Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum SMA Mutiara Natar Lampung Selatan
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di SMA Mutiara Natar yang terletak di Desa Pemanggilan
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Secara geografis wilayah
Kecamatan Natar terletak pada 105º14’00’’ BT - 105º14’22’’ BT dan 5º20’20’’
LS - 5º21’00’’ LS (Monografi Kecamatan Natar Tahun 2010).
Secara administratif batas-batas wilayah Desa Pemanggilan adalah sebagai
berikut:
- Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Natar
- Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Sidosari
- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Hajimena
- Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Negeri Sakti
Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi penelitian dapat dilihat pada Peta Lokasi
berikut:
52
2. Sejarah Berdirinya SMA Mutiara Natar Lampung Selatan SMA Mutiara Natar merupakan sekolah yang bernaung pada Yayasan Mutiara
Natar. Yayasan yang bergerak dibidang pendidikan ini menaungi sekolah formal
seperti SMP, STM dan SMA Mutiara Natar. Gedung SMA Mutiara Natar
dibangun pada tahun 1979, yang awalnya terdiri dari dua kelas. Pembangunan ini
dilakukan setelah ditetapkannya beberapa keputusan dari dinas sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 2 Tahun 1989
2. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990
3. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan dan Aparatur Negara No. 84
Tahun 1993
4. Surat Keputusan Kepala BAKN No. 0433/P/1993 V dan No. 025/1993
3. Keadaan Gedung SMA Mutiara Natar Lampung Selatan
Gedung yang dimaksud adalah banyaknya ruang atau lokal yang ada di SMA
Mutiara Natar. Gedung yang ada di SMA Mutiara Natar tergolong sudah cukup
baik karena sudah permanen. Jumlah ruang kelas ada 8 lokal. Kelas X terdiri dari
2 kelas, kelas XI terdiri dari 3 kelas dan kelas XII ada 3 kelas. Fasilitas penunjang
lainnya adalah perpustakaan, laboratorium komputer yang dilengkapi dengan
fasilitas internet, laboratorium IPA, laboratorium bahasa dan ruang musik.
Sedangkan fasilitas gedung di SMA Mutiara masih berbagi dengan STM Mutiara
yang jam belajarnya pada siang hari. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai
keadaan gedung di SMA Mutiara Natar dapat dilihat pada Denah Ruang SMA
MutiaraNatarberikut:
Gambar 3. Denah Ruang SMA Mutiara Natar
54
4. Struktur Organisasi SMA Mutiara Natar Lampung Selatan
Untuk menciptakan pola hubungan kerja di SMA dibutuhkan struktur organisasi
sekolah untuk mengetahui pembagian tugas dari masing-masing personel sekolah
secara mudah. Berikut ini merupakan bagan struktur organisasi SMA Mutiara
Natar.
Gambar 4. Bagan Struktur Organisasi SMA Mutiara Natar
KETUA YAYASAN Drs. H. RIZAL NURMAN
KEPALA SEKOLAH ANTON SAPUTRA,S.S, M.Pd
WAKA KURIKULUM DEDY ASMARANTAKA, A.Md
WAKA KESISWAAN JULIMIN, S.Pd
SISWA
GURU BP TU
5. Keadaan Guru SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 Guru merupakan perangkat pendidikan yang harus ada dalam pendidikan sekolah,
serta karyawan sebagai penunjang kegiatan administrasi sekolah. Pada Tahun
Pelajaran 2010/2011 SMA Mutiara Natar didukung oleh 34 guru. Adapun untuk
mengetahui keadaan guru di SMA Mutiara Natar pada Tahun Pelajaran 2010/2011
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9. Guru di SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 No Bidang Studi Kualifikasi Pendidikan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Agama
PPKN/Kewarganegaraan
Matematika
Fisika
Kimia
Biologi
Sejarah
Geografi
Ekonomi/Akuntansi
Kesenian
Olahraga
Sosiologi
Komputer
Muatan Lokal
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
D3
D3 dan S1
S1
D3
S1
2 orang
4 orang
1 orang
2 orang
4 orang
3 orang
3 orang
2 orang
2 orang
2 orang
3 orang
1 orang
2 orang
1 orang
2 orang
1 orang
Jumlah 34 orang
Sumber : Administrasi Tata Usaha SMA Mutiara Natar
Berdasarkan Tabel 9 , dapat diketahui bahwa sebagian besar guru yang mengajar
di SMA Mutiara Natar berlatar belakang pendidikan Strata 1 yaitu berjumlah 31
orang, yang diantaranya 2 orang sebagai guru mata pelajaran Geografi dan
selebihnya berlatar belakang pendidikan Diploma 3 yang berjumlah 3 orang.
6. Keadaan Siswa SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 Pada Tahun Pelajaran 2010/2011 SMA Mutiara Natar memiliki jumlah siswa 321
siswa yang terdiri dari 8 kelas. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 10. Jumlah Siswa SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelas
Jumlah Kelas
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki Perempuan
X 2 35 (41,17%)
50 (58,82%)
85
XI 3 56 (46,28%)
65 (53,71%)
121
XII 3 45 (39,13%)
70 (60,87%)
115
Jumlah 9 136 185 321
Sumber : Administrasi Tata Usaha SMA Mutiara Natar Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa di SMA Mutiara Natar
sebagian besar terdiri dari siswa perempuan yang berjumlah 185 siswa, sedangkan
siswa laki-laki berjumlah 136 siswa. Hal ini berarti jumlah siswa perempuan di
SMA Mutiara Natar lebih banyak daripada siswa laki-laki.
B. DESKRIPSI DATA PRIMER
1. Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011
Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai tes semester
genap pada materi pokok “Prinsip-Prinsip dan Keterampilan Dasar Pembuatan
Peta dan Kawasan Industri” siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun
Pelajaran 2010/2011 yang tesnya diberikan langsung oleh peneliti. Adapun
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) di SMA Mutiara Natar adalah 62. Maka
dalam menentukan prestasi belajar geografi terdapat kriteria yaitu jika nilai <62
maka termasuk kategori rendah, dan jika nilai ≥62 termasuk kategori tinggi. Data
selengkapnya mengenai prestasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Prestasi Belajar Geografi
SMA Mutiara Natar Tahun pelajaran 2010/2011 No. Prestasi Belajar Frekuensi Persentase (%) 1 < 62 42 66,67% 2 ≥ 62 21 33,33%
Jumlah 63 100% Sumber : Pengolahan Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa persentase pada kategori nilai belajar
rendah yaitu sebesar 66,67% sedangkan persentase kategori nilai belajar tinggi
yaitu sebesar 33,33%. Maka dapat disimpulkan bahwa persentase prestasi belajar
Geografi siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011
pada kategori rendah.
