10
1 OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI UNTUK PRODUK PESANAN PADA PERUSAHAAN PESTISIDA MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING Nama : Rossy Susanti NRP : 1207 100 007 Jurusan : Matematika FMIPA-ITS Dosen Pembimbing : Drs. Suharmadi S., DiplSc.,Mphil Abstrak Perencanaan produksi mempunyai peranan penting dalam manajemen perusahaan. Pada Perusahaan Pestisida yang menghasilkan beberapa produk berdasarkan jumlah pesanan, perencanaan produksi sangat diperhatikan agar jumlah pesanan terpenuhi dalam satu periode. Produk yang dipilih pada Tugas Akhir ini adalah dua produk pesanan yang bersifat kontinu. Pengolahan data pada Tugas Akhir ini menggunakan Minitab, SPSS, SAS, dan LINDO. Metode yang digunakan untuk optimasi perencanaan produksi adalah metode goal programming karena mampu menyelesaikan permasalahan optimasi yang menghendaki beberapa sasaran dengan berbagai prioritas untuk mencapai semua tujuan secara optimal dan simultan. Biaya transportasi ke gudang sebesar Rp. 2.299.190 pada periode pertama dan Rp. 2.842.810 pada periode kedua dari anggaran perusahaan sebesar Rp. 4.500.000 per periode. Biaya penyimpanan produk di gudang sebesar Rp. 1.839.352 pada periode pertama dan Rp. 2.274.248 pada periode kedua dari anggaran sebesar Rp. 2.500.000 per periode. Perusahaan dapat menambah penggunaan mesin untuk produksi produk I hingga 27.778 menit pada periode pertama dan 34.993 menit pada periode kedua dari target sebesar 15.000 menit per periode. Kata kunci: Goal Programming, Optimasi, Perencanaan Produksi. 1. Pendahuluan Perencanaan produksi merupakan hal penting dalam manajemen perusahaan karena perusahaan sering menghadapi masalah keterbatasan sumber daya. Hal ini mengakibatkan penundaan dalam produksi dan kekurangan persediaan barang se- hingga perusahaan tidak dapat memenuhi pesan- an. Dalam merencanakan produksi harus mem- perhatikan kendala yang ada di pabrik karena seluruh konsep, rencana, dan umpan balik akan ditransformasikan ke dalam pabrik (Hadiguna, 2009). Untuk produksi pesanan diperhatikan pula ketepatan waktu dan jumlah pesanan. Optimasi perencanaan produksi agregat pernah diterapkan pada Tugas Akhir Megasari (2010). Faktor kendala pada tugas akhir tersebut adalah bahan baku, jam tenaga kerja, dan kapasitas mesin. Sedangkan pada penelitian ini akan dibahas bagaimana menentukan model optimasi perencanaan produksi dan penyele- saiannya sehingga diperoleh hasil optimal, dalam hal ini lebih ditekankan pada kendala dan tujuan yang mempengaruhi setiap periode produksi atau pesanan, yaitu mempertimbangkan persediaan bahan baku, pemanfaatan kapasitas mesin secara maksimum, terpenuhinya anggaran dana untuk biaya transportasi dan penyimpanan produk di gudang, pemanfaatan kapasitas gudang, serta terpenuhinya pesanan produk setiap periode. Batasan masalah pada penelitian ini adalah: a. Fungsi tujuan yang akan dicapai antara lain: terpenuhinya pesanan produk, meminimum- kan biaya transportasi dari pabrik ke gudang, meminimumkan biaya penyimpanan produk di gudang, dan memaksimumkan pemanfaat- an kapasitas mesin. b. Data yang dianalisis adalah data penjualan dari Perusahaan Pestisida selama periode Januari 2006 Maret 2011, dan perencanaan produksi dilakukan untuk dua periode. c. Tidak ada masalah dalam pengadaan bahan baku (pembelian, penyimpanan, transportasi, dsb), pabrik berproduksi menggunakan sistem mesin tunggal, dan proses produksi dianggap berjalan normal, sehingga tidak ada hambatan dalam proses produksi. d. Peramalan jumlah permintaan dianalisis dari data penjualan periode sebelumnya dengan metode time series model ARIMA. Pendekatan goal programming digunakan dalam menentukan model optimasi perencanaan produksi karena menghendaki beberapa sasaran dengan berbagai prioritas dari perencanaan pro- duksi. Pada dasarnya, struktur goal programming

ITS Undergraduate 17436 Paper 1041998

  • Upload
    theo-ap

  • View
    221

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

>

Citation preview

  • 1

    OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI UNTUK PRODUK PESANAN

    PADA PERUSAHAAN PESTISIDA MENGGUNAKAN

    METODE GOAL PROGRAMMING

    Nama : Rossy Susanti

    NRP : 1207 100 007

    Jurusan : Matematika FMIPA-ITS

    Dosen Pembimbing : Drs. Suharmadi S., DiplSc.,Mphil

    Abstrak

    Perencanaan produksi mempunyai peranan penting dalam manajemen perusahaan. Pada

    Perusahaan Pestisida yang menghasilkan beberapa produk berdasarkan jumlah pesanan, perencanaan

    produksi sangat diperhatikan agar jumlah pesanan terpenuhi dalam satu periode. Produk yang dipilih

    pada Tugas Akhir ini adalah dua produk pesanan yang bersifat kontinu. Pengolahan data pada Tugas

    Akhir ini menggunakan Minitab, SPSS, SAS, dan LINDO. Metode yang digunakan untuk optimasi

    perencanaan produksi adalah metode goal programming karena mampu menyelesaikan permasalahan

    optimasi yang menghendaki beberapa sasaran dengan berbagai prioritas untuk mencapai semua tujuan

    secara optimal dan simultan.

    Biaya transportasi ke gudang sebesar Rp. 2.299.190 pada periode pertama dan Rp. 2.842.810 pada

    periode kedua dari anggaran perusahaan sebesar Rp. 4.500.000 per periode. Biaya penyimpanan produk

    di gudang sebesar Rp. 1.839.352 pada periode pertama dan Rp. 2.274.248 pada periode kedua dari

    anggaran sebesar Rp. 2.500.000 per periode. Perusahaan dapat menambah penggunaan mesin untuk

    produksi produk I hingga 27.778 menit pada periode pertama dan 34.993 menit pada periode kedua dari

    target sebesar 15.000 menit per periode.

