17
44 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Peneltiaan Desa Walangsari merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Jarak daerah ini dengan Kota Sukabumi adalah sekitar 40 km, jarak dengan Kota Bandung 148 km dan jarak dengan Kota Bogor adalah sekitar 66 km. Jarak yang tidak terlalu jauh dengan kota tersebut membuat penyaluran domba menjadi relatif mudah. Daerah penelitian berada di Desa Walangsari Kecamatan Kalapanunggal. Desa Walangsari berada di kaki Gunung Salak di sebelah timur dengan ketinggian antara 500-700 mdpl. Sebagian besar wilayah desa memiliki kemiringan antara 15˚ - 25˚. Di sebelah timur berbatasan dengan Desa Palasarigirang, disebelah selatan dengan Desa Kalapanunggal, disebelah Barat dengan Desa Tugubandung dan disebelah Utara dengan Desa Pulosari. 4.2 Karakteristik Responden Jumlah peternak yang dijadikan responden adalah sebanyak 87 orang, karakteristik peternak dilihat dari jenis kelamin, usia, pengalaman beternak, tingkat pendidikan. 4.2.1 Jenis Kelamin Jenis kelamin peternak di daerah penelitian yang dijadikan responden terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin peternak yang dijadikan responden dapat dilihat pada tabel 1:

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

44

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Peneltiaan

Desa Walangsari merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Jarak daerah ini

dengan Kota Sukabumi adalah sekitar 40 km, jarak dengan Kota Bandung 148 km

dan jarak dengan Kota Bogor adalah sekitar 66 km. Jarak yang tidak terlalu jauh

dengan kota tersebut membuat penyaluran domba menjadi relatif mudah.

Daerah penelitian berada di Desa Walangsari Kecamatan Kalapanunggal.

Desa Walangsari berada di kaki Gunung Salak di sebelah timur dengan ketinggian

antara 500-700 mdpl. Sebagian besar wilayah desa memiliki kemiringan antara 15˚

- 25˚. Di sebelah timur berbatasan dengan Desa Palasarigirang, disebelah selatan

dengan Desa Kalapanunggal, disebelah Barat dengan Desa Tugubandung dan

disebelah Utara dengan Desa Pulosari.

4.2 Karakteristik Responden

Jumlah peternak yang dijadikan responden adalah sebanyak 87 orang,

karakteristik peternak dilihat dari jenis kelamin, usia, pengalaman beternak, tingkat

pendidikan.

4.2.1 Jenis Kelamin

Jenis kelamin peternak di daerah penelitian yang dijadikan responden terdiri

dari laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin peternak yang dijadikan responden

dapat dilihat pada tabel 1:

Page 2: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

45

Tabel 1. Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Responden Persentase (%)

Laki-Laki 82 94,25

Perempuan 5 5,75

Total 87 100,00

Tabel 1 menunjukan jumlah laki-laki mendominasi dalam kategori jenis

kelamin yaitu sebanyak 94,25% berbanding 5,75% jumlah perempuan yang

menjadi peternak. Hal ini sesuai dengan kodrat fisik laki-laki yang lebih kuat

dibanding perempuan untuk melakukan kegiatan peternakan yang bisa menguras

stamina. Selain itu jumlah HOK laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan,

sehingga untuk memaksimalkan pendapatan maka laki-laki lebih banyak bekerja.

4.2.2 Usia

Usia merupakan satuan waktu yang digunakan untuk mengukur keberadaan

seseorang semenjak dilahirkan. Mengamati karakteristik peternak melalui kategori

usia penting dilakukan untuk bisa mengelompokan peternak kedalam usia produktif

dan tidak produktif. Usia peternak yang dijadikan responden dapat dilihat pada

tabel 2.

Tabel 2. Usia Responden

Usia Responden Persentase (%)

25-35

36-45

15

15

17,24

17,24

46-55 27 31,03

56-64 18 20,68

>64 8 9,19

Total 87 100,00

Page 3: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

46

Tabel 2 menunjukan 78,16% peternak berusia 15-59 tahun dan 21,84%

berusia diatas 59 tahun, hal ini menunjukan mayoritas peternak dalam usia

produktif yang berpotensi sebagai modal pembangunan. Menurut Statistik Pemuda

Indonesia (2014) penduduk usia produktif adalah penduduk dengan batas usia 15-

59 tahun sedangkan usia tidak produktif adalah usia dibawah 15 tahun serta usia

diatas 59 tahun.