Berdasarkan tabel hasil prestasi belajar siswa yang ada pada Lampiran 12
diperoleh nilai geografi tertinggi adalah 90 dan terendah 40 . Selanjutnya untuk
mengetahui panjang interval digunakan rumus panjang interval sebagai berikut:
I = NT − NR
K
I = 90 − 40
3
I = 50
3
I = 16,67dibulatkanmenjadi17 Dari hasil perhitungan tersebut dapat diperoleh panjang interval prestasi belajar
adalah 11, selanjutnya prestasi belajar dikelompokkan menjadi 3 kategori prestasi
belajar tinggi, sedang dan rendah sebagaimana terdistribusi pada tabel berikut ini:
Tabel 12. Distribusi Jumlah Siswa Berdasarkan Kategori Prestasi Belajar Geografi Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011
No. Prestasi Belajar Interval Frekuensi Persentase 1 Tinggi 74-90 5 7,93% 2 Sedang 57-73 25 39,69% 3 Rendah 40-56 33 52,38%
Jumlah 63 100% Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa Kelas XII
IPS SMA Mutiara Natar memiliki prestasi belajar yang rendah. Hal ini dapat
dilihat dari besarnya frekuensi siswa yang termasuk dalam kategori prestasi
rendah yaitu sebanyak 33 siswa (52,38%). Untuk lebih lengkapnya mengenai data
hasil prestasi belajar siswa dapat dilihat pada Lampiran 10.
2. Pengelompokan Gaya Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011
Pada proses pengelompokan gaya belajar, penulis merujuk pendapat Bobbi
deporter & Mike Hernacki yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan
gaya belajar kinestetik. Gaya belajar dominan siswa diketahui dari jumlah skor
total tertinggi yang diperoleh dari setiap masing-masing gaya belajar. Adapun
ketentuan kategori tipe gaya belajar adalah sebagai berikut:
1. Dikategorikan sebagai gaya belajar visual, jika jumlah skor pernyataan
gaya belajar visual lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah skor
pernyataan gaya belajar auditorial dan kinestetik.
2. Dikategorikan sebagai gaya belajar auditorial, jika jumlah skor pernyataan
gaya belajar auditorial lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah skor
pernyataan gaya belajar visual dan kinestetik.
3. Dikategorikan sebagai gaya belajar kinestetik, jika jumlah skor
pernyataan gaya belajar kinestetik lebih tinggi jika dibandingkan dengan
jumlah skor pernyataan gaya belajar visual dan auditorial.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan angket, dapat diketahui tipe
gaya belajar siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011
yaitu sebagai berikut.
Tabel 13. Pengelompokan Gaya Belajar Siswa Kelas XII Jurusan IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011
No. Responden
Skor Gaya Belajar Gaya Belajar Dominan Visual Auditorial Kinestetik
1 29 20 28 Visual
2 32 30 31 Visual
3 25 33 31 Auditorial
4 28 25 26 Visual
5 45 58 48 Auditorial
6 34 30 33 Visual
7 30 30 34 Kinestetik
8 26 30 28 Auditorial
9 30 31 26 Visual
10 57 34 40 Visual
11 48 57 48 Auditorial
12 25 29 30 Kinestetik
13 27 26 31 Kinestetik
14 33 29 31 Visual
15 39 43 40 Auditorial
16 43 45 42 Auditorial
17 34 30 31 Visual
18 20 30 28 Auditorial
19 45 60 54 Auditorial
20 31 26 28 Visual
21 40 33 35 Visual
22 30 33 34 Kinestetik
23 30 23 28 Visual
24 34 34 42 Kinestetik
25 32 25 29 Visual
26 25 30 42 Kinestetik
27 34 45 41 Auditorial
28 33 31 34 Kinestetik
29 37 33 34 Visual
30 27 24 26 Visual
31 30 40 36 Auditorial
32 29 30 31 Kinestetik
33 45 33 37 Visual
34 26 34 32 Auditorial
35 57 40 48 Visual
36 35 34 42 Kinestetik
37 32 26 30 Visual
38 30 40 37 Auditorial
39 42 29 42 Visual
40 37 25 34 Visual
41 28 29 32 Kinestetik
42 27 24 26 Visual
43 30 28 34 Kinestetik
44 45 34 42 Visual
45 30 25 36 Kinestetik
46 39 40 39 Auditorial
47 34 27 32 Visual
48 30 28 32 Kinestetik
49 30 40 39 Auditorial
50 50 57 44 Auditorial
51 29 24 28 Visual
52 34 35 28 Auditorial
53 26 45 40 Auditorial
54 34 45 42 Auditorial
55 34 26 31 Visual
56 60 61 28 Auditorial
57 44 55 54 Auditorial
58 30 26 28 Visual
59 33 49 48 Auditorial
60 30 30 29 Visual
61 35 25 34 Visual
62 30 31 42 Kinestetik
63 55 57 42 Auditorial
Sumber : Pengolahan Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan di atas dapat diketahui bahwa siswa kelas XII IPS SMA Mutiara
Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 memiliki ketiga tipe gaya belajar yaitu gaya
belajar visual, auditorial dan kinestetik. Meskipun siswa memiliki 3 gaya belajar
tersebut pada umumnya siswa memiliki satu gaya belajar yang dominan. Dengan
demikian hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rose dan
Nicholl dalam Bobbi Deporter, dkk (2000:165) yang menyebutkan bahwa semua
orang memiliki ketiga gaya belajar yang berdasarkan modalitas yaitu visual,
auditorial dan kinestetik, tetapi umumnya hanya ada satu gaya yang dominan.
Data pengelompokan gaya belajar siswa kelas XII Jurusan IPS SMA Mutiara
Natar di atas jika divisualisasikan akan nampak seperti berikut ini.
Gambar 5. Diagram Gaya Belajar Siswa
Berdasarkan diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya belajar siswa kelas
XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 bervariasi. Ada yang
memiliki gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Jumlah siswa yang
dominan pada gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik berturut-turut adalah
27 siswa (42,86%), 22 siswa (34,92%), 14 siswa (22,22%). Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa gaya belajar visual merupakan gaya belajar yang paling
0
5
10
15
20
25
30
Visual Auditorial Kinestetik
27
22
14
F
R
E
K
U
E
N
S
I
TIPE GAYA BELAJAR
banyak dimiliki oleh siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran
2010/2011.
