Upload
alatsurveypemetaan
View
160
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
26/04/13 KALAM-UPI.ORG: Jangan Biarkan Kartini Menangis
www.kalam-upi.org/2013/04/jangan-biarkan-kartini-menangis.html 1/11
HO M E
BUK LET KALAM UPI adalah salah satu Unit Kegiatan
Mahasiswa Ke- Islam- an di Universitas Pendidikan
Indonesia.
07.40
JANGAN BIARKAN KARTINIMENANGIS
+ No comment yet
Dunia Dikuasai Para Penguasa Dajjal Yang Buta Mata dan Hatinya TerhadapPembantaian Jika Korbannya Kaum Muslim
search here GO
26/04/13 KALAM-UPI.ORG: Jangan Biarkan Kartini Menangis
www.kalam-upi.org/2013/04/jangan-biarkan-kartini-menangis.html 2/11
Oleh
Asri
Supatmiati, S.Si
Download
Download
26/04/13 KALAM-UPI.ORG: Jangan Biarkan Kartini Menangis
www.kalam-upi.org/2013/04/jangan-biarkan-kartini-menangis.html 3/11
Mungkin kita kerap mendengar ungkapan,
kalau wanita cantik berbuat salah, para pria
bilang ‘nobody is perfect.’ Tapi kalau yang
berbuat salah perempuan jelek, langsung dicap
“pantas…tampangnya saja kriminil!” Ya, punya
predikat cantik memang menguntungkan.
Bahkan ketika berbuat salah pun tetap ‘dibela’.
Luna Maya, meski terlibat skandal mesum
dengan Ariel, kini sudah eksis lagi. Masyarakat
seolah sudah memaafkannya.
Di dunia kriminal, dulu kita pernah dikagetkan
dengan ulah ratu ekstasi Zarima Mirafsur.
Tapi, tak lama masyarakat juga melupakannya.
Sekeluar dari penjara, bukan dikucilkan, malah
laris dapat tawaran sinetron. Belakangan ada
Malinda Dee yang “sukses” menjebol Citibank.
Label “cantik dan seksi” di usia 47, membuat
MD jadi artis dadakan. Ulasannya jadi headline
berbagai media massa sepekan lebih. Lantas,
apa hubungannya perempuan-perempuan
cantik tadi dengan Kartini?
Tuntutan Zaman
Download
MP3 Fenomena Propaganda
Negatif Tentang KALAM UPI
Ho ste d b y K i wi 6 f i l e h o st i n g . Do wn l o a d m p 3 -
Fre e M u si c Ho st i n g .
Do wnlo ad L angs u ng
Followers (32)
26/04/13 KALAM-UPI.ORG: Jangan Biarkan Kartini Menangis
www.kalam-upi.org/2013/04/jangan-biarkan-kartini-menangis.html 4/11
Kartini terlanjur dilekatkan sebagai ikon
penarik gerbong perjuangan hak perempuan di
Indonesia. Walhasil, kiprah perempuan di
ranah publik, meningkat deras seiring isu
emansipasi perempuan sejak era 80-an.
“Semangat” Kartini telah menjadikan para
perempuan berbagai latar belakang terus
merangsek ke sektor-sektor publik, mengisi
ruang-ruang yang dulu hanya dihuni kaum
adam.
Terlebih di era liberalisasi saat ini, kebebasan
perempuan semakin tak terbendung.
Terjadilah revolusi, dari profil perempuan
rumahan menjadi wanita super sibuk yang
banyak kegiatan di luar rumah. Dulu, profil
perempuan rumahan yang digambarkan hanya
berkutat pada dapur, sumur dan kasur, tidak
pernah memperhatikan penampilan.