    Kata kunci: Goal Programming, Optimasi, Perencanaan Produksi.

    1. Pendahuluan Perencanaan produksi merupakan hal penting

    dalam manajemen perusahaan karena perusahaan

    sering menghadapi masalah keterbatasan sumber

    daya. Hal ini mengakibatkan penundaan dalam

    produksi dan kekurangan persediaan barang se-

    hingga perusahaan tidak dapat memenuhi pesan-

    an. Dalam merencanakan produksi harus mem-

    perhatikan kendala yang ada di pabrik karena

    seluruh konsep, rencana, dan umpan balik akan

    ditransformasikan ke dalam pabrik (Hadiguna,

    2009). Untuk produksi pesanan diperhatikan pula

    ketepatan waktu dan jumlah pesanan.

    Optimasi perencanaan produksi agregat

    pernah diterapkan pada Tugas Akhir Megasari

    (2010). Faktor kendala pada tugas akhir tersebut

    adalah bahan baku, jam tenaga kerja, dan

    kapasitas mesin. Sedangkan pada penelitian ini akan dibahas bagaimana menentukan model

    optimasi perencanaan produksi dan penyele-

    saiannya sehingga diperoleh hasil optimal, dalam

    hal ini lebih ditekankan pada kendala dan tujuan

    yang mempengaruhi setiap periode produksi atau

    pesanan, yaitu mempertimbangkan persediaan

    bahan baku, pemanfaatan kapasitas mesin secara

    maksimum, terpenuhinya anggaran dana untuk

    biaya transportasi dan penyimpanan produk di

    gudang, pemanfaatan kapasitas gudang, serta

    terpenuhinya pesanan produk setiap periode.

    Batasan masalah pada penelitian ini adalah:

    a. Fungsi tujuan yang akan dicapai antara lain: terpenuhinya pesanan produk, meminimum-

    kan biaya transportasi dari pabrik ke gudang,

    meminimumkan biaya penyimpanan produk

    di gudang, dan memaksimumkan pemanfaat-

    an kapasitas mesin.

    b. Data yang dianalisis adalah data penjualan dari Perusahaan Pestisida selama periode

    Januari 2006 Maret 2011, dan perencanaan produksi dilakukan untuk dua periode.

    c. Tidak ada masalah dalam pengadaan bahan baku (pembelian, penyimpanan, transportasi,

    dsb), pabrik berproduksi menggunakan

    sistem mesin tunggal, dan proses produksi

    dianggap berjalan normal, sehingga tidak ada

    hambatan dalam proses produksi.

    d. Peramalan jumlah permintaan dianalisis dari data penjualan periode sebelumnya dengan

    metode time series model ARIMA.

    Pendekatan goal programming digunakan

    dalam menentukan model optimasi perencanaan

    produksi karena menghendaki beberapa sasaran

    dengan berbagai prioritas dari perencanaan pro-

    duksi. Pada dasarnya, struktur goal programming

  • 2

    dan linier programming adalah sama, namun

    konsep goal programming adalah untuk mem-

    perkenalkan tambahan variabel bantu yang

    disebut deviasi, jarak atau selisih antara nilai

    target yang diinginkan dan hasil yang diperoleh,

    yang bertindak bukan sebagai pengambil

    keputusan tetapi hanya sebagai fasilitator untuk

    merumuskan model (Leung & Chan, 2009).

    Pengolahan data untuk peramalan dan optimasi

    goal programming menggunakan Minitab, SPSS,

    SAS, dan LINDO.

    2. Tinjauan Pustaka 2.1 Pestisida Pestisida adalah semua zat kimia atau bahan

    lain serta jasad renik dan virus yang digunakan

    untuk mengendalikan atau mencegah hama dan

    penyakit tanaman, mengatur dan atau mensti-

    mulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

    tanaman (Kementerian Pertanian Indonesia,

    2010). Perusahaan pestisida merupakan pabrik

    formulasi pestisida yang termasuk dalam industri

    agrokimia. Formulasi adalah campuran bahan

    aktif dan bahan tambahan tertentu agar pestisida

    dapat efektif, efisien dan ekonomis. Dalam per-

    dagangan pestisida, bahan aktif diformulasikan

    terlebih dahulu dengan dicampur bahan pem-

    bantu, misalnya solvent (pelarut), emulsifier

    (pembuat emulsi), diluent (pembasah dan peng-

    encer), carrier (bahan pembawa), atau synergist

    (untuk meningkatkan efektifitas pestisida).

    2.2 Manajemen Produksi dan Perencanaan Produksi Pesanan

    Dalam pengorganisasian kegiatan pabrik

    dikendalikan oleh manajemen pabrik. Salah satu

    kinerja manajemen pabrik yaitu melakukan

    fungsi perencanaan. Pandangan modern dalam

    operasional pabrik adalah menetapkan hasil dari

    setiap elemen sebagai upaya mencapai tujuan

    global yang optimum. Optimasi produksi adalah

    mendayagunakan keterbatasan sumber daya

    untuk mendapatkan hasil yang maksimum pada

    proses produksi. Sehingga dalam proses optimasi

    produksi diperlukan adanya perencanaan

    produksi agar kebutuhan produksi terpenuhi

    meskipun adanya keterbatasan sumber daya.

