Upload
eldestof-threebrothers
View
197
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sdfsdf
Citation preview
Pengaruh Konsentrasi Tiga Macam Pupuk Pelengkap Cair (PPC) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zeamays saccharata sturt)
PENDAHULUAN
Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) atau yang lebih dikenal dengan nama
sweet corn mulai dikembangkan di Indonesia pada awal tahun 1980, diusahakan secara
komersial dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan hotel dan restoran. Sejalan dengan
berkembangnya toko-toko swalayan dan meningkatnya daya beli masyarakat, meningkat pula
permintaan akan jagung manis. Akhir-akhir ini permintaan pasar terhadap jagung manis terus
meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan untuk ekspor yang terus bertambah, antara
lain dibuktikan dengan adanya peningkatan ekspor (Anonim, 1992).
Secara keseluruhan jagung adalah bahan pangan biji-bijian yang sangat penting bagi
manusia dan ternak. Jagung memiliki banyak kegunaan baik pangan maupun non pangan. Selain
jagungnya untuk dikonsumsi, batang dan daunnya sebagai pakan ternak, batang jagung juga
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kertas (Rubatzky, Mas Yamaguchi dan Vicent E,
1998).
Jagung manis dapat tumbuh pada daerah beriklim sedang sampai beriklim tropis.
Pertumbuhan terbaik didapatkan pada daerah beriklim tropis. Hal ini berarti bahwa usaha
pengembangan jagung manis di Indonesia mempunyai prospek yang cukup baik.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil tanaman antara lain dengan pemupukan. Pemupukan yaitu setiap usaha pemberian pupuk yang bertujuan menambah persediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk menigkatkan produksi dan mutu hasil tanaman (Sarief, 1989).
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, baik mikro
maupun makro. Upaya pemupukan sudah jelas mampu membantu penyediaan unsur hara.
Pemberian pupuk pada tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang tinggi (Sarief,
1989).
Kegiatan pemupukan dapat dilakukan baik melalui tanah maupun melalui daun.
Didalam keadan tertentu pemberian hara melalui daun lebih efisien dibanding dengan pemberian
melalui tanah. Menurut Sarief (1989), ada beberapa zat hara tanaman yang diserap dengan
sempurna oleh tanaman apabila disemprotkan melalui daun.
Pupuk merupakan sumber unsur hara utama yang sangat menentukan tingkat
pertumbuhan dan produksi tanaman. Setiap unsur hara memiliki peranan masing-masing dan
dapat menunjukkan gejala tertentu pada tanaman apabila ketersediaannya kurang. Beberapa hal
yang harus diperhatikan agar pemupukan efisien dan tepat sasaran adalah meliputi penentuan
jenis pupuk, dosis pupuk, metode pemupukan, waktu dan frekuensi pemupukan serta
pengawasan mutu pupuk.
Pemupukan juga merupakan salah satu perawatan terhadap tanaman. Pemupukan
dilakukan jika unsur hara tanaman kurang atau tidak tersedia bagi tanaman. Pemupukan
hendaknya efisien dan efektif, baik bagi tanaman maupun lingkungan (Lingga, 1992). Sekarang
ini banyak sekali jenis pupuk pelengkap cair yang diperdagangkan sehingga sulit sekali dalam
memilih jenis pupuk pelengkap cair yang baik. Hal lain yang perlu diperhatikan selain jenis
pupuk pelengkap cair yang digunakan yaitu konsentrasi dari pupuk pelengkap cair tersebut
karena setiap jenis pupuk pelengkap cair memiliki kandungan unsur hara yang berbeda dan
fungsi yang berbeda-beda pula.
Untuk mendapatkan efisiensi pemupukan yang optimal pupuk harus ditentukan
dalam jumlah yang tepat untuk mencukupi kebutuhan tanaman sehingga tanaman tersebut tidak
mengalami keracunan. Sebab bila konsentrasi yang diberikan tidak sesuai atau kurang maka
pengaruh pemupukan pada tanaman mungkin tidak tampak dan menjadi pemborosan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, penulis bermaksud mengadakan
penelitian dengan judul ’’Pengaruh Konsentrasi Tiga macam pupuk Pelengkap Cair terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata strutr)”. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tiga macam pupuk pelengkap cair yang
digunakan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata strutr).
Diduga, pada konsentrasi 2 cc/l air pupuk pelengkap cair Forset Tonic memberikan
pertumbuhan dan hasil tertinggi pada tanaman jagung manis (Zea mays saccharata strutr).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata strut)
Menurut Rukmana (1997) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman
jagung manis diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (Gramine)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays saccharata strut
Tanaman jagung termasuk jenis tumbuhan semusim (annual). Susunan tubuh (morfologi)
tanaman jagung terdiri dari : akar, daun, batang, bunga dan buah ( Rukmana, 1997).
Setelah dikecambahkan, yang keluar pertama kali adalah radicle (akar kecambah), disusul kemudian coleoptile (calon batang). Bersamaan keluarnya radicle keluar akar primer (seminal root) yang muncul dari nodia (buku) terbawah. Setelah itu, muncul akar adventif (± 10 hari setelah berkecambah) yang muncul dari nodia di atasnya. Radicle dan akar primer ini sifatnya sementara, sedangkan akar yang hidup terus adalah akar adventif (akar serabut) (Warisno, 1998). Menurut Suprapto (1998) akar serabut tanaman jagung, menyebar kebawah dan kesamping sepanjang sekitar 25 cm.
Perakaran tanaman jagung terdiri atas 4 macam akar yaitu : akar utama, akar cabang, akar
lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut berfungsi sebagai alat untuk menghisap air
serta garam-garam yang terdapat dalam tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa yang
tidak diperlukan, dan sebagai alat pernafasan (Rukmana, 1997).
Daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis. Selain itu, tanaman juga mempunyai ibu
tulang daun yang terletak tepat ditengah-tengah daun dan sejajar dengan ibu daun (Warisno,
1998).
Daun jagung tumbuh melekat pada buku-buku batang. Struktur daun jagung terdiri atas
tiga bagian yaitu pelepah daun, lidah daun (ligula), dan helaian daun. Bagian permukaan daun
berbulu dan terdiri atas sel-sel bulifor (Rukmana, 1997).
