29

Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan
Page 2: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 1

R E N U N G A N L E N T E N 2 0 2 0

Pembina: Pdt. Johnley Markus & Ev. Andry

Penulis: Hadi Sutarji

Penterjemah Bahasa Mandarin: Tim Penerjemah GMI Imanuel

Layout Buku: Denis

Page 3: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 32

P E N G A N T A R

Apakah yang dimaksud dengan Masa Lenten?Masa Lenten adalah masa pertobatan, berpuasa dan persiapan menjelang hari Paskah. Pada masa gereja mula-mula, masa Lenten merupakan waktu mempersiapkan para petobat baru untuk baptisan. Di masa kini, orang percaya mengisi masa Lenten dengan berfokus pada hubungan pribadi dengan Tuhan, serta dengan rela memberi diri membantu orang lain yang membutuhkan.

Kapankah Masa Lenten itu?Masa Lenten adalah masa selama 40 hari sebelum hari Paskah (tanpa memperhitungkan hari Minggu yang dianggap sebagai Paskah kecil). Bila diurutkan, maka masa Lenten akan dimulai pada hari Rabu Abu dan berakhir menjelang hari Paskah. Untuk tahun 2020 ini, Masa Lenten dimulai dari hari Rabu, 26 Februari 2020 dan berakhir pada hari Sabtu, 11 April 2020.

Mengapa 40 hari?Empat puluh hari menggambarkan masa Tuhan Yesus berada di padang gurun berpuasa setelah itu dicobai oleh Iblis. Oleh karenanya bagi kita orang percaya masa Lenten merupakan masa kita berpuasa, berdoa, dicobai dan bertobat. Masa Lenten tidaklah diwajibkan oleh satupun ayat Alkitab namun itu sudah menjadi suatu tradisi gereja yang dilakukan oleh orang percaya pada 2.000 tahun terakhir ini.

Bagaimanakah Kehidupan Selama Masa Lenten?Masa Lenten menitikberatkan untuk kita mengingat kembali karya keselamatan yang telah digenapi Yesus Kristus, dan merasakan kelemahlembutan, kasih, keberanian, dan kesepian-Nya. Pada Masa Lenten umumnya orang percaya melakukan puasa, doa dan perbuatan baik kepada sesama. Puasa yang dilakukan selama Masa Lenten adalah puasa yang disesuaikan dengan keadaan kesehatan. Mengaku dosa dan bertobat, mendekatkan diri pada Tuhan dengan hati yang tulus dan murni, merupakan bagian dari persiapan diri menyongsong hari Paskah. Berpuasa bukan sekedar tidak makan atau minum, juga menjaga pancaindera dan hati dari segala sesuatu yang menghalangi fokus kepada Tuhan. Belajar menahan diri dan menderita bersama Kristus, mengalami pencobaan dan memperoleh kemenangan atas pencobaan tersebut. Melalui menahan lapar, haus dan hawa nafsu, kita dilatih untuk meningkatkan kehidupan rohani, selain menderita bersama Kristus, kita juga dapat merasakan kehidupan orang lain yang menderita kekurangan. Masa Lenten juga diisi dengan menghemat uang untuk makan dan hiburan sehingga dapat memberi lebih banyak untuk menolong mereka yang kekurangan sebagai wujud kasih yang nyata dari Tuhan.

PENDAHULUAN

Jalan SalibIstilah “jalan salib” (via dolorosa) pertama kali muncul dari perjalanan ziarah orang-orang Kristen yang dilakukan pada abad ke-4 M. Setelah Kaisar Konstantinus menjadikan agama Kristen sebagai agama resmi di seluruh wilayah kekuasaannya, orang-orang Kristen di Yerusalem mulai berkumpul di bukit Zaitun untuk mengenang penderitaan Tuhan Yesus pada perayaan Kamis Putih. Mereka berjalan menyusuri bukit Zaitun hingga ke tempat Tuhan Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen.

Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan salib” dimulai dari pergumulan Tuhan Yesus ketika berdoa di bukit Zaitun hingga berakhir di tempat Tuhan Yesus dikuburkan. Ada beberapa versi berbeda yang memulainya dari ketika Tuhan Yesus dijatuhi hukuman mati. Namun jika kita teliti bersama, sebenarnya “jalan salib” Tuhan Yesus tidak dimulai di bukit Zaitun atau di pengadilan Pontius Pilatus atau saat-saat terakhir Tuhan Yesus hidup di dunia. “Jalan salib” telah dimulai dari kelahiran Tuhan Yesus sendiri hingga puncaknya pada kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga. Jika “jalan salib” identik dengan penderitaan, maka sepanjang kehidupan Tuhan Yesus, Ia mengalami berbagai penderitaan. Kelahiran-Nya di palungan dan dalam kejaran Herodes untuk dibunuh, pencobaan Iblis selama 40 hari 40 malam, disalahmengerti oleh orang-orang, dihujat dan difitnah oleh lawan-lawan-Nya, dikhianati oleh murid-Nya sendiri adalah berbagai penderitaan yang mewarnai sepanjang kehidupan Tuhan Yesus. Dengan kata lain, “jalan salib” adalah perjalanan hidup Tuhan Yesus sendiri. Puncak penderitaan-Nya adalah ketika Ia harus menanggung dosa seluruh umat manusia di atas pundak-Nya sambil berteriak: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” (Mat. 27:46; Mrk. 15:34)

Walaupun identik dengan penderitaan dan kesengsaraan, dengan penuh kerelaan, penuh kasih dan sukacita Tuhan Yesus menjalani hidup-Nya. Ia sadar bahwa misi-Nya datang ke dunia adalah untuk menyelamatkan umat manusia dari kuasa dan hukuman dosa. Ia sadar bahwa kehidupan-Nya harus membawa dampak besar bagi umat manusia, termasuk kita. Pada masa Lenten ini, Tuhan Yesus mengajak kita untuk menapaki dan menyusuri perjalanan hidup-Nya, termasuk pengajaran-pengajaran-Nya, agar kita dapat semakin mengenal Dia, meneladani hidup-Nya dan puncaknya menemukan sukacita dan kemenangan-Nya pada hari kebangkitan-Nya.

Ev. Donny J. Ishak

Page 4: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 54

Page 5: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 76

“Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka” Matius 1:21

Setelah sekian tahun menikah, Ary dan Linda dianugerahkan seorang bayi yang lucu dan sehat. Kebahagiaan orangtua terpancar mulai dari berbagai persiapan yang dilakukan dalam membeli perlengkapan bayi, merencanakan jenjang pendidikan, tempat bersekolah, dan masih banyak lagi yang dipersiapkan. Selain itu, semua doa dan harapan yang baik dari keluarga, teman, kerabat pastilah ditujukan kepada sang bayi. Namun tidak ada seorangpun yang mengetahui bagaimana masa depannya.

Hal ini berbeda dengan yang terjadi pada masa Yesus akan lahir. Sebelum kelahiran Yesus, Malaikat Tuhan sudah memberitahukan kepada Yusuf bahwa; “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka”; kelahiranNya sangat jelas dan fokus, yaitu untuk mati.

Berita bahwa Yesus akan menyelamatkan umat manusia bukanlah sesuatu yang spontan dan tiba-tiba, namun rencana Allah sudah diberitakan jauh sebelum waktu kelahiran Yesus, sebagaimana diberitahukan dalam ayat 22-23 bahwa ribuan tahun yang lalu sudah difirmankan Tuhan melalui perantaraan nabi, supaya genaplah rangkaian penyelamatan untuk umat manusia.

Jika kasih Kristus sudah dirangkai dengan begitu rupa, bahwa tujuan Kristus lahir ke dunia hanya untuk menyelamatkan umat manusia, bagaimana respon kita sebagai subyek dari tujuan itu sendiri? Sudah sepatutnya kita bersyukur akan besar kasih Tuhan dalam hidup kita, dan menyelami kasih tersebut agar dalam kehidupan kita memiliki tujuan untuk meresponi kasih Tuhan itu, yaitu hidup untuk menyenangkan Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita.

-Tujuan hidupNya untuk menggenapi penyelamatan umat manusia, adakah rasa syukur kita terpancar melalui perbuatan dan sikap kita-

Hari ke-1: Rabu, 26 Februari 2020

Matius 1:18-25

LAHIR UNTUK MATI

Page 6: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 98

“Lalu Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel” Matius 2:21

Memang sungguh sulit dipercayai kalau saat ini kita mendengar, bahkan menyaksikan (dengan mata kepala sendiri) jika ada anak yang awalnya sehat, gesit dan pintar, tiba-tiba harus terbaring di rumah sakit dan divonis mengidap penyakit mematikan oleh dokter; dan yang tragisnya adalah hidupnya diprediksi dalam hitungan hari saja. Namun dengan berdoa bersungguh-sungguh; serta melakukan berbagai macam pengobatan, akhirnya pada check up terakhir, dokter terheran-heran mengapa diagnosa awal tersebut kini tidak ada lagi.

Tetapi selang beberapa tahun, ketika orangtuanya dan anak itu berdiri dan bersaksi akan kisah hidupnya bahwa pemeliharaan Tuhan tidak berakhir dalam hidup mereka dan saat ini, ia dapat menjadi inspirasi bagi orang-orang yang mengalami penyakit serupa.

Hal ini terjadi pada jaman Kristus lahir, di mana Herodes, yang adalah penguasa pada masa itu, karena sangat khawatir akan ada “saingan” dirinya, sehingga ia begitu tega melakukan pembunuhan tersadis di sepanjang sejarah, yaitu atas perintahnya, “Lalu ia menyuruh membunuh semua anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: “Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.” (ayat 16b-18).

Ketakutan juga pasti dialami oleh Yusuf dan Maria, karena Yesus masuk dalam kategori umur yang menjadi target pembunuhan massal tersebut. Namun kita dapat melihat iman dari Yusuf yang memimpin keluarganya untuk turut dalam perintah Tuhan. Alkitab tidak mencatat bagaimana Yusuf mengeluh dan bersungut-sungut; tetapi Alkitab mencatat, Yusuf selalu berjalan dalam iman perbuatan; karena sejak awal peristiwa Yesus lahir, adalah peristiwa iman yang memimpin Yusuf dan Maria; sehingga mereka yakin saat paling sulitpun (peristiwa pembunuhan anak-anak), Tuhan pasti menyertai mereka.

-Iman sudah dibuktikan oleh Yusuf agar turut dalam rencana keselamatan umat manusia; sehingga Yesus boleh lahir dalam ke dunia, serta luput dari rancangan manusia yang ingin membunuh-Nya. Sudah

berapa kali kah kita tidak hidup dalam langkah iman, hingga kita terjatuh dan jauh dari Tuhan-

Hari ke-2: Kamis, 27 Februari 2020

Matius 2:16-23

IMAN ITU BERBUAT

“Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” Lukas 2:34-35

Dalam tradisi orang Yahudi, jika anak sudah genap delapan hari, maka setiap anak harus disunat, serta dibawa ke Yerusalem untuk diserahkan kepada Tuhan. Hal ini dilakukan sebagai tanda ketaatan kepada Tuhan, agar semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah, menurut hukum Taurat Musa.

Sama halnya dengan orangtua lainnya, tradisi budaya ini pun dilakukan oleh Yusuf dan Maria, mereka membawa Yesus untuk disunat dan diserahkan kepada Tuhan. Namun ada pemandangan lain yang terjadi, ditengah-tengah begitu banyak anak yang datang, Simeon menyambut dan menatang-Nya sampai memuji Allah, serta memberkati Yesus.

Karya penebusan Yesus sebagai Sang Mesias sudah diberitakan jauh sebelum kelahiran Yesus dalam dunia. Salah satu bukti nyata bahwa penantian kelahiran Yesus adalah seorang yang takut akan Tuhan yang bernama Simeon. Kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias.

Karya penebusan yang sudah dirancangkan Allah begitu rupa hanya untuk menebus dosa manusia telah menjadi tanda bahwa Allah sungguh-sungguh mengasihi umat manusia. Jika Simeon menantikan Sang Mesias itu begitu lama, hingga akhirnya ia bertemu dan respon yang diberikannya sangat bersukaria, bagaimana dengan kita? Kita yang hidup pada masa anugerah, dimana karya penebusan dari Sang Mesias yang sejak awal sudah dinubuatkan dan kita sudah mengalaminya, apakah kita juga bersukaria dan bersyukur?

Karena iman sudah memimpin Simeon menantikan Sang Mesias, mari dengan iman juga kita merenungkan akan karya pengorbanan Sang Mesias untuk hidup kita. Jika hari ini kita masih menerima anugerah untuk percaya pada Tuhan, anugerah untuk melihat kebaikan Tuhan dalam segala perkara, dan anugerah keselamatan itu melekat dalam hidup kita; sudah sepatutnya dalam menjalani perenungan Lenten ini penuh dengan ucapan syukur, hati yang fokus memandang akan karya salib itu dan hidup seturut kehendak Tuhan.

-Adakah hati kita bersukaria ketika menyambut kehadiran penyertaan Kristus sama seperti Simeon yang sangat bergirang seperti seorang anak kecil mendapatkan mainan kesukaannya-

Lukas 2:21-35

SANG MESIAS SEJAK PERMULAAN

Hari ke-3: Jumat, 28 Februari 2020

Page 7: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 1110

Hari ke-4: Sabtu, 29 Februari 2020

Lukas 2:41-52

SSTTTT… ANAK KECIL SOK NGAJAR

“Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Lukas 2: 48b-49

“Dasar anak kurang ajar, siapa yang ajarin kamu untuk melawan orangtua?” Teriak Mama ketika Teddy diminta untuk berbohong usianya saat ini, agar mendapat tiket masuk kebun binatang lebih murah. Teddy menjawab, “Guru Sekolah Minggu yang mengajarkan bahwa kita tidak boleh berbohong, Ma. Bukankah Mama yang minta aku ke Sekolah Minggu agar semakin serupa Kristus?” Mama-pun terdiam malu.

Berapa banyak kita seperti contoh di atas? Sering bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Firman Tuhan; dan ada saatnya kita di-sentil oleh anak kita, atau mungkin oleh orang yang usianya jauh lebih muda daripada kita?

Yesus, pada saat itu berusia 12 tahun, dengan penuh hikmat dan kecerdasan yang tinggi, Ia mampu mengajar dan bertanya-jawab dengan para alim ulama. Hal itu membuat semua orang yang mendengar Dia menjadi sangat heran dan terkagum dengan kepandaianNya. Di tengah-tengah keseruan berdiskusi dengan banyak orang, tiba-tiba ibu Yesus datang dan dengan paniknya langsung mengatakan, “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” Dengan kata lain, Maria ingin mengatakan, “duh Yesus, Kamu ngapain di sini, Kamu itu masih kecil dan ngajar orang dewasa?”

Tetapi Yesus dengan segala hikmat dan kecerdasanNya, sekali lagi menunjukkan bahwa Ia bukan anak kecil yang sedang bermain-main di Bait Allah, Ia menjawab dengan sangat baik sekali, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Dalam tubuh sebagai manusia, Yesus tumbuh seperti anak pada umumnya, tetapi hikmat dan kecerdasanNya tidak dibatasi oleh tubuh fisik-Nya.