4.2.3 Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak menjadi poin penting dalam proses pembangunan

peternakan, pengalaman beternak akan mempengaruhi kemampuan peternak dalam

mengelola kegiatan peternakannya. Pengalaman peternak yang dijadikan

responden dapat dilihat pada tabel 3. Hasil penelitian menunjukan peternak dengan

pengalaman 10-20 tahun mendominasi dengan jumlah 59,77% hal ini menunjukan

berkembangnya peternakan di wilayah ini sehingga peternak mampu bertahan

dalam waktu belasan sampai puluhan tahun. Menurut Herry (2006) Pengalaman

beternak sangat penting, karena peternak yang memiliki pengalaman beternak yang

lama dianggap mempunyai ketekunan bekerja.

Tabel 3. Pengalaman Beternak

Pengalaman Beternak

(Tahun) Responden

Persentase

(%)

1-5 15 17,24

6-10 36 41,37

11-15 19 21,83

16-20 6 6,89

>20 6 6,89

Total 87 100,00

Page 4: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

47

4.2.4 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan formal merupakan faktor penting dalam

mengembangkan sumber daya peternak. Menurut Atmanti (2005) Tingkat

pendidikan yang lebih tinggi akan dapat menjamin perbaikan yang terus

berlangsung dalam tingkat teknologi yang digunakan masyarakat, pendidikan yang

lebih tinggi memperluas pengetahuan masyarakat dan mempertinggi rasionalitas

pemikiran mereka, hal ini memungkinkan masyarakat mengambil langkah yang

lebih rasional dalam bertindak atau mengambil keputusan. Pendidikan akan

menambah pengetahuan dan keterampilan yang dapat mempengaruhi kualitas

peternak. Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Responden Persentase (%)

Tidak Sekolah 8 9,20

SD 70 80,45

SLTP 8 9,20

SLTA 1 1,15

Total 87 100,00

Tabel 4 menunjukkan tingkat pendidikan peternak didominasi tingkat

sekolah dasar (SD) sebesar 80,45% hal ini disebabkan kurangnya sarana prasarana

pendidikan juga jarak tempuh yang cukup jauh. Berdasarkan hasil penelitian

ditemukan peternak yang tidak mengenyam bangku pendidikan formal yaitu

sebesar 9,20%, hal ini disebabkan oleh cara pandang masyarakat pedesaan yang

belum terlalu mementingkan urusan pendidikan formal, namun mereka tetap

menuntut ilmu melalui kegiatan pengajian di kampung asal mereka tetapi kegiatan

ini tidak dikategorikan sebagai pendidikan formal. Pendidikan formal adalah jalur

Page 5: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

48

pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, meliputi SD/MI/sederajat,

SMP/MTs/sederajat, SM/MA/sederajat, dan PT (Statistik Pemuda Indonesia, 2014)

4.3 Tata Laksana Usahaternak Domba

Sistem pemeliharan domba di Desa Walangsari Kecamatan

Kalapanunungga kebanyakan dipelihara dengan sistem intensif. Sistem intensif

adalah pemeleliharaan yang dilakukan didalam kandang dengan manajemen yang

dilakukan oleh peternak. Tatalaksana yang umumnya dilakukan pada usahaternak

domba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

sistem perkawinan, dan penanganan penyakit.

4.3.1 Kepemilikan Ternak Domba

Jumlah kepemilikan ternak dalam usaha domba di Desa Walangsari

Kecamatan Kalapanunggal dapat berpengaruh terhadap besarnya pendapatan yang

diterima dari usahaternak domba dan akan mempengaruhi kontribusi usahaternak

domba terhadap pendapatan rumah tangga. Jumlah kepemilikan ternak domba

dapat dikelompokan berdasarkan jenis kelamin dan umur domba yaitu domba

dewasa (jantan/betina) berumur >12 bulan, domba muda (jantan/betina) berumur 7-

12 bulan, domba anak (jantan/betina) berumur 0-6 bulan.

Kepemilikan domba di Desa Walangsari Kecamatan Kalapanunggal

kebanyakan masih bersifat tradisional. Awal masyarakat mulai beternak domba

adalah pada tahun 2009 ketika terbentuknya Koperasi Serba Usaha Riung Mukti

yang mendapat bantuan dari Dompet Dhuafa untuk melakukan usahaternak domba.