Berbeda dengan sekarang, ketika perempuan
berkiprah di ranah publik, dituntut (lebih
tepatnya menuntut dirinya sendiri) untuk
Follow this blog
Join this siteJoin this sitew ith Google Friend Connect
Members (39) More »
Already a member? Sign in
Live Traffic Feed
A visitor from Jakarta, Jakarta Raya
viewed "KALAM-UPI.ORG: Kisah
mualaf keturunan Tionghoa" 28 secs ago
A visitor from Jakarta, Jakarta Rayaviewed "KALAM-UPI.ORG:Kebangkitan Islam Tak Terhentikan" 1
hour 13 mins ago
A visitor from Jakarta, Jakarta Raya
viewed "KALAM-UPI.ORG: ImamHanafi –Pendebat Kebenaran" 2 hours 7mins ago
26/04/13 KALAM-UPI.ORG: Jangan Biarkan Kartini Menangis
www.kalam-upi.org/2013/04/jangan-biarkan-kartini-menangis.html 5/11
tampil habis-habisan. Menghargai diri sendiri,
agar percaya diri dan dipercaya relasi. Begitu
dalihnya. Tuntutan seperti itu pada akhirnya
melahirkan perempuan-perempuan pemuja
materi. Bukankah untuk mempermak
penampilan tidak murah? Maka, jangan kaget
ketika perempuan (cantik) pun, akhirnya
terlibat tindak kriminal. Motifnya sungguh
sepele: demi menunjang penampilan.
Maklum, kecantikan mahal harganya. Zaman
sekarang, kalau tidak cantik, susah
mendapatkan pekerjaan, jodoh, mengejar
target penjualan, merangkul klien baru, dan
seterusnya. Paradigma itulah yang menyihir
jutaan wanita di seluruh dunia, hingga
membelanjakan hampir sebagian besar isi
dompetnya demi satu predikat: cantik.
Padahal, sejatinya mereka hanya memperkaya
para pelaku industri kecantikan.
Ironi Kesetaraan
Kini, di tengah “kesuksesan” emansipasi dalam
K HO IRUNNISA
Ruu Ormas Mengubur Generasi
Yang Berkualitas
Surat Malcomn X dari Makkah :
Saya Berjuang untuk Hidup
Sebagai Muslim Sunni Sejati
Air Zam Zam Tidak Sehat
Diminum, Benarkah Tuduhan
Itu?
Jangan Jadi Orang Lemah Seperti
Buih, Yang Ikuti manapun
Gelombang Datang
Ormas Islam Kembali Jadi
Sasaran
26/04/13 KALAM-UPI.ORG: Jangan Biarkan Kartini Menangis
www.kalam-upi.org/2013/04/jangan-biarkan-kartini-menangis.html 6/11
mengeluarkan para perempuan dari rumah-
rumah mereka, sederet persoalan menyertai.
Suatu keniscayaan, interaksi perempuan dan
laki-laki yang makin intens di ruang publik,
kerap menimbulkan gesekan. Kisah-kisah
perselingkuhan, perzinaan hingga pelecehan
seksual tak henti menghiasi media massa.
Masih ingat dengan skandal mesum Maria Eva
dan Yahya Zaini yang menghebohkan itu? Juga,
skandal Antasari Azhar dan caddy golf Rani?
Betapa menyedihkan jika kiprah perempuan
sebatas selir di antara kaum adam.
Demikian pula angka kejahatan seksual,
kekerasan, ekspolitasi, perdagangan
perempuan dan diskriminasi, terus meroket.
Dan, perempuan bukan hanya korban, tapi juga
pelaku. Bagaimana ibu tega menghabisi nyawa
suaminya, mengaborsi janinnya dan bahkan
membunuh darah dagingnya. Begitu pula
perceraian dan single parent, menjadi problem
sosial berikutnya yang dipicu oleh ulah kaum
perempuan itu sendiri.
26/04/13 KALAM-UPI.ORG: Jangan Biarkan Kartini Menangis
www.kalam-upi.org/2013/04/jangan-biarkan-kartini-menangis.html 7/11
Memang, tak sedikit perempuan yang
mendapat “berkah” dari emansipasi. Mereka
menjadi perempuan mandiri, khususnya dari
sisi finansial. Sayang, kemandirian ini kerap
dijadikan daya tawar terhadap kaum lelaki.