    Perencanaan produksi adalah aktivitas untuk

    menetapkan produk yang diproduksi, jumlah

    yang dibutuhkan, kapan produk tersebut harus

    selesai dan sumber-sumber yang dibutuhkan

    (Kliping Nurmala, 2010). Proses produksi

    pesanan adalah perusahaan akan melakukan

    produksi apabila terdapat pesanan. Tujuan

    produksi pesanan adalah menghasilkan barang

    dengan spesifikasi tertentu memenuhi permin-

    taan pelanggan dan dalam kurun waktu yang te-

    lah disepakati. Sehingga perencanaan produksi

    pesanan adalah aktivitas perencanaan produksi

    untuk memenuhi jumlah pesanan dalam satu

    periode. Perusahaan yang mengerjakan order

    yang terputus-putus berdasarkan permintaan pe-

    langgan yang pemenuhannya pada waktu yang

    akan datang, tingkat kesulitan dalam menyusun

    perencanaan lebih sulit dibanding perusahaan

    yang mengerjakan produksi kontinu. Oleh karena

    itu, produk yang dipilih dalam studi kasus ini

    adalah produk pesanan herbisida yang produksi-

    nya bersifat kontinu. Produksi pada produk

    herbisida dilakukan secara kontinu karena

    produk ini banyak dibutuhkan dalam pertanian.

    2.3 Program Linier Program linier adalah cara untuk menye-

    lesaikan persoalan pengalokasian sumber yang

    terbatas di antara beberapa aktivitas yang ber-

    saing. Program linier menggunakan model mate-

    matis yang berkarakteristik linier untuk menemu-

    kan suatu penyelesaian optimal, yaitu dengan

    memaksimumkan atau meminimumkan fungsi

    tujuan terhadap suatu susunan kendala (Dimyati,

    2009). Langkah penting pertama pada penerapan

    teknik riset operasi adalah perumusan model,

    yaitu membuat peralihan dari realita ke model

    kuantitatif. Model program linier mempunyai

    tiga unsur utama, yaitu variabel keputusan yang

    mempengaruhi nilai tujuan yang hendak dicapai,

    fungsi tujuan yang dimaksimumkan atau dimini-

    mumkan terhadap kendala yang ada, fungsi

    kendala berupa pembatas, syarat, atau keharusan.

    Menurut Siswanto (2007), bentuk umum

    model matematis program linier adalah:

    Fungsi tujuan: =

    =1 , = 1,2, , (1)

    Fungsi kendala:

    =1 , = 1,2, , 0 (2)

    atau

    =1 , = 1,2, , 0 (3)

    dengan:

    : koefisien dari fungsi tujuan

    : koefisien variabel desain

    : variabel desain : target atau tujuan

    2.4 Goal Programming Model goal programming merupakan

    perluasan dari model program linier, sehingga

    seluruh asumsi, notasi, formulasi model mate-

    matis, prosedur perumusan model dan penyele-

    saiannya tidak berbeda. Perbedaan hanya terletak

  • 3

    pada variabel deviasi (

    +) yang muncul pada fungsi kendala dan fungsi tujuan. Oleh

    karena itu, konsep dasar program linier selalu

    melandasi pembahasan model goal programming

    (Siswanto, 2007). Variabel deviasional berfungsi

    untuk menampung deviasi hasil terhadap sasaran

    yang dikehendaki. Menurut Siswanto (2007),

    Variabel deviasional dibedakan menjadi dua

    yaitu:

    a. Variabel deviasional untuk menampung de-viasi di bawah sasaran. Variabel deviasional

    berfungsi untuk menampung deviasi negatif, maka persamaan (3) menjadi:

    =1 +

    = (4)

    = 1,2, , , = 1,2, , dan 0.

    b. Variabel deviasional untuk menampung deviasi di atas sasaran. Variabel deviasional

    + berfungsi untuk menampung deviasi positif, maka persamaan (2) menjadi:

    =1

    + = (5)

    = 1,2, , , = 1,2, , dan + 0

    Bentuk umum model matematis goal

    programming dirumuskan sebagai berikut:

    (+ +=1

    ) (6) dengan kendala sasaran:

    ( )=1 +

    + = (7)

    , ,

    + 0 (8)

    = 1,2, , = 1,2, , dengan:

    : batas bawah dari ketercapaian tujuan i

    +: batas atas dari ketercapaian tujuan i

    : koefisien variabel desain

    : variabel desain : target atau tujuan

    2.5 Peramalan Permintaan menjadi perhatian karena akan

    menentukan jenis dan jumlah produk yang harus

    diproduksi. Peramalan permintaan merupakan

    kegiatan yang mengawali rangkaian kegiatan

    lainnya di dalam pabrik. Selanjutnya, rangkaian

    kegiatan perencanaan dan penjadwalan dilakukan

    berdasarkan hasil ramalan dengan memperhati-

    kan kendala-kendala yang ada.

    ARIMA sering disebut metode time series

    Box-Jenkins. Metode ARIMA terdiri dari tiga

    langkah dasar, yaitu tahap identifikasi, pengujian

    parameter, dan Pengujian nilai residual. Selanju-

    nya model ARIMA dapat digunakan untuk

    melakukan peramalan jika model yang diperoleh

    memadai. Notasi model umum Box-Jenkins

    adalah sebagai berikut: (Makridakis, 1999)

    , , (9)

    dan bentuk persamaannya 1 = 0 + () (10)

    dengan orde p sebagai operator dari AR, orde d

    merupakan differencing, dan orde q sebagai

    operator dari MA.

    Dalam metode time series perlu diperhatikan

    kestasioneran data, fungsi autokorelasi, dan fung-

    si autokorelasi parsial. Namun kebanyakan deret

    berkala bersifat tidak stasioner, sehingga untuk

    menghilangkan ketidakstasioneran maka data

    tersebut dapat dibuat lebih mendekati stasioner

    dengan cara melakukan penggunaan metode

    differencing atau dengan menggunakan

    transformasi Box-Cox. Transformasi Box-Cox

    yang didefinisikan sebagai berikut: (Wei, 2006)

    = (

    1)

    , 0

    ln , = 0

    (11)

    Transformasi Box-Cox untuk nilai yang sering digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Transformasi Box-Cox

    Nilai estimasi Transformasi 1.0 1 0.5 1

    0.0 ln 0.5

    1.0 (tidak ada transformasi) Sumber: Wei (2006)

    Identifikasi Model ARIMA Box-Jenkins dan

    Penaksiran Parameter Setelah data sudah stationer dalam mean dan

    varian maka selanjutnya membuat plot ACF dan

    PACF yang digunakan untuk mengidentifikasi

    model awal ARIMA. Selanjutnya dilakukan

    penaksiran parameter yang bertujuan untuk

    menentukan apakah parameter model sudah

    layak masuk kedalam model. Uji kesignifikanan

    paramater dapat dilakukan sebagai berikut:

    Hipotesis

    H0 : = 0 (paramater tidak signifikan) H1 : 0 (paramater signifikan)

    Statistik Uji

    =

    ( )

    Kriteria Pengujian

    Jika < atau >

    (12

    , = ),

    dengan : banyak pengamatan : banyak parameter yang ditaksir

    d : pembedaan

    maka H0 ditolak dan parameter model signifikan.

