Upload
kezia
View
222
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
cerpen kelas IX 2015
Citation preview
Sejuta Kenangan Danau Zuri
Karya: Kezia Odelia
Danau terlihat sangat teduh, burung-burung beterbangan di atas permukaan air,
menunggu ikan-ikan yang lengah yang siap untuk dimangsa. Aku duduk diatas batu besar
menikmati pemandangan yang amat sejuk. Yang ku dengar hanyalah suara angin yang
berhembus, mungkin inilah sebab aku tidak mempunyai teman yang cukup banyak, aku lebih
menyukai suasana tenang. Di danau itu tidak ada sama sekali orang yang menemaniku, hanya
aku seorang diri saja. Tiba-tiba dari belakang, terdengar suara tepakan kaki, ku berdiri dan
mencoba melihat dengan baik ke semak-semak, ternyata hanyalah musang. Orang-orang
menyebut danau itu, Danau Zuri. Tiba-tiba dari arah belakangku terdengar suara mamaku
berteriak memanggil namaku, aku langsung bergegas pulang karena aku takut mamaku
khawatir. Mamaku adalah seorang yang sangat gampang untuk khawatir, ia selalu
memanggilku untuk pulang sebelum jam 5 sore. Ia selalu khawatir jika aku pulang lewat jam
5 sore. Tetapi aku tahu ia memarahiku karena dengan suatu alasan, tapi mungkin ia belum
berani memberitahuku.
Keesokan harinya, aku bangun dan pergi berjalan ke sekolahku, setiap pagi ketikaku
berjalan ke sekolah, aku selalu melihat seorang laki-laki masuk kedalam hutan tempat danau
Zuri berada. Tinggi badannua, mukanya terlihat tampan dan sangat bersih penampilannya.
Saat ku tiba di sekolah, aku langsung duduk di bangku tempat ku duduk dan langsung
membaca novelku sejenak. Diriku ini memang terkenal amat pendiam dan tidak bisa menjadi
terbuka dengan siapapun, makanya aku tidak mempunyai teman di sekolah, aku selalu
melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan temanku. Tetapi aku suka hidup individualis
seperti ini, menikmati hidup sendirian tanpa ada beban dari teman. Saat bel berbunyi,
menandakan usainya sekolah pada hari itu, aku pun langsung memasukkan bukuku yang
berserakan dan langsung pergi menarik tasku unutk pergi pulang. Setiapku berjalan pulang,
aku selalu melihat laki-laki yang sama berjalan meninggalkan hutan. Aku selalu ingin
menghampirinya tetapi tidak pernah bisa, aku terlalu takut untuk memulai pembicaraan
duluan dengan laki-laki. Saatku tiba dirumah, aku langsung masuk ke kamar, mengganti
pakaianku, mengambil novel dan bergegas ingin pergi ke danau. Tetapi ibuku tiba-tiba
memanggilku
“Chloe, mau kemana kamu?”
“Seperti biasa ma, ke Danau Zuri untuk menenangkan pikiranku sejenak”
“Sudah cukup nak, mama khawatir kamu kenapa-napa”
“Kenapa ma? Emangnya di danau itu ada apa?”
“Sudah! Masuk kedalahdak tahu kamarmu dan baca novelmu dikamar saja!”
“Baiklah ma”
Aku menjadi risih dengan kelakuan mamaku pada hari ini, aku sendiri pun tahu mengapa
mamaku sudah tidak membolehkan diriku untuk ke danau Zuri, padahal danau itu terlihat
fine-fine saja. Saat sudah malam, Papaku pulang dan menyapaku, dengan nada sedikit kesal
aku menjawab papaku.
“Ada apa denganmu nak?”
“Mama tidak membolehkanku untuk pergi ke danau Zuri lagi”
“Dengarkan saja apa yang mamamu katakan, Papa yakin pasti itu semua demi kebaikanmu,
kamu adalah anak papa dan mama satu-satunya, kami tidak bisa kehilanganmu nak.”