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis prestasi belajar dan hasil analisis gaya
belajar dominan siswa, maka dapat dibuat distribusi prestasi belajar berdasarkan
gaya belajar dominan seperti pada tabel berikut.
Tabel 14. Distribusi Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Dominan
No Gaya Belajar Dominan
Prestasi Belajar Jumlah <62 ≥62
1 Visual 21 6 27 2 Auditorial 10 12 22 3 Kinestetik 11 3 14
Jumlah 42 21 63 Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa prestasi belajar yang tinggi
sebagaian besar dicapai oleh siswa yang memiliki gaya belajar dominan
auditorial. Hal ini dapat terlihat dari 22 siswa yang memiliki gaya belajar dominan
auditorial, 12 siswa diantaranya memiliki prestasi yang tinggi. Sedangkan siswa
dengan gaya belajar dominan visual dan kinestetik memiliki jumlah prestasi
rendah lebih banyak daripada yang jumlah siswa yang berprestasi tinggi.
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dari ketiga tipe
gaya belajar tersebut, gaya belajar auditorial merupakan gaya belajar yang
mampu meningkatkan prestasi belajar yang paling besar. Tingginya prestasi
belajar pada siswa dengan gaya belajar auditorial ini berhubungan dengan
tingginya skor gaya belajar auditorial pada siswa tersebut, selain itu juga ada
kesesuaian antara gaya belajar auditorial dengan metode mengajar yang
digunakan guru.
Selanjutnya dapat dijelaskan juga bahwa gaya belajar berhubungan dengan
kecerdasan seseorang. Hal ini sesuai dengan yang teori yang diungkapkan Howard
Gardner bahwa gaya belajar berhubungan dengan kecerdasan seseorang. Orang-
orang dengan kecerdasan auditorial mampu memahami informasi cukup dengan
mendengar informasi tersebut tanpa harus dengan melihat ataupun dengan
mempraktikkan langsung informasi tersebut. Artinya orang-orang yang skor gaya
belajar auditorial tinggi memiliki kecerdasan yang tinggi sehingga dapat meraih
prestasi yang tinggi pula.
3. Gaya Belajar Visual Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun
Pelajaran 2010/2011 Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan angket, diperoleh hasil skor
jawaban responden dengan skor tertinggi 60 dan skor terendah 20 (Lampiran 10).
Untuk mengetahui panjang interval digunakan rumus panjang interval sebagai
berikut.
I = NT − NR
K
I = 60 − 20
5
I = 8 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka panjang interval untuk gaya belajar
visual adalah 8. Selanjutnya skor gaya belajar visual ini dibagi menjadi 5 kategori
sebagaimana terdistribusi pada tabel berikut.
Tabel 15. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Skor Gaya Belajar Visual Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011
No. Kategori Skor Gaya Belajar Visual
Kelas Interval
Frekuensi
1 Skor gaya belajar visual sangat tinggi 52-60 4 2 Skor gaya belajar visual tinggi 44-51 7 3 Skor gaya belajar visual sedang 36-43 7 4 Skor gaya belajar visual rendah 28-35 35 5 Skor gaya belajar visual sangat rendah 20-27 10
Jumlah 63 Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2011
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa responden yang berada pada kategori
skor gaya belajar visual rendah jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang
berada pada kategori sangat tinggi, tinggi, sedang dan sangat rendah. Hal ini dapat
dilihat pada tabel, sebanyak 35 siswa (55,56%) berada pada kategori skor gaya
belajar visual rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa skor gaya belajar visual
siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar termasuk dalam kategori rendah.
Selanjutnya untuk mengetahui distribusi skor gaya belajar visual dapat dilihat
pada Lampiran 11.
4. Gaya Belajar Auditorial Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan angket, maka diperoleh hasil
skor jawaban responden dengan skor tertinggi 61 dan skor terendah 20 (Lampiran
10). Sedangkan untuk mengetahui panjang interval gaya belajar visual digunakan
rumus panjang interval sebagai berikut.
I = NT − NR
K
I = 61 − 20
5
I = 8, 2dibulatkanmenjadi8 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka panjang interval untuk gaya belajar
auditorial adalah 8. Selanjutnya skor gaya belajar visual ini dibagi menjadi 5
kategori sebagaimana terdistribusi pada tabel berikut.
Tabel 16. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Gaya Belajar Auditorial
Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011
No. Kategori Skor Gaya Belajar Auditorial
Kelas Interval
Frekuensi
1 Skor gaya belajar auditorial sangat tinggi 52-61 7 2 Skor gaya belajar auditorial tinggi 44-51 5 3 Skor gaya belajar auditorial sedang 36-43 6 4 Skor gaya belajar auditorial rendah 28-35 29 5 Skor gaya belajar auditorial sangat rendah 20-27 16
Jumlah 63 Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2011
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang berada pada
kategori skor gaya belajar auditorial rendah jumlahnya lebih banyak dibandingkan
yang berada pada kategori sangat tinggi, tinggi, sedang dan sangat rendah. Hal ini
dapat dilihat pada tabel, sebanyak 29 siswa (46,03%) berada pada kategori skor
gaya belajar auditorial rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa skor gaya belajar
auditorial siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar termasuk dalam kategori
rendah. Selanjutnya untuk mengetahui distribusi skor gaya belajar auditorial dapat
dilihat pada Lampiran 11.
5. Gaya Belajar Kinestetik Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun
Pelajaran 2010/2011 Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan angket, maka diperoleh hasil
skor jawaban responden dengan skor tertinggi 54 dan skor terendah 26 (Lampiran
10). Sedangkan untuk mengetahui panjang interval gaya belajar kinestetik
digunakan rumus panjang interval sebagai berikut.
I = NT − NR
K
I = 54 − 26
5
I = 5,6dibulatkanmenjadi6
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka panjang interval untuk gaya belajar
kinestetik adalah 6. Selanjutnya skor gaya belajar kinestetik ini dibagi menjadi 5
kategori sebagaimana terdistribusi pada tabel berikut.