  • 4

    Pengujian Nilai Residual

    Berikut ini adalah langkah-langkah dalam

    melakukan tahap pengujian residual:

    a. Pengujian residual white noise Uji yang digunakan untuk asumsi white

    noise adalah uji Ljung-Box. Uji white noise

    adalah sebagai berikut:

    Hipotesis

    H0 : 1 = 2 = = = 0 (residual memenuhi asumsi white noise)

    H1 : minimum ada satu 0, untuk = 1, 2, , (residual tidak white noise)

    Statistik Uji

    Ljung-Box statistik (Box-Pierce modified)

    = ( + 2) ( )1 2

    =1

    dengan:

    : taksiran autokorelasi residual lag k

    Kriteria Pengujian

    Jika > 1 ;=2 , dengan nilai p

    dan q adalah order dari ARMA (p,q), atau

    < , maka H0 ditolak. b. Pengujian residual berdistribusi normal

    Untuk mengetahui bahwa residual

    berdistribusi normal, maka dilakukan uji

    yaitu Kolmogorov Smirnov. Uji Kolmogorov

    Smirnov adalah sebagai berikut:

    Hipotesa

    0: = 0() (residual berdistibusi normal)

    1: 0() (residual tidak berdistribusi normal)

    Statistik Uji

    D=sup|S(x)-F0(x)|

    dengan,

    S(x) : fungsi peluang kumulatif yang dihitung

    dari data sampel

    F0(x): fungsi peluang kumulatif distribusi

    yang dihipotesiskan

    F(x) : fungsi distribusi yang belum diketahui

    Sup : nilai supremum semua x dari |S(x)-F0(x)|

    Kriteria Pengujian

    Jika > (1 ,) atau nilai

    < , maka H0 ditolak.

    3. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam menyele-

    saikan permasalahan adalah:

    a. Pengamatan dan identifikasi faktor peren-canaan produksi pesanan.

    b. Pengumpulan data dan pendefinisian variabel.

    c. Perumusan model optimasi dengan fungsi kendala dan fungsi tujuan.

    d. Peramalan permintaan. e. Penyelesaian model optimasi. f. Analisis dan kesimpulan.

    4. Analisis dan Pembahasan 4.1 Pengumpulan Data yang Mempengaruhi

    Perencanaan Produksi

    Pada penelitian ini dipilih dua produk pesti-

    sida yang produksinya bersifat kontinu. Periode

    setiap perencanaan produksi adalah satu bulan

    karena penyelesaian setiap pesanan selama satu

    bulan. Produk pestisida memiliki kadaluarsa

    selama dua tahun. Karena perencanaan produksi

    dilakukan untuk dua periode, maka masa

    kadaluarsa produk diabaikan. Data yang diguna-

    kan dalam perencanaan produksi ini antara lain:

    a. Persediaan dan Penggunaan Bahan Baku Persediaan bahan baku selama satu periode

    dan penggunaan bahan baku setiap produksi

    dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Penggunaan bahan baku tiap produk dan

    ketersediaannya selama satu periode

    Bahan

    baku

    Persediaan bahan

    baku selama

    1 bulan/liter

    Penggunaan bahan

    baku/botol (liter)

    Produk I Produk II

    Bahan A

    Bahan B

    Bahan C

    150.000

    100.000

    8.000

    0,450

    0,187

    0,015

    0,227

    0,369

    0,015

    b. Kapasitas Jam Kerja Mesin Tingkat kemampuan pabrik untuk memenuhi

    permintaan pesanan dipengaruhi pemaksimuman

    penggunaan kapasitas jam kerja mesin. Jenis dan

    kapasitas jam kerja mesin untuk memformula-

    sikan pestisida dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Penggunaan mesin untuk proses produksi

    tiap produk dalam satu periode

    Mesin Jumlah

    Kapasitas Jam

    Kerja Mesin

    (menit)

    Jam Kerja

    Mesin/bulan per

    produk(menit)

    Produk I Produk II

    Pengadukan

    Pengemasan

    1

    1

    22.500

    21.600

    0.073

    0.060

    0.069

    0.069

    c. Biaya Transportasi Pabrik ke Gudang Gudang produk terletak diluar atau terpisah

    dengan komplek pabrik sehingga diperlukan ang-

    garan dana untuk transportasi. Biaya transportasi

    dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Biaya transportasi tiap jenis produk

    Produk Biaya transportasi

    per produk (Rp)

    Produk I

    Produk II

    10

    10

  • 5

    d. Biaya Penyimpanan Produk di Gudang Perusahaan menyewa gudang di luar area

    perusahaan untuk menyimpan hasil produksi.

    Kapasitas gudang dapat menampung sebanyak

    294.000 botol produk. Biaya penyimpanan

    produk di gudang dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Biaya penyimpanan produk di gudang

    dalam satu periode

    Produk Biaya penyimpanan

    per produk (Rp)

    Produk I

    Produk II

    8

    8

    e. Anggaran dan target perusahaan Anggaran adalah ketetapan biaya yang di-

    sediakan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan

    selama satu periode perencanaan. Target adalah

    sasaran hasil kerja yang direncanakan perusaha-

    an untuk dicapai selama satu periode perencana-

    an. Anggaran dan target perusahaan tiap periode

    ditunjukkan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Anggaran & target perusahaan tiap periode

    Tujuan Ketetapan Perusahaan

    Penggunaan mesin

    Biaya transportasi gudang

    Biaya sewa gudang

    15.000 menit

    Rp. 4.500.000

    Rp. 2.500.000

    4.2 Model dan Hasil Peramalan Permintaan Peramalan ini menggunakan beberapa pro-

    gram, yaitu Minitab untuk mendapatkan plot time

    series dan plot Box-Cox, SPSS untuk menda-

    patkan plot ACF dan PACF, dan SAS untuk

    analisis model dan mendapatkan hasil ramalan.

