24
Jurnal AFKARUNA Vo l. 14 No . 2 Desember 2018 Kaum Muda Pe c inta Habaib : K e s al e han Popul e r dan Ek s pr e s i Anak Muda di Ibu Kota DOI 10. 18196/ AIIJIS. 2018 . 0086. 166-189 SYAMSUL RIJ AL 1 UIN Syari f Hi dayatull ah Jakarta Email: syamsul .rij al @ui nj kt . ac. i d ABSTRACT This paper examines the rising popularity of Hadhrami Arab preachers among Mus- lim youths in contemporary Indonesia. The preachers who claim their descent to the Prophet are popularly called as habib (sing.) or habaib (plr.). This study focuses on the late Habib Munzir al-Musawa and his sermon group, i.e. Majelis Rasulullah, as well as his young followers in Jakarta. Majelis Rasulullah is arguably the most popular majelis in Indonesia and has attracted tens of thousands of people in its public preaching. In order to explain its popularity, this study analyses the views and and experiences of his young followers on their participation and activism within the group. It explores both structural and cultural fac- tors that drove young followers to participate in the sermon group. Borrowing Bayat’s perspective on Muslim youth and leisure, this paper argues that Indonesian Muslims par- ticipate in the habaib dakwah not only for spiritual shelter but also because they see the majelis as sites to express both their piety and their ‘youthfulness’ in the midst of uncer- tainty, discontent, and limited spaces for urban youth in Jakarta. Keywords: Blessing, Habaib, Habib Munzir, Majelis Rasulullah, Youth expression ABSTRAK Artikel ini berupaya menjelaskan menaiknya popularitas penceramah yang berketurunan Arab Hadhramawt (Yaman) di kalangan anak muda Muslim di Indonesia. Penceramah tersebut memiliki silsilah sampai ke Nabi Muhammad SAW. Mereka yang diakui keilmuannya dalam bidang agama dipanggil dengan gelar habib atau habaib (jamak). Beberapa tahun setelah runtuhnya Orde Baru, ruang publik Indonesia diramaikan dengan munculnya beberapa habib muda di kota besar, terutama di Jakarta, yang mampu menarik ribuan jamaah. Di antara mereka yang paling populer dan memiliki jemaah terbesar adalah Almarhum Habib Munzir b. Fuad al-Musawa (1973-2013) dengan majelisnya, Majelis Rasulullah. Untuk menjelaskan popularitasnya, studi ini menganalisis pandangan

J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

Jurnal AFKARUNA Vo l. 14 No . 2 Desember 2018

K a u m M uda Peci n ta H abaib:K esale h a n Pop uler da n E kspresi A n a k

M uda di Ibu Kota

DOI 10.18196/AIIJIS.2018 .0086.166-189

SYA MSUL RIJAL1

UIN Syarif Hidayatullah JakartaEmail: syamsul.rijal @ uinjkt.ac.id

A BSTRA CTThis paper examines the rising popularity of Hadhrami Arab preachers among Mus-

lim youths in contemporary Indonesia. The preachers who claim their descent to the Prophetare popularly called as habib (sing.) or habaib (plr.). This study focuses on the late HabibMunzir al-Musawa and his sermon group, i.e. Majelis Rasulullah, as well as his youngfollowers in Jakarta. Majelis Rasulullah is arguably the most popular majelis in Indonesiaand has attracted tens of thousands of people in its public preaching. In order to explain itspopularity, this study analyses the views and and experiences of his young followers on theirparticipation and activism within the group. It explores both structural and cultural fac-tors that drove young followers to participate in the sermon group. Borrowing Bayat’sperspective on Muslim youth and leisure, this paper argues that Indonesian Muslims par-ticipate in the habaib dakwah not only for spiritual shelter but also because they see themajelis as sites to express both their piety and their ‘youthfulness’ in the midst of uncer-tainty, discontent, and limited spaces for urban youth in Jakarta.

Keywords: Blessing, Habaib, Habib Munzir, Majelis Rasulullah, Youth expression

A BSTRA KArtikel ini berupaya menjelaskan menaiknya popularitas penceramah yang

berketurunan Arab Hadhramawt (Yaman) di kalangan anak muda Muslim diIndonesia. Penceramah tersebut memiliki silsilah sampai ke Nabi MuhammadSAW. Mereka yang diakui keilmuannya dalam bidang agama dipanggil dengangelar habib atau habaib (jamak). Beberapa tahun setelah runtuhnya Orde Baru,ruang publik Indonesia diramaikan dengan munculnya beberapa habib muda dikota besar, terutama di Jakarta, yang mampu menarik ribuan jamaah. Di antaramereka yang paling populer dan memiliki jemaah terbesar adalah AlmarhumHabib Munzir b. Fuad al-Musawa (1973-2013) dengan majelisnya, MajelisRasulullah. Untuk menjelaskan popularitasnya, studi ini menganalisis pandangan

Page 2: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

167Vo l. 14 No . 1 Juni 2018

dan pengalaman para jemaahnya ketika masuk dan berkecimpung di MajelisRasulullah. Studi ini mengkombinasikan analisis struktural dan kultural untukmemahami secara utuh partisipasi anak muda di majelis taklim. Meminjamperspektif Bayat tentang anak muda Muslim di Iran dan di Mesir, artikel iniberargumen bahwa keikutsertaan anak muda di majelis habaib bukan hanya untukbelajar agama dan memperoleh naungan spiritual, namun juga untukmengekspresikan ‘kemudaan’ (youthfulness) dengan rekan seusia mereka di tengahkehidupan kota yang penuh masalah dan tantangan hidup.

Keywords: habaib, Habib Munzir, Majelis Rasulullah, berkah, ekspresi anakMuda

PE N D A H ULUA NSalah satu f enomena keagamaan yang menarik di tanah air ada lah

maraknya pengajian di ruang terbuka d i kota-kota besar. Penga jian inidiorganisir oleh habaib muda dengan menggunakan majelis taklim masing-masing . Berbeda dengan pengajian haba ib senior yang berlokasi di satutempat, pengajian habaib muda b iasanya berpindah-pindah tempat dandiadakan di ruang terbuka, sepert i lapangan Monumen Nasional (Mo-nas), halaman gedung atau rumah, atau jalanan umum yang telah diblokir.Berbagai program keg iatannya telah menarik belasan ribu jemaah darikalangan remaja dan anak muda d i Jakarta dan sek itarnya . Kebanyakanpeng ikutnya mengendarai sepeda motor dengan mengenakan sarung danjaket khusus yang bertuliskan nama dan logo majelis. Sebag ian berkendarasepeda motor secara konvoy sambil meng ibarkan bendera majelis. Di areapengajian, sejumlah anak muda sibuk mengatur arus lalu lintas untukmembantu jemaah yang datang dari berbagai arah. Sebag ian dari merekasibuk mempersiapkan fasi l itas ma jel is sepert i audio system , lighting(pencahayaan), kamera video , dan layar putih. Sebag ian lainnya sibukberjaga di p intu masuk sembari membag ikan secarik k ertas yang berisimateri hadits kepada jemaah yang datang .

Pemandangan di atas menggambarkan partisipasi anak-anak muda dipengajian tradisional yang d ipimp in o leh habaib . Menariknya, pengaj iantersebut marak di kota-kota besar yang identik dengan simbol kesuksesanmateri , konsumerisme , dan modern i tas. Jika dahu lu , ma j el is tak l imdidominasi oleh jemaah dewasa, terutama ibu-ibu, saat ini mayoritasjemaah majelis didominasi oleh anak-anak muda. Hal ini adalah ekspresikeberagamaan unik yang baru muncul pasca Orde Baru. Untuk memahamifenomena ini, artikel ini mengajukan beberapa pertanyaan: Mengapa anak

Page 3: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

168 AFKARUNA

muda kota meng ikuti majelis tak lim? Apa daya tarik habaib dan majelisnyabag i kalangan anak muda urban?

Studi terhadap anak muda Muslim d i Indonesia telah banyak ditu lisdengan beragam perspekt if. Sebag ian penulis telah mengana lisis keikut-sertaan anak muda dalam gerakan dan aktivisme Islam serta pengaruhnyaterhadap mereka.2 Sebag ian besar perhatian mereka tertuju pada gerakanIslam transnasional seperti H izbut Tahrir Indonesia, Gerakan Tarbiyahdengan PKS-nya, Jama’ah Tab lig , dan gerakan Salafi. Tetapi, hanya adased ik it tulisan tentang gerakan trad itionalis, seperti majelis habaib . KaryaArif Zamhari, Julia Day Howell, dan Ismail Fajrie A latas adalah segelintircontoh. Mereka memotret maraknya majelis z ik ir para haba ib di Jakartasebagai bag ian dari perkembangan gerakan tasawuf di tanah air. Keber-hasilan majelis ini, menurut Zamhari dan Howell, tidak lepas dari kreatifitaspara pem impinnya yang membawa gerakan sufi ini ke “ jalanan” yangsifatnya terbuka, sehingga bisa diikuti oleh berbagai kalangan.3 Sementaraitu , A latas melihat terjadinya pergeseran pola majelis zik ir di ibu kotasebagai upaya adaptasi para haba ib dalam mempertahankan gerakantarekat seiring dengan terjadinya kebangk itan Islam (Islamic revival) diIndonesia pasca Orde Baru.4 Mesk ipun penulis setuju dengan analisis-ana lisis tersebut, namun studi mereka lebih terkonsentrasi pada level elitagama (habaib), sehingga kurang menggali lebih jauh suara anak mudadalam kaitannnya dengan partisipasi dan kontribusi mereka pada majelis.Art ikel ini berupaya meng isi kekosongan studi tersebut dengan menga-nal isis suara anak muda peng ikutnya, juga perasaan dan pengalamanmereka selama berk ecimpung di ma jelis. Terinspirasi dengan karya AsefBayat tentang kaum muda Muslim di Iran dan Mesir, artikel ini berargumenbahwa keikutsertaan anak muda dalam majelis habaib bukan hanya sema-ta-mata untuk mencari i lmu agama dan spiritualitas, tetap i juga karenamereka melihat majelis sebagai wadah untuk mengekspresikan ‘kemudaan’(youthness) d i tengah kota besar yang penuh dengan berbagai perma-salahan sosial dan ekonomi.