Dengan usia yang tergolong masih sangat muda, Yesus telah menunjukkan bahwa Ia memang Anak Allah yang mampu menarik perhatian orang-orang dewasa, di mana Kitab Lukas mencatat selama 3 (tiga) hari, Yusuf dan Maria tidak menemukan Yesus. Hal ini berarti selama 3 (tiga) hari tersebut, Yesus membawakan sesi yang sangat menarik dan semua pendengarNya tidak merasa bosan.

Pada saat ini, kita masuk dalam hari keempat masa Lenten, apakah kita pernah merasa bosan, jenuh dan ingin menjauh dari Tuhan? Ingatlah Alkitab mencatat, pada usia Yesus yang sangat muda, Ia mampu membuat orang terkagum dan tertarik untuk mendengar Sabda-Nya. Marilah kita kembali menyadari anugerah keselamatan itu datang bukan karena kita, tetapi Yesus yang datang kepada kita.

-Memiliki kesempatan untuk mendengarkan Suara Tuhan pada masa kini dengan membaca Firman-Nya adalah sebuah anugerah agar kita dapat menyelami kasih-Nya dari awal permulaan-

Page 8: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 1312

Yohanes 1:19-28

BUKAN MESIAS

Hari ke-5: Senin, 2 Maret 2020

“Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: “Aku bukan Mesias.” Yohanes 1:20

Beberapa waktu lalu, kita sering mendengar ada orang dari Desa A atau Negara B dapat mengadakan mujizat; dan semua orang berbondong-bondong untuk menyaksikan kehebatannya, bahkan orang meng-klaim bahwa ia adalah Mesias, atau Juruslamat yang sudah datang. Bahkan begitu banyak kesaksian bahwa ada orang yang melihat Yesus datang di Gunung C, dan lain sebagainya.

Begitu banyak kesaksian bahkan perbuatan yang lebih fokus pada dirinya sendiri, tak terkecuali bahkan dalam pelayanan kita sebagai orang Kristen, kita mencari sensasi serupa, walaupun kita tidak se-ekstrim dengan meng-klaim bahwa kita adalah mesias. Namun dari perbuatan dan tingkah laku yang kita tampilkan lebih berpusat untuk kenyamanan kita, ketenaran kita, dan kita melupakan esensi yang sesungguhnya dari makna sebuah pelayanan.

Dalam perjalanan pelayanan Yohanes Pembaptis bukan tidak mungkin ia dapat meng-klaim bahwa ia adalah mesias, tetapi ia mengetahui dengan jelas panggilan pelayanannya hanyalah untuk menyeru-nyerukan pertobatan karena Kerajaan Sorga sudah dekat. Di samping ia melayani dengan sungguh-sungguh, begitu banyak kesempatan ia untuk mengaku sebagai mesias, tetapi ia tidak melakukannya, karena ia sadar bahwa ia membaptis dengan air; tetapi Dia, yang datang kemudian daripadanya lebih berkuasa dari padanya dan ia tidak layak melepaskan kasut-Nya.

Bagaimanakah dengan pelayanan kita? Apakah kita sungguh berfokus pada Tuhan Yesus yang (seharusnya) kita sembah dan muliakan, tetapi kita seakan mencuri kemuliaanNya dengan berbagai kesombongan, kemunafikan dan dosa-dosa yang kita mampu sembunyikan di hadapan semua orang.

Sebelum Yesus memulai pelayanan-Nya sebagai manusia, ada Yohanes Pembaptis yang hadir untuk terus menyerukan agar orang-orang mau bertobat, tanpa sedikitpun mencari keuntungan diri sendiri dalam pelayanannya. Sekarang apakah kita juga dapat bersikap dan berprilaku seperti Yohanes Pembaptis, yang mau melayani dengan sungguh-sungguh hanya untuk kemuliaan nama Tuhan saja, karena Ia-lah Sang Mesias itu.

-Bagian kita adalah menyeru-nyerukan Kasih, Kebaikan dan Kemurahan Tuhan dalam hidup kita, bukan mengambil peran sebagai Mesias, yang lebih ingin dilayani, diutamakan, bahkan disembah oleh orang lain-

Hari ke-6: Selasa, 3 Maret 2020

Matius 3:13-17

TOTALITAS SEBAGAI MANUSIA

Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?” Matius 3:14

Sebelum Yesus memulai pelayanan-Nya di dunia, Yesus datang kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. Yang walaupun Yesus adalah Allah itu sendiri, Ia ingin menunjukkan bahwa keberadaan-Nya sebagai manusia adalah 100%, yang mau tunduk dan taat dalam rencana dan kehendak Bapa.

Yohanes yang sudah terlebih dahulu mengetahui bahwa Sang Mesias datang kepadanya, tentu sangat gentar menghadapi Yesus, namun Yesus meyakinkan Yohanes bahwa hal tersebut (baptis –red) memang perlu dilakukan untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah. Rangkaian rancangan penyelamatan Kristus di atas kayu salib sudah dimulai sejak awal Yesus akan memulai pelayanan-Nya di dunia.

Hal yang paling menakjubkan adalah ketika sesudah dibaptis, Yesus keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Hal ini menunjukkan kepada kita, bahwa Roh Allah dan Kristus adalah satu. Langit yang terbuka menunjukkan kebesaran dan kemuliaan Tuhan terpampang dengan jelas, dan burung merpati yang turun mengkonfirmasi bahwa keilahian Yesus adalah sama dengan keilahian Allah.

Setelah itu terdengar suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan”. Kata-kata ini pernah diucapkan Allah pada Perjanjian Lama, ketika Allah menyuruh Abraham menyerahkan Ishak sebagai persembahan korban bakaran, dalam Kejadian 22:2, “Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Mora dan persembahkanlah dia disana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”

Kata-kata “anak yang engkau kasihi” pada Kej 22:2 menunjukkan Abraham begitu menanti-nantikan anak pada masa tuanya, dan saat Ishak sudah lahir, Allah meminta agar Abraham mempersembahkan sebagai korban bakaran. Hal serupa ketika terdengar suara dari sorga, “Yesus sebagai Anak-Ku yang Kukasihi”; menunjukkan bahwa Allah Bapa mengasihi Yesus dan Yesus mengasihi Allah Bapa, sehingga Yesus mau melakukan kehendak Allah Bapa untuk datang ke dunia, menjadi serupa dengan manusia dan mengorbankan nyawa-Nya untuk menebus dosa manusia.

Marilah kita kembali melihat kehidupan kita, dengan merasakan kasih Tuhan Yesus yang begitu besar, dimana Yesus mengorbankan nyawa-Nya dengan totalitas yang penuh, apakah kita juga mau dengan kerendahan hati secara totalitas dekat erat dengan Tuhan Yesus yang sudah lebih dahulu memberikan yang terbaik untuk kita walau kita orang berdosa?

-Penyerahan totalitas sudah Yesus berikan, bagaimana respon nyata kita dalam menyingkapi kehidupan kita kepada Yesus-

Page 9: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 1514

Lukas 4:1-13

DAGING MEMANG LEMAH

Hari ke-7: Rabu, 4 Maret 2020

“Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar.” Lukas 4:2

Dalam persiapan pelayanan Yesus di dunia, setelah Yesus dibaptis, Yesus melakukan puasa selama 40 hari; dimana Alkitab mencatat bahwa Yesus lapar. Dalam kemanusiaannya, Yesus dapat merasakan lapar dan pada saat itu juga Iblis datang menyerang. Pertanyaan pertama dalam pikiran kita adalah, apakah Iblis tidak tahu bahwa Yesus adalah Allah yang tidak mungkin takluk dalam pencobaan yang dilakukan Iblis?

Jawabannya bisa saja Iblis tahu, tetapi Iblis nekad; sama seperti Iblis mencoba melawan Allah ketika Iblis masih menjadi malaikat Allah. Dengan segala kekuatan dan kesombongannya, Iblis mencoba memberontak Allah, namun akibat perbuatannya, ia dilemparkan ke dalam api neraka.

Konteks dalam Lukas 4:1-13, Iblis sekali lagi mencobanya karena dalam pengetahuannya yang jauh lebih kecil daripada Allah, iblis mengira Yesus mengalami kelaparan sama seperti manusia, maka dapat dicobai dengan mudah, sehingga rangkaian penyelamatan manusia tidak terjadi dan akhirnya Yesus lebih mencintai hidup dalam kedagingannya.

Pada saat Yesus lapar, Iblis menawarkan 3 (tiga) hal yang paling dibutuhkan, yaitu1. Makanan

Iblis dengan terang-terangan, menawarkan kebutuhan fisik yang paling krusial, yaitu mengubah batu menjadi roti. Tidak sulit bagi Yesus melakukan itu, tetapi Yesus tidak mau tunduk, karena Ia tau ketika berpuasa, hal pertama yang harus dihadapi adalah keinginan daging.

2. KekuasaanIblis tahu bahwa manusia sangat suka dengan kekuasaan, maka dari itu, Iblis seakan-akan ingin memberikan segala kuasa kepada Yesus, jika Yesus mau menyembahnya. Tetapi sekali lagi, Yesus yang adalah Tuhan Allah, tidak terjebak dalam perangkap Iblis.

3. Pembuktian diriPada akhirnya Iblis mencobai Yesus, agar Yesus membuktikan bahwa Ia adalah Allah, dengan cara menjatuhkan diriNya dan meyakinkan bahwa pasti kaki Yesus pasti tidak akan terantuk ke tanah. Tetapi dengan segala hikmat, Yesus menjawab, bahwa jangan pernah mencobai Tuhan Allah.

Dalam kehidupan kita sebagai manusia, Iblis juga seringkali mencobai kita pada saat kita lapar. Kata “lapar” disini bisa memang secara fisik kita belum makan, sehingga kita menjadi lapar, tetapi dalam konteks yang lebih luas, Iblis terkadang menyerang ketika kita sedang “lapar mata”, dimana kita menjadi iri ketika orang lain memiliki yang kita tidak miliki, sehingga kita menjadi memiliki sikap hedonisme (suka membeli/ berbelanja berlebihan/ bergaya berlebihan).

Begitu banyak yang akan kita hadapi pada saat titik terendah dalam hidup kita, iblis datang dengan segala rencananya, namun jika kita berpegang pada Firman Tuhan, kita dapat belajar dari Yesus yang juga dicobai Iblis, dimana fokus Yesus adalah Salib. Salib yang menjadi lambang Kristus mati dan menebus dosa manusia.

-Di dalam kemanusiaanNya, Yesus menunjukkan keilahianNya-

Hari ke-8: Kamis, 5 Maret 2020

Matius 4:18-22

PENJALA MANUSIA

“Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Matius 4:19

Dalam kesehariannya, Rini adalah seorang karyawan di perusahaan ternama di Jakarta. Rini tergolong karyawan yang rajin dan selalu dipercayakan hal-hal besar, karena segala pekerjaan yang diberikan kepadanya selalu dapat diselesaikan dengan baik; sehingga tak jarang atasan selalu memuji dan senang atas kinerjanya. Hingga suatu hari, Rini memutuskan untuk resign (berhenti) dari pekerjaannya. Tentu semua orang bertanya-tanya, dan jawaban yang sangat mengejutkan didapat dari Rini adalah “aku ingin memenuhi panggilan menjadi Hamba Tuhan fulltimer, sehingga aku harus berhenti dari pekerjaanku.”

Hal serupa terjadi dalam hidup Petrus dan Andreas, di mana mereka merupakan nelayan yang aktif bekerja dalam kesehariannya, namun sampai satu titik di mana mereka dipanggil Yesus untuk menjadi penjala manusia secara fulltime. Konsekuensi yang akan terjadi ketika menerima panggilan itu dalam pandangan umum tentu seperti kisah Rini di atas, di mana kekhawatiran akan masa depan, karena sudah meninggalkan pekerjaan; namun dengan keyakinan yang teguh, seperti yang dijabarkan dalam ayat 20, “lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.”

Dalam ayat 20 dikatakan “segera meninggalkan”, hal ini berarti tidak ada keraguan dan kekhawatiran secara jasmani karena mengikuti Yesus. Tidak dijelaskan apakah mereka sudah mengetahui atau mengenal Yesus sebelumnya, sehingga mereka menjadi sangat percaya Yesus; namun dalam Lukas 5:3-11 dijelaskan bahwa Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah Tuhan yang memiliki rencana (visi) besar baik dalam kehidupan-Nya sendiri, maupun kepada murid-muridNya.

Yesus menunjukkan mujizat yang luar biasa pada saat semalam-malaman pada nelayan tidak mendapatkan ikan, saat Yesus meminta Petrus menebar jalanya, maka hasilnya begitu banyak ikan yang didapat. Dengan dasar inilah, Petrus dan Andreas (begitu juga Rini dalam ilustrasi tersebut) percaya bahwa mereka memilih Pemimpin yang benar.

Bukankah kita juga yang telah dipanggil Tuhan menjadi murid-muridNya yang harusnya menjala manusia? Apakah kita sudah meresponi panggilan tersebut? Mungkin kita tidak dipanggil menjadi pelayan fulltime, tetapi melalui pekerjaan dan kehidupan kita, kita dapat menjadi penjala manusia juga.

-Yesus mengawali pelayananNya dengan memanggil orang-orang biasa menurut pandangan manusia, dan Yesus membuktikan bahwa orang biasa tersebut akan menjadi orang luar biasa-

Page 10: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 1716

Lukas 4:31-37

YESUS MEMULAI PELAYANANNYA

Hari ke-9: Jumat, 6 Maret 2020

“Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa.” Lukas 4:32

Dalam kisah perjalanan hidup Yesus sebagai manusia, Yesus memulai pelayanan pertamanya dengan mengajar di rumah ibadat di Kapernaum. Pengajaran Yesus membuat para jemaat di Kapernaum terkagum-kagum sehingga mereka membandingkan pengajaranNya dengan pengajaran para ahli-ahli Taurat (bandingkan dengan Mar 1:22).

Selain mengajar, Kristus juga menangani orang yang kerasukan setan, dan Yesus mengusir setan itu dari orang tersebut. Yang unik dan menjadi perhatian adalah setan itu justru mengkonfirmasi bahwa Yesus adalah Yang Kudus dari Allah (ayat 34). Sekali lagi para jemaat menjadi takjub (ayat 36) dengan apa yang Yesus lakukan. Kata takjub yang diulang dua kali dapat diartikan bahwa para jemaat benar-benar terpukau dengan apa yang dilakukan Kristus.

Yesus tidak sedang show-off atau menunjukkan kehebatan-Nya agar orang menyanjung-Nya, karena pada saat setan itu berteriak, Yesus langsung menghardiknya agar setan itu diam dan segera keluar dari tubuh orang tersebut. Mungkin kita bertanya-tanya, mengapa Yesus melakukan itu? Karena misi pelayanan Kristus Yesus sangat jelas, Ia datang bukan untuk menjadi artis atau tokoh dunia yang mengejar ketenaran fana, tetapi Ia datang untuk memenuhi Misi Surgawi, yaitu untuk naik ke atas kayu salib dan berkorban untuk dosa manusia.

Mari kita renungkan bagaimana Yesus yang adalah Tuhan, tidak mengambil tempat untuk menjadi sombong, tetapi fokus pada tujuan hidup-Nya. Bagaimana dengan kita yang adalah pelayan Tuhan Yesus, bagaimana kita ketika memulai dan menjalani pelayanan kita?

