70
FOKUS GRUP DISKUSI (FGD) "MENAKAR EFEKTIVITAS PUSAT PEMULIHAN ASET DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI PENGELOLAAN ASET BERDASARKAN RANCANGAN UNDANG- UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA" JAKARTA, 23 NOVEMBER 2018

JAKARTA, 23 NOVEMBER 2018 - jdih.ppatk.go.idjdih.ppatk.go.id/wp-content/uploads/2018/11/Materi-FGD-RUU... · LATAR BELAKANG Rancangan Undang-Undang tentang Perampasan Aset Tindak

Embed Size (px)

Citation preview

FOKUS GRUP DISKUSI (FGD)

"MENAKAR EFEKTIVITAS PUSAT PEMULIHAN ASET DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI PENGELOLAAN ASET BERDASARKAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA"

JAKARTA, 23 NOVEMBER 2018

2

LATAR BELAKANG

Rancangan Undang-Undang tentang Perampasan Aset Tindak

Pidana (RUU PA) telah mulai disusun sebelum tahun 2010.

Naskah Akademik RUU PA telah selesai disusun oleh BPHN

Kementerian Hukum dan HAM pada tahun 2012.

RUU PA telah masuk 2 (dua) kali dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas), yaitu Prolegnas 2010-

2014 dan Prolegnas 2015-2019 dan sampai dengan saat ini

Rancangan Undang-Undang (RUU) tersebut masih dalam proses

pembahasan antar kementerian di bawah koordinasi Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia sebagai “instansi pemrakarsa”

3

URGENSI PERCEPATAN

• RUU PA merupakan salah satu komitmen pasangan calon Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk mendukung pemberantasan korupsi sebagaimana tertuang dalam salah satu butir NAWACITA, yaitu “mewujudkan sistem dan penegakan hukum yang berkeadilan dalam kebijakan penegakan hukum”, sehingga menurut hemat kami penting bagi seluruh Kementerian/Lembaga (K/L)yang terkait dengan penyusunan RUU PA memprioritaskan percepatan penyelesaian RUU dimaksud

4

UPAYA PERCEPATAN YANG TELAH DILAKUKAN OLEH PPATK

• Penyelenggaraan konsinyering pada bulan November 2015

• Penyelenggaraan FGD pada bulan Desember 2016

• Penyampaian surat ke Presiden perihal Permohonan Dukungan Presiden Dalam Penyelesaian Pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Perampasan Aset Tindak Pidana pada bulan Januari 2017

• FGD “Menakar Efektivitas Pusat Pemulihan Aset Dalam Melaksanakan Fungsi Pengelolaan Aset Berdasarkan Rancangan Undang-Undang tentang Perampasan Aset Tindak Pidana” tanggal 23 November 2018

5

PENDING ISSUES UTAMA –KEWENANGAN PENGELOLAAN

ASETPASAL 47 AYAT (2) RUU PA

• Pasal 1 angka 9 RUU PA memberikan definisi dari Pengelolaan Aset Tindak Pidana, yaitu kegiatan penyimpanan, pengamanan, pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan, penggunaan, pemanfaatan, pengawasan, dan/atau pengembalian Aset Tindak Pidana.

• Rincian dari tata cara pengelolaan aset diatur lebih lanjut dalam BAB IV RUU PA, yang berdasarkan Pasal 47 ayat (2) memberikan kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk melakukan pengelolaan aset.

6

OPSI-OPSI KEWENANGAN PENGELOLAAN ASET• Opsi 1 - diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan, dengan

pertimbangan bahwa Menteri Keuangan diberikan kewenangan sebagaiPengelola Barang Milik Negara, termasuk barang rampasan yang berasal dari tindak pidana.

• Opsi 2 - diselenggarakan oleh Kementerian Hukum dan HAM, denganpertimbangan bahwa berdasarkan Pasal 44 ayat (1) KUHAP memberikan kewenangan kepada rumah penyimpanan benda sitaannegara (RUPBASAN) untuk melakukan penyimpanan terhadap barangsitaan.

• Opsi 3 - diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung, dengan pertimbanganbahwa sejak dibentuknya Pusat Pemulihan Aset (PPA) pada tahun2014, Kejaksaan Agung memiliki tugas melaksanakan kegiatanpemulihan aset yang menjadi kewenangan Kejaksaan RepublikIndonesia sesuai peraturan perundang-undangan.

7

HASIL PENELITIAN PARAMADINA PUBLIC POLICY INSTITUTE DAN NLRP• Amanat pengelolaan aset perlu disusun kelembagaanyang dapat

melaksanakan fungsi penyimpanan terpadu dengan fungsi pengelolaan. Pelaksanaan kedua fungsi-fungsi tersebut hendaknya dilakukan dalam satu atap. Hal ini dimaksudkan agar terjadi rangkaian proses yang tidak terputus dari proses penerimaan, penyimpanan, pelepasan, dan pengelolaan.

• Fungsi pengelolaan aset utamanya akan dilakukan setelah terjadinya putusan pengadilan. Namun, dengan keterpaduan fungsi dalam satu atap, fungsi pengelolaan dapat melakukan perencanaan yang lebih baik yang dilakukan sebelum putusan ditetapkan.