Hingga banyak rumah tangga berantakan
karena gugat cerai istri.
Seperti pernah diungkapkan Menteri Agama
Suryadharma Ali. Ia mengaku prihatin terhadap
tingginya kasus cerai gugat (istri minta cerai).
Seperti di Riau, angka gugat cerai mencapai 82
persen setiap tahun (www.liputan24.com).
Selain karena meningkatnya kesadaran
perempuan akan hak-haknya, kemandirian
ekonomi istri juga tak dimungkiri sebagai
faktor pendorong terjadi perceraian. Padahal
semua sepakat, perceraian banyak
meninggalkan problem. Seperti keterlantaran
anak, kurangnya kasih sayang, dan terpenting,
terputusnya proses regenerasi.
Redefinisi
26/04/13 KALAM-UPI.ORG: Jangan Biarkan Kartini Menangis
www.kalam-upi.org/2013/04/jangan-biarkan-kartini-menangis.html 8/11
Perjuangan Kartini nampaknya telah
ditafsirkan melampaui batas oleh kaum
perempuan saat ini. Karena itu, hendaknya
mereka meredefinisikan kesetaraan dan
keadilan gender yang dikehendaki. Jangan
sampai mematikan nurani perempuan sebagai
sosok lemah-lembut, penuh kasih dan
manusiawi. Kita tidak ingin mendengar lagi
perempuan-perempuan (cantik) menjadi ikon
para kriminalis.
Untuk itu, kita patut merenungkan kembali ruh
perjuangan Kartini. Seperti petikan suratnya:
“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran
dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-
kali karena kami menginginkan anak-anak
perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam
perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin
akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum
wanita, agar wanita lebih cakap melakukan
kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam
sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu,
pendidik manusia yang pertama-tama” (Surat
26/04/13 KALAM-UPI.ORG: Jangan Biarkan Kartini Menangis
www.kalam-upi.org/2013/04/jangan-biarkan-kartini-menangis.html 9/11
Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4
Oktober 1902).
Sejatinya, yang diperjuangkan Kartini adalah
agar perempuan tidak didiskriminasi dalam
menuntut ilmu, khususnya terkait
keterampilan keperempuanan. Kartini
meyakini, jika seorang ibu memiliki bekal ilmu
yang cukup, akan mampu melahirkan generasi
yang berkualitas.
Kita berterima kasih, saat ini kaum perempuan
mendapat kesempatan luas dalam menikmati
pendidikan. Sayang, perempuan terdidik ini
kerap menuntut lebih diluar hak-hak yang
semestinya sudah ia dapatkan. Emansipasi
kebablasan. Mungkin jika Kartini masih hidup,
akan menangis melihat sepakterjang kaumnya
saat ini. Bisa jadi dia akan menyesal telah
dijadikan ikon perjuangan emansipasi kaum
perempuan.
Rekomendasikan ini di Google
26/04/13 KALAM-UPI.ORG: Jangan Biarkan Kartini Menangis
www.kalam-upi.org/2013/04/jangan-biarkan-kartini-menangis.html 10/11
Posting Lama +
POSKAN KOMENTAR
Subscribe by email
Masukkan komentar Anda...
Beri kom entar sebagai: KALAM-UPI (Google) Keluar
Publikasikan Pratinjau
LINK KE POSTING INI
Buat sebuah Link
NU:
Perlawanan
Terhadap
Penjajah.
Al-
Khilafah
Islamiyah
Perkara
Mendesak..
Mendudukan
Sejarah
Kekhilafah`n Islam.
26/04/13 KALAM-UPI.ORG: Jangan Biarkan Kartini Menangis
www.kalam-upi.org/2013/04/jangan-biarkan-kartini-menangis.html 11/11
© 2013 KALAM-UPI.ORG
Designed by 54BLOGGER
Back to Top
Home