Upload
lecong
View
259
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEDOMAN PENYULUHAN I
PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH AGAMA ISLAM
DEPARTEMEN AGAMA RI
DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN AGAMA ISLAM
BAGIAN PROYEK PENINGKATAN TENAGA KEAGAMAAN PENYULUH AGAMA
TAHUN 2002
PETUNJUK TEKNIS
JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH AGAMA ISLAM
Naskah asli (terbitan pertama - 2000)
Disusun oleh
Pengarah:
DR. H.M Bambang Pranowo
Ketua:
Drs. H. M. Syamsuddin
Sekretaris:
Drs. H. Hadjuli
Anggota:
Drs. H. Thoha Muchsin, Drs. Mustain,
Drs. H. Nadjmuddin, Drs. A. Buwaethy, Afrizal
Terbitan/cetakan ketiga 2002
dengan perubahan/revisi.
DEPARTEMEN AGAMA RI
DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN AGAMA ISLAM
BAGIAN PROYEK PENINGKATAN TENAGA KEAGAMAAN PENYULUH AGAMA
TAHUN 2002
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sejak terbitnya Keputusan Menko Wasbangpan nomor 54 tahun 1999 tentang Jabatan
Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya dan Keputusan Bersama Menteri Agama dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 574 tahun 1999 dan nomor 178 tahun 1999 telah
dapat menyusun dan menerbitkan buku ―PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH AGAMA ISLAM―.
Buku PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH AGAMA ISLAM ini
merupakan terbitan/cetakan ketiga tahun anggaran 2002, cetakan pertama terbitan tahun anggaran
2000.
Untuk memenuhi kebutuhan penyuluh Agama Islam, maka Bagian Proyek Peningkatan
Tenaga Keagamaan Penyuluh Agama Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan
Pemberdayaan Masjid mencetak ulang kembali untuk terbitan ketiga.
Mudah-mudahan dengan terbitan yang ketiga tahun anggaran 2002 buku ini akan lebih
sempurna yang pada gilirannya benar-benar dapat dimanfaatkan bagi pembinaan pelaksanaan
jabatan fungsional penyuluh agama dan angka kreditnya, khususnya Penyuluh Agama Islam.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juli 2002
Pemimpin Bagian Proyek
Peningkatan Tenaga Keagamaan
Penyuluh Agama Islam
H. Solahuddin Ahmad, SE
Nip. 150 234 913
KATA SAMBUTAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sebagai tindak lanjut Keputusan Menteri Koordinator Pengawasan Pembangunan dan
Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 54 tahun 1999 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh
Agama dan Angka Kreditnya, serta Keputusan Bersama Menteri Agama dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 574 dan 178 tahun 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya adalah menyusun PETUNJUK TEKNIS
JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH AGAMA.
Maka, untuk pelaksanaan secara teknis baik bagi penyuluh agama itu sendiri maupun pejabat
yang terkait sangatlah dibutuhkan petunjuk teknis jabatan fungsional penyuluh agama dalam
pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan.
Sambil menunggu keputusan Menteri Agama tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional
Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya, kami berharap petunjuk teknis jabatan fungsional
penyuluh agama Islam ini dapat dipergunakan sebagai acuan dalam pembinaan dan pelaksanaan
jabatan fungsional penyuluh Agama Islam.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Juli 2002
Direktur Pendidikan Agama Islam
Pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid
DR. H. YUSNAR YUSUF, MS
Nip. 150189454
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR. ...................................................................................................... i
KATA SAMBUTAN. ........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI. ..................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN. .......................................................................................... 1
A. Umum ......................................................................................................... 1
B. Tujuan ......................................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup ........................................................................................... 2
D. Pengertian ................................................................................................... 3
BAB II TINGKAT JABATAN, BIDANG
KEDUDUKAN DAN KELOMPOK
SASARAN PENYULUH AGAMA. .............................................................. 13
A. Tingkat Jabatan dan Angka Kredit
Kumulatif .................................................................................................... 13
B. Bidang Penyuluh Agama ............................................................................ 14
C. Kedudukan dan Pejabat Penilai DP3
Penyuluh Agama ......................................................................................... 16
D. Penugasan dan Penetapan Lokasi/
Sasaran Binaan ............................................................................................ 20
E. Jenis Kelompok Sasaran/
Binaan Penyuluh Agama ............................................................................ 25
F. Pembentukan Kelompok Binaan ................................................................ 27
BAB III RINCIAN TUGAS POKOK
PENYULUH AGAMA BERDASARKAN
JENJANG JABATAN .................................................................................... 28
A. Rincian kegiatan Penyuluh Agama
Terampil ...................................................................................................... 28
B. Rincian kegiatan Penyuluh
Agama Ahli ................................................................................................. 31
BAB IV PENILAIAN DAN PENETAPAN
ANGKA KREDIT JABATAN
FUNGSIONAL PENYULUH AGAMA. ...................................................... 39
A. Tim Penilai .................................................................................................. 39
B. Tatacara Pengusulan, Penilaian dan
Penetapan Angka Kredit ............................................................................. 50
BAB V PELAKSANAAN PENGANGKATAN
KENAIKAN PANGKAT, PEMBEBASAN
SEMENTARA, PENGANGKATAN
KEMBALI DAN PEMBERHENTIAN
DALAM JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH AGAMA. .................................................................................. 65
A. Penyesuaian (Inpassing) Jabatan
Fungsional Penyuluh Agama ...................................................................... 65
B. Pengangkatan Pertama Kali ....................................................................... 71
C. Pengangkatan dari Jabatan Lain ke dalam Jabatan Fungsional
Penyuluh Agama ......................................................................................... 76
D. Pemindahan Pejabat Fungsional
Penyuluh Agama ......................................................................................... 77
E. Kenaikan Jabatan/Pangkat
Penyuluh Agama ........................................................................................ 78
F. Pembebasan Sementara dan
Pengangkatan Kembali ............................................................................... 81
G. Pemberhentian dari Jabatan
Penyuluh Agama ......................................................................................... 84
BAB VI PENUTUP. ...................................................................................................... 86
LAMPIRAN. ...................................................................................................................... 87
BAB I
PENDAHULUAN
A. UMUM
1. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil antara lain dinyatakan bahwa untuk meningkatkan
mutu profesionalisme dan Pembinaan karir pegawai negeri sipil perlu ditetapkan jabatan
fungsional.
2. Sebagai pelaksanaan dari ketentuan peraturan pemerintah tersebut telah di keluarkan
keputusan presiden nomor 87 Tahun 1999 tentang rumpun jabatan fungsional Pegawai
Negeri Sipil yang antara lain menetapkan bahwa penyuluh agama adalah jabatan
fungsional Pegawai Negeri yang termasuk dalam rumpun jabatan keagamaan.
3. Berdasarkan keputusan Menkowasbangpan Nomor: 54/KEP/MK.WASPAN/9/1999
Tanggal 30 September 1999 telah ditetapkan jabatan fungsional penyuluh agama dan
angka kreditnya dan untuk pengaturan lebih lanjut telah dikeluarkan keputusan bersama
Menteri Agama dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: 574 Tahun 1999 dan
Nomor: 178 Tahun 1999.
Dalam keputusan ini telah diatur hal-hal yang berkenaan dengan pengangkatan,
penilaian, penetapan angka kredit, kenaikan pengkat, pembebasan sementara,
pengangkatan kembali dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dari jabatan fungsional
Penyuluh Agama.
4. Untuk mengatur teknis pelaksanaan SKB Menteri Agama dan Kepala BKN Nomor: 574
Tahun 1999 dan Nomor 178 Tahun 1999 tersebut, perlu disusun Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Agama.
B. TUJUAN
Petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional Penyuluh Agama dan angka kreditnya ini
dimaksudkan untuk menjadi pedoman Penyuluh Agama Islam dan pejabat lain yang terkait
agar ada kesatuan bahasa dan pengertian dalam melaksanakan ketentuan jabatan fungsional
Penyuluh Agama.
C. RUANG LINGKUP
Petunjuk teknis ini diberlakukan untuk penyuluh Agama Islam dilingkungan Departemen
Agama meliputi:
1. Bidang pelayanan, kedudukan dan kelompok sasaran Penyuluh Agama;
2. Teknis Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Penyuluh Agama;
3. Teknis Pelaksanaan Pengangkatan, Kenaikan Pangkat, Pembebasan Sementara, dan
pemberhentian dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Pemensiunan.
D. PENGERTIAN
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:
1. Penyuluh agama adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, dan
wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
bimbingan keagamaan dan penyuluhan pembangunan melalui bahasa agama.
2. Instansi pembina jabatan fungsional Penyuluh Agama adalah Departemen Agama.
3. Angka kredit adalah suatu angka yang diberikan berdasarkan penilaian atas prestasi yang
telah dicapai oleh seorang Penyuluh Agama dalam melaksanakan butir-butir rincian
kegiatan yang telah ditetapkan yang dapat di pergunakan sebagai salah satu syarat untuk
pengangkatan dan kenaikan jabatan/pangkat Penyuluh Agama.
4. Tim penilai angka kredit adalah tim penilai yang membantu pejabat yang berwenang
dalam rangka penetapan angka kredit.
5. Penilaian adalah penentuan derajat kualitas berdasarkan kriteria (tolak ukur) yang di
tetapkan.
6. Kelompok sasaran adalah kelompok atau anggota masyarakat yang berada dalam suatu
wilayah kerja seseorang penyuluh agama.
7. Kelompok binaan adalah unsur kelompok masyarakat yang berada dalam kelompok
sasaran yang telah terbentuk dalam suatu kelompok yang teroganisir dalam jumlah 10-20
orang dan telah memiliki program pembinaan yang terarah dan sistematis.
8. Pemberian konsultasi adalah kegiatan penyuluh agama memberikan konsultasi terhadap
permasalahan keagamaan dalam pembangunan melalui bahasa agama yang dihadapi
masyarakat baik secara perorangan maupun secara kelompok, misalnya: di bidang
sengketa tanah, waqaf, sengketa rumah tangga dan lain-lain.
9. Koordinator Penyuluh Agama adalah seorang Penyuluh Agama yang diberi tugas,
tanggung jawab, dan wewenang untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan Penyuluh
Agama di masing-masing unit kerja yang meliputi penyusunan program pelaksanaan, dan
pelaporan penyuluhan termasuk pelayanan penilaian angka kredit.
10. Kriteria penilaian adalah ukuran atau ketentuan yang harus digunakan bagi penilaian
kegiatan atau prestasi kerja Penyuluh Agama sebagai dasar untuk penetapan angka
kredit.
11. Kegiatan yang bersifat penugasan adalah kegiatan yang bukan tugas pokoknya namun
karena kedinasan tugas tersebut harus terlaksanan tetapi Pejabat Penyuluh Agama yang
seharusnya melaksanakan tugas tersebut tidak ada, maka Penyuluh Agama yang ada
dengan surat tugas dari pimpinan di haruskan melaksanakan tugas tersebut.
12. Prestasi kerja adalah hasil kerja dan kemajuan yang telah dicapai seorang penyuluh
agama selain bidang tugasnya.
13. Pendidikan dan pelatihan kedinasan adalah upaya peningkatan dan atau pemantapan
wawasan, pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan yang sesuai dengan profesi
penyuluh agama dan bermanfaat dalam pelaksanaan tugas Penyuluh Agama.
14. Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan kedinasan adalah surat tanda tamat
pendidikan dan pelatihan yang diperoleh penyuluh agama karena mengikuti pelatihan
kedinasan.
15. Pengembangan profesi, adalah kegiatan penyuluh agama dalam rangka pengamalan ilmu
pengetahuan, teknologi dan keterampilan untuk meningkatkan mutu baik bagi kegiatan
bimbingan dan penyuluhan dan profesionalisme tenaga penyuluh maupun dalam rangka
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi penyuluh agama.
