30
Studi Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Untuk Pupuk Cair Tanaman (Studi Kasus Pabrik Tahu Kenjeran) Nama Mahasiswa : Nur Rahmah F. NRP : 3307 100 074 Jurusan : Teknik Lingkungan Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke Karnaningroem Abstrak Limbah tahu sangat merugikan lingkungan. Bahkan tingkat BOD dan COD limbah tahu melebihi standar kualitas. Padahal, limbah tahu mempunyai potensi ekonomi sebagai pupuk. Hal ini disebabkan limbah tahu masih mengandung unsur-unsur penting bagi tanaman seperti N, P dan K. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah untuk menguji tingkat N, P, K dan pH limbah tahu. Limbah itu sendiri sangat asam dan kurang optimal untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, peneliti meningkatkan pH menjadi 6. Peningkatan pH dilakukan dengan menambahkan NaOH. Lalu divariasikan konsentrasinya. Selanjutnya, data dianalisis dengan grafik kurva tinggi batang dan jumlah daun dibandingkan grafik hari pada setiap konsentrasi dengan metode statistik. Dengan penyiraman dua kali , pertumbuhan terbaik Kangkung adalah pada konsentrasi 100%. Sedang pada Melon disiram dengan konsentrasi 50% sebanyak tiga kali. Khusus untuk Cabai, tanaman ini mengalami kematian ketika pemberian limbah untuk kedua kalinya. Sebenarnya Cabai yang disiram limbah tahu konsentrasi 50% menunjukkan pertumbuhan terbaik. Namun pada pemberian limbah kedua, Cabai ini mengalami kematian dan roboh. Karena itulah Cabai dapat tumbuh optimal pada konsentrasi 50% namun dengan penyiraman hanay sekali. Kata Kunci : Limbah Tahu, Pupuk Cair, Kangkung, Melon, Cabai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahu merupakan makanan yang telah lama dikenal masyarakat Indonesia dan merupakan sumber protein yang relatif murah serta proses pembuatannya mudah. Pada dasarnya tahu adalah endapan protein dari sari kedelai panas yang menggu nakan bahan penggumpal (Hermana, 1985). Pada waktu pengendapan tidak semua mengendap, dengan demikian sisa protein yang tidak tergumpal dan zat-zat lain yang larut dalam air akan terdapat dalam limbah cair tahu yang dihasilkan. Air limbah tahu sendiri didefinisikan sebagai air sisa penggumpalan tahu yang dihasilkan selama proses pembuatan tahu (Lestari, 1994). Pabrik tahu di Indonesia mengalami kesulitan dalam mengelola limbahnya. Bahkan, tak jarang pengusaha industri tersebut membuang limbah cair mereka tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Hal ini tentu saja merugikan lingkungan. Berdasarkan penelitian- penelitian terdahulu, limbah cair tahu mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman. Menurut Handajani (2005) limbah cair tahu tersebut dapat dijadikan alternatif baru yang digunakan sebagai pupuk sebab di dalam limbah cair tahu tersebut memiliki ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman Dalam penelitian terdahulu, Triawati (2010) memanfaatkan limbah cair tahu menjadi pupuk cair organik dengan menambahkan EM4. Data dari penelitian tersebut adalah total kandungan nitrogen dalam pupuk cair organik dengan berbagai konsenterasi EM4 dan tanpa pemberian EM4 sangat tinggi jika dibandingkan dengan Permetan No 28/Permetan/OT.140/2/2009 tentang Standar Mutu Pupuk Organik. Sumbernya berasal setelah proses pengendapan dengan cuka. Penelitian lainnya, Nurlila (2009), menyatakan bahwa kombinasi limbah cair tahu dan limbah cair sagu pada media tanam tanah memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman sawi meliputi lebar helai daun, panjang helai daun dan jumlah helai daun dibandingkan kontrol. Menurut Handajani (2005) hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah cair tahu dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap laju pertumbuhan relatif populasi Spirullina. Perlakuan terbaik adalah pemberian limbah cair tahu dosis 31 mg/l dimana kandungan N dan P pada media kultur sebesar 21,04 ppm dan 2,098 ppm. Menurut Mackentum (1969) berdasarkan uji pendahuluan

ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

Studi Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Untuk Pupuk Cair Tanaman (Studi Kasus Pabrik Tahu Kenjeran) Nama Mahasiswa : Nur Rahmah F. NRP : 3307 100 074 Jurusan : Teknik Lingkungan Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke

Karnaningroem Abstrak

Limbah tahu sangat merugikan lingkungan. Bahkan tingkat BOD dan COD limbah tahu melebihi standar kualitas. Padahal, limbah tahu mempunyai potensi ekonomi sebagai pupuk. Hal ini disebabkan limbah tahu masih mengandung unsur-unsur penting bagi tanaman seperti N, P dan K.

Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah untuk menguji tingkat N, P, K dan pH limbah tahu. Limbah itu sendiri sangat asam dan kurang optimal untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, peneliti meningkatkan pH menjadi 6. Peningkatan pH dilakukan dengan menambahkan NaOH. Lalu divariasikan konsentrasinya. Selanjutnya, data dianalisis dengan grafik kurva tinggi batang dan jumlah daun dibandingkan grafik hari pada setiap konsentrasi dengan metode statistik.

Dengan penyiraman dua kali , pertumbuhan terbaik Kangkung adalah pada konsentrasi 100%. Sedang pada Melon disiram dengan konsentrasi 50% sebanyak tiga kali. Khusus untuk Cabai, tanaman ini mengalami kematian ketika pemberian limbah untuk kedua kalinya. Sebenarnya Cabai yang disiram limbah tahu konsentrasi 50% menunjukkan pertumbuhan terbaik. Namun pada pemberian limbah kedua, Cabai ini mengalami kematian dan roboh. Karena itulah Cabai dapat tumbuh optimal pada konsentrasi 50% namun dengan penyiraman hanay sekali.

Kata Kunci : Limbah Tahu, Pupuk Cair, Kangkung, Melon, Cabai BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tahu merupakan makanan yang telah lama

dikenal masyarakat Indonesia dan merupakan sumber protein yang relatif murah serta proses pembuatannya mudah. Pada dasarnya tahu adalah endapan protein dari sari kedelai panas yang menggunakan bahan penggumpal (Hermana, 1985). Pada waktu pengendapan tidak semua mengendap, dengan demikian sisa protein yang tidak tergumpal dan zat-zat lain yang larut dalam air akan terdapat dalam limbah cair tahu yang dihasilkan.

Air limbah tahu sendiri didefinisikan sebagai air sisa penggumpalan tahu yang dihasilkan selama proses pembuatan tahu (Lestari, 1994). Pabrik tahu di Indonesia mengalami kesulitan dalam mengelola limbahnya. Bahkan, tak jarang pengusaha industri tersebut membuang limbah cair mereka tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Hal ini tentu saja merugikan lingkungan. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, limbah cair tahu mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman. Menurut Handajani (2005) limbah cair tahu tersebut dapat dijadikan alternatif baru yang digunakan sebagai pupuk sebab di dalam limbah cair tahu tersebut memiliki ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman

Dalam penelitian terdahulu, Triawati (2010) memanfaatkan limbah cair tahu menjadi pupuk cair organik dengan menambahkan EM4. Data dari penelitian tersebut adalah total kandungan nitrogen dalam pupuk cair organik dengan berbagai konsenterasi EM4 dan tanpa pemberian EM4 sangat tinggi jika dibandingkan dengan Permetan No 28/Permetan/OT.140/2/2009 tentang Standar Mutu Pupuk Organik. Sumbernya berasal setelah proses pengendapan dengan cuka.

Penelitian lainnya, Nurlila (2009), menyatakan bahwa kombinasi limbah cair tahu dan limbah cair sagu pada media tanam tanah memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman sawi meliputi lebar helai daun, panjang helai daun dan jumlah helai daun dibandingkan kontrol.

Menurut Handajani (2005) hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah cair tahu dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap laju pertumbuhan relatif populasi Spirullina. Perlakuan terbaik adalah pemberian limbah cair tahu dosis 31 mg/l dimana kandungan N dan P pada media kultur sebesar 21,04 ppm dan 2,098 ppm. Menurut Mackentum (1969) berdasarkan uji pendahuluan

Page 2: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

pada limbah cair tahu mengandung Nitrat sebesar 14,628 ppm dan kandungan Orthophosfat sebesar 13,5 ppm

Berdasarakan penelitian Triawati (2010) terhadap tiga sampel limbah tahu pabrik Kedung Tarukan mengandung Nitrogen berturut-turut 16,59%, 16,74%, dan 17,04%. Menurut Suriadikata dkk, 2006, syarat komposisi N dan P yang diperlukan untuk pupuk cair yakni sebesar kurang dari 5%. Komposisi limbah tahu dapat memenuhi persyaratan pupuk cair tersebut.

Dalam penelitiannya, kandungan pencemar limbah tahu PT Tirta Buana mengandung K sebesar 616 mg/l, N-Total sebesar 69,28 mg/l dan P-Total sebesar 39,83 mg/l. Berdasarkan uraian di atas, penulis berinisiatif melakukan penelitian mengenai pemanfaatan limbah cair tahu untuk pupuk cair tanaman dengan menggunakan tanaman uji yaitu Kangkung, Melon dan Cabai rawit.

Pabrik tahu yang dijadikan objek penelitian dalam Tugas akhir ini adalah pabrik tahu Jalan Kenjeran, Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya. Pabrik tersebut belum pernah dijadikan objek penelitian tentang pupuk tanaman. Sedang tanaman-tanaman yang diujikan dalam penelitian ini yakni Kangkung, Melon dan Cabai rawit belum pernah digunakan sebagai tanaman uji coba pupuk cair organik dari limbah tahu. Ketiga tanaman tersebut cocok dijadikan tanaman uji karena beberapa faktor diantaranya adalah kandungan N, P, K yang tinggi dalam limbah tahu berguna untuk pertumbuhan tanaman. Limbah tahu yang bersifat asam membuat penulis menjadikan limbah tersebut ber-pH 6. Hal ini sesuai dengan pH optimal Kangkung, Melon dan Cabai rawit

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, peneliti membuat rumusan sebagai berikut:

1. Berapa besar besar kandungan unsur hara N, P, K dan pH yang terdapat dalam limbah cair tahu?

2. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi limbah tahu terhadap pertumbuhan tanaman kangkung, melon dan cabai?

1.3 Tujuan Tujuan dari tugas akhir ini adalah:

1. Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan pH yang terdapat dalam limbah cair tahu.

2. Untuk menganalisis pengaruh variasi konsentrasi limbah tahu terhadap pertumbuhan tanaman kangkung, melon dan cabai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Cair Tahu Sarwono dkk (2004) menyatakan sifat limbah cair dari pengolahan tahu antara lain sebagai berikut: 1. Limbah cair mengandung zat-zat organik

terlarut yang cenderung membusuk jika dibiarkan tergenang sampai beberapa hari di tempat terbuka.

2. Suhu air tahu rata-rata berkisar antara 40-600

3. Air limbah tahu bersifat asam karena proses penggumpalan sari kedelai membutuhkan bahan penolong yang bersifat asam. Keasaman limbah dapat membunuh mikroba.

C, suhu ini lebih tinggi dibandingkan suhu rata-rata air lingkungan. Pembuangan secara langusng tanpa proses, dapat membahayakan kelestarian lingkungan hidup.

Menurut penelitian Setyowati (2001) limbah tahu selain mengandung N dalam bentuk anorganik juga mengandung N dalam bentuk organik. N organik tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan, sehingga memerlukan waktu lama untuk dimanfaatkan. Hal ini disebabkan harus mengalami proses demineralisasi. Selain itu, jumlah unsur hara yang diberikan wajib sedikit lebih tinggi atau lebih banyak dari yang dibutuhkan.

N (Nitrogenium) berperan dalam merangsang pembentukan anakan. Penyerapan tanaman terhadap limbah lebih cepat jika dibandingkan dengan penyerapan tanah terhadap pupuk. Karena limbah cair dalam bentuk larutan lebih cepat diserap oleh tanaman. Dalam limbah tahu terdapat senyawa N dalam bentuk N-organik, N-nitrit ( NO2

- ), N-nitrat ( NO3- ), N-ammonium ( NH4

+ ).

Page 3: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

Senyawa nitrat ( NO3-) inilah yang dapat diserap

langsung oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Kemudian untuk ammonium (NH4

+ ) dan ( NO2- ) oleh bakteri

melalui proses nitrifikasi akan diubah menjadi bentuk senyawa nitrat ( NO3

-

Berdasarakan penelitian Triawati (2010) terhadap tiga sampel limbah tahu pabrik Kedung Tarukan mengandung Nitrogen berturut-turut 16,59%, 16,74%, dan 17,04%. BOD dan COD pun tergolong melebihi baku mutu. Tercatat BOD limbah tahu pabrik Kedung Tarukan sebesar 860 mg/l dan COD sebesar 3.412,36 mg/l. Hal ini melebihi baku mutu menurut SK Gubernur Jatim 414/1987 untuk air golongan IV yaitu untuk BOD sebesar 300 mg/l dan COD sebesar 600 mg/l.

) yang akhirnya dapat diserap oleh tanaman pula.

Dalam penelitian terdahulu, Triawati (2010) memanfaatkan limbah cair tahu menjadi pupuk cair organik dengan menambahkan EM4. Data dari penelitian tersebut adalah total kandungan nitrogen dalam pupuk cair organik dengan berbagai konsenterasi EM4 dan tanpa pemberian EM4 sangat tinggi jika dibandingkan dengan Permetan No 28/Permetan/OT.140/2/2009 tentang Standar Mutu Pupuk Organik.

Penelitian lainnya, Nurlila (2009), menyatakan bahwa kombinasi limbah cair tahu dan limbah cair sagu pada media tanam tanah memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman sawi (lebar helai daun, panjang helai daun dan jumlah helai daun) dibandingkan kontrol.

Menurut Handajani (2010) hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah cair tahu dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap laju pertumbuhan relatif populasi Spirullina. Perlakuan terbaik adalah pemberian limbah cair tahu dosis 31 mg/l dimana kandungan N dan P pada media kultur sebesar 21,04 ppm dan 2,098 ppm. Menurut Mackentum (1969), berdasarkan uji pendahuluan pada limbah cair tahu mengandung Nitrat sebesar 14,628 ppm dan kandungan Orthophosfat sebesar 13,5 ppm

Berdasarkan penelitian Damayanti, A., Hermana, J., dan Masduqi, A.. (2004) sumber

limbah cair pabrik tahu berasal dari proses merendam kedelai serta proses akhir pemisahan jonjot-jonjot tahu. Pada Tabel 2.1 hingga Tabel 2.4 dapat dilihat bagaimana karakteristik pencemar yang berasal dari limbah pabrik tahu. Berikut merupakan kandungan pencemar limbah tahu:

Tabel 2.1 Kandungan Pencemar Limbah Tahu Pabrik Tahu Kalidami

Nomor COD (mg/l)

BOD (mg/l)

N-Total (mg/l)

P-Total (mg/l)

pH

1 7250 5643 169,5 3,94 3,94

2 6870 5395 153,4 4,28 4,28

Rata-ata 7050 5389,5 161,5 81,6 4,11

Sumber: Jurnal Purifikasi, Vol.5, No.4, Oktober 2004: 151-156 2.2 Konsep Kesuburan Tanah

Pupuk Cair Organik kaya akan kandungan nutrien bagi tanaman. Pupuk cair organik mengandung senyawa, N, P, K, Mg, S, Ca dan lain-lain.

