0,026591136

Total nilai bobot dari seluruh KPI adalah 1.

Adapun keseluruhan nilai bobot KPI

terhadap perusahaan dapat dilihat pada tabel

3.2.

Tabel 3.2 Nilai Bobot KPI terhadap PT.

Petrokimia Gresik

3.5 Penyusunan Performance

Measurement Record Sheet

Setelah memperoleh KPI sebagai

parameter pengukuran kinerja perusahaan,

selanjutnya dilakukan penyusunan

Performance Measurement Record Sheet

untuk masing-masing KPI. Penyusunan

Performance Measurement Record Sheet

dilakukan dengan cara interview kepada

pihak perusahaan mengenai tujuan, sumber

data dan apa yang akan dilakukan terhadap

pengukuran yang dihasilkan.

3.6 Pengukuran Kinerja PT.

Petrokimia Gresik

Setelah penyusunan Performance

Measure Record Sheet, langkah selanjutnya

adalah pengumpulan data-data yang

diperlukan. Pengambilan data dilakukan di

setiap Biro sesuai yang tercantum di

Performance Measure Record Sheet.

Dari hasil pengambilan data yang

dilakukan di 1 Bidang, 5 Departemen dan 14

Biro yang ada di PT. Petrokimia Gresik,

diperoleh data yang ditampilkan pada tabel

3.3 sebagai berikut :

Table 3.3 Data KPI PT Petrokimia Gresik

3.7 Scoring System dengan Model Objective

Matrix (OMAX) dan Traffic Light System

Langkah selanjutnya, model pengukuran

kinerja tersebut dapat dipadukan dengan

model scoring system yaitu model OMAX

(objectives matrix) sebagaimana fungsinya

untuk menyamakan skala nilai dari masing-

masing indikator, sehingga pencapaian

terhadap tiap- tiap parameter yang ada dan

dapat mengetahui kinerja perusahaan secara

keseluruhan.

Dengan menggunakan model OMAX,

diketahui untuk KPI no. I-2, C-2, E-2, S-2, R-

2 masing-masing memiliki target maksimal

berturut-turut adalah 100; 6; 100; 30 dan 100

kesemua target tersebut diletakkan pada level

10 sedangkan pencapaian terendah

perusahaan memiliki nilai berturut-turut

sebagai berikut 0; 150; 50; 0 dan 70 yang

diletakkan pada level 0 tabel OMAX. Dalam

pengukuran OMAX pada Performance Prism,

nilai pencapaian tahun lalu (Tahun 2007)

biasanya lebih kecil dari target yang

ditentukan, tetapi untuk sebagian besar kasus

dalam KPI PT Petrokimia pencapaian tahun

2007 sudah melebihi target yang telah

ditetapkan oleh Perusahaan. Sehingga dalam

perhitungan OMAX ini, level 10 diisi dengan

target optimum yang bisa dicapai perusahaan

dalam keadaan maksimal. Sedangkan target

minimum perusahaan yang telah ditetapkan

sebelumnya dimasukkan pada level 8 karena

telah memenuhi batas bawah traffic light

hijau. Level 0 diisi dengan nilai terendah

yang mungkin dicapai perusahaan dalam

keadaan terjelek.

Berikut akan diberikan 2 contoh perhitungan

untuk dapat dibedakan target perusahaan yang

terletak di level 10 dan level 8.

Hal yang sama dilakukan untuk

memperoleh nilai pada masing-masing level

untuk setiap KPI. Setelah diperoleh nilai

untuk setiap level (dari level 0 hingga 10),

selanjutnya adalah mengisi tabel performance

yang merupakan kinerja yang telah diukur

untuk tahun 2008. setelah itu level pada

bagian monitoring dapat diisi bedasarkan

posisi level pada angka performance.

Untuk mengisi level di bagian

monitoring, maka langkah yang digunakan

adalah dengan menggunakan rumus

interpolasi. Adapun rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut :

Nilai x adalah level yang akan diisi di bagian

monitoring. Untuk weight diisi dengan nilai

bobot KPI I-1 terhadap perusahaan yang ada

pada tabel 4.23 yaitu 0,0266. Nilai value

merupakan perkalian antara level dan weight.