SE KILAS TE NTA N G M AJELIS RA SULULLA HMajelis Rasu lulul lah d idirikan oleh A lmarhum Habib Munz ir Fu’ad al-

Musawa. Ia d ilahirkan tahun 1973 di Cipanas, Jawa Barat, dan meninggaltg l 15 September 2013 setelah lama meng idap asma dan kanker otak . Iaadalah anak keempat dari lima bersaudara. Berbeda dengan habib lainnya

Page 4: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

169Vo l. 14 No . 2 Desember 2018

yang orang tuanya berlatar belakang ulama , ayah Hab ib Munzir berasaldari pend idikan umum . Ayahnya, Fu’ad b . Abdurrahman a l-Musawa,memperoleh sarjana S1 jurusan Jurnalisme dari the New York Un iversity diAmerika Serikat dan kemudian bek erja sebagai wartawan di Koran BeritaYudha. Habib Munzir menempuh pend idikan SD sampai SMA di Cipanas.Namun, ia berhent i dari sekolah SMA pada saat kelas dua karena sibukmengelola peng inapan ayahnya. Karena keseringan begadang menjagapeng inapan, Habib Munz ir muda terkena penyak it asma.5 PerjumpaanHabib Munzir dengan pengetahuan agama dimulai k etika aktif meng ikutipendidikan di lembaga non-formal majel is tak lim dan pesantren. Ia mu laibelajar hukum Islam di Madrasah al-Tsaqafah al-Islam iyyah mil ik HabibAbdurahman Assegaf di Buk it Duri, Jakarta Selatan. Setelah dua bulan dimadrasah tersebut , ia meng ikuti kursus Bahasa Arab di LPBA (PembagaPendidikan Bahasa Arab) Assalafy yang dikelola oleh Habib Bag ir A latas diJakarta Timur. Habib Munzir kemudian menda lami pengetahuan agamadi Pesantren A l-Khairat milik Hab ib Hamid Nag ib b . Syeikh Abu Bakar diBekasi Timur. Selama nyantri di tempat ini lah ia bertemu dengan ulamaterkenal dari Yaman, Habib ‘Umar b . Hafiz , yang pada saat itu sedangmengunjug i pesantren tersebut tahun 1994 dalam rangka mencari santriyang akan dik irim ke Hadramawt. Habib Munzir terpi lih sebagai sa lahsatu dari 30 santri angkatan pertama yang dikirim.6 Ia menghabiskan empattahun masa studi di Darul Musthafa, sebuah lembaga pendidikan baruyang did irikan oleh Hab ib ‘Umar. Lembaga pendid ikan ini telah memil ik inama besar dan telah menarik banyak mahasiswa dari berbagai Negara,baik dari benua Eropa, Amerika, Afrika, dan Asia.

Setelah menyelesa ikan studinya d i Yaman, Habib Munz ir kembali ketanah air dan mula i ak tivitas dakwahnya tahun 1998 . Ia mengawali dak-wahnya di kampung halamannya, Cipanas, namun tidak berkembangseperti yang ia harapkan. Ia kemudian pindah ke Jakarta mengadakanpengajian yang pindah-pindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Awalnyaia hanya mendapati enam jemaah yang setia menyediakan rumahnya untukpengajian serta tempat untuk istrahat karena saat itu ia pulang perg i dariCipanas ke Jakarta . Karena sejumlah saran dari jemaahnya, Habib Munzirakh irnya mend irikan ma jelis tak l im yang ia namakan Majel is Rasulul lah(MR). Penamaan ini menurutnya karena a jaran dan ceramah yang iatonjolkan berkaitan dengan pesan-pesan dakwah dari Nabi. Karena jumlahjemaahnya mak in membludak , ia akhirnya mem indahkan tempat penga-

Page 5: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

170 AFKARUNA

jiannya dari rumah-rumah k e masjid besar demi menampung jemaahnya.Masjid ini adalah Masj id A l-Munawwar yang berlokasi di Pasar M inggu,Jak arta Selatan . Ia mene tapkan ma lam sen in sebaga i jadwa l te tappengajian, meng ikuti jadwal gurunya d i Hadhramawt.

Habib Munzir sukses mengelola dakwahnya. Ini terbukti dari jemaahnyayang berjumlah ribuan yang kebanyakan dari kalangan muda-mudi. Untukfokus mengelo la majel is tak lim , ia menyewa satu rumah d i Pancoransebagai gedung sekretariat atau basis operasi dakwah. Ia mengangkatbeberapa staf dan crew untuk membantu aktivitas dakwahnya. Para stafnyaikut membantu mengatur jadwa l pengaj ian , mengelola med ia sepertipub likasi dan website majelis, dan menjaga gedung sekretariat. Ia jugamendirikan k ios majel is yang menjua l merchandises seperti buku, stik er,DVD , jak et seragam majelis, busana muslim dan lain-lainnya. Sebag ianstaf juga dipekerjakan untuk mengelola k ios Islami, Kios Nabaw i, termasukmemproduksi dan menjual produk majelis. Jika para staf digaji secara pro-fessional sesuai pendapatan yang masuk , para crew bekerja secara sukareladi lapangan ketika majelis akan diadakan, seperti memasang spanduk danbal iho, menggelar tikar, dan mengatur jemaah d i lapangan.7

K O M POSISI JE M A A H M AJELIS RA SULULLA HBerdasarkan observasi di lapangan, jumlah jemaah di pengajian MR

tergantung dari jenis keg iatannya. Pada pengajian rutin seperti ma lamsenin (jalsah itsnain), jumlah peserta sek itar 5 .000 sampai 10 .000 orang .Namun, d i event khusus, seperti perayaan maulid Nabi, jumlah jemaahbisa mencapai 80 .000 s/d 100 .000 orang . Karena kapasitas Jemaah yangbesar, Habib Munzir berinisiatif mengadakan maulid akbar setiap tahunnyadi lapangan Monumen Nasional (Monas). Kebanyakan jemaah MR berasaldari kalangan remaja/muda, berusia sek itar 12-30 tahun. Mereka biasanyamemakai jaket hitam MR, kopiah putih , dan sarung (bag i pria), sementarawan ita memakai gamis h itam (abaya) dan sebag ian memakai cadar.

Secara ekonomi, peng ikut MR kebanyakan berasa l dari keluarga go lo-ngan kelas menengah ke bawah dan golongan misk in. Sebag ian besarmereka adalah siswa SLTP dan SLTA yang orang tuanya bekerja denganpenghasi lan rendah seperti buruh pabrik , karyawan Ma ll, sopir angkutanumum (angkot), pedagang kak i lima dan sebagainya. Sebag ian jemaahdewasa bekerja dengan penghasilan rendah karena tidak memilik i gelarpendidikan diploma dan sarjana. Sebag ian besar jemaah didominasi o leh

Page 6: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

171Vo l. 14 No . 2 Desember 2018

etnis Betaw i, namun sebag ian lainnya dari etnis Jawa, Sunda, Palembang ,dan Banjar. Etnis-etn is ini secara ku ltural dekat dengan trad isi IslamNahdlatul Ulama (NU). Etnis Betaw i, pada khususnya, tidak bisa dipisahkandari trad isi Islam seperti maulid , hau l, ziarah, dan tahlilan . Musl im Betaw imemberikan penghormatan yang sangat tingg i kepada haba ib dan kyai.Keterikatan Muslim Betaw i dengan Islam tradisi tidak bisa dipisahkan dariperan habaib dan ulama lokal yang menyebarkan Islam sunni (aswa ja)sejak abad k e 19 M .8 Banyak jemaah MR berasal dari k eluarga yang akrabdengan doktrin dan tradisi NU, namun mereka tidak mengecap pelajaranagama di lembaga pendidikan formal, seperti madrasah dan pesantren.Mereka merasa bahwa meng ikut i pengaj ian d i MR telah menambahpengetahuan agama , dan ritual-ritual tersebut membuat mereka merasasebagai Muslim yang shaleh.