16. Penelitian, adalah kegiatan penyelidikan yang dilakukan menurut prestasi ilmiah yang
sistematik untuk menemukan informasi ilmiah dan atau teknologi yang baru, membukti-
kan kebenaran atau ketidakbenaran liputan sehingga dapat dirumuskan teori dan atau
proses gejala alam dan atau sosial.
17. Metode ilmiah penelitian dan pengembangan adalah suatu cara pelaksanaan yang
sistematik dan obyektif yang mengikuti tahap-tahap:
a. Melakukan observasi dan menetapkan masalah dan tujuan
b. Menyusun kapasitas
c. Menyusun rancangan penelitian
d. Melaksanakan percobaan berdasarkan metode yang direncanakan
e. Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data
f. Menganalisis dan menginterprestasikan data dan
g. Merumuskan kesimpulan dan atau teori.
18. Makalah hasil penelitian, adalah suatu karya tulis yang disusun oleh seorang atau
kelompok orang yang membahas suatu pokok bahasan yang merupakan hasil penelitian
di bidang bimbingan dan penyuluhan agama atau pembangunan.
19. Makalah berupa tinjauan/ulasan ilmiah, adalah suatu karya tulis yang disusun oleh
seseorang yang membahas suatu pokok bahasan yang merupakan tinjauan/ulasan ilmiah
di bidang bimbingan/penyuluhan Agama atau pembangunan.
20. Pengembangan adalah kegiatan tindak lanjut penelitian untuk mendapatkan informasi
tentang cara-cara mempergunakan teori-teori dan atau proses-proses untuk tujuan-tujuan
praktis.
21. Karya tulis ilmiah yang dipublikasikan adalah informasi ilmiah yang diterbitkan oleh
suatu penerbit yang memiliki dewan redaksi atau lembaga pemerintah dan
disebarluaskan kepada masyarakat.
22. Majalah ilmiah yang diakui Departemen yang bersangkutan adalah majalah yang
memenuhi persyaratan tertentu yang ditertapkan sebagai majalah ilmiah oleh pejabat
dilingkungan Departemen yang serahi tugas itu.
23. Pertemuan ilmiah adalah pertemuan yang membahas perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
24. Buku pelajaran adalah bahan/materi pelajaran yang dituangkan secara tertulis dalam
bentuk buku yang digunakan sebagai pegangan belajar dan mengajar baik sebagai
pegangan pokok maupun pelengkap.
25. Modul adalah materi pelajaran yang disusun dan disajikan secara tertulis sedemikian
rupa sehingga pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut.
26. Penulis utama adalah seorang yang memprakarsai penulisan, memiliki ide tentang hal
yang akan ditulis, pembuat outline, penyusunan konsep tulisan hingga nama yang ber-
sangkutan tertera pada urutan pertama atau bersangkutan dinyatakan secara jelas sebagai
penulis utama.
27. Penulis pembantu adalah seorang yang memberikan bantuan kepada penulis utama,
misalnya dalam hal pengumpulan data, analisis data, penyempurnaan konsep/penam-
bahan bahan materi dan penyunting.
28. Ilmu pengetahuan, adalah kumpulan pengetahuan hasil penelitian dengan menggunakan
metode ilmiah penelitian dan pengembangan yang memberikan pamahaman informasi
tentang gejala-gejala alam dan sosial.
29. Teknologi tepat guna, adalah teknologi yang menggunakan sumberdaya yang ada untuk
memecahkan masalah yang dihadapi/ada secara berdayaguna dan berhasil guna atau
untuk pelaksanaan tugas sehari-hari menjadi lebih mudah, murah, dan sederhana.
30. Karya seni adalah suatu proses kreatif dalam bidang kesenian yang dilandasi oleh
pengamatan dan penghayatan dengan melibatkan cipta, rasa dan karsa, antara lain berupa
hasil seni lukis, seni patung, seni grafis, seni keramik, seni musik, seni karawitan, seni
pendalangan, seni teater, seni kriya, seni kaligrafi, dan khat.
31. Karya seni monumental adalah hasil karya senin/desain untuk meningkatkan wibawa
lingkungan sekurang-kurangnya tingakat kabupaten/kotamadaya, sesuai dengan nilai
yang dikaitkan dengan tempat peristiwa, atau pribadi yang bersangkutan yang didukung
oleh aspirasi lingkungan.
32. Pengabdian pada masyarakat adalah kegiatan penyuluh agama dalam rangka pengamalan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian untuk peningkatan wawasan, pengetahuan,
nilai dan sikap, keterampilan serta kegiatan dan kesejahteraan masyarakat.
33. Pendukung penyuluhan adalah kegiatan pengawas sekolah yang dapat menunjang
penyelenggaraan tugas, wewenang dan tanggungjawab penyuluh agama.
34. Seminar adalah salah satu bentuk pertemuan ilmiah untuk membahas masalah tertentu
dalam bidang bimbingan dan penyuluhan agama/pembangunan untuk memperoleh suatu
kesimpulan.
35. Lokakarya adalah salah satu bentuk pertemuan untuk membahas masalah tertentu dalam
bidang Bimbingan dan Penyuluhan Agama untuk memperoleh hasil tertentu yang perlu
ditindaklanjuti.
36. Keanggotaan dalam organisasi profesi adalah ke dudukan seorang Penyuluh Agama
dalam organisasi yang bertujuan meningkatkan kemampuan profesionalnya, yang
dibuktikan dengan kartu anggota atau keputusan dari pejabat yang berwenang.
37. Kepengurusan dalam kegiatan kemasyarakatan adalah kedudukan dalam kepengurusan
seseorang penyuluh agama dalam organisasi kemasyarakatan yang telah melembaga, dan
dibuktikan dengan kartu anggota atau keputusan pejabat yang berwenang.
38. Menjadi delegasi pertemuan ilmiah adalah mengikuti pertemuan ilmiah sebagai wakil
negara atau propinsi atau kabupaten/kotamadya atau kelompok profesional dalam ranka
pengembangan atau saling tukar informasi ilmu pengetahuan.
39. Mengikuti seminar/lokakarya adalah mengikuti pertemuan kerja bidang bimbingan
penyuluh Agama/pembangunan dalam rangka memperoleh dan meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan memberikan saran yang dapat menunjang
dalam memecahkan masalah yang dibahas, serta mempererat tali persaudaraan sesama
peserta dan profesi.
40. Menjadi delegasi pertemuan keagamaan adalah mengikuti pertemuan keagamaan sebagai
wakil negara atau propinsi atau kabupaten atau kelompok profesional dalam rangka
pengembangan atau saling tukar informasi masalah-masalah keagamaan.
41. Tafsir tematis adalah penjelasan atau urutan tentang tema-tema tertentu yang berkait
dengan bahan bimbingan atau penyuluhan.
BAB II
TINGKAT JABATAN, BIDANG, KEDUDUKAN
DAN KELOMPOK SASARAN PENYULUH AGAMA
A. TINGKAT JABATAN DAN ANGKA KREDIT KUMULATIF
Jenjang jabatan Penyuluh Agama dan angka kredit kumulatif minimal yang harus dipenuhi
oleh setiap Penyuluh Agama untuk dapat dipertimbangkan pengangkatan dan kenaikan
jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi adalah:
B. BIDANG PENYULUH AGAMA
1. Bidang penyuluh Agama terdiri dari lima, yaitu:
a. Bidang penyuluh Agama Islam
b. Bidang penyuluh Agama Protestan
c. Bidang penyuluh Agama Katolik
d. Bidang penyuluh Agama Hindu
e. Bidang penyuluh Agama Budha
2. Pengembangan Bidang Spesialisasi Penyuluh Agama
a. Bidang penyuluhan agama Islam dapat dikembangkan kepada spesialisasi tertentu,
Contoh: Penyuluh Agama Ahli Bidang Zakat atau Bidang Pembinaan Ekonomi
dengan Bahasa Agama Islam.
b. Penetapan Spesialisasi Bidang Penyuluh Agama dilakukan oleh pejabat yang
berwenang setelah melalui proses seleksi kemampuan, pengalaman, dan ijasah yang
dimiliki Penyuluh Agama yang bersangkutan.
3. Teknis Penetapan Bidang Penyuluhan Agama
a. Penentuan Bidang Penyuluh Agama disesuaikan dengan Agama yang dianut oleh
penyuluh Agama yang bersangkutan dan spesialisasi pendidikan keagamaan yang
dimilikinya.
Contoh:
Drs. Ahmad, beragama Islam, pendidikan S-1 Agama Islam. Oleh karena yang
bersangkutan memiliki syarat untuk diangkat menjadi penyuluh agama. Maka bidang
Penyuluh Agama yang dicantumkan dalam keputusan pengangkatannya adalah Islam.
b. Perpindahan bidang penyuluh agama tertentu kebidang penyuluh agama lain tidak
dapat dilakukan.
C. KEDUDUKAN DAN PEJABAT PENILAI DP3 PENYULUH AGAMA
1. Kedudukan Penyuluh Agama
Kedudukan penyuluh Agama adalah Satuan Administrasi Pangkal (Satminkal) unit kerja
pelaksanaan tugas sehari-hari adalah:
a. Tingkat Kandepag Kab/Kota yang selanjutnya disebut tingkat Kab/Kota yaitu Satuan
Administrasi Pangkal (Satminkal) unit kerjanya adalah seksi Penamas/TOS pada
Kandepag Kab/Kota yang bersangkutan. Penyuluh Agama tingkat Kab/Kota mem-
punyai tugas, tanggungjawab wewenang dan hak secara penuh dalam melakukan
kegiatan bimbingan dan penyuluhan Agama dan pembangunan melalui bahasa agama
pada kelompok sasaran masyarakat yang bersifat antar kecamatan dan instansi dalam
lingkungan kabupaten yang bersangkutan. Contoh: masyarakat perkotaan yang
bersangkutan, binaan khusus.
b. Tingkat Kanwil Depag Propinsi/Daerah Khusus/Daerah Istimewa yang selanjutnya
disebut tingkat propinsi yaitu Satuan Administrasi Pangkal (Satminkal)/unit kerjanya
adalah bidang Penamas/TOS pada Kanwil Dep. Agama Propinsi yang bersangkutan.
Penyuluh Agama Tingkat Propinsi mempunyai tugas, tanggungjawab, wewenang dan
hak secara penuh dalam melakukan kegiatan bimbingan atau penyuluhan Agama dan
pembangunan melalui bahasa agama pada kelompok sasaran masyarakat yang
bersifat antar/lintas kabupaten dan instansi tingkat propinsi yang bersangkutan.
c. Tingkat Departemen yang selanjutnya disebut tingkat pusat yaitu Satuan Administrasi
Pangkal (Satminkal) unit kerjanya adalah Direktorat Pendidikan Agama Islam pada
Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid Ditjen Kelembagaan Agama Islam
Departemen Agama. Penyuluh Agama Tingkat Pusat, mempunyai tugas, tanggung
jawab, wewenang secara penuh dalam melakukan kegiatan bimbingan dan
penyuluhan Agama dan pembangunan melalui bahasa agama pada kelompok
sasarannya bersifat nasional dan internasional atau instansi pemerintah/swasta tingkat
pusat.
d. Tingkat Instansi lain yaitu Satuan Administrasi Pangkal (Satminkal) unit kerjanya
adalah pada masing-masing instansi Penyuluh Agama Tingkat Instansi mempunyai
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak untuk secara penuh dalam melakukan
kegiatan penyuluhan agama khusus kepada pegawai/karyawan suatu instansi
termasuk kepada pegawai/karyawan cabang/perwakilan Departemen/LPND Tk.
Pusat/Daerah dan Pemda Tingkat Propinsi atau kabupaten serta BUMN dan instansi
lain yang memerlukan.