Menurut Warisno (1998) jumlah daun pada tanaman jagung sekitar 8 helai sampai 48
helai setiap batangnya, tergantung pada jenis atau varietas yang ditanam. Panjang daun 30-45 cm
dan lebarnya antara 5-15 cm. Pada sisi sebelah atas daun terdapat sel-sel kipas. Sel-sel kipas ini
pada musim kemarau sangat berguna, yaitu mampu menyerap air dibawah tekanan turgor
sehingga daun menggulung atau mengerut. Pada sisi bawah terdapat stomata atau mulut daun
yang jumlahnya lebih banyak.
Pelepah daun berfungsi membungkus batang tanaman jagung. Daun–daun tanaman
jagung tersebut mempunyai telinga daun yang terletak di pangkal daun. Lidah daun yang juga
terletak dipangkal helaian juga berfungsi untuk mengatasi masuknya air dari atas (air hujan)
kedalam batang tanaman jagung. Dengan demikian, batang tanaman jagung dapat terhindarkan
dari kebusukan karena banyaknya air hujan yang jatuh mengenai batang tanaman jagung
(Warisno, 1998).
Khusus pelepah daun pada jagung fungsinya ialah membungkus batang tanaman. Tepi
pelepah daun yang satu berurutan atau membungkus batang yang lain/pelepah lainnya secara
bergantian dan hal ini merupakan ciri khas dari graminae. Daun pada tanaman jagung
mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan tanaman, utamanya berpengaruh dalam
penentuan produksi. Sebab pada daun tersebut terjadi beberapa aktifitas tanaman yang sangat
mendukung proses perkembangan tanaman (Warisno, 1998).
Batang tanaman jagung bulat silindris berisi berkas-berkas pembuluh sehingga makin
memperkuat berdirinya batang. Beruas-ruas, jumlahnya sekitar 8–20 ruas. Rata-rata tinggi
tanaman satu sampai tiga meter. Fungsi batang tanaman jagung adalah sebagai media
pengangkut zat-zat makanan dari atas kebawah atau sebaliknya. Zat-zat makanan yang diserap
oleh akar tanaman (akar serabut) pada jagung yang berupa unsur–unsur hara diangkut keatas
melalui berkas-berkas pembuluh menuju daun tanaman untuk selanjutnya diolah/dimasak dengan
bantuan sinar matahari dan CO2. Hasil proses asimilasi itu selanjutnya dikirim ke berbagai
jaringan tanaman yang membutuhkan (Warisno, 1998).
Pada setiap tanaman jagung biasanya terdapat bunga jantan dan bunga betina yang
letaknya terpisah. Bunga jantan terdapat pada malai bunga diujung tanaman, sedangkan bunga
betina terdapat pada tongkol jagung (Warisno, 1998).
Bunga jantan mengandung banyak bunga kecil pada ujung batangnya (tassel). Tiap
bunga kecil tersebut terdapat tiga buah benang sari dan pistil rudimenter. Bunga betina juga
mengandung banyak bunga kecil yang ujungnya pendek dan datar, pada saat masak disebut
tongkol (Anonim, 1992).
Menurut Warisno (1998) persarian yang terbaik terjadi pada pagi hari. Pada waktu itu
terjadi proses penempelan serbuk sari pada rambut. Serbuk sari terbentuk selama tujuh sampai
lima belas hari. Bila udara panas dan kering keluarnya serbuk sari cepat, sedangkan rambut pada
tongkol keluarnya lambat; akibatnya, proses persarian gagal.
Tepung sari yang keluar dari lubang di ujung kotak sari diperkirakan sekitar 25.000
tepung sari, dihasilkan untuk menyerbuki setiap tangkai putik. Tersebarnya tepung sari
dipengaruhi oleh suhu, pergerakan udara (angin), dan dapat berakhir dalam 3-10 hari.
Tersebarnya tepung sari dimulai sebelum putik bunga betina muncul. Dengan demikian lebih
memungkinkan terjadinya penyerbukan silang (Rubatzky, Mas yamaguchi dan Vicent E, 1998).
Menurut warisno (1998) persarian silang, pada tanaman jagung dapat terjadi sampai sejauh 400
m. Selain itu akan lebih baik jika persarian dibantu serangga.
Setelah persarian terjadi, dalam waktu 12–28 jam serbuk sari tumbuh mencapai sel telur
dalam bakal biji, terjadilah pembuahan. Dua belas hari setelah keluar rambut, tongkol
berkembang penuh dan karbohidrat mulai terakumulasi di endosperm (Warisno, 1998).
Buah jagung terdiri atas tongkol biji dan daun pembungkus. Pada umumnya, biji jagung
tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20
baris biji (Rukmana, 1997). Buah jagung manis berbentuk gepeng dengan permukaan atas
cekung atau cembung dan dasarnya meruncing (Vincent E, Rubatzky dan Mas yamaguchi,
1998).
Faktor-faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung manis adalah
curah hujan dan suhu. Jumlah dan sebaran curah hujan merupakan dua faktor lingkungan yang
memberikan pengaruh terbesar terhadap kualitas jagung manis. Secara umum, jagung manis
memerlukan air sebanyak 200 – 300 mm/bulan, sedangkan selama pertumbuhannya sebanyak
300 – 660 mm. Jika terjadi kekurangan air akibat kelembaban rendah dan cuaca panas, maka
pembentukan fotosintat akan berkurang dan hasilnya rendah (Anonim, 1992).
Menurut Warisno (1998) suhu yang dikehendaki tanaman jagung yaitu antara 21 - 30˚ C.
Akan tetapi, untuk pertumbuhan yang baik, khususnya jagung hibrida suhu yang optimum adalah
23˚C - 27˚C.
Jagung manis dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah, asalkan drainasenya baik
serta persediaan humus dan pupuk tercukupi. Derajat kemasaman tanah atau pH yang paling baik
untuk jagung manis adalah 5,5–7 (Anonim, 1992).
Tanaman jagung dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh. Secara umum,
tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1.300 m dpl (Rukmana,
1997).
B. Pupuk Pelengkap Cair (PPC)
Untuk pertumbuhannya tanaman memerlukan unsur hara, air, udara, dan cahaya
matahari. Unsur hara dan air diperlukan untuk bahan pembentuk tubuh akar tanaman, sedangkan
udara, dalam hal ini CO2 dan air dengan bantuan cahaya matahari menghasilkan karbohidrat
yang merupakan sumber energi untuk pertumbuhan. Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik
diperlukan unsur hara makro dan mikro yang cukup dan seimbang.