Sebag ian jemaah mulai ikut di majel is tak lim semenjak usia rema ja.Mereka pada awalnya penasaran mel ihat sejum lah ba liho besar danbendera majelis yang tersebar di Jakarta dan sek itarnya. Selain itu, merekatertarik melihat ragam keg iatan dan merchandise MR yang memikat.Baliho-baliho besar menampilan gambar seorang tokoh bertampang Arabyang dipangg i l hab ib dengan memakai jubah dan surban putih, sertaberpenampilan saleh, berw ibawa, dan karismatik . Keriuhan dan solidaritasyang diperlihatkan oleh peng ikut MR, seperti konvoy sepeda motor danajang kopi darat, menjadi salah satu daya tarik bag i ka langan muda.Sebag ian jemaah ikut karena dia jak kawan dan keluarganya untuk men-dalami agama . Walaupun ada berbagai sebab yang mendorong merekaikut, namun sebag ian besar mereka terpesona dengan karisma seorangHab ib Munzir. Bag i mereka Habib Munz ir ada lah sosok penceramah yangramah dan lembut dalam berdakwah . Mereka merasa bahwa sang habibtelah memikat hat i mereka sejak pertama kali meng ikuti majelis, dan halini membuat mereka berkomitmen k epada majelis tersebut. Indri, sa lahsatu jemaah, mengatakan “habibana menggunakan gaya lembut dan gayasastra dalam berbicara, serta selalu merujuk kepada Nabi Muhammadsebagai model teladan bag i Muslim”.9

Di majelis habaib , tidak ada aturan keanggotaan yang k etat sepertihalnya organisasi Islam. Jemaah bebas meng ikuti majelis manapun tanpaada syarat. Oleh karena itu, tidak heran jika k ita melihat ada jemaah berjaketMR yang juga meng ikuti Majelis Habib A li Kw itang atau Majel is NurulMusthofa. Bag i mereka , semua majelis habib adalah sama dalam hal

Page 7: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

172 AFKARUNA

tu j uan , te ta p i b erb ed a da lam p end e k atan dan stra teg i . M er e k amencontohkan Habib Munzir dan Habib Rizieq yang sama-sama bertujuanmempertahankan Islam al-sunnah wa al-jama ’ah (aswaja), namun strateg ikeduanya berbeda. Habib yang pertama memakai metode lembut dandamai, tetap i hab ib yang k edua memakai cara tegas dan konfrontat if.Mesk ipun ada kesamaan tujuan, para jemaah cenderung berkomitmenpada satu ma jelis. Kom itmen ini diekspresikan mela lui partisipasi rutindalam satu majelis dan jak et seragam yang dik enakan. Berbeda halnyadengan anggota b iasa, para staf dan crew MR memilik i peran khusus danfokus bek erja untuk keberlangsungan keg iatan. Selain mengadakan acarakeagamaan, para staf dan crew juga bertugas mengumpulkan dana melaluiberbaga i program dan pen jua lan produk MR . Dana besar b iasanyadibutuhkan k etika mengadakan perayaan besar Maulid Nab i SAW set iaptahun di lapangan Monas, Jakarta Pusat.

JA K ARTA , K AU M M UD A URB A N , D A N K ESE N A N G A N

Aspirasi Kesalehan dan KesenanganUntuk memahami popularitas habaib di kalangan anak muda di Jakarta

dan kota lainnya, k ita mesti mengana lisa hubungan antara lahan kota(urban space) dan masalah sosial anak muda. Jakarta adalah ibu kotanegara dan kota terbesar dengan jumlah penduduk terpadat di Indone-sia . Sebagai pusat pemerintahan dan b isnis, Jakarta menjadi destinasiutama bag i mereka yang t ingga l d i daerah dan peda laman , untukmemperoleh kesuksesan materi dan popularitas. Meningkatnya urbanisasitelah membuat kota tersebut men jadi kota terpadat di Asia Tenggara.Pada tahun 2014 , jumlah penduduknya mencapai hamp ir 10 juta jiwa.10

Adanya kesenjangan antara para pencari kerja terdidik dan pekerjaan yangtersedia mem icu persaingan di antara penduduk kota. Berbagai masa lahbermuncu lan, seperti kesenjangan ekonomi, pengangguran, perumahanyang tidak layak , dan kondisi transportasi dan lingkungan yang buruk .11

Bapp eda DKI Jakarta melapork an bahwa t ingkat k em isk inan telahmen ingkat dari 312 .200 jiwa pada tahun 2010 ke 412 ,790 pada tahun2014 .12 Belum lag i pembangunan ekonom i yang meningkat selama bebe-rapa dekade, seperti pembangunan pusat pertokoan, mall, dan pemukimanelit, menyebabkan terjadinya penggusuran kampung-kampung di manarakyat k eci l menjad i korban. Ak ibat dari semua in i , Jakarta men jad iterlampau padat, macet, dan juga menimbu lkan kesu litan ekonomi dan

Page 8: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

173Vo l. 14 No . 2 Desember 2018

stress di ka langan penduduk kota.Berbagai problem kota di atas berdampak pada anak-anak muda kota,

khususnya yang berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah . Merekaini berada dalam fase transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Anakmuda Indonesia memilik i sifat unik . Mereka sangat suka bersosialisasi danmenyukai suasana yang ramai , di tempat di mana mereka dapat berinte-raksi dengan sesamanya dan mencari pengalaman baru yang seru danmengasyikkan.13 Namun demik ian, Jakarta, karena keterbatasan lahan,hanya menyed iakan tempat yang terbatas bag i anak muda untukbersosialisasi dan mengekspresikan diri. Menurut Atmodiwirjo, para remajad i Jakarta sangat jarang menggunakan pusat k eg iatan rema ja yangd ised iakan o leh pemerintah sebab tidak terawat dan terlihat kurangmenarik . Mereka lebih suka menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan(mall) dan di area fasilitas pub lik sepert i ha lte bus, terminal, lahan park ir,halaman sekolah, sudut-sudut jalanan dan jembatan. Nongkrong di tempattersebut memungk inkan mereka untuk menghibur diri dan leb ih bebasdari pantauan orang tua.14 Karena faktor ekonom i, anak-anak muda inijuga tidak mampu menikmati waktu senggang di tempat-tempat yangberbayar, tidak mampu membel i pakaian maha l, dan juga tidak mampumen ikmat i hob i olahraga dan kesenian yang membutuhkan biaya.

Banyak jemaah anak muda, dari keluarga berpenghasilan rendah, yangakh irnya menemukan akt ivitas keagamaan sebagai saluran untuk bereks-presi dan menunjukkan eksistensi mereka. Jika sebag ian gerakan Islamcenderung menekan k esenangan dan melarang h iburan yang terkaitdengan budaya Barat , gerakan dak wah habaib cenderung lunak danmengakomodasi aspirasi anak muda dengan menggabungkan budaya popdan ajaran Islam. Ket ika berbincang dengan jemaah beberapa majelishabaib d i Jakarta , sebag ian mereka memuji habib-nya yang dianggapnya‘keren’ dan ‘gaul’ . Disebut keren karena sang habib memi lik i potonganjenggot yang menarik khas anak muda, memakai kostum yang berwarnaterang , sorban yang unik , kacamata hitam , dan ornamen lainnya yangmenarik; sementara disebut gaul karena ia memakai aksen Jakarta alasinetron yang akrab di tel inga anak remaja kota. Banyak jemaah mudayang tempat tinggalnya jauh dari lokasi pengajian dan seringkali memakanwak tu sampa i larut ma lam . Mere ka in i l eluasa k eluar ma lam danmendapatkan izin dari orang tuanya dengan alasan meng ikuti pengaj ian.Narasi partisipasi mereka di pengajian habib beragam. Sebagian terdorong

Page 9: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

174 AFKARUNA

ikut karena a lasan keagamaan , namun sebag ian didorong oleh tujuanmemperoleh kesenangan dan pergaulan sosial dari keg iatan majelis. Ketikadi lapangan, penu lis agak kaget melihat jemaah remaja (putra dan putri)yang meng ikuti pengaj ian sampai larut malam (jam 22 .00-23 .00). Dilihatdari padatnya lalu lintas setelah keg iatan majelis dan jarak rumah mereka,maka kemungk inan ada jemaah yang tiba di rumah mereka sek itar jam12 atau jam 1 malam. Mereka mengatakan bahwa orang tua merekasangat mendukung kegiatan ini, meskipun keluar malam, karena tujuannyauntuk mendalami agama (ta ’lim). Orang tua mereka berharap bahwadengan pengajian tersebut dapat membawa peningkatan moral dan spiri-tua l sang anak . Sikap sepert i ini umum di kalangan orang tua Muslim diIndonesia. Menurut Parker dan N ilan, sikap seperti ini merupakan responterhadap diskursus ‘kepanikan moral’ (moral panic) yang telah menyebardi kalangan orang tua , med ia, dan Negara.15 O leh karena itu, part isipasidalam keg iatan agama dan konsumsi Islami mendapat dukungan da lamrangka mel indung i anak muda-mud i dari pengaruh negat if, sepert ikenakalan remaja dan konsumsi obat-obat terlarang .