Tabel 17. Distribusi Jumlah Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Kinestetik Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011
No. Kategori Skor
Gaya Belajar Kinestetik Kelas
Interval Frekuensi
1 Skor gaya belajar kinestetik sangat tinggi 50-54 2 2 Skor gaya belajar kinestetik tinggi 44-49 5 3 Skor gaya belajar kinestetik sedang 38-43 15 4 Skor gaya belajar kinestetik rendah 32-37 17 5 Skor gaya belajar kinestetik sangat rendah 26-31 24
Jumlah 63 Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2011
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang berada pada
kategori skor gaya belajar kinestetik sangat rendah jumlahnya lebih banyak
dibandingkan yang berada pada kategori sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.
Hal ini dapat dilihat pada tabel, sebanyak 24 siswa (38,09%) berada pada kategori
skor gaya belajar kinestetik sangat rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa skor
gaya belajar kinestetik siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar termasuk dalam
kategori sangat rendah. Selanjutnya untuk mengetahui distribusi skor gaya belajar
kinestetik dapat dilihat pada Lampiran 11.
C. HASIL UJI PERSYARATAN INSTRUMEN
1. Hasil Uji Linieritas Uji linieritas bertujuan untuk menunjukkan bahwa data varibel variabel prestasi
belajar (Y) dengan data gaya belajar (X) berada dalam satu garis lurus.
Perhitungan uji linieritas menggunakan program SPSS (Statistical Product and
Service Solution) Versi 16.0 dengan metode grafik. Melalui metode ini,
pemeriksaan dilakukan melalui scatterplots untuk melihat apakah hubungan antar
variabel linier atau tidak. Lebih baik lagi jika grafik yang dilihat tidak hanya skor
yang terlihat, akan tetapi residu yang dilihat melalui scatterplots residu terstandar.
Scatterplots ini menunjukkan hubungan antara terhadap nilai prediksi terstandar
(standardized estimate) dengan residu terstandar (standardized residuals) yang
harus menunjukkan pola yang linier. Berikut ini merupakan grafik hasil uji
linieritas antara Prestasi Belajar (Y) dengan gaya belajar visual (X1), gaya belajar
auditorial (X2) dan gaya belajar kinestetik (X3).
Gambar 6. Grafik Linieritas antara Prestasi Belajar terhadap Gaya Belajar Visual
Gambar 7. Grafik Linieritas Prestasi Belajar terhadap Gaya Belajar Auditorial
Gambar 8. Grafik Linieritas Prestasi Belajar terhadap Gaya Belajar Kinestetik Berdasarkan 3 grafik linieritas di atas dapat diketahui bahwa data serta prestasi
belajar, gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik memiliki pola yang linier
(berada dalam satu garis lurus). Selain itu dapat dianalisis untuk besarnya skor
masing-masing variabelnya sebagai berikut.
Tabel 18. Hasil Uji Linieritas Data Variabel Penelitian Tahun 2011
No Variabel Harga ρ Harga α Keterangan 1 Y terhadap X1 0,00 0,05 Linier 2 Y terhadap X2 0,00 0,05 Linier 3 Y terhadap X3 0,00 0,05 Linier
Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2011
Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai signifikansi yang diperoleh (ρ)
untuk setiap variabel penelitian adalah lebih kecil daripada nilai signifikansi yang
ditetapkan (α), sehingga ρ<α. Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak karena
data penelitian linier. Selanjutnya untuk mengetahui hasil uji linieritas lebih
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 12.
2. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau sebaliknya. Perhitungan uji
linieritas menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution)
Versi 16.0 dengan metode uji Kolmogrov-Smirnov.
Berikut ini merupakan grafik hasil uji normalitas data prestasi belajar (Y), gaya
belajar visual (X1), gaya belajar auditorial (X2) dan gaya belajar kinestetik (X3).
Gambar 10. Grafik Normalitas Data Prestasi Belajar
Gambar 11. Grafik Normalitas Data Gaya Belajar Visual
Gambar 12. Grafik Normalitas Data Gaya Belajar Auditorial
Gambar 12. Grafik Normalitas Data Gaya Belajar Kinestetik
Berdasarkan 4 grafik normalitas di atas dapat diketahui bahwa data serta prestasi
belajar, gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik memiliki data yang
berdistribusi normal. Selain itu dapat dianalisis untuk besarnya skor masing-
masing variabelnya sebagai berikut.
Tabel 19. Hasil Uji Normalitas Data Variabel Penelitian Tahun 2011 No. Variabel Harga
ρ Harga α Keterangan
1 Prestasi Belajar 0,053 0,05 Berdistribusi normal 2 Gaya Belajar Visual 0,068 0,05 Berdistribusi normal 3 Gaya Belajar Auditorial 0,106 0,05 Berdistribusi normal 4 Gaya Belajar Kinestetik 0,111 0,05 Berdistribusi normal
Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2011
Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai signifikansi yang diperoleh (ρ)
untuk setiap variabel penelitian adalah lebih besar daripada nilai signifikansi yang
ditetapkan (α), sehingga ρ>. Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak karena
data penelitian berdistribusi normal. Selanjutnya untuk mengetahui lebih lengkap
mengenai uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran 12.
D. Pengujian Hipotesis
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara
gaya belajar visual dengan prestasi belajar geografi kelas XII IPS SMA Mutiara
Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.
Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut, dilakukan perhitungan
menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS
(Statistical Product and Service Solution) Versi 16.0. Untuk pengujian hipotesis
pertama diperoleh rhitung = 0,735
Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara X1 dan Y, maka nilai rhitung =
0,735 dikonsultasikan pada interpretasi koefisien korelasi nilai r. Maka diperoleh
hasil bahwa tingkat keeratan hubungan antara X1 dengan Y adalah kuat, yaitu
berada antara 0,600-0,799.
Sedangkan untuk mengetahui tingkat signifikansinya maka rhitung dikonsultasikan
dengan rtabel untuk N=63 dengan taraf signifikansi α = 5% yaitu sebesar 0,248.
Setelah dibandingkan dengan rtabel tersebut, ternyata rhitung yang diperoleh lebih
besar dari rtabel (rhitung 0,735 > rtabel 0,248) yang berarti hubungan antara gaya
belajar visual (X1) dengan prestasi belajar (Y) signifikan.
Selain itu, dari hasil uji hipotesis pertama yang telah dilakukan dapat dijelaskan
bahwa rhitung = 0,735 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
gaya belajar visual (X1) dengan prestasi belajar (Y) karena rhitung positif (+),
artinya semakin tinggi skor gaya belajar visual akan cenderung semakin tinggi
prestasi belajar geografi siswa dan sebaliknya semakin rendah skor gaya belajar
visual akan cenderung semakin rendah prestasi belajar geografi siswa.
Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini yang mengatakan bahwa
ada hubungan antara gaya belajar visual dengan prestasi belajar geografi kelas XII
IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat diterima
kebenarannya. Selanjutnya untuk mengetahui hasil perhitungan korelasi antara
gaya belajar visual dengan prestasi belajar dapat dilihat pada Lampiran 13.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara
gaya belajar auditorial dengan prestasi belajar geografi kelas XII IPS SMA
Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.
Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut, dilakukan perhitungan
menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS
(Statistical Product and Service Solution) Versi 16.0. Untuk pengujian hipotesis
kedua diperoleh rhitung = 0,790.
Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara X2 dan Y, maka nilai rhitung =
0,790 dikonsultasikan dengan tabel interpretasi koefisien korelasi nilai r, sehingga
diperoleh hasil bahwa tingkat keeratan hubungan antara X2 dengan Y adalah kuat,
yaitu berada antara 0,600-0,799.
Sedangkan untuk mengetahui tingkat signifikansinya maka rhitung dibandingkan
dengan rtabel untuk N=63 dengan taraf signifikansi α = 5% yaitu sebesar 0,248.
Setelah dibandingkan dengan rtabel , ternyata rhitung yang diperoleh lebih besar dari
rtabel (rhitung 0,790 > rtabel 0,248) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara
X2 dengan Y.
Selain itu, dari hasil uji hipotesis kedua yang telah dilakukan dapat dijelaskan
bahwa rhitung = 0,790 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
gaya belajar auditorial (X2) dengan prestasi belajar (Y) karena rhitung positif (+),
artinya semakin tinggi skor gaya belajar auditorial akan cenderung semakin tinggi
prestasi belajar geografi siswa dan sebaliknya semakin rendah skor gaya belajar
auditorial akan cenderung semakin rendah prestasi belajar geografi siswa.
Dengan demikian hipotesis kedua dalam penelitian ini yang mengatakan bahwa
ada hubungan antara gaya belajar auditorial dengan prestasi belajar geografi kelas
XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat diterima
kebenarannya. Selanjutnya untuk mengetahui hasil perhitungan korelasi antara
gaya belajar auditorial dengan prestasi belajar dapat dilihat pada Lampiran 13.
3. Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara
gaya belajar kinestetik dengan prestasi belajar geografi kelas XII IPS SMA
Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.
Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut, dilakukan perhitungan
menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS
(Statistical Product and Service Solution) Versi 16.0. Untuk pengujian hipotesis
ketiga diperoleh rhitung = 0,775.
Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara X3 dan Y, maka nilai rhitung =
0,775 dikonsultasikan dengan tabel interpretasi koefisien korelasi nilai r, sehingga
diperoleh hasil bahwa tingkat keeratan hubungan antara X3 dengan Y adalah kuat,
yaitu berada antara 0,600-0,799.
Sedangkan untuk mengetahui tingkat signifikansinya maka rhitung dikonsultasikan
dengan rtabel untuk N=63 dengan taraf signifikansi α = 5% yaitu sebesar 0,248.
Setelah dikonsultasikan dengan harga rtabel tersebut, ternyata rhitung yang diperoleh
lebih besar dari rtabel (rhitung 0,775 > rtabel 0,248) yang berarti hubungan antara gaya
belajar kinestetik (X3) dengan prestasi belajar (Y) signifikan.
Selain itu, dari hasil uji hipotesis ketiga yang telah dilakukan dapat dijelaskan
bahwa rhitung = 0,775 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
gaya belajar kinestetik (X3) dengan prestasi belajar (Y) karena rhitung positif (+),
artinya semakin tinggi skor gaya belajar kinestetik akan cenderung semakin tinggi
prestasi belajar siswa dan sebaliknya semakin rendah skor gaya belajar kinestetik
akan cenderung semakin rendah prestasi belajar siswa.
Dengan demikian hipotesis ketiga dalam penelitian ini yang mengatakan bahwa
ada hubungan antara gaya belajar kinestetik dengan prestasi belajar geografi kelas
XII Jurusan IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat diterima
kebenarannya. Selanjutnya untuk mengetahui hasil perhitungan korelasi antara
gaya belajar kinestetik dengan prestasi belajar dapat dilihat pada Lampiran 13.
4. Hipotesis Keempat Hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara
gaya belajar (visual, auditorial dan kinestetik) dengan prestasi belajar geografi
siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.
Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut, dilakukan perhitungan
menggunakan rumus Korelasi Ganda dengan bantuan SPSS (Statistical Product
and Service Solution) Versi 16.0. Untuk pengujian hipotesis keempat diperoleh
Rhitung = 0,895.
Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara X1, X2 dan X3 dengan Y,
maka nilai Rhitung = 0,895 dikonsultasikan dengan tabel interpretasi koefisien
korelasi nilai r halaman 50, sehingga diperoleh hasil bahwa tingkat keeratan
hubungan antara X1, X2 dan X3 dengan Y adalah sangat kuat yaitu berada antara
0,800 – 1,000.
Sedangkan untuk mengetahui tingkat signifikansinya maka Rhitung=0,895
dikonsultasikan dengan Rtabel untuk N=63 dengan taraf signifikansi α = 5% yaitu
sebesar 0,248. Setelah dikonsultasikan dengan Rtabel ternyata Rhitung yang
diperoleh lebih besar dari Rtabel (Rhitung 0,895 > Rtabel0,248) yang berarti hubungan
antara gaya belajar visual (X1), gaya belajar auditorial (X2) dan gaya belajar
kinestetik (X3) dengan prestasi belajar (Y) adalah signifikan.
Selain itu, dari hasil uji hipotesis keempat yang telah dilakukan dapat dijelaskan
bahwa, Rhitung =0,895 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
X1, X2 dan X3 dengan Y karena Rhitung positif (+), artinya semakin tinggi skor gaya
belajar visual, auditorial dan kinestetik maka akan cenderung semakin tinggi
prestasi belajar geografi siswa dan sebaliknya semakin rendah skor gaya belajar
visual, auditorial dan kinestetik maka akan cenderung semakin rendah prestasi
belajar geografi siswa.
Dengan demikian hipotesis keempat dalam penelitian ini yang mengatakan bahwa
ada hubungan antara gaya belajar (visual, auditorial dan kinestetik) dengan
prestasi belajar geografi kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran
2010/2011 dapat diterima kebenarannya. Selanjutnya untuk mengetahui hasil
perhitungan korelasi ganda antara gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik
secara bersama-sama dengan prestasi belajar dapat dilihat pada Lampiran 13.