Peningkatan jumlah hara pada tanaman jagung melalui daun dapat dilakukan dengan
memberikan PPC (Pupuk Pelengkap Cair). Pupuk pelengkap cair mampu meningkatkan kegiatan
fotosintesa dan daya angkut unsur hara dari dalam tanah ke dalam jaringan, mengurangi
kehilangan Nitrogen dari jaringan daun, meningkatkan pembentukan karbohidrat, lemak, dan
protein, serta meningkatkan potensi hasil tanaman.
Pemberian pupuk pelengkap cair melalui daun lebih efektif, karena unsur mikro yang
dikandungnya cepat diserap, sehingga dapat memacu pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi
metabolisme pada daun. Disamping mengandung unsur mikro, pupuk pelengkap cair juga
mengandung zat renik (bioaktivator) kegiatan biosintesa dalam jaringan tanaman dan sebagai
biokatalisator pembentuk berbagai senyawa di dalam sel tanaman dalam memanfaatkan
ketersediaan unsur hara dalam tanah secara optimal (Anonim, 2004).
Beberapa keuntungan dari pemupukan lewat daun diantaranya penyerapan hara pupuk
yang diberikan berjalan lebih cepat dibandingkan pupuk diberikan lewat akar, dapat
menghindarkan terjadinya volatilisasi, serta dapat menjaga struktur tanah tetap remah/gembur.
Keuntungan lain dari pupuk daun ialah di dalamnya terkandung unsur hara mikro. Umumnya
tanaman sering kekurangan unsur hara mikro bila hanya mengandalkan pupuk akar yang
mayoritas berisi hara makro. Dengan pemberian pupuk daun yang berisi hara mikro maka
kekurangan tersebut dapat teratasi (Lingga, 1992).
Hasil penelitian dari pupuk cair lain menunjukkan bahwa pemberian Sitosim dengan
takaran yang tepat mampu meningkatkan pembentukan biji tanaman jagung. Terlihatnya
pengaruh Sitosim terhadap bobot dan panjang tongkol diduga disebabkan kandungan hara yang
terdapat pada pupuk pelengkap cair tersebut berada pada komposisi yang cukup efektif untuk
meningkatkan bobot dan panjang tongkol pada tanaman jagung. Sedangkan penelitian lain yang
menguji pengaruh pupuk pelengkap cair yang berbeda pada tanaman jagung hibrida
menunjukkan bahwa pupuk pelengkap cair Gandasil hanya mampu menambah hasil produksi
jagung sebesar 2 % (Anonim, 2004).
Pemupukan melalui daun layak dipertimbangkan untuk mengatasi masalah kekurangan
hara mikro. Hara mikro umumnya sukar tersedia bagi tanaman bila diberikan melalui tanah,
terutama bila keadaan fisik maupun kimia tanah tidak optimal bagi pertumbuhan tanaman.
Menurut Sarief (1989), proses penyerapan unsur hara melalui daun dapat terjadi karena
adanya difusi dan osmosis melalui lubang stomata. Stomata ini membuka dan menutup secara
mekanis yang diatur oleh tekanan turgor dari sel-sel penutup. Jika tekanan turgor meningkat,
maka stomata akan membuka dan bertepatan dengan itu unsur hara akan berdifusi kedalam
lubang stomata bersama air.
Adapun konsentrasi optimal berdasarkan rekomendasi dari produsen untuk tanaman
jagung adalah 30 ml/14 liter air. Konsentrasi pupuk cair adalah perbandingan antara pupuk
organik cair dengan satu liter air (Pranoto, 2004).
Macam pupuk pelengkap cair yang beredar dipasaran dan yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Forset Tonic
Forset Tonik merupakan pupuk organik cair, yang berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan dan kesuburan tanaman. Manfaat dari Forset Tonik, antara lain ; Mampu
mengurangi serangan hama dan penyakit akar, Mengandung Zat Perangsang Tumbuh (ZPT),
Meningkatkan pertumbuhan akar, Mampu mengatasi kekurangan pupuk dasar dan pupuk N,
Meningkatkan produksi dan stabilitas pH tanah (Anonim, 2004).
Kandungan – kandungan yang terdapat dalam Forset Tonik :
- Unsur Makro: N 14,18%, P2O5 10%, K2O 30%, Ca 0.89%, Mg 0,07%, Si 12%, Ci 0,37 %, pH
8,0%, Organik Carbon 13,84 %
- Unsur Mikro: Fe 192 ppm, Ai 263 ppm, Bo 124 ppm, Mn 5,01 ppm, Zn 0,47 ppm, Cu 1,5 ppm,
Co 0,74 ppm, Se 17,5 ppm, Mo 0.02 ppm.
- Total Padatan terlarut : 45,74 %
Anjuran penggunaan Forset Tonik pada tanaman jagung adalah 30 ml/14 liter air.
(Anonim, 2004). Forset Tonik di produksi oleh CV MOON, Bogor. Diramu sebagai Folir
Feeding sehingga harus digunakan dengan cara disemprotkan pada bagian bawah permukaan
daun, ranting dan batang sampai basah dan merata (Anonim, 2004).
2. Darmasil
Darmasil merupakan pupuk pelengkap berbentuk cairan yang diperuntukkan untuk
membantu pertumbuhan tanaman pertanian dan perkebunan. Darmasil sangat baik untuk
mempercepat perumbuhan, memperkuat akar, batang, menghijaukan daun memperbanyak tunas
dan buah.
Komposisi dari pupuk pelengkap cair Darmasi yaitu; N 6,2%, P 5,3%, k 5,2%, Mn 7
ppm, Zn 36 ppm, Cu 12 ppm, Mg 1%, B 1%, Co 13 ppm, Mo 10 ppm. Darmasil juga
mengandung Zat Pengatur Tumbuh dengan bahan aktif Triacontanol dan Giberlic Acid.
Pada tanaman jagung penggunaan Darmasil dianjurkan 2 ml/l air, dengan cara
disemprotkan dan dengan dikocorkan. Darmasil diproduksi oleh CV. DWIPA INDO
AGRONUSA, Sidoarjo, Jawa Timur.
3. Top One
Top One adalah pupuk pelengkap cair untuk merangsang pertumbuhan dan pembuahan
yang sangat diandalkan petani. Mengandung unsur hara makro dan mikro serta di lengkapi
bahan-bahan organik sehingga dapat mengatasi efisiensi yang sangat diperlukan tanaman untuk
pertumbuhannya. Sangat baik untuk merangsang pertumbuhan dan pembuahan juga dapat
meningkatkan kualitas atau mutu tanaman dan kwantitas tanaman secara maksimal karena bahan
yang dikandungnya dapat mempercepat proses tersebut dengan sempurna.