1. Mengandung giberlin -. Merangsang pertumbuhan tunas baru -. Merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada

tumbuhan -. Memperbaiki klorofil pada daun -. Merangsang pertumbuhan kuncup bunga -. Memperkuat tangkai serbuk sari pada bunga 2. Mengandung alkohol,Gas Metan, H2S -. Sterilisasi pada tumbuhan (mengurangi dan

menghentikan pertumbuhan mikroba pengganggu pada tumbuhan terutama pada daun dan batang, seperti, bercak daun (penyakit blas)

-. Disi fungsi Gas Metan Dan H2S adalah untuk membakar jasad renik atau mikrobiologi penggangu yang menempel pada tanaman dengan bereaksi bersama sinar ultraviolet.(Anonim, 2009)

Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat

Page 4: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk nitrogen kimia. Kehidupan binatang di dalam tanah juga terpacu dengan penggunaan pupuk cair. Pupuk cair tersebut dapat dibuat dari kotoran hewan yang masih baru. Kotoran hewan yang dapat digunakan misalnya kotoran kambing, domba, kelinci atau

Larutan tersebut merupakan pupuk cair yang bagus untuk memupuk pertumbuhan tanaman. Pupuk ini dapat digunakan untuk berbagai macam tanaman. Larutan tersebut digunakan untuk menyiram tanaman, di sekeliling tanaman.

Penggunaan pupuk cair lebih memudahkan pekerjaan, dan penggunaan pupuk cair berarti kita melakukan tiga macam proses dalam sekali pekerjaan, yaitu : - Memupuk tanaman - Menyiram tanaman - Mengobati tanaman

Untuk menghindari supaya daun tanaman tidak terbakar encerkan pupuk cair. Mulailah dengan campuran yang paling encer terlebih dahulu.(Anonim, 2011)

Sebagai penunjang tegaknya tanaman, tanah harus kuat hingga dapat berdiri kokoh. Dengan demikian, diharapkan tanaman mengalami pertumbuhan dan tak mudah roboh. Disamping itu, tanah harus cukup lunak hingga akar tanaman dapat berkembang dan menjalankan fungsinya tanpa hambatan yang berarti. Tanah juga harus mempunyai kedalaman efektif yang cukup hingga akar tanaman tak hanya terpusat di lapisan atas. Hal ini disebabkan jika keadaan tersebut terjadi maka tanaman akan peka terhadap kondisi kekurangan air dan unsur hara, serta mudah tumbang akibat terpaan angin.(Anonim, 2010)

Tanaman yang dapat tumbuh dengan baik memerlukan air yang cukup dan seimbang. Unsur hara yang berlebihan sangat merugikan. Tak hanya mubasir, tetapi juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman akibat terhambatnya ketersediaan unsur hara lain atau terjadinya keracunan tanaman.

Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik, tanaman memerlukan kondisi lingkungan yang cocok. Kondisi tersebut meliputi suhu, oksigen, dan tanah terbebas dari faktor penghambat yang

lainnya seperti keasaman tanah yang ekstrim, kadar garam yang tinggi, serta adanya unsur-unsur yang bersifat toksik terhadap tanaman.

Oksigen yang masuk ke dalam akar tanaman melalui sel lenti dengan proses pertukaran gas digunakan tanaman untuk respirasi. Hal ini akan menghasilkan energi yang berguna bagi sintesis dan translokasi senyawa organik. Ketersediaan oksigen pada umumnya berhubungan erat dengan sifat tanah yakni struktur dan porositas tanah serta kondisi air tanah.

Pada intinya, jika tanah mempunyai kondisi tersebut diatas, maka disebut tanah subur. Dengan demikian maka kesuburan tanah dapat dibatasi sebagai kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyediakan unsur hara yang cocok, dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat dan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan spesies tanaman. Jadi, kesuburan tanah secara murni merupakan manifestasi sifat dan kemampuan tanah.(Islami, 1995)

Tanah pada masa kini didefinisikan sebagai lapisan permukaan bumi secara fisik berfungsi sebagai tempat bertumbuh kembangnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air serta udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara/nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N,P,K,Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain-lain) dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktifitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan. (Ali, 2005)

Kesuburan tanah pertanian dapat diukur berdasarkan hasil tanaman (berat kering ton.ha -1) dan kualitas berupa kandungan gula, pati, protein dan vitamin yang variasinya direkam dari tahun ke tahun. Tanah yang subur adalah tanah yang sevara konnsisten memberikan hasil yang baik tanpa penambahan pupuk. Jika diperukan penambahan pupuk maka terjadi tanggapan tanaman dalam bentuk peningkatan hasil yang

Page 5: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

cukup tinggi terhadap pemupukan kimia maupun organik serta pemberian air irigasi. Tanah mempunyai kesuburan asli yang tinggi, tetapi bisa mempunyai hasil produksi yang rendah karena faktor produksi lainnya menghambat pertumbuhan tanaman. 1. Kesuburan tanah potensial, yaitu maksimum

hasil yang diperoleh dengan cara mengoptimalisasi semua faktor produksi.

2. Kesuburan tanah aktual, yaitu status kesuburan asli tanah tanpa dilakukan usaha perbaikan atau peningkatan kesuburannya. Jenis tanah tertentu mempunyai potensi

kesuburan tanah yang tinggi, namun karena tidak dilakukan perbaikan tingkat kesuburannya maka hanya diperoleh hasil dengan arus sedang. Hasilnya dapat ditingkatkan dengan perbaikan irigasi apabila kondisi iklim terlalu kering, pemupukan, perbaikan varietas yang tinggi, perbaikan system pertanaman, dan perlindungan tanaman. (Sutanto, 2005) A. Komposisi tanah Menurut (Ali, 2005) tanah terdiri dari : 1. 50 % padatan yaitu 45% bahan mineral dan 5%

bahan organik 2. 50% ruang pori yaitu 25% air dan 25% udara Proporsi komponen-komponen tanah tergantung: 1. Ukuran partikel penyusun tanah 2. Sumber bahan organik tanah 3. Iklim. Pada waktu hujan dan penguapan

rendah, proporsi air meningkat serta proporsi udara menurun. Hal ini berlaku sebaliknya.

4. Sumber air 2.2.1 Produktivitas Tanah

Tanah berstruktur liat atau gumpal mempunyai tngkat kesuburan yang rendah. Pasalnya partikel-pertikel tanah liat tersusun sangat rapat dan padat, bahkan saling melekat erat satu sama lain. Dengan merapatnya partikel-partikel tanah tersebut maka hampir tak ada lagi celah atau rongga yang tersisa untuk sirkulasi air dan udara di dalamnya. Akibatnya, udara, air dan unsur hara, yang terlarut di dalamnya sulit diserap akar tanaman karena terjerap partikel tanah.

Kondisi tersebut juga dapat membuat tanah menjadi sangat lembab. Bahkan, jika terjadi penyiraman berlebihan nisa menyebabkan tanah menjadi becek. Pada kondisi tersebut tidak menutup kemungkinan jika perakaran tanaman akan rusak dan membusuk. Namun sebaliknya, pada saat kondisi kering tanah liat akan menggumpaldan sifatnya pun makinkedap terhadap udara. Akibatnya tanaman akan mati karena perakarannya tidak mampu menembus struktur tanah tersebut.(Agromedia, 2007)

Tidak semua tanaman yang tumbuh pada tanah yang subur mempunyai pertumbuhan yang baik dan memberi hasil tinggi. Untuk mendapatkan hasil tinggi diperlukan masukan dan pengelolaan yang tepat, sehingga dikenal istilah produktivitas tanah.

Secara umum, produktivitas tanah adalah kemampuan tanah memproduksi suatu spesies tanaman atau suatu system pertanaman pada suatu system pengelolaan tertentu. Pengelolaannya sendiri meliputi pengaturan jarak tanam, pemupukan, pengairan, pemberantasana hama, dan lain-lain. (Islami, 1995)

Kajian mengenai produktivitas pertanian dari segi teknik meliputi system tanah-iklim-pertanaman. Seringkali ditemukan bahwa hasil panen berkaitan dengan beberapa sifat tanah, yakni tekstur, pH, warna, sifat hidromorfik, dan kadar bahan organik. (Natohadiprawiro, 1983)

Pertumbuhan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia, dan biologi tanah.

1. Keadaan fisika tanah meliputi: suhu tanah,kelengasan tanah, struktur tanah, pelimpasan dan pengikisan. (Sanchez, 1993)

2. Keadaan kimia tanah meliputi: pertukaran ion, reaksi tanah (pH tanah), sifat redoks tanah (Sutanto, 2005)

3. Keadaan organik tanah meliputi: pembentukan humus (Foth, 1994) 2.2.2 Unsur Hara Tanaman

Dalam tanah, terdapat unsur hara atau kemungkinan dapat ditambahkan pupuk kandang atau pupuk mineral seperti NH4, NO3, MgSO4

1. Hara mineral

, dan KCl. Tanaman mampu menyerap unsur-unsur tersebut dalam bentuk ion.

Page 6: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

Diketahui ada 92 unsur dalam tanah. Tanaman mengandung 40-50 unsur, namun selain C, O, dan H hanya 15 unsur yang diketahui sebagai unsur esensial untuk pertumbuhan tanaman. Unsur hara mineral di dalam tanah berasal dari pelapukan mineral dan mineralisasi bahan organik (N, P, S). Pada tanah pertanian, unsur hara dapat ditambahkan sebagai pupuk organik, pupuk kimia/mineral, dan pengapuran.

Unsur hara mineral dapat dibedakan menjadi unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Al, Cu, Zn, Mo, B, Cl). Kelompok-kelompok tersebut esensial terhadap pertumbuhan tanaman. Perbedaan terletak pada kandungan dalam jaringan tanaman. 2. Bentuk keberadaan unsur hara

Unsur hara dalam tanah ada dalam bentuk senyawa mineral, senyawa organik, unsur yang terjerap, dan unsur dalam larutan tanah. Senyawa mineral terdapat dalam struktur kristal mineral atau dalam bentuk amorf. Kekuatan ikatan tergantung pada struktur mineral dan mobilisasi unsur tersebut tergantung pada stabilitas mineral terhadap pelapukan.

Senyawa organik misalnya N dan S ada dalam protein, N dan P dalam asam nukleat, N dan Mg dalam klorofil, dan Fe dalam enzim. Kekuatan ikatan tergantung pada struktur senyawa tersebut (missal N dalam senyawa nukleat lebih kuat terikat daripada N dalam asam amino; P dalam nukleotida lebih kuat daripada P dalam fitin). Mobilisasi unsur sendiri tergantung pada stabilitas mineral terhadap pelapukan.

Unsur hara terjerap dalam bentuk ion tertukarkan dalam kompleks pertukaran mineral dan organik. Pertukaran ion tergantung pada karakteristik ion dan kompleks pertukaran. Unsur hara dalam larutan tanah yakni ion bebas dalam larutan tanah.

Porsi terbesar total hara tanah adalah mineral dan senyawa organik dan hanya 2% dalam bentuk dipertukarkan dan juga larutan. Tanah yang tidak mengandung CaCO3 , tetapi mempunyai kapasitas pertukaran tinggi dan OH tinggi maka 40% Ca kemungkinan besar dalam bentuk teradsorbsi. Pada tanah salin dalam keadaan lembab lebih banyak SO4

3. Ketersediaan hara

dan Cl dalam entuk larutan. Semua

unsur hara dalam bentuk mineral, kecuali >98% N, sebanyak 60%-95% S dan 25%-60% P dalam bentuk senyawa organik.

Mobilisasi unsur hara berasal dari hasil pelapukan batuan (semua unsur kecuali N). mineralisasi adalah hasil alihrupa bahan organik menjadi unsur-unsur yang tersedia bagi tanaman terutama unsur N, P, S tetapi juga unsur hara lainnnya dan melalui proses pertukaran ion yang terjerap.

Hara dalam tanah dapat berasal dari empat macam sumber dengan urut-urutan menurun ketersediaannya sebagai berikut: a. Larut air: Dalam bentuk ion, segera tersedia. b. Bentuk tertukarkan: Unsur hara yang terjerap

dalam kompleks pertukaran akan menjadi tersedia melalui pertukaran ion dengan larutan tanah atau secara langsung dengan H+, OH-, dan HCO3- yang kesemuanya dihasilkan oleh perakaran. Misal Ca2+, NH4+ ,H2PO

c. Tersedia cepat: Mudah dan dalam periode yang pendek

4-

d. Tersedia lambat: Merupakan kombinasi dengan mineral atau senyawa organik yang lemah atau dijerap oleh permukaan mineral lempung dan tidak mudh lepas; ketersediaan sedang. Mobilisasi pada satu atau dua musim pertanaman terjadi melalui pelapukan dan mineralisasi atau melalui agen aktif perakaran tanaman.

4. Mengukur ketersediaan hara a. Kuantitas:Jumlah hara yang dikandung

larutan tanah dalam mintakat perakaran, terutama dalam bentuk yang dapat dipertukarkan dan tersedia lambat.

b. Intensitas: Konsentrasi dalam larutan tanah. Hubungan Q/I juga member informasi yang berguna.

c. Mobilitas: Besarnya perpindahan hara ke permukaan perakaran melalui aliran massa menanggapi penyerapan air dan difusi dari larutan tanah. (Foth, 1994) Berikut merupakan fungsi unsur hara:

Page 7: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

I. Nitrogen

N2 dapat digunakan oleh tanaman-tanaman tinggi. Proses konversi N2 menjadi bentuk-bentuk yang dapat digunakan tanpa berpembuluh yaitu fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen disebabkan oleh mikroorganisme dan peristiwa atmosfir tertentu, termasuk kilat. Bakteri denitrifikasi dalam tanah mengubah nitrogen tanah yang tersedia kembali menjadi N2 dalam proses yang disebut denitrifikasi. Mineralisasi nitrogen organik berakibat pada ketersediaan oksigen seperti ammonium (NH4+). Sedang nitrifikasi menghasilkan nitrogen tersedia seperti nitrat (NO3-

Nitrogen yang berlimpah menaikkan pertumbuhan dengan cepat dengan perkembangan yang lebih besar pada batang dan daun-daun berwarna hijau gelap. Penyediaan nitrogen tersedia yang cukup selama awal kehidupan tanaman dapat memacu pertumbuhan dan berakibat dalam kemasakan yang terlalu dini.

)

Gejala kekurangan nitrogen ditandai oleh adanya warna hijau terang sampai kuning pada daun. Pada pohon buah-buahan, rontoknya daun yang terlalu awal, kematian tunas-tunas lateral, rangkaian buah yang kurang baik, perkembangan warna buah yang tidak biasa merupakan tanda-tanda kekurangan nitrogen. (Foth, 1994)

Menurut Anonim (2009) akibat lain dari kebanyakan air yang mengandung banyak unsur N bagi tanaman sayuran adalah munculnya gejala layu karena tanaman keracunan N. Prosesnya dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada waktu air memenuhi seluruh rongga udara di dalam tanah maka kebutuhan oksigen akar tidak terpenuhi. Pada kondisi cukup oksigen N tersedia bagi tanaman dalam bentuk NH4+ atau NO3- sedangkan pada kondisi anaerob atau tergenang air yang mengandung ion – ion N tersebut tereduksi menjadi NO2 yang sangat beracun bagi tanaman. Sebagian besar

Menurut Anonim (2010), kebanyakan air yang mengandung N dalam tanah juga menyebabkan rendahnya daya dukung tanah terhadap tetap tegaknya tanaman menjadi rendah. Hal yang sering terjadi adalah robohnya tanaman

akibat hujan

tanaman sayuran sangat peka terhadap kebanyakan air.

angin

Menurut Siswoyo (2000), N dalam tanah adalah unsur utama dalam pertumbuhan tanaman. Bentuknya adalah sebagai berikut:

meskipun tanaman sudah ditopang dengan lanjaran.Gangguan lain adalah keseimbangan nutrisi dalam tanah.