E. PEMBAHASAN
1. Hubungan antara Gaya Belajar Visual (X1) dengan Prestasi Belajar Geografi (Y)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara gaya
belajar visual dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara
Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 yaitu dengan koefisien korelasi rhitung = 0,735.
Hubungan tersebut bersifat positif, erat dan signifikan. Artinya ada kecenderungan
semakin tinggi skor gaya belajar visual maka akan semakin tinggi prestasi belajar
geografi siswa dan sebaliknya semakin rendah skor gaya belajar visual maka akan
semakin rendah prestasi belajar geografi siswa.
Gaya belajar visual merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam belajar, karena siswa dengan skor gaya belajar
visual yang tinggi maka dalam proses pembelajaran akan banyak melakukan hal-
hal yang berhubungan dengan visualitas karena gaya belajar visual merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang karena gaya belajar
visual merupakan salah satu cara siswa dalam menerima, menyerap, memahami
dan mengingat informasi/pelajaran yang bertujuan untuk mencapai prestasi yang
tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian, siswa yang memiliki skor gaya belajar visual
kategori tinggi cenderung memiliki prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya
siswa yang memiliki skor gaya belajar visual rendah cenderung memiliki prestasi
belajar yang rendah pula.
Dari hasil penelitian dapat diketahui juga bahwa skor gaya belajar visual siswa
Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar termasuk dalam kategori rendah. Sebanyak 35
siswa atau sebesar 55,56% memiliki skor gaya belajar visual yang rendah. Dan
dari 35 siswa tersebut 28 siswa diantaranya memiliki prestasi belajar geografi
yang rendah. Selain itu dapat diketahui juga bahwa siswa yang memiliki gaya
belajar dominan visual sebagian besar memiliki prestasi yang rendah. Dari 27
siswa yang memiliki gaya belajar dominan visual 21 siswa diantaranya memiliki
prestasi yang rendah.
Rendahnya prestasi belajar siswa ini disebabkan karena rendahnya skor gaya
belajar visual siswa. Siswa kurang optimal memanfaatkan cara-cara visualitas
dalam belajar. Hal ini terlihat dari jawaban responden pada saat mengisi angket,
dimana banyak siswa yang jarang mencatat materi pelajaran yang sedang
dipelajari, membaca materi pelajaran hanya pada saat akan diadakan ulangan dan
jarang memperhatikan materi pelajaran yang ditulis guru di papan tulis. Hal
tersebut berakibat siswa tidak memahami pelajaran dengan baik, sehingga pada
saat diadakan tes mereka memperoleh hasil yang kurang baik.
Rendahnya prestasi belajar pada siswa dengan gaya belajar visual ini juga
disebabkan adanya ketidaksesuaian antara gaya belajar visual siswa dengan
metode mengajar guru. Dalam proses pembelajaran di sekolah, gaya belajar
sangat berhubungan erat dengan gaya mengajar atau metode mengajar seorang
guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (2008:93) bahwa “kesesuaian
antara gaya mengajar dengan gaya belajar dapat mempertinggi efektifitas belajar”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru geografi kelas XII IPS yang berkaitan
dengan metode mengajar, guru geografi di kelas XII IPS tersebut biasanya
menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diakhiri dengan pemberian tugas.
Hal ini terlihat pada saat menyampaikan materi tentang Prinsip-Prinsip dan
Keterampilan Dasar Pembuatan Peta, guru hanya memberikan penjelasan secara
lisan/ceramah tanpa menggunakan media pembelajaran kemudian dilanjutkan
dengan pemberian PR (Pekerjaan Rumah) mengerjakan soal-soal yang ada di
LKS. Metode ceramah yang digunakan guru geografi tersebut merupakan salah
satu metode mengajar yang menuntut ketajaman pendengaran agar seorang siswa
dapat menyerap informasi dengan baik. Padahal secara teoritis siswa dengan gaya
belajar visual akan mudah menyerap informasi jika banyak mendapatkan
rangsangan visualitas yaitu melihat segala sesuatu baik informasi maupun
pelajaran secara visual. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bobbi
Deporter dan Mike Hernacki (1999:117) bahwa “salah satu ciri anak yang
memiliki gaya belajar visual adalah mudah mengingat apa yang dilihat daripada
yang didengar”.
Sejalan dengan hal tersebut, Suparlan (2004:31) menyatakan bahwa “untuk dapat memahami isi dari materi pembelajaran, siswa yang memiliki gaya belajar visual biasanya mampu berpikir dengan menggunakan gambar dan dapat belajar dengan baik melalui penglihatan, yaitu seperti diagram, peta, ilustrasi teks dari buku, transparasi, dan video”. Berdasarkan beberapa teori tersebut menegaskan akan pentingnya pembelajaran
dengan visualitas terutama bagi siswa yang memiliki gaya belajar visual. Namun
pada kenyataannya guru masih kurang memperhatikan faktor visualitas dalam
proses pembelajaran sehingga membuat siswa yang memiliki gaya belajar visual
kesulitan dalam menyerap materi pelajaran. Ketidaksesuaian antara gaya belajar
visual siswa dengan metode mengajar guru inilah yang membuat siswa dengan
gaya belajar visual sulit untuk memahami materi pelajaran sehingga berpengaruh
terhadap prestasi belajar mereka.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara gaya belajar
visual dengan prestasi belajar geografi siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar.
Hal ini berarti ada kecenderungan bahwa semakin tinggi skor gaya belajar visual
akan cenderung semakin tinggi prestasi belajar geografi siswa dan sebaliknya
semakin rendah skor gaya belajar visual akan cenderung semakin rendah prestasi
belajar geografi siswa.
2. Hubungan antara Gaya Belajar Auditorial (X2) dengan Prestasi Belajar Geografi (Y)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara gaya
belajar auditorial dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA
Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan koefisien korelasi rhitung =
0,790. Hubungan tersebut bersifat positif, erat dan signifikan. Artinya ada
kecenderungan semakin tinggi skor gaya belajar auditorial maka akan semakin
tinggi prestasi belajar geografi siswa dan sebaliknya semakin rendah skor gaya
belajar auditorial maka akan semakin rendah prestasi belajar geografi siswa.
Gaya belajar auditorial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam belajar, dengan skor gaya belajar auditorial maka
siswa memiliki akses audio/mendengar untuk dapat memahami materi pelajaran
karena gaya belajar auditorial merupakan salah satu cara siswa dalam menyerap
informasi/pelajaran yang bertujuan untuk berprestasi.