Kandungan yang terdapat pada Top One yaitu; N 35%, P 25%, K 34%, Ca 5,0%, Mg
0,4%, S 1,0%, Cu 0,1%, B 0,1%, Fe 0,2%, Mo 0,1%, Mn 11 ppm, Zn 20 ppm.
Anjuran penggunaan Top One pada tanaman jagung adalah 2-4 cc/l air atau satu tutp per
tangki 14 liter air dan disemprotkan secara merata pada bagian tanaman setiap 3-7 hari sekali.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dilapangan dengan menggunakan rancangan dasar RAKL
(Rancangan Acak Kelompok Lengkap) dengan faktor tunggal yaitu pupuk pelengkap cair, dan
perlakuan diulang 3 kali, adapun perlakuannya sebagai berikut:
A : Tanpa PPC (0 cc/l)
B : Pemberian PPC (Forset Tonic) konsentrasi 1 ml/l air
C : Pemberian PPC (Forset Tonic) konsentrasi 2 ml/l air
D : Pemberian PPC (Forset Tonic) konsentrasi 3 ml/l air
E : Pemberian PPC (Darmasil) konsentrasi 1 ml/l air
F : Pemberian PPC (Darmasil) konsentrasi 2 ml/l air
G : Pemberian PPC (Darmasil) konsentrasi 3 ml/l air
H : Pemberian PPC (Top One) konsentrasi 1,5 ml/l air
I : Pemberian PPC (Top One) konsentrasi 3 ml/l air
J : Pemberian PPC (Top One) konsentrasi 4,5 ml/l air
Untuk mengetahui ada-tidaknya pengaruh perlakuan konsentrasi tiga macam pupuk pelengkap cair terhadap tanaman jagung manis tersebut, selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Anova (Analisis of Varience) atau sidik ragam dengan Uji F pada taraf 5% dan 1%. Untuk masing-masing perlakuan yang berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
B. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan-bahan yang digunakan antara lain:
- Benih jagung manis Varietas Sweet Boy F-1.
- Pupuk Daun (Forset Tonic, Darmasil dan Top One )
- Pupuk (Urea, Kcl, SP 36)
- Insektisida Marshal 25 ST.
2. Alat-alat yang digunakan antara lain:
- Cangkul
- Rol meter
- Tugal
- Tali
- Papan nama
- Ember
- Hand sprayer
- Gelas ukur
- Bambu
- Penggaris
- Alat tulis
- Timbangan
- Pisau
- Meteran
- Karung
- Peralatan lainnya yang menunjang penelitian ini.
C. Pelaksanaan Penelitian
1. Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 juni sampai dengan 18 agustus 2010 di desa
Kuwelan, Kelurahan Kadireso, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa tengah, dengan
ketinggian tempat 346 m diatas permukaan laut, dengan jenis tanah Latosol.
2. Persiapan lahan
Meliputi :
a. Membersihkan lahan dari batu (kerikil), gulma, dan sisa-sisa tanaman.
b. Menentukan dan mengukur luas lahan yang akan digunakan untuk penanaman.
c. Melakukan pengolahan tanah dengan mencangkul tanah sedalam ±30 cm, kemudian diratakan.
Setelah rata, lahan dibagi menjadi tiga blok tegak lurus arah kesuburan. Sebagai petak perlakuan
dibagi menjadi 10 bagian dengan jarak antar petak 80 cm dengan ukuran petak 200 cm X 100
cm.
3. Persiapan benih
Benih yang digunakan adalah benih jagung hibrida Varietas SWEET BOY. Sebelum
ditanam benih direndam dengan air hangat kuku, selama 10 menit. Upaya ini dilakukan untuk
memudahkan perkecambahan benih.
4. Penanaman
Membuat lubang tanam dengan tugal, kedalaman tanah 3 cm. Selanjutnya lubang diberi
benih sesuai perlakuan yaitu 1 benih per lubang kemudian ditutup dengan sedikit tanah yang
gembur. Jarak tanam yang digunakan 60 cm X 20 cm.
5. Pemeliharaan
Meliputi:
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam, bila ada tanaman jagung yang tidak
tumbuh atau mati, segera dilakukan penyulaman.
b. Pemupukan
Pemupukan diberikan:
1. Saat tanam (sebagai pupuk dasar) : Urea 1,6 g/lubang tanam, SP 36 1,6 g/lubang tanam, KCL
0.8 g/lubang tanam. Diberikan dengan jarak 5 cm dari lubang tanam.
2. Susulan 1 (umur 21 hst) : Urea 1,6 g/lubang tanam.
3. Susulan 2 (umur 35 hst) : Urea 1,6 g/lubang tanam.
Di berikan dengan cara dibenam di dalam tanah.
c. Pupuk Pelengkap Cair (PPC)
PPC yang digunakan dalam penelitian ini yaitu; Forset Tonic, Darmasil dan Top One ke
tiganya diberikan saat tanaman berumur dua minggu setelah tanam sampai saat tanaman
berbunga dengan interval penyemprotan 7 hari dengan konsentrasi sesuai perlakuan. Diberikan
pada tanaman dengan cara disemprotkan pada batang, daun bagian atas dan daun bagian bawah
secara merata. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari jam 06.00 sampai jam 08.30.
d. Penyiangan dan Pembumbunan
Mencabut, membersihkan gulma atau tumbuhan liar yang hidup dilahan penelitian dan
sekaligus dilakukan pembumbunan dengan cara menimbun tanah disekitar tanaman.
Pembumbunan dilakukan 2 kali yaitu saat tanaman berumur 21 hst dan 35 hst.
e. Pengairan
Pengairan dilakukan pada saat tanam, pengairan berikutnya dilakukan 2 minggu sekali
sampai tongkol terisi penuh.
f. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama, khususnya lalat bibit dilakukan setelah tanaman berumur 5-6 hari
setelah tanam saat nampak gejala serangan, dilakukan penyemprotan dengan insektisida Marshal
25 ST dengan dosis dan penggunaan yang sesuai. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit
lainnya juga dilakukan secara kuratif atau setelah terjadi serangan. Apabila tidak ada serangan
hama maupun penyakit tidak dilakukan penyemprotan dengan pestisida.
6. Pemanenan
Panen dilakukan setelah tanaman berumur 70 hst. Dengan ditandai penampakan luar
rambut yang mengering, keketatan kelobot, dan kekerasan tongkol ketika digenggam.