• Untuk aset-aset tertentu dan kasus-kasus tertentu Lembaga Pengelolaan Aset Tindak Pidana dapat memulai fungsi pengelolaan sebelum putusan diperolah. Dengan demikian, nilai aset tersebut dapat dimaksimalkan saat terjadinya realisasi.

8

OUTPUT DAN OUTCOME YANG DIHARAPKAN DARI FGD

• Tersusunnya keputusan bersama antar kementerian terkait K/L yang akan memperoleh kewenangan pengelolaan aset berdasarkan RUU PA

• Tersusunnya rekomendasi kepada Kementerian Hukum dan HAM selaku instansi pemprakarsa untuk dapat melanjutkan pembahasan RUU PA dan mempercepat penyelesaian pembahasan, dengan pertimbangan pending issuesutama mengenai kelembagaan pengelolaan aset telah selesai.

THANK YOU

DIREKTORAT HUKUM PPATK

021-3850455

[email protected]

www.ppatk.go.id

PMK NOMOR 8/PMK.06/2018TENTANGPENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI BARANGRAMPASAN NEGARA DAN BARANG GRATIFIKASI

DASAR HUKUM

UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana1

UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi2

UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara3

UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara4

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia5

PP Nomor 11 Tahun 1947 tentang Mengurus Barang-Barang yang Dirampas dan Barang-Barang Bukti

6

PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah7

KEWENANGAN MENKEU10

menetapkan keputusan PSP BRN

menandatangani surat persetujuanPemindahtanganan, Pemanfaatan,Pemusnahan, atau Penghapusankarena sebab-sebab lain BRN

melaksanakan kewenangan lainsesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan

MENTERI KEUANGAN

DIRJEN KN

Pasal 5

KEWENANGAN JAKSA AGUNG10

melakukan Penatausahaan

melakukan pengamanan administrasi,fisik, dan hukum terhadap BRN yangberada dalam penguasaannya

Mengajukan usul PSP,Pemindahtanganan, Pemanfaatan,Pemusnahan, atau Penghapusankepada Menkeu

melaksanakan kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

KEJAKSAAN

Pasal 10

PELIMPAHAN WEWENANG12

KEPALA KANWIL DJKN

MELIPUTI

KEPALA KPKNL

BRN dengan indikasi nilai >Rp500 juta-Rp1M

BRN dengan indikasi nilai s.d. Rp500juta

a. menetapkan keputusan PSP; dan

b. menandatangani surat persetujuanPemindahtanganan, Pemanfaatan,Pemusnahan, atau Penghapusan.

01

00

02

Pasal 6

Indikasi nilai ditetapkan oleh Kejaksaan/KPK berdasarkan:

a. perhitungan yang dilakukan oleh Kejaksaan/KPK; atau

b. apabila Kejaksaan/KPK tidak dapat melakukan perhitungan indikasinilai tersebut, Kejaksaan/KPK dapat meminta bantuan kepadainstansi/unit kerja yang kompeten.

Pasal 6 ayat 4

PENYELESAIAN BRN12

PENGELOLAAN

Dalam hal tidak laku

lelang/ tidak melalui

penjualan:

a. PSP;

b. Pemindahtanganan;

c. Pemanfaatan;

d. Pemusnahan; dan/atau

e. Penghapusan.

PENGURUSAN

PENJUALAN LELANG

(PASAL 273 KUHAP)

Pasal 15, 16

11

Untuk kepentingannegara ditetapkanstatus penggunaannyaoleh Menkeu atas usulKejaksaan dan/ atauKPK;

BRN berupa selain tanah dan/atau bangunan yang:

1) tidak mempunyai nilaiekonomis atau secaraekonomis memiliki nilai lebihrendah dari biaya yang harusdikeluarkan apabiladitempuh proses lelang,

2) dapat membahayakanlingkungan atau tata niaga,

3) dilarang untuk beredarsecara umum sesuai denganketentuan peraturanperundang-undanganberdasarkan pertimbanganKejaksaan dan/ atau KPK,

Untuk penyelenggaraantusi Pemda dihibahkanoleh Menkeu atas usulKejaksaan dan/atauKPK;

BRN berupa selain tanahdan/atau bangunandengan kondisi busukatau lapuk dapatlangsung dilakukanPemusnahan olehKejaksaan dan/ atau KPKtanpa persetujuanMenkeu.

01

03

02

04

BRN YANG PENGELOLAANNYA TIDAK MELALUI PENJUALAN

Pasal 17

PENGELOLAAN BRN

Kejaksaan dan/atau KPK dapat mengajukan usulan Pengelolaan BRNkepada Menteri Keuangan untuk mendapatkan persetujuan.

Pelaksanaan lebih lanjut atas pengelolaan BRN dilakukan dengan berpedoman pada tata cara sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN.

Pasal 16, 20 ayat 8

Menteri KeuanganPengurus BRN

Permohonan dilampiri dengan:a. data K/L calon pengguna BRN;b. alasan/ tujuan Penggunaan;c. nomor dan tanggal putusan pengadilan

terkait;d. bukti kepemilikan atau dokumen lainnya

yang setara;e. nilai perkiraan;f. jenis BRN;g. spesifikasi BRN;h. lokasi BRN; dani. data teknis lainnya.