-Belajarlah dari Kristus yang walaupun segala ketakjuban harus diberikan pada-Nya, namun Ia tidak mengambil porsi tersebut-

Page 11: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 1918

Hari ke-10: Sabtu, 7 Maret 2020

Matius 8:5-13

BUKTI NYATA IMAN

“Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya.” Matius 8:13

Salah seorang jemaat pernah menyaksikan bagaimana Tuhan menyembuhkan penyakit anaknya yang sudah divonis dokter tidak akan sembuh karena sakit. Tetapi dengan keyakinan iman yang kuat, jemaat ini berdoa dan berpuasa agar anaknya disembuhkan. Tak hanya itu, semua orang yang ada di sekitarnya pun turut mendoakan dan berpuasa bersama. Pada akhirnya anak ini sembuh dan semua orang bersukacita.

Pada masa Yesus memulai pelayanan-Nya, dimana nama Yesus sudah tersiar bahwa Yesus cakap dalam mengajar dan menyembuhkan penyakit, datanglah seorang perwira kepada yesus dan memohon agar Yesus menyembuhkan sakit lumpuh hambanya. Respon Yesus pada saat itu adalah ingin mendatangi hamba dari perwira tersebut (ay. 7), namun dengan segala kerendahan hati perwira tersebut, ia sungguh menyadari bahwa tidak sepatutnya seorang Yesus datang ke rumahnya, karena ia tahu bahwa Yesus adalah Rabi, yang kedudukannya lebih tinggi daripadanya. Namun Perwira tersebut yakin jika Yesus katakan sembuh, maka hambanya akan sembuh.

Iman dari perwira tersebut ternyata diperhitungkan Yesus, karena Yesus belum pernah menjumpai iman seperti perwira tersebut; karena perwira ini memiliki iman dan percaya akan Kuasa Kristus pasti terjadi atas kesembuhan hambanya itu. Dan memanglah demikian, Yesus telah menyembuhkan hamba perwira tersebut.

Keyakinan iman dari perwira tersebut patut kita contoh, karena perwira itu tidak hanya percaya Yesus mampu menyembuhkan dengan tatap muka, ia juga percaya Yesus tidak dibatasi dengan ruang dan waktu. Selain itu perwira ini menunjukkan bahwa setiap nyawa berharga di mata Tuhan. Bayangkan seorang perwira yang pasti memiliki banyak hamba, tetapi ada satu hambanya mengalami sakit, ia rela merendahkan dirinya untuk datang kepada Yesus, ia melepaskan jabatannya dengan memohon pada Yesus.

Peristiwa ini mengingatkan kita bagaimana Yesus Kristus juga melakukan hal yang demikian seperti perwira tersebut (bahkan lebih dari apa yang dilakukan perwira tersebut); Yesus melepaskan jabatanNya sebagai Allah yang Maha Besar; meninggalkan Tahta Kemuliaan dan datang ke dunia sebagai ganti hukuman dosa untuk kita semua.

-Iman perwira tersebut menjadi cambuk bagaimana seharusnya kita beriman-

Matius 8:5-13

PERINGATAN RATAP DAN KERTAK GIGI

Hari ke-11: Senin, 9 Maret 2020

“Sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah terdapat ratap dan kertak gigi.” Matius 8:12

Mari kita lanjutkan perenungan kemarin, bagaimana Yesus terpukau dengan iman dari perwira, karena tak banyak (bahkan Yesus mengatakan belum pernah menjumpai seorangpun di antara orang Israel) yang dapat percaya dengan Yesus berfirman saja, maka suatu hal besar dapat terjadi. Dengan iman dari perwira tersebut, maka kesembuhan terjadi, bukan hanya kesembuhan secara fisik dari hambanya, tetapi keselamatan akan jaminan hidup kekal juga telah tersedia untuk perwira tersebut; karena ia bukan hanya percaya Yesus dapat melakukan mujizat, tetapi ia juga meletakkan harapannya hanya kepada Yesus.

Sesungguhnya setiap kita yang membaca kisah ini pasti merasa sukacita, namun sebelum berakhir kisah ini, Yesus mengecam anak-anak Kerajaan (pada ayat 12). Yang menjadi pertanyaan adalah siapakah anak-anak kerajaan? Sangat jelas Yesus menjelaskan bahwa anak-anak kerajaan itu adalah orang-orang yang datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub (pada ayat 11). Pertanyaan selanjutnya adalah lalu mengapa mereka dicampakkan ke dalam kegelapan?

Yesus membandingkan perwira tersebut yang selama ini belum pernah berjumpa dengan diri-Nya, tetapi berusaha mencari dan menaruh harapan pada-Nya, maka iman membawanya kepada kesembuhan. Namun orang-orang yang selama ini ‘dekat’ dengan Abraham, Ishak dan Yakub adalah orang yang seharusnya sudah menikmati kasih, anugerah, dan berkat-berkat yang melimpah, tetapi tidak pernah sekalipun percaya dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi, maka mereka akan dicampakkan dalam kegelapan yang paling gelap itu.

Sungguh ironis memang jika kita selama ini, sudah hidup melayani Tuhan, beribadah dan dikatakan adalah orang Kristen tulen, tetapi jika kita sesungguhnya masih memiliki keraguan akan iman kita, maka salib pengorbanan Kristus tidak berarti untuk kita. Janganlah kita menjadi bagian dari kegelapan yang paling gelap itu, karena disana hanya ada ratap dan kertak gigi.

-Bertobatlah jika kita belum mensyukuri dan menghidupi berkat Tuhan yang melimpah dalam hidup kita selama ini-

Page 12: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 2120

Hari ke-12: Selasa, 10 Maret 2020

Lukas 7:11-17

PERISTIWA SPESIAL DI NAIN

“Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain...” Lukas 7:11a

Perjalanan pelayanan Kristus biasanya dicatat minimal di 2 sampai 3 bahkan dikonfirmasi sampai 4 kitab (Matius, Markus, Lukas, Yohanes). Namun ada 1 kisah yang hanya dicatat oleh Lukas, yaitu peristiwa di Nain. Apa yang spesial dari peristiwa ini?

Sebelumnya mari kita pelajari kota Nain, Nain merupakan sebuah desa di Galilea, sebelah barat daya Danau Tiberias, di kaki gunung “Hermon Kecil” (“Little Hermon”) 2 mil (3,2 km) sebelah selatan Gunung Tabor. Yesus bersama dengan orang-orang yang mengikuti-Nya menelusuri kota, dan dekat di pintu gerbang Kota Nain, Yesus berhenti karena Ia melihat sebuah peristiwa seorang ibu yang kehilangan anaknya.

Ibu itu sebelumnya sudah kehilangan suaminya dan kini anak tunggalnya. Kesedihan luar biasa juga dirasakan oleh orang-orang yang mengikuti Ibu itu, dimana terlihat bahwa banyak orang dari kota itu menyertai janda tersebut (pada ayat 12). Dan pada titik inilah tergeraklah hati Yesus ketika melihat ibu dari anak yang mati itu.

Peristiwa ini berbeda dengan renungan kita hari-hari sebelumnya, dimana ada perwira yang memohon pada Yesus untuk menyembuhkan hambanya. Saat ini Yesus yang menghibur hati Janda tersebut dan menghampiri usungan jenazah tersebut dan membangkitkannya. Pada kisah ini tidak dicatat bagaimana dan respon dari Janda dan anak tersebut, namun respon dari orang banyak adalah sangat takjub, sangat dimungkinkan dan (seharusnya) ibu tersebut sangat bersukacita karena anaknya hidup kembali, oleh karena Yesus membangkitkannya.

Seberapa sering kita menghadapi masalah dan kita belum memohon pada Yesus, namun Yesus sudah menjawab permasalahan kita? Yesus melihat jauh dari lubuk hati kita yang paling dalam, Ia tahu segala permasalahan kita, asalkan kita taat dan dekat padaNya. Tidak diceritakan apakah ibu tersebut dekat dan taat pada Tuhan, namun kita dapat melihat dengan banyaknya orang yang berbondong-bondong turut dalam kesedihan ibu tersebut, itu dapat diartikan bahwa ia adalah ibu yang baik, sehingga orang banyak menemaninya.

Renungkanlah, betapa baik dan hebatnya kuasa Yesus, Ia mau memulihkan keadaan kita.

-Yesus datang secara spesial untuk anda dan saya-

Yohanes 5: 1-9

HILANG PENGHARAPAN

Hari ke-13: Rabu, 11 Maret 2020

“Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: “Maukah engkau sembuh?” Yohanes 5:6

Kolam Betesda terkenal dengan kisah penyembuhan yang luar biasa, dengan syarat ketika malaikat Tuhan turun dan menggoncangkan kolam tersebut, maka orang yang pertama kali masuk ke kolam tersebut akan sembuh, apapun penyakitnya. Bisa kita bayangkan begitu banyak orang yang sakit dan mengantri untuk mendapatkan kesembuhan, namun hanya akan ada 1 orang saja yang akan sembuh, dan begitu banyak orang yang akan naik dari kolam tersebut tetap mendapati dirinya belum sembuh.

Misalkan ada 100 orang yang bersiap-siap masuk ke kolam dan seketika malaikat Tuhan turun, lalu bergoncanglah kolam tersebut; kemudian 100 orang tersebut langsung masuk ke kolam. Setelah sekian menit, mereka kembali muncul dari permukaan kolam, dan didapati 1 orang berteriak “Aku sembuh, Aku sembuh!!” tetapi ada 99 orang yang naik dari kolam tersebut dengan kecewa; dan berharap berikutnya mereka akan sembuh.

Pada ilustrasi tersebut menggambarkan ada 99 orang yang kecewa karena tidak sembuh, tetapi mereka masih memiliki pengharapan di periode berikutnya, asalkan mereka lebih cepat dari yang lain, maka mereka akan sembuh. Pada peristiwa ini, ternyata ada 1 orang yang tidak pernah bisa turun ke kolam, karena ia berbaring di sana sudah selama 38 tahun lamanya.

Tentu pengharapannya sudah putus, karena ia tidak pernah memiliki peluang sekalipun hanya masuk ke kolam. Di saat inilah Yesus datang kepadanya dan berkata: “Maukah engkau sembuh?” Sungguh pertanyaan yang sedikit ‘konyol’ dan meledek tentunya, namun tidak untuk orang tersebut, ia tidak mencibir pertanyaan Yesus, tetapi dari lubuk hatinya masih menaruh pengharapan tersebut. Ia mau sembuh, tetapi ia belum memiliki kesempatan tersebut.

Yesus memperhitungkan imannya, dengan segera tanpa diminta oleh orang itu, Yesus menyuruh orang itu untuk bangun dan mengangkat tilamnya, lalu berjalan. Dan sudah dapat dipastikan bahwa orang itu sangat bersukacita, karena sudah 38 tahun ia tidak berjalan, dan di sekeliling orang yang masih menunggu guncangan kolam, ia bersukacita dan orang di sekelilingnya pasti tercengang.

Peristiwa ini menggambarkan betapa Yesus Kristus memiliki kuasa atas penyakit, tetapi mari kita lihat iman dari orang tersebut. Ia sudah 38 tahun melihat begitu banyak orang sembuh karena masuk dalam kolam, namun ia tidak ada orang yang mau mengangkat atau mendorongnya menuju kolam. Tetapi ketika bertemu Kristus, ia tidak hilang harapan, ia ingin sembuh, dan terjadilah sesuai dengan imannya.

-Betapa banyak permasalahan kita, ingat jangan hilang harapan, karena Kristus datang untuk memulihkan kita-

Page 13: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 2322

Hari ke-14: Kamis, 12 Maret 2020

Yohanes 5: 9b-18

TAHU TERIMA KASIH

“Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” Yohanes 5:14

Mari kita lanjutkan pembahasan kemarin, dimana peristiwa spektakuler telah Tuhan Yesus tunjukkan, di saat semua orang menantikan adanya guncangan dari dalam kolam, Yesus hanya berkata agar orang yang lumpuh dapat bangun, angkat tilam dan berjalan. Orang-orang yang berada di sana pasti tercengang, karena peristiwa ini lebih dahsyat dibandingkan mereka harus terjun ke dalam kolam.

Peristiwa ini berlanjut ketika Yesus masuk dalam Bait Allah, ketika itu Yesus bertemu kembali dengan orang lumpuh itu. Kira-kira sedang apa dia di dalam Bait Allah? Siapa yang ia cari? Bukankah sudah 38 tahun lamanya, ia hanya duduk di samping kolam Betesda dan tidak memiliki teman satupun, apalagi dalam Bait Allah? Hal ini sungguh menarik, walau tidak diceritakan secara detail apa yang dilakukannya, tetapi ia masuk dalam Bait Allah.

Satu keyakinan saya, bahwa ia sedang mengucap syukur atas kesembuhan fisik yang ia alami. Saat ini ia ingin mengalami kesembuhan secara rohani, dimana ia ingin mencari Tuhan. Dan tepat sekali, ia langsung bertemu dengan Tuhan Yesus. Saat ini, Yesus mengatakan lebih dalam lagi: “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk” (ayat 14b).

Yesus mengetahui dalam kemanusiaan dan kedagingan pasti ia memiliki potensi dan keinginan untuk berbuat dosa, oleh sebab itu, Yesus memperingatkan bahwa ia sudah sembuh dan Yesus lah yang menyembuhkannya, agar ia menjadi saksi dan anak Tuhan. Dan tepat setelah ia keluar, ia menceritakan tentang kesembuhan yang ia alami.

Bagaimanakah kita yang sudah disembuhkan dan dipulihkan Tuhan dari segala dosa, apakah kita kembali memuliakan Tuhan dalam hidup kita? Kesulitan sudah kita lalui, permasalahan sudah terselesaikan, lalu apakah kita berespon mencari Tuhan dalam hidup kita? Renungkanlah.

-Kristus memberikan nyawaNya sebagai ganti dosa kita, apa yang sudah kita perbuat untukNya-

Markus 4:35-41

MASALAHKU BESAR

Hari ke-15: Jumat, 13 Maret 2020

Lalu murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya, “Guru, tidak pedulikah Engkau kalau kita binasa?” Markus 4:38b

Suatu malam, di sekitar perumahan para petugas kebakaran terjadi kebakaran, seketika itu juga orang-orang berhamburan keluar dari rumah dan berteriak: “Kebakaran, Kebakaran!!” Semua orang tampak panik, ketakutan dan banyak ada yang berusaha memberikan bantuan air, ada juga yang berusaha menyelamatkan harta bendanya.

Hal serupa pernah terjadi ribuan tahun yang lalu, dimana ada segelintir orang yang sedang berlayar dan malam yang seharusnya sudah diperhitungkan tidak akan terjadi taufan dan ombak besar oleh para ex-nelayan yang sudah berpengalaman, tetapi alam berkata lain, mereka tergoncang dan seperti orang yang baru pertama kali mengarungi lautan saja, walaupun pada peristiwa ini hanyalah sebuah danau.