D. Parameter Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada tanaman sampel diambil secara acak sebanyak 3 tanaman
dengan parameter pengamatan sebagai berikut :
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman di laksanakan sore hari jam 16.00-17.00, sehari sebelum di
lakukan penyemprotan. Di ukur dari leher akar sampai daun terpanjang yang ditelungkupkan
yang dilakukan setelah tanaman berumur dua minggu dengan selang waktu pengukuran satu
minggu sekali.
2. Jumlah Daun
Jumlah daun diperoleh dari menghitung semua daun yang tumbuh dan sudah membuka
penuh. Dilakukan setelah tanaman berumur dua minggu dengan selang waktu penghitungan satu
minggu sekali. Penghitungan di lakukan sehari sebelum di lakukan penyemprotan pada waktu
sore hari jam 16.00 – 17.00.
3. Berat Tongkol Jagung dengan Kelobot per Tanaman (g)
Memanen tongkol jagung (per tanaman) kemudian menimbang dengan semua
kelobotnya.
4. Berat Tongkol Jagung Tanpa Kelobot per Tanaman (g)
Jagung yang sudah dipanen terlebih dahulu dikupas seluruh kelobotnya, di bersihkan dari
rambutnya dan kemudian ditimbang (per tanaman).
5. Berat Tongkol Jagung dengan Kelobot per Petak (g)
Memanen tongkol jagung per petak kemudian menimbangnya dengan seluruh
kelobotnya.
6. Berat Tongkol Jagung tanpa Kelobot per Petak (g)
Dilakukan dengan mengupas seluruh kelobot jagung per petak kemudian di timbang dan
dilakukan setelah panen.
7. Jumlah Tongkol Jagung per Tanaman
Diperoleh dengan menghitung semua tongkol yang ada per tanaman.
8. Jumlah Tongkol Jagung per Petak
Menghitung semua tongkol jagung yang ada pada masing-masing petak, dilakukan
setelah panen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tinggi Tanaman (Cm)
Hasil akhir pengamatan tinggi tanaman disajikan pada lampiran 1a, sedangkan hasil sidik
ragam pengaruh perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair terhadap tinggi tanaman dapat
dilihat pada lampiran 1b, dan diperjelas dengan histogram pada lampiran 9. Hasil analisis sidik
ragam menunjukkan bahwa perlakuan tiga macam konsentrasi pupuk pelengkap cair, berbeda
nyata terhadap tinggi tanaman.
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair terhadap tinggi
tanaman, dilakukan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%, yang hasilnya
adalah sebagaimana pada Tabel 1.
Pada tabel 1, diperoleh hasil tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan C
(pemberian pupuk pelengkap cair Forset Tonic pada konsentrasi 2,0 ml/l air) yaitu sebesar
133,01cm, sedang tinggi tanaman terendah diperoleh pada perlakuan A (tanpa pemberian pupuk
pelengkap cair) yaitu sebesar 102,11 cm.
Tanpa dilakuakan pemberian (penyemprotan) pupuk pelengkap cair (A), dapat berakibat pada tinggi tanaman jagung manis terendah. Kenyataan ini menunjukkan bahwa unsur hara dalam tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung manis, sehingga tanaman kekurangan unsur hara. Tanaman yang kekurangan unsur hara pada fase vegetatif akan menyebabkan tumbuh rendah (Suriatna, 1992)
Tabel 1. Uji Jarak Berganda Duncan pada Taraf Nyata 5% Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Pupuk
Pelengkap Cair terhadap Tinggi Tanaman (Cm)
Table 1. Duncan Multiple Range Test at 5% significance level Effect Concentration Liquid Fertilizer on
Height of Plant (Cm).
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf nyata 5%.
Pemberian pupuk pelengkap cair Forset Tonic pada konsentrasi 2 ml/l air (C),
menunjukkan angka tertinggi dibanding perlakuan F (pemberian pupuk pelengkap cair Darmasil)
pada konsentrasi yang sama. Hal ini disebabkan unsur hara yang terdapat dalam pupuk
pelengkap cair Forset Tonic lebih tinggi. Pupuk pelengkap cair Forset Tonic mengandung unsur
hara P 10%, sedangakan pupuk pelengkap cair Darmasil hanya 5,3%. Unsur hara P yang terserap
tanaman berfungsi untuk merangsang pertumbuhan titik tumbuh. Dengan demikian
meningkatnya pertumbuhan titik tumbuh apikal (Meristem apikal) dapat menyebabkan tanaman
jagung manis tumbuh tinggi.
B. Jumlah Daun
Perlakuan
(Treatment)
Purata
(Mean)
Notasi Duncan
(Duncan’s Notation)A 102,11 aB 110,53 aC 133,01 cD 124,71 ab
E 114,07 a
F 124,13 ab
G 117,44 a
H 11713 a
I 113,32 a
J 112,24 a
Hasil akhir pengamatan jumlah daun disajikan pada lampiran 2a, sedangakan analisis
ragam jumlah daun dapat dilihat pada lampiran 2b, dan diperjelas dengan histogram pada
lampiran 10. Hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan tiga macam pupuk pelengkap cair
pada macam konsentrasi sesuai perlakuan tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah
daun pada tanaman jagung manis.
Tidak adanya pengaruh nyata perlakuan tiga macam pupuk pelengkap cair pada berbagai
macam kosentrasi terhadap jumlah daun pada tanaman jagunga manis tersebut dikarenakan
pembentukan jumlah daun lebih ditentukan oleh faktor-faktor yang ada pada tanaman itu sendiri
dibandingkan faktor dari luar, seperti kadar unsur hara dalam tanah atau penambahan unsur hara
seperti dengan pengaplikasian pupuk pelengkap cair terhadap tanaman.
Pertumbuhan dan perkembangan komponen hasil suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh
pengelolaan, genotipe dan lingkungan. Secara singakat pertumbuhan tanaman dapat dinyatakan
sebagai fungsi dari genotipe dalam tubuh tanaman itu sendiri dibawah pengaruh faktor-faktor
lingkungan, baik lingkungan diatas permukaan tanah maupun lingkungan dalam tanah yang
dapat diperbarui seperti kandungan air, udara maupun unsur hara dalam tanah.
Dari hasil analisis ragam dapat diduga bahwa walaupun secar genetik pertumbuhan dan
perkembangn bagian-bagian vegetatif tanaman diatas tanah seperti pembentukan daun terutama
ditentukan oleh aktivitas meristem apikal sebagai tempat primordia daun terbentuk dan
merupakan karakteristik tiap spesies tanaman, (Gardner dkk 1991) namun pertumbuhan daun
selanjutnya sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara dan hasil-hasil fotosintesis sebagai
zat pembangun. Sebab bertambah banyak dan besar sel untuk perkembangannya akan
membutuhkan semakin banyak karbohidrat yang disintesis. Bahwa tujuan pemberian pupuk
adalah untuk menambah ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman bagi
pertumbuhannya.