Keaktifan anak muda d i majelis pengajian telah menjadi wahana bag imereka untuk menghabiskan masa muda secara menyenangkan, namunbersifat relig ius. Mereka melihat majelis tak lim sebagai tempat untukmempelajari Islam dan seka ligus tempat untuk menikmati ‘kesenangan’dengan kawan sebaya mereka. Mereka menikmati kesenangan yang dituju-kan untuk kepentingan agama . Para anak muda memanfaatkan majelissebagai medan untuk bersosialisasi atau bergaul, menun jukkan eksistensi,dan menjalan i mob ilitas sosial. Dalam lingkungan seperti in i, para anakmuda mem i l i k i k esempatan untuk memp ero leh teman , dukunganemosional, dan penga laman baru.16

Mencari Berkah Sang HabibBerbagai permasalahan di kota besar juga membuat anak-anak muda

mencari naungan sp iritua l dan berkah orang suci (wa l i). In i terjad ikhususnya pada anak muda dari kalangan kelas menengah kecil ke bawah,baik yang lama d i Jakarta ataupun pendatang baru (new ly urbanized)yang sedang mencari k esejahteraan ekonom i dan keh idupan yang lebihbaik . Sebag ian dari peng ikut majelis habib adalah mahasiswa, sebag ianpengangguran, dan sebag ian adalah buruh atau karyawan rendahan yangbek erja di pertokoan , mall, dan di pabrik . Kota besar adalah magnet bag i

Page 10: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

175Vo l. 14 No . 2 Desember 2018

penduduk Indonesia yang ing in mencari pe k erjaan yang layak danprest isius. Namun, tingga l di kota besar t idak lah langsung men jam inpencapaian kesejahteraan dan masa depan yang lebih baik kepada penghu-ninya. Banyak anak muda yang menganggur atau, paling tidak , memper-oleh pekerjaan yang bergaji rendah. Menurut Ben White, angka pengang-guran di Indonesia cukup tinggi dan hal ini mengikuti trend perkembangang lobal dimana pend idikan tingg i tidak menjamin akses ke pek erjaan yangstabi l. Ha l ini disebabkan oleh k et idakseimbangan antara lahan kerjadengan jumlah alumni SLTA dan universitas yang meningkat setiap tahun-nya. Kelangkaan lahan kerja formal akhirnya mengarahkan mereka bekerjadi sektor-sektor informal mesk ipun dengan upah rendah.17 Dengan kondisitersebut , penghasilan kaum muda hanya cukup menghidupi k ebutuhansehari-hari untuk dirinya dan k eluarganya tanpa ada sisa untuk simpananatau investasi. Kondisi ini menciptakan kecemasan dan ketidakpastian bag ianak muda yang menghadapi kerasnya kehidupan Jakarta. Hal ini membuatmereka mencari naungan spiritua l atau intervensi Tuhan dalam rangkamempero leh k etenangan h idup , so lusi instant , dan k ea ja iban untukmemecahkan berbaga i masalah duniaw i.

Para peng ikut majelis memandang partisipasi d i pengajian dan kede-katan dengan habaib mampu mengalirkan keberkahan (barakah). Konsepberkah sangat krusial bag i Muslim tradisional. Ini terkait dengan pimpinanmajelis yang memilik i ikatan darah dengan Rasulullah. Dalam bahasa Arab ,barakah berarti ‘perk enan ilah i’. Kata ini juga berart i kebaj ikan yangmendatangkan kelimpahan rezek i, k esejahteraan, dan kebahag iaan .18

Menurut Liyakat Tak im, berkah juga d iasosiasikan dengan “kesejahteraan,keberuntungan, kelimpahan, dan kekuatan yang luar b iasa .”19 Berkahdipercaya dapat d itemukan pada waktu dan tempat tertentu, atau padaorang suci. Orang-orang suci sepert i habib , suf i, dan wal i dipercayamemiliki keberkahan. Berkah bukan hanya pada wali yang hidup dan objeksuci, tetapi juga pada wali yang sudah men ingga l.20 Habaib , khususnya,mewarisi berkah dari Nabi melalu i ikatan darah. Bahkan setelah merekamen ingga l, kuburan mereka d imuliakan karena ket ingg ian spiritualitas,kei lmuan , dan pencapaian d i masa hidupnya.21

Anak-anak muda yang ditimpa ket idakpastian dan kecemasan hidupberharap dengan partisipasinya di majelis tak lim dapat membuahkankeberkahan dan kesejahteraan buat mereka. Dengan hal tersebut , segalaproblema hidup mereka dapat dipecahkan. Mereka percaya bahwa melihat

Page 11: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

176 AFKARUNA

langsung wa jah habib dan mencium tangannya mampu mentransmisikanberkah Nabi buat mereka. Ketika di lapangan, penul is bertemu denganbeberapa jemaah yang bekerja sebagai buruh di mall, toko , dan pabrik .Mereka mengatakan mesk ipun sangat sibuk dalam bekerja dan rumahmereka jauh dari area penga jian, mereka mengupayakan untuk rut inmengikuti pengajian Majelis Rasulullah paling tidak sekali dalam seminggu,dengan harapan mereka dapat mera ih berkah. Berkah ini diharapkanmampu membawa perbaikan bag i kehidupan ekonomi dan masa depankerja mereka yang lebih ba ik .

Majelis sebagai Sarana Ekspresi Anak MudaPara haba ib muda d i Jakarta berupaya menarik jamaah dengan

menggunakan berbagai strateg i kreatif. Strateg i yang paling utama adalahmenggunakan baliho, spanduk , poster, dan media sosial. Sebag ian jemaahtertarik meng ikut i majelis setelah melihat informasi pengajian di spandukpingg ir jalan dan poster pengumuman di website dan media sosial. Websitema jel is dan ha laman komun itas (community page) d i med ia sosia l ,khususnya Facebook , biasanya mengumumkan dan menyebarkan jadwalkeg iatan untuk empat minggu berikutnya. Penggunaan internet, terutamamed ia sosial , bag i sarana dakwah sangat strateg is di Indonesia. Menurutdata Kementerian Komun ikasi dan Informasi, pengguna internet di Indo-nesia telah mencapai 63 juta pada tahun 2013 . Dari jumlah ini, ada 95%menggunakan interne t untuk mengak ses med ia sosia l . Da lam ha lpemakaian Facebook , misalnya, Indonesia berada pada posisi keempat didun ia setelah Amerika , Brazil, dan India.22 Isparmo Seo juga melaporkanbahwa kebanyakan pengguna Facebook adalah anak muda dengan usiaantara 18-34 tahun . Dengan popularitas smart-phone saat ini , anak-anakmuda sering menggunakan waktu senggang mereka untuk berkomunikasilewat layanan online seperti BBM (BlackBerry Messenger), WhatsApp , Line,serta posting status dan mengomentari status kawannya di media Sosial.23

Kebanyakan peng ikut majelis habaib akrab dengan media sosial. Merekamemakai media sosial untuk meng ikuti perkembangan program majelisdan menjaga komunikasi dan solidaritas dengan kawan seperjuangan.Banyak grup/komun itas pecinta majelis, baik yang resmi dan tidak resmi,yang tersedia di media sosial. Dengan mengamati percakapan di grup-grup tersebut, saya dapat melihat beg itu pent ingnya peranan websitemajelis dan media sosial bag i peng ikutnya . Melalui medium tersebut,

Page 12: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

177Vo l. 14 No . 2 Desember 2018

mereka dapat meng ikuti jadwal terk ini majelis, menonton program dakwahyang sebelumnya ataupun yang lag i live, dan mengunduh berbagai lagusha lawat dan tausiyah dari sejumlah penceramah. Sela in itu, di websitejuga ada bag ian untuk tanya-jawab agama, diskusi, dan sharing informasidi kalangan jemaah.

Med ia sosial juga penting untuk mempromosikan berbagai produkmajelis dan menggalang dana dengan berbagai program. Berikut ada lahcontoh posting ma jelis di halaman komunitas FB:

“Assalamu Alaikum jemaah Majelis Rasulullah.Diharapkan untuk membeli produk asli dari Majelis Rasulullah. Karena membeliproduk tersebut berarti anda membantu perjuangan dakwah Nabi di Jakarta.Mari kita wujudkan cita-cita guru kita, Almarhum Habib Munzir Al-Musawa.Bagi jemaah yang mau membeli DVD pemakaman Habib Munzir, anda dapatmembelinya di Kios Nabawi malam ini di Majid Al-Munawar, Pancoran. Kamiberharap anda tidak membeli DVD di tempat lain, kecuali di Kios Nabawi.Jazakallahu Khair.”24

Selain mengakses media majelis, para jemaah muda juga mengguna-kaan asesoris majelis, khususnya jak et MR, sebagai simbol k esalehan danidentitas kelompok . Anak-anak muda ini bangga memakai jaket MR yangmenunjukkan afiliasi mereka ke majelis habib . Jaket tersebut menyimbolkanpula bahwa mereka ada lah Muslim saleh yang berafi liasi ke k elompokIslam tradisional , atau yang popular disebut Islam aswaja . Penggunaansimbol-simbo l majelis seperti ini memperkuat apa yang diist ilahkan o lehDurkhe im sebaga i ‘representasi sosia l ’ dari agama . 25 Hab ib Munz irberinisiatif menggunakan jaket majel is dan merchandise la innya sebagaisarana untuk syiar agama d i ka langan anak muda . Kesuksesan Hab ibMunzir kemudian meng inspirasi munculnya sejumlah habib yang menggu-nakan metode yang sama . Menurut Mara Einstein , seseorang yangmengonsumsi produk agama tertentu berarti ia mendefinisikan identitaspersona lnya sebagai konsumer. Lanjutnya lag i, “sang penjual lah (mar-keter) yang memberikan makna pada produk , dan makna ini lah yangdikonsumsi oleh pembeli. ” 26 Terkait dengan teori ini, merek MR (yangmengangkat Nabi sebaga i simbol dakwah) menunjukkan bahwa habaibmembingkai a jaran dan prak tek agama mereka murni berasa l dari Nabi.Keterkaitan dakwah MR dengan Nabi diperkuat pula oleh para habaibyang mem ilik i ikatan darah dengan Nabi.