Demikian setersusnya hingga bagian

monitoring semua KPI terisi.

Berikut adalah hasil perhitungan OMAX

untuk seluruh stakeholder :

Tabel 3.4 Scoring OMAX Stakeholder

Investor PT.Petrokimia Gresik

Tabel 3.5 Scoring OMAX Stakeholder

Customer PT.Petrokimia Gresik

Tabel 3.6 Scoring OMAX Stakeholder

Empploye PT.Petrokimia Gresik

Tabel 3.7 Scoring OMAX Stakeholder

Supplier PT.Petrokimia Gresik

Tabel 3.8 Scoring OMAX Stakeholder

Regulator PT.Petrokimia Gresik

Dari table diatas, didapatkan nilai

indeks total sebesar 8,313. Jika menggunakan

Traffic Light System, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa kinerja PT. Petrokimia

Gresik secara keseluruhan dapat dikatakan

telah mencapai performa yang diharapkan.

Dengan model OMAX dan Traffic Light

System, dapat dilihat bahwa KPI pada PT.

Petrokimia Gresik yang termasuk ke dalam

kategori performa yang diharapkan, performa

yang belum tercapai dan performa yang buruk

sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan

dan pencegahan. Adapun hasil

pengkategorian berdasarkan model OMAX

dan Traffic Light System dapat dilihat pada

tabel 3.9 dan 3.10.

Tabel 5.3 Daftar KPI yang masuk ke dalam

kategorihijau

Tabel 5.2 Daftar KPI yang masuk ke dalam

kategori kuning

Tabel 5.3 Daftar KPI yang masuk ke dalam

kategori merah

Dari tabel 5.1, 5.2 dan 5.3 dapat

diketahui bahwa KPI yang masuk dalam

kategori hijau sebanyak 48 KPI sedangkan

yang masuk kategori kuning sebanyak 6 KPI

dan yang masuk aktegori merah sebanyak 1

KPI.

Aspek kinerja yang masih berada

dalam kategori kuning tersebut adalah Jumlah

keluhan pelanggan, Pelayanan Pelanggan,

Penyusunan Kurikulum Core Soft

Competence, Lamanya Pembayaran, Indeks

Kepuasan Masyarakat, Realisasi Anggaran

Humas. Sedangkan aspek kinerja yang berada

dalam kategori merah adalah Tingkat

Ketersediaan Pupuk di Pasar, untuk itu perlu

adanya perbaikan pada kinerja ini.

4. Ringkasan Rekomendasi Perbaikan

Dari rekomendasi perbaikan 6 (Enam)

KPI yang masih berada di kategori kuning

dan merah, ada beberapa metode yang dapat

diterapkan untuk peningkatan kinerja

perusahaan yang telah ada ke arah yang lebih

baik.

Untuk KPI Jumlah keluhan pelanggan

(C-2) dapat menggunakan konsep Customer

Relationship Management (CRM). CRM ini

memiliki konsep untuk menjalin hubungan

yang lebih dekat dengan pelanggan.

Pelanggan sebisa mungkin dilibatkan dalam

sistem yang terjadi di perusahaan, sehingga

pelanggan merasa dilibatkan dalam

pembuatan keputusan yang diambil di

perusahaan. Dengan menggunakan konsep

CRM ini, perusahaan dapat memiliki

hubungan yang lebih erat dengan pelanggan

dan menjaga loyalitas mereka.

Untuk KPI Tingkat ketersediaan

pupuk di pasar (C-4), disarankan untuk

dilakukan perbaikan dengan konsep Supply

Chain Management (SCM). Konsep SCM ini

diterapkan untuk perbaikan rantai pasokan

dari perusahaan kepada intermediate

customer yang dalam hal ini adalah

distributor. Perbaikan rantai pasokan ini dapat

dilakukan dengan beberapa cara antara lain

perbaikan pola distribusi yang ada.