Pemberitahuan danalasan kepadapemohon

Pengelola Barang menetapkan Keputusanpenetapan status Penggunaan paling sedikitmemuat:a. pertimbangan penetapan status

Penggunaan;b. Barang Rampasan Negara yang ditetapkan

statusnya;c. K/L yang ditetapkan sebagai pengguna

barang; dand. tindak lanjut penetapan status Penggunaan

Barang Rampasan Negara.

PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN BARANG RAMPASAN

Melakukan penelitian

Usulan disertai pula dengan dokumenberupa:a. fotokopi putusan pengadilan terkait;

danb. surat pernyataan kesediaan menerima

PSP dari Menteri/Pimpinan Lembagayang akan menerima BRN.

Berita acara yang ditanda-tangani oleh Pengelola Barangdan Pengurus BRN yangmengajukan usulan.

Pasal 20

Menteri KeuanganPengurus BRN

Permohonan dilampiri dengan:a. data calon penerima Hibah;b. alasan/ tujuan Hibah;c. nomor dan tanggal putusan pengadilan

terkait;d. bukti kepemilikan atau dokumen lainnya

yang setara, apabila ada;e. nilai per kiraan;f. jenis BRN;g. spesifikasi BRN;h. lokasi BRN; dani. data teknis lainnya.j. fotokopi putusan pengadilan terkait;

dank. surat pernyataan kesediaan menerima

hibah dari Menteri/Pimpinan Lembagayang akan menerima BRN.

Pemberitahuan danalasan kepadapemohon

Pengelola Barang menetapkan Surat persetujuanHibah paling sedikit memuat:a. pertimbangan Hibah;b. identitas Penerima Hibah;c. data BRN yang dihibahkan;d. peruntukan Hibah.

PEMINDAHTANGANAN BARANG RAMPASAN

Melakukan penelitian

Pengurus BRN:a. menetapkan keputusan Hibah;b. menyusun konsep naskah Hibah;c. menandatangani naskah Hibah dengan pihak penerima Hibah;d. melakukan pencocokan dan penelitian barang;e. melakukan serah terima kepada penerima Hibah; danf. membuat Berita Acara Serah Terima yang ditandatangani oleh pejabat yang ditunjuk.

Berita acara yang ditanda-tangani oleh Pengelola Barangdan Pengurus BRN yangmengajukan usulan.

Pemindahtanganandilakukan melaluimekanisme Hibah.

Pasal 21, 22

PEMANFAATAN BRN1. Pemanfaatan diusulkan oleh Pengurus BRN atas BRN.

2. Pemanfaatan tidak mengubah status objek Pemanfaatan sebagai BRN.

3. Pemanfaatan dilakukan dengan tujuan:

a. mengoptimalkan nilai Barang Rampasan Negara dengan pemeliharaan dan pengamanan;

b. meningkatkan penerimaan negara;

c. mencegah pihak lain dalam menggunakan, memanfaatkan, dan mendapatkan hasil secaratidak sah atas Barang Rampasan Negara; dan/ atau

d. pertimbangan kepentingan umum yang terkait dengan Barang Rampasan Negara.

4. Pemanfaatan dilakukan dalam bentuk:

a. Sewa;

b. Pinjam Pakai;

c. Kerjasama Pemanfaatan;

d. Bangun Guna Serah/ Bangun Serah Guna; atau

e. Kerjasama Penyediaan Infrastruktur. Pasal 23

Menteri Keuangan

Pengurus BRN

Permohonan dilampiri dengan:a. pertimbangan yang mendasari usulan

Pemanfaatan;b. proposal rencana usaha Pemanfaatan;c. data Barang Rampasan Negara yang

akan dijadikan objek Pemanfaatan; dand. jangka waktu Pemanfaatan.

Pemberitahuan danalasan kepadapemohon

Pengelola Barang menetapkan Surat persetujuanPemanfaatan paling sedikit memuat:a. identitas Pengguna Barang;b. data BRN yang dimanfaatkan; danc. jangka waktu Pemanfaatan.

PEMANFAATAN BRN

Melakukan penelitian

Berita acara yang ditanda-tangani oleh Pengelola Barangdan Pengurus BRN yangmengajukan usulan.

Pasal 23, 24, 25, 26

Menteri Keuangan

Pengurus BRN

Permohonan dilampiri dengan:a. alasan Pemusnahan BRN; danb. data BRN yang akan dimusnahkan,

paling sedikit memuat nomor dantanggal putusan pengadilan terkait,dan identitas barang,

c. fotokopi putusan pengadilan terkait. Pemberitahuan danalasan kepadapemohon

Pengelola Barang menetapkan Surat persetujuanPemusnahan paling sedikit memuat:a. pertimbangan dan alasan disetujuinya Pemusnahan BRN;b. data BRN yang disetujui untuk dimusnahkan; danc. kewajiban Pengurus BRN untuk melaporkan pelaksanaan

Pemusnahan BRN kepada Pengelola Barang.

PEMUSNAHAN BRN

Melakukan penelitian

Berita acara yang ditanda-tangani oleh Pengelola Barangdan Pengurus BRN yangmengajukan usulan.

Pengurus BRN:a. melakukan Pemusnahan BRN; danb. membuat Berita Acara Pemusnahan yang

ditandatangani oleh Pengurus BRN.