C. Berat Tongkol Jagung dengan Kelobot per Tanaman (g)
Hasil akhir pengamatan berat tongkol jagung dengan kelobot per tanaman disajikan pada
lampiran 3a, sedangkan analisis ragam terhadap berat tongkol jagung dengan kelobot per
tanaman dapat dilihat pada lampiran 3b, dan diperjelas dengan histogram pada lampiran 11.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan macam konsentrasi pupuk pelengkap
cair, berbeda sangat nyata terhadap berat tongkol jagung dengan kelobot per tanaman.
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair terhadap berat
tongkol jagung dengan kelobot per tanaman, dilakukan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf nyata 5%, yang hasilnya adalah sebagaimana pada Tabel 2.
Pada tabel 2, diketahui bahwa berat tongkol jagung dengan kelobot per tanaman tertinggi
diperoleh pada perlakuan C (pemberian pupuk pelengkap cair Forset Tonic dengan konsentrasi 2
ml/l air) yaitu sebesar 448,33 g, yang menunjukkan berbeda sangat nyata diantara perlakuan
lain. Sedangkan berat tongkol jagung dengan kelobot per tanaman terendah pada A (tanpa
pemberian pupuk pelengkap cair) yaitu sebesar 299,44 g. Hal ini menunjukkan bahwa
kandungan hara dan konsentrasi pupuk pelengkap cair Forset Tonic lebih tinggi dibanding pupuk
pelengkap cair lain yang digunakan pada konsentrasi yang sama maupun pada konsentrasi lebih.
Pupuk pelengkap cair Forset Tonic mampu meningkatkan kegiatan fotosintesa dan daya angkut
unsur hara dari dalam tanah ke dalam jaringan, mengurangi kehilangan Nitrogen dari jaringan
daun, meningkatkan pembentukan karbohidrat, lemak, dan protein, serta meningkatkan potensi
hasil tanaman.
Tabel 2. Uji Jarak Berganda Duncan pada Taraf Nyata 5% Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Pupuk
Pelengkap Cair terhadap Berat Tongkol Jagung dengan Kelobot per Tanaman (g).
Table 2. Duncan Multiple Range Test at 5% significance level Effect Concentration Liquid Fertilizer on
Corn Cob with cornhusk Weight per Plant (g).
Perlakuan
(Treatment)
Purata
(Mean)
Notasi Duncan
(Duncan’s Notation)
A 229,44 aB 318,89 aC 448,33 dD 366,67 ab
E 330,00 a
F 394,44 c
G 356,11 a
H 321,67 a
I 375,00 b
J 313,89 a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf nyata 5%.
Tanpa diberikannya pupuk pelengkap cair (A), berat jagung dengan kelobot per tanaman
dihasilkan oleh tanaman jagung manis ter rendah. Setelah diberikannya pupuk pelengkap cair
terjadi peningkatan berat jagung dengan kelobot per tanaman secara nyata. Hal ini disebabkan
dengan diberikannya pupuk pelengkap cair, maka kebutuhan tanaman jagung manis akan unsur
hara tercukupi. Pupuk pelengkap cair mengandung protein dan asam amino yang berguna untuk
merangsang metabolisme tanaman serta merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman (Sumiaty,
1994). Meningktnya pertumbuhan vegetatif tanaman dapat berakibat berat tongkol jagung
semakin bertambah.
D. Berat Tongkol Jagung tanpa Kelobot per Tanaman (g)
Hasil akhir pengamatan berat tongkol jagung tanpa kelobot per tanaman disajikan pada
lampiran 4a, sedangkan analisis ragam terhadap berat tongkol jagung tanpa kelobot per tanaman
dapat dilihat pada lampiran 4b, dan diperjelas dengan histogram pada lampiran 12. Hasil analisis
sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan macam konsentrasi pupuk pelengkap cair, berbeda
sangat nyata terhadap berat tongkol jagung tanpa kelobot per tanaman.
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair terhadap berat
tongkol jagung tanpa kelobot per tanaman, dilakukan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf nyata 5%, yang hasilnya adalah sebagaimana pada Tabel 3.
Pada tabel 3, menunjukan bahwa berat tongkol jagung tanpa kelobot per tanaman
tertinggi diperoleh pada perlakuan C (pemberian pupuk pelengkap cair Forset Tonic pada
konsentrasi 2 ml/l air) yaitu sebesar 291,11 g, yang menunjukkan berbeda nyata dengan
perlakuan pemberian pupuk pelengkap cair yang digunakan dalam penelitian. Sedangkan berat
tongkol jagung tanpa kelobot per tanaman terendah diperoleh pada perlakuan A (tanpa
pemberian pupuk pelengkap cair) yaitu sebesar 208,89 g.
Tabel 3. Uji Jarak Berganda Duncan pada Taraf Nyata 5% Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Pupuk
Pelengkap Cair terhadap Berat Tongkol Jagung tanpa Kelobot per Tanaman (g).
Table 3. Duncan Multiple Range Test at 5% significance level Effect Concentration Liquid Fertilizer on
Corn Cob without cornhusk Weight per Plant (g).
Perlakuan
(Treatment)
Purata
(Mean)
Notasi Duncan
(Duncan’s Notation)
A 208,89 aB 235,00 aC 291,11 fD 255,56 cd
E 238,80 ab
F 277,78 e
G 244,44 bc
H 232,22 a
I 258,33 cd
J 218,89 a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf nyata 5%.
Tanpa dilakukan pemberian (penyemprotan) pupul pelengkap cair (A), dapat berakibat
terhadap berat tongkol jagung tanpa kelobot per tanaman terendah, hal ini disebabkan tanaman
jagung manis kekurangan akan unsur hara. Setelah diberi (disemprot) dengan pupuk pelengkap
cair Forset Tonic pada konsentrasi 2 ml/l air (C), berat tongkol tanpa kelobot yang dihasilkan
tanaman jagung meningkat secara nyata dan jumlahnya terbanyak. Hal ini terjadi karena pupuk
pelengkap cair mempunyai kandungan unsur hara lebih lengkap (Sutapradja dan Hilman, 1994).