Ditengah-tengah para ex-nelayan itu kepanikan, berteriak dan ketakutan, ternyata ada 1 orang yang bukan ex-nelayan tetapi malah tertidur. Ada apa gerangan? Mengapa ada beberapa hal yang terjadi, seakan-akan tampak kebetulan? Pertama, cuaca tampak awalnya baik, namun berubah menjadi buruk; kedua, ombak di danau seharusnya tidak besar dan taufan tidak ada; dan ketiga Yesus bisa-bisanya tertidur pulas, seakan tidak ada sesuatu.

Pada perikop ini sama seperti kisah diawal, dimana para petugas kebakaran seharusnya tidak panik karena selama ini mengatasi kebakaran, begitu juga para murid (ex-nelayan) yang sudah mengarungi begitu banyak kali taufan dan ombak, namun seakan semua pengalaman itu lenyap. Hal ini mengajarkan betapa manusia rentan dengan kekhawatiran, kepanikan dan kefrustrasian, dimana mereka memerlukan Sang Jurus’lamat yang memulihkan setiap masalah kita.

Yesus pun terbangun dan mengatakan, “Diam! Tenanglah!” Memang tampak Yesus hanya menghardik angin dan ombak saja, namun para murid-pun ikut terdiam dan menjadi tenang, karena masalah mereka dalam sekejap terselesaikan. Yesus ingin mengajarkan kepada para murid (dan juga kita) jangan fokus pada masalah, fokuslah pada kasih Tuhan yang mampu mengatasi segala masalah kita.

-Kecilkan masalah kita, karena kita punya Tuhan yang besar-

Page 14: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 2524

Hari ke-16: Sabtu, 14 Maret 2020

Matius 9:1-8

MANA LEBIH MUDAH?

“Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah?” Matius 9:5

Sebagai komentator sepak bola, Ari seringkali melontarkan komentar: “akh, kenapa tendangannya melesat jauh dari gawang? Seharusnya ia sedikit berlari ke kiri dan baru menendang.” Namun suatu ketika sang komentator sepak bola tersebut diberikan kesempatan untuk bermain sepak bola bersama dengan tim sepak bola tersebut. Apakah kira-kira yang terjadi? Hasilnya adalah permainannya begitu buruk dan tidak seperti teori yang selalu ia lontarkan ketika menjadi komentator. Akhirnya semua pemain dan penonton pun mencibirnya.

Lain dengan kisah Yesus yang baru saja kita baca, dimana Yesus bertemu dengan seorang lumpuh, dan seketika itu juga Yesus berkata kepadanya: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni” dalam ayat 2c. Pada waktu itu hadir pula ahli-ahli Taurat dan mereka berkata dalam hati mereka bahwa Yesus sedang menghujat Allah. Mengapa menghujat Allah? Karena yang sanggup mengampuni dosa hanyalah Allah, dan menurut mereka Yesus bukanlah Allah, sehingga ketika Yesus berkata demikian, berarti Yesus menyamaratakan diri-Nya dengan Allah. Hal ini berarti menghujat Allah.

Yesus yang adalah Allah mengetahui isi hati mereka, maka dari itu, Yesus berkata kepada mereka: “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” (ayat 4-6). Pertanyaan yang sangat sederhana Yesus lontarkan, mana lebih mudah dosa diampuni atau menyembuhkan orang lumpuh? Pertanyaan itu memang tampak sederhana diucapkan, tetapi pertanyaan itu sulit dilakukan.

Yang sanggup mengampuni dosa adalah Allah; dan yang mampu menyembuhkan orang lumpuh juga adalah Allah; sehingga mana yang lebih mudah? Jawabannya tidak ada yang lebih mudah bagi manusia, tetapi mudah bagi Allah untuk melakukan itu. Hal ini sekali lagi mengkonfirmasi bahwa Yesus adalah Allah yang turun ke dunia untuk menyelamatkan manusia, tetapi apakah dengan banyaknya mujizat yang disaksikan akan membuat orang mudah percaya? Jawabannya tidak, karena berulang kali para ahli Taurat menyaksikan, tetapi berulang kali pula mereka merencanakan pembunuhan Yesus.

Sekarang mari kita refleksikan ke dalam hidup kita, bagaimana Yesus mengerjakan kejadian ajaib dalam hidup kita, dosa kita sudah diampuni dan berbagai banyak macam mujizat yang kita alami, tetapi kita tidak melihat bahwa setiap kejadian yang kita alami adalah kejadian yang tidak mudah dilalui jika tanpa Tuhan Yesus yang melindungi dan menyelamatkan kita.

Refleksikan kebaikan Tuhan dalam hidup kita, Ia sudah mengampuni dosa kita dan Ia mau kita hidup dalam-Nya.

-Yesus bukan komentator kehidupan, tetapi Ia adalah Sang Pemilik Kehidupan Kekal itu-

Yohanes 2:1-11

PERKAWINAN DI KANA

Hari ke-17: Senin, 16 Maret 2020

“Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” Yohanes 2:5

Hampir setiap akhir pekan di akhir tahun, kami sekeluarga diundang menghadiri pernikahan. Dan setiap pernikahan pasti memiliki sesuatu yang unik dari pengantin, entah itu adalah acaranya, dekor ruangannya, makanannya, bahkan souvenir yang diberikan oleh pengantin. Dan jika diperhatikan dengan detail pasti pengantin mempersiapkan acara yang begitu sempurna, agar pernikahan mereka indah dan setiap tamu merasa nyaman dan senang ketika menghadiri pesta pernikahan tersebut.

Hal serupa juga terjadi pada jaman Tuhan Yesus ketika ada pernikahan di Kana. Namun ada kejadian yang sangat mengkhawatirkan adalah anggur yang seharusnya cukup, ternyata kurang; dan mereka kehabisan anggur tersebut untuk disajikan kepada tamu yang hadir. Dengan segera Ibu Yesus berkata kepada Yesus bahwa mereka kehabisan anggur; dan Yesus menanggapi seakan-akan Yesus tidak ingin berbuat sesuatu terhadap kejadian tersebut.

Namun mari kita perhatikan dengan seksama iman ibu Yesus, ia tidak banyak berbicara lagi, tetapi ia menyuruh semua pelayan turut dalam perintah Yesus. Ibu Yesus mengetahui bahwa Yesus pasti sanggup melakukan mujizat dan ia percaya Yesus pasti melakukannya. Dan benar, Yesus memperhitungkan iman dari ibu-Nya, mereka tidak berdebat dan mempersoalkan banyak hal, tetapi Yesus langsung bertindak dan menyuruh para pelayan untuk mencedok air ke dalam tempayan-tempayan.

Siapa yang sanggup menerima kenyataan tersebut bahwa air biasa disajikan dan dihidangkan kepada pemimpin pesta dan tamu-tamunya? Tetapi memang iman ibu Yesus mampu mempengaruhi orang-orang sekitar, mungkin para pelayan ada yang berpikir sebentar lagi mereka akan dihukum, bahkan dipecat dari pekerjaannya, karena menghidangkan air biasa kepada tamu. Namun kenyataan berkata beda, bahwa air tersebut memiliki rasa seperti anggur terbaik yang pernah ada.

Yesus telah menunjukkan kualitas-Nya sebagai Allah, dengan menyatakan begitu banyak mujizat, dimana kita perlu belajar dari ibu Yesus bagaimana memiliki iman yang kuat dan percaya bahwa Yesus sanggup melakukan yang terbaik dalam hidup kita.

-Percayalah air saja dapat diubah menjadi anggur, bagaimana hidup kita yang hancur dapat dipulihkan oleh Tuhan, dengan kita datang kepada-Nya-

Page 15: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 2726

Hari ke-18: Selasa, 17 Maret 2020

Matius 5:13-16

GARAM YANG HAMBAR

“Kamu adalah garam dunia.” Matius 5:13

Setiap kali makan lele dengan Tommy, saya selalu memperhatikan, ada ciri khasnya, yaitu ia meminta tambahan garam untuk nasinya. Karena sering makan dengannya, saya pun bertanya padanya, “Tom, kenapa sih kamu suka banget dengan garam?” Dari jawaban yang bercanda, seperti: “Hidupku hambar rasanya, jadi perlu garam biar sedikit asin”, “emang lautan aja yang perlu asin, lidahku juga perlu”, dan masih banyak lagi, hingga akhirnya ada jawaban serius yang dia lontarkan, “Ehmm, kamu tau, aku sangat butuh yodium, karena memang aku kekurangan yodium, beberapa kali konsultasi dengan dokter, supaya aku tidak mudah lemas dan …… “. Tommy menjelaskan dengan begitu detail bahwa pentingnya garam dalam hidupnya.

Seraya dengan kebutuhan Tommy, Yesus mengajarkan bahwa garam itu penting, bukan hanya untuk kesehatan, rasa penyedap, tetapi juga bagaimana garam itu sifatnya adalah mempengaruhi. Apa saja yang dipengaruhi? Tentu saja dengan adanya garam dalam sebuah masakan, mempengaruhi rasa dan selera. Karena garam itu penting, maka Yesus menyadarkan bahwa kita adalah garam dunia, garam yang dapat mempengaruhi kehidupan orang lain.

Pertanyaannya adalah kapan garam bisa menjadi tawar? Karena Yesus menekankan bahwa jika garam (baca: “kita”) sudah menjadi tawar, maka garam itu tidak ada gunanya lagi, selain dibuang dan diinjak orang. Garam bisa menjadi tawar ketika ia larut dalam air yang begitu banyak, sehingga tidak lagi menjadi pengaruh dari sisi rasa. Kapan kita sebagai anak Tuhan bisa menjadi tawar? Ketika kita tidak melakukan Firman Tuhan, larut dalam kehidupan duniawi, jatuh dalam dosa dan jauh dari Tuhan.

Lalu bagaimana agar kita bisa tetap asin (menjadi pengaruh)? Hiduplah bersekutu dengan komunitas Kristen yang membangun, melayani Tuhan, dan tentunya dekat dengan Tuhan; seperti membaca Firman Tuhan, merenungkannya siang dan malam, serta melakukan Firman Tuhan itu.

Yesus mau kita menjadi saksi-Nya, karena Ia sudah memulai terlebih dahulu untuk turun ke dalam dunia, memberi contoh menjadi manusia yang penuh keterbatasan dalam kedagingan dan ia sudah menjadi garam sampai mau mati di atas kayu salib untukmu dan saya.

-Kembali asinkan kehidupan ke-Kristenan kita, maka kita menjadi Garam Dunia-

Page 16: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 2928

Matius 5:13-16

GELAP GULITA

Hari ke-19: Rabu, 18 Maret 2020

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Matius 5:16

Beberapa waktu lalu, Jakarta dilanda gelap gulita karena ada kendala teknis di PLN, sehingga pada masa tersebut setiap orang berlomba-lomba membeli lilin, lampu darurat (emergency lamp), hingga genset, untuk kebutuhan pada malam hari. Selain itu, terlihat juga orang-orang berbondong-bondong menuju pusat perbelanjaan (mall) agar mendapat kenyamanan baik dari penerangan, kebutuhan ac, air bersih dan menikmati makanan.

Pada saat itu pasti dari setiap kita merasa tidak nyaman dan seakan-akan ingin marah, karena tidak biasanya hal ini terjadi. Hal serupa juga Yesus tekankan dalam kehidupan kekristenan, kita harus menjadi terang. Kenapa harus terang? Karena pada dasarnya setiap orang (baik percaya maupun tidak) membutuhkan terang itu. Betapa banyak orang yang mengaku Kristen dan percaya Tuhan, tetapi dalam kehidupannya tidak memancarkan terang itu, malah ia banyak melakukan dosa yang menyakiti hati Tuhan.

Kehidupan terang seperti yang Yesus ajarkan kepada kita, haruslah menjadi kehidupan yang memberi dampak bagi sekitar dengan cara bercahaya bagi orang lain. Jika ada orang yang sedang membutuhkan pertolongan kita, dan kita mampu menolongnya, maka disanalah fungsi terang. Kita memberikan pertolongan, sehingga orang melihat perbuatan kita yang baik dan memuliakan Tuhan dalam hidup kita.

Ketika orang lain melihat perbuatan kita yang baik, maka mereka akan mengetahui bahwa Tuhan Yesus yang kita percaya adalah Tuhan yang sudah menjadi terang bagi kita, sehingga pancaran terang itu dapat dirasakan oleh orang lain; dan sebagai konsekuensinya jika kita melakukan perbuatan yang buruk, maka orang lain juga akan menerima pancaran sinar yang buruk terhadap Yesus yang kita percaya; maka dari itu, Yesus menekankan perlunya kehidupan penuh terang; sehingga kita dapat menjadi saksi-Nya dalam dunia ini.

-Pantulan sinar yang kita terima dari Kristus, seharusnya mampu memberikan penerangan dan kehangatan untuk orang sekitar-

Hari ke-20: Kamis, 19 Maret 2020

Matius 5:17-48

YESUS DATANG UNTUK MENGGENAPINYA

“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Matius 5:17

Dalam pengajaran yang Yesus berikan kepada pengikut-Nya, Yesus menceritakan bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapinya. Jika kita lihat dan perhatikan dalam 10 hukum Taurat, kita diajar untuk fokus pada bagaimana kita hidup seturut dengan Firman Tuhan.

Sebagai contoh, Yesus mengambil hukum Taurat mengenai jangan membunuh, karena siapa yang membunuh akan menerima hukuman (ayat 21). Membunuh di dalam pengertian Perjanjian Lama adalah meniadakan nyawa seseorang, tetapi Yesus memberi pengertian yang lebih dalam mengenai arti membunuh, bukan hanya meniadakan nyawa, tetapi menyakiti perasaan orang lain dengan marah padanya, maka harus dihukum (ayat 22a). Bahkan jika ada seseorang (hanya) berkata “kafir”, maka ia harus diperhadapkan kepada Mahkamah Agama, dimana pada waktu itu Mahkamah Agama adalah sebuah institusi peradilan yang tinggi (ingat bagaimana Yesus sebelum memikul salib, Ia diperhadapkan dengan Mahkamah Agama), hal ini berarti secara kasus sudah sangat serius. Tidak hanya itu, Yesus juga menekankan jika ada yang berkata “jahil”, ia harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Masih banyak contoh lain yang Yesus jabarkan dalam pasal ini, jadi kesimpulannya, apakah Yesus dan hukum Taurat bertentangan? Jawabannya tidak, karena Yesus menginginkan kehidupan kita bukan hanya masalah agamawi saja, tetapi kehidupan anak-anak Tuhan selalu mengutamakan kekudusan. Hukum Taurat adalah benar sebagai pedoman bagaimana kita dapat hidup kudus, tetapi kehadiran Yesus memberikan pengertian bahwa kekudusan kita harus setingkat lebih tinggi, dimana kita tidak bermain-main dalam dosa, walaupun kita sudah memiliki jaminan hidup kekal.

Yesus datang ke dalam dunia ini untuk memberikan contoh bagaimana harus hidup kudus yang sesuai dengan Firman Tuhan. Dalam benak kita mungkin pernah terpikirkan, “akh, Yesus kan Anak Allah, pada saat Ia datang ke dunia tentu gampang dan mudah menjalani semuanya, karena Ia kudus”. Jawaban untuk pernyataan itu adalah salah, karena bagaimana Yesus yang adalah Allah sendiri, yang tidak terbatas menjadi terbatas, yang tidak mengenal sakit menjadi pesakitan, dan yang tidak seharusnya datang untuk mati di atas kayu salib, tetapi Ia lakukan; apakah itu mudah? Justru sangat sulit, tetapi karena kasih-Nya, Ia melakukannya untuk kita.