Pasal 27

PENGHAPUSAN BRN

Penghapusan dari daftar BRN dilakukan dalam hal BRN sudah tidak beradadalam penguasaan Pengurus BRN karena:a. Penjualan, berdasarkan Risalah Lelang dan Berita Acara Serah Terima,

dalam hal Penjualan dilakukan secara lelang; atau Berita Acara SerahTerima, dalam hal Penjualan dilakukan tanpa melalui lelang.;

b. penetapan status Penggunaan, berdasarkan Berita Acara Serah Terima;c. Hibah, berdasarkan Berita Acara Serah Terima;d. Pemusnahan, berdasarkan Berita Acara Pemusnahan; ataue. sebab-sebab lain, berdasarkan keputusan Penghapusan Barang Rampasan

Negara.

Pasal 28

PENGHAPUSAN BRN

Sebab-sebab lain merupakan sebab-sebab yang secara normal dapatdiperkirakan wajar menjadi penyebab Penghapusan, termasuk namun tidakterbatas pada:

1. hilang, kecurian, terbakar, susut, menguap, mencair;2. mati untuk hewan, ikan, dan tanaman;3. harus dihapuskan untuk bangunan yang berdiri di atas tanah Pihak Lain

atau Pemda karena tidak dapat dilakukan Pemindahtanganan;4. harus dihapuskan untuk Aset Tetap Renovasi (ATR) atas aset milik Pihak

Lain karena tidak dapat dilakukan Pemindahtanganan;5. harus dihapuskan untuk bangunan dalam kondisi rusak berat dan/ atau

membahayakan lingkungan sekitar; atau6. sebagai akibat dari keadaan kahar (force majeure).

Pasal 29

Menteri KeuanganPengurus BRN

Permohonan dilampiri dengan:a. jenis BRN yang akan dihapuskan;b. spesifikasi BRN yang akan dihapuskan;c. alasan Penghapusan;d. nomor dan tanggal putusan pengadilan

terikat;e. bukti kepemilikan atau dokumen lainnya

yang setara, apabila ada;f. nilai per kiraan;g. lokasi BRN; danh. data teknis lainnya.

Pemberitahuan danalasan kepadapemohon

Pengelola Barang menetapkan Surat persetujuanPenghapusan karena sebab-sebab lain paling sedikitmemuat:a. pertimbangan dan alasan disetujuinya Penghapusan BRN;b. data BRN yang disetujui untuk dihapuskan; danc. kewajiban Pengurus BRN untuk melaporkan pelaksanaan

Penghapusan BRN kepada Pengelola Barang.

PENGHAPUSAN BRN KARENA SEBAB-SEBAB LAIN

Melakukan penelitian

Berita acara yang ditanda-tangani oleh Pengelola Barangdan Pengurus BRN yangmengajukan usulan.

Pengurus BRN:a. menetapkan keputusan Penghapusan;b. melakukan Penghapusan BRN dari Daftar

BRN; danc. menyampaikan laporan Penghapusan BMN

kepada Pengelola Barang paling lama 1(satu) bulan sejak keputusan Penghapusanditandatangani dengan melampirkankeputusan Penghapusan tersebut. Pasal 30

PENILAIAN BRNPe

nila

ian

Pemanfaatan

Pemindahtanganan

Nilai Wajar

Penetapan Nilai Limit lelangdilakukan setelahmempertimbangkan faktor risikoPenjualan melalui lelang, yangmeliputi :a. bea lelang;b. biaya pengosongan

bangunan/lahan; dan/ atauc. biaya lainnya yang berkaitan

langsung

Pasal 31

PELAPORAN BRN

Kejaksaan Negeri

Kejaksaan Tinggi

Kejaksaan Agung

Menteri Keuangan

KPK

Menteri Keuangan

Secara semesteran

dan

tah

un

an

Penyusunan Laporan BRN

Manual

Sistem aplikasi pendukung

Bahan penyusunan LKPP

Pasal 33, 34, 35

PENYIMPANAN DOKUMEN BRN

Kejaksaan dan KPK menyimpan dokumen legalitas kepemilikan dan dokumenpendukung lainnya atas BRN yang berada dalam penguasaannya.

Pasal 32

Terima kasih

KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM RI

Direktorat Pelayanan Tahanan dan PengelolaanBasan dan Baran

2018

DASAR HUKUM1. Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (HAP), Pasal 44

Ayat (1) Benda sitaan disimpan dalam Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara.

2. Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 29 Negaraberkewajiban memberikan perlindungan terhadap Individu, Keluarga dan HartaBenda.

3. Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal270 Ayat (2) Benda Sitaan Disimpan di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Hukum AcaraPidana. Pasal 27 Ayat (1), (2), (3), dan (4) Pasal 30 ayat (2) dan (3) dan Pasal 31 Ayat (1)

5. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No: M.04.PR.07.03 tahun 1985Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Tahanan Negara dan Rumah PenyimpananBenda Sitaan Negara.

6. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 16Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang RampasanNegara Pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara.

7. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor : PAS-140.PK.02.01 Tahun 2015Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negaradi Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Hukum Acara Pidana.

Pasal 27 Ayat (1), (2), (3), dan (4).

(1) Didalam Rupbasan ditempatkan benda sitaan yang harus disimpan untukkeperluan barang bukti dalam pemeriksaan tingkat Penyidikan,Penuntutan dan Pengadilan termasuk barang yang dinyatakan dirampasberdasarkan Putusan Hakim.

