6
Saudara-saudara sidang Jum’at rahimakumullah Dienul Islam, sebelum saat memfardhukan syiar-syi’arnya lebih dulu melakukan perbaikan sisi didalam ( fikrah/hati ) pemeluknya. Dienul Islam sebelum saat melakukan perbaikan segi luarnya ( lahiriyah ), lebih dulu mencermati akarnya. Rukun Islam serta syiar- syiarnya yang dhohir yaitu tiang Islam layaknya shalat yang difardhukan saat malam Isra, 12 th. Sesudah bi’tsah ( periode kenabian ), puasa sesudah 15 th., zakat setelah 15 th. serta haji setelah 23 th. dari bi’tsah. Apa rahasia seluruh ini ? Beliau Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam lakukan usaha yang amat melelahkan didalam menancapkan akar-akar ( pondasi ) keimanan, melakukan perbaikan jiwa pemeluk Islam, mengkokohkan tauhid, menjelas-kan arti kata-kata laailaha illallah, mempertautkan hati beberapa shahabat serta mengukuhkan ikatan dengan sang penciptanya, serta melakukan perbaikan bathiniyah mereka. Serta yang menciptakan fitrah ini tahu bahwa yang dhohir mesti ditegakkan diatas yang bathin, syiar-syiar ibadah mesti ditegakkan menurut ilmu. Suatu pelajaran berharga dari hikmah turunnya wahyu pertama adalah “IQRO”. Maka dari sini, jelaslah bahwa yang dida’wahkan oleh Islam yang pertama kali adalah belajar dan menyingkirkan kebodohan. Sebagaimana perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: . ٍ ّ رَ شِ ّ لُ كُ ّ لْ صَ اَ مُ هُ مْ لُ ّ لظ َ وُ لْ هَ جْ لَ “Kebodohan dan kezhaliman adalah pangkal dari segala keburukan”. Umar bin Khathab berkata: . َ ةَ ّ ! يِ لِ ه اَ جْ ل ُ & فِ رْ عَ ! يَ لاْ - نَ مَ مَ لاْ سِ 3 لاْ ُ & فِ رْ عَ ! يَ لا“Seseorang tidak bisa mengenal Islam apabila dia tidak mengerti jahiliyah”. Wahai saudara-saudaraku …. Perkataan ini berlaku untuk sejarah kapanpun dan manusia manapun. Sejauh mana kita mengenal jahiliyyah, sejauh itu pulalah kita mengenal Islam. Kita dapat mengerti definisi jahiliyah dalam Al-Qur’an. Yang pertama kita harus tahu bahwa lafazh jahiliyah merupakan istilah Al-Qur’an. Semua istilah Al-Qur’an digunakan secara khusus, dengan menggunakan lafazh tertentu, yang dikhususkan dengan pengertian tertentu pula. Sebagaimana lafazh Ash-shalat, Az zakat, Al-Iman, Al-Kufru dan lain-lain. Lafazh shalat menurut bahasa adalah doa, tetapi bila dalam Al-Qur’an disebut lafad Ash shalat, pikiran kita langsung faham bahwa shalat adalah melakukan gerakan tertentu, mengha-dap kibat, ada takbiratul ikhram, ruku’, sujud, hingga salam.

Jangan Jahil Terhadap Agama

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jangan Jahil Terhadap Agama

Saudara-saudara sidang Jum’at rahimakumullah 

Dienul Islam, sebelum saat memfardhukan syiar-syi’arnya lebih dulu melakukan perbaikan sisi didalam ( fikrah/hati )

pemeluknya. Dienul Islam sebelum saat melakukan perbaikan segi luarnya ( lahiriyah ), lebih dulu mencermati

akarnya. Rukun Islam serta syiar-syiarnya yang dhohir yaitu tiang Islam layaknya shalat yang difardhukan saat

malam Isra, 12 th. Sesudah bi’tsah ( periode kenabian ), puasa sesudah 15 th., zakat setelah 15 th. serta haji setelah

23 th. dari bi’tsah. 

Apa rahasia seluruh ini ?