KPI Penyusunan Kurikulum Core Soft

Competence (E-9) memerlukan perbaikan

dalam hal teknologi sistem informasi yang

sudah ada di perusahaan. Perbaikan dalam

teknologi sistem informasi dilakukan untuk

meningkatkan efisiensi waktu dan proses

yang ada di perusahaan. Dengan adanya

perbaikan teknologi sistem informasi,

perusahaan dapat meningkatkan produktivitas

kerja karena terjadinya peningkatan efisiensi

waktu dan proses yang ada. Selain itu, dengan

perbaikan pada teknologi sistem informasi

yang ada, karyawan PT Petrokimia Gresik

diharapkan untuk terbiasa untuk selalu

berorientasi pada teknologi yang sesuai

dengan perkembangan global saat ini.

Untuk KPI Lamanya Pembayaran (S-

1) dan Realisasi Anggaran Humas (R-7),

memerlukan perbaikan dengan saran

perbaikan improvement budaya kerja yang

ada. Improvement ini dapat dilakukan dengan

perbaikan sistem birokrasi yang ada. Pada

KPI S-1, perbaikan birokrasi dilakukan

dengan menyederhanakan alur birokrasi

pembayaran supplier yang kompleks. KPI R-

7 memerlukan perbaikan budaya kerja dalam

penyusunan rencana program kerja Biro

Hubungan Masyarakat agar lebih efektif dan

efisien.

Pada KPI Indeks Kepuasan

Masyarakat (R-1), akan dilakukan perbaikan

dengan peningkatan penerapan Corporate

Social Responsibility (CSR) yang telah ada.

CSR adalah upaya peningkatan kualitas

komunitas di sekitar perusahaan sebagai

tanggung jawab perusahaan. Dengan

peningkatan CSR yang dilakukan perusahaan,

akan terjadi peningkatan pula pada indeks

kepuasan masyarakat.

Dari hasil penelitian ini, disarankan

kepada perusahaan untuk memasukkan hasil

pengukuran ke dalam tinjauan manajemen

(Management Review) yang dilaksanakan

secara periodik oleh perusahaan dan dihadiri

oleh middle hingga top management, untuk

memperbaiki sistem Management Review

yang telah diterapkan sebelumnya oleh

perusahaan. Hal ini karena hasil rekayasa

sistem pengukuran kinerja perusahaan yang

disarankan dengan menggunakan metode

performance prism, lebih terintegrasi dan

lebih mudah dipahami serta dapat diketahui

performa perusahaan secara keseluruhan

dimana hal ini sangat diperlukan oleh top

management sebagai pembuat kebiijakan

perusahaan.

5. Kesimpulan dan Saran

Berikut ini adalah kesimpulan dari

penelitian yang telah dilakukan:

1. Dengan metode Performance Prism,

Pengukuran kinerja korporasi pada PT.

Petrokimia Gresik, didapatkan indeks

total dari perhitungan menggunakan

metode Objectives matrix (OMAX) dan

Traffic Light System sebesar 8,722. Dari

55 KPI yang ada, sebanyak 48 KPI yang

masuk dalam kategori hijau dan 5 KPI

yang masih berada dalam kategori

kuning. Dan 1 KPI yang masuk dalam

kategori merah. 5 KPI yang masih berada

dalam kategori kuning antara lain adalah

Jumlah keluhan pelanggan, Penyusunan

Kurikulum Core Soft Competence,

Lamanya Pembayaran, Indeks Kepuasan

Masyarakat, Realisasi Anggaran.

Sedangkan aspek kinerja yang berada

dalam kategori merah adalah Tingkat

Ketersediaan Pupuk di Pasar, untuk itu

perlu adanya perbaikan pada kinerja ini.

2. Dalam pengukuran kinerja menggunakan

metode Performance Prism, terintegrasi

5 stakeholder yaitu Investor dengan 14

KPI, Customer dengan 13 KPI,

Employee dengan 11 KPI, Supplier

dengan 9 KPI dan Regulator dengan 8

KPI. Total ada 55 buah KPI sebagai

indikator kinerja PT. Petrokimia Gresik.

3. Rekomendasi perbaikan dilakukan

dengan implementasi dan perbaikan

metode pada 5 KPI yang berada dalam

kategori kuning dan 1 KPI yang berada

dalam kategori merah. Implementasi dan

perbaikan metode tersebut antara lain

dapat diterapkan pada konsep Supply

Chain Management (SCM), Customer

Relationship Management (CRM),

Corporate Social Responsibility (CSR),

dan perubahan budaya kerja perusahaan.