-Percayalah jalan yang Yesus ambil sebagai manusia dan mati di atas kayu salib, karena Ia mengasihi kita-

Page 17: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 3130

Matius 5:17-48

ORANG BODOH JAMAN NOW

Hari ke-21: Jumat, 20 Maret 2020

“....siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” Matius 5:39b

Pernah satu kali saya dengar sebuah lelucon bahwa orang yang paling kasihan dan bodoh adalah orang Kristen, kenapa? Karena jika kita ditampar pipi kanan, berikan pipi kiri. Dan lelucon itu benar-benar dijadikan sebuah prinsip orang di luar Kristen, jika mereka ingin menghakimi orang Kristen, yang seharusnya penuh dengan kasih dan tidak menyakiti orang lain.

Apa maksud dari Yesus memberikan pernyataan tersebut? Tentu bukan untuk kita diolok-olok apalagi kita menjadi bulan-bulanan. Konteks pada saat itu adalah aturan hukum Taurat adalah jika ada yang melukai mata kita, maka orang tersebut harus dilukai matanya, begitu juga jika ada yang melukai tangan kita, maka tangannya juga harus dilukai, sama seperti apa yang kita terima dari orang lain.

Inti dari berikan pipi lainnya, adalah ampuni orang yang sudah melakukan yang tidak baik padamu; dengan cara tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Karena jika kejahatan dibalas dengan kejahatan, maka orang jahat yang menerima hal yang setimpal dengan apa yang ia lakukan, ia akan balaskan lagi kepada kita; dan pada akhirnya akan menimbulkan luka yang tidak pernah putus.

Dengan kita tidak membalas, bahkan ‘memberikan pipi satu lagi’ kita akan memadamkan bara di kepala orang yang berbuat jahat kepada kita, seperti dalam Roma 12:20; “Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.” Ayat ini berbicara tentang “seteru” yang artinya adalah musuh kita, bagaimana kita harus berbuat baik, sehingga ia mendapat malu dari perbuatannya kepada kita.

Saat ini, berapa banyak orang yang tidak kita sukai atau benci; dan kita sudah membalaskan semua kejahatan yang mereka lakukan; mungkin kita pernah ditipu dalam berbisnis, hingga kita mengalami bangkrut; dan kita membalas segala kejahatannya dengan menjelek-jelekkannya di belakang, atau kita memiliki strategi untuk menghancurkan bisnisnya juga; dan mungkin masih banyak kasus yang kita alami. Saat ini sudah saatnya kita mempraktekkan bagaimana ketika Yesus ditampar, Ia tidak membalas, ketika Yesus dicambuk, Ia juga tidak membalas dan ketika Yesus diolok-olok di atas kayu salib, Ia malah memberi pengampunan.

-Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus-

Hari ke-22: Sabtu, 21 Maret 2020

Matius 5:17-48

BENCI MUSUHMU

“Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Matius 5:44

Bayu sangat marah ketika ia mengetahui di balik hancurnya perusahaan yang ia rintis dari nol ada seseorang yang merencanakan untuk menghancurkan perusahaannya adalah sahabat dekatnya, Ronny, orang yang selama ini Bayu ceritakan seluk beluk perusahaannya. Tidak hanya itu, Ronny malah memfitnah Bayu telah melakukan perbuatan kriminal, hingga akhirnya Bayu dijebloskan ke penjara.

Di tengah-tengah kekecewaan dan kemarahan Bayu, ia membaca Kitab Matius 5:44, bahwa ia harus mengasihi Ronny dan berdoa untuk orang yang sudah membuat hidupnya hancur. Apakah itu mungkin dapat dilakukan?

Kita seringkali diperhadapkan dengan keadaan serupa, bukan? Kita dikhianati, disalah mengerti, dipersalahkan, yang padahal bukan kita pelakunya. Dalam ajaran Yesus hari ini, Yesus mengajak kita untuk menjadi pribadi yang berbeda. Dengan keberbedaan ini, orang akan melihat bahwa kasih itu tidak memilih siapa dan bagaimana orang memperlakukan kita.

Sulitkah menjadi pribadi seperti itu? Sulit, bahkan sangat sulit. Tetapi sulit bukan berarti tidak mungkin dilakukan, bukankah Yesus sudah menunjukkan kasih itu, ketika Ia disalah mengerti, dibuat bersalah padahal Ia tidak pernah bersalah, bahkan ketika dalam Kitab Yohanes 1:11 dikatakan “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.”

-Betapa Yesus lebih dari apa yang Ia ajarkan? Mari kita melihat salib Kristus, maka sesuatu yang sulit ini, pasti akan kita lakukan: kasihi dan doakan musuhmu-

Page 18: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 3332

Matius 5:3

BERBAHAGIALAH SI MISKIN

Hari ke-23: Senin, 23 Maret 2020

“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”. Matius 5:3

Pada suatu ketika di sebuah tempat, masyarakat ditimpa dengan berbagai penderitaan, dicobai hingga menangis sudah menjadi makanan sehari-hari mereka. Selain itu, mereka juga hidup sangat berkekurangan, kekurangan dari sisi materi, kemakmuran, pangan, papan dan hidup mereka sangat kasihan sekali.

Dengan berbagai kejadian seperti di atas, apakah mereka dapat bersukacita? Atau krisis yang mereka hadapi malah membuat mereka jadi saling membenci satu dengan yang lain, dan menyalahkan Tuhan?

Jawabannya tidak sama sekali. Tentu kita bertanya-tanya bagaimana saya yakin dengan jawaban itu? Jawabannya ada dalam Kitab 2 Korintus 8:1-9, mereka adalah jemaat di Makedonia, mereka hidup sangat miskin, namun dalam kemiskinannya, mereka tidak saling membenci, apalagi menyalahkan Tuhan. Yang mereka lakukan adalah mereka menjadi kaya dalam kemurahan.

Pada saat kita membaca ajaran Kristus pada Matius 5:3, pertanyaan mendasarnya adalah bagaimana orang bisa berbahagia jika ia miskin? Tindakan nyata sudah dilakukan oleh jemaat di Makedonia, bagaimana mereka mungkin miskin secara jasmani, tetapi “mereka kaya dalam segala sesuatu, — dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan” (2 Kor 8:7). Mereka hidup dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasih terhadap para rasul dalam pelayanan kasih ini.

Indah bukan jika kita mampu mempraktekkan ajaran kotbah Kristus di bukit? Biarlah segala kesulitan dan rintangan tidak membuat kita menjadi kendor dalam melakukan pekerjaan baik yang berkenan kepada Tuhan, karena dengan demikian kitalah yang empunya Kerajaan Sorga.

Jika suatu hari kerajinan dan minat kita terhadap pelayanan Kristus menjadi kendor, ingatlah “karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2 Kor 8:9). Yesus sudah memulai walaupun Ia kaya akan segala sesuatu, tetapi Ia rela menjadi miskin dalam kehidupan, miskin dalam segala sesuatu, agar kita menjadi kaya dalam anugerah dan penyelamatan salib.

-Pengorbanan Kristus menjadi ‘miskin’ seharusnya membawa kita semakin paham arti sebuah kasih dan anugerah itu telah hadir dalam hidup kita-

Matius 13:24-30, 36-43

LALANG DAN GANDUM

Hari ke-25: Rabu, 25 Maret 2020

“Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” Matius 13:43b

Diantara begitu banyak perumpamaan yang Yesus ceritakan, perumpamaan tentang lalang dan gandum ini ada perbedaan karena Yesus memberitahukan artinya dengan lebih gamblang. Mengapa demikian? Karena Yesus mau kita mengerti bagaimana seharusnya orang percaya hidup.

Yesus mengetahui bagaimana kejamnya kehidupan yang kita jalani saat ini, bagaimana seorang istri yang sudah sekian tahun mendoakan suaminya untuk percaya Tuhan, tetapi apa kenyataannya malah setiap kali sang istri pulang ke rumah, suaminya marah-marah, hingga terkadang memukulnya. Yesus juga mengetahui bagaimana seorang anak muda yang sudah berusaha mempertahankan kelakuannya dengan takut akan Tuhan, tetapi malah ia kehilangan pekerjaannya, karena tidak turut dalam aturan perusahaan yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Dan masih banyak lagi kisah yang seakan-akan kebenaran itu tidak pernah sesuai jika kita ingin sukses, bahagia dan kaya secara materi.

Yesus memberikan perumpamaan pada hari ini, agar kita mungkin terhimpit karena begitu banyak lalang yang tumbuh lebih banyak daripada gandum. Tetapi Yesus memberi penekanan bahwa pada akhirnya, Ia akan memerintahkan malaikat-Nya untuk memisahkan lalang dan gandum. Lalang akan dicampakkan dalam dapur api, karena di sana ada ratap dan kertak gigi. Sedangkan gandum akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Sorga. Berbicara tentang matahari dalam kehidupan artinya memiliki sesuatu hal yang penting, karena ia menyinari kehidupan dan keberadaannya selalu eksis, serta tak tergantikan. Oleh sebab itu, mari para gandum tetaplah menjadi gandum, agar pada saatnya kita akan mendapat tempat di Kerajaan Sorga, tempat yang sudah disediakan Tuhan Yesus untuk kita.

-Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar-

Page 19: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 3534

Hari ke-26: Kamis, 26 Maret 2020

Lukas 13:6-9

BERI KESEMPATAN

“Mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!” Lukas 13:9

“Santo, kamu tidak tahu apa, uang yang Mama simpan itu untuk dibelikan beras, eh malah kamu habiskan untuk mabok-mabokan dengan teman-teman kamu!” teriak Mama kepada anaknya. Mama-pun memukul Santo yang usianya sudah tidak kecil lagi, melainkan sudah berusia 17 tahun. Setelah menerima pukulan itu, Santo pun berlalu pergi dengan hati kesal. Mama akhirnya menangis sendiri dalam rumah kecilnya.

Semenjak ditinggal suaminya, Ibu Sarmi memang harus menafkahi Santo sendiri dengan bekerja sebagai buruh pabrik, sehingga ia jarang sekali bertemu dengan Santo pada siang hari. Santo yang tumbuh menjadi anak yang nakal, kian hari bukan bertambah baik, malah semakin hari semakin menjadi, bayangkan Santo bukan hanya suka mabok-mabokan, tetapi ia juga suka mencuri barang-barang orang lain; hingga setiap kali tertangkap basah oleh tetangganya, Mamanya lah yang meminta maaf dan mengganti rugi segala barang yang dicuri oleh anaknya; hingga suatu hari banyak tetangga meminta agar Mamanya untuk menjebloskan Santo ke penjara, agar Santo jera. Namun Mamanya selalu berkata, “Santo pasti suatu hari berubah, ia hanya tidak tahu bahwa kehidupan tidak sesederhana itu.”

Yesus pernah memberikan perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah, maka pengurus kebun anggur itu berniat untuk menebang pohon itu. Kenapa harus ditebang? Karena luasan area kebun anggur yang dimiliki pemilik anggur harus dimaksimalkan untuk pohon yang dapat berbuah, sehingga memberi hasil kepada pemilik kebun. Namun kenyataannya ada satu pohon yang tidak berbuah, yaitu pohon ara. Pohon ini sudah 3 tahun ditanam, tetapi belum juga bertumbuh. Pohon ara adalah salah satu pohon yang tampak indah dan besar daunnya, namun penampakan yang sangat indah luarnya, jika tidak diimbangi dengan adanya buah yang dihasilkan, maka hanya akan membuat sang pemilik kebun anggur jadi rugi karena ia dapat menanam pohon lainnya yang dapat menghasilkan buahnya.

Bukankah kehidupan manusia tidak hanya dituntut untuk memiliki buah/hasil karya, sehingga kita dapat bernilai guna bagi diri sendiri dan orang lain juga? Jika kita hanya kelihatan baik rupa, perilaku, namun ternyata itu hanyalah penampakan semu (baca: pura-pura), bukankah kita menjadi kurang bernilai? Dalam kekristenan, Yesus menuntut agar kita menghasilkan buah, karena jika kita tidak menghasilkan buah, kita akan berakhir seperti pohon ara yang tidak menghasilkan buah dan pada akhirnya akan dibuang dan dibakar?

-Mari selama kita memiliki kesempatan, sebelum kita ditebang seperti pohon ara, dimana kita yang sudah ditebus dengan darah yang mahal, sudah saatnya kita menghasilkan buah,

agar pengorbanan Kristus tidak sia-sia-

Hari ke-24: Selasa, 24 Maret 2020

Matius 5:10

KITA TIDAK SENDIRI

“Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”. Matius 5:10

Setelah kita mempelajari bagaimana kemiskinan tidak menghalangi kita untuk datang kepada Tuhan, tidak juga menghalangi kita untuk bersukacita, malah kemiskinan justru memberi upah kita memperoleh Kerajaan Sorga. Pada hari ini kita akan kembali merenungkan jika kita dianiaya, kita harus berbahagia, kenapa berbahagia? Sekali lagi Yesus ingatkan bahwa walau kita dianiaya, kita akan memperoleh Kerajaan Sorga. Bagaimana contoh kongretnya? Bukankah aniaya justru membawa kesakitan jasmani, psikis dan kebencian yang mendalam dalam hidup kita?

Mari kita tekankan bukan pada kata “aniaya” nya, tetapi kata “karena kebenaran”. Betapa banyak dari kita yang sudah mempertahankan kebenaran baik di tempat kita bekerja, atau dalam keluarga; tetapi kita disalahmengerti? Apakah kita menjadi marah dan kesal? Atau kita malah bersyukur walau keadaan kita sedang dalam keadaan terjepit, tetapi kita tetap dapat mempertahankan kebenaran?

Kehidupan mempertahankan kebenaran, tetapi bukan hal baik yang kita terima, bukankah sudah pernah kita baca kisah Yusuf, bahwa ia sudah hidup dalam kebenaran, tetapi akhirnya ia dianiaya? Atau kisah dari banyak tokoh Kristen yang sudah mempertahankan iman, tetapi ia dianiaya, dihukum dan dibunuh? Apakah upah mereka? Upah mereka adalah Kerajaan Sorga.

Yesus datang ke dalam dunia memberikan kepada kita sebuah pemahaman yang lengkap bahwa hidup di dunia adalah sementara, sehingga bukan masalah aniaya atau tidak, tetapi bagaimana kita dapat mempertahankan kebenaran dalam iman. Yesus memberi contoh yang paling sempurna, dalam semua kitab, tidak pernah dicatat Yesus berbuat jahat, tidak baik, atau menyakiti orang, tetapi Ia melakukan banyak kebaikan, pengajaran, penyembuhan dan mujizat-mujizat nyata, tetapi Ia dianiaya, ya... dianiaya hingga mati di atas kayu salib. Renungkanlah.