Beliau Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam lakukan usaha yang amat melelahkan didalam menancapkan akar-akar

( pondasi ) keimanan, melakukan perbaikan jiwa pemeluk Islam, mengkokohkan tauhid, menjelas-kan arti kata-kata

laailaha illallah, mempertautkan hati beberapa shahabat serta mengukuhkan ikatan dengan sang penciptanya, serta

melakukan perbaikan bathiniyah mereka. Serta yang menciptakan fitrah ini tahu bahwa yang dhohir mesti ditegakkan

diatas yang bathin, syiar-syiar ibadah mesti ditegakkan menurut ilmu.

Suatu pelajaran berharga dari hikmah turunnya wahyu pertama adalah “IQRO”. Maka dari sini, jelaslah bahwa yang

dida’wahkan oleh Islam yang pertama kali adalah belajar dan menyingkirkan kebodohan. Sebagaimana perkataan

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah:

. ر� ش� �ل� ك صل� أ ه�م�ا م� و�الظل ج�هل� �ل ا

“Kebodohan dan kezhaliman adalah pangkal dari segala keburukan”. Umar bin Khathab berkata:

. �ة� �ي ج�اه�ل ال �عر�ف� ي � ال م�ن �م� ال �س إل ا �عر�ف� ي � ال

“Seseorang tidak bisa mengenal Islam apabila dia tidak mengerti jahiliyah”. 

Wahai saudara-saudaraku ….

Perkataan ini berlaku untuk sejarah kapanpun dan manusia manapun. Sejauh mana kita mengenal jahiliyyah, sejauh

itu pulalah kita mengenal Islam. 

Kita dapat mengerti definisi jahiliyah dalam Al-Qur’an. Yang pertama kita harus tahu bahwa lafazh jahiliyah

merupakan istilah Al-Qur’an. Semua istilah Al-Qur’an digunakan secara khusus, dengan menggunakan lafazh

tertentu, yang dikhususkan dengan pengertian tertentu pula.

Sebagaimana lafazh Ash-shalat, Az zakat, Al-Iman, Al-Kufru dan lain-lain. Lafazh shalat menurut bahasa adalah doa,

tetapi bila dalam Al-Qur’an disebut lafad Ash shalat, pikiran kita langsung faham bahwa shalat adalah melakukan

gerakan tertentu, mengha-dap kibat, ada takbiratul ikhram, ruku’, sujud, hingga salam.

Demikian pula jahiliyah, Jahil menurut bahasa adalah lawan dari kata ilmu atau lawan dari kata sopan santun, tetapi

apabila Al-Qur’an menyebutkan jahiliyah, maka jahiliyah tersebut bermakna tertentu. Antara lain:

Tidak mengetahui hakekat Uluhiyyah Dan Kami seberangkan Bani Isra’il keseberang lautan itu, maka

setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka. Bani Isra’il

berkata: “Hai musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai

beberapa tuhan (berhala)”. Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak

mengetahui (sifat-sifat Allah)”. (QS. Al-A’raf:138)

Page 2: Jangan Jahil Terhadap Agama

Terjebak dalam perbuatan yang menyalahi perintah Allah dan yang diharamkanNya. “Yusuf berkata:

“Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai dari pada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak

Engkau hindarkan daripadaku tipudaya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan

mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf: 33).

Berhias dan bertingkah laku menyalahi perintah Allah. 

Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. (QS. Al-

Ahzab:33).

Berhukum dengan selain hukum yang ditetapkan Allah. 

Apakah hukum jahiliyyah yang mereka kehendaki. Dan hukum siapakah yang lebih baik daripada

(hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (Al-Maidah: 50).

Saudara seiman rahimakumullah ...

Kondisi semacam ini banyak terjadi di perbagai belahan dunia Islam. Bahkan semangat di negeri ini untuk

mendalami keduniaan mendapat perhatian besar dan digalakkan. Sebenarnya masing-masing kita bisa

menggambarkan betapa ketidaktahuan umat Islam akan ajaran diennya dewasa ini telah sampai pada ‘titik’ yang

sangat mengkhawatirkan. Padahal Allah Subhannahu wa Ta'ala telah mengecam manusia yang semacam ini dalam

firmanNya: 

Janji Allah, yang Allah tidak akan menyelisihi janjiNya. Tetapi kebanyakan menusia tidak mengerti, mereka (hanya)

mengetahui secara lahir (saja) dari kehidupan dunia, mereka lalai terhadap akhirat. (QS. Ar Ruum: 6-7).  