- Sebagai gas, 80% udara tanah adalah N sebagai gas, yang tidak dapat dihisap langsung oleh tanaman. Hanya dengan tanaman polong-polongan dapat mengikat lewat bintil-bintil akar.

- Sebagai N organik yang merupakan bentuk cadangan N di dalam tanah. Humus mengandung 5% N dalam bentuk N organik. N organik tidak dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman yang hanya menghisap N dalam bentuk mineral.

- Bentuk amoniak (NH3+

- Sebagai asam sendawa (NO

) yang terikat kompleks absorsi, tetapi kurang stabil karena bakteri-bakteri tanah mengubah bentuk amoniak menjadi bentuk Nitrit. Tanaman sukar menghisap N sebagai Amoniak.

3-

- Tanaman menghisap unsur N dalam bentuk Amonium (NH

) yang tak terikat tanah, melainkan langsung dapat dihisap tanaman.

4) dan dalam bentuk Nitrat (NO3-

)

II. Fosfor Menurut Foth (1994), pupuk fosfor terutama

adalah kalsium dan ammonium fosfat terlarut. Mereka terurai ke dalam larutan tanah dan merupakan subyek untuk fiksasi untuk alasan ini, fosfor dari pupuk dapat bergerak beberapa centimeter dari tempat peletakannya. Defisiensi fosfor dicirikan dengan tanaman yang tidak tumbuh dengan sepertinya yang berakibat yang hampir sama baik pada pertumbuhan akar maupun pada bagian atas tanaman.Menurut Sutedjo (2008), penurunan / kehilangan P tersebut dapat disebabkan karena pencucian / leaching saat penyiraman dan penyerapan oleh tanaman. Kehilangan P dapat juga terjadi karena adanya eksudasi asam organik oleh akar tanaman, dimana cekaman lingkungan di daerah perakaran (misalnya kekeringan) menyebabkan akar mengeksudasi beberapa macam asam organik seperti asam malat, asetat, laktat, suksinat yang dapat mengikat Al, Fe, Mn dan Ca sehingga P

Page 8: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

lepas ke dalam larutan tanah. (Handayanto dan Hairiah, 2009)

Selain itu, pertumbuhan juga menjadi kerdil. Menurut Siswoyo (2000), bentuk unsur P

dalam tanah adalah: - P dalam larutan tanah dimana jumlahnya 0,2-

0,5 mg/l, yang berarti kurang dari 1 kg P/Ha di dalam tanah pada daerah perakaran. Akar menggunakan larutan tanah untuk menghisap P tersebut.

- P yang terikat dalam kompleks liat humus, dengan perantaraan Ca atau hydroxide Fe dan Al yang dalam tanah masam terikat sebagai koloid elektro positif dan yang mengikat anion-anion P.

- P organis yang merupakan bentuk cadangan yang dapat dihisap oleh tanaman setelah menjadi mineral.

III. Kalium

Menurut Foth (1994), tanah-tanah organik terkenal mengalami defisiensi kalium, sebab berisi sedikit mineral yang mengandung kalium. Kalium menambah sintesa dan translokasi karbohidrat, karena itu memprecepat ketebalan dinding sel dan kekuatan tangkai. Tanaman berumbi seperti kentang membutuhkan K yang tinggi. Menurut Siswoyo (2000), bentuk Kalium dalam tanah: - K di dalam larutan tanah, yang hanya

berjumlah sedikit sekitar 10 mgr per liter larutan.

- K di dalam liat humus. Tanaman menghisap K dari larutan tanah, maka sebagai kation K+

terikat harus melewati larutan tanah ini. Nantinya, merekalah yang menjadi bahan makanan tanaman.

A. Mekanisme Penyerapan Hara Pertumbuhan suatu tanaman akan dipengaruhi

oleh beberapa faktor yakni faktor dari dalam dan dari luar. Faktor dari dalam yaitu tanaman itu sendiri, seperti kondisi anatomi dan fisiologi tanaman. Sedangkan faktor luar yaitu faktor lingkungan seperti tanah, temperatur, kelembaban, penetrasi sinar matahari dan sebagainya. Tanah yang banyak mengandung unsur hara akan memberikan efek berbeda dengan tanah yang kurang subur. Suhu juga turut memberikan pengaruh pada tanaman. Tumbuhan hijau memerlukan sinaar matahari yang cukup untuk

keperluan fotosintesis. Proses fotosintesis yang terjadi di daun merupakan proses pembentukan makanan oleh tumbuhan (Siswoyo, 2000).

Menurut (Madjid, 2007) unsur hara dapat tersedia disekitar akar melalui 3 mekanisme penyediaan unsur hara, yaitu: (1) aliran massa, (2) difusi, dan (3) intersepsi akar. Hara yang telah berada disekitar permukaan akar tersebut dapat diserap tanaman melalui dua proses, yaitu:

(1) Proses Aktif, yaitu: proses penyerapan unsur hara dengan energi aktif atau proses penyerapan hara yang memerlukan adanya energi metabolik, dan

(2) Proses Selektif, yaitu: proses penyerapan unsur hara yang terjadi secara selektif.

Proses Aktif: Proses penyerapan unsur hara dengan energi

aktif dapat berlangsung apabila tersedia energi metabolik. Energi metabolik tersebut dihasilkan dari proses pernapasan akar tanaman. Selama proses pernapasan akar tanaman berlangsung akan dihasilkan energi metabolik dan energi ini mendorong berlangsungnya penyerapan unsur hara secara proses aktif. Apabila proses pernapasan akar tanaman berkurang akan menurunkan pula proses penyerapan unsur hara melalui proses aktif. Bagian akar tanaman yang paling aktif adalah bagian dekat ujung akar yang baru terbentuk dan rambut-rambut akar. Bagian akar ini merupakan bagian yang melakukan kegiatan respirasi (pernapasan) terbesar.

Proses Selektif: Bagian terluar dari sel akar tanaman terdiri

dari: (1) dinding sel, (2) membran sel, (3) protoplasma. Dinding sel merupakan bagian sel yang tidak aktif. Bagian ini bersinggungan langsung dengan tanah. Sedangkan bagian dalam terdiri dari protoplasma yang bersifat aktif. Bagian ini dikelilingi oleh membran. Membran ini berkemampuan untuk melakukan seleksi unsur hara yang akan melaluinya. Proses penyerapan unsur hara yang melalui mekanisme seleksi yang terjadi pada membran disebut sebagai proses selektif.

Proses selektif terhadap penyerapan unsur hara yang terjadi pada membran diperkirakan berlangsung melalui suatu carrier (pembawa).

Page 9: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

Carrier (pembawa) ini bersenyawa dengan ion (unsur) terpilih. Selanjutnya, ion (unsur) terpilih tersebut dibawa masuk ke dalam protoplasma dengan menembus membran sel.

Mekanisme penyerapan ini berlangsung sebagai berikut:

(1) Saat akar tanaman menyerap unsur hara dalam bentuk kation (K+, Ca2+, Mg2+, dan NH4

+

(2) Saat akar tanaman menyerap unsur hara dalam bentuk anion (NO

) maka dari akar akan dikeluarkan kation H+ dalam jumlah yang setara, serta

3-, H2PO4

-, SO4-) maka

dari akar akan dikeluarkan HCO3-

dengan jumlah yang setara.

2.3 Pupuk dan Pemupukan Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah

karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Jadi, memupuk berarti menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun) (Lingga, 2002).

Dalam arti luas, pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimis, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Termasuk pemberian bahan kapur dengan maksud untuk meningkatkan pH tanah yang masam, pemberian legin bersama benih bersama benih tanaman kacang- kacangan dan pemberian pembenah tanah untuk memperbaiki sifat fisik tanah (Rosmarkan, 2002).

Tanaman memerlukan sejumlah unsur hara dalam takaran cukup, seimbang dan sinambung untuk terus tumbuh dan berkembang, menyelesaikan daur hidupnya. Anasir hara tanaman ini diambil dari atmosfir dan system tanah. Paling sedikit ada 16 macam unsur hara yang diperlukan secara teratur untuk pertumbuhan vascular tanaman (Poerwowidodo, 1992).

Pupuk tidak berisi unsur-unsur hara tanaman dalam bentuk unsur seperti nitrogen, fosfor atau kalium, tetapi unsur-unsur tersebut berada dalam bentuk campuran yang memberikan bentu-bentuk

ion dari unsur hara yang dapat diabsorbsi tanaman.

Keberhasilan pupuk nyata berhubungan dengan tipe pemakaian maupun penempatan diatas atau di dalam tanah pada waktu pemakaian. Faktor utama yang mempengaruhi keputusan pengelolaan mengenai penggunaan dan pemakaian pupuk adalah: 1. Fiksasi fosfor (dan memperkecil jumlah

kalium) 2. Kehilangan nitrat karena pencucian.. 3. Denitrifikasi dan kehilangan Nitrogen

sebaagai N24. Kehilangan ammonia karena penguapan

(volatilisasi).

5. Lokasi perakaran tanaman 6. Pengaruh garam pada perkecambahan biji. 7. Kandungan kelembaban tanah dan

ketersediaannya untuk tanaman. 8. Saat kebutuhan maksimum unsur hara

tanaman. 9. Pertimbangan pengelolaan, termasuk

ketersediaan tenaga kerja, keadaan tanah dan lain-lainnya.

A..Interaksi Unsur-unsur Hara Pupuk Tanggapan tanaman terhadap unsur hara

pupuk dipengaruhi baik oleh penggunaan beberapa unsur hara pupuk lainnya atau tingkat bebrapa unsur hara tanah lainnya. Jika pupuk nitrogen diberikan dan pertumbuhan tanaman dirangsang meningkatkan permintaan semua unsur hara tanaman lainnya. (Foth, 1994)

B. Kebutuhan Pupuk Untuk Tanaman

Untuk mengetahui peranan pupuk yang beraneka ragam bagi kehidupan tanaman digunakan berbagau macam unsur dengan jumlah yang berbeda-beda menurut kebutuhan tanaman. Sebaliknya kebutuhan tanaman akan makanan dalam sepanjang hidupnya perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1. Kebutuhan rata-rata : biasanya dinyarakan dengan angka-angka, mengenai kebutuhan pupuk berdasarkan apa yang dihisap oleh tanaman dari tanah. Sedang pemakaian jumlah pupuk yang konkret masih tergantung dari berbagai macam faktor yang lain, seperti :

Page 10: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

a. Pada tanaman tertentu padi disebut High N Responsive atau membutuhkan banyak N, berbeda dengan jenis tanaman yang penghisapan N-nya cukup sediki saja.

b. Kesuburan tanah : pada tanah yang subur, persediaan unsur di dalam tanah akan lebih mencukupi, walaupun tingkat kekayaannya tidak sama, dan ada kemungkinan ada salah satu unsur yang diberi lebih banyak dan sebaliknya.

c. Keadaan cuaca : dalam hal ini harus diperhatikan situasi. Untuk berbagai jenis tanaman ada yang disebut dominan, ialah unsur-unsr yang paling dibutuhkan oleh tanaman tertentu, seperti padi-padian penghisap N dan P, tanaman umbi-umbian yang lebih banyak N dan K, sedang sayur-sayuran lebih banyak membutuhkan P dan K.

2. Lingkaran penghisap unsur Tanaman harus mampu menghisap zat makanan yang pada waktu itu sangat dibutuhkan. Pada masa pertumbuhan vegetatif tanaman sangat membutuhkan N, sedang P sangat dibutuhkan pada pembungaan dan pada masa pembuahan, dan lain sebagainya.

3. Pemupukan jangan overdosis Pemupukan yang terlalu banyak atau berlebihan tidak akan menguntungkan.

Menurut Setyowati (2000), pemberian konsentrasi yang lebih besar akan melebihi kebutuhan akan unsur N. Unsur N dalam jumlah berlebihan tidak akan lagi merangsang tanaman memberikan hasil yang lebih tinggi, kenyataannnya adalah sebaliknya. 2.4 Tanaman Uji 2.4.1 Melon

Klasifikasi melon adalah sebagai berkut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Subdivisi : Magnoliopsida Ordo : Cucurbitales Famili : Cucurbitaceae

Genus : Cucumis Species : Cucumis Melo

Melon (Cucumis melo L.) merupakan nama buah sekaligus tanaman yang menghasilkannya, yang termasuk dalam suku labu-labuan atau Cucurbitaceae. Bagian yang dimakan adalah daging buah (mesokarp). Teksturnya lunak, berwarna putih sampai merah, tergantung kultivarnya. Tumbuhan semusim, merambat tetapi menjalar, tidak memanjat. Daun berbentuk menjari dengan lekuk moderat sehingga seperti lingkaran bersudut. Batangnya biasanya tidak berkayu. Tumbuhan ini berumah satu dengan bunga dua tipe: bunga jantan dan hermafrodit. Bunga jantan muncul biasanya pada saat tanaman masih muda atau bila tumbuhnya kurang baik. Buah bertipe pepo. Bagian mesokarp menebal menjadi daging buah yang berair. pemuliaan diarahkan pada daging buah yang tebal, manis, serta jika mungkin, harum. Melon amat beragam, terutama dilihat dari bentuk buahnya. Terdapat dua subspesies dan sepuluh kelompok kultivar ('cultivar group') dalam spesies ini. (Anonim, 2009)

Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 20 hari setelah ditanam, tanaman berusia 40 hari (ketika akan melakukan penjarangan buah) dan pada saat tanaman berusia 60 hari (saat menginjak proses pematangan). Caranya sebarkan secara merata di atas tanah bedengan pada pinggiran kiri dan kanannya (10–15 cm). Kemudian tanah dibalik dengan hati-hati supaya tidak merusak perakaran tanaman, dan agar pupuk tersebut bisa aman terpendam dalam tanah. (Anonim,2011)

Menurut kebutuhan N, P, dan K untuk Melon sebesar N 78,75 kg/ha, P sebesar 90 kg/ha, dan K sebesar 225 kg/ha . 2.4.2 Cabai Cabai Rawit (Capsicum frutescens) Menurut Rahman (2010), klasifikasi tanaman cabai adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Ordo : Subiflorae Famili : Solanaceae Genus : Capsicum

Page 11: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

Species : Capsicum frutescens Kebutuhan N, P dan K untuk tanaman Cabai

adalah 60.3 kg N/ha, 69 kg P2O5/ha, 100 kg K2

A. Fisiologi O/ha (Kusandriani, 1996).

Sistem perakrannya agak menyebar, diawali dengan akar tunggang yang sangat kuat, kemudian cabang-cabang akar, dan secara terus menerus tumbuh akar-akar rambut. Akar-akar baru akan terus dibentuk dari akar utama pada stadium tanaman muda sampai dewasa. Kedua arah pertumbuhan akar tersebut dinamai “diarchos root system” artinya dua arah sistem perakaran yang berlawanan. Batang Batang tumbu tegak dan berkayu pada pangkalnya. Batang ini berfungsi sebagai tempat keluarnya cabang, tunas, daun, bunga, dan buah, kulit batangnya tipis sampai agak tebal.