Berdasarkan hasil penelitian, siswa-siswa dengan gaya belajar dominan auditorial
sebagian besar memiliki prestasi yang tinggi. Hal ini terlihat pada Tabel 17, dari
22 siswa yang gaya belajarnya dominan auditorial, 12 diantaranya prestasinya
tinggi.
Secara teoritis, karakteristik gaya belajar auditorial menempatkan pendengaran
sebagai alat utama dalam memudahkan seseorang dalam menyerap
informasi/pelajaran. Individu yang memiliki gaya belajar dominan auditorial dapat
belajar lebih baik dengan cara mendengarkan. Mereka menikmati saat-saat
mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru pada saat pembelajaran
berlangsung. Karakteristik gaya belajar auditorial ini sesuai dengan yang di
ungkapkan Barbe dalam M. Joko Susilo (2009:120)
“Bahwa anak dengan gaya belajar auditori adalah anak-anak yang aktif berbicara; ia kerap mengulang-ulang kata baru yang ia pelajari; ia aktif bertanya dan tidak mudah puas dengan jawaban “tidak tahu” karena ia akan terus bertanya; emosinya mudah dikenali dengan suara yang makin keras atau cara ia memecahkan masalahnya dengan mencari teman berbicara; suka berbicara tapi sering tak sabar jika harus mendengar orang lain bicara”.
Dalam proses pembelajaran, metode mengajar guru merupakan strategi transfer
informasi yang diberikan kepada siswanya. Sedangkan gaya belajar adalah
bagaimana sebuah informasi dapat diterima dengan baik oleh siswanya.
Berdasarkan hasil observasi berkaitan dengan metode mengajar, bahwa metode
mengajar yang sering digunakan oleh guru Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar
adalah metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Beberapa metode tersebut
merupakan metode mengajar yang menitikberatkan pada audio/pendengaran. Hal
ini berarti transfer informasi dari guru dapat diterima dengan baik khususnya bagi
siswa yang memiliki gaya belajar dominan auditorial. Sehingga hal ini menjadi
penyebab siswa yang memiliki gaya belajar auditorial memiliki prestasi yang
tinggi.
Meskipun demikian, berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa gaya
belajar auditorial siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar termasuk dalam
kategori rendah. Sebanyak 29 siswa atau sebesar 49,03% memiliki skor gaya
belajar auditorial yang rendah. Dan dari 29 siswa tersebut 23 siswa diantaranya
memiliki prestasi belajar geografi yang rendah. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa siswa yang memiliki skor gaya belajar auditorial tinggi cenderung
memiliki prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya siswa yang memiliki skor
gaya belajar auditorial rendah cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah
pula. Rendahnya skor gaya belajar auditorial siswa ini yang menyebabkan
rendahnya prestasi belajar pada siswa tersebut.
3. Hubungan antara Gaya Belajar Kinestetik (X3) dengan Prestasi Belajar
Geografi (Y)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara gaya
belajar kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA
Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan koefisien korelasi rhitung =
0,775. Hubungan tersebut bersifat positif, erat dan signifikan. Artinya ada
kecenderungan semakin tinggi skor gaya belajar kinestetik maka akan semakin
tinggi prestasi belajar geografi siswa dan sebaliknya semakin rendah skor gaya
belajar kinestetik maka akan semakin rendah prestasi belajar geografi siswa.
Gaya belajar kinestetik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam belajar, dengan gaya belajar kinestetik yang tinggi
maka siswa memiliki akses kinestis yang tinggi untuk mencapai keberhasilan
karena gaya belajar kinestetik merupakan salah satu cara siswa dalam menyerap
informasi/pelajaran yang bertujuan untuk berprestasi.
Berdasarkan hasil penelitian, siswa yang memiliki skor gaya belajar kinestetik
tinggi cenderung memiliki prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya siswa
yang memiliki gaya belajar kinestetik rendah cenderung memiliki prestasi belajar
yang rendah pula.
Dari hasil penelitian dapat diketahui juga bahwa gaya belajar kinestetik siswa
Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar termasuk dalam kategori sangat rendah.
Sebanyak 24 siswa atau sebesar 38,09% memiliki skor gaya belajar auditorial
yang sangat rendah. Dan dari 24 siswa tersebut 23 siswa diantaranya memiliki
prestasi belajar geografi yang rendah. Selain itu dapat diketahui juga bahwa gaya
belajar kinestetik merupakan gaya belajar yang paling sedikit dimiliki oleh siswa
Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar. Hanya 14 siswa (22,22%) yang memiliki gaya
belajar dominan kinestetik. Selanjutnya siswa yang memiliki gaya belajar
dominan kinestetik tersebut sebagian besar memiliki prestasi yang rendah. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 17, bahwa dari 14 siswa yang memiliki gaya belajar
dominan kinestetik, 11 siswa diantaranya memiliki prestasi yang rendah.
Rendahnya prestasi belajar siswa ini disebabkan karena rendahnya skor gaya
belajar kinestetik siswa. Siswa kurang optimal memanfaatkan cara-cara kinestis
dalam belajar. Bahkan jika dibandingkan dengan dua tipe gaya belajar lainnya
yaitu visual dan auditorial, gaya belajar kinestetik siswa sebagian besar berada
pada kategori sangat rendah. Hal tersebut berakibat siswa tidak memahami
pelajaran dengan baik, sehingga pada saat diadakan tes mereka memperoleh hasil
yang kurang baik.
Rendahnya prestasi belajar pada siswa dengan gaya belajar kinestetik ini juga
disebabkan masih berkaitan dengan metode mengajar yang digunakan guru pada
saat mengajar. Pada saat belajar tentang Prinsip-Prinsip Dasar Pembuatan Peta,
guru hanya menggunakan metode ceramah. Padahal siswa dengan gaya belajar
kinestetik ini mudah bosan dengan penjelasan yang panjang lebar. Dengan metode
mengajar yang konvensional ini, siswa dengan gaya belajar kinestetik kurang
termotivasi untuk belajar sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka.
Menurut Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos (2002:105) bahwa “para pelajar kinestetik adalah yang paling beresiko gagal dalam kelas tradisional. Mereka perlu bergerak, menyentuh, atau bertindak. Jika metode pengajarannya tidak memungkinkan mereka melakukannya, mereka merasa ditinggalkan, tidak terlibat, dan bosan”.