    Untuk memperoleh model peramalan terbaik

    telah dilakukan overfitting. Berikut ini merupa-

    kan model peramalan terbaik untuk produk I dan

    produk II yang diperoleh dari proses overfitting.

    a. Permintaan Produk I Pada tahap identifikasi, rounded value pada

    data permintaan produk I sebelum dtransformasi

    adalah 0,5 dan setelah transformasi pertama di-

    peroleh = 1, maka deret telah stasioner dalam varians. Selanjutnya dibuat plot

    ACF dan PACF. Dari plot tersebut terlihat bahwa

    deret belum stasioner dalam means, maka perlu

    dilakukan differencing. Setelah deret stasioner

    dalam varian dan mean, maka ditentukan model

    ARIMA berdasarkan outlier pada plot ACF dan

    PACF pada Gambar 4.1.

    Gambar 4.1 Plot ACF dan PACF produk I

    Model ARIMA terbaik dari produk I adalah

    ARIMA (1,1,[5][17]), dengan pengujian

    parameter dan white noise pada Tabel 4.6 dan

    Tabel 4.7 berikut: Tabel 4.6 Uji signifikan parameter produk I

    Parameter Estimasi Standart Error t-hitung P-value

    1 -0,36884 0,12122 -3,044 0,0029 1 0,39757 0.12788 3,11 0,0382 2 0.32244 0,15207 2,12 0,0035

    dari ketiga parameter adalah 1,960. Karena diperoleh nilai | | > atau 0,05

    maka H0 diterima, sehingga dapat dikatakan

    bahwa residual white noise.

    Pada tahap identifikasi diketahui bahwa deret

    sudah stasioner dalam means dan varians, maka

    model dapat dikatakan sudah identik.

    Berdasarkan uji normalitas hasil dari SAS

    diperoleh nilai = 0,065925 dan nilai

    > 0,15. Karena < (0.5 ,62

    = 0,17272)

    atau ( > 0,15) > ( = 0,05) maka H0 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa

    residual model berdistribusi normal.

    b. Permintaan Produk II Pada tahap identifikasi, rounded value pada

    data permintaan produk II sebelum transformasi

    adalah 0. Setelah dilakukan transformasi pertama

    diperoleh = 1.33, maka perlu dilakukan transformasi kedua hingga diperoleh

    = 1 dan deret dikatakan sta-sioner dalam varians. Selanjutnya dibuat plot

    ACF dan PACF. Dari plot tersebut terlihat bahwa

    deret belum stasioner dalam means, maka dilaku-

  • 6

    kan differencing. Setelah deret stasioner dalam

    varian dan mean, ditentukan model ARIMA

    berdasarkan outlier pada plot ACF dan PACF

    pada Gambar 4.2.

    Gambar 4.2 Plot ACF dan PACF produk II

    Model ARIMA terbaik dari produk II adalah

    ARIMA (2,1,0), dengan pengujian parameter dan

    white noise pada Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 berikut: Tabel 4.8 Uji signifikan parameter produk II

    Parameter Estimasi SE t hitung P-value

    1 -0,51032 0,11780 -4,33 atau 0,05

    maka H0 diterima, sehingga dapat dikatakan

    bahwa residual white noise.

    Pada tahap identifikasi diketahui bahwa deret

    sudah stasioner dalam means dan varians, maka

    model dapat dikatakan sudah identik.

    Berdasarkan uji normalitas hasil dari SAS

    diperoleh nilai = 0,055853 dan nilai

    > 0,15. Karena < (0.5 ,62

    = 0,17272)

    atau ( > 0,15) > ( = 0,05) maka H0 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa

    residual model berdistribusi normal.

    Hasil Peramalan Permintaan

    Hasil ramalan untuk produk I dan produk II

    yang sesuai dengan model ARIMA terbaik dan

    diolah menggunakan SAS dapat dilihat pada

    Tabel 4.10. Tabel 4.10 Ramalan permintaan produk I dan

    produk II (dalam liter)

    Bulan Produk I Produk II

    April 208.860 21.059

    Mei 263.103 21.178

    Juni 169.267 23.480

    Juli 206.896 22.225

    Agustus 251.387 21.903

    September 246.902 22.573

    4.3 Perancangan Model Goal Programming Variabel keputusan adalah variabel persoalan

    yang akan memberikan nilai tujuan yang hendak

    dicapai. Pendefinisian variabel keputusan yang

    digunakan dalam model goal programming ini

    adalah sebagai berikut:

    : jumlah produk yang diproduksi pada periode-.

    : jenis produk yang dihasilkan, = 1 2. : periode produksi, = 1 2 (). : jenis bahan baku yang tersedia,

    = 1, 2, 3, 4.

    Perumusan Model Lengkap Notasi dan variabel yang digunakan dalam

    permasalahan perencanaan produksi ini adalah

    sebagai berikut:

    1 : notasi prioritas pertama, yaitu ter-penuhinya target jumlah produk pesanan

    yang akan diproduksi.

    2 : notasi prioritas kedua, yaitu terpenuhinya anggaran biaya yang tersedia untuk

    transportasi dari pabrik ke gudang.

    3 : notasi prioritas ketiga, yaitu terpenuhinya anggaran biaya yang tersedia untuk sewa

    gudang produksi.

    4 : notasi prioritas keempat, yaitu ter-penuhinya target memaksimumkan

    penggunaan mesin.

    1 ,2 ,3 ,4 : deviasi negatif menunjuk-kan tingkat pencapaian produksi kurang

    dari target jumlah permintaan yang

    ditetapkan.

    1 , 2 ,3 , 4 : deviasi positif menunjukkan tingkat pencapaian produksi lebih dari

    target jumlah permintaan yang ditetapkan.

    5 : deviasi positif menunjukkan tingkat pen-capaian biaya lebih dari target biaya

    pengeluaran total.