Tanaman Cabai merupakan tanaman setahun atau beberapa tahun, batangnya berbentuk perdu dan berasal dari Amerika Selatan. Daunnya berbentuk oval atau eleptis, helai daunnya sederhana serta utuh, bunganya putih, kehijauan, atau violet, tumbuh sendiri-sendiri atau dompolan 2-3 buah, tumbuh tegak atau menggantung. Buah Cabai seperti polong, berbiji banyak, rongga buah luas berisi biji. Tanaman ini biasa ditanam di sawah, tegalan, dan pekarangan. Cabai memiliki penyesuaian yang luas terhadap lingkungan tumbuh. Selain itu, Cabai mudah dibudidayakan di dalam pot dan wadah lainnya dengan volume yang terbatas. Cabai dapat tumbuh di segala macam tipe tanah dan ketinggian tempat. Tapi Cabai tidak tahan terhadap hujan, terutama pada fase pembungaan karena mudah gugur. Suhu udara yang tinggi menyebabkan produksi buah Cabai menurun. Tanah yang cocok adalah tanah berpasir atau berdebu yang gembur dan cukup bahan organik. pH tanah optimum 5-6. Pengaturan pada masa tanam sangat penting sehingga musim berbunga dan musim berbuah jatuh pada musim kering. Tanaman ini diperbanyak dengan menyemaikan biji di persemaian, dalam waktu 4-7 hari biji akan bercambah dan bibit muda dipelihara di persemaian hingga tingginya 15-16

cm, yaitu umur 1-1,5 bulan. Persemaian dapat juga dibuat di bedengan di lapangan atau menggunakan polibag hitam ukuran kecil. Pada tiap kantong ditanami 2-3 benih. 2.4.3 Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.)

Klasifikasi Kangkung adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Subdivisi : Magnoliopsida Ordo : Solanales Famili : Convolvulaceae Genus : Ipomoea reptans Poir Dikenal juga sebagai Ipomoea reptans Poir.

Merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran dan di tanam sebagai makanan. Kangkung kebanyakan terdapat di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan berair. Persyaratan pH tanaman Kangkung sebesar 5,5-6

Terdapat dua bentuk Kangkung. Kangkung sendiri mempunyai daun yang licin dan berbentuk mata panah, sepanjang 5-6 inci. Tumbuhan ini memiliki batang yang menjalar dengan daun berselang dan batang yang menegak di pangkal daun. Kangkung bewarna hijau pucat dan menghasilkan bunga bewarna putih, yang menghasilkan kantung yang mengandung empat biji benih. Selain itu, terdapat juga jenis daun lebar dan daun tirus.

Dua jenis penanaman yang diusahakan: kering dan basah. Sejumlah besar bahan organik (kompos) dan air diperlukan agar tanaman ini dapat tumbuh dengan subur. Pada sistem penanaman kering, Kangkung ditanam pada jarak 5 inci pada batas dan ditunjang dengan kayu sangga. Kangkung dapat ditanam dari biji benih maupun keratin akar. Kangkung juga sering ditanam pada semaian sebelum dipindahkan di kebun. Daun dipanen setelah 6 minggu ia ditanam. Semasa berbunga, pucuk Kangkung tumbuh dengan lambat, tetapi pembajakan tanah dan panen cenderung menggalakkan lebih banyak daun yang dihasilkan. Kebutuhan N, P dan K untuk tanaman Kangkung adalah N sebesar 2 x 10-3 gr/cm2, P sebesar 18 x 10-4 gr/cm2 dan K sebesar 1,2 x 10-3 gr/cm2.(Haryoto, 2009)

Page 12: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

2.5 Analisa Statistik

Hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan mengenai suatu hal atau merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah. Hipotesis dinyatakan dalam pernyataan yang menghubungkan secara eksplisit satu variable dengan variable lainnya. Hipotesis yang baik selalu menunjukkan hubungan dua variable atau lebih. Dalam analisa statistik dikenal H1 (hipotesis kerja) serta diperlukan H0 sebagai pembanding dan sering disebut hipotesis statistik. Penerimaan suatu hipotesis (H0) karena tidak cukup bukti untuk menolaknya, sehingga berimplikasi hipotesis tersebut benar. Penarikan kesimpulan yang benar adalah jika terima H0 jika memang H0 benar dan tolak H0 jika H0

Nilai disebut nilai kesalahan. Nilai

yang digunakan adalah 0,1 dan akan

mempengaruhi hasil kesimpulan yang akan diambil. Diantara metoda untuk uji hipotesis adalah uji analisis ragam atau Analysis of Variance (ANOVA).

memang salah.

Analisis ragam atau analysis of Variance (ANOVA) adalah suatu metode untuk menguraikan keragaman total data menjadi komponen-komponen yang mengukur berbagai sumber keragaman. Secara aplikatif, ANOVA digunakan untuk menguji rata-rata lebih dari dua sampel berbeda secara signifikan atau tidak.

Analisa T-Test. tersebut digunakan untuk melihat perbedaan pengaruh pemberian limbah tiap dua konsentrasi pada satu tanaman. Jadi, peneliti membandingkan pengaruh pemberian limbah tahu terhadap jumlah daun tanaman Kangkung tiap dua konsentrasi. Hal ini disebabkan dengan membandingkan tiap dua konsentrasi, maka akan terlihat mana yang lebih optimal pertumbuhannya jika pemberian dilakukan diantara kedua konsentrasi tersebut.(Kartika, 2010)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Umum

Metodologi penelitian merupakan beberapa tahapan yang akan dilakukan selama penelitian. Bab ini juga akan mengulas peralatan yang dipakai, bahan, metode, serta prakiraan waktu penelitian. Tahapan penelitian ini meliputi latar belakang, studi literatur, persiapan penelitian, analisa dan pembahasan, hingga kesimpulan dapat dilihat pada Gambar 3.1.

3.2 Kerangka penelitian

Literatur-literatur yang dipakai dalam Tugas Akhir ini merupakan literatur-literatur yang bersifat sekunder atau text book. Diantaranya adalah limbah cair tahu, konsep kesuburan tanah, pupuk dan pemupukan, dan deskripsi tanaman uji. Prosesnya adalah mempelajari text book, kemudian menilai dan mengaplikasikannya ke dalam Tugas Akhir ini.

3.3 Penjelasan Kerangka Penelitian 3.3.1 Latar Belakang

Pemanfaatan limbah sudah seharusnya digalakkan.

Demikian halnya air buangan sisa pengolahan tahu yang hingga kini merupakan limbah industri pencemar lingkungan, ternyata bisa dibuat menjadi pupuk cair. Hal ini berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang mengindikasikan bahwa limbah tahu mengandung unsur N, P, dan K. Dalam penelitian ini, limbah tahu diujicobakan pada tanaman Kangkung, Melon dan Cabai.

3.3.2 Perumusan Masalah Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

menganalisa limbah cair tahu objek studi dan pengolahannya hingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair. Parameter yang diteliti

Page 13: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

dibatasi N, P, K, dan pH. Perumusan masalah juga ditujukan untuk menganalisis pengaruh variasi konsentrasi limbah tahu terhadap pertumbuhan tanaman kangkung dan melon dan Cabai rawit. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengujian dari segi teknis diharapkan memberikan kontribusi ilmiah bagi masyarakat tentang pemanfaatan limbah cair tahu sebagai pupuk cair. 3.3.3 Studi Literatur

Studi literatur berupa pengumpulan bahan-bahan penelitian dari sumber-sumber yang ada. Berikut merupakan bahan yang dipakai yakni tentang limbah cair tahu, konsep kesuburan tanah, pupuk dan pemupukan, serta deskripsi tanaman uji. 3.3.4 Persiapan Penelitian Tanaman uji yang digunakan adalah Kangkung, Melon dan Cabai. Berdasarkan literatur bab Tinjauan Pustaka, hal ini disebabkan: 1. Limbah cair tahu mengandung N-

2. Punya masa panen yang singkat yaitu 1-2 bulan

total yang tinggi, jadi cocok untuk pertumbuhan daun pada tanaman Kangkung, Melon dan Cabai. Selain itu, limbah tahu juga mengandung K yang baik untuk pertumbuhan batang tanaman dan orthophosphate yang baik untuk pertumbuhan bunga.

3. Dapat ditanam di berbagai lahan 4. Dapat tumbuh sepanjang tahun, tidak

tergantung musim dan relatif tahan di segala cuaca.

5. Baik di dataran rendah maupun dataran tinggi 6. Merupakan tanaman pangan dan obat yang berguna bagi masyarakat A. Persiapan Alat Berupa gayung dan jirigen untuk mengambil sampel. Polybag yang digunakan dalam penelitian ini yaitu polybag dengan diameter 8x10 cm untuk kangkung, 15x20 cm untuk cabai, 25x40 cm untuk melon. Alasan penggunaan polybag ini karena mudah didapat dan harganya relatif terjangkau. Untuk pembibitan, polibag yang digunakan adalah polybag ukuran 8x10 cm untuk masing-masing tanaman uji.

B. Persiapan Bahan

- Tanah taman di Teknik Lingkungan sebagai media tanam

- Limbah cair pabrik tahu Kenjeran - Tanaman uji : Kangkung, Melon dan Cabai - Media tanam

Pada penelitian ini akan digunakan tanah ITS sebagai media tanam tanaman uji. Tanah taman ini diambil di belakang UPT Fasor ITS.

C. Pembenihan

Cara penanaman benih kangkung dalam tanah sedalam ± 1 cm. Penanaman ini dilakukan di taman Teknik Lingkungan ITS. Khusus Cabai, penanamannya sebagai berikut:

• Sebelum disemai bibit direndam dalam air • Benih disebar rata pada polybag. . • Bibit siap ditanam setelah berumur 3-4

minggu dalam bumbungan. D. Penyiraman Untuk Kangkung, Cabai dan Melon pada waktu pembibitan disiram setiap hari dengan air PDAM. Mulai dari kecambah belum muncul sampai bibit muncul kepermukaan tanah. Begitu pula ketika pembibitan usai, ketiga tanaman tersebut disiram setiap hari dengan air PDAM. Sedang penyiramana limbah tahu Untuk penyiraman limbah tahu, disesuaikan dengan masa hidup tiap tanaman uji. Berikut merupakan kali penyiramannya: Tabel 3.1 Penyiraman Limbah Tahu

Tanaman Penyiraman Limbah Tahu

Kangkung 2 kali (Hari ke-1 dan hari ke-14)

Cabai 2 kali (Hari ke-1 dan hari ke-14)

Melon 3 kali (Hari ke-1, hari ke-14 dan hari ke-30)

E. Pengujian Komposisi Limbah Cair Tahu Sasaran pengujian ini adalah

Page 14: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

1. Untuk menganalisa komposisi limbah cair tahu. Cara menguji adalah sebagai berikut: 1. Untuk menguji limbah cair tahu di pabrik tahu dengan cara sebagai berikut: a. Limbah cair diambil dari proses terakhir

dengan menggunakan gayung dan disimpan dalam jerigen. Dalam hal ini, ketika tahu diambil sebagai produk jadi, cairan endapan yang tersisa merupakan limbah cair yang dapat diambil.

b. Buat analisa limbah cair tahu tentang N, P, K dan pH sesuai metoda standar. 3.3.5 Pengamatan A. Lokasi Lokasi penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu 1. Pabrik Tahu Kenjeran yang bertujuan untuk: - Mengambil sampel limbah pabrik tahu. 2. Kampus dan Laboratorium Teknik Lingkungan

ITS Surabaya yang bertujuan untuk: - Melakukan penelitian percobaan dari sampel

yang telah diperoleh dari pabrik tahu - Membuat laporan.

Untuk mengamati adanya potensi pemanfaatan limbah cair tahu sebagai pupuk cair yaitu dengan cara sebagai berikut: A. Penyiraman Limbah Sebagai Pupuk Cair

Berdasarkan hasil studi literatur, limbah tahu bersifat asam, sedang baku mutu pH pupuk cair organik adalah 4-8. Jadi dilakukan penambahan

basa yang dalam hal ini adalah NaOH hingga pH-nya bervariasi. Hal ini mengacu pada standar pH untuk pupuk cair.

Basa yang dipakai adalah serbuk NaOH hingga limbah cair tahu mencapai variasi pH yakni 5 dan 6. Pemilihan variasi pH ini berdasarkan studi literatur yakni mengenai persyaratan pH tanaman kangkung sebesar 5,5-6, melon sebesar 5,8-7,2, dan Cabai rawit sebesar 5-

6. Hal ini sesuai dengan syarat pupuk organik cair yang mempunyai pH antara 4-8. Limbah tahu sendiri mempunyai pH 3-4. Jadi limbah tahu tersebut harus ditambah basa agar pH-nya menjadi 6. Penyiraman limbah pada tanaman Kangkung dan Cabai sebanyak 2 kali, sedang pada tanaman Melon 3 kali. Tiap penyiraman mempunyai selisih waktu 2 minggu.

B. Persiapan Media

Media tanam dalam penelitian ini menggunakan tanah taman Teknik Lingkungan. Ketiga tanaman uji diperkirakan tumbuh optimal pada pH 6. Sedang berdasarkan tinjauan pustaka pH limbah tahu. Jadi diperlukan penaikan pH hingga menjadi 6.

Tanaman uji nantinya akan diberi limbah tahu sebesar 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%. Hal ini dilakukan karena pada penelitian terdahulu, limbah cair tahu dengan konsentrasi antara 25% – 100% memberikan pengaruh yang baik bagi tanaman uji.

Tabel 3.2 Variasi Limbah Cair Tahu Pada Tanaman Uji Cara menaikkan pH adalah dengan penambahan

NaOH. Jumlah kebutuhan NaOH disajikan sebagai berikut:

Tabel 3.3 Penambahan NaOH 0,1 N Tiap Konsentrasi

Tanaman

pH Limbah Cair Tahu

Variasi Limbah Cair Tahu (Dalam 500 ml Air)

Kangkung, Melon dan Cabai

6 0% 25%

50%

75%

100%

Page 15: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

Kandungan Limbah Tahu

NaOH 0,1 N (ml/1 l limbah)

pH

25% 35 6 50% 100 6 75% 145 6 100% 210 6 Harga NaOH adalah sebesar Rp 1000/gram.

Untuk membuat NaOH 0,1 N sebanyak 1 liter dibutuhkan kristal NaOH sebesar 0,4 gr. Jadi untuk membuat larutan NaOH 0,1 N seperti tabel diatas membutuhkan biaya Rp 400.

C. Analisis Parameter Uji Analisis ini digunakan karena keterbatasan

waktu, tenaga, paralatan dan biaya yang tersedia, sehingga parameter yang dipilih benar-benar terkait langsung dengan pemanfaatan limbah cair tahu sebagai pupuk tanaman. Parameternya meliputi: 1. Nitrogen (N) Analisis Nitrogen dilakukan untuk banyak tidaknya unsur N yang berguna bagi pertumbuhan daun tanaman. 2. Fosfat (P) Analisis fosfat dilakukan untuk mengetahui kualitas produk akhir pada salah satu bentuk anorganiknya, yaitu PO4

-

3. Kalium (K)

yang mudah diserap oleh akar tanaman.

Analisis Kalium dilakukan untuk banyak tidaknya unsur K yang berguna bagi pertumbuhan tinggi batang tanaman.

Berdasakan Setyowati (2001), rumus yang dipakai untuk menghitung unsur N, P, K yang selama ini diberikan pada tanaman uji adalah : ((unsur N pada limbah tahu x volume limbah yang disiramkan) x frekuensi penyiraman Selanjutnya rumus diatas dibagi dengan luas polybag masing-masing tanaman uji.

3.3.6 Analisa Data dan Pembahasan

Ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik untuk lebih menjelaskan. Penelitian ini juga menggunakan analisis varian untuk mengetahui variable yang memberikan pengaruh signifikan pada tanaman uji. Langkah-langkahnya:

1. Membuat penentuan hipotesis nol (H0) dengan hipotesis tandingan (H1) 2. Membuat daftar data sampel 3. Membuat penentuan batas toleransi dalam menolak H0 (α) 4. Membandingkan F value dengan α 5. Jika n ilai F value ku ran g dari (<) α maka H0 ditolak 6. Konsentrasi limbah tahu yang diberikan pada

tanaman uji yang memberikan pengaruh terbaik tehadap tanaman uji juga diteliti.