Pupuk pelengkap cair Forset Tonic mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh tanaman
yaitu hara makro dan mikro sebagai sumber makanan dan dalam komposisi yang seimbang.
E. Berat Tongkol Jagung dengan Kelobot per Petak (g)
Hasil akhir pengamatan berat tongkol jagung dengan kelobot per petak disajikan pada
lampiran 5a, sedangkan analisis ragam terhadap berat tongkol jagung dengan kelobot per petak
dapat dilihat pada lampiran 5b, dan diperjelas dengan histogram pada lampiran 13. Hasil analisis
sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan macam konsentrasi pupuk pelengkap cair, berbeda
sangat nyata terhadap berat tongkol jagung dengan kelobot per petak.
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair terhadap berat
tongkol jagung dengan kelobot per petak, dilakukan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf nyata 5%, yang hasilnya adalah sebagaimana pada Tabel 4.
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa berat tongkol jagung dengan kelobot per petak,
tertinggi diperoleh pada perlakuan C (pemberian pupuk pelengkap cair Forset Tonic pada
konsentrsi 2,0 ml/l air) yaitu sebesar 6846,67 g, sedangkan berat tongkol jagung dengan kelobot
per petak terendah diperoleh pada perlakuan A (tanpa pemberian pupuk pelengkap cair) yaitu
sebesar 5833,33g.
Tabel 4. Uji Jarak Berganda Duncan pada Taraf Nyata 5% Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Pupuk
Pelengkap Cair terhadap Berat Tongkol Jagung dengan Kelobot per Petak (g).
Table 4. Duncan Multiple Range Test at 5% significance level Effect Concentration Liquid Fertilizer on
Corn Cob Weight with Cornhusk per plot (g).
Perlakuan
(Treatment)
Purata
(Mean)
Notasi Duncan
(Duncan’s Notation)
A 5833,33 aB 6406,67 abC 6846,67 gD 6543,33 d
E 6396,67 ab
F 6763,33 f
G 6476,67 cd
H 6413,33 bc
I 6626,67 e
J 6260,00 a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf nyata 5%.
Tanpa diberikannya pupuk pelengkap cair (A), berat tongkol jagung dengan kelobot per
petak yang dihasilkan terendah. Kenyataan ini menunjukkan bahwa tanpa diberikannya pupuk
spelengkap cair, kebutuhan tanaman akan unsur hara belum tercukupi. Ketersediaan unsur hara
dalam tanah terbatas dan jumlahnya mengalami penurunan (Sutejo, 1993). Rendahnya serapan
hara oleh tanaman dapat menghambat pertumbuhan tanaman terutama pada fase vegetatif dapat
menurunkan pembentukan organ vegetatif seperti daun, batang dan akar, serta proses
pembentukan tongkol pada tanaman jagung, sehingga berat tongkol jagung dengan kelobot
rendah.
Pemberiam pupuk pelengkap cair pada konsentrasi 2 ml/l air (C), ternyata diikuti dengan
berat tongkol dengan kelobot per petak pada tanaman jagung manis untuk jenis pupuk pelengkap
cair Darmasil, kebutuhan tanaman akan unsur hara telah tercukupi. Unsur N sangat diperlukan
untuk perkembangan fase vegetatif, unsur P untuk pertumbuhan dan perkembangan akar seta
pertumbuhan titik tumbuh (Novizan, 2002). Sedangkan unsur K untuk menguatkan batang, untuk
unsur mikro-nya berfungsi sebagai enzim. Meningkatnya pertumbuhan berarti berat tanaman
(berat tongkol dengan kelobot tanaman jagung per petak) meningkat.
F. Berat Tongkol Jagung tanpa Kelobot per Petak (g)
Hasil akhir pengamatan berat tongkol jagung tanpa kelobot per petak disajikan pada
lampiran 6a, sedangkan analisis ragam terhadap berat tongkol jagung tanpa kelobot per petak
dapat dilihat pada lampiran 6b, dan diperjelas dengan histogram pada lampiran 14. Hasil analisis
sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan macam konsentrasi pupuk pelengkap cair, berbeda
sangat nyata terhadap berat tongkol jagung tanpa kelobot per petak.
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair terhadap berat
tongkol jagung dengan kelobot per petak, dilakukan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf nyata 5%, yang hasilnya adalah sebagaimana pada Tabel 5.
Tabel 5. Uji Jarak Berganda Duncan pada Taraf Nyata 5% Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Pupuk
Pelengkap Cair terhadap Berat Tongkol Jagung tanpa Kelobot per Petak (g).
Table 5. Duncan Multiple Range Test at 5% significance level Effect Concentration Liquid Fertilizer on
Corn Cob Weight without Cornhusk per plot (g).
Perlakuan
(Treatment)
Purata
(Mean)
Notasi Duncan
(Duncan’s Notation)
A 4283,33 aB 4690,00 abC 5140,00 fD 4770,00 cd
E 4716,67 abc
F 4946,67 e
G 4750,00 bc
H 4656,67 ab
I 4793,33 d
J 4530,00 a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf nyata 5%.
Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa berat tongkol jagung tanpa kelobot per petak tertinggi
diperoleh pada perlakuan C (pemberian pupuk pelengkap cair Forset Tonic pada konsentrasi 2
ml/l air) yaitu sebesar 5140,00 g, sedangkan berat tongkol jagung tanpa kelobot per petak
terendah diperoleh pada perlakuan A (tanpa pemberian pupuk pelengkap cair) yaitu sebesar
4283,33 g.
Pemberian pupuk pelengkap cair Forset Tonic pada konsentrasi 2 ml/l air (C), berat
tongkol jagung tanpa kelobat per petak yang dihasilkan lebih tinggi dibanding perlakuan F
(pemberian pupuk pelengkap cair Darmasil) untuk konsentrasi yang sama. Hal ini dikarenakan
pupuk pelengkap cair Forset Tonic mempunyai kandungan P lebih tinggi dibanding pupuk
pelengkap cair Darmasil. Meningkatnya serapan unsur hara terutama P dapat meningkatkan berat
tongkol jagung. Unsur P yang terserap akan meningkatkan kegiatan fotosintesa dan daya angkut
unsur hara dari dalam tanah ke dalam jaringan, mengurangi kehilangan Nitrogen dari jaringan
daun, meningkatkan pembentukan karbohidrat, lemak, dan protein, serta meningkatkan potensi
hasil tanaman.