    6 : deviasi positif menunjukkan tingkat pen-capaian biaya lebih dari target biaya

    pengeluaran total.

  • 7

    7 : deviasi negatif menunjukkan tingkat peng-gunaan mesin kurang dari target

    penggunaan mesin yang ditetapkan.

    11 : jumlah produk I yang diproduksi pada periode 1.

    12 : jumlah produk I yang diproduksi pada periode 2.

    21 : jumlah produk II yang diproduksi pada periode 1.

    22 : jumlah produk II yang diproduksi pada periode 2.

    Model lengkap permasalahan perencanaan

    produksi berdasarkan bentuk umum model goal

    programming dapat dirumuskan sebagai berikut:

    a. Fungsi Tujuan

    Minimumkan , dengan: = 1 1 + 1 + 2 + 2 + 3 + 3 + 4 + 4 + 2 5 + 3 6 + 4(7)

    b. Fungsi Kendala 1. Kendala bahan baku

    Nilai koefisien berupa pemakaian

    bahan baku dan nilai target berupa

    kapasitas bahan baku selama satu

    periode pada model diperoleh dari Tabel

    4.1. Perumusan model sebagai berikut: Bahan A

    0,45011 + 0,22721 150.000 0,45012 + 0,22722 150.000

    Bahan B

    0,18711 + 0,36921 100.000 0,18712 + 0,36922 100.000

    Bahan C

    0,01511 + 0,01521 8.000 0,01512 + 0,01522 8.000

    2. Kendala kapasitas jam kerja mesin Nilai koefisien berupa jam kerja

    mesin per bulan untuk tiap produk dan

    nilai target berupa kapasitas jam kerja

    mesin selama sebulan pada model diper-

    oleh dari Tabel 4.2. Perumusan model: Mesin Pengadukan

    0,07311 + 0,06921 22.500 0,07312 + 0,06922 22.500

    Mesin Pengemasan

    0,06011 + 0,06921 21.600 0,06012 + 0,06922 21.600

    3. Kendala kapasitas gudang Nilai koefisien berupa penggunaan

    lahan gudang per bulan untuk tiap

    produk dan nilai target berupa kapasitas

    gudang selama sebulan pada model

    diperoleh dari Tabel 4.4. Perumusan

    model sebagai berikut: 11 + 21 294.000 12 + 22 294.000

    c. Kendala Sasaran atau Tujuan 1. Target pemenuhan jumlah pesanan

    Nilai target berupa peramalan

    permintaan periode yang akan datang

    pada model diperoleh dari Tabel 4.10.

    Perumusan model: 11 + 1 1 = 208.860 12 + 2 2 = 263.103 21 + 3 3 = 21.059 22 + 4 4 = 21.178

    2. Target meminimumkan biaya transportasi

    Nilai koefisien berupa biaya yang

    dikeluarkan untuk transportasi dari

    pabrik ke gudang dan nilai target berupa

    anggaran biaya perusahaan pada model

    diperoleh dari Tabel 4.3 dan 4.5.

    Perumusan model sebagai berikut: 1011 + 1021 5 = 4.500.000 1012 + 1022 5 = 4.500.000

    3. Target meminimumkan biaya penyimpanan produk

    Nilai koefisien berupa biaya sewa

    gudang yang dikeluarkan untuk

    penyimpanan produk dan nilai target

    berupa anggaran biaya perusahaan pada

    model diperoleh dari Tabel 4.4 dan 4.5.

    Perumusan model sebagai berikut: 811 + 821 6 = 2.500.000 812 + 822 6 = 2.500.000

    4. Target memaksimumkan penggunaan mesin

    Tujuan ini adalah pemaksimuman

    penggunaan mesin untuk produksi

    produk I sehingga proses produksi dapat

    berjalan secara maksimum dalam meng-

    hasilkan produk pesanan. Nilai-nilai koe-

    fisien berupa jam kerja mesin per bulan

    untuk produk I dan nilai target berupa

    kapasitas jam kerja mesin selama se-

    bulan untuk menghasilkan produk I pada

    model diperoleh dari Tabel 4.2 dan 4.5.

    Perumusan model sebagai berikut: 0,13311 + 7 = 15.000 0,13312 + 7 = 15.000

  • 8

    d. Fungsi Kendala untuk Setiap Variabel 11 0 2 0 2 0 12 0 3 0 3 0 21 0 4 0 4 0 22 0 7 0 5 0 1 0 1 0 6 0

    4.4 Hasil Pemrograman LINDO Berikut ini adalah hasil dari model goal pro-

    gramming yang diolah dengan LINDO. Analisis

    dari setiap tujuan untuk perencanaan produksi

    periode pertama dapat dilihat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Hasil LINDO untuk periode pertama

    Prioritas Sasaran Target Hasil

    LINDO Ket

    I Memenuhi

    jumlah pesanan

    11= 208.860 21= 21.059

    11= 208.860 21= 21.059

    T

    II

    Meminimum-

    kan biaya

    transportasi

    Rp.

    4.500.000

    Rp.

    2.299.190 T

    III

    Meminimum-

    kan biaya

    gudang

    Rp.

    2.500.000

    Rp.

    1.839.352 T

    IV

    Memaksimum-

    kan pengguna-

    an mesin

    15.000

    menit

    27.778,379

    menit T

    Keterangan:

    T : Tercapai

    TT : Tidak Tercapai

    Analisis setiap tujuan perencanaan produksi

    periode kedua dapat dilihat pada Tabel 4.12. Tabel 4.12 Hasil LINDO untuk periode kedua

    Prioritas Sasaran Target Hasil

    LINDO Ket

    I Memenuhi

    jumlah pesanan

    12= 263.103 22= 21.178

    12= 263.103 22= 21.178

    T

    II

    Meminimum-

    kan biaya

    transportasi

    Rp.

    4.500.000

    Rp.

    2.842.810 T

    III

    Meminimum-

    kan biaya

    gudang

    Rp.

    2.500.000

    Rp.