Masyarakat mendapat bantuan berupa bibit ternak domba dan mulai menggiati

Page 6: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

49

usahaternak domba tersebut sebagai salah satu mata pencarian keluarga. Adapun

jumlah kepemilikan domba dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Populasi Ternak di Desa Walangsari, Kecamatan Kalapanunggal

No Struktur Populasi

Ternak

Jumlah

Ekor SDD -Rata-rata- %

1 Domba Jantan Dewasa 290 290 3,33 28,91

2 Domba Betina Dewasa 393 393 4,51 39,18

3 Domba Jantan Muda 65 32,5 0,74 6,48

4 Domba Betina Muda 66 33 0,75 6,58

5 Domba Jantan Petet 131 32,75 1,5 13,06

6 Domba Betina Petet 58 14,5 0,6 5,78

Total 1003 795,75 100,00

Dilihat dari struktur domba yang dimiliki masyarakat Desa Walangsari,

jumlah domba terbanyak adalah domba betina dewasa. Hal ini disebabkan Desa

Walangsari merupakan salah satu tempat pembibitan domba. Terbukti dengan

jumlah domba betina paling banyak, dan pembelian bibit domba jarang dilakukan.

4.3.2 Perkandangan

Pada umumnya kandang yang digunakan oleh peternak domba di Desa

Walangsari adalah kandang koloni, dan berjenis panggung, dimana terdapat jarak

antara lantai kandanng dengan tanah. Tanah yang berada di bawah kandang

digunakan sebagi tempat penampungan sementara kotoran domba, sebelum diolah

menjadi pupuk atau dijual kepada petani atau pengepul yang ada. Peternak sudah

mulai memisahkan antara domba jantan dan betina, serta menyediakan tempat

husus bagi domba yang sedang melahirkan. Pembagian tempat ini menyebabkan

tidak adanya petet yang mati akibat terinjak domba lain.

Bahan-bahan yang biasa digunakan peternak di Desa Walangsari untuk

membuat kandang relatif seragam. Atap kandang terbuat dari asbes, dinding dan

Page 7: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

50

pintu terbuat dari kayu, dan lantai kandang terbuat dari bambu. Selain kandang

peternak juga membutuhkan peralatan lainnya berupa arit, cangkul, golok, dan

ember.

4.3.3 Pakan

Peternak di daerah penelitian pada umumnya memberi pakan hijauan berupa

rumput lapang, kaliandra, daun pohon albasia, dan daun singkong. Para peternak

memperoleh pakan tersebut di sekitaran daerah tempat tinggal mereka.

Ketersediaan pakan di daerah mereka cukup besar dikarenakan disana masih

terdapat hutan dan perkebunan singkong.

Frekuensi pemberian pakan pada setiap responden seragam yaitu 2 kali

sehari. Pemberian pakan dimulai pukul 07.00 pagi, kemudian dilanjutkan sore

pukul 16.30. Pakan yang diberikan ke domba tidak ditimbang terlebih dahulu,

melainkan hanya diperkirakan saja. Jumlah pakan yang diberikan ke domba tidak

tentu, terkadang peternak memberi pakan tambahan ke domba ketika domba tidak

bisa tenang.

4.3.4 Sistem Perkawinan dan Kesehatan Ternak

Sistem perkawinan yang dilakukan oleh responden adalah perkawinan

alami. Peternak yang tidak memiliki domba jantan sebagai pejantan biasanya

meminjam pejantan kepada peternak lain. Betina yang sudah bunting tua dan

mendekati hari kelahiran akan dipisahkan, sehingga pada saat melahirkan tidak

mengalami gangguan dari domba lain.

Penanganan penyakit di lokasi penelitian dilakukan dengan

menggabungkan obat-obatan medis dengan cara tradisional. Namun pada

prakteknya peternak lebih sering menggunakan cara tradisional dengan

mengasingkan domba yang sakit dan memberi obat-obatan tradisional. Penyakit

Page 8: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

51

yang sering menyerang domba di daerah penelitian adalah bloat, cacingan, dan

mencret.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh peternak untuk menjaga kesehatan

ternaknya adalah dengan menjaga kebersihan kandang. Peternak membersihkan

kandang domba dari kotoran dengan menyapu lantai kandang hampir setiap hari.

Harapannya dengan menjaga kebersihan kandang dapat mencegah penyakit domba.