G. Jumlah Tongkol Jagung per Tanaman
Hasil akhir pengamatan jumlah tongkol jagung per tanaman disajikan pada lampiran 7a,
sedangkan analisis ragam terhadap jumlah tongkol jagung per tanaman dapat dilihat pada
lampiran 7b, dan diperjelas dengan histogram pada lampiran 15. Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa perlakuan macam konsentrasi pupuk pelengkap cair, tidak berbeda nyata
terhadap jumlah tongkol jagung per tanaman.
Tidak adanya pengaruh nyata perlakuan macam konsentrasi dari ke tiga pupuk pelengkap
cair ter hadap jumlah tongkol per tanaman jagung manis karena pembentukan buah lebih
dtentukan oleh faktor-faktor yang ada pada tanaman itu sendiri dibandingkan dari faktor luar,
seperti kadar unsur hara dalam tanah atau unsur hara yang sengaja diberikan untuk mencukupi
atau menambah kebutuhan tanaman. Dwidjoseputro (1986) menjelaskan bahwa pembentukan
buah maupun jumlah buah yang terbentuk oleh tanaman ditentukan oleh proses pembungaan
tanaman yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terdapat didalam tanaman seperti hormon dan
genetis, disamping juga faktor dari luar seperti suhu, iklim, air, cahaya matahari dan zat
makanan. Faktor genetik menentukan apakah penyerbukan dapat mengakibatkan pembuahan dan
apakah embrio yang terjadi setelah pembuahan itu mempunyai kekuatan untuk bertahan hidup
menjadi buah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak hasil-hasil pembuahan yang mampu
bertahan hidup dan didukung dengan laju fotosintesis dengan hasil fotosintat yang tinggi maka
dimungkinkan akan semakin banyak pula buah yang terbentuk dalam suatu tanaman.
H. Jumlah Tongkol Jagung per Petak
Hasil akhir pengamatan jumlah tongkol jagung per petak disajikan pada lampiran 8a,
sedangkan analisis ragam terhadap jumlah tongkol jagung per petak dapat dilihat pada lampiran
8b, dan diperjelas dengan histogram pada lampiran 16. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa perlakuan macam konsentrasi dari tiga macam pupuk pelengkap cair, tidak berbeda nyata
terhadap jumlah tongkol jagung per petak.
Pengaruh tidak nyata tersebut, diduga karena pembentukan jumlah tongkol lebih
ditentukan oleh sifat dalam tanaman. Seperti pendapat Sitompul dan Guritno (1995) yang
menyatakan bahwa penampilan tanaman dikendalikan oleh sifat dalam tanaman (gen atau
genetik) dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan. Apabila lingkungan telah berada dalam
kondisi yang sesuai dan menguntungkan bagi tanaman maka pertumbuhannya akan lebih
dikendalikan oleh faktor genetik tanaman.
Selain tersebut diatas, pengaruh tidak nyata terhadap jumlah tongkol jagung per petak
oleh pengaruh konsentrasi tiga macam pupuk pelengkap cair juga diduga karena ketersediaan
unsur hara pada tiga macam pupuk pelengkap cair yang digunakan dalam penelitian belum
mampu mencukupi kebutuhan tanaman jagung manis akan unsur hara terutama N P dan K dalam
menunjuang tumbuh dan perkembangannya, sehingga berakibat pada tidak dapat meningkatnya
jumlah tonngkol jagung pada suatu tanaman maupun pada tiap petak tanaman. Hasil tersebut
sesuai dengan pendapat Gardner, dkk., (1985), bahwa pertumbuhan vegetatif tanaman khususnya
terbentuknya percabangan ketiak pada tanaman jagung yang membentuk pucuk tongkol berjalan
cepat, sangat tergantung pada faktor kelembaban dan ketersediaan akan unsur hara seperti unsur
N P dan K yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Perlakuan konsentrasi pupuk pelengkap cair (PPC) berpengaruh terhadap tinggi tanaman, berat
tongkol jagung dengan kelobot per tanaman, berat tongkol jagung tanpa kelobot per tanaman,
berat tongkol jagung dengan kelobot per petak dan berat tongkol jagung tanpa kelobot per petak.
2. Perlakuan C (pemberian pupuk pelengkap cair Forset Tonic konsentrasi 2 ml/l air) memberikan
pertumbuhan terbaik pada tinggi tanaman yaitu sebesar 133,01 cm, sedangkan tinggi tanaman
terendah diperoleh pada perlakuan A (tanpa pemberian pupuk pelengkap cair) yaitu sebesar
102,11 cm.
3. Perlakuan C (pemberian pupuk pelengkap cair Forset Tonic konsentrasi 2 ml/l air) memberikan
hasil tertinggi pada berat tongkol jagung tanpa kelobot yaitu sebesar 5140,00 g, sedangkan hasil
terendah diperoleh pada perlakuan A (tanpa pemberian pupuk pelengkap cair) yaitu sebesar
4283,33 g.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1992. Sweet corn Baby Corn. Jakarta: Penebar Swadaya.
Anonim. 2004. Panduan Produk Pupuk Organik Cair. Yogyakarta: Natural Nusantara.
Anonim. 2004. Pupuk Organik Cair, Aplikasi dan Manfaatnya. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Dwijoseputro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gardner, F.P., R. Brent Pieare, dan R. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman. Jakarta: UI Press. 424 hal.
Lingga, P. 1992. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar swadaya.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta: Agromedia Pustaka. 140 hal.
Pranoto, S.A. 2004. Pupuk Organik Cair, Aplikasi dan Manfaatnya. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Rubatzky, Mas Yamaguchi dan Vincent E. 1998. Sayuran Dunia 1. Bandung: ITB.
Rukmana, H. 1997. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta: Kanisius.
Sarief, S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung: C.V. Pustaka Buana. 182 hal.
Sitompul, S.M. dan Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakata: UGM
Sumiaty, E., 1994. Pengaruh Pemberian Pupuk Daun “Florodagreen” terhadap Hasil dan Kualitas
Cabai Paprika Kultivar California Wonder yang Ditanam pada Media Tumbuh Pasir.
Bul.Penel.Hort.Vo1.XXVI.No.2, 1994.
Suriatna, S., 1992. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta: Mediatam Sarana Perkasa.
Sutapraja, S dan Hilman Y., 1994. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Daun Tress terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Putih (Allium sativum L.) Kultivar Lumbu Hijau. Bul.Penelt.Hort.Vol.XXVI.No.2, 1994.
Suprapto, H. 1998. Bertanam Jagung. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sutejo, MM., 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Bina Aksara. 177 hal.
Warisno,1998. Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta: Kanisius.