Berikut ini adalah saran yangi dapat

diberikan pada penelitian ini:

1. Disarankan kepada PT Petrokimia untuk

melakukan pengukuran kinerja dengan

menggunakan metode Performance

Prism agar pengukuran kinerja tingkat

korporasi dapat dilakukan. Metode

Performance Prism ini tidak hanya dapat

dilakukan pada tingkat korporasi saja

tetapi pada setiap bagian kerja yang ada

di perusahaan sampai dengan level

terkecil.

2. Perlu dilakukan pula penambahan KPI

sebagai indikator kerja yang mengacu

pada identifikasi 5 (lima) faset

Performance Prism yang telah dilakukan

pada seluruh stakeholder.

3. Sistem pengukuran kinerja dengan

mengunakan metode Performance Prism

ini harus ditinjau secara periodik, agar

variabel kinerja dan target KPI yang ada

dapat disesuaikan dengan perkembangan

terbaru, baik menyangkut perubahan

lingkungan, persaingan usaha, regulasi

pemerintah, tuntutan masyarakat,

perkembangan kebutuhan pelanggan,

perkembangan teknologi terbaru maupun

perkembangan standar pencapaian

kinerja dengan metode terbaru.

6. Daftar Pustaka

Febriarso, P., Fitriadi R. Perancangan Sistem

Pengukuran Kinerja dengan metode

Performance Prism Studi Kasus di

Hotel X. Laporan Tugas Akhir,

Jurusan Teknik Industri, Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Johnson, C., 2006. “Introduction to the

Balanced Scorecard and Performance

Measurement Systems”. Balanced

Scorecard for State-Owned

Enterprises.

Kaplan, R.S and Norton, D.P., 1996.

“Translating Strategic into Action -

The Balanced Scorecard“, Harvard

Business School Press, Boston,

Massachussets

Kusuma, W., Suwignjo, P., Vanany I., 2006.

“Perancangan dan pengukuran kinerja

dengan metode Performance Prism di

PT KANGSEN KENKO

INDONESIA cabang Surabaya“

Program Pascasarjana Bidang

Keahlian Manajemen Operasional

Program Studi Teknik Industri –

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya

Neely, A.D.,1999. “The performance

revolution: why now and what next?”,

International Journal of Operations

& Production Management, vol. 19

no. 2, pp. 2058.

Neely, A.D., and Kennerly, M., 2000.

Performance Measurement

Frameworks -A Review, Centre for

Business Performance, Cranfield

School of Management, UK.

Neely, A.D., and Adams, C.(a), 2000.

Perpectives on Performances: The

Performance Prism, Centre for

Business Performance, Cranfield

School of Management, UK.

Neely, A.D., and Adams, C.(b), 2000. The

Performance prism Can Boost M & A

Success, Centre for Business

Performance, Cranfield School of

Management, UK.

Neely, A.D., and Adams, C.(c), 2000. The

Performance Prism in Practice,

Centre for Business Performance,

Cranfield School of Management,

UK.

Supiah, Z., 2005. Perancangan Sistem

Pengukuran Kinerja dengan metode

Performance Prism studi kasus

Pelayanan Gizi IRNA RSU Haji

Surabaya. Laporan Tugas Akhir,

Jurusan Teknik Industri, Institut

Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya.

Suwignjo, P., 2000. “Sistem Pengukuran

Kinerja: Sejarah Perkembangan dan

Agenda Penelitian ke Depan”,

Seminar Nasional Performance

Measurement, 30- 31 Maret, Hotel

Wisata Jakarta.

Suwignjo, P., Budi S W., 2006. “Perancangan

Pengukuran Kinerja Bisnis Unit

dengan Performance Prism di PT.

XYZ. Manajemen Industri, Magister

Manajemen Teknologi - Institut

Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya

Wibisono, D., 2006. Manajemen Kinerja :

Konsep, Desain, dan Teknik

Meningkatkan Daya Saing

Perusahaan, Erlangga. Jakarta.