Data dianalisa dengan kurva: 1. Grafik tinggi batang versus hari 2. Grafik jumlah daun versus hari pada masing-masing konsentrasi Selain itu, dilakukan jugaAnalisis statistik Independent Sample t (T-Test) untuk menentukan jenis penyubur yang terbaik diaantara 5 jenis konsentrasi limbah cair. Perhitungan dengan menggunakan program SPSS msoftwarenpackage version 11.5 3.3.3 Kesimpulan dan Saran

Pada tahap ini akan ditarik suatu kesimpulan yang didapat dari hasil analisa percobaan. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian. Saran juga dilampirkan agar membantu penelitian selanjutnya.

Page 16: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

Bab 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Awal

Penelitian untuk mengetahui kandungan unsur hara seperti tampak pada Tabel 4.1:

Tabel 4.1 Hasil Analisa Awal Limbah Tahu

Kandungan Limbah

Tahu

N P K

ppm % ppm % ppm % 25% 37.64 0.3764 3.62 0.036 175 1.75 50% 81.78 0.8178 7.29 0.073 325 3.25 75% 117.86 1.1786 11.12 0.111 475 4.75 100% 164.9 1.649 15.66 0.157 625 6.25

Sumber: Analisa Laboratorium Data tersebut di atas merupakan hasil analisa

pabrik tahu Kenjeran yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan komposisi tipikal limbah cair domestik (Metcalf & Eddy, 1991) nilai kandungan limbah tahu murni yakni konsentrasi 100% yang terkandung dalam limbah tahu masuk dalam kategori tinggi.

Pada penelitian ini memanfaatkan kandungan N, P dan K yang tinggi pada limbah cair tahu sebagai pupuk tanaman Kangkung, Cabai dan Melon. Unsur hara yang terdapat pada limbah tersebut dibutuhkan oleh tanaman.

Menurut Siswoyo (2000), berbagai macam jasad hidup di dalam tanah dapat berkembang pada tanah yang mempunyai pH netral sampai agak alkalis. Jika keadaaan tanah cukup masam, maka cendawanlah yang akan berfungsi mengolah bahan organik. Namun, cendawan tersebut jauh kurang efektif bila dibandingkan dengan jasad hidup tanah yang lain, misalnya bakteri. Dengan demikian pengolahan bahan organik memakan waktu lebih lama. Selain itu, pH tidak hanya mempengaruhi jasad hidup yang membantu namun juga yang merugikan seperti parasit. Parasit sangat mengganggu di tanah masam, namun tidak dapat hidup di tanah basa. Tiap tanaman mempunyai pH pertumbuhan optimal yang berbeda-beda. Maka dari itu, tanah dan tanaman uji harus dikondisikan agar hidup di pH yang optimal.

Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, maka nilai pH limbah tahu yang semula mempunyai pH 3,9 dinaikkan menjadi 6. Hal ini disesuaikan dengan pertumbuhan optimal bagi ketiga tanaman. Untuk diketahui sebelumnya, pH optimum untuk Cabai Rawit adalah 5-6, pH untuk pertumbuhan tanaman Kangkung sebesar 5,5-6, dan pH untuk tanaman Melon yaitu 5,8-7,2. Karena itu, dalam penelitian ini limbah tahu ditambah basa agar pH-nya menjadi 6. Basa yang dipakai dalam penelitian ini adalah NaOH 0,1 N.

4.2 Pengaruh Limbah Pabrik Tahu Pada Tanaman

Pengamatan yang dilakukan dalam tugas akhir ini meliputi jumlah daun dan tinggi batang. Pembahasan ini akan mengulas per variabel pengamatan. Sehingga nantinya dapat diamati pengaruh konsentrasi terhadap setiap variabel pengamatan.

Seperti yang telah disebutkan di Bab Tinjauan Pustaka, beberapa penelitian Triawati (2010), Handajani (2010), Nurlila (2009), Setyowati (2001), Mackentum (1969), Damayanti, A., Hermana, J., dan Masduqi, A.. (2004) menyebutkan limbah tahu mempunyai kandungan unsur hara yang tinggi. Kandungan tersebut merupakan unsur hara yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman.

Penelitian pemanfaatan limbah cair tahu ini menggunakan konsentrasi limbah cair sebesar 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%. Kelima konsentrasi tersebut disiramkan ke tanaman sebanyak dua kali untuk Kangkung dan Cabai, serta tiga kali untuk Melon. Awalnya, pembibitan dilakukan selama 30 hari. Setelah pembibitan selesai, limbah tahu disiramkan pada Kangkung dan Cabai pada hari ke-1 dan hari ke-14. Sedang Melon mengalami penyiraman limbah tahu sebanyak tiga kali yakni pada hari ke-1, hari ke-14 dan hari ke-30. Sementara itu, penggunaan konsentrasi sebesar 0% berfungsi sebagai blanko untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan tanaman antara kondisi tanaman yang disiram limbah tahu dan yang tidak disiram limbah tahu.

Menurut Siswoyo (2000), pertumbuhan suatu tanaman akan dipengaruhi oleh beberapa faktor

Page 17: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

yakni faktor dari dalam dan dari luar. Faktor dari dalam yaitu tanaman itu sendiri, seperti kondisi anatomi dan fisiologi tanaman. Sedangkan faktor luar yaitu faktor lingkungan seperti tanah, temperatur, kelembaban, penetrasi sinar matahari dan sebagainya. Tanah yang banyak mengandung unsur hara akan memberikan efek berbeda dengan tanah yang kurang subur. Suhu juga turut memberikan pengaruh pada tanaman. Tumbuhan hijau memerlukan sinar matahari yang cukup untuk keperluan fotosintesis. Proses fotosintesis yang terjadi di daun merupakan proses pembentukan makanan oleh tumbuhan. Karena itulah, dalam penelitian ini diupayakan agar tumbuhan mendapat kondisi lingkungan yang optimal dalam pertumbuhannya yakni di rumah kaca.Kondisi di rumah kaca dirasakan sebagai tempat yang sesuai dengan kondisi yang diperlukan tumbuhan seperti suhu, terpaan angin dan perlindungan dari hujan.

Dalam pertumbuhan dan perkembangannya tanaman membutuhkan berbagai macam unsur. Tiap unsur memiliki peranan masing-masing. Tanaman menghisap makanan dengan perantaraan air. Tanaman sendiri terdiri dari air dan bahan kering yang terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik. Berikut merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman:

a. Nitrogen (N) N dalam tanah adalah unsur utama dalam pertumbuhan tanaman. Bentuknya adalah sebagai berikut: - Sebagai gas, 80% udara tanah adalah

N sebagai gas, yang tidak dapat dihisap langsung oleh tanaman. Hanya dengan tanaman polong-polongan dapat mengikat lewat bintil-bintil akar.

- Sebagai N organik yang merupakan bentuk cadangan N di dalam tanah. Humus mengandung 5% N dalam bentuk N organik. N organik tidak dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman yang hanya menghisap N dalam bentuk mineral.

- Bentuk amoniak (NH3+

bentuk Nitrit. Tanaman sukar menghisap N sebagai Amoniak.

) yang terikat kompleks absorsi, tetapi kurang stabil karena bakteri-bakteri tanah mengubah bentuk amoniak menjadi

- Sebagai asam sendawa (NO3-

- Tanaman menghisap unsur N dalam bentuk Amonium (NH

) yang tak terikat tanah, melainkan langsung dapat dihisap tanaman.

4) dan dalam bentuk Nitrat (NO3-

b. Fosfor (P) )

Bentuk unsur P dalam tanah adalah: - P dalam larutan tanah dimana

jumlahnya 0,2-0,5 mg/l, yang berarti kurang dari 1 kg P/Ha di dalam tanah pada daerah perakaran. Akar menggunakan larutan tanah untuk menghisap P tersebut.

- P yang terikat dalam kompleks liat humus, dengan perantaraan Ca atau hydroxide Fe dan Al yang dalam tanah masam terikat sebagai koloid elektro positif dan yang mengikat anion-anion P.

- P organis yang merupakan bentuk cadangan yang dapat dihisap oleh tanaman setelah menjadi mineral.

c. Kalium (K) Bentuk Kalium dalam tanah: - K di dalam larutan tanah, yang hanya

berjumlah sedikit sekitar 10 mgr per liter larutan.

- K di dalam liat humus. Tanaman menghisap K dari larutan tanah, maka sebagai kation K+

4.2.1 Pengaruh Konsentrasi Limbah Terhadap Jumlah Daun

terikat harus melewati larutan tanah ini. Nantinya, merekalah yang menjadi bahan makanan tanaman.

A. Kangkung Berikut merupakan hasil pengamatan terhadap

jumlah daun tanaman Kangkung terhitung sejak pembenihan selesai:

Tabel 4.3 Tabel Pertambahan Jumlah Daun Kangkung

Hari

Jumlah Daun (Helai) K 0% K 25% K 50% K 75% K 100%

Hari 1 9 6 13 7 14 Hari 3 10 8 15 8 16 Hari 5 11 10 16 9 19 Hari 7 13 10 17 10 20

Page 18: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

Hari 9 13 11 18 10 22 Hari 11 14 12 19 11 22 Hari 13 15 13 22 12 25 Hari 15 16 14 24 13 28 Hari 17 17 17 25 13 33

Lanjutan Tabel 4.3 Tabel Pertambahan Jumlah Daun Kangkung

Hari 19 28 24 26 16 39 Hari 21 29 25 28 17 39 Hari 23 30 26 30 17 39 Hari 25 31 26 32 18 39

Sumber: Hasil Pengamatan Hasil penelitian uji pengaruh konsentrasi air

limbah pabrik tahu terhadap laju pertumbuhan daun Kangkung di atas, tampak bahwa Kangkung dengan pemberian konsentrasi limbah sebesar 100% adalah yang paling pesat pertumbuhan daunnya. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi limbah 100% memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan jumlah daun.

Sedang konsentrasi yang pertumbuhannya paling minimal adalah konsentrasi 75 %. Konsentrasi lainnya menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah daunnya meningkat seiring dengan pertambahan waktu. Namun, semua tanaman yang diberi air limbah dengan berbagai konsentrasi ternyata menghasilkan jumlah daun yang hampir sama.

grafik ANOVA (lihat lampiran D) menunjukkan bahwa konsentrasi yang memberikan pengaruh jumlah daun terbanyak adalah 100% dan yang terkecil 75%. Konsentrasi 100% memberikan pengaruh pertambahan daun optimal karena mampu menyuplai kebutuhan N, P, dan K tanaman Kangkung. Berikut merupakan jumlah unsur N, P dan K yang dberikan selama penelitian dibandingkan dengan kebutuhannya:

Tabel 4.5 Jumlah Unsur N Yang Diberikan

Selama Penelitian Pada Kangkung

Konsentrasi Limbah Yang Disiram Pada

Kangkung

N dalam limbah tahu

(mg/L) N (gr/cm2)

Kebutuhan N Kangkung

(gr/cm2)

25% 37.64 0,599 x 10-3

2 x 10-3 50% 81.78 1,302 x 10-3 75% 117.86 1,877 x 10-3

100% 164.9 2,626 x 10-3 Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 4.6 Jumlah Unsur P Yang Diberikan

Selama Penelitian Pada Kangkung

Konsentrasi Limbah Yang Disiram Pada

Kangkung

P dalam limbah

tahu (mg/L)

P (gr/cm2Kebutuhan P

Kangkung (gr/cm

) 2)

25% 3.62 0,58 x 10

18 x 10

-4

-4 50% 7.29 1,16 x 10-4 75% 11.12 1,77 x 10-4 100% 15.66 2,49 x 10-4

Sumber: Hasil perhitungan

Tabel 4.7 Jumlah Unsur K Yang Diberikan Selama Penelitian Pada Kangkung

Konsentrasi Limbah Yang Disiram Pada

Kangkung

K dalam limbah tahu

(mg/L) K (gr/cm2)

Kebutuhan K Kangkung (gr/cm2)

25% 175 2,787 x 10-3

1,2 x 10-3 50% 325 5,175 x 10-3 75% 475 7,564 x 10-3 100% 625 9,952 x 10-3

Sumber: Hasil perhitungan

Contoh perhitungan dapat dilihat di Lampiran E. Berdasarkan data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan N Kangkung terpenuhi pada pemberian limbah dengan konsentrasi 100%. Hal ini merupakan penjelasan dari pertumbuhan jumlah daun Kangkung yang optimal di konsentrasi 100%. N yang mencukupi pada limbah tahu konsentrasi 100% menyebabkan pertumbuhan optimal. Menurut Foth (1994), N yang berlimpah menaikkan pertumbuhan dengan

Page 19: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

cepat dengan perkembangan yang lebih besar pada batang dan daun-daun berwarna hijau gelap. Penyediaan nitrogen tersedia yang cukup selama awal kehdupan tanaman dapat memacu pertumbuhan.

Sedang untuk kebutuhan P, dari kelima konsentrasi limbah yang diberikan pada Kangkung, tidak ada yang memenuhi kebutuhan P Kangkung yakni sebanyak 18 x 10-4 gr/cm2

Selain itu, kekurangan unsur P dapat tertutupi dengan N yang mencukupi dan berlimpahnya K. Menurut Haryoto (2009), P membantu pembentukan bunga dan buah, mendorong pertumbuhan akar muda. Unsur N memacu pertumbuhan daun dan batang, membantu pembentukan akar, serta K membantu pembentukan bunga dan buah, menguatkan tanaman. Karena itu, pada penelitian ini fungsi P dalam pembentukan bunga dapat digantikan oleh K yang berlimpah. Fungsi P dalam hal mendorong pertumbuhan akar muda telah digantikan oleh unsur N yang berkecukupan.

. Namun, menurut Setyowati (2001), tanaman akan menyerap unsur P dari tanah.

Untuk kebutuhan K tanaman Kangkung yakni sebesar 1,2 x 10-3 gr/cm2

Karena itulah tanaman Kangkung yang disiram limbah tahu batangnya cenderung lebih tegak. Hal ini sesuai dengan referensi dari Foth (1994) yang menyatakan bahwa unsur K menambah sintesa dan translokasi karbohidrat, karena itu mempercepat ketebalan dinding sel dan kekuatan tangkai.

dapat dipenuhi oleh limbah tahu konsentrasi 25% hingga konsentrasi 100%. Jadi, pada penelitian ini pemberian limbah tahu dengan konsentrasi 25% saja sebenarnya telah dapat memenuhi kebutuhan K tanaman Kangkung.

Selain menggunakan ANOVA, pada penelitian ini juga menggunakan analisa T-Test. Analisa tersebut digunakan untuk melihat perbedaan pengaruh pemberian limbah tiap dua konsentrasi pada satu tanaman. Jadi, peneliti membandingkan pengaruh pemberian limbah tahu terhadap jumlah daun tanaman Kangkung tiap dua konsentrasi. Hal ini disebabkan dengan membandingkan tiap dua konsentrasi, maka akan terlihat mana yang lebih optimal pertumbuhannya jika pemberian dilakukan diantara kedua konsentrasi tersebut.

Hasil T-Test diatas (dapat juga dilihat Lampiran D) menunjukkan bahwa rata-rata pengaruh limbah cair tahu terhadap daun untuk konsentrasi 0% (K 0%) dan konsentrasi 25% (K25%) sama. Tanda positif pada mean difference menunjukkan bahwa Kangkung yang disiram limbah dengan konsentrasi 0% (K 0%) mempunyai jumlah daun yang lebih banyak daripada Kangkung dengan konsentrasi limbah 25% (K 25%). Hal yang sama juga terjadi pada jumlah daun K 0% dibandingkan dengan Kangkung yang disiram limbah konsentrasi 50% (K 50%), dan Kangkung yang disiram limbah konsentrasi 75% atau K 75% (lihat Lampiran D). Sedang jika dibandingkan dengan Kangkung yang disiram limbah konsentrasi 100% (K 100%), nilai mean difference menunjukkan tanda negatif yang berarti K 0% lebih kecil daripada K 100%.