2. Pejabat Penilai DP3
Pejabat yang berwenang melakukan Penilaian/Pejabat penilai dan atasan Pejabat Penilai
dalam membuat Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) bagi Penyuluh Agama
adalah sebagai berikut:
a. Penyuluh Agama Tingkat Kab/Kota
1) Penyuluh Agama Terampil Pelaksana golongan ruang IIb s/d IId pejabat Penilai
DP3 adalah Kasi penamas/TOS dan atasan pejabat penilai adalah Kepala
Kandepag Kab/Kota yang bersangkutan.
2) Penyuluh Agama Terampil Pelaksana Lanjutan s/d Penyuluh Agama Terampil
Penyelia, golongan ruang III/a s/d III/d dan Penyuluh Agama Ahli Pertama
golongan ruang III/a s/d III/d dan Penyuluh Agama Ahli Muda golongan ruang
III/c, III/d pejabat penilai DP3 adalah Kasie Penamas/TOS dan atasan Pejabat
Penilai dalah Kakandepag Kab/Kota yang bersangkutan.
3) Penyuluh Agama Ahli Madya golongan ruang IV/a s/d IV/c. Pejabat Penilai DP3
adalah Kepala Kandepag Kab/Kota dan atasan Pejabat Penilai adalah Kepala
Kanwil Depag Propinsi yang bersangkutan.
b. Penyuluh Agama Tingkat Propinsi
1) Penyuluh Agama Terampil Pelaksana golongan ruang II/b s/d II/d pejabat penilai
DP3 adalah Kepala seksi penyuluhan/TOS atasan pejabat Kepala penilai adalah
Kepala Bidang Penamas/TOS pada Kanwil Depag yang bersangkutan.
2) Penyuluh Agama Terampil Pelaksana Lanjutan s/d Terampil Penyelia golongan
ruang III/a dan III/d serta Penyuluh Agama Ahli Pertama s/d Penyuluh Agama
Ahli Muda golongan ruang III/a s/d III/d pejabat penilai DP3 adalah Kepala Seksi
Penyuluhan/TOS atasan pejabat penilai adalah Kepala Bidang Penamas/TOS
Kanwil Depag yang bersangkutan.
3) Penyuluh Agama Ahli Madya golongan ruang IV/a s/d IV/c pejabat penilai DP3
adalah Kepala Bidang Penamas/TOS atasan Pejabat Penilai adalah Kepala Kanwil
Departemen Agama yang bersangkutan.
c. Penyuluh Agama Tingkat Pusat
Penyuluh Agama Terampil s/d Penyuluh Agama Ahli pejabat penilai DP3 adalah
kepala Subdit Penyuluhan dan Lembaga Dakwah dan atasan pejabat penilai adalah
Direktur Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid Ditjen
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama.
D. PENUGASAN DAN PENETAPAN LOKASI/SASA RAN BINAAN
Penetapan lokasi/wilayah sasaran binaan kepada setiap pejabat fungsional penyuluh agama
dilakukan:
1. Pejabat yang berwenang menandatangani surat perintah melaksanakan tugas:
a. Penyuluh Agama yang unit kerjanya pada Kandepag. Kab/Kota adalah Kepala
Kandepag kab/Kota yang bersangkutan;
b. Penyuluh Agama yang unit kerjanya pada Kanwil Depag Propinsi adalah Kepala
Kanwil Departemen Agama Propinsi yang bersangkutan;
c. Penyuluh Agama yang penempatannya pada Kandepag Kab/Kota yang tidak terdapat
struktur seksi Penamas/Penyelenggara Bimas tertentu sesuai typologi Kandepag
Kab/Kota yang bersangkutan adalah Kepala Kanwil Departemen Agama yang
bersangkutan;
d. Penyuluh Agama yang ditempatkan pada unit pusat adalah Direktur Penamas Ditjen
Bagais;
e. Penyuluh agama yang bertugas pada suatu Departemen/LPND/Instansi/Pemda adalah
oleh Kepala unit Kepegawaian Departemen/LPND/Instansi/Pemda yang
bersangkutan.
2. Pengaturan Tugas Penyuluh Agama
a. Untuk tahap awal penetapan lokasi kelompok sasaran/binaan bagi penyuluh agama
dilakukan berdasarkan adanya struktur organisasi seksi penamas/Penyelenggara
Bimas Agama tertentu sesuai typologi Kandepag Kab/Kota yang bersangkutan
dengan ratio 1 orang Penyuluh Agama melaksanakan pembinaan untuk wilayah
kecamatan;
b. Bilamana ketenagaan jabatan fungsional penyuluh agama masih terbatas, maka
seorang penyuluh agama dapat diberi tugas untuk melakukan pembinaan terhadap
beberapa kecamatan yang berdekatan.
c. Tahap berikutnya penetapan lokasi kelompok sasaran/binaan bagi penyuluh Agama
dilakukan berdasarkan jumlah tertentu kelompok sasaran/binaan tingkat
Propinsi/Pusat.
3. Jumlah Kelompok Binaan
Setelah seorang penyuluh agama ditugaskan dalam satu kecamatan/wilayah tertentu,
maka penyuluh agama yang bersangkutan agar segera melakukan usaha pembentukan
kelompok binaan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jumlah kelompok binaan setiap penyuluh disesuaikan dengan kondisi wilayah dan
jumlah penduduk dengan ketentuan sebagai berikut:
b. Jumlah anggota setiap kelompok binaan minimal 15-20 orang.
c. Jenis sasaran kelompok binaan penyuluh agama fungsional diutamakan kepada
masyarakat yang belum pernah terjangkau atau belum terbentuk dalam kelompok
binaan tetap oleh proses pembinaan penyuluh agama honorer atau Juru Dakwah/Pem-
bimbing Agama yang telah ada.
d. Walaupun pada prinsipnya pelaksanaan tugas jabatan fungsional adalah bersifat
mandiri, namun dalam rangka pelaksanaan tugas pokonya seorang penyuluh agama
harus melakukan koordinasi dan kerjasamayang sebaik-baiknya dengan
instansi/lembaga yang terkait dengan penyuluh agama baik fungsional penyuluh
lainnya antara lain Penyuluh KB, Penyuluh Pertanian yang berada di lingkungan
masing-masing.
e. Sasaran akhir penugasan seorang penyuluh agama adalah terlaksananya pendidikan
masyarakat melalui bimbingan dan Penyuluhan Agama dan Pembangunan melalui
bahasa agama kepada seluruh masyarakat dalam wilayah binaannya melalui
pembentukan kelompok binaan tetap dengan program pembinaan yang terarah dan
sistematis.
f. Setiap pejabat fungsional Penyuluh Agama agar dapat berperan aktif menggerakkan
kegiatan organisasi/lembaga dakwah yang ada diwilayah kerjanya masing-masing
dan organisasi semi resmi seperti BP.4, LPTQ, P2A dan lain-lain.
E. JENIS KELOMPOK SASARAN/BINAAN PENYULUH AGAMA
Untuk keperluan penentuan kelompok sasaran Penyuluh agama dapat melakukan pembagian
kelompok sasaran dan pembentukan kelompok binaan dengan melakukan pendekatan sebagai
berikut:
1. Kelompok sasaran masyarakat umum terdiri dari kelompok binaan:
a. Masyarakat pedesaan;
b. Masyarakat transmigrasi
2. Kelompok sasaran masyarakat perkotaan, terdiri dari kelompok binaan:
a. Komplek perumahan
b. Real Estate
c. Asrama
d. Daerah pemukiman baru
e. Masyarakat pasar
f. Masyarakat daerah rawan
g. Karyawan instansi pemerintah/swasta Tk. Kabupaten/Propinsi
h. Masyarakat industri
i. Masyarakat sekitar kawasan industri
3. Kelompok sasaran masyarakat khusus, terdiri dari:
a. Cendikiawan terdiri dari kelompok binaan:
1) Pegawai/Karyawan instansi pemerintah
2) Kelompok profesi
3) Kampus/masyarakat akademis
4) Masyarakat peneliti serta para ahli
b. Generasi Muda terdiri dari kelompok binaan:
1) Remaja Masjid
2) Karang Taruna
3) Pramuka
c. LPM terdiri dari kelompok binaan:
1) Majlis Taklim
2) Pondok Pesantren
3) TPA/TKA
d. Binaan Khusus terdiri dari kelompok binaan
1) Panti Rehabilitasi/Pondok Sosial
2) Rumah Sakit
3) Masyarakat Gelandangan dan Pengemis (Gepeng)
4) Komplek Wanita Tuna Susila (WTS)
5) Lembaga Pemasyarakatan (LP)
e. Daerah Terpencil terdiri dari kelompok binaan:
1) Masyarakat Daerah Terpencil
2) Masyarakat Suku terasing.
F. PEMBENTUKAN KELOMPOK BINAAN
Atas dasar hasil analisis data identifikasi potensi wilayah dan kebutuhan kelompok sasaran
yang ada, seorang penyuluh agama melakukan pembentukan kelompok binaan, melalui
proses sebagai berikut:
1. Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat/tokoh agama diwilayah/sasaran;
2. Melakukan rapat pembentukan kelompok binaan dengan memperhatikan
kebutuhan/minat kelompok sasaran yang ada.
Misalnya: Pada suatu lingkungan kelompok sasaran banyak didapati anak-anak usia
sekolah dan remaja yang belum mampu membaca dan menulis Al-Qur’an maka
kelompok binaan yang perlu dibuat adalah kelompok binaan TPA/TKA (Pemberian
nama dapat dikaitkan dengan nama tempat pelaksanaan kegiatan misalnya nama
Masjid/Mushalla/Desa/kampung dan lain-lain).
BAB III
RINCIAN TUGAS POKOK PENYULUH AGAMA BERDASARKAN JENJANG
JABATAN
Rincian kegiatan penyuluh agama didasarkan atas tingkat jabatan Terampil dan tingkat
jabatan Ahli. Tingkat jabatan terampil terbagi dalam Terampil Pelaksana, Terampil Pelaksana
Lanjutan dan Terampil Penyelia. Sedangkan tingkat jabatan Ahli terbagi dalam Ahli Pertama,
Ahli Muda dan Ahli Madya.
Rincian kegiatan penyuluh agama sebagai tugas pokok setiap penyuluh berdasarkan tingkat
jabatan adalah sebagai berikut:
A. RINCIAN KEGIATAN PENYULUH AGAMA TERAMPIL
a. Penyuluh Agama Pelaksana:
1. Menyusun rencana kerja operasional;
2. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk naskah;
3. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada masyarakat
pedesaan;
4. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada kelompok
terpencil;
5. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui pentas pertunjukan sebagai
pemain;
6. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan;
7. Melaksanakan konsultasi secara perorangan;
8. Melaksanakan konsultasi secara kelompok;
9. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan/kelompok.
b. Penyuluh Agama Pelaksana Lanjutan;
1. Mengumpulkan data identifikasi potensi wilayah atau kelompok sasaran;
2. Menyusun rencana kerja operasional;
3. Mengumpulkan bahan materi bimbingan atau penyuluhan;
4. Menyusun konsep materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk naskah;
5. Menyusun konsep materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk poster;
6. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada masyarakat
pedesaan;
7. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui pentas pertunjukan sebagai
pemain;
8. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan;
9. Melaksanakan konsultasi secara perorangan;
10. Melaksanakan konsultasi secara kelompok;
11. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan/kelompok.
c. Penyuluh Agama Penyelia;
1. Menyusun rencana kerja operasional;
2. Mengidentifikasi kebutuhan sasaran;
3. Menyusun konsep program;
4. Membahas konsep program sebagai penyaji;
5. Merumuskan program kerja;
6. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk naskah;
7. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan tatap muka kepada masyarakat pedesaan;
8. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui pentas pertunjukan sebagai
pemain;
9. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan;
10. Melaksanakan konsultasi secara perorangan;
11. Melaksanakan konsultasi secara kelompok;
12. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan/kelompok;
13. Mengumpulkan bahan untuk penyusunan petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis
bimbingan atau penyuluhan;
14. Mengolah dan menganalisis data untuk penyusunan petunjuk pelaksanaan/petunjuk
teknis bimbingan atau penyuluhan.