Majelis-majel is habaib di kota besar menyediakan wadah buat anak

Page 13: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

178 AFKARUNA

muda untuk mengekspresikan ‘kemudaannya” (youthfulness). Konsepkemudaan di sini bukan hanya bermakna tahapan usia , tetapi juga mo-mentum dan ragam aktivitas untuk mengekspresikan identitas dan menik-mat i kesenangan yang b iasanya di jalani oleh kaum muda. D i masa la lu,majelis tak lim pada umumnya dihadiri oleh jemaah orang tua dan separuhbaya. Ia lebih populer, khususnya, pada ka langan ibu-ibu rumah tanggadi perkotaan . Pengajian biasanya di adakan secara rutin dan diadakan diMasjid , rumah-rumah jemaah, atau di satu ruangan permanen mi lik sangpenceramah.27 Hal ini sangat berbeda dengan model pengajian ala habaibmuda belakangan in i yang jemaahnya didominasi o leh anak muda. Inijuga berbeda dengan gerakan Islam g lobal yang bergairah menyasar anakmuda d i sekolah-seko lah dan kampus-kampus. Jika gerakan-gerakantersebut mempunyai program rekrutmen dan kaderisasi bag i anggota baru,majelis habaib lebih terbuka ke publik dan tidak membutuhkan keanggo-taan resmi. Namun demik ian, habaib dan stafnya biasanya meminta jemaahuntuk komitmen pada majelis mereka agar lebih dalam mempelajari ajaranIslam dan ikut andil memperjuangkan “dakwah Nabi”. Dari interaksi penulisdengan para crew dan jemaah, nampaknya program-program majelismen jadi wahana bag i mereka untuk , apa yang disebut Bayat sebagai,“mengk laim dan mengk laim kembali kemudaan mereka (youthfulness)” .28

Bayat memaknai ‘youthfullness’ sebaga i “sebuah habitus dan d isposisikognitif dan perilaku yang terkait dengan kenyataan untuk menjadi anakmuda, yaitu lokasi sosial antara masa kanak-kanak dan masa dewasa,dimana mereka mengalam i otonomi relatif, tidak bergantung kepada or-ang dewasa, namun tidak independen, dan mereka bebas dari tanggungjawab”.29

Penulis bertemu dengan beberapa crew majelis yang sangat banggamen jadi bag ian dari Majelis Rasulullah . Crew adalah istilah bag i jemaahma jel is yang secara rutin bertugas sebaga i ‘event organ isers” untukkesuksesan acara. Mereka biasanya memakai jaket hitam MR dan di depanjak et mereka tertulis ‘CREW’ atau ‘AKTIVIS’. Mereka in i biasanya sangatsibuk menyediakan berbagai hal untuk acara pengajian seperti menanganiurusan pemasangan spanduk , panggung , aud io system, karpet, danmengatur lalu lintas jemaah yang padat. Sa lah seorang yang saya temuimengatakan bahwa tidak lah gampang menjadi crew seperti dirinya, karenaharus meng ikuti pengajian rutin khusus di sekretariat ma jelis dan mereka.Mereka b iasanya mengenakan jaket MR dipadukan dengan sarung dan

Page 14: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

179Vo l. 14 No . 2 Desember 2018

peci putih, sebuah tampilan yang umumnya diasosiasikan dengan Mus-lim traditionalis di pedesaan. Mereka bekerja secara sukarela dalam mem-persiapkan segala hal untuk kelancaran keg iatan, termasuk penggalangandana (fund-raising). Seorang crew ma jelis, Syaiful Anwar, menyatakankepada penul is bahwa ia dipercayakan sebagai kordinator z iarah (makamkeramat) untuk cabang Cidodol, Jakarta Selatan. Ziarah ada lah salah satudi antara sejumlah program MR yang diadakan set iap minggu. Mesk imengaku ia tidak menerima upah sama sekali , namun Syaifu l merasasangat bangga dengan posisinya sebagai kordinator ziarah.30

Ak tivisme, mobil itas, dan k esenangan adalah beberapa unsur dariekspresi anak muda. Di majelis, anak-anak muda dapat bertemu dengankawan sebayanya dan bersama-sama menyalurkan aspirasi dan bertukarpengalaman. Komitmen perjuangan pada majel is membuat mereka ak tifdan mobile karena majel isnya diadakan di berbagai tempat. Mereka ak tifmembangun jaringan komunikasi dengan dengan sesama peng ikut danstaf MR. Dalam ha l ini , banyak peng ikut, baik itu crew maupun jemaahbiasa, menciptakan grup-grup online melalui HP, seperti di BBM dan Whats-App (WA). Selama riset, penulis bergabung dalam grup-grup online terse-but dan mampu mengikuti dan memantau percakapan informal dan diskusiyang berkembang di kalangan peng ikut MR. Di grup WhatsApp , misalnya,para anggota aktif berkoordinasi dan sharing informasi tentang berbagaiisu yang terkait dengan majelis. Sebag ian informasi dan percakapan bersifatserius, namun mereka lebih sering bercanda dan saling share cerita dangambar meme lucu untuk menghibur sesama kawannya. Atmosfir di grup-grup onl ine ini sifatnya santai dan para anggota b isa melucu dan sal ingmeledek satu sama lain untuk mengakrabkan diri dengan anggota lainnya.

Pergaulan sosial dengan para crew dan jemaah lainnya ada lah ciri laindari ekspresi anak muda. Program-program rutin majel is menjad i saranauntuk sosiabi l itas dan ekspresi sosia l . Banyak peng ikut ma jel is yangberinteraksi secara on line tanpa pernah bertemu satu sama lain. Untukmemperkuat hubungan dan komitmen di antara jemaah, khususnya parajemaah online, para staf MR juga mengadakan pertemuan informal yangdiistilahkan dengan ‘Kopi Darat’, disingkat menjadi Kopdar. Isti lah inimeng ikuti tren anak muda yang menindak lanjuti pertemanan dun ia mayake dunia nyata. Keg iatan Kopdar biasanya d iadakan di rumah sa lah satuJemaah yang berminat. Keg iatannya mencakup kata sambutan dari tuanrumah dan staf MR , pembacaan teks mau lid d iiring i musik hadhrah,

Page 15: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

180 AFKARUNA

ceramah singkat, doa, dan ditutup dengan makan siang bersama. Sesipra-acara dan makan siang nampaknya menjadi wahana bag i para pesertauntuk sa ling berkenalan dan menceritakan pengalaman hidup masing-masing sebaga i jemaah MR.

Partisipasi di majelis tak lim tidak berarti bahwa para anak muda menolakhubungan asmara dan kesenangan d i waktu luang . Berbeda dengankelompok dak wah lainnya yang membatasi secara ketat interaksi pria danperempuan, interaksi antara peng ikut majelis habaib yang saya amatinampak cair, mesk ipun sebag ian jemaah wanita memakai cadar. Memangselama penga jian ada garis pembatas yang memisahkan jemaah pria danwan ita, tapi sebag ian t idak pedul i dan mengambi l posisi duduk bersebe-lahan dengan pasangan mereka (suami/isteri atau pacar) selama pengajian.Sebelum dan sesudah ma jel is nampak sebag ian jamaah anak muda(kebanyakan remaja) berboncengan dengan pasangan mereka yang jugaakt if di majel is.

Habaib sebagai Wali dan Teladan MoralPopularitas Majelis Rasulullah di kalangan anak muda tidak bisa dilepas-

kan dari peranan pimp inananya, almarhum Habib Munzir b in Fu’ad al-Musawa. Kebanyakan wawancara dan percakapan para jemaah menun-jukkan ka lau Hab ib Munzir dianggap sebagai ulama karismat ik yangceramah dan karakternya memberikan kesan mendalam bag i pengikutnya.Banyak peng ikut yang terpesona dengan kepribadian Habib Munzir yang ,menurut mereka, mencerminkan kepribadian Rasu lullah SAW. Sa lah satujemaah, Puput, menceritakan bahwa ia pertama kali tertarik dengan MRkarena penasaran melihat spanduk-spanduk MR yang terpasang di bebera-pa sudut kota Jakarta. Ia penasaran melihat gambar seorang habib yangnampak saleh, berilmu, dan karismatik . Berkat ajakan dari kawan-kawannyadi SMA , ia meng ikuti maulid akbar di lapangan Monas. Setelah melihatlangsung sosok hab ib Munzir dan mendengarkan ceramahnya, ia mera-sakan adanya pesona dari sang habib . Puput mengatakan:

“Tak pernah saya jumpai sosok yang lemah lembut sepert i sosok yangberdiri di atas panggung waktu itu. Tak pernah saya jumpai sosok yangket ika memandangnya menambah mahabbah (k ecintaan) saya kepadaA llah dan Rasul-Nya. Tak pernah pula saya jumpai seorang da’i yang ketikaia berbicara seakan-akan beliau bukan berbicara kepada jutaan orang yanghad ir, tapi seakan-akan ia berbicara hanya pada diri saya. Beliau seakan-