Data analisis juga menunjukkan bahwa K 25% lebih banyak jumlah daunnya daripada K 50%. Hal yang sama juga terjadi pada K 25% dibandingkan dengan K 75%. Namun tidak demikian yang terjadi ketika K 25% dibandingkan dengan K 100%. Ketika dibandingkan dengan K 100%, nilai mean difference menunjukkan tanda negatif yang berarti jumlah daun K 25% lebih kecil daripada K 100%.

Sedang untuk K 50% jika dibandingkan K 75% menunjukkan bahwa K 50% lebih banyak jumlah daun dari K 75%. Namun ketika dibandingkan dengan K 100%, nilai mean difference menunjukkan tanda negatif yang berarti K 50% jumlah daunnya lebih kecil daripada K 100%. Pada perbandingan antara K 75% dengan K 100% yang berarti K 75% jumlah daunnya lebih kecil dari K 100%. B. Cabai

Berbeda dengan Kangkung, konsentrasi yang mempengaruhi Cabai dengan pertumbuhan paling minimal adalah konsentrasi 25% (C 25%). Sedang yang paling optimal adalah 50% (C 50%). Namun, hal ini bukan menjadi dasar bahwa pemberian limbah terbaik adalah pada konsentrasi 50%. Hal ini disebabkan pada hari ke-20, tanaman dengan C 50% dan Cabai dengan konsentrasi 100% (C100%) daunnya mulai berguguran dan akhirnya mengalami kematian pada hari ke-25.

Page 20: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

Pada Cabai konsentrasi 75% (C 75%) tetap tumbuh namun rebah hingga pertumbuhannya merunduk. Tanaman Cabai pada konsentrasi ini tetap mengalami pertumbuhan pada batang namun daunnya juga mulai berguguran, tapi tidak sebanyak C 50% dan C 100%. Sedang, konsentrasi 25% mulai berguguran daunnya di hari ke-40.Pertumbuhan tanaman C 0% tetap kontinyu walaupun dengan pertambahan sedikit tiap harinya. Karena C 50% dan C 100 % kondisinya mati, maka penelitian dihentikan pada waktu terjadinya kematian, yakni pada hari ke-25. Peneliti mengidentifikasi penyebab kematian Cabai karena asupan N yang berlebihan.

Asupan N yang terlalu banyak disebabkan pada limbah tahu terkandung N sebanyak 164,9 ppm. Menurut Kusandriani (1996), N yang dibutuhkan oleh Cabai hanya sebesar 60.3 kg N/ha atau setara dengan 0,6 x 10-3 gr/cm2. Kebutuhan P sebesar 69 kg P2O5/ha atau setara dengan P sebesar 2,48 x 10-4 gr/cm2 . Untuk K yang diperlukan Cabai adalah 100 kg K2O/ha atau setara dengan K sebesar 0,72 x 10-3 gr/cm2

. Sedang N, P dan K yang ada diberikan lewat penyiraman limbah tahu selama ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10 Jumlah Unsur N Yang Diberikan Selama Penelitian Pada Cabai

Konsentrasi Limbah Yang Disiram Pada

Cabai

N dalam limbah tahu

(mg/L) N (gr/cm2) Kebutuhan N

Cabai (gr/cm2)

25% 37.64 0,852 x 10-3

0,6 x 10-3 50% 81.78 1,852 x 10-3 75% 117.86 2,669 x 10-3 100% 164.9 3,734 x 10-3

Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 4.11 Jumlah Unsur P Yang Diberikan Selama Penelitian Pada Cabai

Konsentrasi Limbah Yang Disiram Pada

Cabai

P dalam limbah

tahu (mg/L)

P (gr/cm2) Kebutuhan P Cabai (gr/cm2)

25% 3.62 0,82x10-4 2,48 x 10-4 50% 7.29 1,65 x 10-4

75% 11.12 2,52 x 10-4

100% 15.66 3,55 x 10-4 Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 4.12 Jumlah Unsur K Yang Diberikan Selama Penelitian Pada Cabai

Konsentrasi Limbah Yang Disiram Pada

Cabai

K dalam limbah tahu

(mg/L) K (gr/cm2) Kebutuhan K

Cabai (gr/cm2)

25% 175 3,963 x 10-3

0,72 x 10-3 50% 325 7,36 x 10-3 75% 475 10,756 x 10-3

100% 625 14,153 x 10-3 Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat dilihat

bahwa pada C 25%, N yang berada pada limbah tahu tergolong lebih karena yang dibutuhkan hanya 0,6 x 10-3 gr/cm2 sedang limbah tahu yang diberikan mengandung 0,852 x 10-3 gr/cm2. N yang diberikan pada C 25% kelebihan sekitar 0,25 gr/cm2. attau kelebihan 25% dari yang dibutuhkan. Menurut (Muslim, 2010)

Tercatat, Cabai pada penelitian ini mulai menunjukkan tanda mengalami kematian pada hari ke-25, yakni setelah pemberian limbah kedua. Untuk diketahui, pemberian limbah kedua adalah pada hari ke-14. Berdasarkan literatur, Anonim (2009), akibat lain dari kebanyakan air yang mengandung banyak unsur N bagi tanaman sayuran adalah munculnya gejala layu karena tanaman keracunan N. Prosesnya dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada waktu air memenuhi seluruh rongga udara di dalam tanah maka kebutuhan oksigen akar tidak terpenuhi. Pada kondisi cukup oksigen N tersedia bagi tanaman dalam bentuk NH

, kelebihan N menyebabkan pada Cabai beberapa hari setelah pemupukan, daun tua menguning dan mulai berguguran. Tanaman mengalami kematian pucuk pada beberapa ujung tanaman.

4+ atau NO3- sedangkan pada kondisi anaerob atau tergenang air yang mengandung ion – ion N tersebut tereduksi menjadi NO2 yang sangat beracun bagi tanaman. Sebagian besar

Menurut Anonim (2010), kebanyakan air dalam tanah juga menyebabkan rendahnya daya dukung tanah terhadap tetap tegaknya tanaman menjadi rendah. Hal yang sering terjadi adalah robohnya tanaman akibat hujan

tanaman sayuran sangat peka terhadap kebanyakan air.

angin meskipun tanaman sudah ditopang dengan lanjaran.Gangguan lain adalah keseimbangan

Page 21: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

nutrisi dalam tanah. Hal ini merupakan penjelasan dari robohnya kondisi konsentrasi 75% (C 75%).

Pemberian konsentrasi yang lebih besar akan melebihi kebutuhan akan unsur N. Unsur N dalam jumlah berlebihan tidak akan lagi merangsang tanaman memberikan hasil yang lebih tinggi, kenyataannnya adalah sebaliknya. (Setyowati,2001).

Selain itu, tanah yang dipakai dalam penelitian ini yaitu tanah yang diambil di ITS adalah tanah yang agak liat. Menurut Agromedia (2007), tanah berstruktur liat atau gumpal mempunyai tngkat kesuburan yang rendah. Pasalnya partikel-pertikel tanah liat tersusun sangat rapat dan padat, bahkan saling melekat erat satu sama lain. Dengan merapatnya partikel-partikel tanah tersebut maka hampir tak ada lagi celah atau rongga yang tersisa untuk sirkulasi air dan udara di dalamnya. Akibatnya, udara, air dan unsur hara, yang terlarut di dalamnya sulit diserap akar tanaman karena terjerap partikel tanah.

Kondisi tersebut juga dapat membuat tanah menjadi sangat lembab. Bahkan, jika terjadi penyiraman berlebihan nisa menyebabkan tanah menjadi becek. Pada kondisi tersebut tidak menutup kemungkinan jika perakaran tanaman akan rusak dan membusuk. Namun sebaliknya, pada saat kondisi kering tanah liat akan menggumpaldan sifatnya pun makinkedap terhadap udara. Akibatnya tanaman akan mati karena perakarannya tidak mampu menembus struktur tanah tersebut.

Untuk P, tanaman Cabai mengalami kekurangan P karena pada C 25% hanya terdapat 0,82 x 10-4 gr/cm2 . Begitu pula untuk C 50 % yang mengandung 1,65 x 10-4 gr/cm2

Fungsi P dalam hal mendorong pertumbuhan akar muda telah digantikan oleh unsur N yang berkecukupan. Untuk diketahui, unsur P yang terkandung dalam C 25% adalah 0,82 x 10

belum memenuhi akan kebutuhan P Cabai. Namun, perkembangan tanaman Cabai tidak mengalami ciri-ciri defisiensi P. Pada hari ke-1 hingga hari ke-19 C 25% dan C 50% menunjukkan pertumbuhan yang normal. Menurut Haryoto (2009), P membantu pembentukan bunga dan buah, mendorong pertumbuhan akar muda. Unsur N memacu pertumbuhan daun dan batang, membantu pembentukan akar, serta K membantu pembentukan bunga dan buah, menguatkan tanaman. Karena itu, pada penelitian ini fungsi P dalam pembentukan bunga dapat digantikan oleh K yang berlimpah.

-4

gr/cm2 dan pada C 50% adalah 1,65 x 10-4 gr/cm2. Kandungan P dalam kedua konsentrasi tersebut tidak cukup mengingat kebutuhan P tanaman Cabai sebesar 2,48 x 10-4 gr/cm2. Kekurangan tersebut ditutupi oleh kandungan N pada C 25% sebesar 0,852 x 10-3 gr/cm2 dan C 50% sebesar 1,852 x 10-3 gr/cm2

Kebutuhan P tanaman Cabai baru terpenuhi seutuhnya pada C 75% dan C 100%. Dalam C 75% terdapat P sebesar 2,52 x 10

. Hal ini terlihat dari kondisi C 25% dan C50 % yang tidak menunjukkan tanda-tanda defisiensi P.

-4 gr/cm2 dan pada C 100% terkandung P sebesar 3,55 x 10-4 gr/cm2

Sedang untuk kebutuhan K Cabai sebesar 0,72 x 10

.

-3

Berdasarkan tabel ANOVA diatas terlihat bahwa nilai signficance untuk uji F adalah 0,059. Rentang kepercayaan yang dipakai adalah 90% atau 0,1. Karena lebih kecil dari taraf signficance 0,1, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata jumlah daun untuk kelima konsentrasi.

terpenuhi pada C 25% hingga C 100%. Hal ini merupakan penjelasan tegaknya tanaman sebelum pemberian limbah yang kedua (hari ke-14). Menurut Haryoto (2009), K digunakan tanaman untuk membantu pembentukan bunga dan buah, serta menguatkan tanaman.

Berdasarkan grafik (Lampiran D), dapat diketahui bahwa konsentrasi yang memberikan pengaruh jumlah daun terbanyak adalah pada Cabai yang disiram konsentrasi 50% (C 50%) dan yang terkecil adalah Cabai yang disiram konsentrasi 25% (C 25%). C 50% memberikan pengaruh pertambahan daun optimal karena pada konsentrasi tersebut, kebutuhan N dan K tanaman Cabai dapat terpenuhi. Kebutuhan N, P dan K untuk tanaman Cabai adalah 60.3 kg N/ha, 69 kg P2O5/ha, 100 kg K2O/ha (Kusandriani, 1996). Namun, karena semua konsentrasi yang diberikan pada Cabai mengalami kematian (kecuali konsentrasi 0%) setelah pemberian limbah kedua, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan Cabai dapat optimal yakni C 50% pada pemberian limbah pertama. Apabila ditambahkan limbah untuk kedua kalinya, maka dapat menyebabkan kematian karena N yang berlebih.

Page 22: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

Kebetuhun N terpenuhi pada C 25%, kebutuhan P tidak ada yang terpenuhi dan kebutuhan K terpenuhi pada C 25%. Pertumbuhan optimal jumlah daun sebelum penambahan limbah yang kedua terjadi pada C 50%. Hal ini disebabkan pada konsentrasi 50%, kebutuhan N dan K telah terpenuhi walaupun berlebih dari yang dibutuhkan. Menurut Setyowati (2001), jumlah unsur hara yang diberikan wajb sedkit lebih tinggi daripada jumlah yang dibutuhkan. Pertumbuhan optimal C 50% karena terpenuhinya kebutuhan N dan K sedikit lebih tinggi dari kebutuhan N dan K tanaman Cabai. Sedang kekurangan unsur P dapat tertutupi dengan N yang mencukupi dan berlimpahnya K. Pada C 75% dan C 100% menunjukkan pertumbuhan yang stagnan akibat N yang terlalu berlebihan. Menurut Setyowati (2001),pemberian konsentrasi yang terlalu besar melebihi kebutuhan akan unsur N. Pemberian jumlah N yang berlebihan akan merusak keseimbangan antar zat hara dan menyebabkan hasil pertanaman menjadi turun. C. Melon

Pertumbuhan optimal tanaman Melon adalah pada Melon dengan penyiraman konsentrasi 50% (M 50%) dan Melon yang disiram limbah 100% (M 100%). Sedang konsentrasi dengan pertambahan daun paling kecil adalah Melon yang disiram limbah dengan konsentrasi 75% (M 75%). Namun perbedaan pertambahan antara Melon konsentrasi tertentu dan lainnya tidak terlalu mencolok. Jadi, rata-rata pertambahan tinggi tanaman Melon sama di tiap konsentrasi. M 50% dan M 100% mampu memberikan pertumbuhan terbaik karena pada kedua konsentrasi tersebut, kebutuhan N, P, dan untuk pertambahan daun terpenuhi. Untuk diketahui, menurut Sobir (2010) kebutuhan N, P, dan K untuk Melon sebesar N 78,75 kg/ha, P sebesar 90 kg/ha, dan K sebesar 225 kg/ha.

Dari tabel ANOVA terlihat bahwa nilai sig untuk uji F adalah 0.145. Karena lebih besar dari taraf siginificance 0.05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata jumlah daun untuk kelima konsentrasi.

Sedang dalam grafik (Lampiran D), dapat diketahui bahwa konsentrasi yang memberikan

pengaruh jumlah daun terbanyak adalah Melon dengan penyiraman konsentrasi 50% (M 50%) dan Melon dengan penyiraman konsentrasi 100% (M 100%). Konsentrasi tersebut memberikan pengaruh pertambahan daun optimal karena pada konsentrasi tersebut, kebutuhan N,P, dan K tanaman Melon dapat terpenuhi. Menurut Sobir (2010) kebutuhan N, P, dan K untuk Melon sebesar N 78,75 kg/ha, P sebesar 90 kg/ha, dan K sebesar 225 kg/ha. Jika dikonversikan dalam gr/cm2 kebutuhan N, P, dan K untuk tanaman Melon adalah N sebesar 0,7875 x 103 gr/cm2, P sebesar 9 x 10-4 gr/cm2, dan K sebesar 2,25 x 10-3

gr/cm2

.