    2.274.248 T

    IV

    Memaksimum-

    kan pengguna-

    an mesin

    15.000

    menit

    34.992,699

    menit T

    Keterangan:

    T : Tercapai

    TT : Tidak Tercapai

    Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa

    semua target dapat tercapai. Pada prioritas I,

    target pesanan terpenuhi. Pada prioritas II,

    sasaran untuk meminimumkan biaya transportasi

    memenuhi target dengan simpangan negatif Rp.

    2.200.810 dan simpangan positif nol, perusahaan

    dapat mengurangi biaya transportasi sebesar

    Rp. 2.200.810. Pada prioritas III, sasaran untuk

    meminimumkan biaya penyimpanan hasil produk

    memenuhi target dengan simpangan negatif

    Rp. 660.648 dan simpangan positif nol, perusa-

    haan dapat menampung seluruh hasil produk pe-

    sanan tanpa mengeluarkan biaya tambahan untuk

    produk yang tidak tertampung di gudang. Pada

    prioritas IV, sasaran untuk memaksimumkan

    penggunaan mesin memenuhi target dengan

    simpangan positif 12.778,379883 dan simpangan

    negatif nol, perusahaan dapat menambah peng-

    gunaan mesin sebesar 12.778,379883 menit.

    Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa se-

    mua target dapat tercapai. Pada prioritas I, target

    pesanan terpenuhi. Pada prioritas II, sasaran un-

    tuk meminimumkan biaya transportasi meme-

    nuhi target dengan simpangan positif nol dan

    simpangan negatif Rp. 1.657.190, perusahaan

    dapat mengurangi biaya transportasi sebesar

    Rp. 1.657.190. Pada prioritas III, sasaran untuk

    meminimumkan biaya penyimpanan hasil produk

    memenuhi target dengan simpangan positif nol

    dan simpangan negatif Rp.225.752, perusahaan

    dapat menampung seluruh hasil produk pesanan

    tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan untuk

    produk yang tidak tertampung di gudang. Pada

    prioritas IV, sasaran untuk memaksimumkan

    penggunaan mesin memenuhi target dengan

    simpangan negatif nol dan simpangan positif

    19.992,699219, perusahaan dapat menambah

    penggunaan mesin sebesar 19.992,699219 menit.

    4.5 Analisis Pemanfaatan Sumber Daya Dari hasil optimasi goal programming

    dengan menggunakan LINDO menghasilkan

    output untuk penggunaan sumber daya. Analisis

    pemanfaatan sumber daya untuk dua periode

    dapat dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4.13 Pemanfaatan sumber daya untuk 2 periode

    Sumber

    Daya Periode Kapasitas Pemanfaatan Ket

    Bahan A 1

    2

    150.000

    150.000

    98.767,393

    123.203,756

    T

    T

    Bahan B 1

    2

    100.000

    100.000

    46.827,591

    57.014,943

    T

    T

    Bahan C 1

    2

    8.000

    8.000

    3.448,785

    4.264,215

    T

    T

    Muatan

    Gudang

    1

    2

    294.000

    294.000

    229.919

    284.281

    T

    T

    Jam Kerja

    Mesin

    Pengadukan

    1

    2

    22.500

    22.500

    16.699,851

    20.667,801

    T

    T

    Jam Kerja

    Mesin

    Pengemasan

    1

    2

    21.600

    21.600

    13.984,671

    17.247,462

    T

    T

  • 9

    Keterangan :

    T : Tercapai

    TT : Tidak Tercapai

    Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa

    sumber daya yang terdiri dari bahan baku, kapa-

    sitas gudang produk, jam kerja mesin pengaduk-

    an, dan jam kerja mesin pengemasan, digunakan

    sebesar nilai pemanfaatannya. Hal ini menunjuk-

    kan bahwa bahan baku, kapasitas gudang produk,

    jam kerja mesin pengadukan, dan jam kerja

    mesin pengemasan yang dimanfaatkan untuk

    menghasilkan produk pesanan selama dua

    periode memenuhi nilai target dan kapasitasnya.

    4.6 Hasil Model Goal Programming pada LINDO dengan Kenaikan Permintaan

    Kenaikan maksimal untuk permintaan kedua

    produk pada periode pertama yang masih dapat

    dipenuhi sebesar 25%. Analisis setiap tujuan

    perencanaan produksi dapat dilihat pada

    Tabel 4.14. Tabel 4.14 Hasil LINDO untuk periode pertama

    dengan kenaikan permintaan 25%

    Prioritas Sasaran Target Hasil

    LINDO Ket

    I Memenuhi

    jumlah pesanan

    11= 261.075 21= 26.324

    11= 261.075 21= 26.324

    T

    II

    Meminimum-

    kan biaya

    transportasi

    Rp.

    4.500.000

    Rp.

    2.873.990 T

    III

    Meminimum-

    kan biaya

    gudang

    Rp.

    2.500.000

    Rp.

    2.299.192 T

    IV

    Memaksimum-

    kan peng-

    gunaan mesin

    15.000

    menit

    34.722,97

    5 menit T

    Keterangan:

    T : Tercapai

    TT : Tidak Tercapai

    Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa semua

    target dapat tercapai. Pada prioritas II, perusa-

    haan dapat mengurangi biaya transportasi sebesar

    Rp. 1.626.010. Pada prioritas III, perusahaan

    dapat mengurangi biaya penyimpanan produk

    sebesar Rp. 200.808, hal ini menunjukkan bahwa

    perusahaan dapat menampung seluruh hasil

    produk pesanan tiap periode tanpa harus

    mengeluarkan biaya tambahan untuk produk

    yang tidak tertampung di gudang produk. Pada

    prioritas IV, perusahaan dapat menambah peng-

    gunaan mesin sebesar 19.722,974609 menit.

    Kenaikan maksimal untuk permintaan

    kedua produk pada periode kedua yang masih

    dapat dipenuhi sebesar 3%. Analisis dari setiap

    tujuan perencanaan produksi dapat dilihat pada

    Tabel 4.15.

    Tabel 4.15 Hasil LINDO untuk periode kedua

    dengan kenaikan permintaan 3%

    Prioritas Sasaran Target Hasil

    LINDO Ket

    I Memenuhi

    jumlah pesanan

    12= 270996 22= 21.813

    12= 270996 22= 21.813

    T

    II

    Meminimum-

    kan biaya

    transportasi

    Rp.