Page 16: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

181Vo l. 14 No . 2 Desember 2018

akan tahu set iap masalah yang menerpa saya .”31

Seorang staf MR juga menggambarkan kesannya terhadap karak terHab ib Munzir ketika mereka bekerja bersama d i sekretariat MR:

“Habib Munzir memiliki sifat mulia yang mirip dengan Nabi dari berbagai sisi.Jika salah satu muridnya melakukan kesalahan, habib hanya tersenyum,memaafkan dan mendoakannya agar ia tidak mengulanginya lagi. Ia punyacinta yang sangat besar kepada Nabi Muhammad dan juga gurunya, HabibUmar bin Hafiz. Karena besarnya kecintaan beliau kepada Nabi, Allahmemanggilnya agar ia bisa bertemu dengan kekasihnya. Dulu, saya pernah bikinsalah dan membuatnya marah, namun beberapa menit kemudian beliau mintamaaf karena kemarahannya. Beliau sering minta maaf kepada jemaah ketikamembatalkan acara karena sakit yang dialaminya.”32

Karisma Habib Munzir dikembangkan dan disebarkan lewat media MRdan penerbitan habaib . Silsilahnya sebagai keturunan Nabi dan keahliannyadalam ilmu-ilmu agama menjad i ‘modal relig ius’ (meminjam istilah Bour-dieu) bag i Habib Munzir. Modal relig ius da lam istilah Bourdieu meru jukkepada qualifikasi agama atau ‘akumulasi buruh simbolik ’ yang manapara ahl i agama mampu memonopoli kekuatan agama yang leg itimatebag i orang awam dan pengelo laan produk dan layanan agama.33 Namundem ik ian , Habib Munzir tidak akan mempero leh popularitas yang cepatdan modal relig ious tanpa memanfaatkan strategi marketing dan teknolog imed ia . Mela lu berbaga i med ia, Habib Munz ir d ipromosikan sebaga ipenceramah baru yang otoritatif, keturunan Nabi, dan juga wali yangmem ilik i karamah. Biografi dan foto-fotonya bukan hanya d itamp ilkan disejumlah majalah, sepert i al-Kisah dan Cahaya Naba wi, namun juga dimedia sosial. Walaupun ayahnya bukan ulama, latar belakang pendidikan-nya di Hadhramaut di bawah asuhan Hab ib Umar, menambah daya jualdan otoritasnya d i mata umat. Otoritasnya mak in kuat ketika gurunyadari Yaman sering datang meng isi pengajian dan zik ir MR setiap tahunnya.

Ik lan media dan produk keagamaan MR sesuai dengan ekspektasi anakmuda Muslim yang lag i mencari tokoh relig ius dan panutan moral. Merekamel ihat bahwa Hab ib Munzir menyediakan ajaran Islam dan naungansp iri tua l . Mesk ipun banyak j emaah yang b ertu juan memp erda lampendidikan agama, namun mereka juga mengakui bahwa mereka memper-oleh perasaan tenang dan damai serta bebannya sedik it berkurang setelahmeng ikuti pengajian MR. Salah satu jemaah mengatakan kepada penu lis:

“Hal yang membuat saya tertarik dengan Majelis Rasulullah adalah perasaan

Page 17: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

182 AFKARUNA

tenang dan damai ketika menghadiri majelis. Saya tidak pernah merasakanketenangan seperti itu di majelis lainnya. Bagi saya, Majelis Rasulullah penuhdengan kedamaian dan ketenangan ditambah dengan nasehat-nasehat agamadan pembacaan salawat Nabi.”34

Memperjuangkan Jakarta sebagai Kota NabawiKeikutsertaan anak muda di pengajian Majelis Rasulullah bukan sekedar

akt ivitas pasif, namun mereka ikut membantu memperjuangkan m isidakwah Habib Munzir. Dalam berbagai program, Habib Munzir mengajakpeng ikutnya untuk mengubah Jakarta menjadi ‘Kota Nabaw i’ . Ist ilah inibermakna bahwa Habib Munzir berupaya membawa nilai-nilai Islam, sesuaiyang dia jarkan dan dicontohkan o leh Nabi, di Jakarta. Menurut tim MRdalam bukunya:

“Intinya , dakwah Habib Munz ir bertujuan memperkenalkan karak terNab i Muhammad di kalangan masyarakat Jakarta dan kota lainnya yangterlalu sibuk dengan k ehidupan duniaw i. Dengan dakwah in i diharapkanmunculnya gairah untuk mencintai dan membela sunnah-sunnah Nabi.Lambat laun tapi pasti, mereka akan menjad i laskar A llah, bukan laskaryang menyebarkan ajaran Nab i lewat jalur kekerasan, tetapi lewat teladanakh lak yang d icontohkan oleh Nabi .”35

M isi dakwah Habib Munzir sangat terka it dengan ajaran dakwah yangdidapatkan dari gurunya di Yaman, yaitu Habib Umar. Salah satu ciri utamadari dak wah Habib Umar adalah penghormatan yang tingg i kepada NabiMuhammad dan keturunannnya dengan cara melestarikan trad isi lamapara habaib yang sempat di larang oleh pemerintah Yaman di era rejimsosialis.36 Habib Umar mendirikan lembaga pendid ikan tradisiona l, DarulMustafa, yang punya perhatian besar pada dakwah. Beberapa habib yangpernah berguru ke Habib Umar menyatakan bahwa selama nyantri di DarulMustafa, mereka seringkali d ik irim untuk berdak wah k e beberapa desa diYaman. Setelah mereka selesai dari sekolah, para a lumn i juga diharapkanakt if untuk menyebarkan dak wah melalui berbaga i med ium, baik mela luilembaga pendidikan, ceramah, atau media. Habib Umar seringkali menga-dakan perjalanan k eli l ing dunia , khususnya d i Asia Tenggara, untukmemantau perkembangan dakwah para muridnya.

Kesuk sesan Hab ib Munz ir da lam berdak wah b isa d i faham i darikemampuannya untuk memobil isasi anak-anak muda untuk membantudan mendukung misi dakwahnya. Dengan slogan “mengubah Jakarta

Page 18: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

183Vo l. 14 No . 2 Desember 2018

men jadi kota Nabaw i”, Habib Munz ir mengajak para anak muda untukbergabung sebagai staf dan crew Majel is Rasulul lah. Para staf majelismenerima pengajaran khusus di sekretariat MR secara rutin dan memper-oleh upah dari pekerjaannya. Pendidikan agama berkesinambungan yangdiperoleh dari Habib Munzir membuat mereka istiqamah dan berdedikasiuntuk membantu p erjuangan dak wah sang Hab i b . Keak raban danpenghormatan kepada Habib Munzir bisa dilihat dari pangg ilan ‘habibana’(habib kami) atau ‘guru k ita’ yang d isematkan pada gurunya tersebut.

Para peng ikut MR, baik staf ataupun crew, berperan sebaga i eventorganizer dan produsen produk keagamaan. Mereka mensyiarkan dakwahMR lewat strateg i marketing dan merchandising. Menurut mereka, produk-produk MR sepert i buku agama , ba ju Musl im/Musl imah , jak et , danberbagai asesoris Islam adalah sarana untuk memperkenalkan ajaran Nabi.Di samping itu, keuntungan dari produk ini d igunakan untuk mendukungdak wah MR sekaligus pemberdayaan ekonomi bag i jemaah MR . Selainmerchandise, para peng ikut MR juga aktif mengadakan program keg iatanyang bertujuan mengga lang dana buat pengajian akbar di masa menda-tang , khususnya keg iatan tahunan Maulid Nabi yang membutuhkan biayabesar. Mereka, misalnya, mendorong sejum lah grup-gurup informal dibawah MR untuk berlomba-lomba mengumpulkan dana. Grup-gruptersebut antara lain: grup ziarah, grup kopdar, grup mi lis MR, grup helmMR (buat pengendara motor), dan grup lainnya. Ada pula sejum lah grupatau komunitas yang berdasarkan daerah sepert i MR Bekasi, MR Depok ,MR Cijantung , MR Cibubur, MR Cil incing , dst. Setiap grup memobilisasianggotanya dalam pencarian dana dan saling berkompetisi dengan gruplainnya. Salah satu contoh penggalangan dana adalah lewat keg iatan pro-gram ziarah di Jakarta dan Cipanas yang berlangsung tgl 12 Januari 2014 .Di mailing list MR diumumkan bahwa keg iatan tersebut, ditambah dengankeg iatan ‘Kopi Darat’, telah berhasi l mengumpulkan dana sek itar 20 jutarupiah.

Dalam pandangan para peng ikut MR, istiqamah pada Majelis Rasulullahbermakna sebagai pengabdian dan perjuangan untuk melanjutkan m isiNabi. Habib Munzir dan stafnya membingkai keg iatan keagamaan merekasebagai jalan untuk menyenangkan Nabi atau membuat Nabi bahag ia.Keg iatan tersebut, misalnya, dalam bentuk pembacaan k itab maulid yangberisi k isah dan pujian terhadap Nabi . Penekanan pada Dak wah Nabinampaknya menarik para anak muda di ibu kota. Dengan bergabung di

Page 19: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

184 AFKARUNA

MR, para peng ikut merasa sedang melanjutkan perjuangan dakwah Nabi.Ak tivisme ini menyediakan makna (meaning) bag i anak muda dalammengarung i k ehidupan dunia mereka. Bag i mereka , partisipasi tersebutakan membuahkan k eberkahan dalam hidup dan pertolongan syafa’at diakhirat. Apalag i meng ingat pimpinan majelis adalah keturunan Nabi yangberarti mampu mentransmisikan k eberkahan dari Nab i. Keberkahan inidiharapkan mampu mengatasi berbagai kesulitan hidup yang mereka alamiseperti masa lah kesehatan, masalah keluarga, masalah ekonomi, masalahujian sekolah dan masa lah lainnya.