(2) Dalam hal benda sitaan sebagimana yang dimaksud dalam Ayat (1) tidakmungkin dapat disimpan dalam Rupbasan, maka cara penyimpananbenda sitaan tersebut diserahkan kepada Kepala Rupbasan.

(3) Benda Sitaan disimpan ditempat Rupbasan untuk menjamin keselematandan keamanannya.

(4) Kepala Rupbasan tidak boleh menerima benda sitaan yang harusdisimpan untuk keperluan barang bukti dalam pemeriksaan jika tidakdisertai surat penyerahan yang sah yang dikeluarkan oleh Pejabat yangbertanggung jawab secara yuridis atas benda sitaan tersebut.

Pasal 30 Ayat (1), (2) dan (3)

(1) RUPBASAN dikelola oleh Departemen Kehakiman;(2) Tanggung Jawab Yuridis atas benda sitaan ada pada

Pejabat sesuai tingkat Pemeriksaan (Penyidikan,Penuntutan dan Pengadilan);

(3) Tanggung Jawab secara Fisik atas benda sitaan ada padaKepala Rupbasan.

Pasal 32 Ayat 1(1) Di samping tanggung jawab secara fisik atas benda

sitaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3)Kepala RUPBASAN bertanggung jawab atas administrasibenda sitaan;

.

Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara dan Barang RampasanNegara (Rupbasan) dibentuk berdasarkan amat Undang-UndangNO. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Pasal 44 ayat (1)Benda sitaan disimpan dalam Rumah Penyimpanan Benda SitaanNegara yang sarat dengan unsur perlindungan Hak AsasiManusia.Pembentukan Rupbasan bertujuan untuk menerapkan “Check danBalance” melalui prinsip netralitas dan prinsip pemisahan fungsipada pelaksanaan Penegakkan Hukum, Perlindungan HAM danPenyelamatan Aset hasil tindak pidana.

PERAN RUPBASAN

Peran RUPBASAN dalam tata peradilan pidana terpaduadalah untuk menerapkan dan menjalankan fungsi“Check and Balance” melalui prinsip netralitas danprinsip pemisahan fungsi, penerapan azas praduga takbersalah, dan upaya paksa pada pelaksanaan penegakanhukum, perlindungan HAM, dan penyelamatan aset hasiltindak pidana dalam penyelenggaraan peyimpanan,pengelolaan, penyelamatan, dan pengamanan bendasitaan dan barang rampasan negara.

Hal ini berarti RUPBASAN berperan menjamin danmelindungi Hak Kepemilikkan atas benda milik seseorang(korban) yang disita oleh penyidik untuk dijadikan barangbukti di pengadilan sampai adanya putusan Hakim yangmemiliki kekuatan hukum tetap.

WEWENANG RUPBASAN

A. UNDANG-UNDANG NO 8 TAHUN 1981 TENTANG KUHAP

Sebagai tempat Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Psl. 44 Ayat (1)

B. PERATURAN PEMERINTAH RI NOMOR 27 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAANKUHAP

1. Tanggung jawab fisik atas Basan ada pada Kepala RUPBASAN.(Psl 30 ayat 3)

2. Di samping tanggung jawab secara fisik atas benda sitaan Kepala RUPBASANbertanggung jawab atas administrasi benda sitaan (Pasal 32 ayat 1)

3. Dalam hal benda sitaan tidak mungkin dapat disimpan dalam RUPBASAN, makacara penyimpanaan benda sitaan tersebut diserahkan kepada Kepala Rupbasan.(Pasal 27 ayat 2)

4. Benda sitaan disimpan di Rupbasan untuk menjamin keselamatan dankeamanannya. (Pasal 27 ayat 3).

5. Di dalam RUPBASAN ditempatkan basan yang harus disimpan untuk keperluanbarang bukti dalam proses peradilan termasuk barang rampasan.(Pasal 27 ayat 1).

Tugas dan Fungsi Rupbasan

Melaksanakan Pengelolaan, Penyimpanan danpemeliharaan benda sitaan dan barang rampasan negara.

- Melaksanakan pengadministrasian benda sitaan danbarang rampasan negara

- Melakukan pemeliharaan dan mutasi benda sitaan danbarang rampasan negara.

- Melakukan pengamanan dan penyelamatan bendasitaan dan barang rampasan negara.

- Melakukan urusan tata usaha

ASPEK TUGAS DAN FUNGSI RUPBASAN

1. Pelaksanaan Penegakan HukumMenjamin barang bukti berupa benda sitaan tidak rusak, tertukar dan hilang sebagai alat bukti untuk keperluanproses peradilan

2. Perlindungan HAMHal ini berarti RUPBASAN berperan menjamin dan melindungi Hak Kepemilikkan atas benda milik seseorang (korban) yang disita oleh penyidik untuk dijadikan barang bukti di pengadilan sampai adanya putusan Hakim yang memiliki kekuatan hukum tetap.

3. Penyelamatan Aset Hasil Tindak Pidana Dalam Penyelematan aset Rupasan melakukanpenyimpanan, pengelolaan, penyelamatan, dan pengamanan benda sitaan dan barang rampasan negara.