Imam Ibnu Katsir dalam menafsiri ayat yang ketujuh mengatakan: ”Maksudnya kebanyakan manusia seakan tidak

punya ilmu kecuali ilmu dunia dengan segala ragamnya. Dalam masalah ini mereka cendekia tetapi mereka lalai

(bodoh) terhadap perkara-perkara dien dan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka di akherat. Mereka dalam hal ini

bagai orang dungu yang tak punya nalar dan akal pikiran!”.

Demi Allah, wahai saudara-saudaraku ...

Kebodohan adalah sumber penyimpangan. Dapat kita ketahui tragedi penyimpangan dalam sejarah Islam.

Bila penyimpangan yang dilakukan Iblis merupakan penyim-pangan perdana dalam sejarah, maka penyimpangan

yang dilakukan oleh kaum khawarij tercatat sebagai yang pertama dalam sejarah umat Nabi Muhammad n.  

Ketika itu Dzil Khuwaisharah At-Tamimi berkata kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam: “Berbuat adillah hai

Muhammad, sesungguhnya engkau tidak berbuat adil”.

Peristiwa ini terjadi ketika Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam membagi ghanimah (rampasan perang) hunain

kepada para sahabat yang ikut pada peristiwa peperangan hunain. Maka muncullah protes itu, sampai sahabat Umar

bin Khathab Radhiallaahu anhu berkata: “Bagaimana kalau orang ini saya bunuh ya Rasulullah?”, lalu Rasulullah

Page 3: Jangan Jahil Terhadap Agama

Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: “Dari jenis orang ini, akan muncul suatu kaum yang keluar dari Islam

sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya…!”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Jelas bahwa protes yang semacam itu adalah penentangan terang-terangan terhadap Rasulullah Shalallaahu alaihi

wasalam yang lahir dari sikap takabur dan mengikuti hawa nafsu serta kebodohan.

Saudaraku seiman...

Telah kami sebutkan bahwa syi’ar-syi’ar ibadah harus ditegakkan berdasarkan ilmu, demikian pula amal harus

didasari ilmu jika tidak akibatnya akan terjerumus ke dalam bid’ah, syirik yang akan membuat sia-sianya amal.  

Berkata Fudhail bin Iyadh: “Sesungguhnya amal yang dikerjakan dengan ikhlas tetapi tidak benar tidak akan diterima

begitu juga jika amal itu ikhlas namun tidak benar, ikhlas hendaklah amal itu hanya untuk Allah dan benar hendaklah

tegak berdasarkan sunnah”.

Dari perkataan Fudhail bin Iyadh dapat kita jabarkan lagi, sesungguhnya ibadah (amal) dalam Islam mempunyai dua

syarat mutlak untuk bisa diterima di sisi Allah azza wa jalla. Yang keduanya harus dipadukan tidak boleh diambil

sebagian dan ditinggalkan sebagian. Adapun dua syarat yang dimaksud adalah:

Ikhlas ; adalah memfokuskan tujuan ibadah (amal) hanya kepada Allah semata tidak memalingkan

kepada selainNya sekecil apapun. Syarat ini berkaitan erat dengan niat yaitu dorongan awal dari

dikerjakannya semua amal. 

Sesungguhnya setiap amal itu disesuaikan dengan niatnya dan setiap orang akan diganjar sesuai

dengan niatnya pula. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Mutaba’ah ; yaitu mengikuti sunnah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Seseorang yang mau

beramal dalam Islam harus menyelaraskan amalnya dengan sunnah Rasulullah Shalallaahu alaihi

wasalam . Sebab jika tidak demikian akan menjerumuskan ke dalam kubangan bid’ah. Bid’ah adalah

suatu cara dalam dien yang diciptakan untuk menandingi syari’at dengan maksud untuk dipraktekkan

dalam ibadah. 