-Aniaya yang kita alami, jauh lebih ringan dibandingkan kisah Kristus yang dianiaya hingga mati di atas kayu salib, maka kita tidak boleh menyerah untuk tetap berbuat kebenaran. Berjuanglah sobat-

Page 20: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 3736

Lukas 15:1-7

YESUS MENCARI KITA

Hari ke-27: Jumat, 27 Maret 2020

“Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?” Lukas 15:4

Sudah menjadi kebiasaan setiap harinya, seorang gembala membawa domba-dombanya keluar dari kandangnya menuju padang rumput, agar setiap domba-dombanya dapat makan dan minum di padang rumput tersebut. Di sela-sela ia membawa domba-dombanya, tak jarang gembala tersebut membawa alat musik untuk mengisi waktunya sambil bernyanyi dan menikmati alam yang sejuk. Selain itu, sang gembala juga membawa (minimal) tongkat untuk berjaga-jaga, jika sewaktu-waktu ada serangan dari binatang buas yang ingin memangsa domba-dombanya; atau jika domba-dombanya itu berkelahi satu dengan yang lain.

Gembala itu juga harus mengenal domba-dombanya satu per satu, sehingga jika ada hilang atau dombanya kurang dari jumlah semula, ia harus mencarinya. Nah, di sini ada hal-hal menarik yang dapat kita pelajari dan renungkan bersama sehubungan dengan perumpamaan yang Yesus ajarkan, yaitu:

1. Kawanan domba jumlahnya biasa tidak sedikit; dan pada perikop ini Yesus mengilustrasikan ada 100 ekor domba. Dari jumlah yang tidak sedikit itu, sang gembala mampu menghitungnya satu per satu. Perlu diingat bahwa domba bukanlah barang mati, tetapi makhluk hidup yang bergerak, sehingga pada saat gembala menghitungnya ada kemungkinan domba-dombanya bergerak kesana kemari.

2. Mencari satu domba, berarti gembala sedang meninggalkan 99 ekor lainnya. Hal ini ada kemungkinan 99 ekor domba itu juga berpotensi hilang, karena ditinggal oleh gembala tersebut. Hilang dapat berarti ia tersesat atau malah yang lebih buruk, ia dimangsa oleh hewan buas.

3. Tidak sekedar mencari, tetapi diberikan penegasan, bahwa mencari sampai menemukan. Hal ini berarti bahwa domba yang hilang itu amatlah berharga, sehingga ia tidak akan pulang jika tidak menemukannya.

Melalui pembahasan pada hari ini, Yesus menempatkan diri sebagai Gembala dan kitalah domba-dombaNya. Seberapa jauh kita lari dari Tuhan, Ia akan mencari kita. Yesus mencari, mencari dan mencari hingga menemukan kita. Apakah bukti bahwa Ia mencari kita? Buktinya sangat jelas, Ia datang ke dunia menjadi manusia. Ia mencari yang hilang seperti kita. Mengorbankan diriNya bukan hanya mati di atas kayu salib, tapi merendahkan diri-Nya sebagai manusia; bukankah pada hari-hari ini, kita masuk pada masa Lenten untuk merenungkan kasih-Nya? Ia datang mencari kita.

-Masih banyak domba lainnya, tetapi Ia memilih mencari anda dan saya; betapa istimewanya kita-

Page 21: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 3938

Hari ke-28: Sabtu, 28 Maret 2020

Matius 16:21-28

IBLIS BEGITU MENGGODA

“Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau” Matius 16:22b

Apakah kita masih ingat dengan renungan Lenten pada awal-awal, ketika kita membahas bagaimana Yesus ketika itu berpuasa dan Iblis datang mencobai Yesus dengan tiga hal paling menarik dalam dunia ini, yaitu nafsu dunia dalam hal materi (mengubah batu menjadi roti), nafsu dunia dalam hal kehormatan (dengan sujud menyembah iblis, maka seluruh harta dunia diberikan pada Yesus), dan nafsu dunia dalam hal kekuasaan (dengan menunjukkan bahwa Yesus berotoritas atas segala sesuatu dengan menjatuhkan diri ke bawah, dan pasti ada malaikat yang menopang-Nya).

Konteks pada saat itu, Yesus benar-benar lemah secara jasmani, dimana Ia berpuasa 40 hari 40 malam, sehingga mungkin saja dalam kelemahan secara fisik tersebut, Yesus akan mempertimbangkan hal-hal menarik yang ditawarkan iblis kepada-Nya. Tetapi Yesus telah melalui masa-masa itu, Yesus fokus bahwa memang tujuan Ia hidup di dunia adalah untuk menebus dosa manusia; sehingga Ia tidak mau tunduk pada keinginan iblis.

Saat ini kita membaca kembali bagaimana Yesus dicobai iblis melalui orang yang sangat dekat dengan Yesus, yaitu Petrus. Dalam ucapan Petrus seakan-akan tidak ada yang salah, karena sebagai murid, Petrus menginformasikan kepada Yesus agar terhindar dari masalah, kecelakaan, musibah dan hal-hal yang tidak baik menimpa Yesus. Karena dalam wujud sebagai manusia, iblis berpikir, Yesus sudah sangat menikmati bagaimana menjadi Guru, dimana memiliki pengikut yang begitu banyak; namun ternyata pikiran tersebut salah; karena Yesus fokus, ketika Yesus memberitahukan untuk pertama kalinya bagaimana Yesus akan melalui penderitaan itu, bukan untuk dikasihani, tetapi Ia memberikan peringatan tersebut agar setiap kita bertobat dan berbalik pada-Nya.

Tawaran apa yang saat ini sedang kita hadapi? Apakah tawaran yang mengenyangkan diri kita sendiri, sehingga membuat kita jauh daripada Tuhan? Ingatlah bagaimana Yesus fokus untuk menyelamatkan hidup kita, sebegitu kuat dan tidak tergoyahkan, maka kita harus belajar seperti Yesus.

-Ingatlah sebab apa yang dipikirkan manusia berbeda dengan yang dipikirkan Allah-

Matius 16:21-28

AGAR KUAT ATAS GODAAN IBLIS

Hari ke-29: Senin, 30 Maret 2020

“ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” Matius 16:24b

Semenjak menjadi Kristen, Ami terlihat lebih ceria dan bersemangat, walaupun masalah yang dia hadapi tidak menjadi lebih mudah. Malah menurut orang-orang sekitarnya, masalah Ami semakin hari semakin berat, di mana kondisi kesehatan ayahnya tidak kunjung membaik, perekonomian keluarganya semakin terpuruk, sampai-sampai para tetangganya mengatakan: “Walah sejak ia masuk Kristen, Ami jadi ditimpa begitu banyak bencana; ngapain pula ia masuk Kristen, kata orang masuk Kristen jadi sukses, makmur, dan kaya, nah ini, Ami…. Ami….”.

Tanggapan negatif terhadap Ami bukankah sering kita dengar, atau jangan-jangan kita saat ini mengalaminya? Ketika mengikut Yesus, keadaan kita tidak membaik, malah mungkin memburuk; namun ada yang membedakan, yaitu bagaimana kita meresponi setiap permasalahan kita, bukan? Kita lebih kuat dan yakin bahwa Tuhan sudah memimpin kita melalui hari-hari yang begitu sulit, Tuhan yang sama juga pasti memimpin kita melalui masalah yang kita hadapi; dan satu hal yang pasti Tuhan tidak pernah menjanjikan sesuatu yang enak (atau hanya hidup enak-enakan) ketika mengikuti Tuhan.

Mari kita pelajari bagaimana harus mengikut Tuhan?

Yesus mengajarkan ada 3 hal dasar, yaitu:1. Menyangkal diri

Kita diajar untuk tidak lagi dengan segala keegoisan kita mengatakan bahwa fokus hidup adalah ke-”aku”-an, tetapi fokus kita adalah Yesus. Ketika situasi tidak memihak kita, bahkan mungkin kita sedang di lembah kekelaman, kita tidak bersungut-sungut, tetapi bersyukur kepada Tuhan. Apakah ini mudah? Jawabannya tidak, karena manusia dapat di nilai ketika ia mengalami hal yang paling buruk sekalipun dalam kehidupannya, tetapi ia tetap dapat berpegang pada Firman Tuhan.

2. Memikul salibnyaTuhan Yesus tidak mengajarkan bahwa kita harus memikul salib Tuhan Yesus. Salib Tuhan Yesus sudah lunas dan selesai di Bukit Golgota; saat ini yang perlu kita pikul adalah salib kita. Iman percaya kita kepada Tuhan yang harus kita tunjukkan dalam keseharian kita. Bagaimana Yesus memikul salib-Nya dan dipertontonkan di hadapan orang banyak; dan Ia tidak malu, tetap berjalan dan memikul. Saat ini, bagaimana dengan salib kita? Tunjukkan salib kita, pancarkan kasih itu kepada orang lain melalui perbuatan, sikap dan perkataan kita; sehingga orang lain dapat merasakan dan melihat kemuliaan Tuhan terpancar dalam hidup kita.

3. Mengikut TuhanMengikut Tuhan adalah berbicara komitmen kesetiaan dalam segala situasi kita tetap mengikut Tuhan melalui ajaran, iman dan hidup kita; kita berfokus pada kebenaran Tuhan.

Betapa banyak tipu muslihat iblis yang menggoda, tetapi jika kita mengetahui rahasia kuat mengikuti Kristus, maka kita akan menang melawannya.

-Kuncinya: menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Tuhan-

Page 22: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 4140

Hari ke-30: Selasa, 31 Maret 2020

Matius 10:34-42

PENEGASAN IKUT YESUS

“Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barang siapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku.” Matius 10:40

Mari kita lanjutkan perenungan mengenai bagaimana mengikut Yesus dengan benar. Yesus dengan tegas memberitahukan kepada kita, bahwa kita harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikut-Nya dengan segenap hati, segenap pikiran, segenap jiwa dan segenap totalitas hidup kita. Hal ini tentu tidak mudah bagi kita yang masih hidup dalam kedagingan, karena mungkin kita masih bergumul dengan kesehatan, keuangan, dan permasalahan-permasalahan yang tidak sederhana di mata kita.

Tetapi kita tidak boleh menyerah, karena Yesus dalam masa hidupnya selama 33 tahun tidak pernah menyerah ketika menghadapi kedagingan-Nya sebagai manusia. Yesus tetap berfokus menyangkal diri, yang walaupun Ia adalah Allah, tetapi mengambil rupa sebagai manusia. Yesus juga berfokus memikul salib-Nya, bahkan bukan hanya memikul, Ia tergantung di atas kayu salib, dipermalukan dan dihina, tetapi mata-Nya hanya tertuju pada kehendak Bapa. Jika Yesus sudah menunjukkan bagaimana harus bersikap dalam mengikut Yesus, sejauh itulah kita harus belajar mengikut Yesus.

Perenungan pada hari ini menegaskan bahwa mengikut Yesus tidaklah mudah, tetapi ada harga yang harus kita bayar. Pembacaan Firman Tuhan pada hari ini sangatlah tegas dan keras, mari kita bahas satu per satu.

1. Yesus membawa pedang, bukan damaiYesus ingin memberitahukan kepada kita, bagaimana kita sebagai orang percaya harus dapat tegas terhadap hal-hal yang memang berkenan kepada Tuhan atau tidak. Kehidupan pada masa itu, begitu banyak ahli Taurat, orang Saduki dan orang Farisi yang merasa hidup benar dan saleh, namun dalam hati mereka sangatlah busuk dan tentunya hal itu tidak berkenan di mata Tuhan. Oleh sebab itu, pedang yang Kristus maksud adalah bagaimana kita harus dapat melakukan terobosan iman, tidak hanya tampil di muka dengan segala tipu dan kemunafikan belaka.

2. Totalitas percayakan segala sesuatu kepada Tuhan YesusYesus minta kita mengasihi-Nya lebih dari kita mengasihi orang terdekat kita (orangtua, pasangan, dan anak) bahkan diri kita sendiri. Mengapa demikian? Karena dengan kita lebih mementingkan orang-orang terdekat bahkan diri kita sendiri, lama kelamaan, kita bisa menomorduakan Tuhan dalam hidup kita. Dengan kita tidak mempertahankan (baca: mengasihani diri sendiri) nyawa kita, tetapi dengan segala kerelaan bahkan sampai kehilangan nyawa kita demi Tuhan, maka Tuhan akan memperhitungkan semua itu. Sudah tentu bahwa Yesus tidak meminta kita melakukan tindakan bunuh diri atau membabi buta dalam melakukan segala sesuatu, karena pada dasarnya, Yesus sangat mengasihi kita.

-Yakinlah pada suatu hari nanti, ketika kita bertemu muka dengan muka, maka Yesus akan berkata: “Hai hamba-Ku yang baik dan setia, masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuanmu”-

Lukas 9: 43-45 & Lukas 18:31-34

PEMBERITAHUAN YANG DIULANG-ULANG

Hari ke-31: Rabu, 1 April 2020

“Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” Lukas 9:44

Minggu-minggu ini kita sudah belajar begitu banyak kisah Yesus, bagaimana Ia mengajar, menyembuhkan dan melakukan mujizat. Dan tibalah di perjalanan menuju sebuah realita bahwa Yesus akan mati di atas kayu salib, maka Yesus mengulang kembali bagaimana Yesus akan menderita.

Mari kita teliti lebih dalam mengenai pemberitahuan Yesus ini.1. Pemberitahuan pertama, pada Matius 16:21-28 (sudah kita bahas pada renungan Lenten

ini, dengan Tema: “Agar Kuat Atas Godaan Iblis”), bandingkan dengan Lukas 9:22-27. Ketika itu, Yesus memberitahukan bahwa bagaimana harus ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat; hingga dibunuh dan dibangkitkan. Ketika itu Petrus (dengan kuasa iblis menaunginya) menarik-Nya dan memberitahukan agar Yesus tidak melakukan itu.

2. Pemberitahuan kedua, pada Lukas 9:43-45, Yesus memberi penegasan dengan kata-kata “dengarlah dan camkanlah”, hal ini berarti bahwa Yesus ingin memberi penegasan bahwa sebentar lagi hal ini akan terjadi pada-Nya, sehingga para murid harus siap dengan segala keadaan.

3. Pemberitahuan ketiga, pada Lukas 18:31-34, Yesus menjelaskan lebih terperinci bagaimana Ia akan melalui penderitaan dengan diolok-olok, dihina dan diludahi, disesah dan dibunuh, serta Ia akan bangkit pada hari ketiga.

Ada hal yang menarik ketika pemberitahuan pertama dan jika dibandingkan dengan pemberitahuan kedua dan ketiga, yaitu pada respon murid-murid. Jika respon pada pemberitahuan pertama, ada murid (dalam hal ini Petrus) langsung berespon/menanggapi, namun pada pemberitahuan kedua dan ketiga, semua murid tidak mengerti dan tidak meresponi.

Mari kita fokus pada pemberitahuan yang diulang-ulang Yesus. Sebuah kalimat yang diulang-ulang (lebih dari satu kali) berarti memiliki sebuah arti dan penekanan yang perlu diperhatikan oleh murid-murid-Nya pada waktu itu. Hal ini-pun dicatat agar kita mempelajari dan merenungkannya, karena sudah seringkali kita membaca Firman Tuhan, namun kita tetap tidak mengerti.