NO KEGIATAN PENYELAMATAN

1 Kegiatan Penyimpanan dan Perawatan bertujuan untuk menjaga agar nilaibarang tetap terjaga tidak sampai rusak atau hilang

2 Memberikan nilai taksiran dan menetapkan kondisi fisik terhadap Benda Sitaanyang dititipkan peneggak hukum yang secara yuridis memiliki kewenanganpenyitaan

3 Melakukan Pemeliharaan Benda Sitaan dan kerjasama dengan institusi lain agar benda sitaan tetap terpelihara dan tidak cepat menyusut

4. Penyimpanan Benda Sitaan akan disimpan di gudang sesuai dengan jenis danklasifikasi Benda sitaan (Gudang Umum dan Gudang Khusus)

5 Penegakan putusan Hakim dalam proses peradilan terhadap Benda Sitaanberupa : Pengembalian benda siatan ke pemilik, Perampasan oleh negaraDan dimusnahkan

6 Dalam kegiatan Pengelolaan, penyimpanan dan pemeliharaan benda sitaan danbarang rampasan di Rupbasan didukung dengan petugas yang memeliki profesikeahlian khusus dalam menganilasa jenis, mutu, kualitas, dan kondisi barangdan mengklasifikasikan penempatan, penyimpanan di gudang yang sesuaidengan jenis barang agar tetap terjaga nilainya dan tidak hilang, juga adanyatenaga profesi khusus terhadap pemeliharaan sesuai dengan jenis bendasitaan.

Penyalamatan Aset dalam Rupbasan

HARAPAN TATA KELOLA BASAN BARAN

PADA RUPBASAN1. Benda Sitaan disimpan di Rupbasan

Diatur Mengenai Kewajiban Melaporlkan dan menyerahkan Basan ke Rupbasan dalam jangka

watu 7 (tujuh) hari setelah dilakukannya penyitaan. Jika tidak dilaporkan dan diserahkan maka

Kepala Rupbasan berwenang meminta penetapan hakim untuk memerintahkan penyidik dan

penuntut umum agar menempatkan Basan di Rupbasan.

2. Pelelangan Benda Sitaan

Kepala Rupbasan berwenang memberikan rekomendasi kepada penanggung jawab yuridis

terhadap benda yang dapat lekas rusak, membahayakan atau memakan biaya pemeliharaan

yang terlalu tinggi agar bisa dijual lelang atau dikonversi dalam bentuk lain untuk diamankan.

Hasil lelang berupa uang atau bentuk lain digunakan sebagai barang bukti dan disimpan dalam

rekening bank atas nama rupbasan

3. Kewajiban Penegak Hukum dan Pengadilan

larangan penggunaan Benda Sitaan, kewajiban menyampaikan salinan putusan dan atau

penetapan surat ijin penyitaan dari Ketua PN wajib menyampaikan tembusan ke Rupbasan.

4. Pemutihan Benda Sitaan yang Statusnya tidak jelas

Kepala Rupbasan wajib melakukan klarifikasi kepada penangung jawab yuridis terhadap Basan

yang sudah lewat jangka waktunya dan bila tidak mendapatkan klarifikasi Kepala Rupbasan

wajib meminta ketentuan Hakim, kemudian mengumumkan penetapan Hakim di media yang

dapat diakses masyarakat. Dalam jangka waktu 30 hari setelah pengumuman dimaksud Kepala

Rupbasan berhak melaksnakan penetapan tersebut. Hasil pelelngan Basan dalam bentuk uang

dimasukan ke kas negara untuk dan atas nama Rupbasan.

HARAPAN ADANYA UU PERAMPASAN ASET

Apabila RUU Perampasan Aset terbentuk Rupbasan danpetugas dalam menjalankan pengelolaan bendan sitaantetap mengacu dengan perundang-undangan yang masihberlaku saat ini.

RUU Perampasan Aset yang ada jangan mengurungi tugasdan fungsi Rupbasan

RUU Perampasan Aset yang akan terbentu jangan sampaiberbenturan dengan perundang-undangan yang sudahada/atau masih berlaku.

PENUTUP

Menjadi harapan setiap orang, baik sebagai individu,

keluarga, masyarakat maupun badan hukum yang

bermasalah dengan hukum, barang bukti yang disita oleh

negara dapat kembali dalam keadaan baik / sesuai dengan

kondisi semula, minimal tidak menjadi lebih buruk dari

sebelum dilakukan penyitaan.

TERIMA KASIH

1

Prospek Kinerja PPA sebagai Badan

Perampasan Aset dalam Kerangka RUU

Perampasan Aset

FGD “Menakar Efektivitas PPA dalam Melaksanakan FungsiPerampasan Aset Berdasarkan RUU Perampasan Aset”

Jakarta, 23 November 2018

M. Yusfidli Adhyaksana

Kabid Pemulihan Aset Transnasional

Pusat Pemulihan Aset Kejaksaan RI

2

Poin utama presentasi

◼ Kebutuhan Adanya RUU Perampasan Aset.◼ FATF standard.

◼ Rumusan Pasal Terkait Ruang Lingkup.

◼ Tujuan/sasaran RUU Perampasan Aset.

◼ Alat Bukti dan Pembalikan Beban Pembuktian.

◼ Kejaksaan, PPA dan kinerja dalam pemulihan aset.

◼ Rencana Badan Pengelolaan Aset (yan benar: Badan Perampasan Aset).

◼ Kesimpulan: RUU Perampasan Aset yang Efektif.

3

Kebutuhan Adanya RUU Perampasan Aset

◼ UU Perampasan Aset dibutuhkan untuk mengisi

kekosongan hukum positif.