“Tetaoi aku sudah besar pa, aku sudah bisa menjaga diriku sendiri, apalagi danau itu sudah
berapa tahun kukunjungi, tidak pernah ada kisah yang mengerikan disana”
“Nanti papa coba bicara kepada mamamu”
Lambat laun, aku pun tertidur, jika biasanya aku membaca novel sebelum tidur, kali
ini tidak. Keesokan harinya, hari itu adalah hari sabtu, Papa dan Mama ku memanggilku dari
luar kamarku
“Sini nak, Papa Mama ingin bertanya”
“Ada apa Pa, Ma?’
“Papa dan Mama ingin sekali kau berkuliah di luar negri untuk kuliah kedokteran…”
“Apa?! Kedokteran?! Melihat orang saja aku sudah malas untuk berbicara, kau menyuruhku
unutk menjadi dokter?!”
“Jika kau tidak ingin menjadi dokter, jadilah Arsitek, Papa akan menyekolahkanmu di
Jepang.”
“Mimpiku adalah menjadi Desain Grafis pa, sekolahkan aku saja di Jepang berjurusan Desain
Grafis”
“Tetapi itu tak bisa menjamin kehidupan mu kelak nanti Chloe!”
Aku menjadi kesal, masuk ke kamarku, mengambil novel dan jaketku dan segera
pergi ke danau Zuri, disana aku menangis dan berpikiran kacau. Tiba-tiba dari arah belakang
ada yang menepuk pundakku, aku terkejut dan melihat siapa itu, ternyata ia adalah laki-laki
yang sering kutemui sebelum dan setelah ku bersekolah.
“Siapakah namamu? Mengapa kau menangis disini?”
“Namaku Chloe, aku mengalami hari yang buruk bersama anggota keluargaku”
“Aku siap mendengar ceritamu”
Aku hanya bisa terdiam dan mengusap air mataku.
“Aku dapat menjadi temanmu kalau kamu mau”
“Siapakah namamu?”
“Namaku Robert”
“Senang bertemu denganmu bert”
“Jadi, apakah kamu ingin menceritakannya”
Karena aku tidak mempunyai teman, disaat keadaan saat inilah aku ingin mencurahkan segala
keluh kesahku kepada seseorang. Untungnya Robert sangat baik ingin mendengar ceritaku.
Aku merasa sangat tenang saat bersama Robert, entalah mengapa aku dapat menjadi terbuka
bersama dengan Robert, tidak seperti bersama temanku yang lain, bahkan dengan orang tua
ku sendiri saja, aku tidak bisa menjadi terbuka seperti bersama Robert.
Setiap hari Robert mengajakku untuk pergi ke danau Zuri, kita suah menjadi sangat
akrab, aku selalu tidak mempunyai kesempatan unutk menanyakan mengenai kehidupan dia.
Karena hari itu kita sedang saling berdiaman, inilah kesempatan besarku untuk bertanya.
“Tinggal dimana kamu?”
“Tidak jauh dari rumahmu”
“Dimanakah orang tuamu?”
“Orang tuaku tinggal di Jepang”
“lalu? Kau tak bersekolah?”
“Aku homeschooling tepatnya”
Baru kali ini aku merasakan berada nyaman bersama seseorang. Menjadi terbuka bersama
seseorang. Baru kali ini juga ada yang dapat mengerti perasaanku dan mengerti bagaimana
rasanya hidup di posisiku.
Setelah beberapa tahun kulewati, aku telah melewati masa SMA dan hari itu tiba.
Papa Mamaku selalu bertanya padaku mengenai kuliah. Sampai suatu hari, Papa Mama ku
akhirnya memutuskan bahwa aku boleh kuliah di jurusan Desain Grafis. Tetapi aku berpikir
bahwa jika aku akan ke Jepang, aku akan terpisah lama dari Robert. Kekhawatiran ini
membautku merasa bahwa sebenarnya aku telah Jatuh Cinta, aku sudah lama menyukainya,
tetapi aku tidak pernah dapat memeberi tahunya kepada siapapun. Aku takut ternyata ia sudah
mempunyai perempuan lain, lalu disaat itu aku akan patah hati dan menjalani hidupku yang
membosankan seperti dahulu sebelum bertemu Robert, Robert memberiku sejuta kenangan
yang membuatku tidak pernah ingi meninggalkan ia. Saat hari selasa tiba, aku memulai
percakapanku dengan nada agak serius.