B. RINCIAN KEGIATAN PENYULUH AGAMA AHLI
a. Penyuluh Agama Pertama:
1. Mengolah data identifikasi potensi wilayah atau kelompok sasaran;
2. Menyusun rencana kerja operasional;
3. Menyusun konsep materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk naskah;
4. Mendiskusikan konsep materi bimbingan atau penyuluhan sebagai penyaji;
5. Merumuskan materi bimbingan atau penyuluhan;
6. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada kelompok
masyarakat perkotaan;
7. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada kelompok
binaan khusus;
8. Menyusun instrumen pemantauan hasil pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan;
9. Menyusun instrumen evaluasi hasil pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan;
10. Mengumpulkan data pemantauan/evaluasi hasil pelaksanaan bimbingan atau
penyuluhan;
11. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan;
12. Melaksanakan konsultasi secara perorangan;
13. Melaksanakan konsultasi secara kelompok;
14. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan/kelompok;
15. Menyusun konsep petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis bimbingan atau penyuluhan;
16. Mendiskusikan konsep petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis bimbingan atau
penyuluhan sebagai penyaji;
17. Merumuskan petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis bimbingan atau penyuluhan;
18. Menyiapkan dan mengolah bahan/data/informasi tentang kajian arah kebijaksanaan
pengembangan bimbingan atau penyuluhan yang bersifat penyempurnaan.
b. Penyuluh Agama Muda:
1. Menyusun instrumen pengumpulan data potensi wilayah atau kelompok sasaran;
2. Menganalisis data potensi wilayah atau kelompok sasaran;
3. Menyusun rencana kerja tahunan;
4. Menyusun rencana kerja operasional;
5. Mendiskusikan konsep program sebagai pembahas;
6. Menyusun desain materi bimbingan atau penyuluhan;
7. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan atau penyuluh dalam bentuk naskah;
8. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk leaflet;
9. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk slide;
10. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk booklet;
11. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan atau penyuluhan dalam rekaman kaset;
12. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan atau penyuluhan dalam rekaman
video/film;
13. Mendiskusikan konsep materi bimbingan atau penyuluhan sebagai penyaji;
14. Merumuskan materi bimbingan atau penyuluhan;
15. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada kelompok
generasi muda;
16. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada kelompok
LPM;
17. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui radio;
18. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui pentas pertunjukan sebagai
sutradara;
19. Mengolah dan menganalisis data hasil pemantauan/evaluasi pelaksanaan bimbingan
atau penyuluhan;
20. Merumuskan hasil pemantauan pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan;
21. Merumuskan hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan;
22. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan;
23. Melaksanakan konsultasi secara perorangan;
24. Melaksanakan konsultasi secara kelompok;
25. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan/kelompok;
26. Mengumpulkan bahan untuk penyusunan pedoman bimbingan atau penyuluhan;
27. Mengolah dan menganalisis data bahan penyusunan pedoman bimbingan atau
penyuluhan;
28. Mendiskusikan konsep pedoman bimbingan atau penyuluhan sebagai penyaji;
29. Mendiskusikan konsep petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis bimbingan atau
penyuluhan sebagai pembahas;
30. Menyiapkan dan mengolah bahan/data/informasi tentang kajian arah kebijaksanaan
pengembangan bimbingan atau penyuluhan yang bersifat pembaharuan;
31. Menyiapkan dan mengolah bahan/data/informasi tentang pengembangan metode
bimbingan atau penyuluhan yang bersifat pembaharuan.
c. Penyuluh Agama Madya:
1. Merumuskan monografi potensi wilayah atau kelompok sasaran;
2. Menyusun rencana kerja lima tahunan;
3. Menyusun rencana kerja operasional;
4. Mendiskusikan konsep program sebagai narasumber;
5. Menyusun konsep materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk naskah;
6. Mendiskusikan konsep materi bimbingan atau penyuluhan sebagai penyaji;
7. Mendiskusikan konsep materi bimbingan atau penyuluhan sebagai pembahas;
8. Mendiskusikan konsep materi bimbingan atau penyuluhan sebagai narasumber;
9. Merumuskan materi bimbingan atau penyuluhan;
10. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada kelompok
cendekia;
11. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui media televisi;
12. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan;
13. Melaksanakan konsultasi secara perorangan;
14. Melaksanakan konsultasi secara kelompok;
15. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan/kelompok;
16. Menyusun konsep pedoman bimbingan atau penyuluhan;
17. Mendiskusikan konsep pedoman bimbingan atau penyuluhan sebagai pembahas;
18. Mendiskusikan pedoman bimbingan atau penyuluhan sebagai narasumber;
19. Merumuskan pedoman bimbingan atau penyuluhan;
20. Mendiskusikan petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis bimbingan atau penyuluhan
sebagai narasumber;
21. Menyusun kerangka acuan tentang kajian arah kebijaksanaan pengembangan
bimbingan atau penyuluhan yang bersifat penyempurnaan;
22. Menganalisis data dan informasi dan merumuskan kajian arah kebijaksanaan
pengembangan bimbingan atau penyuluhan yang bersifat penyempurnaan;
23. Menyusun kerangka acuan tentang kajian arah kebijaksanaan pengembangan
bimbingan atau penyuluhan yang bersifat pembaharuan;
24. Menganalisis data dan informasi dan merumuskan kajian arah kebijakan
pengembangan bimbingan atau penyuluhan yang bersifat pembaharuan;
25. Menyusun kerangka acuan tentang pengembangan metode bimbingan atau
penyuluhan yang bersifat penyempurnaan;
26. Menganalisis data dan informasi dan merumuskan pengembangan metode bimbingan
atau penyuluhan yang bersifat penyempurnaan;
27. Menyusun kerangka acuan tentang pengembangan metode bimbingan atau
penyuluhan yang bersifat pembaharuan;
28. Menganalisis data dan informasi dan merumuskan pengembangan metode bimbingan
atau penyuluhan yang bersifat pembaharuan;
29. Menyusun tafsir tematis sebagai bahan bimbingan atau penyuluhan yang bersumber
dari kitab suci;
30. Menyusun tafsir tematis sebagai bahan bimbingan atau penyuluhan yang bersumber
dari hadist;
31. Menyusun tafsir tematis sebagai bahan bimbingan atau penyuluhan yang bersumber
dari kitab keagamaan;
32. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang penyuluhan agama;
33. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lain di bidang penyuluhan agama;
34. Membimbing Penyuluh agama yang berada di bawah jenjang jabatannya.
BAB IV
PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT
JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH AGAMA
A. TIM PENILAI
1. Kedudukan, struktur dan personalia Tim Penilai
a. Kedudukan Tim Penilai
1) Tim penilai kabupaten/Kota berkedudukan di Kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kota dan Sekretariat Tim berada pada Urusan Kepegawaian
2) Tim penilai Propinsi berkedudukan di Kantor Wilayah Departemen Agama
Propinsi dan Sekretariat Tim berada pada Sub Bagian Kepegawaian
3) Tim Penilai Pusat berkedudukan pada Departemen Agama Pusat dan Sekretariat
Tim berada pada Kepegawaian
4) Tim Penilai instansi berkedudukan pada instansi pemerintah tingkat
Departemen/LPND/Pemda Tk. Propinsi dan Kabupaten/Kota dan Sekretariat Tim
diatur sesuai struktur Kepegawaian yang ada pada Departemen/LPND/Pemda
yang bersangkutan.
b. Struktur dan Personalia Tim
1) Struktur dan personalia tim penilai terdiri dari 7 (tujuh) orang atau lebih dengan
ketentuan jumlahnya harus gasal dengan susunan:
a) Seorang Ketua merangkap anggota;
b) Sorang Wakil Ketua merangkap anggota;
c) Seorang Sekretaris merangkap anggota;
d) 4 (empat) orang anggota atau lebih (sesuai dengan jumlah Penyuluh Agama
yang dinilai).
e) Untuk Membantu Tim Penilai dalam melaksanakan tugasnya dapat dibentuk:
(1) Tim Teknis yang terdiri dari para ahli; baik yang berkedudukan sebagai
PNS maupun yang mempunyai keahlian dan kemampuan teknis yang
diperlukan dalam menilai berbaca jenis Karya Ilmiah Penyuluh Agama,
dalam hal ini dimaksudkan juga untuk menilai karya ilmiah penyuluh
agama yang bertugas pada suatu wilayah binaan yang berpenduduk jarang.
(2) Sekretariat Tim Penilai, yang dipimpin oleh Sekretaris Tim Penilai dan
terdiri dari pegawai yang memiliki keterkaitan tugas dengan penilaian
angka kredit Jabatan Fungsional Penyuluh Agama.
2) Persyaratan Personalia Tim Penilai
a) Persyaratan Umum
(1) Pangkat Ketua Tim Penilai serendah-rendahnya sama dengan rata-rata ke-
pangkatan Penyuluh Agama yang dinilai;
(2) Memiliki keahlian dan kemampuan serta memahami metode penilaian
prestasi kerja Penyuluh Agama;
(3) Dapat aktif melakukan penilaian.
b) Persyaratan Khusus
(1) Ketua berasal dari pejabat Struktural yang menangani bidang tugas
Penamas;
(2) Wakil ketua berasal dari Bagian yang menangani Bidang tugas fasilitas di
bidang Kepegawaian atau penamas;
(3) Sekretaris Tim berasal dari pejabat struktural yang menangani bidang tugas
Kepegawaian, dengan ketentuan sebagai berikut:
(a) Sekretaris Tim Penilai Pusat adalah Kabag. Pada Biro Kepegawaian;
(b) Sekretaris Tim Penilai Propinsi adalah Kasubag Kepegawaian Kanwil
Dep. Agama Propinsi yang bersangkutan;
(c) Sekretaris Tim Penilai Kabupaten/Kota adalah Kasubag TU Kantor
Dep. Agama Kabupaten/Kota;
(d) Sekretaris Tim Penilai Instansi dan Pemda adalah pejabat pada unit
kepegawaian instansi/Pemda yang bersangkutan;
(4) Anggota berasal dari pejabat fungsional Penyuluh Agama dan
Kasi/Kasubsi Penyuluh Agama seta pejabat Struktural yang terkait dengan
pelaksanaan tugas Penyuluh Agama (Pejabat Fungsional Penyuluh Agama
diatur lebih banyak dari pejabat struktural).
2. Pengangkatan dan Pemberhentian Tim Penilai dan Sekretariat Tim Penilai
a. Pengangkatan
1) Personalia Tim Penilai Pusat Sekretariat Tim Penilai Pusat diangkat dengan SK.
Menteri Agama sedangkan Tim Teknis penilai Pusat ditetapkan dengan SK. Ketua
Tim Penilai Pusat;
2) Personalia Tim Penilai Propinsi Sekretariat Tim diangkat dengan SK. Kepala
Kanwil Departemen Agama Propinsi yang bersangkutan sedangkan Tim Teknis
ditetapkan dengan SK. Ketua Tim Penilai Propinsi yang bersangkutan;
3) Personalia Tim Penilai kabupaten/Kota/Sekretariat Tim ditetapkan dengan SK.
Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota yang bersangkutan
sedangkan Tim Teknis diangkat dengan SK. Ketua Tim Penilai Kabupaten/Kota
yang bersangkutan;
4) Personalia Tim Penilai Instansi diangkat dengan SK. Pimpinan Instansi yang
bersangkutan, sedangkan Sekretariat Tim dan Tim Teknis ditetapkan
dengan SK. Ketua Tim Penilai Instansi;
b. Masa jabatan penilai
1) Masa Jabatan Tim Penilai dan Sekretariat Tim Penilai adalah 3 (tiga) tahun dan
masa jabatan Tim Penilai terhitung mulai 1 April.