Banyak sekali orang yang mengerjakan ibadah dengan ikhlas tetapi sungguh sayang mereka bodoh,

tidak berilmu, tidak faham dengan sunnah sehingga sia-sia amalnya. Ali bin Abi Thalib Radhiallaahu

anhu berkata:

. ك& �س� �ن م�ت و�ج�اه�ل& �ك& �ه�ت م�ت �م& ع�ال ؛ �ن� ج�ال ر� ظ�هر�ي ق�ص�م�

“Dua orang yang membuat lemah punggungku, orang berilmu yang merusak dan orang bodoh yang rajin beribadah.”

Akibat lain dari kebodohon terhadap dien adalah terperosok ke dalam penghambaan kepada selain Allah. Ketika Adi

bin Hatim menghadap Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , di lehernya tergantung salib dari perak, kemudian

Nabi Shalallaahu alaihi wasalam membacakan ayat: 

Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah. (QS. At-Taubah: 31)

Page 4: Jangan Jahil Terhadap Agama

Maka jawab Adi bin Hatim: “Sesungguhnya mereka tidak menyembahnya!” Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam :

“Benar, tetapi sesungguhnya mereka mengharamkan yang halal, dan menghalalkan yang haram, lalu mereka

mengikuti, itulah ibadah kepada mereka”. (HR. At-Tirmidzi). 

Dari kisah ini nampak ketidaktahuan Adi bin Hatim tentang hakekat ibadah, Adi mengira bahwa ibadah hanya ruku’

dan sujud, tetapi dibantah oleh Rasulullah, bahwa ketaatan atas ketentuan selain yang diputuskan oleh Allah juga

termasuk ibadah.

Berkata Imam Sufyan Ats Tsauri: “Bid’ah itu lebih dicintai iblis dari pada kemaksiatan, karena orang yang berbuat

maksiat mempunyai keinginan untuk bertaubat dari nya.”

Sedang perbuatan bid’ah yang salah dianggap hasanah dan ibadah, mana mungkin orang ini bertaubat dari

kesalahannya, kalau kesalahan itu dianggap hasanah. Sehingga ahlul bid’ah lebih dicintai oleh iblils la’natullah,

naudzubillah. Orang seperti ini akan bertaubat bila diberi ilmu dan hidayah oleh Allah. Kita berdo’a semoga kita

semua senantiasa ditunjuki ke jalan yang lurus. Amiiin.

ه�و� �ه� �ن إ �ه�، �و�ت �ال ت �م ك و�م�ن �ي م�ن الله� �ل� �ق�ب و�ت ،� م ح�ك�ي ال ر� و�الذ�ك �ات� آلي ا م�ن� ه� ف�ي �م�ا ب �م �اك �ي و�إ �ي �ف�ع�ن و�ن ،� م ع�ظ�ي ال آن� ق�ر ال ف�ي �م �ك و�ل �ي ل الله� ك� �ار� ب

. م� ي ح� الر� غ�ف�ور� ال

Khutbah Kedua

�ل �ضل ي و�م�ن �ه� ل م�ض�ل� � ف�ال الله� �هد�ه� ي م�ن �ا، �ن عم�ال� أ �ات� �ئ ي س� و�م�ن �ا ن ف�س� ن

� أ ور� ر� ش� م�ن �الله� ب �ع�وذ� و�ن ه �غف�ر� ت �س و�ن �ه� ن �ع�ي ت �س و�ن �حم�د�ه� ن �ه� �ل ل ح�مد� ال �ن� إ

. �ه� اب صح�� و�أ �ه� آل و�ع�ل�ى Oم�ح�م�د �ا �ن �ي �ب ن �ى ع�ل الله� ص�ل�ى �ه� ول س� و�ر� د�ه� ع�ب م�ح�م�دPا ن�

� أ ه�د� ش� و�أ �ه� ل ك� ر�ي ش� � ال و�حد�ه� الله� � �ال إ �ه� �ل إ � ال ن

� أ ه�د� ش� أ �ه� ل ه�اد�ي� � ف�ال

{ : . : . �جع�ل ي الله� �ق� �ت ي و�م�ن �ع�ال�ى ت ق�ال� �م�ون� ل مس �م نت� و�أ � �ال إ �ن� �م�وت ت � و�ال �ه� �ق�ات ت ح�ق� الله� �ق�وا ات �وا ء�ام�ن ن� �ذ�ي ال � ها ي