◼ Sebagai implementasi konsep/rejim NCB (Non-Conviction

Based) confiscation.

◼ Terbitnya PERMA Nomor 1 Tahun 2013.

◼ Aset terkait tindak pidana yang ditemukan setelah dakwaan

dibacakan.

4

FATF Recommendations and APG ML evaluation

◼ Indonesia memiliki rating yang baik di antara negara-negara yang dinilai oleh APG.

◼ Masih terdapat kelemahan dalam kerangka hukum nasionalmengenai perampasan asset, yaitu terkait dengan“corresponding value” dan pemulihan asset setelah putusanberkekuatan hukum tetap.

◼ Indonesia diharapkan untuk memiliki kerangka hukum yang efektiv dalam hal perampasan asset tanpa pemidanaanterhadap pelakunya (Non conviction based asset confiscation).

5

Rumusan Pasal Terkait Ruang Lingkup

◼ Aset yang berasal dari atau diperoleh langsung/tidaklangsung dari suatu tindak pidana;

◼ Aset yang digunakan sebagai sarana melakukan tindakpidana;

◼ Aset terkait tindak pidana;

◼ Ketidakseimbangan total harta kekayaan dengan sumberpenghasilan atau sumber penambahan kekayaan yang sah.

6

Tujuan/sasaran RUU Perampasan Aset

◼ Pada kenyataannya, ada perkara pidana yang tidak dapatdisidangkan, baik karena tersangkanya melarikan diri, meninggal atau sebab lain;

◼ Terdapat aset/harta kekayaan yang secara signifikan tidakseimbang dengan sumber penghasilan/penambahankekayaan, dan berasal dari tindak pidana;

◼ Konsep NCB confiscation/in rem forfeiture adalahperampasan aset tanpa penghukuman/pemidanaanterhadap pelakunya.

7

Alat Bukti dan Pembalikan Beban Pembuktian

◼ Alat bukti dalam RUU memiliki cakupan yang sangat luas;

◼ Hal yang bersifat umum tidak perlu dibuktikan;

◼ Pelaksanaan pembalikan beban pembuktian tidakmenghilangkan fungsi negara untuk merangkai fakta-faktahukum bahwa aset dimaksud memang memiliki keterkaitandengan tindak pidana;

◼ Contoh implementasi pembalikan beban pembuktian dapatdilihat pada kasus Bahasyim Assifie dan kasus Agi Sugiono

8

Kejaksaan dan Prospek Efektivitas

Pemulihan Aset

◼ PPA diharapkan mampu menjadi strategi yang efektif untukmemulihkan aset tindak pidana, baik dalam bentukpenelusuran, maupun pada tahap penyelesaian barangrampasan negara;

◼ Pada Jampidsus, telah dibentuk sub-direktorat penelusuranaset dan barang bukti(setingkat eselon 3);

◼ Potensi pemulihan aset dari perkara pidana yang sudahberkekuatan hukum tetap, sangat besar (uang pengganti, kerugian para korban penipuan dalam skala besar, hasilkejahatn nakoba dsb.);

◼ Kejaksaan memiliki Jaksa Pengacara Negara yang terbiasadan terlatih menghadapi gugatan dan sengketa hukum.

PenelusuranAset

Serangkaian tindakan mencari, meminta, memperoleh danmenganalisa informasi utk mengungkap & mengetahui asal usul& keberadaan aset

PengamananAset

Serangkaian tindakan untuk mencegah aset berpindah tangan kepada pihak lain, baik secara fisik, administrasi atau hukum.

PemeliharaanAset

Serangkaian tindakan perawatan thd aset untuk menjaga keutuhan nilai

PerampasanAset

Tindakan paksa yang dilakukan oleh negara untukmemisahkan hak atas aset berdasarkan putusan pengadilan

PengembalianAset

Tindakan menyerahkan aset kepada korban / pemiliknya yang berhak

RANGKAIAN TAHAP KEGIATAN PEMULIHAN ASET di PPA

9www.ppa.go.id

10

Pusat Pemulihan Aset dan Kinerjanya

◼ Berdiri sejak 2014, dan sekarang memiliki 4 bidang: pemulihan aset nasional, pemulihan aset transnasional, database dan pertukaran informasi, serta benda sitaan dan barang rampasan;

◼ Pada tingkat kejaksaan negeri terdapat struktur baru yaitu: kepala seksi pengelolaan barang bukti dan barangrampasan;

◼ PPA berperan penting dalam pemenuhan denda pajak 2.5 Triliun pada tahun 2014, dan pembayaran kepada negara sebesar lebih dari Rp. 240 Milyar pada kasus Supersemar.

11

Pusat Pemulihan Aset dan Kinerjanya-2-

Tahun Kinerja PenyelesaianAset Tindak Pidana

2015 69.670.375,00

2016 25.782.114,00

2017 126.593.563,00

2018 (s.d.Sept)

53.649.400,00

TOTAL 275.695.452,00

12

Prospek Pusat Pemulihan Aset di bidang lintas negara dan

peningkatan efektivitas data

benda sitaan dan barang rampasan

◼ PPA Kejaksaan adalah pemegang Presidency ARIN-AP 2018, dan telah menyelenggarakan AGM 2018 dan Asset Forfeiture Workshop (kerjasama dengan DHA Australia) di Bali, 5-6 dan 7-9 November 2018;

◼ PPA juga sebagai observer di CARIN (Camden Asset Recovery Inter-agency Network), jejaring informal pemulihan aset untuk wlayah Eropa;

◼ Usulan Prioritas PPA di bidang lintas negara: hasilkejahatan korupsi, narkoba dan TPPU di Indonesia yang berasal dari foreign predicate crime;

◼ PPA akan memiliki ARSSYS-asset recovery secure data system di tahun 2019.