4.4 Analisa Pendapatan Keluarga Buruh Tani

4.4.1 Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga adalah total penjumlahan seluruh pendapatan dari

berbagi usaha yang dijalankan oleh keluarga, meliputi pendapatan usahaternak

domba, usaha buruh tani, dan usaha lainnya. Total pendapatan keluarga diluar

usahaternak domba di Desa Walangsari dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pendapatan Keluarga di luar Usahaternak Domba di Desa Walangsari

No Uraian Rp/UU/tahun

1 Buruh Tani 5.682.379,31

2 Non Tani 2.373.793,10

Total 8.056.172,41

Pendapatan dari buruh tani adalah upah dari mengelola lahan milik orang

lain. Jumlah pendapatan dipengaruhi oleh hasil pertanian dan luas lahan yang

dikelola. Biasanya masyarakat yang ada di Desa Walangsari mengelola lahan orang

lain atau lahan PT. Salak Utama. PT. Salak Utama adalah perusahaan teh yang

sudah tidak beroperasi lagi di sekitaran Desa Walangsari. Lahan yang dimiliki oleh

Page 9: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

52

PT. Salak Utama tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk menanami

tanaman berupa singkong, pisang dan papaya.

Pendapatan non tani adalah pendapatan yang berasal dari usaha selain

ternak dan tani, beberapa contoh diantaranya adalah kuli bangunan, karyawan,

tengkulak, ojek, pedagang, dan serabutan.

4.4.2 Biaya Usahaternak Domba (Rp/UU/Tahun)

Biaya merupakan sejumlah dana yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu

usaha. Biaya usahaternak domba yang dikeluarkan oleh peternak di Desa

Walangsari meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Adapun besarnya rata-rata

biaya yang dikeluarkan untuk produksi usahaternak domba selama satu tahun

analisi (Juni 2018-Juni 2019) dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Biaya Usahaternak Domba Selama Satu Tahun Analisis

No Komponen Biaya Biaya Produksi

Rp/UU/thn Presentase (%)

1 Biaya Tetap

Penyusutan Kandang 448,505.75 13.53

Penyusutan Peralatan 184,291.19 5.56

Total Biaya Tetap 632,796.93 19.08

2 Biaya Variabel

TK Rumput 1,011,254.79 30.50

TK Pemeliharaan 535,172.41 16.14

Konsentrat 5,172.41 0.16

Pembelian Ternak 375,862.07 11.34

Transportasi 754,298.85 22.75

Obat 1,264.37 0.04

Total Biaya Variabel 2,683,024.90 80.92

3 Total Biaya Produksi 3,315,821.84 100.00

Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor

produksi (input) yang jumlahnya tidak tergantung pada jumlah produksi. Biaya

Page 10: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

53

tetap yang dikeluarkan oleh responden antara lain biaya penyusutan kandang dan

biaya penyusutan peralatan kandang. Berdasarkan tabel, biaya tetap yang

dikeluarkan oleh peternak di Desa Walangsari rata-rata sebesar Rp

632.796,93/UU/tahun. Adapun biaya tetap adalah akumulasi dari biaya penyusutan

kandang dan peralatan kandang.

Biaya kandang dihitung berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk

pembuatan kandang dan dibagi dengan umur ekonomis kandang yang dihitung

dalam satuan Rp/Tahun. Berdasarkan Tabel, rata-rata biaya penyusutan kandang

yang dikeluarkan oleh peternak yaitu sebesar Rp 448.505,75/UU/tahun. Biaya yang

dikeluarkan oleh peternak dalam pembuatan kandang berkisar antara Rp 1.000.000

– Rp 2.500.000 dan umur ekonomis sekitar 5 tahun. Biasanya kandang yang sudah

berumur 5 tahun akan diperbaharui, karena bahan pembuatan kandang berupa kayu

dan bambu yang tidak sekuat baja atau besi. Besarnya biaya penyusutan kandang

tersebut tergantung pada luas kandang dan harga pembelian bahan dalam

pembuatan kandang (Hastuti dan Awami, 2016)

Biaya penyusutan peralatan kandang dihitung berdasarkan nilai penyusutan

peralatan yang digunakan. Waktu penyusutan setiap peralatan berbeda berdasarkan

jenis dan kualitasnya. Nilai penyusutan peralatan diperoleh dengan cara

membagikan biaya pembelian dengan umur ekonomis barang tersebut. Hal ini

sesuai dengan pendapat Hastuti dan Awami (2016) bahwa besar kecilnya biaya

penyusutan dipengaruhi oleh harga dari peralatan kandang dan jumlah alat yang

digunakan dalam pemeliharaan. Peralatan yang digunakan oleh masyarakat di Desa

Walangsari berupa arit, sekop, cangkul, golok, selang, tambang, ember, dan tong.