� أ �ا ي �ى �ع�ال ت ق�ال� ا Pر �ي �ث ك مPا �ي ل �س ت �م� ل و�س�

} { : } ا Pرج� أ �ه� ل �عظ�م و�ي �ه� �ات �ئ ي س� ه� ع�ن �ف�ر �ك ي الله� �ق� �ت ي و�م�ن و�ق�ال� جPا م�خر� �ه�  ل

{ : ه� �ي ع�ل وا ص�ل �وا ء�ام�ن ن� �ذ�ي ال � ها ي� أ �ا ي ، �ي� �ب الن ع�ل�ى ون� �ص�ل ي �ه� �ت �ك �ئ و�م�ال الله� �ن� إ ف�ق�ال� �ه� ول س� ر� ع�ل�ى � �م ال و�الس� �ة� �الص�ال ب �م ك م�ر�

� أ الله� �ن� ف�إ �م�وا اعل �م� ث

.} مPا �ي ل �س ت �م�وا ل  و�س�

. Oم�ح�م�د آل� و�ع�ل�ى Oم�ح�م�د ع�ل�ى �ار�ك و�ب د& ي م�ج� د& ح�م�ي �ك� �ن إ ، م� اه�ي ر� �ب إ آل� و�ع�ل�ى م� اه�ي ر� �ب إ �ى ع�ل ت� �ي ص�ل �م�ا ك Oم�ح�م�د آل� و�ع�ل�ى Oم�ح�م�د ع�ل�ى ص�ل� �ه�م� �لل ا

. ه�م م�ن �اء� ي ح� أل ا �ات� م�ؤم�ن و�ال ن� �ي م�ؤم�ن و�ال ، �م�ات� ل م�س و�ال ن� �م�ي ل م�س �ل ل اغف�ر �ه�م� �لل ا د& ي م�ج� د& ح�م�ي �ك� �ن إ ، م� اه�ي ر� �ب إ آل� و�ع�ل�ى م� اه�ي ر� �ب إ �ى ع�ل ت� ك �ار� ب �م�ا ك

. . و�ف�ي Pة� ن ح�س� �ا ي الدن ف�ي �ا �ن آت �ا �ن ب ر� �ه� �اب �ن ت اج �ا قن ز� و�ار P �ط�ال با �اط�ل� ب ال �ا ر�ن� و�أ �اع�ه�، �ب ات �ا قن ز� و�ار ح�قaا ح�ق� ال �ا ر�ن

� أ �ه�م� �لل ا ب& ق�ر�ي ع& م�ي س� �ك� �ن إ ، مو�ات�� أل و�ا

. . ، �ص�ف�ون� ي ع�م�ا ة� ع�ز� ال ب� ر� �ك� ب ر� ح�ان� ب س� �م�امPا إ �ق�ين� م�ت �ل ل �ا ن و�اجع�ل Oن� عي� أ ة� ق�ر� �ا �ن �ات ي و�ذ�ر� �ا ن و�اج� ز

� أ م�ن �ا �ن ل ه�ب �ا �ن ب ر� �ار� الن ع�ذ�اب� �ا و�ق�ن Pة� ن ح�س� ة� اآلخ�ر�

. ن� �م�ي ع�ال ال ب� ر� �ه� �ل ل ح�مد� و�ال ن� �ي ل س� م�ر ال ع�ل�ى �م& ال  و�س�

. . �ة� الص�ال � ق�م� و�أ �م� ل و�س� �ه� ب و�ص�ح �ه� آل و�ع�ل�ى Oم�ح�م�د ع�ل�ى الله� و�ص�ل�ى

Bacaan Khutbah Pertama :

ع�ل�ى �د�وم� ي ح�مدPا �ع�ال�ى و�ت �ه� ان ح� ب س� حم�د�ه�� أ ، حم�ن� الر� � م ي ح� الر� �ان� م�ن ال � م �ر�ي ك ال �ان� الد�ي م�ل�ك� ال �ه� �ل ل ح�مد� �ل ا