Tabel 4.17 Jumlah Unsur N Yang Diberikan Selama Penelitian Pada Melon

Konsentrasi Limbah Yang Disiram Pada

Melon

N dalam limbah tahu

(mg/L) N (gr/cm2) Kebutuhan N

Melon (gr/cm2)

25% 37.64 0,46 x 10-3

0,7875 x 103 50% 81.78 1 x 10-3 75% 117.86 1,441 x 10-3

100% 164.9 2,017 x 10-3 Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 4.18 Jumlah Unsur P Yang Diberikan Selama Penelitian Pada Melon

Konsentrasi Limbah Yang Disiram Pada

Melon

P dalam limbah tahu

(mg/L)

P (gr/cm2 Kebutuhan P Melon (gr/cm

) 2)

25% 3.62 0,44 x 109 x 10

-4 -4 50% 7.29 0,89 x 10-4

75% 11.12 1,36 x 10-4

Page 23: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

100% 15.66 1,92x 10-4 Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 4.19 Jumlah Unsur K Yang Diberikan

Selama Penelitian Pada Melon Konsentrasi

Limbah Yang Disiram Pada

Melon

K dalam limbah tahu

(mg/L) K (gr/cm2) Kebutuhan K

Melon (gr/cm2)

25% 175 2,140 x 10-3

2,25 x 10-3 50% 325 3,975 x 10-3 75% 475 5,809x 10-3

100% 625 7,643 x 10-3 Sumber: Hasil Perhitungan

Kebutuhan N Melon sebesar 0,7875 x 10-3

gr/cm2 terpenuhi pada Melon yang disiram limbah konsentrasi 50% (M 50%) yang mengandung N 1 x 10-3 gr/cm2. Sedang kebutuhan P Melon sebesar 9 x 10-4 gr/cm2 tidak terpenuhi pada ketiga konsentrasi. Untuk kebutuhan K yakni sebesar 2,25 x 10-3 gr/cm2

Menurut Setyowati (2001), jumlah unsur hara yang diberikan wajb sedkit lebih tinggi daripada jumlah yang dibutuhkan. Karena itulah, pertumbahan jumlah daun terbaik ada pada M 50% karena terpenuhinya kebutuhan N dan K sedikit lebih tinggi dari kebutuhan N dan K tanaman Melon. Jika dibandingkan, unsur N yang disediakan oleh M 50% adalah 1 x 10

baru terpenuhi pada M 50%. Hal ini sesuai dengan grafik dan hasil tes ANOVA yang menunjukkan bahwa pertumbuhan optimal pada M 50%.

-3 gr/cm2

Sedang kekurangan unsur P dapat tertutupi dengan N yang mencukupi dan berlimpahnya K. Pada M 75% dan M 100% menunjukkan pertumbuhan yang tidak seoptimal M 50% akibat N yang terlalu berlebihan. Menurut Setyowati (2001), pemberian konsentrasi yang terlalu besar mulai memberikan efek negatif.

atau 27% lebih banyak dari kebutuhan N Melon.

Tanaman Melon tetap bisa tumbuh walaupun P yang terkandung dalam limbah tahu tidak memenuhi. Menurut Setyowati (2001), hal ini disebabkan tanaman tersebut mengambil unsur P yang masih terdapat di dalam tanah. Unsur P dapat tersimpan lama dalam tanah karena (PO4

-3

4.2.2 Pengaruh Konsentrasi Limbah Terhadap Tinggi Tanaman

)

walaupun sebagai anion tetapi dengan perantara Ca dapat terikat oleh kompleks liat tanah yang bertindak sebagai elektro negatif. Untuk diketahui, dalam penelitian ini tanah yang dipakai mengandung unsur P sebesar 0,11%.

A. Kangkung Pertumbuhan optimal tinggi tanaman Kangkung adalah pada Kangkung yang disiram limbah konsentrasi 100% (K 100%). Sedang konsentrasi dengan pertambahan tinggi paling kecil adalah Kangkung yang disiram limbah konsentrasi 0% (K 0%). Namun pertambahan tinggi antara Kangkung di semua konsentrasi hampir sama. Dari tabel tersebut di atas, dapat diketahui pertumbuhan tinggi tanaman mulai stagnan pada hari ke-25. Hal ini berkaitan dengan masa panen. Untuk diketahui, masa panen Kangkung adalah 2 bulan. Pembibitan yang dilakukan pada penelitian ini berjalan hingga satu bulan. Setelah pembenihan selesai, dilakukan pemberian limbah hingga hari ke-25. Kangkung mengalami dua kali penyiraman limbah, yakni pada waktu pembibitan selesai dan pada hari ke-14.

Dari tabel ANOVA terlihat bahwa nilai sig untuk uji F adalah 0.720, karena lebih besar dari taraf sig 0,1, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata jumlah daun untuk kelima konsentrasi. Namun, grafik ANOVA menunjukkan bahwa konsentrasi yang memberikan pengaruh jumlah daun terbanyak adalah konsentrasi 100% (K 100%) dan yang terkecil adalah pemberian limbah konsentrasi 0% (K 0%). K 100% memberikan pengaruh pertambahan daun optimal karena mampu menyuplai kebutuhan N, P, dan K tanaman Kangkung. Seperti yang tertulis pada bab Tinjauan Pustaka, N yang berlimpah menaikkan pertumbuhan dengan cepat. Sedang defisiensi P dicirikan dengan tanaman yang tidak tumbuh dengan sepertinya yang berakibat yang hampir sama baik pada pertumbuhan akar maupun pada bagian atas tanaman. Defisiensi K ditunjukkan lewat daun yang hangus pada sebagian tanaman. Pada Kangkung, tidak terjadi tanda-tanda defisiensi K dan P. Hal ini menunjukkan pertumbuhan K 100% mengalami pertumbuhan terbaik dibanding lainnya. B. Cabai

Page 24: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

Pertumbuhan optimal tanaman Cabai adalah pada Cabai dengan pemberian limbah konsentrasi 75% (C 75%). Sedang yang paling kecil adalah pada Cabai dengan pemberian limbah konsentrasi 50% (C 50%). Namun pada hari ke-25 tanaman 75% menunjukkan tanda-tanda rebah. Sedang konsentrasi 50% dan 100% mulai menunjukkan tanda mengalami kematian pada hari ke-20 dan benar-benar mati pada hari ke-25. Sedang konsentrasi 25% mulai meranggas pada hari ke-25. Tanaman yang bertahan adalah konsentrasi 0%. Tanda-tanda kematian tanaman adalah setelah pemberian limbah kedua, jadi kelebihan N karena penambahan limbah kedua. N yang berlebihan menyebabkan sifat toksik pada tanaman. Dari tabel ANOVA terlihat bahwa nilai significance untuk uji F adalah 0.307, karena lebih besar dari taraf significance 0,1, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata jumlah daun untuk kelima konsentrasi.

C. Melon Hasil T-Test untuk tanaman Melon (lebih lengkapnya di Lampiran D) antara M 0% dengan M 25% menunjukkan bahwa M 25% mempunyai rata-rata tinggi lebih besar daripada M 0%. Hal yang sama juga terjadi pada M 0% dengan Melon dengan konsentrasi limbah 75% (M 75%) dan Melon dengan konsentrasi limbah 100% (M 100%). Sedang hasil pengujian dengan T Test antara M 25% dengan Melon dengan konsentrasi limbah 50% (M 50%) adalah M 50% mempunyai rata-rata tinggi lebih besar daripada M 25%. Hal yang sama berlaku ketika M 25% dibandingkan dengan M100%. Namun, ketika pengujian T-Test M 25% dengan M75% menunjukkan bahwa M 25% mempunyai rata-rata tinggi lebih besar daripada M 75%. Pada hasil pengujian dengan T -Test antara M 50% dengan M 75% adalah M 50% mempunyai rata-rata tinggi lebih besar daripada M 75%. Begitu juga hasil T Test M 50% dengan M 100% adalah M 50% mempunyai rata-rata tinggi lebih besar daripada M 100%. Sedang hasil T Test yaitu perbandingan M 75% dengan Melon 100% adalah M 100% mempunyai rata-rata tinggi lebih besar daripada M 75%.

4.3 Mass Balance Mass Balance dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penyarapan unsur hara pada ketiga tanaman uji. Berikut merupakan kandungan awal unsur hara tanah yang dipakai untuk penelitian ini:

Tabel 4.30 Kandungan Unsur Hara Tanah Awal

Tanah N (%) P (%) K (%)

1.6 0.11 0.29 Sumber: Analisa Laboratorium

Penelitian berlanjut dengan menganalisa kandungan N, P, dan K yang terkandung dalam tanah dan juga tanaman Kangkung, Melon, dan Cabai. Penelitian ini dibatasi pada tanaman yang mempunyai perlakuan terbaik dan terendah, baik dari segi jumlah daun maupun tinggi tanaman. Pengecualian dilakukan pada konsentrasi Cabai yang terendah (mati) yakni 100%, karena terlalu kecil, baik daun maupun batangnya, maka tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa N, P, dan K. Berikut merupakan hasilnya: Tabel 4.31 Tabel Kandungan Unsur Hara Pada Tanaman Uji Tanaman N (%) P (%) K (%)

Kangkung25% 1.57 0.43 0.41 Kangkung100% 1.96 0.4 0.72

Cabai0% 0.63 0.7 0.2 Melon0% 1.46 0.52 0.2

Melon50% 3.08 0.47 8.64 Sumber: Hasil Perhitungan

Sedang untuk tanah, kandungan unsur haranya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.32 Tabel Kandungan Unsur Hara Pada Tanah Akhir

Tanah N (%) P (%) K (%)

Page 25: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

Kangkung25% 0.68 0.13 0.24 Kangkung100% 0.88 0.13 0.22 Cabai0% 0.54 0.34 0.08 Melon0% 0.12 0.11 0.05 Melon50% 0.67 0.06 0.28

Sumber: Hasil Perhitungan Selanjutnya hasil tersebut diatas dibandingkan dalam mass balance berdasarkan hukum kesetimbangan massa:

Massa masuk = Massa

keluar

Kandungan unsur hara tanah awal + (Kandungan unsur hara limbah x lama penyiraman) = Kandungan unsur hara tanah (akhir) + Kandungan unsur hara dalam tanaman uji (akhir). Berikut merupakan hasil mass balance tiap tanaman:

Tabel 4.33 Tabel Mass Balance Kangkung Minimum (K25%)

N (%) P (%) K (%) 2.35 0.18 4 Awal

2.25 0.56 0.65 Akhir Optimum (K100%)

N (%) P (%) K (%) 4.90 0.42 12.79 Awal

2.84 0.53 0.94 Akhir Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan tabel mass balance Kangkung

diatas terlihat bahwa kebutuhan N di awal menjadi turun ketika di akhir. Menurut Setyowati (2001), penurunan tersebut disebabkan oleh penyerapan N oleh tanaman Kangkung, namun juga pencucian akibat penyiraman (tercucui ke lapisan terbawah) dan adanya aktifitas nitrifikasi oleh bakteri. Berkurangnya N menurut Sutedjo (2008) disebabkan volatilisasi karena banyaknya amonium.

Menurut Setyowati (2001), N berperan dalam merangsang pembentukan anakan sehingga dapat disimpulkan bahwa penyerapan tanaman terhadap limbah lebih cepat jika dibandngkan dengan penyerapan tanaman terhadap pupuk. Karena limbah bersifat cair atau dalam bentuk larutan sehingga mudah diserap oleh tanaman. Dalam

limbah tahu terdapat senyawa N dalam bentuk N-organik , N-Nitrit (NO2

-), N-Nitrat (NO3-), N-

Amonium (NH4+). Senyawa Nitrat (NO3

-) inilah yang dapat diserap langsung oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Kemudian untuk Amonium (NH4

+) dan Nitrit (NO2-) oleh bakteri

melalui proses nitrifikasi akan diubah menjadi senyawa Nitrat (NO3

-

Adapun proses nitrifikasi secara biologis di dalam tanah menghasilkan Nitrat yang berasal daria Amoniak dan organik dalam kondisi aerobik. Di bawah kondisi aerobik tersebut, senyawa Nitrat tersebut kemudian direduksi menjadi gas N

) yang akhirnya dapat diserap tanaman pula.

2

Faktor-faktor yang mempengaruhi denitrifikasi dalam tanah adalah konsentrasi zat organik, tekstur tanah, kelembaban dan tingginya lapisan air tanah, pH, dari kondisi netral hingga alkali, lapisan vegetasi dan temperatur.

(sebagai hasil dari proses denitrifikasi) dan laju penggunaan N ditentukan dari kesetimbangan N dalam sistem itu sendiri.

Pada tabel mass balance, P dari keadaan awal menjadi bertambah pada keadaan akhir. Limbah tahu yang mengandung Phosphat (PO4

3-) jika disiramkan ke tanah, tentunya akan menambah jumlah unsur P dalam tanah. Karena pada sebelumnya tanah telah mengandung unsur P yakni 8,758 x 10-4 gr/cm2

Berbeda dengan N yang tidak dapat disimpan dalam tanah dalam bentuk mineral, tetapi P tersimpan lama dalam tanah karena daya absorpsi tanah menahan anion HPO

(lihat Lampiran E).

4-. Sehingga jika

dilakukan pemberian unsur P ke dalam tanah maka tanaman akan mengambil sesuai kebutuhannya (penyiraman limbah tahu ke tanah, maka PO4

-3 yang larut ini akan dilhisap oleh tanaman), selebihnya unsur P akan tersimpan dalam tanah. Sehingga jika dilakukan pemberian unsur P ke dalam tanah terus menerus, maka jumlah unsur P akan terakumulasi dalam tanah. Hal inilah penyebab P yang bertambah pada mass balance Kangkung di akhir penelitian. Unsur K yang menurun di kondisi akhir adalah akibat dari penyerapan unsur K oleh Kangkung dan tercuci ke lapisan terbawah.

Page 26: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

Adapun mass balance dari tanaman Cabai adalah sebagai berikut:

Tabel 4.34 Tabel Mass Balance Cabai

C0% N (%) P (%) K (%)

1.60 0.11 0.29 Awal 1.17 0.9 0.28 Akhir

Sumber: Hasil Perhitungan

Sama seperti penjelasan mass balance tanaman Kangkung, berdasarkan tabel mass balance Cabai diatas terlihat bahwa kebutuhan N di awal menjadi turun ketika di akhir. Menurut Setyowati (2001), penurunan tersebut disebabkan oleh penyerapan N oleh tanaman Kangkung, namun juga pencucian akibat penyiraman (tercuci ke lapisan terbawah) dan adanya aktifitas nitrifikasi oleh bakteri.

Pada tabel mass balance, P dari keadaan awal menjadi berkurang pada keadaan akhir. Unsur P tersebut dihisap oleh Cabai dan sebagian mengalami pencucian hingga menjadi berkurang di akhir penelitian. Menurut Sutedjo (2008), penurunan / kehilangan P tersebut dapat disebabkan karena pencucian / leaching saat penyiraman dan penyerapan oleh tanaman. Hilangnya terjadi karena adanya eksudasi asam organik oleh akar tanaman, dimana cekaman lingkungan di daerah perakaran (misalnya kekeringan) menyebabkan akar mengeksudasi beberapa macam asam organik seperti asam malat, asetat, laktat, suksinat yang dapat mengikat Al, Fe, Mn dan Ca sehingga P lepas ke dalam larutan tanah. (Handayanto dan Hairiah, 2009)

Menurut Foth (1994) fosfor dari pupuk dapat bergerak beberapa centimeter dari tempat peletakannya.

Tabel 4.35 Tabel Mass Balance Melon

Minimum (M0%)

N (%) P (%) K (%) 1.60 0.11 0.29 Awal

1.58 0.8 0.25 Akhir Optimal (M50%)

N (%) P (%) K (%) 4.05 2.56 10.04 Awal

3.75 0.53 8.92 Akhir Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan tabel mass balance Melon diatas

terlihat bahwa kebutuhan N di awal menjadi turun ketika di akhir. Menurut Setyowati (2001), penurunan tersebut disebabkan oleh penyerapan N oleh tanaman Kangkung, namun juga pencucian akibat penyiraman (tercuci ke lapisan terbawah) dan adanya aktifitas nitrifikasi oleh bakteri.