    4.500.000

    Rp.

    2.928.090 T

    III

    Meminimum-

    kan biaya

    gudang

    Rp.

    2.500.000

    Rp.

    2.342.472 T

    IV

    Memaksimum-

    kan peng-

    gunaan mesin

    15.000

    menit

    36.042,469

    menit T

    Keterangan:

    T : Tercapai

    TT : Tidak Tercapai

    Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa semua

    target dapat tercapai. Pada prioritas II, perusaha-

    an dapat mengurangi biaya transportasi sebesar

    Rp. 1.71.910. Pada prioritas III, perusahaan dapat

    mengurangi biaya penyimpanan produk sebesar

    Rp. 157.528, hal ini menunjukkan bahwa

    perusahaan dapat menampung seluruh hasil

    produk pesanan tiap periode tanpa harus

    mengeluarkan biaya tambahan untuk produk

    yang tidak tertampung di gudang produk. Pada

    prioritas IV, perusahaan dapat menambah peng-

    gunaan mesin sebesar 21.042,468750 menit.

    5. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan

    dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

    1. Goal programming diaplikasikan dengan pengembangan model matematik pada

    optimasi perencanaan produksi terutama

    dalam menghasilkan produk pesanan

    sehingga jumlah pesanan terpenuhi

    dalam suatu periode. Dalam perumusan

    model diperlukan fungsi kendala berupa

    pembatas dan fungsi tujuan yang

    meminimumkan atau memaksimumkan

    deviasi terhadap kendala yang ada.

    2. Analisis hasil untuk sasaran yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:

    a. Jumlah pesanan dari kedua produk untuk dua periode dapat terpenuhi.

    Pesanan produk I bulan pertama

    sebesar 208.860 dan bulan kedua

  • 10

    sebesar 263.103 dapat terpenuhi.

    Pesanan produk II bulan pertama

    sebesar 21.059 dan bulan kedua

    sebesar 21.178 dapat terpenuhi.

    b. Biaya transportasi dari pabrik ke

    gudang yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp. 2.299.190 pada periode

    pertama dan Rp. 2.842.810 pada periode

    kedua, sehingga perusahaan dapat

    mengurangi biaya transportasi sebesar

    Rp. 2.200.810 pada periode pertama dan

    Rp. 1.657.190 pada periode kedua dari

    anggaran yang disediakan sebesar

    Rp. 4.500.000 setiap periode.

    c. Biaya penyimpanan produk di

    gudang yang dikeluarkan perusahaan

    sebesar Rp. 1.839.352 pada periode pertama dan Rp. 2.274.248 pada periode

    kedua, sehingga perusahaan dapat

    mengurangi biaya penyimpanan produk

    sebesar Rp. 660.648 pada periode

    pertama dan Rp. 225.752 pada periode

    kedua dari anggaran yang disediakan

    Rp. 2.500.000 setiap periode.

    d. Target penggunaan mesin pe-ngadukan dan mesin pengemasan

    untuk produksi produk I sebesar

    15.000 menit setiap periode dapat

    dicapai dengan model yang ada yaitu

    sebesar 27.778,379883 pada periode

    pertama dan 34.992,699219 menit pada periode kedua.

    3. Jumlah produk yang dihasilkan telah memenuhi jumlah pesanan. Namun

    produksi tersebut kurang maksimal

    karena pemakaian bahan baku, jam kerja

    mesin, dan kapasitas gudang masih

    kurang dari ketersediaannya.

    Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan

    yang didapatkan maka ada beberapa hal yang

    harus diperhatikan, yaitu:

    1. Untuk memperoleh hasil optimasi yang mendekati kondisi nyata perusahaan maka

    sebaiknya pada penelitian selanjutnya

    menambah fungsi tujuan dan memperbanyak

    fungsi kendalanya. Diperlukan informasi

    yang lebih mengenai tujuan dan kendala

    perusahaan dalam produksi sehingga hasil

    perencanaan produksi lebih optimal. 2. Bagi perusahaan, dengan adanya peren-

    canaan produksi maka perusahaan bisa

    lebih mempersiapkan kebutuhan pro-

    duksi tiap periode, terlebih dalam menye-

    diakan bahan dan memperhitungkan

    kapasitas gudang. Bila jumlah pesanan

    dalam suatu periode lebih besar dari

    kapasitas gudang, maka perusahaan harus

    melakukan pendistribusian secara cepat

    tanpa harus menunggu masa pesanan

    agar produk tidak menumpuk di gudang

    yang dapat mengakibatkan overload.

    6. Daftar Pustaka Dimyati, Tjutju T. & Dimyati, Ahmad. 2009.

    Operation Research: Model-Model

    Pengambilan Keputusan. Sinar Baru

    Algesindo. Bandung.

    Hadiguna, Rika A. 2009. Manajemen Pabrik.

    Bumi Aksara. Jakarta.

    Kementerian Pertanian Indonesia. 2010. Apa Itu

    Pestisida?.

    diakses pada 25

    Februari 2011 pukul 20.15 WIB.

    Kliping Nurmala. 2010. Perencanaan dan

    Pengendalian Produksi.

    diakses pada 13 Maret

    2011 pukul 01.03 WIB.

    Leung, Stephen C.H. & Chan, Shirley S.W.

    2009. A Goal Programming Model for

    Aggregate Production Planning with

    Resource Utilization Constraint.

    Computers & Industrial Engineering 56

    (2009) 1053-1064.

    Makridakis, S., Steven C. Wheelwright, and

    Victor E. McGee. 1999. Metode dan

    Aplikasi Peramalan, edisi kedua.

    Binarupa Aksara. Jakarta.

    Megasari, Kartika. 2010. Goal Programming

    untuk Perencanaan Produksi Agregat

    dengan Kendala Sumber Daya. Jurusan

    Matematika ITS. Surabaya

    Siswanto. 2007. Operation Research Jilid Satu.

    Erlangga. Bogor.

    Wei, William W.S. 2006. Time Series Analysis:

    Univariate and Multivariate Methods.

    Pearson Education, Inc. USA.