. ك� ر�ي ش� � ال و�حد�ه� الله� � �ال إ �ه� �ل إ � ال ن� أ ه�د� ش

� أ �وب� الذن م�ن� ه� �ي �ل إ �وب� ت� و�أ ،� ع�ام �ن إل و�ا ر� ي خ� ال ع�ل�ى ه� �ر� ك ش

� و�أ ،� الد�و�ام . �ه� اب صح�

� و�أ �ه� آل و�ع�ل�ى Oم�ح�م�د ع�ل�ى �م ل و�س� ف�ص�ل� �ه�م� �لل ا �عد�ه� ب �ي� �ب ن � ال �ه�، ول س� و�ر� د�ه� ع�ب م�ح�م�دPا ن�� أ ه�د� ش

� و�أ �ه� ل . �عد�؛ ب م�ا� أ ا Pر �ي �ث ك مPا �ي ل �س ت �م� ل و�س� ، م�ان� و�الز� �ي �ال �ي الل م�م�ر� ع�ل�ى ن� �ز�م�ي �ال م�ت ن� �م�ي د�ائ �مPا ال و�س� Pة�  ص�ال

: �م�ون� ل مس �م نت� و�أ � �ال إ �ن� �م�وت ت � و�ال �ه� �ق�ات ت ح�ق� الله� �ق�وا ات �وا ء�ام�ن ن� �ذ�ي ال � ها ي

� أ �ا ي �ع�ال�ى ت .ق�ال�

Page 5: Jangan Jahil Terhadap Agama

PEMBUKAAN KHUTBAHInnal hamda lillaah, nahmaduhuu wanastaiinuhuu wanastaghfiruh, wanauudzu billaahi min suruuri anfusinaa, wamin sayyiaati a’maalinaa, mayyahdillaahu falaa mudlillalah, waman yudlilhu falaa haadiyalah.Asyhadu allaa Ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariikalah, waasyhadu anna Muhammadan abduhuu warasuuluh.Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aalihii waash haabiihii ajmaiin.Innallooha wa malaaikatahuu yusholluuna ‘alan Nabi, yaa ayyuhalladziina aamanuu sholluu ‘alaihi wa sallimuu tasliimaa.Ya ayyuhaladzi naamanu, taqullooha haqqa tuqaatih, walaa tamuutunna illa waantum muslimuun.

(Mengajak meningkatkan ketakwaan)(Materi khutbah)

Barokallohu liwalakum filquranil adzim, wanafaani waiyyakumbimaafiihi minal ayati wadzikrilhakim, wataqobbalahu minniwaminkum tilawatahu innahu huwassamii’ul’alim.Aquulu qoulihadza wastaghfirullooha innahu huwal ghofurorrokhiim.

(Duduk)

KHUTBAH KEDUAAlhamdulillahiladzi arsala rosulahu bilhuda wa dinilhaq, liyudhirohu ‘aladdinikullihi walaukarihal musrikun.Asyahdualla ilahailalloh waasyhaduanna muhammadan’abduhu warosulahuAllohuma solli’ala muhammadin wa’ala alihi waashabihi ajma’in.Ya ayyuhaladzi naamanu, taqullooha haqqa tuqaatih, walaa tamuutunna illa waantum muslimuun.            (Kesimpulan khutbah)            (Pesan)

(Doa sbb:)Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aalihii waash haabiihii ajmaiinAlhamdulillahirobbil’alaminAllohummaghfir, lilmukminiina walmukminaat, walmuslimiina walmuslimaat, alakhyaaiminhum walamwaat, innaka samii’un qoriibummujibudda’awaat.Robbana dzolamna anfusana, wailamtaghfirlana watarkhamna lanakunanna minalkhosiriin.Robbana atina fidunya khasanah wafil akhiroti khasanah waqina adzabannar.Walhamdulillahirobbil’alamin.Ibaadalloh, innalloha ya’muru bil’adli wal ihsaani waiitaaidzil qurbaa, wayanha ‘anilfahsyaaii walmunkar, walbaghyi yaidzukum la’allakum tadzakkaruunFadzkuruulloohal’adziim yadzkurkum wasykuruuhu ’ala ni’matihi yazidkum waladzikrullohiakbar.