2) PNS yang telah menjadi Tim Penilai dan Sekretariat Tim Penilai Departemen
Agama Pusat, Tim Penilai dan Sekretariat Tim Penilai Propinsi, dan Tim Penilai
dan Sekretariat Tim Penilai Kabupaten/Kota selama 2 (dua) masa jabatan ber-
turut-turut dapat diangkat kembali setelah melampaui tenggang waktu 1 (satu)
masa jabatan.
3) Dalam hal terdapat anggota Tim Penilai dan yang ikut dinilai, Ketua Tim Penilai
dapat memberhentikan sementara Anggota Tim Penilai yang bersangkutan.
c. Pemberhentian
Personalia Tim diberhentikan dari jabatannya apabila:
1) Habis masa jabatannya;
2) Dipindahkan ke jabatan lain yang tidak terkait lagi dengan bidang penerangan;
3) Berhenti atau diberhentikan sebagai PNS;
4) Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat dan telah mempunyai
kekuatan hukum.
3. Tugas Tim Penilai
a. Tim Penilai Pusat, bertugas:
1) Melakukan penilaian atas usul PAK Penyuluh Agama Madya mulai golongan
ruang (IV/a) s/d (IV/b) dari Instansi Departemen Agama dan Instansi lainnya.
2) Menyampaikan hasil sidang Penilaian PAK Penyuluh Agama Madya kepada
pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit.
3) Melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan jabatan fungsional penyuluh agama.
b. Tim Penilai Propinsi, bertugas:
1) Melakukan penilaian, usul PAK Penyuluh Agama mulai dari penyuluh Agama
Terampil Pelaksana Lanjutan Golongan Ruang (III/a) sampai dengan Penyuluh
Agama Terampil Penyelia golongan ruang III/d serta Penyuluh Agama Ahli Muda
golongan ruang III/d dilingkungan Kanwil Depag propinsi yang bersangkutan.
2) Mengusulkan penetapan PAK kepada pejabat yang berwenang yang meliputi
PAK Penyuluh Agama Terampil yang surat penugasannya ditanda tangani oleh
kepala Kanwil Dep. Agama propinsi yang bersangkutan.
3) Melakukan penilaian terhadap usul penyuluh Agama Terampil Pelaksana
golongan ruang Pengatur Muda Tk. I (II/b) sampai dengan pengatur Tk. I (II/d)
yang surat penugasannya ditanda tangani oleh Kepala Kanwil
c. Tim Penilai Kabupaten/Kota, bertugas:
1) Melakukan penilaian, usul PAK Penyuluh Agama mulai dari Penyuluh Agama
Terampil Pelaksana Golongan Ruang (II/b) sampai dengan golongan ruang (II/d).
2) Melakukan penilaian tahap awal usul Penyuluh Agama dilingkungannya mulai
dari Penyuluh Agama Pelaksana Lanjutan s/d Penyuluh Agama Terampil Penyelia
golongan ruang (III/a) s/d (III/d) dan Penyuluh Agama Ahli Pertama s/d Penyuluh
Agama Ahli Muda golongan ruang (III/a) s/d (III/d).
d. Tim Penilai Instansi, bertugas:
1) Melakukan penilaian usul PAK Penyuluh Agama mulai dari Penyuluh Agama
Terampil Pelaksana sampai dengan Penyuluh Agama Terampil Penyelia golongan
ruang II/b s/d III/d serta Penyuluh Agama Ahli Pertama sampai dengan Penyuluh
Agama Ahli Muda golongan ruang III/a s/d III/d dilingkunan Instansi masing-
masing.
2) Menyampaikan hasil sidang Penilaian PAK Penyuluh Agama kepada pejabat
JBW menetapkan angka kredit di lingkungan instansi masing-masing.
4. Rincian Tugas a. Tim Penilai
1) Menghimpun data prestasi kerja Penyuluh Agama yang akan dinilai dan diberi
angka kredit, berdasarkan usulan yang disampaikan oleh pejabat yang berwenang.
2) Memeriksa kebenaran bukti-bukti prestasi kerja Penyuluh Agama yang ada dan
memberi angka kredit atas dasar kriteria yang ditentukan.
3) Menuangkan angka kredit yang telah disepakati dalam butir dan kolom/lajur yang
sesuai dengan menggunakan formulir daftar usulan penetapan angka kredit seperti
yang ditetapkan pada lampiran V, VI dan XI SKB Menteri Agama dan Kepala
BKN Nomor 154/178 Tahun 1999 dan penetapan angka kredit akhir setiap unsur
pada kolom/lajur yang sesuai dengan menggunakan formulir penetapan angka
kredit.
4) Menyampaikan penetapan angka kredit kepada pejabat yang berwenang
menetapkan angka kredit tersebut.
5) Melakukan pembinaan dan pengarahan terhadap Penyuluh Agama yang tidak
aktif mengumpulkan angka kredit.
6) Melaporkan kepada pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, apabila
Penyuluh Agama yang telah habis batas waktunya tapi belum memenuhi angka
kredit yang disyaratkan.
7) Mendokumentasikan data hasil penilaian dan penetapan angka kredit.
8) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada pejabat yang berwenang.
b. Sekretariat Tim Penilai
Sekretariat Tim Penilai bertugas membantu pelaksanaan tugas Tim Penilai yang
bersangkutan dengan rincian sebagai berikut:
1) Menerima, mengadministrasikan dan pembagian berkas daftar usul perolehan
angka kredit Penyuluh Agama kepada anggota Tim Penilai yang ditunjuk.
2) Menyiapkan bahan dan pelaksanaan sidang Tim Penilai
3) Melayani keperluan Tim Penilai dalam melaksanakan tugasnya.
4) Mendokumentasikan hasil kerja Tim Penilai dan bukti prestasi kerja yang dinilai.
5) Membantu Tim Penilai dalam menuangkan pemberian angka kredit Penyuluh
Agama yang telah disepakti Tim Penilai untuk ditetapkan pejabat yang berwenang
dengan menggunakan formulir seperti pada lampiran III keputusan ini.
6) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua Tim Penilai.
c. Tim Teknis
1) Dalam hal terdapat prestasi kerja Penyuluh Agama yang dinilai memiliki
kekhususan, sehingga Tim Penilai yang ada tidak mampu menilai, maka pejabat
yang berwenang menetapkan angka kredit dapat membentuk Tim Penilai Teknis.
Misalnya: Dalam menilai karya ilmiah, tetapi anggota Tim Penilai tidak ada yang
ahli di bidang tersebut, maka diperlukanTim Penilai Teknis yang dapat menilai
berbagai jenis karya ilmiah.
2) Anggota Tim Penilai Teknis terdiri dari para ahli, baik yang berkedudukan
sebagai PNS maupun yang bukan PNS yang mempunyai keahlian dan kemampu-
an teknis yang diperlukan.
3) Tugas Pokok Tim Penilai Teknis adalah memberikan saran dan pertimbangan
kepada Ketua Tim Penilai dalam memberikan penilaian kegiatan/prestasi yang
bersifat khusus atau memerlukan keahlian tertentu.
4) Tim Penilai Teknis menerima tugas dan tanggung jawab kepada Ketua Tim
Penilai yang bersangkutan.
B. TATA CARA PENGUSULAN, PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT
1. Setiap Penyuluh Agama mengajukan usul Penetapan Angka Kredit (PAK) setiap tahun
sekali pada bulan Desember.
Apabila hasil PAK untuk KP periode Oktober tahun berikutnya belum terpenuhi dan
dimungkinkan dapat terpenuhi dari pelaksana tugas bulan Januari s/d Juni maka dapat
mengajukan usul PAK kembali paling lambat akhir bulan Juni.
2. Pejabat yang berwenang menandatangani daftar usul PAK dan surat usul PAK.
Setiap usul penetapan angka kredit harus di lengkapi dengan Daftar Usul Penetapan
Angka Kredit (DUPAK) dan surat hasil penetapan Angka Kredit.
a. Daftar usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK) adalah daftar usul penilaian angka
kredit yang memuat seluruh butir kegiatan Penyuluh Agama yang ditanda tangani
oleh atasan langsung Penyuluh Agama.
b. Surat usul adalah surat yang ditadatangani oleh atasan langsung pejabat yang
menanda tangani Daftar Usul PAK.
Berikut ini adalah pejabat yang berwenang menandatangani daftar usul PAK dan surat usul
PAK.
1. Penyuluh Agama pada Kandepag Kab/Kota
a. Penyuluh Agama Terampil Pelaksana (II/d s/d II/d). Daftar usul PAK ditandatangani
oleh Kasi penamas/TOS dan Surat usul ditunjukkan kepada Kepala Kandepag
Kab/Kota setempat.
b. Penyuluh Agama Terampil Pelaksana Lanjutan s/d Penyelia (III/a s/d III/d) dan
penyuluh Agama Ahli Pertama s/d Penyuluh Agama Muda (III/a s/d III/d). Daftar
usul PAK ditandatangani oleh Kasi Penamas/TOS dan surat usul ditandangani oleh
Kakandepag Kota/Kab. setempat.
c. Penyuluh Agama Madya (IV/a s/d IV/c) Daftar usul PAK di tandangani oleh kepala
seksi Penamas/TOS dan surat usul PAK ditandatangani oleh Kakandepag Kab/Kota
setempat. Surat usul ditujukan kepada Sekretaris Jenderal Dep. Agama.
2. Penyuluh Agama pada Kanwil Dep. Agama Propinsi
a. Penyuluh Agama yang menduduki jabatan sampai dengan Penyuluh Agama Ahli
Muda golongan ruang Penata TK. I (III/d) daftar usul PAK ditandatangani oleh
kepala Seksi Penamas/TOS dan surat usul PAK di tandatangani oleh Kepala Bidang
Penamas/TOS.
Surat usul di tujukan kepada Kepala Kanwil Dep. Agama Propinsi setempat.
b. Penyuluh Agama yang menduduki jabatan Penyuluh Agama Madya (IV/a-IV/b -
IV/c) daftar usul PAK-nya ditandatangani oleh kepala bidang Penamas/TOS dan surat
usul PAK di tandatangani oleh Kakanwil setempat.
3. Lembar terakhir telah di tandatangani oleh pejabat yang mengusulkan yaitu pejabat
penilai DP3 bagi Penyuluh Agama yang bersangkutan.
a) Salinan sah ijasah yang lebih tinggi yang pernah diterima Penyuluh Agama dan
belum pernah diperhitungkan dalam penetapan angka kredit (bila ada).
b) Isian formulir surat pernyataan melakukan kegiatan dan prestasi kerja (formulir
lampiran VII s.d X) Keputusan Bersama Menag dan kepala BKN Nomor: 574 Tahun
1999.
c) Bukti pisik hasil kerja yang diperlukan oleh Tim Penilai dan belum pernah
diperhitungkan dalam penetapan angka kredit yang sudah dikelompokkan secara
berurut sesuai dengan yang tercantum dalam isian formulir surat pernyataan.
4. Sekretariat Tim Penilai pada masing-masing Tingkat melakukan pemeriksaan
kelengkapan berkas tersebut. Berkas belum lengkap atau belum benar dikembalikan
kepada atasan langsung Penyuluh Agama untuk diperbaiki sebagaimana mestinya.
Surat usul ditujukan kepada Sekretaris Jenderal Departemen Agama.
5. Penyuluh Agama pada Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan
Pemberdayaan Masjid
Semua Penyuluh Agama Daftar Usul Penetapan Angka Kredit ditandatangani oleh
Kepala Subdit penyuluh dan surat usul PAK ditandatangani oleh Direktur Penamas atas
nama Dirjen Bagais.
Surat usul PAK bagi Penyuluh Agama yang menduduki jabatan sampai dengan Penyuluh
Agama Ahli Muda (gol. III/d) ditujukan kepada kepala Kanwil Depag DKI Jakarta.