Apa yang Yesus ajarkan dan beritahukan kepada murid-murid adalah sebuah dasar agar pada hari penderitaan Yesus, mereka siap dan memiliki iman yang kuat, namun kita mengetahui bagaimana para murid ketika Yesus mulai diadili hingga disalibkan. Para murid mengalami ketakutan yang luar biasa dan sampai-sampai mereka-pun tidak mengakui bahwa mereka adalah murid Yesus.

Pada minggu sengsara dan penderitaan Kristus, mari kita renungkan bagaimana kasih-Nya menanggung penderitaan itu hanya untuk kita. Begitu banyak Firman Tuhan yang diulang-ulang untuk kita baca dan renungkan, hal itu adalah dasar bagaimana kita unuk menghadapi realita kehidupan kita sehingga kita dapat turut dan sesuai dengan kehendak Allah.

-Nyatakan kasih kita kepada Tuhan, sama seperti Tuhan sudah menyatakan kasih-Nya kepada kita-

Page 23: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 4342

Hari ke-32: Kamis, 2 April 2020

Matius 26:1-5

PEMBERITAHUAN TERAKHIR DAN DISERTAI RENCANA PEMBUNUHAN

“dan mereka merundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia.” Matius 26:4

Mari kita lanjutkan pada pemberitahuan terakhir, dan Yesus sudah blak-blakan bahwa dua hari lagi, Ia akan diserahkan untuk disalibkan. Dan seharusnya para murid yang kemarin-kemarin tidak mengerti, saat ini mereka sudah terbuka matanya, bahwa yang selama ini Yesus beritahukan adalah mengenai jalan salib yang akan dilalui Yesus. Dan disaat bersamaan, berkumpullah para imam kepala dan tua-tua yang segera merencanakan agar Yesus dibunuh.

Hal ini sangatlah ironis, mengapa ironis? Karena dalam pelayanan Yesus selama 3,5 tahun, orang yang selalu menyaksikan bagaimana Yesus mengajar, menyembuhkan, bahkan membangkitkan orang mati adalah para imam kepala, orang farisi dan tua-tua. Tetapi orang yang sama, yang sudah menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana Yesus hidup selama ini, mereka juga yang tidak menjadi percaya dan yang lebih parahnya, mereka yang merencanakan pembunuhan untuk Yesus.

Yesus mengatakan suatu waktu untuk kita ketahui bahwa dalam waktu 2 (dua) hari lagi mereka akan merayakan paskah, dan penekanannya bukan pada paskah tersebut, namun Ia akan diserahkan untuk disalibkan. Benar-benar hari yang menakutkan, namun kita melihat tidak ada kecemasan ketika Yesus mengatakan hal itu.

Mari kita coba meresapi bagaimana sedihnya Yesus ketika itu, Yesus tentu sadar bahwa Ia datang memang untuk naik ke atas kayu salib, tetapi Firman Tuhan mengatakan dengan sangat jelas, yaitu dalam Kitab Matius 26:24, “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Dengan sangat tegas Yesus mengecam orang-orang yang merencanakan, menyerahkan bahkan sampai akhirnya-pun mereka tidak juga bertobat.

Adakah kita seperti orang-orang tersebut? Yang setiap hari melihat bagaimana Tuhan mengerjakan kebaikan, kemurahan, bahkan keselamatan bagi kita, namun kita tidak turut dalam kehendak Tuhan? Pada masa Yesus lahir, tumbuh dewasa, bahkan ketika melayani, dapat kita saksikan dengan jelas melalui Alkitab, tetapi jika mata jasmani dan mata rohani kita masih tertutup juga, maka memang lebih baik kita tidak dilahirkan.

Mari kita renungkan, bagaimana seharusnya kita hidup, diakhir pelayanan Yesus (dalam jangka waktu 2 hari), Yesus masih ingin memberitahukan kepada murid-murid-Nya (juga kita) bahwa Ia mengasihi kita. Adakah kita merasakan hal itu?

-Menyaksikan kasih Tuhan tidak cukup membuat kita bertobat, tetapi dengan penyerahan sepenuhnya, akan membuat kita bertekuk lutut di hadapan-Nya-

Matius 26:6-13

TANDA ITU SEMAKIN NYATA

Hari ke-33: Jumat, 3 April 2020

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.” Matius 26:13

Hari-hari terakhir Yesus makin jelas di mana Yesus lebih banyak menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat. Namun ada peristiwa yang tak biasa terjadi ketika Yesus sedang menikmati jamuan makan, ada perempuan yang tidak disebutkan namanya pada kitab ini (di Kitab Yoh 12:3 diterangkan bahwa perempuan itu adalah Maria) meminyaki kepala Yesus (Mat 26:7), dan jika kita teliti lebih lanjut, ternyata tidak hanya kepala, tetapi sampai kaki Yesus (Yoh 12:3), dan kesemuanya itu Maria menggunakan rambutnya.

Mari kita pelajari lebih dalam, di masa-masa menuju sengsara, Yesus memiliki waktu spesial dengan orang-orang dekat-Nya, adalah untuk memberikan waktu khusus (perhatian) bagi murid-murid-Nya, yang sebentar lagi mereka tidak akan bersama-sama. Pada waktu spesial ini pula, Yesus ingin mengajarkan agar para murid tidak mudah tercerai-berai karena akan ada begitu banyak peristiwa yang akan menggoncang iman mereka hingga malam sengsara Yesus. Seperti dalam Matius 26:31, “Maka berkatalah Yesus kepada mereka: “Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai.” Peringatan Yesus itu terjadi pada saat Ia bersama murid-muridNya.

Di masa-masa penghujung kehidupan Yesus sebagai manusia, Yesus masih memperingatkan agar para murid tetap kuat menghadapi hari-hati yang sulit untuk mereka lalui. Nah di saat-saat itu, ada seorang Maria yang datang untuk meminyaki Kristus. Apa arti meminyaki Kristus tersebut? Minimal ada 2 (dua) hal yang dapat kita pelajari.

1. Totalitas pelayanan telah dinyatakan dengan memberikan rambutnya untuk menyeka kepala hingga kaki Yesus. Bagi orang pada masa itu (seharusnya masih relevan sampai saat ini), rambut digambarkan sebagai mahkota (bandingkan dengan Amsal 16:31, “Rambut putih adalah mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebenaran”).

2. Minyak narwastu yang dipakai adalah minyak yang sangat mahal harganya (bandingkan dengan Markus 14:3). Selain ia memberikan rambutnya, ia juga mempersembahkan seluruh miik kepunyaannya kepada Tuhan. Dalam Yohanes 12:5 dikatakan “kenapa tidak dijual 300 dinar”, berarti kurang lebih harganya adalah 300 dinar. Jika dikonversi dengan rupiah pada masa sekarang, maka harganya adalah sekitar Rp. 6 juta rupiah (1 dinar Yordania = Rp 19.800,00). Pada masa itu, mungkin saja bisa lebih mahal, karena belum ada inflasi mata uang dan sebagainya.

Inti dari dua hal di atas adalah Yesus memberikan kesempatan bagi Maria menunjukkan bagaimana kita mengikut Tuhan Yesus dengan totalitas, karena Yesus mengetahui pikiran dari murid-muridNya, maka Ia memperingatkan bahwa perbuatan Maria juga sedang mempersiapkan penguburan-Nya, yang sangat harum dan mulia sebagaimana digambarkan seperti minyak narwastu.

Mari kita renungkan dan ambil tekad untuk melayani Tuhan dengan totalitas dari apa yang kita miliki, sehingga Yesus juga akan berkata tentang kita seperti pada Maria, yaitu pada Markus 14:9, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.”

-Belajarlah melayani Tuhan Yesus dengan kesungguhan hati, maka Yesus akan melihat dan merasakannya-

Page 24: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 4544

Hari ke-34: Sabtu, 4 April 2020

Lukas 22:14-30

MALAM TERAKHIR YANG MENCEKAM

“Kata-Nya kepada mereka: “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah.” Lukas 22:15-16

Hari-hari menuju sengsara Yesus sudah semakin dekat, pada malam terakhir itu Yesus menyempatkan untuk melakukan sebuah perjamuan terakhir bersama dengan murid-muridNya. Hal ini tercermin dari ucapan Kristus bahwa Ia sangat rindu makan malam bersama dengan murid-muridNya. Kerinduan yang Yesus rasakan ini menggambarkan betapa Yesus merasakan akan kehilangan momen bersama dengan murid-muridNya, dimana Ia tidak akan makan bersama hingga beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah, karena Yesus mengetahui bahwa esok harinya, Ia akan menghadapi penderitaan yang sangat hebat.

Pada momen perjamuan itu, Yesus memberikan peringatan agar murid-muridNya melanjutkan ritual perjamuan kudus ini, sehingga sampai sekarang sebagai umat percaya, kita melakukan perjamuan kudus tersebut. Yesus memecah-mecahkan roti, di mana roti melambangkan tubuh-Nya yang diserahkan bagi kita orang percaya; lalu Yesus memberikan cawan minuman, di mana cawan melambangkan darah-Nya yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. Maka setiap kali kita melakukan perjamuan kudus tersebut, kita mengingat akan pengorbanan Kristus bagi kita.

Malam itu berlangsung sangat hikmat (sampai dengan ayat 20), tetapi setelah itu, para murid malah meributkan siapa yang akan menyerahkan Kristus dan siapa yang terbesar di antara mereka. Pertanyaan siapa yang menyerahkan Kristus secara literal dapat kita pastikan adalah Yudas, namun siapa yang terbesar tidak ada jawaban untuk hal itu. Namun yang mereka ributkan bukan siapa yang menyerahkan Kristus, yang mereka fokuskan adalah kebesaran diri mereka sendiri.

Mari kita bayangkan di tengah-tengah kerinduan Yesus bersama murid-muridNya, di saat itu juga mereka bertengkar. Betapa sedihnya Yesus pada malam yang mencekam tersebut, karena Ia mengetahui bagaimana Ia akan melalui jalan salib. Persoalannya siapa yang mau menjadi terbesar, ia harus menjadi pelayan. Konsep ini Yesus ajarkan kepada mereka, sama seperti Yesus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.

Kalau selama ini kita datang beribadah tetapi tidak memiliki konsep yang benar dan berfokus pada Yesus, maka tak heran gereja sering penuh pertengkaran dan tidak bertumbuh. Hal ini terjadi pada murid-murid Yesus, mereka tidak fokus pada salib yang Yesus ceritakan, tetapi mereka lebih mementingkan nafsu, kedudukan dan reputasi mereka sendiri, padahal sebentar lagi, mereka akan diperhadapkan dengan peperangan iman, karena Yesus akan menuju Bukit Golgota.

-Semakin dewasa iman kita, kita makin berfokus pada Salib Kristus dan tidak mencari keuntungan sendiri-

Matius 18:1-5

MAU JADI YANG TERBESAR?

Hari ke-35: Senin, 6 April 2020

“Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.” Matius 18:4

Di malam mencekam masih mewarnai penuh tanda tanya, karena setiap murid ingin menjadi yang terbesar, namun pada saat itu Yesus tidak lagi mengulang apa yang pernah Ia ajarkan, karena fokus Yesus pada malam itu adalah menikmati makan perjamuan bersama murid-muridNya dan menguatkan iman para murid, agar mereka kuat dan tidak tergoncang imannya.

Jika kita kembali mengingat (flashback) apa yang Yesus pernah ajarkan sebelumnya kepada murid-muridNya, maka kita akan mengetahui siapakah yang layak disebut paling besar dalam Kerajaan Sorga? Pada perikop yang kita baca dan renungkan hari ini, ternyata para murid juga pernah mempermasalahkan siapa yang terbesar di antara mereka (bandingkan dengan Lukas 9:46-48, “Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka”).

Pada perikop ini, Yesus memberi jawab, bahwa yang layak disebut terbesar adalah anak kecil. Kenapa anak kecil? Kenapa bukan profesor, bukan ahli teologia, bukan juga orang kaya? Pertanyaan ini tentu pernah terpikirkan dalam benak kita. Mari kita pelajari, di mana paling sedikit ada 2 (dua) hal yang dapat kita ambil hikmahnya.

1. Mengakui kesalahanPada ayat 3 dikatakan “jika kamu tidak bertobat”, anak kecil cenderung pribadi yang polos dan tidak suka berpura-pura, maka ia akan segera mengakui kesalahannya, tidak berbelit-belit, bahkan menyalahkan orang lain. Selain itu, anak kecil juga lebih mudah diajar dan dibentuk, jika diminta lakukan ini, dia akan melakukannya, sedangkan jika dilarang melakukan itu, dia akan mematuhinya.

2. Mau rendah diriPada ayat 4 dikatakan “barangsiapa merendahkan diri”, sebagai seorang anak kecil yang masih perlu banyak belajar, maka ia tidak berlagak sok tahu, sok pintar dan tinggi hati; namun ia cenderung mau belajar, tidak sungkan untuk merendahkan dirinya agar mengikuti ajaran gurunya, karena ia mengetahui bahwa kemampuannya tidak lebih dari gurunya.

Maka dapat disimpulkan bahwa ciri yang terbesar dalam versi Kerajaan Sorga ada pada ayat 5, di mana dikatakan “menyambut Aku”, seperti kita pelajari anak kecil cenderung lemah, tidak berdaya, belum kuat finansial, masih bergantung pada orang yang lebih tua; tetapi siapa yang peduli dan tidak meremehkan anak kecil. Jika kita belajar menjadi anak kecil yang mau mengakui kesalahan (bertobat) dan rendah diri di hadapan Tuhan, serta saling menghargai sesama manusia, seperti kita menghargai anak kecil, maka kita menyambut Tuhan Yesus; dan kita diperhitungkan dalam Kerajaan Sorga.

Mari kita renungkan betapa Yesus ingin kita belajar bukan mendahulukan diri kita, tetapi belajar menjadi seperti anak kecil yang tulus dan rela bersandar pada Bapa kita, yaitu Kristus Yesus.

-Jika anak kecil dapat memberi contoh bagi kita, marilah kita menjadi contoh nyata bagi sesama kita.-

Page 25: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 4746

Hari ke-36: Selasa, 7 April 2020

Matius 26:24SIAPA LEBIH BAIK: SIMON ATAU YUDAS?

“Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Matius 26:24

Tuhan Yesus memiliki 12 murid, namun ada beberapa murid yang memang lebih diceritakan kisahnya dalam Alkitab, diantaranya ada Simon (Petrus) dan Yudas (Iskariot). Kisah mereka sebenarnya tidak lebih spesial dari murid lainnya, tetapi ada banyak hal yang dapat kita pelajari dari mereka berdua.

Mari kita simak dan renungkan beberapa hal dari mereka.1. Mereka vocal

Dalam beberapa kesempatan, baik Simon maupun Yudas, mereka suka berbicara. Dalam beberapa renungan lenten ini, kita sudah melihat ketika Yesus memberitahukan penderitaan-Nya, Simon-lah yang pertama menarik Yesus dan berbisik agar hal itu dijauhkan dari Yesus (Mat 16:22). Begitu juga dengan Yudas, ketika Maria menyeka Yesus dengan rambutnya, Yudas-lah yang berkomentar, bahwa baiknya minyak narwastu itu dijual dan uangnya dibagikan kepada orang miskin (Yoh 12:4-5).