K ESIM PULA NArtikel ini telah mengana lisis pandangan dan pengalaman para peng i-

kut Hab ib Munz ir di Jakarta. Ha l ini ada lah upaya untuk memahamimenaiknya pengaruh dan popularitas habaib muda di kalangan anak mudadi kota-kota besar. Penulis telah menunjukkan bahwa partisipasi anak mudadi majel is tak lim bukan hanya sebagai daya tarik sufisme atau revivalismespiritual, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa peneliti. Penulis berargu-men bahwa anak muda Muslim melihat MR bukan hanya sebagai wadahuntuk mengekspresikan kesa lehan , namun juga mengekspresikan ‘kemu-daan’ mereka . Daya tarik MR kepada anak muda tidak dapat dipisahkandari strategi sang habib yang memodifikasi secara kreatif dakwahnya mela-lui berbagai medium yang sesuai dengan k ebutuhan dan aspirasi paraanak muda kota. Medium tersebut mencakup penggunaan media baru(internet dan med ia sosial), logo, simbo l , merchandising , panggungpertunjukan, dan pendirian komunitas-komunitas peng ikut. Para peng ikutbukan hanya berpartisipasi untuk belajar agama , namun juga menikmati‘k esenangan’ lewat interaksi sosia l dengan rekan-rekan seperjuanganmereka d i ma jelis. O leh karena itu, studi ini memperkuat peran mediabaru dan budaya populer sebagai sarana untuk menarik anak muda keagama. Pada titik ini, Islam tradisional, yang biasanya diasosiasikan dengandoma in pedesaan, bisa tampi l modern dan stylish seh ingga mem ikatkalangan muda di perkotaan.

Studi in i juga menunjuk kan bahwa faktor tokoh tetap penting untukmenarik para peng ikut. Hal in i beresonansi dengan popularitas parapenceramah selebritis di Indonesia yang mengandalkan kemampuan publicspea king yang dimi l ik inya. Namun dem ik ian , Hab ib Munz ir mem il ik ikelebihan khusus, yaitu ia mengkomb inasikan aspek silsilah (sayyid) dan

Page 20: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

185Vo l. 14 No . 2 Desember 2018

kearaban, latar studi di Yaman (murid Habib Umar), dan popularisasi ‘Dak-wah Nabaw i’. Beberapa elemen in i menjadi moda l ku ltura l bag i HabibMunzir dan memperkuat otoritasnya di kalangan peng ikutnya. Para anakmuda mel ihat Habib Munzir sebagai wa li dan tokoh kharismatik , ulamaotoritat if, dan teladan akh lak Nabi yang darinya mereka mengambi lpelajaran, idola, dan berkah. Kebanyakan dari peng ikut dan jamaah MRberasa l dari kalangan ekonomi kelas bawah yang telah terpingg irkan olehmassifnya pembangunan kota , ket idakadilan ekonomi , dan mis-mana je-men kota . Anak-anak muda ini merasakan ketidakpast ian dan k etidaka-manan dalam hal masa depan mereka. Dengan ikut serta dalam majelishabaib dengan berbagai programnya, mereka menemukan ketenanganbatin, identitas kesalehan, dan harapan lewat doa-doa dan berkah habaibyang membuat mereka lebih kuat dan optimis dalam menjalani hidupdan menyongsong masa depan.

C ATATA N A K HIR1 Penulis adalah dosen Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Ia menyelesaikan studi doktoral di jurusan PerubahanSosial & Politik di Australian National University (ANU), Canberra, Austra-lia.

2 Lihat misalnya Rifki Rosyad, A Quest for True Islam: A Study of the IslamicResurgence Movement among the Youth in Bandung, Indonesia (Canberra: ANUE-Press, 1995); Salman, “The Tarbiyah Movement: Why People Join ThisIndonesian Contemporary Islamic Movement”. Studia Islamika, Vol. 13, No.2, (2006), hlm171-241; Noorhaidi Hasan, Laskar Jihad: Islam, Militancy, andthe Quest for Identity in Post-New Order Indonesia (Ithaca: Cornell SoutheastAsian Program, 2006); Greg Fealy, “Hizbut Tahrir in Indonesia: Seeking a‘Total’ Islamic Identity”, dalam S. Akbarzadeh & F. Mansouri. Islam and Po-litical Violence: Muslim Diaspora and Radicalism in the West (London: I.B. Tauris,2007); Syamsul Rijal, “Indoctrinating Muslim Youths: Seeking Certaintythrough An-Nabhanism”. Al-Jami’ah, Vol. 49, No. 2, (2011), hlm 253-280;Eva F. Nisa, “Embodied Faith: Agency and Obedience among Face-veiledUniversity Students in Indonesia”, The Asia Pacific Journal of Anthropology,Vol. 13, No. 4, (2012), hlm 366-381; Najib Kailani, “Forum Lingkar Pena andMuslim Youth in Contemporary Indonesia”. Review of Indonesian and Malay-sian Affairs, Vol. 46, No.1, (2012), hlm 33-53; Minako Sakai, “Preaching toMuslim Youth in Indonesia: The ‘Dakwah’ Activities of Habiburrahman ElShirazy”, Review of Indonesian and Malaysian Affairs, Vol. 46, No.1, (2012), hlm9-31.

3 Arif Zamhari dan Julia Day Howell, “Taking Sufism to the Streets: MajelisZikir and Majelis Shalawat as New Venues for Popular Islamic Piety in Indo-

Page 21: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

186 AFKARUNA

nesia”, Review of Indonesian and Malaysian Affairs, Vol. 46, No. 2, hlm 47-75.4 Ismail Fajrie Alatas, “Becoming Indonesians: The Ba’Alawi in the Interstices

of the Nation”, Die Welt de Islams, Vo. 51 (2011), hlm 45-74.5 Ibnu Fuad Almusawa, Meniti Jalan Pemuda Nabawi: Biografi Pendiri Majelis

Rasulullah Saw Habib Munzir bin Fu’ad Almusawa (Jakarta: Majelis Rasulullah,2014), hlm 5.

6 Ismail Fajrie Alatas, Securing Their Place: The Ba’alawi, Prophetic Piety and Is-lamic Resurgence. MA Thesis. National University of Singapore, (2008), hlm96.

7 Wawancara, Tim IT Majelis Rasulullah, 5 Oktober 2013.8 Ahmad Fadhli, Ulama Betawi (Studi tentang Jaringan Ulama Betawi dan

Kontribusinya terhadap Perkembangan Islam Abad ke-19 dan 20) (Jakarta:Manhalun Nasyi-in Press. 2011), hlm 59.

9 Wawancara, Indry, 19 Oktober 2013.10 Kemendagri. “Profil Propinsi DKI Jakarta”, diakses pada tgl 5 Januari 2015,

dari http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/provinsi/detail/31/dki-jakarta

11 Roman Cybrwsky & Larry R. Ford, “City Profile: Jakarta”, Cities, Vol. 8, No.3, hlm 199-210.

12 Bappeda Jakarta. “Statistik kemiskinan”, diakses pada tgl 5 Januari 2015, darihttp://bappedajakarta.go.id/?page_id=1124

13 Lyn Parker & Pam Nilan, Adolescents in Contemporary Indonesia (New York:Routledge, 2013).

14 Atmodiwirjo, “The Use of Urban Public Places in Jakarta for Adolescents’Hanging Out”, Journal of Asian Architecture and Building Engineering, Vo. 7, No.2, (2008), hlm. 345.

15 Parker & Nilan, Adolescents in Contemporary Indonesia.16 Manja Stephan, “Education, Youth, and Islam: The Growing Popularity of

Private Religious Lessons in Dushanbe, Tajikistan”, Central Asian Survey, Vol.29, No. 4, (2010), hlm 475; B. Bradford Brown & Reed W. Larson, “TheKaleidoscope of Adolescence: Experiences of the Worlds Youth at the Begin-ning of the 21st Century”, dalam B. Bradford Brown, Reed W. Larson, andSaraswathi (Eds.). The World’s Youth: Adolescence in Eight Regions of the Globe(Cambridge: Cambridge University Press, 2002), hlm 9-10.

17 Ben White, “Generation and Social Change: Indonesian Youth in Compara-tive Perspective”, dalam Kathryn Robionson, Youth Identities and Social Trans-formations in Modern Indonesia (Leiden: Brill, 2015), p. 14.

18 G.S. Colin, Encyclopedia of Islam (Leiden: E.J. Brill,1978), hlm 1032.19 Liyakat N. Takim, The Heirs of the Prophet: Charisma and Religious Authority in

Shi’ite Islam (Albany: State University of New York Press, 2006), hlm 45.20 Joseph W. Meri, “Aspects of Baraka (Blessings) and Ritual Devotion Among

Medieval Muslims and Jews”, Medieval Encounters, Vol. 5, No.1, (1999), hlm46-69.

21 Sumit K. Mandal, “Popular Sites of Prayer, Transoceanic Migration, and

Page 22: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

187Vo l. 14 No . 2 Desember 2018

Cultural Diversity: Exploring the Significance of Keramat in Southeast Asia”,Modern Asian Studies, Vol. 46, No. 2, (2012), hlm 357.

22 Kominfo, “Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang”, (2013), diaksespada tgl 5 Januari 2015, dari http://kominfo.go.id/index.php/content/de-tail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+-Orang/0/berita_satker

23 Parker & Nilan, Adolescents in Contemporary Indonesia, hlm.166.24 https://www.facebook.com/Majelis-Rasulullah-SAW, diakses pada tgl 30 Sep-

tember 2013.25 Emile Durkheim, “The Elementary Forms of Religious Life”, dalam Michael

Lambek (Ed.). A Reader in the Anthropology of Religion, (London: Blackwell,2002), hlm 34-47.

26 Mara Einstein, Brands of Faith: Marketing Religion in Commercial Age (Londonand New York: Routledge, 2008), hlm. 71-72.

27 Julian Millie, “Islamic Preaching and Women’s Spectatorship in West Java”.The Australian Journal of Anthropology, Vol. 22, No. 2, (2011), hlm 156.

28 Asef Bayat, Being Young and Muslim: New Cultural Politics in the Global Southand North (New York: Oxford University Press, 2010), hlm 8.

29 Ibid, hlm 28.30 Wawancara, Syaiful Anwar, 16 Desember 2013.31 Wawancara, Puput, 20 September 2013.32 Tim Milist MR, Mengenal Lebih Dekat Habib Munzir Almusawa (Jakarta: Majelis

Rasulullah SAW, 2013), hlm. 42.33 Pierre Bourdieu, “The Forms of Capital”, diterjemahkan oleh Richard Nice,

dalam Handbook of Theory of Research for the Sociology of Education (T.t:Greenword Press). Lihat juga David Swartz, “Bridging the Study of Cultureand Religion: Pierre Bourdieu’s Political Economy of Symbolic Power”, Soci-ology of Religion, Vol. 57, No. 1, (1996), hlm 71-85; Terry Rey, “Marketing theGoods of Salvation: Bourdieu on Religion”, Religion, 34, (2004), hlm 331-343.

34 Wawancara, Syaiful Anwar, 16 Desember 2013.35 Guntur & Tim Majelis Rasulullah, Habib Munzir Menanam untuk Para Kekasih

Rasulullah (Jakarta: Qultum Media, 2013), hlm 31.36 Alexander Knysh, “The Tariqa on a Landcruiser: The Resurgence of Sufism

in Yemen”, The Middle East Journal, Vol. 55, No. 3, (2001), hlm. 408.

D A FTAR PUSTA K AAlatas, I.F. 2008. Securing Their Place: The Ba’alawi, Prophetic Piety and Islamic Re-

surgence. MA Thesis. National University of Singapore.————. 2011. Becoming Indonesians: The Ba’Alawi in the Interstices of the Na-

tion. Die Welt de Islams, 51, 45-74.Atmodiwirjo, P. 2008. The Use of Urban Public Places in Jakarta for Adoles-

cents’ Hanging Out. Journal of Asian Architecture and Building Engineering, 7(2),339-346.

Page 23: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

188 AFKARUNA

Bayat, A. 2010. Being Young and Muslim: New Cultural Politics in the Global Southand North. New York: Oxford University Press.

Bourdieu, P. 1986. The Forms of Capital. Translated by Richard Nice. DalamHandbook of Theory of Research for the Sociology of Education. N.p.: GreenwordPress.

Brown, B.B. & Larson, R.W. 2002. The Kaleidoscope of Adolescence: Experi-ences of the Worlds Youth at the Beginning of the 21st Century. Dalam B.B.Brown, R.W. Larson, and T.S. Saraswathi (Eds.). The World’s Youth: Adoles-cence in Eight Regions of the Globe. Cambridge: Cambridge University Press.

Bunell, T. & Miller, M.A. 2011. Jakarta in Post-Suharto Indonesia:Decentralisation, Neo-Liberalism and Global City Aspiration. Space and Pol-ity, 15(1), 35-48.

Cybrwsky, R. & Ford, L.R., “City Profile: Jakarta”, Cities 8(3), hlm 199-210.Durkheim, E. 2002. The Elementary Forms of Religious Life. In M. Lambek

(Ed.). A Reader in the Anthropology of Religion (pp. 34-47). London: Blackwell.Einstein, M. 2008. Brands of Faith: Marketing Religion in Commercial Age. London

and New York: Routledge.Fadhli, A. 2011. Ulama Betawi (Studi tentang Jaringan Ulama Betawi dan Kontribusinya

terhadap Perkembangan Islam Abad ke-19 dan 20. Jakarta: Manhalun Nasyi-inPress.

Fealy, G. 2007. Hizbut Tahrir in Indonesia: Seeking a ‘Total’ Islamic Identity.Dalam S. Akbarzadeh & F. Mansouri. Islam and Political Violence: MuslimDiaspora and Radicalism in the West. London: I.B. Tauris.

Hasan, N. 2006. Laskar Jihad: Islam, Militancy, and the Quest for Identity in Post-NewOrder Indonesia. Ithaca: Cornell Southeast Asian Program.

Kailani, N. 2012. Forum Lingkar Pena and Muslim Youth in Contemporary In-donesia. Review of Indonesian and Malaysian Affairs 46 (1), 33-53.

Knysh, A. 2001. The Tariqa on a Landcruiser: The Resurgence of Sufism in Yemen.The Middle East Journal, 55(3), 399-414.

Mandal, S.K. 2012. Popular Sites of Prayer, Transoceanic Migration, and Cul-tural Diversity: Exploring the Significance of Keramat in Southeast Asia.Modern Asian Studies, 46(2), 355-372. (2011).

Meri, J.W. 1999. Aspects of Baraka (Blessings) and Ritual Devotion Among Me-dieval Muslims and Jews. Medieval Encounters, 5(1), 46-69.

Millie, J. 2011. Islamic Preaching and Women’s Spectatorship in West Java”. TheAustralian Journal of Anthropology, 22(2), 151-169.

Nisa. E.F. 2012. “Embodied Faith: Agency and Obedience among Face-veiledUniversity Students in Indonesia”, The Asia Pacific Journal of Anthropology, 13:4, 366-381.

Parker, L. & Nilan, P. 2013. Adolescents in Contemporary Indonesia. New York:Routledge.

Rey, T. 2004. Marketing the Goods of Salvation: Bourdieu on Religion. Religion,34, 331-343.

Rijal, S. 2011. Indoctrinating Muslim Youths: Seeking Certainty through An-

Page 24: J F RU V ecinta - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45880/2/Artikel...contoh. Mereka memotret maraknya majelis zikir para habaib di Jakarta

189Vo l. 14 No . 2 Desember 2018

Nabhanism. Al-Jami’ah, 49 (2), 253-280.Rosyad, R. 1995. A Quest for True Islam: A Study of the Islamic Resurgence Movement

among the Youth in Bandung, Indonesia. Canberra: ANU E-Press.Sakai, M. 2012. “Preaching to Muslim Youth in Indonesia: The ‘Dakwah’ Activi-

ties of Habiburrahman El Shirazy”, Review of Indonesian and Malaysian Affairs,46(1), 9-31.

Swartz, D.1996. Bridging the Study of Culture and Religion: Pierre Bourdieu’sPolitical Economy of Symbolic Power. Sociology of Religion, 57(1), 71-85.

Takim, L. N. 2006. The Heirs of the Prophet: Charisma and Religious Authority inShi’ite Islam. Albany: State University of New York Press.

Tim Milist MR. 2013. Mengenal Lebih Dekat Habib Munzir Almusawa. Jakarta:Majelis Rasulullah SAW.

White, B. 2015. “Generation and Social Change: Indonesian Youth in Com-parative Perspective”. Kathryn Robionson, Youth Identities and Social Transfor-mations in Modern Indonesia. Leiden: Brill.

Zamhari, A. & Howell, J.D. 2012. Taking Sufism to the Streets: Majelis Zikir andMajelis Shalawat as New Venues for Popular Islamic Piety in Indonesia. Re-view of Indonesian and Malaysian Affairs, 46(2), 47-75.

Websites:Bappeda Jakarta. 2014. Statistik kemiskinan. Diakses pada tgl 5 Januari 2015, dari

http://bappedajakarta.go.id/?page_id=1124Isparmo. 2014. Data Statistik Pengguna Facebook 2014 di Indonesia. Diakses pada tgl

5 Januari 2015, dari http://isparmo.web.id/2014/10/14/data-statistik-pengguna-facebook-2014-di-indonesia/

Kemendagri. T.t. Profil Propinsi DKI Jakarta. Diakses pada tgl 5 Januari 2015, darihttp://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/provinsi/detail/31/dki-jakarta

Kominfo. 2013. Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang. Diakses pada tgl 5Januari 2015, dari http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker

WawancaraIndry Rahmawati, 19 Oktober 2013Puput, 20 September 2013Syaiful Anwar, 16 Desember 2013Tim IT Majelis Rasulullah, 5 Oktober 2013.