Surat usul PAK bagi Penyuluh Agama yang menduduki jabatan Penyuluh Agama Ahli
Madya (IV/a ke atas) ditujukan kepada Sekretaris Jenderal Dep. Agama.
4. Berkas Usul PAK harus terdiri dari:
a) Isian formulir lampiran V/VI Keputusan Bersama Menteri Agama dan Kepala Badan
kepegawaian Negara (BKN) Nomor 574 Tahun 1999 dengan berpedoman Lampiran I
dan II Keputusan MENKOWASBANGPAN Nomor: 54/KEP/MK.WASPAN/9/99,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Isian kolom 6,7 dan 8 dikosongkan
2) Angka kredit yang diberikan untuk setiap unsur kegiatan adalah angka kreditnya
maksimum yang terdapat dalam kolom 6 lampiran I dan II Keputusan
MENKOWASBANGPAN Nomor: 54/KEP/MK. WASPAN/9/99.
3) Dalam hal Tim Penilai pada suatu satuan organisasi belum terbentuk maka satuan
oerganisasi yang bersangkutan dapat melimpahkan tugas kepada Tim Penilai pada
satuan organisasi setingkat lebih tinggi diatasnya.
4) Dalam hal Tim Penilai tidak dapat melakukan penilaian. Sekretariat Tim Penilai
dapat mengatur penyerahan berkas usul PAK tersebut kepada Tim Penilai Teknis
yang melakukan penelitian.
5) Hasil penelitian berkas usul Penyuluh Agama dari Tim Penilai maupun Tim
Penilai Teknis, di kumpulkan kembali oleh Sekretariat Tim Penilai.
6) Sekretariat Tim Penilai mempersiapkan isian formulir lampiran XI Keputusan
Bersama menteri Agama dan kepala BKN Nomor 574 Tahun 1999.
7) Bukti fisik yang telah dinilai diolah Sekretariat Tim Penilai dengan menggunakan
pola penataan berkas sistem kearsipan.
b) Tata Cara Penilaian dan Penetapan Angka Kredit
1) Tata Cara Penilaian
Pengambilan keputusan dalam pemberian angka kredit dilakukan melalui
prosedur sebagai berikut:
a) Ketua Tim Penilai membagi tugas kepada anggota tim penilai dengan
menggunakan pola pembagian beban kerja untuk setiap anggota tim dengan 2
(dua) alternatif sebagai berikut:
(1) Pendekatan keutuhan artinya seorang penilai menilai keseluruhan aspek
DUPAK seorang penyuluh agama;
(2) Pendekatan subtansi bidang materi yang dinilai, artinya seorang penilai
menilai aspek subtansi yang meliputi:
(a) Aspek kegiatan pendidikan dan latihan
(b) Aspek kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan pembangunan;
(c) Aspek kegiatan pengembangan bimbingan atau penyuluhan dan
pengembangan profesi;
(d) Aspek kegiatan penunjang.
b) Setiap usul dinilai oleh 2 orang anggota, dengan menggunakan formulir yang
tersedia seperti contoh tersebut pada lampiran II keputusan ini.
c) Setiap anggota tim penilai melakukan penilaian setiap unsur kegiatan
berdasarkan berkas/bukti fisik yang ada dengan berpedoman kepada Lampiran
I dan II MENKOWASBANGPAN Nomor: 54/KEP/MK.WASPAN/9/99
tentang rincian kegiatan penyuluh agama dan angka kreditnya.
d) Setelah masing-masing anggota melakukan penilaian, hasilnya di sampaikan
kepada ketua tim penilaian melalui Sekretariat Tim Penilai.
e) Sekretaris Tim Penilai membuat rekapitulasi hasil penilaian untuk disajikan
dan menjadi bahan dalam rapat Tim Penilai.
f) Apabila angka kredit yang diberikan oleh dua orang penilai tidak sama, maka
pemberian angka kredit dilaksanakan dalam sidang Tim Penilai dengan
mengkaji dan menelaah ulang bukti yang dinilai.
g) Pengembalian keputusan dalam sidang pleno Tim Penilai dilakukan secara
aklamasi atau setidak-tidaknya melalui suara terbanyak.
h) Sekretaris Tim Penilai menuangkan angka kredit hasil keputusan sidang pleno
dalam formulir penetapan angka kredit seperti contoh pada lampiran III
keputusan ini.
i) Keputusan pemberian angka kredit oleh Tim Penilai dilaksanakan atas dasar
kesepakatan persidangan tim penilai.
j) Sekretariat Tim Penilai mempersiapkan berkas usul penetapan angka kredit
yang diterima dan formulir penilaian yang diperlukan untuk diajukan kepada
anggota tim penilai guna dilaksanakan penilaian sebagaimana mestinya.
c) Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit
1) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kreditnya adalah:
a) Sekretaris Jenderal Departeman Agama menetapkan angka kredit bagi
kenaikan pangkat Penyuluh Agama Madya dengan pangkat, golongan/ruang
IV/a sampai dengan Pembinaan Utama Muda golongan IV/c di lingkungan
Dep. Agama dan Instansi lainnya.
b) Kepala kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi menetapkan angka
kreditnya bagi kenaikan jabatan/pangkat:
(1) Penyuluh Agama Terampil Pelaksanan Lanjutan/Penata Muda,
golongan/ruang III/a sampai dengan Penyuluh Agama Terampil
Pelaksana/Penyelia dilingkungan Kanwil Depag. yang bersangkutan.
(2) Penyuluh Agama Ahli Pertama/Penata Muda, golongan/ruang III/a sampai
dengan Penyuluh Agama Ahli Muda/Penata Tk. Golongan/ruang III/d
dilingkungan Kanwil Depag. yang bersangkutan.
c) Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota menetapkan angka kredit
bagi kenaikan pangkat Penyuluh Agama Terampil Pelaksana, dengan pangkat
Pengatur Muda Tk. I golongan/ruang II/b sampai dengan pangkat Pengatur Tk.
I golongan/ruang II/d dilingkungan Kandepag Kab/Kota yang bersangkutan.
2) Keputusan pejabat yang berwenang tersebut diatas tentang penetapan angka kredit
bersifat tetap dan tidak dapat diajukan keberatan.
3) Dalam menjalankan kewenangannya pejabat yang dimaksud dalam angka 10
diatas dibantu oleh Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Agama sesuai
dengan tingkatannya masing-masing.
d) Specimen Tanda Tangan
1) pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit seperti disebut dalam huruf c di
atas harus mengirimkan specimen tanda tangan dan paraf kepada kepala BKN u.p.
Deputi Bidang Informasi Kepegawaian atau Kepala Regional BKN yang sesuai
dengan wilayah masing-masing.
2) Apabila terjadi perubahan atau pergantian pejabat yang berwenang menetapkan
angka kredit, maka yang bersangkutan secepatnya mengirimkan tanda tangan dan
paraf yang baru kepada Kepala BKN u.p. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian
atau Kepala Kantor regional BKN yang sesuai dengan wilayah masing-masing.
e) Penetapan Angka Kredit (PAK)
1) Sekretariat Tim Penilai menyiapkan rancangan penetapan angka kredit (PAK) atas
dasar keputusan tim penilai, dengan menggunakan formulir dan petunjuk seperti
pada lampiran III keputusan ini.
2) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit wajib menelaah kembali
kebenaran angka kredit yang diberikan oleh Tim Penilai.
3) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit yang diberikan oleh Tim
Penilai, apabila setelah ditelaah terdapat kesalahan dalam pemberian angka kredit.
Perubahan angka kredit tersebut ditulis pada kolom yang sesuai dalam Dartar
Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK) bagi jabatan Penyuluh Agama seperti
contoh formulir pada lampiran 1 keputusan ini.
4) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit menandatangani penetapan
angka kredit dan menyerahkan kepada Sekretaris Tim Penilai untuk segera
dikirim kepada yang berkepentingan.
5) Tanggal penandatanganan angka kredit:
a) Periode Penilaian Desember adalah 31 Desember; dan
b) Periode Penilaian Juni adalah 30 Juni.
6) Tanggal mulai berlakunya penetapan angka kredit adalah 1 (satu) bulan
berikutnya dilihat dari tanggal penandatanganan penetapan angka kredit yaitu 2
Januari atau 1 Juli, sesuai tanggal penilaian.
7) Pengiriman penetapan angka kredit disampaikan oleh pejabat yang berwenang
kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara u.p. Deputi Mutasi atau Kepala
Kantor Regional BKN sesuai dengan kewenangannya sedapat mungkin secara
kolektif.
8) Perbaikan kesalahan Penetapan Angka Kredit, apabila terdapat kesalahan dalam
penetapan angka kredit, perbaikannya sebagai berikut:
a) kesalahan yang diketahui oleh ketua tim penilai atau pejabat yang lebih tinggi,
tim penilai atau pejabat yang menemukan kesalahan memberitahukan kepada
pejabat yang menetapkan angka kredit untuk ditinjau kembali.
Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit meminta kepada tim penilai
untuk melakukan penilaian ulang terhadap prestasi kerja Penyuluh Agama
yang bersangkutan, apabila terbukti adanya kesalahan, maka angka kreditnya
harus diperbaiki dan apabila tidak terbukti adanya kesalahan orang yang
melaporkan adanya kesalahan diberitahu.
b) Kesalahan yang diketahui oleh pejabat BKN
Pejabat BKN memberitahukan kepada pejabat yang berwenang menetapkan
angka kredit, melalui atasan langsung pejabat penetap angka kredit.
c) Cara perbaikan kesalahan penetapan angka kredit.
(1) Hasil penilaian ulang dituangkan dalam format penetapan angka kredit
yang baru disudut kiri atas ditulis: ―PERBAIKAN TANGGAL…‖.
(2) Setelah perbaikan penetapan angka kredit tersebut ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang kemudian disampaikan kepada yang terkait.
BAB V
PELAKSANAAN PENGANGKATAN, KENAIKAN PANGKAT PEMBEBASAN
SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI DAN PEMBERHENTIAN DALAM
JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH AGAMA
A. PENYESUAIAN (INPASSING) JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH AGAMA
1. Berdasarkan ketentuan SK. MENKOWASBANGPAN Nomor 54 Tahun 1999 dan SKB
MENAG dan Kepala BKN Nomor 574 dan 178 Tahun 1999 serta SE. Sekjen
Departemen Agama Nomor: SJ/B.II/2.a/Kp.07.6/3305/1999, pelaksanaan penyesuian
(inpassing) dalam jabatan fungsional penyuluh Agama dalam jabatan fungsional
penyuluh agama dilakukan TMT 1 Oktober 1999 sampai dengan 31 Maret 2000 dan
berlakunya surat keputusan penyesuaian (inpassing) dalam jabatan fungsional penyuluh
agama tanggal 1 Oktiber 1999.
2. Penyesuaian (inpassing) dalam jabatan fungsional penyuluh Agama yang dilaksanakan
setelah melewati tanggal 31 Maret 2000 dinyatakan tidak berlaku.
3. PNS yang dapat disesuaikan (di-inpassing) dalam jabatan fungsional penyuluh agama
adalah PNS di lingkungan Departemen Agama Kab/Kota, Kanwil Departemen Agama
Propinsi, dan di lingkungan Direktorat PENAMAS yang masih aktif melakukan tugas-
tugas bimbingan dan penyuluhan agama pada saat ditetapkannya Keputusan
MENKOWASBANGPAN Nomor 54 Tahun 1999 dan Keputusan Bersama MENAG dan
Kepala BKN Nomor 574 dan 178 Tahun 1999.
4. Pemberian Peringatan
1) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit sesuai dengan fungsi dan tugasnya
berdasarkan laporan dari Tim Penilai, memberikan peringatan kepada:
a) Penyuluh Agama Terampil Pelaksana pangkat Pengatur Muda Tk. I golongan
ruang II/b sampai dengan Penyuluh Agama Terampil Penyelia pangkat Penata Tk.