13

Rencana Badan Pengelolaan Aset

◼ Lebih tepat apabila disepakati suatu “Badan PerampasanAset”, bukan “Badan Pengelola Aset”;

◼ Terdapat 3 (tiga) opsi tempat BPA: Kemenkeu, Kejaksaan(PPA) dan Kemenkumham (Rupbasan);

◼ Kejaksaan memiliki Pusat Pemulihan Aset (PPA) yang tugasdan fungsinya terkait aset-aset terkait tindak pidana (baikdalam konteks conviction-based confiscation, maupunNCB);

◼ Dalam RUU Perampasan Aset Jaksa Pengacara Negara akanberperan pada proses pengadilan. Perlu dipertimbangkanmengenalkan peran “jaksa pemulihan aset”.

14

Kesimpulan: RUU Perampasan Aset yang Efektif

◼ UU Perampasan Aset diperlukan bagi kasus pidana yang tidak dapat disidangkan karena berbagai hal, serta untukmengisi kekosongan hukum perampasan aset;

◼ Konsep/rejim NCB/in rem dalam RUU PA juga dimaksudkanuntuk mengatasi kesulitan pembuktian adanya keterkaitan(nexus) antara aset dengan perbuatan pidana.

◼ UU Perampasan yang efektif adalah yang membangunsubstansi, mekanisme dan struktur yang memang belumada dalam hukum positif (mengisi kekosongan hukum);

◼ lembaga baru dapat dibentuk secara efektif dan efisien, dengan menyesuaikan organisasi PPA Kejaksaan, dan merancang PPA yang bersifat terbuka terhadap peran K/L lain dalam “job-division”.

15

Terima Kasih

Dr. Dhahana Putra

Direktur Perancangan Peraturan Perundang-undangan

Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan

masuk dalam Program Legislasi Nasional jangka menengah Tahun 2015-2019

terakhir disusun pada tahun 2010

Melibatkan anggota dariberbagai K/L antara lain:-Kementerian Hukum dan HAM- PPATK;- Kemenpan dan RB;- Kementerian

Keuangan;- Kementerian

Sekretariat Negara;- Akademisi FH UI;- POLRI;- KPK;- Kejaksaan Agung; dan- Tenaga Ahli

sudah disampaikan ke Dit. Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan I melalui Nota dias Direktur Perancangan Peraturan Perundang-undangan tanggal 18 November 2010

RUU PerampasanAset TindakPidana telahselesai proses pengharmonisasian

RUU PerampasanAset Tindak Pidanatelah disampaikankepada Presidenmelalui surat Menteri Hukum dan HAM NomorM.HH.PP.02.03-46 tanggal 12 Desember2011

Deputi BidangPerundang-undanga, Kementerian Sekretariat Negara mengembalikan RUU tersebut melalui suratnomor B-175/Kemsetneg/D-4/PU.00/09/2014 tanggal 25 September 2014

Karena masihterdapatsubstansi yang belumdisepakati oleh Menteri Keuangan, Jaksa Agung, dan Kapolri.

Kapolri belum membubuhkan paraf, karena perludilakukan pembahasan lebih lanjut di internal

POLRI

Jaksa Agung belum membubuhkan paraf, karena belum menyepakati unit pengelola

aset tindak pidana

Menteri Keuangan telah membubuhkan paraf, tetapi perlu dilakaukan penyempurnaan Pasal 60

dan penjelasan Pasal 64 ayat (1)

PERMASALAHAN SUBSTANSI

• Beberapa kali melakukan rapat penyusunan, namun belum dapat disepakati terkait denganLembaga pengelola aset tindak pidana.

• Memunculkan wacana pengelolaan diserahkankepada Rupbasan (sesuai dengan KUHAP, PP 27/1983, dan Perpres 44/2015)

Kementerian Hukumdan HAM

UPAYA PERCEPATAN PEMBAHASAN

TAHUN 2016

Perlu memperhatikan nawacita Presiden untuk

memastikan kesepakatan terhadap Lembaga

yang berwenang mengelola.

Percepatan dapat dilakukan jika hal di atas

telah diambil keputusannya. Mengingat RUU

tersebut telah masuk ke dalam Prolegnas

Jangka Menengah dan telah diharmonisasikan.

Pengelolaan Aset Tindak Pidana yang selanjutnya disebut Pengelolaan Asetadalah kegiatan penyimpanan, pengamanan, pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan, penggunaan, pemanfaatan, pengawasan, dan/atau pengembalian Aset Tindak Pidana

Bab I Ketentuan Umum

Bab II Aset Tindak Pidana yang dirampas

Bab III Hukum Acara PerampasanAset

Bab V Kerjasama

Internasional

Bab IV Pengelolaan Aset

Bab VI Pendanaan

Bab VIIKetentuan Penutup

TERIMA KASIH