Para peternak di Desa Walangsari mengeluarkan biaya untuk peralatan kandang

berkisar antara Rp 150.000 – Rp 200.000, dan umur ekonomis berkisar antara 1 –

Page 11: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

54

5 tahun tergantung dari bahan, kekuatan, dan kualitas peralatan tersebut.

Berdasarkan tabel, rata-rata penyusutan peralatan kandang sebesar Rp

184.291.19/UU/Tahun.

Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor

produksi (input) yang jumlahnya tergantung kepada besar kecilnya produksi. Biaya

variabel yang dikeluarkan oleh peternak diantaranya adalah biaya tenaga kerja,

biaya pakan, biaya kesehatan ternak. Berdasarkan Tabel 4, biaya variabel yang

dikeluarkan oleh peternak di Desa Walangsari rata-rata sebesar Rp

2.683.024,90/UU/Tahun. Biaya terbesar adalah biaya tenaga kerja mengarit

rumput. Tenaga kerja menyabit rumput diperoleh dari jumlah jam kerja peternak

mengarit dikalikan dengan upah kerja per jam yang berlaku di daerah tersebut. Total

pengeluaran untuk biaya pakan adalah jumlah tenaga kerja menyabit rumput

ditambah dengan biaya transportasi menyabit rumput.

Biaya kesehatan ternak diperoleh dari biaya yang dikeluarkan peternak

untuk membeli obat-obatan. Umumnya peternak membeli obat cacing. Peternak

yang mendapati dombanya yang sakit akan mengkarantina dombanya dan

kemudian diberi penanganan tradisional yang mereka ketahui. Setiap peternak

berbeda dalam memberikan penanganan tradisional tetapi seragam dalam

mengkarantina ternak yang sakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad (2015)

bahwa para peternak biasanya melakukan pengobatan pada ternaknya

menggunakan obat-obatan tradisional.

Biaya tenaga kerja peternak di Desa Walangsari dihitung berdasarkan

jumlah jam kerja dikalikan dengan besaran upah yang berlaku di lokasi penelitian.

Besaran upah tersebut diasumsikan dari upah buruh tani sebesar Rp 40.000/HKP.

Biaya tenaga kerja dapat dihitung berdasarkan jumlah jam kerja yang digunakan

Page 12: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

55

untuk pemeliharaan dan diukur dengan satuan Hari Kerja Pria (HKP). (Handayani.

Dkk,2005). Satu hari kerja pria setara dengan bekerja selama 8 jam per hari sama

dengan 1 HKP, untuk wanita setara dengan 0,75 HKP dan untuk anak-anak sama

dengan 0,5 HKP. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja adalah Rp

535.172,41 dan jika dibandingkan dengan UMK di Kabupaten Sukabumi masih

berbeda jauh. Adapun UMK yang ditetapkan di Kabupaten Sukabumi adalah

Rp.2.791.016,23/bulan yang jika ditotalkan kedalam satu tahun mencapai

Rp.33.492.194,76/tahun.

4.4.3 Penerimaan Usahaternak Domba

Penerimaan merupakan hasil yang dinilai dengan uang yang diterima atas

hasil penjualan produknya selama satu tahun. Nilai suatu penerimaan tergantung

pada jumlah produk dan harga pokok. Hal ini sesuai dengan pendapat Hoddi.A,

dkk (2011) bahwa besarnya penerimaan bergantung pada jumlah produk yang

dihasilkan dan harga produk itu sendiri. Rata-rata penerimaan usahaternak domba

di Desa Walangsari dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Penerimaan Usahaternak Domba di Desa Walangsari

No Uraian Rata-rata Penerimaan

Rp/UU/tahunn Persentase (%)

1 Penjualan Ternak 6.826.437 70,72

2 Perubahan Nilai Ternak 2.750.000 28,49

3 THK 51.724 0,54

4 Limbah 24.690 0,25

Jumlah 9.652.851 100,00

Rata-rata penerimaan usahaternak domba di Desa Walangsari sebesar Rp

9.652.851/UU/tahun yang meliputi penjualan ternak, perubahan nilai ternak,

Page 13: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

56

tebaran hewan kurban, dan penjualan limbah. Penjualan ternak merupakan

penerimaan tertinggi dalam usahaternak domba. Penjualan ternak pada umunya

dilakukan pada Idul ‘Adha, karena pada saat itu permintaan domba sedang

meningkat daripada hari biasanya, tetapi tidak menutup kemungkinan peternak

menjual dombanya pada hari biasa dikarenakan adanya kebutuhan yang mendesak.

Penentuan harga domba biasanya dilakukan dengan cara menaksir bobot (tanpa

ditimbang), sehingga performa domba saat penjualan menentukan harga dan

menentukan penerimaan peternak.

Perubahan nilai ternak dalam penelitian ini ditentukan dengan pengurangan

jumlah nilai ternak diakhir tahun (Juni 2019) dengan jumlah nilai ternak di awal

tahun (Juni 2018). Rata-rata perubahan nilai ternak sebesar Rp

2.750.000/UU/tahun. Ternak yang ada nilainya mengalami penambahan karena

harga domba dewasa lebih besar daripada harga domba muda.

Tebaran hewan kurban adalah ternak yang ditebarkan kepada anggota

koperasi untuk dipelihara dan pada saat Idul ‘Adha akan dibagikan ke masyarakat

sekitar sebagai hewan kurban dari Dompet Du’afa. Investor dari proyek ini adalah

instansi Dompet Du’afa yang disaluran melalui koperasi, sehingga penerima THK

hanyalah anggota koperasi.

Penjualan limbah oleh peternak menjadi sumber penerimaan, karena

sebagian limbah dari usahaternak domba dijual. Adapun harga limbahnya Rp

3000/karung. Sebagian peternak memanfaatkan sendiri limbah usahaternak ke

lahan pertanian yang mereka kelola.

4.4.4 Pendapatan Usahaternak Domba

Page 14: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

57

Pendapatan usahaternak domba adalah hasil pengurangan dari penerimaan

dengan biaya total produksi. Pendapatan dalam usaha ternak sangat dipengaruhi

oleh banyaknya penjualan ternak, sehingga semakin banyak ternak yang dijual

maka akan semakin tinggi pula pendapatan usahaternak yang diterima. Adapun

penerimaan adalah jumlah dari penjualan ternak, penjualan limbah, bagi hasil THK

dan pertambahan nilai ternak. Rata-rata pendapatan yang diperoleh peternak di

Desa Walangsari dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pendapatan usahaternak Domba (Net Farm Income) di Desa Walangsari

No Uraian Rp/UU/tahun

1 Penerimaan 9.652.851,00

2 Biaya Produksi 3.315.821,84

Pendapatan 6.337.028,74

Tabel 9 menunjukkan bahwa, rata-rata pendapatan peternak yang diperoleh

sebesar Rp 6.337.028,74/UU/tahun, maka rata-rata pendapatan peternak per bulan

adalah Rp 528.085,71/bulan. Pendapatan usahaternak domba ini belum termasuk

pendapatan tersamar dari usahaternak domba. Adapun pendapatan total usahaternak

domba keluarga menghitung tenaga kerja keluarga sebagai pendapatan. Hal ini

disebabkan karena usahaternak yang harusnya mengeluarkan biaya tersamarkan

dipenuhi dengan curahan kerja anggota keluarga. Adapun pendapatan total

usahaterna domba di Desa Walangsari dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Pendapatan Total Usahaternak Domba di Desa Walangsari

No Uraian Rp/UU/tahun

1 Pendapatan 6.337.028,74

Page 15: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

58

2 Curahan Tenaga Kerja 1.546.427,20

Total 7.883.455,94

Adapun curahan tenaga kerja masuk sebagai pendapatan, dikarenakan biaya

yang harusnya dikeluarkan untuk tenaga kerja domba, tidak dibayarkan dalam

bentuk uang, tetapi disimpan dalam bentuk domba yang dipelihara. Curahan tenaga

kerja adalah jumlah waktu yang dicurahkan untuk melakukan kegiatan produksi

uahaternak domba, berupa menyabit rumput dan mengurus domba di kendang

pemeliharan. Nilai curahan tenaga kerja diperoleh dari pengalian nilai Hari Orang

Kerja (HOK) dikali dengan upah kerja yang berlaku di daerah tersebut.

4.4.5 Kontribusi Usahaternak Domba terhadap Pendapatan Keluarga

Usahaternak domba memiliki kontribusi terhadap pendapatan keluarga

buruh tani di Desa Walangsari. Besarnya kontribusi usahaternak domba terhadap

pendapatan keluarga diperoleh dari perbandingan antara pendapatan usahaternak

domba dengan pendapatan total keluarga. Besarnya kontribusi usahaternak domba

terhadap pendapatan keluarga dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Kontribusi Usahaternak Domba terhadap Pendapatan Buruh Tani

No Uraian Pendapatan (Rp) Kontribusi (%)

1 Pendapatan Total Usahaternak

Domba

7.883.455,94 49,46%

2 Pendapatan Luar Domba 8.056.172,41 50,54%

Total 15.939.628,35 100,00%

Page 16: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

59

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi usahaternak Domba

terhadap pendapatan keluarga sebesar 49,46% dengan rata-rata kepemilikan 16,78

ekor atau 13,51 SDD, sedangkan kontribusi dari pendapatan usaha non ternak

sebesar 50,54%. Besarnya nilai kontribusi pendapatan dari usahaternak domba

menunjukkan bahwa usahaternak domba adalah cabang usaha yang dijalan buruh

tani yang ada di Desa Walangsari. Sesuai pendapat Saragih (2008) bahwa usaha

yang tingkat pendapatannya 30% - 69,9% adalah cabang usaha, dimana peternak

mengusahakan pertanian campuran, dan usahaternak domba sebagai salah satu

cabang usahanya (semi komersil atau usaha terpadu).

Pendapatan rumah tangga peternak adalah jumlah pendapatan dari setiap

anggota keluarga yang memberikan sumbangsih ke pendapatan keluarga.

Pendapatan ini bersumber dari berbagai sumber usaha. Selain dari kegiatan

beternak juga dihasilkan dari kegiatan di luar kegiatan peternakan dalam hal ini

pendapatan dari usahatani dan usaha diluar pertanian seperti buruh serabutan, buruh

bangunan dll.

Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang diterima oleh peternak dari

kegiatan bertani selama satu tahun. Lahan yang digunakan oleh peternak dalam

kegiatan bertani adalah lahan milik orang lain sehingga hasil yang didapat dibagi

dengan pemilik lahan sesuai persentase yang disepakati di awal. Tanaman yang

digunakan dalam usahatani antara lain tanaman singkong, pepaya, pisang dan padi.

Pertanian mengalami masa kejayaan ketika orde baru namun saat ini rumah tangga

di perdesaan mulai meninggalkan sektor usaha tersebut, menurut Arifin (2013)

sektor pertanian secara umum mengalami transformasi dari sektor pangan ke sektor

perkebunan, peternakan, perikanan, dan holtikultura, hal tersebut sebagai

konsekuensi logis dari semakin membaiknya harga-harga komoditas tersebut.

Page 17: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150287_5_3848.pdfdomba adalah mencari pakan hijauan, pemberian pakan, membersihkan kandang,

60

Pendapatan luar pertanian adalah total pendapatan yang dihasilkan dari luar

pertanian dan peternakan seperti dari buruh serabutan, buruh bangunan,

perdagangan dll selama setahun. Menurut Arifin (2013) pendapatan dari upah atau

gajih dari luar pertanian meningkat pesat terutama pada sektor perdagangan,

transportasi dan jasa. Sebaran tipologi usahaternak berdasarkan tingkat kontribusi

terhadap pendapatan rumah tangga bisa dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Tipologi Usaha

No Ukuran Usaha Jumlah Persentase (%)

1 Usaha Sambilan 8 9,19

2 Cabang Usaha 65 74,71

3 Usaha Pokok 14 16,09

4 Industri 0 0

Dari tabel sebaran tipologi usahaternak dapat dilihat bahwa mayoritas

peternak menjadikan usahaternak sebagai cabang usaha dengan kontribusi

pendapatan usahaternak sebanyak 30-70 dari total pendapatan keluarga. Jumlah

peternak yang menjadikan usahaternak sebagai usaha pokok sebanyak 14 orang,

yang menjadikan usahaternak sebagai cabang usaha sebanyak 65 orang, dan 8 orang

sisanya menjadikan usahaternak sebagai usaha sambilan.