2. Mereka “menjual” YesusDalam kisah Yesus, tentu peran dari Yudas patut diperhitungkan, Yudaslah yang bersepakat untuk merencanakan menangkap Yesus (Mat 26:14-16), sampai malam ketika Yesus hendak ditangkap, Yudaslah yang menunjukkan Yesus kepada prajurit dengan ciuman (Mat 26:48). Sekarang bagaimana dengan Simon? Kapan Simon menjual Yesus? Memang tidak secara langsung Simon menjual Yesus, maka dalam perenungan poin 2 ini diberi tanda petik, karena pada malam itu, Simon tidak mengakui bahkan Simon mengutuk dan bersumpah bahwa ia adalah murid Yesus (Mat 26:74). Simon sedang menjual iman percayanya yang selama ini ia bangun bersama Yesus.

3. Mereka menyesali perbuatan merekaKisah Yesus tetap berlangsung sampai atas kayu salib, namun kedua murid ini, baik Simon maupun Yudas, mereka sama-sama menyesali perbuatan mereka. “Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, dan berkata: “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.” Tetapi jawab mereka: “Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!” (Mat 27:3-4).Begitu juga dengan Simon, “Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: “Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya” (Mat 26:75).

4. Mereka berbeda respon setelah menyesaliBenar sekali mereka menyesal telah melakukan itu kepada Yesus, namun pada titik inilah perbedaan mereka. Dalam Matius 27:5 dikatakan, “Maka ia (Yudas) pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri”. Kali ini berbeda dengan Simon, dimana respon pertamanya adalah menyesali dan menangis, tetapi setelah itu, kita dapat saksikan pelayanan Simon menjadi begitu menggebu-gebu (baca dalam Kis 2:14-47) dalam memberitakan Salib Kristus, hingga mati martir dengan salib terbalik.

Melalui 4 (empat) fakta yang sudah kita baca pada hari ini, manakah yang lebih baik antara Simon atau Yudas? Tentu kita akan mengatakan bahwa Simon lebih baik. Kenapa Simon lebih baik? Jawabannya ada pada respon setelah melakukan kesalahan.

Mari kita renungkan betapa banyak kita melakukan dosa, bahkan menyakiti hati Tuhan Yesus, dan bagaimana respon kita setelahnya? Sudahkah kita berbalik seperti yang dilakukan Simon?

-Jika Simon dapat melakukannya, kenapa kita menyerah seperti Yudas-

Lukas 22:39-46

YESUS KETAKUTAN

Hari ke-37: Rabu, 8 April 2020

“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah”. Lukas 22:44

Pernahkah kita melihat orang yang sangat tertekan, hingga ia tidak dapat berkata apa-apa, tetapi dari wajahnya terlihat sangat ketakutan, dan dari pori-pori wajahnya keluar air keringat sebesar biji jagung. Menurut kedokteran, orang yang dalam keadaan seperti itu adalah orang yang mengalami situasi sangat sulit dihadapi dan disebut depresi berat. Dalam keadaan depresi berat tersebut, bukan hanya jantungnya berdebar dengan sangat hebat, keringat semakin banyak, tak jarang pori-pori kulit mengeluarkan darah, karena jaringan sel darah pecah, sehingga mengakibatkan rasa kesakitan itu tidak terasa lagi, karena beban yang ia alami lebih dahsyat dibandingkan dengan darah yang keluar tersebut.

Pada malam itu, Yesus mengalami keadaan sangat tertekan, sampai-sampai peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah. Ketakutan yang Yesus alami itu bukan karena Ia seorang pengecut yang mengkhawatirkan hal-hal yang tidak Ia ketahui, atau bukan juga karena akan menghadapi penderitaan maupun kematian. Karena jauh sebelum malam itu, Yesus minimal sudah 4 (empat) kali mewartakan bahwa bagaimana Ia akan menderita hingga akhirnya mati di atas kayu salib. Ketakutan yang Yesus alami adalah ketakutan karena Ia akan berpisah dari Allah Bapa.

Mari kita renungkan ketakutan karena berpisah dengan Allah Bapa lebih mendalam. Yesus yang adalah Allah itu sendiri, yang tidak dibatasi oleh apapun dan Ia membuat diri-Nya menjadi terbatas. Yesus yang adalah Allah yang kudus dan mulia, Ia harus masuk dalam dunia orang mati, dimana esensi Yesus adalah hidup. Keberpisahan dengan kekudusan dan kemuliaan inilah yang menjadi teriakan Yesus di atas kayu salib, yaitu “dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mark 15:34).

Sedemikian besar pengorbanan Yesus bagi kita, hingga Ia rela berpisah dengan Esensi-Nya sendiri, hanya untuk menebus dosa kita. Cara yang begitu sulit telah dijalankan Yesus, karena Ia mengetahui dibalik kemurahan dan kasih-Nya pada kita, Ia juga adalah Allah yang adil, sehingga jalan satu-satunya yang dapat menebus dosa kita hanyalah dengan Yesus datang ke dalam dunia dan mati bagi dosa-dosa kita.

Dengan pengorbanan yang begitu besar, seharusnya mampu mengubah cara kita mensyukuri kehidupan yang telah ditebus dengan pergumulan Yesus di taman Getsemani hingga peluh-Nya seperti titik-titik darah, hingga Ia mati tergantung di atas kayu salib.

-Peluh-Nya menjadi peringatan bagi kita bahwa kasih-Nya kepada kita melebihi kasih-Nya pada esensi-Nya sendiri-

Page 26: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 4948

Hari ke-38: Kamis, 9 April 2020

Lukas 22:39-46

BANGUNLAH DAN BERDOALAH (KAMIS PUTIH)

“Kata-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Lukas 22:46

Di tengah-tengah ketakutan yang Yesus alami, Ia mendapati murid-murid yang bersama-Nya sudah tertidur karena secara fisik mereka sangatlah lelah setelah seharian mereka melayani, makan perjamuan dan hari memang sudah malam. Tetapi Yesus mengetahui bahwa waktunya tak lama lagi, Ia akan menjalani jalan salib, sehingga Ia mengajak beberapa murid untuk berdoa, agar mereka kuat menghadapi peristiwa besar yang akan terjadi besok.

Dalam pergumulan Yesus berbicara dengan Allah Bapa, Yesus seakan ingin selalu dekat dengan Allah Bapa, tetapi Yesus pada akhirnya lebih memilih kenyataan lainnya, yaitu pada Matius 26:42 diberitakan, “Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” Ya, Yesus memilih untuk meminum cawan itu, yang artinya, Ia akan menjalani penderitaan demi penderitaan hingga titik puncaknya adalah keberpisahan dengan Allah.

Ternyata pergumulan berat itu tidak sampai kepada murid-murid-Nya, keletihan fisik mengalahkan kehausan akan dekat dengan Allah Bapa, hingga Yesus membangunkan mereka, agar mereka berdoa dan berjaga-jaga, supaya mereka tidak jatuh dalam dosa, karena roh memang penurut, tetapi daging lemah. Dan memang terbukti, ketika malam Yesus ditangkap, tertulis dalam Markus 14:50-52, “Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri. Ada seorang muda, yang pada waktu itu hanya memakai sehelai kain lenan untuk menutup badannya, mengikuti Dia. Mereka hendak menangkapnya, tetapi ia melepaskan kainnya dan lari dengan telanjang.”

Di dalam segala persoalan, jika kita tidak berjaga-jaga, maka iblis dengan mudah akan menyerang kita. Oleh sebab itu, Yesus minta kita selalu waspada dengan segala keadaan, waspada bukan berarti kita tidak tidur, tetapi lebih menekankan bahwa kita harus bersandar pada Kristus dengan cara berdoa. Pada malam ini, kita akan memperingati bagaimana Kristus bergumul dan kita ada di dekat-Nya, apakah kita menjadi terlelap dengan keadaan kita saat ini? Terlelap dalam kekayaan, kesukacitaan, kebahagiaan, atau jangan-jangan kita juga sedang bergumul dengan finansial, kedukacitaan dan mungkin kita sedang di dera begitu banyak kesulitan hidup. Maka, apa respon kita pertama kali di hadapan Tuhan?

-Renungkanlah betapa Yesus ingin kita bangun dan berjaga-jaga, karena roh memang penurut, tetapi daging lemah-

Page 27: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 5150

Markus 15:20-41

IA MEMANG ANAK ALLAH (JUMAT AGUNG)

Hari ke-39: Jumat, 10 April 2020

“Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” Markus 15:39

Rangkaian renungan lenten telah kita baca, pelajari, lakukan dan sampai kita kepada satu titik dimana Yesus yang lahir di sebuah tempat yang tidak megah, tumbuh dewasa melayani, mengajar dan melakukan begitu banyak mujizat, hingga akhirnya bacaan hari ini menghantarkan kita pada suatu realita inilah sesungguhnya misi Yesus datang ke dalam dunia.

Rangkaian penderitaan sejak malam, yang dimulai dari taman Getsemani, lalu ditangkap segerombolan orang banyak, ditinggal murid-murid-Nya, ada murid juga yang menyerahkan-Nya, kemudian digiring ke pengadilan Mahkamah Agama, dipertontonkan kepada rakyat banyak, lalu diputuskan bersalah oleh orang-orang yang sesungguhnya mata hati dan pikirannya tertutup oleh dosa, tak hanya itu, Yesus juga disandingkan dengan seorang penjahat bernama Barabas; akhirnya mereka memilih Barabas untuk bebas, dan bersepakat ingin menyalibkan Yesus; hingga jalan salib-pun Ia harus pikul sebagai orang pesakitan, sama seperti yang ada tertulis dalam Kitab Yesaya 53:7, “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.”

Dan semuanya itu berlangsung dalam 1 hari, hari dimana menjadi sejarah bagi saya dan anda, bahwa kita telah ditebus bukan dengan darah yang murah, pengorbanan yang sederhana, “melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (1 Pet 1:19). Di atas kayu salib-pun, Ia masih menunjukkan kasih-Nya kepada para penjahat di samping kiri dan kanannya, dan hingga akhirnya, Yesus masih mengucapkan pengampunan-Nya kepada Bapa, Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk 23:34)

Jika saat ini pintu hati kita masih tertutup dengan hadirnya Kristus dalam hidup kita, mari renungkan sejenak betapa pengorbanan besar yang sudah Ia lakukan dan lihatlah kepada Salib itu, sama seperti Kepala pasukan yang ikut mendera Yesus dan akhirnya melihat bagaimana Yesus sampai di atas kayu salib dan ia berkata: “Sesungguhnya, orang ini (Yesus) adalah anak Allah.”

-Berdoalah dan bersyukurlah hari ini, Kristus telah menunjuk diri-Nya sendiri untuk penebusan dosa kita-

Hari ke-40: Sabtu, 11 April 2020

Matius 27:62-66

TUNGGU BESOK!!

“Dan mereka berkata: “Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit.” Matius 27:63

Dalam lubuk hati paling dalam imam-imam kepala dan orang Farisi sebenarnya gentar menghadapi Yesus yang nyatanya sudah mereka salibkan, bagaimana tidak, mereka bahkan lebih mengingat bahwa Yesus pernah berkata sesudah tiga hari, Yesus akan bangkit. Ingatan mereka itu membuat mereka waswas besok akan terjadi hal besar yang akan menggemparkan dunia, sampai-sampai mereka menghadap Pilatus agar kubur Yesus dijaga. Tetapi dosa menyelimuti mereka sehingga mereka lebih percaya bahwa murid-murid Yesus akan datang dan mencuri mayat Yesus.

Kemarin kita sudah mengikuti serangkaian ibadah Jumat Agung yang kembali mengingatkan kita akan karya pengorbanan Kristus, dimana penderitaan demi penderitaan sudah Yesus lalui dan tiba dimana saat ini semua seakan berhenti di sebuah kubur, tempat Yesus dibaringkan. Pada masa ini, masa bagi para murid (tentu kita juga) untuk merenungkan kubur telah menjadi tempat perhentian Yesus (untuk sementara), dan pada esok hari ketika sebelum cahaya matahari mencoba masuk untuk mengganti hari, kubur itu sudah tidak berpenghuni, karena Yesus sudah bangkit dan mengalahkan maut. Oleh sebab itu, kita yang sudah ditebus dengan darah yang mahal, sudah sepatutnya bersyukur, mengubah pola hidup, dekat dengan Kristus dan menjadi berkat; karena kita sudah dibangkitkan bersama dengan kebangkitan Kristus.

Mari kita siapkan dan refleksikan hidup kita, selama 40 hari lamanya kita mempelajari dan mengikuti kisah perjalanan hidup Kristus Yesus dalam dunia, apa yang menjadi tekad kita? Bertekuklututlah di hadapan Tuhan, mengucap syukur dan bertekad untuk berjuang seperti Yesus berjuang untuk kita. Siapkan dan berkomitmenlah esok hari pada Kebaktian Subuh di Gereja Methodist Indonesia Jemaat Imanuel, kita akan bersama-sama beribadah dan menyaksikan Kristus sudah bangkit.

-Rasa syukur yang menjadi lengkap ketika kita sungguh-sungguh melakukan kehendak Bapa dan memuliakan-Nya seumur hidup kita-

Page 28: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan

Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020Gereja Methodist Jemaat Imanuel Renungan Lenten 2020 5352

PENULIS

JADWAL PASKAH 2020

Hadi Sutarji adalah anak bungsu dari 4 bersaudara, saat ini sudah menikah dengan Theresia dan dikaruniakan 1 orang anak bernama Clarissa Victoria Sutarji. Sejak TK sampai dengan SMA, Penulis mengenyam pendidikan sekolah di Sekolah Methodist Jakarta, begitu juga dengan pendidikan dan pengajaran Kristiani didapat dari sejak Sekolah Minggu, remaja, pemuda, hingga dewasa di GMI Jemaat Imanuel.

Dengan berlatar pendidikan Sarjana Teknik Sipil dari Binus University, Magister Manajemen dari Universitas Trisakti dan Magister Pendidikan dari Universitas Pelita Harapan, Penulis pernah bekerja sebagai Guru SMP dilanjutkan menjadi Kepala Sekolah SMA Methodist. Dan saat ini Penulis bekerja di PT Bank Central Asia, tbk. dan menggeluti bidang strategik proses khusus terkait konsumer (KPR), selain itu Penulis juga menggeluti dunia profesional sebagai fasilitator, pembicara, dan pemandu acara (MC) dalam berbagai event yang diadakan.

Dalam bidang pelayanan, Penulis pernah dipercaya membidangi beberapa pelayanan sejak dari remaja, pemuda, hingga dewasa; diantaranya Fasilitator Kambium, Majelis Komisi Pendidikan Agama Kristen (PAK), Majelis Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); dan saat ini melayani sebagai Ketua Pasutri.

Selain itu, Penulis juga sudah menulis sebuah buku Inspiring Me.

05 April 2020 Minggu Palem : Christ Came for Me09 April 2020 Kamis Putih : Christ Prayed for Me10 April 2020 Jumat Agung : Christ Suffered & Died for Me12 April 2020 Paskah Subuh : Christ Rose for Me Ibadah Paskah : Christ Before Me

G M I I M A N U E L J A K A R T A

TANGGAL HARI TEMA

Page 29: Jalan Salib - methodist.or.id · Yesus dikuburkan. Inilah catatan pertama tradisi “jalan salib” yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dalam pengertian dan tradisinya, “jalan