I golongan ruang III/c dan Penyuluh Agama Ahli Pertama pangkat Penata Muda
golongan ruang III/a sampai dengan Penyuluh Agama Ahli Madya pangkat
Pembina Utama golongan ruang IV/b, yang dalam jangka waktu 6 (enam) tahun
sejak diangkat dalam pangkat terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit
lebih dari 80% (delapan puluh persen) dari jumlah angka kredit pangkat setingkat
lebih tinggi.
b) Penyuluh Agama Terampil Pelaksana pangkat Pengatur Muda Tk. I golongan
ruang II/b sampai dengan Penyuluh Agama Terampil Penyelia pangkat Penata Tk.
I golongan ruang III/c dan Penyuluh Agama Ahli Pertama pangkat Penata Muda
golongan ruang III/a sampai dengan Penyuluh Agama Ahli Madya pangkat
Pembina Utama golongan ruang IV/b, yang dalam jangka waktu 8 (delapan) tahun
sejak diangkat dalam pangkat terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit
yang disyaratkan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi.
c) Penyuluh Agama Terampil Penyelia pangkat Penata Tk. I golongan ruang III/d,
yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun tidak dapat mengumpulkan angka kredit
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) yang berasal dari kegiatan unsur utama.
d) Penyuluh Agama Ahli Madya pangkat Pembina Utama Muda golongan ruang
IV/c, yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun tidak dapat mengumpulkan angka
kredit sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) yang berasal dari kegiatan unsur utama.
2) Peringatan sebagaimana tersebut di atas, diberikan selambat-lambatnya 6 (enam)
bulan sebelum batas waktu yang ditentukan diatas berakhir, dengan menggunakan
contoh formulir sebagaimana tersebut pada lampiran Juknis ini.
3) Apabila Penyuluh Agama sebagaimana tersebut pada huruf a angka 1) setelah diberi
peringatan:
a) Hanya mampu mengumpulkan angka kredit paling tinggi 80% (delapan puluh
persen) dari jumlah angka kredit yang disyaratkan untuk kenaikan pangkat
setingkat lebih tinggi, maka Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit
menyatakan bahwa Penyuluh Agama tersebut:
(1) Tidak dapat naik pangkat lagi selama menduduki jabatan Penyuluh Agama
(2) Mulai tahun ke–7 (tujuh) dan seterusnya, setiap tahun diwajibkan
mengumpulkan sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari jumlah angka
kredit yang disyaratkan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi.
(3) Kecuali bagi Penyuluh Agama Terampil Pelaksana yang memiliki ijazah S1
keagamaan dapat dipertimbangkan kenaikan pangkat penyesuaian ijazah.
Contoh:
Abdullah, S.Ag tanggal 1 Oktober 2002 mulai memangku jabatan Penyuluh
Agama Terampil Pelaksanan dalam pangkat Pengatur Tk. 1 golongan ruang
II/d dengan angka kredit 60.
Menurut data pada Tim Penilai, ternyata tanggal 1 Oktober 2007 Abdullah,
S.Ag baru memperoleh angka kredit 50% (lima puluh persen) dari yang
disyaratkan baginya untuk kenaikan pangkat menjadi Penata Muda golongan
ruang III/a, yaitu 70 atau 10+60.
Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Tim Penilai, Pejabat yang menetapkan
angka kredit paling lambat tanggal 1 April 2008 memberikan peringatan
kepada Abdullah, S.Ag agar pada tanggal 1 Oktober 2008 sudah memenuhi
angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat menjadi Penata
Muda golongan ruang III/a, yaitu 80.
Apabila pada tanggal 1 Oktober 2008 Abdullah, S.Ag hanya mampu mengum-
pulkan 80% dari 20 Angka kredit = 16 angka kredit, maka selama menjadi
Penyuluh Agama, Abdullah, S.Ag tidak dapat naik pangkat. Karena kenaikan
pangkatnya paling cepat baru dapat dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober
2004, maka pada tanggal 1 Oktober 2003 sampai dengan tanggal 1 Oktober
2004 (satu tahun) Abdul Khaliq, S.Ag diwajibkan mengumpulkan 20% dari
80/100x50 angka kredit = 8 angka kredit.
b) Hanya mampu mengumpulkan angka kredit diatas 80% (delapan puluh persen)
tapi belum memenuhi jumlah angka kredit yand disyaratkan untuk kenaikan
pangkat setingkat lebih tinggi, maka Penyuluh Agama yang bersangkutan di-
wajibkan mengumpulkan angka kredit kekurangannya selambat-lambatnya 2
(dua) tahun.
4) Apabila Penyuluh Agama sebagaimana tersebut pada huruf a angka 2) sampai dengan
angka 4) setelah diberi peringatan ternyata tidak dapat mengumpulkan angka
kreditnya yang ditentukan, maka pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit
memberitahukan kepada pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan
Penyuluh Agama agar Penyuluh Agama tersebut diberhentikan dari jabatannya,
dengan menggunakan contoh formulir sebagaimana tersebut pada lampiran Juknis ini.
B. PENGANGKATAN PERTAMA KALI
1. Pejabat yang Berwenang Pegawai negeri sipil yang diangkat untuk pertama kali dan pengangkatan kembali dalam
jabatan penyuluh agama ditetapkan oleh:
1) Menteri Agama bagi Penyuluh Agama dalam jabatan Penyuluh Agama Ahli Madya
pangkat Pembina Tk. I golongan ruang IV/b dan Pembina Utama Muda golongan
ruang IV/c.
2) Sekretaris Jendral Dep. Agama bagi Penyuluh Agama dalam jabatan Penyuluh
Agama Ahli Madya pangkat/golongan ruang Pembina (IV/a).
3) Direktorat PENAMAS bagi Penyuluh Agama Ahli Muda pangkat/golongan ruang
Penata Tk. I (III/d) di lingkungannya.
4) Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi bagi Penyuluh Agama di
lingkungannya dalam jabatan Penyuluh Agama Ahli Muda pangkat/golongan ruang
Penata Tk. I (III/d) ke bawah dan Penyuluh Agama Terampil Penyelia
pangkat/golongan ruang (III/d) ke bawah di lingkungan masing-masing.
2. Persyaratan
Pegawai negeri sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan Penyuluh Agama
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Syarat Umum
1) Memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan bidang penyuluh agama
yang akan dilakukan dan dibuktikan dengan spesialisasi pendidikan tertentu atau
penugasan yang bersangkutan selama menjadi PNS.
2) Berkedudukan atau berpengalaman melaksanakan tugas penyuluh agama selama 1
tahun terakhir dengan persyaratan memiliki 5 (lima) kelompok binaan tetap;
3) Telah pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan dibidang penyuluhan
agama dan memperoleh surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan (STTPL).
4) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam daftar penilaian pelaksanaan
pekerjaan sekurang-kurangnya bernilai baik dalam dua tahun terakhir;
5) Usia setinggi-tingginya 2 (dua) tahun sebelum mencapai batas usia pensiun
Pegawai Negeri Sipil.
b. Syarat Khusus
1) Pendidikan serendah-rendahnya Diploma II yang sesuai untuk tingkat Kab/Kota
dan untuk tingkat instansi;
2) Serendah-rendahnya berpangkat II/b untuk Penyuluh Agama di tingkat Kab/Kota
dan untuk Propinsi/pusat ijazah S1.
3) Telah memiliki angka kredit minimal yang dipersyaratkan untuk pengangkatan
yang sesuai dengan pangkat terakhir yang dimiliki.
4) Nilai angka kredit yang dapat diperhitungkan, tidak memenuhi syarat untuk
pengangkatan yang bersangkutan sebagaimana huruf c) di atas maka PNS yang
bersangkutan dapat diangkat dalam jabatan fungsional Penyuluh Agama dengan
angka kredit yang dimilikinya dengan jenjang kepangkatan yang setingkat lebih
tinggi dalam jenjang jabatan yang lebih rendah
3. Kelengkapan Usul
a) Foto copy sah Surat Keputusan Pengangkatan dalam jabatan/kepangkatan terakhir;
b) Foto copy ijazah tertinggi;
c) Keputusan Penugasan/Surat Keterangan;
d) Daftar Pelaksanaan Penilaian pekerjaan (DP3) pada dua tahun terakhir;
e) Daftar Riwayat Hidup (DRH);
f) STTPL (bila ada)
g) Kekosongan formasi Penyuluh Agama dan rencana kerja daerah/wilayah/sasaran
binaan.
4. Penentuan Angka Kredit
Untuk angka kredit dan jenjang jabatan penyuluh agama bagi pegawai negeri sipil yang
akan diangkat pertama kali dalam jabatan penyuluh agama digunakan angka kredit yang
berasal dari awal berdasarkan ijasah pendidikan formal dan STTPP Diklat yang dimiliki
serta kegiatan bimbingan dan penyuluhan agama dan pembangunan yang pernah
dilakukan dalam 2 tahun terakhir dengan menunjukkan bukti fisik yang dapat dinilai
dengan angka kredit.
Contoh:
Sdr. Drs. Amir NIP. 150——— pendidikan S-1 IAIN, Pangkat golongan ruang pembina
(IV/a) jabatan kepala bidang Penamas kanwil Depag propinsi.
TMT 1 – 4 – 2001 yang bersangkutan pindah ke dalam jabatan penyuluh agama, selama
yang bersangkutan sebagai kepala bidang juga telah melakukan kegaitan-kegiatan
bimbingan dan penyuluh agama.
Dalam hal tersebut Sdr. Amir di pindahkan oleh pejabat yang berwenang dari jabatan
Kabid. Ke dalam jabatan PA dalam SK pemindahan pangkat diakui sama dengan pangkat
terakhir yang dimiliki yaitu Pembina (IV/a) sedangkan jabatan penyuluh Agama belum
dicantumkan karena belum memiliki Angka Kredit tetapi yang bersangkutan telah
mempunyai kewajiban melaksankan Tugas Bimbingan/Penyuluhan Minimal setelah 1
tahun baru diperhitungkan jumlah AK yang di perolehnya dari kegiatan sebagai penyuluh
di tambah dengan AK yang berasal dari ijasah perhitungan sebagai berikut:
AK dari ijasah = 75
AK dari B/P 1 tahun setelah diangkat = 15
AK dari B/P 1 tahun sebelum diangkat = 10
_____
100
sehubungan dengan hal tersebut angka kredit sebesar 100 ditetapkan dalam PAK oleh
pejabat yang bewenang kemudian PAK tersebut dipergunakan sebagai dasar
pengangkatan dalam jabatan Penyuluh Agama. Yaitu angka kredit sebesar 100 adalah
angka kredi kumulatif minimal untuk jenjang jabatan Penyuluh Agama Ahli Pertama,
maka jabatan Penyuluh Agama Sdr. Drs. Amir adalah Penyuluh Agama Ahli Pertama
dengan angka kredit 100 pangkat golongan ruang pembina (IV/a).
C. PENGANGKATAN DARI JABATAN LAIN KE DALAM JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH AGAMA
Pegawai negeri sipil yang pindah dari jabatan lain dan diangkat ke dalam jabatan fungsional
penyuluh agama harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Memenuhi angka kredit yang ditentukan.
2. Memenuhi syarat yang ditentukan untuk pengangkatan pertama kali.
3. Pangkat penyuluh agama ditetapkan sesuai dengan pangkat terakhir yang dimiliki oleh
PNS yang bersangkutan sedang jenjang jabatan penyuluh agama ditetapkan sesuai
dengan angka kredit yang dimilikinya.
D. PEMINDAHAN PEJABAT FUNGSIONAL PENYULUH AGAMA
1. Pejabat yang berwenang menetapkan pemindahan Penyuluh Agama adalah sebagaimana
diatur dalam Keputusan Menteri Agama No. 145 Tahun 1999
2. Perpindahan penyuluh agama dilakukan sesuai dengan beban kerja, kebutuhan
pelaksanaan tugas serta formasi yang tersedia untuk pengangkatan dan pengembangan
karier Pegawai negeri Sipil yang bersangkutan.
E. KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENYULUH AGAMA
1. Kenaikan Jabatan
Kenaikan jabatan penyuluh agama setingkat lebih tinggi dapat dipertimbangkan apabila:
a. Dipenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi;
b. Sekurang-kurangnya telah satu tahun dalam jabatan terakhir dan belum sejajar
dengan pangkat/golongan ruang yang dimilikinya.
c. Tidak ada keberatan secara tertulis dari pejabat yang berwenang; dan
d. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam daftar penilaian pelaksanaan
pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
2. Kenaikan Pangkat
a. Kenaikan pangkat seorang penyuluh agama setingkat lebih tinggi dapat di
pertimbangkan apabila:
a) Terpenuhi angka kredit yang telah ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat
lebih tinggi.
b) Sekurang-kurangnya telah dua tahun dalam pangkat terakhit.
c) Telah memenuhi persyaratan lainnya untuk dinaikkan pangkat berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Bagi penyuluh agama yang bekerja dengan kemampuan diatas rata-rata dapat dibina
kepangkatannya melalui pemberian kenaikan pangkat setiap dua tahun sekali, bila
angka kredit dan persyaratan lainnya di penuhi.
Contoh:
Menjadi Penyuluh Agama sekurang-kurangnya 1 tahun, tetapi pangkat terakhir
sudah 2 tahun.
Sdr. Ahmad tamatan PGA/MAN pangkat terakhir TMT 1-10-98 adalah Pengatur
(golongan II/c) terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1999 diangkat menjadi Penyuluh
Agama Terampil Pelaksana (gol II/c) dengan jumlah angka kredit 65 sesuai dengan
ketentuan minimal 2 tahun dalam pangkatnya. Yang bersangkutan dapat dinaikkan
ke golongan II/d apabila memenuhi persyaratan yang ditentukan. Apabila Sdr.
Ahmad dapat mengumpulkan angka kredit minimal 15 minimum 70% dari unsur
utama, maksimum 30 % dari unsur penunjang dari masa pengangkatan sebagai
penyuluh agama sampai saat penilaian bulan Juni 2000 dan DP3 dalam tahun 1998
dan 1999 nilai semua unsur baik, Sdr. Ahmad dapat dinaikkan pangkatnya ke
golongan II/d terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2000.
c. Menjadi penyuluh agama sekurang-kurangnya telah 1 tahun dan pangkat terakhir 2
tahun, walaupun sudah memenuhi syarat dan angka kredit.
Contoh:
Sdr. Amir tamatan SM IAIN pangkat terakhir TMT 1-10-99 pengatur Tk. I (golongan
II/d) terhitung mulai 1-10-99 diangkat sebagai penyuluh agama dengan angka kredit
80. Dari penetapan angka kredit bulan Januari 2001 Sdr. Amir memperoleh angka
kredit 20 dan memenuhi syarat untuk kenaikan pangkat. Tetapi yang bersangkutan
belum dapat dinaikkan pangkatnya pada 1 April 2001 karena pangkat yang terakhir
belum 2 tahun. Dari contoh diatas, yang bersangkutan paling cepat dinaikkan
pangkatnya pada 1 Oktober 2001.
F. PEMBEBASAN SEMENTARA DAN PENGANGKATAN KEMBALI
1. Pembebasan Sementara
a. Penyuluhan Agama dibebaskan sementara dari jabatannya, apabila:
1) Ditugaskan secara penuh di luar jabatan Penyuluh Agama, misalnya yang
bersangkutan diangkat dalam jabatan struktural atau pejabat negara atau menjadi
anggota legislatif; atau
2) Tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan; atau
3) Dijatuhi hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil dengan tingkat hukuman disiplin
sedang atau berat berupa penurunan pangkat berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 1980; atau
4) Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966; atau
5) Cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk cuti persalinan ketiga dan
seterusnya.
b. Penyuluh Agama yang dibebaskan sementara karena dijatuhi hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam huruh B angka 1 tetap berkewajiban melaksanakan
tugas pokoknya selama menjalani hukuman, tetapi kegiatan tersebut tidak dinilai
dengan angka kredit.
c. Penyuluh Agama yang dibebaskan sementara karena tugas belajar lebih dari 6 (enam)
bulan, selama pembebasan sementara dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya
dengan kenaikan pangkat reguler sesuai dengan ketentuan peraturan perudang-
undangan yang berlaku, apabila:
1) Pangkatnya belum mencapai pangkat tertinggi (puncak) berdasarkan ijasah
terakhir yang dimiliki; dan
2) Telah 4 (empat) tahun dalam pangkat yang dimilikinya serta setiap unsur
penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik
dalam 1 (satu) tahun terakhir.; atau
3) Telah 5 (lima) tahun dalam pangkat yang dimilikinya serta setiap unsur penilaian
pelaksanaan pekerjaan dalam DP3 sekurang-kurangnya bernilai cukup dalam 1
(satu) tahun terakhir.
2. Pengangkatan kembali
a. penyuluh Agama yang dibebaskan sementara dari jabatannya dapat diangkat kembali,
apabila:
1) Telah selesai melaksanakan tugas di luar jabatan Peyuluh Agama; atau
2) Masa berlakunya hukuman disiplin telah berakhir Pegawai Negeri Sipil tingkat
sedang atau tingkat berat berupa penurunan pangkat berdasarkan peraturan
pemerintah Nomor 30 Tahun 1980; atau
3) Telah sesesai tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan; atau
4) Telah selesai menjalani cuti di luar tanggungan negara dan telah diangkat kembali
pada instansi semula; atau
5) Dinyatakan tidak bersalah atau dijatuhi pidana percobaan, berdasarkan keputusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, setelah diberhentikan
sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 4 Tahun 1966.
b. Pengangkatan kembali dalam jabatan Penyuluh Agama ditetapkan berdasarkan angka
kredit terakhir yang pernah dimiliki dan angka kredit dari prestasi bimbingan atau
penyuluhan agama dan pembangunan yang diperoleh selama meninggalkan jabatan
Penyuluh Agama.
G. PEMBERHENTIAN DARI JABATAN PENYULUH AGAMA
Penyuluh Agama diberhentikan dari jabatannya, apabila:
1. Tidak dapat mengumpulkan angka kredit minimal yang ditentukan, yaitu:
a. Dalam jangka waktu 8 (delapan) tahun tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang
disyaratkan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi bagi:
1) Penyuluh Agama Terampil Pelaksana pangkat Pengatur Muda Tk. I golongan
ruang II/b sampai dengan Penyuluh Agama Terampil Penyelia pangkat Penata
golongan ruang III/c.
2) Penyuluh Agama Ahli Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai
dengan Penyuluh agama Ahli Madya pangkat Pembina Tk. I golongan ruang
IV/b; atau
b. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun tidak dapat mengumpulkan angka kredit
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) yang berasal dari kegiatan unsur utama bagi
Penyuluh Agama Terampil Penyelia pangkat Penata Tk. I golongan ruang III/d; atau
c. Dalam jangka waktu I (satu) tahun tidak dapat mengumpulkan angka kredit sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) yang berasal dari kegiatan unsur uatama bagi Penyuluh
Agama Ahli Madya pangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c.
2. Karena alasan lainnya, yaitu:
a. Dijatuhi hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 30 tahun 1980 dengan hukuman disiplin tingkat berat selain penurunan pangkat
yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap; atau
b. Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan harus diberhentikan dari jabatannya
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979.
BAB VI
P E N U T U P
1. Pegawai Negeri Sipil yang telah diangkat dalam jabatan fungsional Penyuluh Agama, apabila
yang bersangkutan berprestasi dalam melaksanakan tugasnya dan mempunyai kemampuan
manajerial, maka untuk pembinaan karir jabatan strukturalnya yang bersangkutan dapat
diangkat dalam jabatan struktural khususnya dilingkungan Ditjen Kelembagaan Agama
Islam.
2. Sepanjang belum ada ketentuan yang mengatur tentang batas usia pensiun Penyuluh Agama,
maka batas pensiunnya mengacu kepada ketentuan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil.
3. Hal-hal yang belum diatur dalam Juknis ini akan di atur kemudian.
4. Juknis ini akan diperbaiki kembali, apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan.
LAMPIRAN
Contoh:
NOTA PERINGATAN KARENA
BELUM DAPAT MENGUMPULKAN
ANGKA KREDIT MINIMAL
NOTA PERINGATAN
............................................
NOMOR: ................................
1. Dari : .......................................................
2. Kepada Yth.
a. Nama : .......................................................
b. NIP : .......................................................
c. Pangkat/Gol. Ruang : .......................................................
d. Jabatan : .......................................................
3. Tanggal : .......................................................
4. Tembusan : .......................................................
1. Dengan ini diberitahukan dengan hormat:
a. berdasarkan penetapan angka kredit.............................................. nomor.............................
tanggal................................................ telah ditetapkan angka kredit Saudara
sejumlah.............................
b. berdasarkan penetapan angka kredit tersebut, maka dengan Keputusan dari...........
nomor............. tanggal.............. Saudara telah diangkat menjadi........... terhitung mulai
tanggal...................
2. Sesuai dengan ketentuan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
54/Kep/MK.Wasdan/9/1999 tanggal 30 September 1990 jo Keputusan Bersama Menteri
Agama RI dan Kepada Badan Kepegawaian Negara Nomor 574 Tahun 1999 dan Nomor 178
Tahun 1999 tanggal 13 Oktober 1999 maka diminta perhatian Saudara mengenai hal-hal
sebagai berikut:
a. Sampai dengan tanggal Nota Peringatan ini, Saudara telah.......... tahun..... bulan menduduki
jabatan.........
b. Menurut catatan yang ada pada kami sampai dengan tanggal Nota peringatan ini, Saudara
baru mempunyai angka kredit sejumlah............ sedang pada tanggal......... yang akan datang
Saudara harus mencapai angka kredit kumulatif minimal sejumlah............
c. Apabila sampai dengan tanggal ................ yang akan datang Saudara tidak berhasil
mengumpulkan angka kredit minimal sejumlah.............. maka saudara akan...............
3. Demikianlah Nota perintah ini dibuat untuk dimaklumi dan harap mendapat perhatian Saudara
sebagaimana mestinya.
...........................
...........................
(...........................)
NIP.
Contoh:
NOTA PEMBERITAHUAN
KARENA TIDAK DAPAT MENGUMPULKAN
ANGKA KREDIT MINIMAL
NOTA PEMBERITAHUAN
NOMOR:.......................
Dari : ........................................................................
Kepada Yth. : ................................................................... .....
Alamat : ........................................................................
Tanggal : ........................................................................
Tembusan : ........................................................................
1. Dengan ini diberitahuan dengan hormat, bahwa:
Nama : ........................................................................
NIP : ........................................................................
Pangkat/Gol. Ruang : ........................................................................
Jabatan : ........................................................................
sampai dengan tanggal Nota Pemberitahuan ini sudah............ tahun menduduki
jabatan................ tetapi belum dapat mengumpulkan angka kredit minimal yang ditentukan
sejumlah...............................
2. Sesuai dengan ketentuan Keputusan Mengeri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
54/Kep/MK.Wasdan/9/1999 30 September 1990 jo Surat Edaran Bersama Menteri Agama RI
dan Kepada Badan Kepegawaian Negara Nomor 574 Tahun 1999 dan Nomor 178 Tahun 1999
tanggal 13 Oktober 1999 maka diminta agar Saudara ............................... PNS a.n...............
........................................ tersebut ....................................... karena belum mengumpulkan
angka kredit sebanyak ............................ (.......................................) sebagai.....................
terhitung mulai tanggal......................................
3. Demikianlah pemberitahuan ini agar mendapat perhatian Saudara sebagaimana mestinya.
...........................
...........................
(...........................)
NIP.