Siswa kinestetik lebih menyukai pembelajaran yang banyak melakukan aktifitas
fisik/praktik langsung misalnya dengan diberikan tugas yang berkaitan dengan
proses pembuatan peta atau dengan menggunakan sebuah peta kemudian
menunjukkan secara langsung tentang unsur-unsur yang ada dalam peta tersebut.
Hal ini sesuai dengan pendapat Suparlan (2004:31) yang menyatakan bahwa:
”Gaya belajar kinestetik memiliki karakteristik yaitu siswa dapat belajar dengan baik melalui penggunaan pendekatan tangan (tubuh) atau melakukan aktifitas fisik. Golongan ini lebih banyak belajar dengan melakukan (learning by doing) dengan menggunakan alat peraga dan praktik langsung ke lapangan karena lebih mudah bagi mereka mencerna dan memahami suatu konsep”.
Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara gaya
belajar kinestetik dengan prestasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa semakin
tinggi skor gaya belajar kinestetik akan cenderung semakin tinggi prestasi belajar
geografi siswa dan sebaliknya semakin rendah skor gaya belajar kinestetik akan
cenderung semakin rendah prestasi belajar geografi siswa.
4. Hubungan antara Gaya Belajar Visual (X1), Gaya Belajar Auditorial (X2) dan Gaya Belajar Kinestetik (X3) dengan Prestasi Belajar Geografi (Y)
Untuk menganalisis hubungan antara gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik
secara bersama-sama dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA
Mutiara Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011 digunakan rumus
Korelasi Ganda.
Dari perhitungan Korelasi Ganda diperoleh Rhitung= 0,895. Hasil perhitungan
tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara gaya belajar (visual, auditorial
dan kinestetik) dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara
Natar Tahun Pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dibuktikan melalui pengujian
hipotesis keempat diperoleh Rhitung 0,895 > Rtabel 0,248. Hubungan ini secara
kualitatif dapat dinyatakan sangat kuat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga tipe gaya belajar (visual, auditorial
dan kinestetik) pada dasarnya mampu meningkatkan prestasi belajar. Hal ini
sesuai dengan pendapat Bobbi Deporter & Mike Hernacki (2008:142) bahwa
“tidak ada satu cara berpikir atau modalitas manapun yang lebih baik atau lebih
buruk daripada yang lainnya. Mereka hanya berbeda saja. Setiap cara dapat
berhasil. Kuncinya menyadari yang mana yang paling berhasil untuk anda, dan
juga mengembangkan yang lain-lainnya”.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk dapat meningkatkan
prestasi belajar dapat dicapai dengan menggunakan gaya belajar visual, auditorial
maupun kinestetik. Karena apapun gaya belajar yang dimiliki siswa pada dasarnya
memiliki tujuan yang sama, yaitu agar dapat memberi hasil belajar yang optimal.
Namun dari 3 tipe gaya belajar tersebut, gaya belajar auditorial merupakan gaya
belajar yang dapat mencapai prestasi tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa
sebagian besar siswa yang memiliki gaya belajar dominan auditorial cenderung
memiliki prestasi tinggi. Selain itu dari hasil perhitungan korelasi secara parsial,
gaya belajar auditorial memiliki koefisien korelasi yang paling tinggi
dibandingkan dengan dua gaya belajar lainnya yaitu dengan rhitung = 0,790.
Untuk mencapai prestasi yang tinggi seorang siswa sebaiknya mengenali gaya
belajarnya sendiri, dengan begitu siswa tersebut dapat mengambil langkah-
langkah penting agar dapat belajar dengan lebih cepat dan lebih mudah. Apabila
seseorang telah memiliki gaya belajar yang tinggi maka ia akan memahami serta
mengingat suatu informasi/pelajaran dengan mudah sesuai dengan akses gaya
belajar yang dimilikinya. Semakin tinggi skor gaya belajar yang dimiliki oleh
seseorang maka akan semakin tinggi hasil belajar yang dicapai.
Ketika seorang siswa telah mengenali gaya belajarnya, maka ia juga harus
berusaha untuk mengembangkan modalitas atau gaya belajar lain yang tidak
dominan pada dirinya. Gaya belajar tidak bersifat kaku, meskipun seseorang
memiliki gaya belajar yang dominan pada salah satu tipe gaya belajar bukan
berarti siswa tersebut tidak dapat mengembangkan gaya belajar yang lain. Hal ini
perlu dilakukan agar siswa dapat menerima informasi dengan baik meskipun guru
menyampaikan berbagai metode mengajar yang terkadang hanya melayani satu
tipe gaya belajar saja.
Selain dari diri siswa, prestasi belajar dapat ditingkatkan dengan memperhatikan
kesesuaian antara gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Seorang guru
diharapkan tidak menggunakan metode mengajar yang hanya melayani satu gaya
belajar saja sehingga mengabaikan gaya belajar yang lainnya. Hal ini sesuai
dengan prinsip pembelajaran yang menuntut adanya pelayanan individual. Dengan
memahami hal tersebut, sebetulnya guru sudah memberi kontribusi besar dalam
keberhasilan belajar siswanya karena siswa menjadi mudah menangkap materi
pelajaran.
Pentingnya penggunaan metode mengajar yang dapat melayani semua tipe gaya
belajar ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Pike dalam Komarudin Hidayat
(2009:11) “Manakala pengajaran menggunakan visual, auditory dan kinestetik
kesan pembelajaran menjadi lebih kuat dengan 3 sistem penyampaian itu. Dengan
menggunakan ketiganya anda memiliki kesempatan lebih besar memenuhi
kebutuhan beberapa tipe siswa”.
Pendapat tersebut menegaskan bahwa upaya pendidik untuk berinovasi dalam
mengajar sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai perbedaan gaya belajar
pesesrta didik. Pendidik dituntut tidak hanya menggunakan satu metode mengajar
saja tapi berbagai metode yang dipadukan sehingga setidaknya dapat
mengakomodir berbagai gaya belajar peserta didik. Seperti penggunakan metode
ceramah dengan didukung oleh penggunaan media pembelajaran berbasis visual
dan praktik langsung di lapangan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara gaya
belajar visual, auditorial dan kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa
kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011. Hal ini berarti ada
kecenderungan semakin tinggi skor gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik
maka semakin tinggi prestasi belajar siswa, dan sebaliknya semakin rendah skor
gaya belajar maka semakin rendah prestasi belajar siswa.