Pada tabel mass balance minimum (M 0%), P dari keadaan awal menjadi berkurang pada keadaan akhir. Kehilangan P akibat adanya penyerapan oleh tanaman Melon. Hal inilah penyebab P yang berkurang pada mass balance minimum di akhir penelitian. Unsur P tersebut dihisap oleh Melon dan sebagian mengalami pencucian hingga menjadi berkurang di akhir penelitian. Menurut Foth (1994) fosfor dari pupuk dapat bergerak beberapa centimeter dari tempat peletakannya. Menurut Sutedjo (2008), penurunan / kehilangan P tersebut dapat disebabkan karena pencucian / leaching saat penyiraman dan penyerapan oleh tanaman. Kehilangan P dapat juga terjadi karena adanya eksudasi asam organik oleh akar tanaman. (Handayanto dan Hairiah, 2009)

Sedang ada mass balance optimum P di akhir penelitian mengalami penurunan dibandingkan kondisi awal. Hal ini disebabkan kebutuhan Melon akan P yakni sebesar 9 x 10-4 gr/cm2

(Sobir, 2010). M 50% adalah yang optimum karena tenyata P yang ada tersedia dapat diserap secara optimal oleh tanaman. Karena itulah sisanya tidak terlalu banyak seperti P pada M 0%. Kondisi ini berbeda dengan tanaman Kangkung dan Cabai, karena kebutuhan P Melon sangat banyak sehingga Melon optimal dalam menyerap P baik dari limbah maupun dari tanah. Hal ini merupakan penjelasan pertumbuhan M 50% sebagai pertumbuhan terbaik untuk tanaman Melon. Unsur K yang menurun di kondisi akhir adalah akibat dari penyerapan unsur K oleh Melon dan tercuci ke lapisan terbawah.

4.4 Bahasan Mengenai Studi Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Untuk Pupuk Cair Tanaman (Studi Kasus Pabrik Tahu Kenjeran)

Page 27: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

Limbah cair tahu pada dasarnya tidak dimanfaatkan oleh pelaku usaha industri. Karena itu, pemanfaatan limbah tahu sebagai pupuk cair untuk tanaman dirasa sangat membantu industri yang merakyat tersebut.

A. Pengisapan Unsur Hara oleh Tanaman Menurut (Madjid, 2007), berikut merupakan proses penyerapan unsur hara N, P, K pada tanaman Kangkung, Cabai, dan Melon. Unsur hara di dalam tanah berbentuk kation atau anion seperti NH4

+, HPO42-, K+, Mg2+, SO4

2-

Antara kation yang berada dalam tanah dan kompleks adsorpsi terjadi proses pertukaran kation. Kation-kation yang dapat bertukar umumnya adalah logam-logam basa, sehingga, disebut basa-basa dapat tukar. Basa-basa dapat tukar yang diadsorpsi oleh kompleks koloid tanah dapat tersedia bagi tanaman. Banyaknya kation yang tersedia bagi tanaman tergantung pada kapasitas adsorpsi kation dari kompleks koloid tanah. Kapasitas adsorpsi adalah kemampuan tanah untuk mengadsorpsi kation-kation dapat tukar (exchangeable cations). Besar kapasitas adsorpsi tergantung pada jenis koloid tanah.

, dan sebagainya. Kation atau anion ini berada dalam larutan tanah atau diadsorpsi oleh kompleks adsorpsi, yaitu fraksi liat dan humus yang berdimensi koloid yang biasa disebut kompleks liat humus.

Kation yang diadsorpsi oleh kompleks koloid tanah merupakan unsur-unsur hara tersedia bagi tanaman. Adsorpsi oleh kompleks koloid tanah merupakan unsur-unsur hara tersedia bagi tanaman. Adsorpsi (penyerapan) hara tamanan uji berlangsung sebagai berikut :

Kation-kation hasil pertukaran antara kompleks koloid dan larutan tanah. Kation-kation berikut ini kemudian bergerak mencapai permukaan adsorpsi akar tanaman. Pergerakan unsur hara (kation) ke permukaan akar terjadi melalui 3 cara, yaitu : intersepsi (penyergapan) oleh akar, aliran massa (mass flow), dan difusi. Intersepsi oleh akar terjadi pada waktu akar tumbuh. Akar ini memasuki ruangan-ruangan yang sebelumnya ditempati oleh unsur-unsur hara

yang dapat diadsorpsi oleh tanaman. Oleh karena itu, antara akar dan unsur hara harus terjadi kontak sangat dekat sehingga ion-ion yang terdapat dipermukaan akar bertukar dengan ion-ion pada permukaan kompleks adsorpsi. Pada cara intersepsi, pertukaran terjadi tanpa melalui larutan, jadi langsung dari fase padat. Pada cara aliran massa, air mengalir ke akar atau melalui akar. Air yang mengalir ini mengandung ion-ion unsur hara. Jumlah dari suatu unsur hara tertentu yang terbawa ke permukaan akar melalui proses ini disebut terbawa oleh aliran massa. Selanjutan unsur-unsur hara tersebut diadsorpsi oleh akar tanaman. Pada cara difusi, unsur hara masuk ke dalam akar dengan proses difusi. Unsur-unsur hara yang disediakan dengan cara intersepsi dan aliran massa umumnya adakah Ca, Mg, Zn, Cu, B, Fe, dan juga N. Sedangkan P dan K diambil tanaman dengan cara difusi.

N diserap oleh tanaman uji dengan cara intersepsi. Unsur N tersebut berasal dari limbah tahu dan tanah yang menjadi media tanam. Selanjutnya, N tersebut digunakan tanaman untuk memacu pertumbuhan daun dan batang, serta membantu pembentukan akar. Pemakaian N oleh tanama terlihat dari mass balance antara asupan N yang diberikan dengan N yang terkandung dalam tanaman pada masa akhir penelitian berbeda. Demikian juga yang terjadi pada mass balance P dan K.

B. Perhitungan Pemanfaatan Limbah Tahu Skala Pabrik

Misal pabrik tahu menghasilkan limbah cair 1 m3

1 m

, maka:

3

Satu tanaman melon yang optimal (M 50%) dalam satu polybag memerlukan penyiraman sebanyak 3 kali, tiap kali penyiraman memerlukan limbah tahu 250 ml, maka: 250 ml x 3 kali = 750 ml.

= 1.000.000 ml.

Jadi satu pabrik tahu dapat memanfaatkan: 1.000.000 ml : 750ml = 1333 polybag melon. Sedang untuk cabai perhitungannya adalah: Satu tanaman cabai yang optimal (C 50%) dalam satu polybag memerlukan penyiraman sebanyak 1

Page 28: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

kali, tiap kali penyiraman memerlukan limbah tahu 250 ml, maka: 250 ml x 1 kali = 250 ml. Jadi satu pabrik tahu dapat memanfaatkan: 1.000.000 ml : 250ml = 4000 polybag cabai. Pada kangkung perhitungannya adalah: Satu tanaman kangkung yang optimal (K 100%) dalam satu polybag memerlukan penyiraman sebanyak 1 kali, tiap kali penyiraman memerlukan limbah tahu 100 ml, maka: 100 ml x 2 kali = 200 ml. Jadi satu pabrik tahu dapat memanfaatkan: 1.000.000 ml : 200 ml = 5000 polybag kangkung.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berikut merupakan kesimpulan dari perencanaan ini adalah sebagai berikut: Besar kandungan unsur hara N, P, K dan pH yang

terdapat dalam limbah cair tahu adalah N sebesar 164,9 ppm, P sebesar 15,66 ppm, K sebesar 625 ppm dan pH sebesar 3,9. Kandungan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal oleh Kangkung pada konsentrasi 100% (penyiraman 2 kali), Melon pada konsentrasi 50%(penyiraman 3 kali) dan cabai pada konsentrasi 50% (penyiraman 1 kali).

Berdasarkan T-Test yang membandingkan tiap dua tanaman dengan konsentrasi berbeda serta uji ANOVA, variasi konsentrasi limbah tahu mempengaruhi pertumbuhan tanaman uji. Konsentrasi terbaik untuk Kangkung adalah konsentrasi 100% dan Melon 50% dengan satu kali penyiraman limbah. Khusus untuk tanaman Cabai, konsentrasi terbaik yaitu konsentrasi 50% dan penyiraman limbah sebanyak hanya satu kali.

5.2 Saran Adapun saran dari perencanaan ini adalah

sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya agar melakukan

penelitian penerapan pada lahan dengan memperhatikan jarak tanam.

2. Penyiraman limbah tahu untuk tanaman Kangkung sebaiknya dua kali dengan konsentrasi limbah sebesar 100% dan ditambahkan pupuk P sebesar 15,51 x 10-4 gr/cm2

sebaiknya tiga kali dengan konsentrasi limbah sebesar 50% dan ditambahkan pupuk P sebesar 7,08 x 10

sedang untuk tanaman Melon

-4 gr/cm2. Pada tanaman Cabai sebaiknya mendapat penyiraman limbah tahu sebanyak satu kali dengan konsentrasi 50% sesuai dan ditambahkan pupuk P sebesar 1,65 x 10-4 gr/cm2

3. Penambahan pH hingga menjadi 6 pada limbah tahu sebaiknya menggunakan kapur.

. Hal ini sesuai dengan kebutuhan N, P dan K masing-masing tanaman.

4. Penelitian selanjutnya agar melakukan penelitian agar memberikan pupuk P sebagai tambahan nutrisi P agar mendapatkan pertumbuhan yang lebih optimal.

5. Penelitian selanjutnya dapat mengujicobakan limbah cair tahu pada tanaman potensial ekonomis lainnya atau tanaman jenis lain.

6. Penelitian selanjutnya agar mencoba pemanfaatan limbah cair tahu untuk keperluan yang lain misalnya dicampur dengan limbah organik lain untuk memberikan pengaruh kesuburan lebih optimal.

7. Penelitian selanjutnya agar mengurangi frekuensi penyiraman limbah khusus untuk tanaman Cabai.

8. Pelaku industri dan masyarakat agar memanfaatkan limbah tahu yang sebagai limbah cair untuk tanaman.

9. Pemerintah agar menyosialisasikan potensi limbah tahu untuk pupuk cair tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Kemas. 2005. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Agromedia, Redaksi. 2007. Petunjuk Pemupukan. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Page 29: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

Anonim. 2009. Pupuk Cair Organik. www.scribd.com/doc/43991654/PUPUK-CAIR-ORGANIK.

Anonim. 2010. Budidaya Hortikultura di Musim Hujan Kendala dan Kiat Mengatasinya. Budidaya.blogspot.com. Diakses tanggal 3 Mei 2011 pukul 17.00 WIB.

Diakses tanggal 3 Mei 2011 pukul 15.00 WIB.

Anonim. 2011. Pupuk Cair. images.redhr.multiply.multiplycontent.com.

Anonim. 2007. Kandungan Limbah Tahu. http://digilib.unimus.ac.id/files. Diakses tanggal 14 Mei 2011 pukul 17.00 WIB.

Diakses tanggal 3 Mei 2011 pukul 18.00 WIB.

Anonim. 2006. Pupuk Bokashi. http://www.ecotani.com/2011/04/liquid-bokashi-ecotani-elements.html

Damayanti, A., Hermana, J., dan Masduqi, A. Oktober. 2004. Analisis Resiko Lingkungan Dari Pengolahan Limbah Pabrik Tahu Dengan Kayu Apu (Pistia Stratiotes L.). Jurnal Purifikasi, Vol.5, No.4,: 151-156.

Foth, Henry. 1994. Dasar – Dasar Ilmu Tanah, Edisi Keenam. Diterjemahkan oleh Soenartono Adisoemarto. Jakarta: Penerbit Erlangga, PT. Gelora Aksara Pratama

Handajani, Hany. 2006. Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Sebagai Pupuk Alternatif Pada Kultur Mikroalga Spirullina sp. Jurnal Protein Vol.13, No.2,: 188-193.

Handayanto dan Hairiah. 2009. Biologi Tanah Landasan Pengelolaan Tanah Sehat Cetakan ke 2. Yogyakarta: Pustaka Adipura

Haryoto. 2009. Bertanam Kangkung Raksasa di Pekarangan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Hermana. 1985. Pengolahan Kedelai Menjadi Berbagai Bahan Makanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Islami, T., dan Utomo, W.H. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Semarang: IKIP Press.

Kartika. 2010. Manual Pengolahan Data Statistik Menggunakan SPSS. Surabaya

Kusandriani, Y. 1996. Pengaruh naungan kasa terhadap hasil beberapa kultivar cabai.

Lestari. 1994. Pembuatan Nata De Coco Dari Air Kelapa. http://lestarimandiri.org/id/home-industri/86-home-industri/172-pembuatan-nata-de-coco-dari-air-kelapa.html

Lingga, P. 1995. Petunjuk Penggunaan Pupuk

Mackentum, KM, 1969. The Practice of Water Pollution Biology. United State Departemen of The Interior. Federal Water Pollution Controll Administration. Devision of The Technikal Support.

. Cetakan ke-10. Penebar Swadaya. Jakarta.

Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/.

Nilakandi, Putri. 2005. Studi Pemanfaatan Lumpur dari Sludge Drying Bed IPAL PT. BTDC Untuk Pupuk Tanaman. Surabaya: Tugas Akhir, Teknik Lingkungan, FTSP, ITS

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan

Nurlila, Ratna Umi. 2010. Pertumbuhan vegetatif, kandungan N-total dan B-karoten tanaman sawi (Brassica juncea L.) hasil pelakuan kompos dan kombinsi limbah cair tahun dan limbah cair sagu sebagai pupuk organik.

Poerwowidodo. 1992

Philip, Anthony. 2001. Tugas Akhir Pertumbuhan Bed Lumpur Kaitannya

. Metode Selidik Tanah. Surabaya: Usaha Nasional

Page 30: ITS Undergraduate 17312 Paper PDF

Dengan Produksi Biogas Pada pengolahan Limbah Pabrik Tahu Dengan Reaktor Anaerobik Aliran Horisontal. Surabaya: Tugas Akhir, Teknik Lingkungan, FTSP, ITS

Rahman, Syaiful. 2010. Meraup Untung Bertanam Cabai Rawit Dengan Polybag. Yogyakarta: Lily Publiser

Rosmarkan, A dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Sarwono dkk. 2004. Membuat Aneka Tahu. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sutanto, Rachman. 2005. Dasar - Dasar Ilmu Tanah, Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Sanchez, Pedro A. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Bandung: Penerbit ITB.

Setyowati, Eka. 2001. Tugas Akhir Uji Pemanfaatan Unsur N dan P dalam Limbah Tahu Sebagai Pupuk Pada Tanaman Padi. Surabaya: Tugas Akhir, Teknik Lingkungan, FTSP, ITS

Siswoyo, Eko. 2000. Tugas Akhir Pengaruh Konsentrasi Air Limbah Pabrik Tahu Tergadap Laju Pertumbuhan Relatif Daun Tanaman Bayam Cabut. Surabaya: Tugas Akhir, Teknik Lingkungan, FTSP, ITS

Suryaningtyas, S. 2004. Studi Pemanfaatan Lumpur Organik dari Unit Sedimentasi Pertama Pengolahan Air Buangan PT. Widatra Bhakti Pandaan untuk Pupuk Tanaman. Surabaya. Tugas Akhir, Teknik Lingkungan, FTSP, ITS

Sutedjo, M.M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Triawati, A. 2010. Kualitas Ligkungan Sekitar Pabrik Tahu dan Pemanfaatan Limbah Tahu Sebagai Pupuk Cair Organik dengan Penambahan EM4 (Effective Microoganism). Surabaya. Tugas Akhir, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNAIR