Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data
Data primer merupakan data-data yang diperoleh langsung dari survei
lapangan, yaitu data arus lalu lintas, kecepatan dan geometri jalan.
1. Data Geometrik Jalan
Data geometrik jalan adalah data yang berisi kondisi geometrik dari segmen
jalan yang diteliti. Data ini merupakan data primer yang didapatkan dari
survei kondisi geometrik jalan secara langsung. Data geometrik Jl. Raya
Kalianda, tanjakan Tarahan adalah sebagai berikut ini :
Kelas administrasi : Jalan Nasional
Kelas funsional : Jalan Arteri Primer
Tipe jalan : 4/2 UD
Panjang total kelandaian : 1.400 m
Lebar per lajur : 3,5 m
Median : tidak ada
Kereb : ada
Tipe alinyemen : bukit
Marka jalan : ada
Rambu lalu lintas : ada
Jenis perkerasan : Rigid Pavement
35
Gambar 4.1: Potongan Melintang Jl. Raya Kalianda, tanjakan Tarahan.
Gambar 4.2: Foto Lokasi Jl. Raya Kalianda, tanjakan Tarahan.
2. Data Arus dan Komposisi Lalu Lintas
Data lalu lintas yang digunakan dalam penelitian ini adalah data mengenai
arus dan komposisi lalu lintas. Kedua data tersebut merupakan data
primer yang didapatkan secara langsung melalui pengamatan (survei) di
lapangan. Pengamatan volume lalu lintas dilakukan selama 2 hari, yaitu
hari Minggu 18 Oktober 2009 dan Selasa 20 Oktober 2009. Pengamatan
dilakukan pada jam sibuk anggapan, yaitu pukul 06.00 sampai 09.00 WIB
pada pagi hari, pukul 11.00 sampai 13.00 WIB pada siang hari, dan pukul
36
15.00 sampai 18.00 WIB pada sore hari. Hasil pengamatan volume lalu
lintas sebagai berikut :
Tabel 4.1: Hasil Survei Arus Lalu Lintas Jl. Raya Kalianda, tanjakan
Tarahan Hari Minggu, 18 Oktober 2009.
Waktu
(WIB)
Arah 1 (menanjak) Arah 2 (menurun)
LV MHV LT LB MC LV MHV LT LB MC
kend/
jam
kend/
jam
kend/
jam
kend/
jam
kend/
jam
kend/
jam
kend/
jam
kend/
jam
kend/
jam
kend/
jam
06:00-07:00 49 21 13 4 16 35 20 10 3 39
07:00-08:00 49 23 4 2 36 31 54 5 4 81
08:00-09:00 38 73 26 13 76 96 71 12 9 84
11:00-12:00 62 55 52 2 92 102 41 9 10 92
12:00-13:00 124 92 9 5 101 64 68 12 15 113
15:00-16:00 48 97 12 3 150 81 50 14 12 102
16:00-17:00 57 47 9 1 124 84 56 9 6 88
17:00-18:00 35 35 7 5 102 35 49 7 3 84
Sumber : Pengamatan di lapangan
Tabel 4.2: Hasil Survei Arus Lalu Lintas Jl. Raya Kalianda, tanjakan
Tarahan Hari Selasa, 20 Oktober 2009.
Waktu (WIB)
Arah 1 (menanjak) Arah 2 (menurun)
LV MHV LT LB MC LV MHV LT LB MC
kend/
jam
kend/
jam
kend/
jam
kend/
jam
kend/
jam
kend/
jam
Kend/
jam
kend/
jam
kend/
jam
kend/
jam
06:00-07:00 141 18 5 4 96 55 77 34 4 55
07:00-08:00 95 16 4 2 140 99 53 5 5 114
08:00-09:00 191 71 17 12 128 134 153 21 6 98
11:00-12:00 124 43 24 19 135 97 117 13 9 104
12:00-13:00 108 82 16 13 151 151 106 16 16 217
15:00-16:00 62 97 30 9 231 184 93 17 12 221
16:00-17:00 140 138 12 17 325 144 72 15 14 166
17:00-18:00 129 94 7 11 226 57 46 12 13 68
Sumber : Pengamatan di lapangan
37
B. Analisis Karakteristik Jalan
1. Analisis Geometrik Jalan
a) Lebar jalur lalu lintas
Lebar per lajur 3,50 m, total kedua arah 14,00 m. Perkerasan jalan
berupa Rigid Pavement dalam kondisi baik. Kapasitas menigkat
dengan bertambahnya lebar jalur lalu lintas.
b) Karakteristik bahu
Lebar bahu kurang dari 0,50 m dan pada tepi bahu terdapat kerb.
Kapasitas dan kecepatan pada arus tertentu bertambah sedikit dengan
bertambahnya lebar bahu.
c) Tidak terdapat median, tetapi mungkin ada alasan lain mengapa
median tidak diinginkan, misalnya kekurangan tempat, biaya dsb.
d) Lengkung vertikal
Mempunyai enam lengkung vertikal dengan kelandaian maksimum 9%
dan minimum 2,9%. Ini mempunyai dua pengaruh, makin berbukit
jalannya makin lambat kendaraan bergerak di tanjakan (biasannya
tidak diimbangi di turunan) dan juga pundak bukit mengurangi jarak
pandang. Kedua pengaruh ini mengurangi kapasitas dan kinerja pada
arus tertentu.
e) Lengkung horizontal
Mempunyai empat lenkung horizontal, jalan dengan banyak tikungan
tajam memaksa kendaraan untuk bergerak lebih lambat dari pada jalan
lurus, agar yakin bahwa ban mempertahankan gesekan yang aman
dengan permukaan jalan.
38
2. Komposisi Lalu Lintas
Komposisi lalu lintas mempengaruhi hubungan arus-kecepatan jika arus
dan kapasitas dinyatakan dalam kend/jam, yaitu tergantung pada rasio
sepeda motor atau kendaraan berat dalam arus. Komposisi tertinggi untuk
Kendaraan Berat (Truk Besar) yaitu 30 kend/jam dan Sepeda Motor 231
kend/jam, pada hari Selasa 20 Oktober 2009.
C. Analisis Operasional Kelandaian Khusus dengan Menggunakan Metode
MKJI 1997
Analisis operasional kelandaian khusus pada tahun 2009 menggunakan
formulir tersendiri dari MKJI 1997, adalah sebagai berikut :
1. Arus Total (Q)
Nilai arus lalu lintas (Q) menunjukkan komposisi lalu lintas, dengan
menyatakan arus dalam satuan mobil penumpang (smp). Nilai arus lalu
lintas per arah diambil kombinasi Truk Besar tertinggi dan dikonversikan
menjadi satuan mobil penumpang dengan dikalikan ekivalensi mobil
penumpang (emp) untuk tiap kendaraan. Perhitungan dapat dilihat pada
formulir IR-2 MKJI 1997 pada lampiran, sedangkan nilai arus total (Q)
untuk kondisi hari Minggu dan Selasa dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3: Nilai Arus Kombinasi Tertinggi Hari Minggu 18 Oktober 2009.
Nilai Arus Lalu Lintas (Q) pukul 11:00-12:00
Arah kend/jam smp/jam
1 263 668
2 254 270
Total (1+2) 517 938
39
Tabel 4.4: Nilai Arus Kombinasi Tertinggi Hari Selasa 20 Oktober 2009.
Nilai Arus Lalu Lintas (Q) pukul 15:00-16:00
Arah kend/jam smp/jam
1 429 1043
2 527 537
Total (1+2) 956 1580
2. Hambatan Samping
Hambatan samping ditentukan berdasarkan pengamatan dilokasi lapangan
dengan cara pengambilan gambar situasi, kemudian dicocokkan dengan
gambar situasi berdasarkan MKJI 1997.
Gambar 4.3: Hambatan samping rendah pada Jl. Raya Kalianda, tanjakan
Tarahan hasil pengamatan di lokasi.
Gambar 4.4: Hambatan samping rendah pada jalan luar kota berdasarkan
MKJI 1997.
40
Berdasarkan gambar yang telah dicocokkan, Jl. Raya Kalianda, tanjakan
Tarahan kondisi hambatan samping rendah. Hal ini dikarenakan kondisi
jalannya berbukit yang terjal dan hanya sedikit permukiman penduduk yang
tinggal di bagian pundak tanjakan.
3. Kecepatan Arus Bebas (FV)
Kecepatan arus bebas kendaraan ringan dan kendaraan berat pada
kelandaian khusus harus dihitung secara terpisah untuk masing-masing arah
(mendaki dan menurun) dan dibandingkan dengan kecepatan untuk keadaan
alinyemen datar.
a) Kecepatan arus bebas kendaraan ringan untuk keadaan alinyemen datar
dengan rumus sebagai berikut :
FLVDATAR adalah kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi
lapangan (km/jam)
FLVO adalah kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam)
FLVW adalah penyesuaian untuk lebar efektif jalur lalu lintas (km/jam)
FFVSF adalah faktor penyesuaian untuk kondisi hambatan samping
FFVRC adalah faktor penyesuaian untuk kelas fungsi jalan
Dari Tabel 2.4 didapat FLVO = 66 km/jam
Dari Tabel 2.5 didapat FLVW = 0 km/jam
Dari Tabel 2.6 didapat FFVSF = 0,96
Dari Tabel 2.7 didapat FFVRC = 1,0
Sehingga diperoleh hasil
41
b) Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi kelandaian khusus
dari jalan 4/2 UD (empat-lajur tak terbagi) harus dihitung secara
terpisah untuk masing-masing arah (mendaki dan menurun).
Kecepatan FLVUH,O dan FLVDH,O adalah fungsi dari kelandaian dan
panjang kelandaian dan berdasarkan pada kecepatan pendekat 68
km/jam untuk kelandaian tersebut. FLVUH,O = 54,98 km/jam
diinterpolasi dari Tabel 2.8. Menentukan kecepatan mendaki (FLVUH)
sebagai berikut :
FLVDATAR = 63,36 km/jam > FLVUH,O = 54,98 km/jam, maka hitung
kecepatan arus bebas mendaki untuk kelandaian khusus sebagai berikut
= 54,16 km/jam
Menentukan kecepatan menurun (FLVDH) sebagai berikut :
FLVDH,O diinterpolasi dari Tabel 2.8 didapat 63,76 km/jam
FLVDATAR > FLVDH,O, maka FLVDH = FLVDH,O = 63,76 km/jam
Untuk menghitung kecepatan gabungan perhatikan arus kendaraan
ringan dalam kedua arah :
QLV1 adalah arus kendaraan ringan dalam arah 1 (menanjak)
QLV2 adalah arus kendaraan ringan dalam arah 2 (menurun)
QLV = QLV1 + QLV2 adalah arus kendaraan ringan dalam kedua arah
Kecepatan arus bebas rata-rata (kendaraan ringan) untuk kedua arah
FLV dihitung sebagai berikut :
42
Hari Minggu 18 Oktober 2009
FLV = 59,76 km/jam
Hari Selasa 20 Oktober 2009
FLV = 61,03 km/jam
c) Kecepatan arus bebas Truk Besar untuk keadaan alinyemen datar
dengan rumus sebagai berikut :
Dari Tabel 2.4 didapat FLTO = 50 km/jam
Dari Tabel 2.5 didapat FLTVW = 0 km/jam
Dari Tabel 2.6 didapat FFVSF = 0,96
Dari Tabel 2.7 didapat FFVRC = 1,0
Sehingga diperoleh hasil
FLTDATAR = 48 km/jam > FLTUH,O = 29,52 km/jam dari Tabel 2.9
diienterpolasi, maka hitung kecepatan arus bebas mendaki untuk
kelandaian khusus sebagai berikut :
43
4. Kapasitas
Kapasitas pada kelandaian khusus dihitung pada prinsipnya sama seperti
pada segmen dengan alinyemen datar, tetapi dengan kapasitas dasar yang
berbeda dan dalam beberapa keadaan dengan faktor penyesuaian yang
berbeda. Rumus dasar kapasitas sebagai berikut :
Keterangan :
C = Kapasitas (smp/jam)
CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan
Dari Tabel 2.10 didapat CO = 2800 smp/jam
Dari Tabel 2.11 didapat FCW = 1,0
Dari Tabel 2.12 didapat FCSP = 1,03
Dari Tabel 2.13 didapat FCSF = 0,93
Sehingga diperoleh hasil
5. Derajat Kejenuhan
Nilai derajat kejenuhan menunjukkan apakah segmen jalan akan
mempunyai masalah kapasitas atau tidak. Derajat kejenuhan dihitung
dengan menggunakan arus dan kapasitas yang dinyatakan dalam smp/jam
dengan rumus sebagai berikut :
44
Keterangan :
DS = derajat kejenuhan tanpa satuan
Q = arus total lalu lintas (smp/jam)
C = kapasitas (smp/jam)
Hari Minggu, 18 Oktober 2009
Hari Selasa, 20 Oktober 2009
6. Kecepatan Sesungguhnya
Kecepatan sesungguhnya merupakan perbandingan dimana kecepatan
dipakai pengemudi pada kondisi jalan yang sesungguhnya ketika pada jalan
tersebut terjadi arus sebesar Q dan laju kendaraan dipengaruhi kendaraan
lain. Perhitungan dapat dilihat pada formulir IR-3 Spec. MKJI 1997 pada
lampiran.
Hari Minggu 18 Oktober 2009
Kecepatan menanjak kendaraan ringan (VLV,UH) = 44,32 km/jam
Kecepatan menanjak Truk Besar (VLT,UH) = 26,93 km/jam
Hari Selasa 20 Oktober 2009
Kecepatan menanjak kendaraan ringan (VLV,UH) = 37,57 km/jam
Kecepatan menanjak Truk Besar (VLT,UH) = 26,59 km/jam
7. Kecepatan Setempat hasil perhitunga survei lapangan
Kecepatan menanjak kendaraan ringan (VLV,UH) = 57,13 km/jam
Kecepatan menanjak Truk Besar (VLT,UH) = 19,74 km/jam
45
8. Waktu Tempuh Rata-Rata
Waktu tempuh rata-rata yang diambil pada kondisi hari Selasa.
Waktu tempuh rata-rata kendaraan ringan
TT x 3600 = 0,037 x 3600 = 133 detik
Waktu tempuh rata-rata Truk Besar
TT x 3600 = 0,053 x 3600 = 191 detik
9. Membandingkan Kecepatan hasil perhitungan dengan hasil survei
Tabel 4.5: Perbandingan nilai kecepatan perhitungan analisis dengan
perhitungan hasil survei lapangan.
Hasil Analisis MKJI Hasil Perhitungan Survei
Kecepatan
menanjak km/jam
Waktu tempuh
rata-rata (detik)
Kecepatan
menanjak km/jam
Waktu tempuh
rata-rata
(detik)
VLV,UH 37,57 133 VLV,UH 48,34 104
VLT,UH 26,59 191 VLT,UH 18,29 276
Kecepatan
menurun km/jam
Waktu tempuh
rata-rata (detik)
Kecepatan
menurun km/jam
Waktu tempuh
rata-rata
(detik)
VLV,DH 63,76 79 VLV,DH 63,55 80
VLT,DH 48 105 VLT,DH 27,90 181
Dari perbandingan hasil perhitungan dengan hasil survei terdapat perbedaan
nilai kecepatan, hal ini dikarenakan supir Truk Besar (LT) menginjak rem lebih
dalam untuk mengurangi kecepatan agar kendaraan bisa melewati turunan
dengan kecepatan yang lebih rendah.
46
D. Panjang Kelandaian Kritis dan Kelandaian Maksimum
Panjang kelandaian kritis yang diizinkan untuk kelandaian maksimum 9% dan
kecepatan Truk Besar pada awal tanjakan 60 km/jam adalah sebesar 230 m
sedangkan kondisi sesungguhnya pada Jl. Raya Kalianda, tanjakan Tarahan
panjang kelandaiannya sebesar 290 m dan 301 m. Panjang kelandaian kritis
tidak memenuhi syarat yang diizinkan. Solusinya memperpendek panjang
kelandaian, dengan cara dibagi dua dan membuat datar.
STA 0+330 – STA 0+460
- panjang kelandaian 130 m
- kelandaian 9,141%
- ketinggian (h) = (9,141% x 130) = 11.883 m
- elevasi STA 0+330 = 20.727
- elevasi STA 0+460 = (20.727 + 11.883) = 32,610
- panjang datar = (290 – 2 x 130) = 30 m
STA 0+490 – STA 0+620
- panjang kelandaian 130 m
- elevasi STA 0+490 = 32,610
- elevasi STA 0+620 = 44,779
- ketinggian (h) = (44,779 – 32,610) = 12,169 m
- kelandaian = (12,169 / 130) x 100% = 9,361%
47
Gambar 4.5 :Memperpendek panjang kelandaian 1.
STA 0+720 – STA 0+866
- panjang kelandaian 145 m
- kelandaian 9,172%
- ketinggian (h) = (9,172% x 145) = 13,299 m
- elevasi STA 0+720 = 48,661
- elevasi STA 0+865 = (48,661 + 13,299) = 61,960
- panjang datar = (301 – (2 x 145)) = 11 m
STA 0+876 – STA 1+022
- panjang kelandaian 145 m
- elevasi STA 0+876 = 61,960
- elevasi STA 1+022 = 76,283
- ketinggian (h) = (76,283 – 61,960) = 14,323 m
- kelandaian = (14,323 / 145) x 100% = 9,878%
48
Gambar 4.6: Memperpendek panjang kelandaian 2.
E. Tingkat Pelayanan
Dari hasil evaluasi diketahui tingkat pelayanan Jl. Raya Kalianda, Tanjakan
Tarahan Kabupaten Lampung Selatan adalah tingkat pelayanan D berdasarkan
Peraturan Menteri Perhubungan No:14 Tahun 2006.