“Rob, aku ingin pergi kuliah”
“Jadi? Kamu ingin meninggalkanku?”
“Hmmm, tapi inilah yang terbaik untukku, tapi kau bisa kan pergi ke Jepang bersamaku?
Orang tuamu ada disana kan?”
“Benarkah? aku tidak mempunyai cukup uang untuk pergi ke Jepang bersamamu”
“Pakailah uang tabunganku dahulu”
Pada saat yang kutunggu-tunggu, Robert dan aku pergi ke Jepang untuk bersekolah
bersama. Saat tiba di Jepang, Robert benar-benar tidak mengetahui dimanakah orang tuanya
berada. Akhirnya Robert pun tinggal bersamaku di apartment. Robert tidur pisah kamar
denganku. Saat ku memasuki kamarnya, aku melihat setumpuk foto yang ia bawa di lantai,
sepertinya ia menjatuhkannya dengan tidak sengaja. Ternyata itu adalah sejumlah foto
dimana persahabatan kita berawal. Sejumlah kenangan, ia dokumentasikan, lalu tiba-tiba
Robert datang dan menunjukkan muka merah layaknya tomat.
“Kau mendokumentasikan semua kenangan kita di danau Zuri?”
“I…Iya, ku print semua fotonya untuk kenang-kenangan, sebagai tanda bahwa aku pernah
menemukan perempuan cantik yang mengenal diriku begitu dalam.”
Aku terpaku dan hanya bisa tersenyum karena malu, lalu tiba-tiba dia menerima
telepon dari seseorang, dari suaranya terdengar itu adalah perempuan. Lalu sambil berbicara,
ia berjalan cepat keluar dari kamar. Aku masuk kembali ke kamarku dan masih merasa
berbunga-bunga karena Robert menyebutku “perempuan cantik”. Keesokan harinya, aku
memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Robert untuk menyatakan perasaanku kepadanya,
teryata ia sudah tiada, barangnya tidak ada yang ditinggalkannya, aku pun menjadi bingung,
kemanakah dia.
Aku menelepon Robert, dan alangkah terkejutnya aku mendengar bahwa Robert kembali ke
Indonesia.
“Kemanakah kamu rob?”
“Maafkan aku Chloe, aku harus pulang kembali.”
“Tetapi mengapa?
“Aku….”
“Kenapa? Ceritakan saja!”
“Aku pergi menjenguk pacarku yang sedang sakit”
Aku langsung menutup telepon dan terpaku akan kenyataan yang aku hadapi sekarang. Detak
jantungku melambat. Kenangan yang terputar dipikiranku tiba-tiba menghilang. Aku
menjatuhkan badanku ke tempat tidur dan mulai meneteskan segelintir air mata. Robert
meneleponku berulang kali, tetapi aku masih tidak dapat menerima keadaan yang baru saja
terjadi. Baru saja ku ingin putuskan untuk menyatakan perasaanku, ternyata ia sudah
mempunyai yang lain. Missed Call dari Robert sungguh amat banyak sampai diriku
memutuskan untuk mematikan telepon genggamku. Keesokan harinya aku pergi ke
Universitas dan memulai pelajaran pertamaku di Desain Grafis, diriku masih belum bisa
menjadi orang yang ceria kembali, rasanya sangat hampa setelah tidak ada Robert. Aku tidak
tahu apakah ia tahu apa yang kurasakan selama ini, tetapi rasanya sangat berat untuk hanya
mendengar namanya, diriku yang sudah lama menunggu untuk dapat menyatakan
perasaanku, ternyata terhenti karena ia sudah mempunyai yang lain. Aku memikirkannya
seharian dan tidak dapat fokus dengan materi yang dipelajari. Kalau biasanya aku pulang ke
apartemen bersama dengan Robert, kali ini aku berjalan ke apartemenku sendirian dengan
hati yang tak pernah kunjung pulih.
Setelah beberapa tahun, akhirnya aku mendapat kesempatan untuk berlibur ke
Indonesia kembali, menemui Papa Mamaku tentunya. Disamping keinginanku ingin bertemu
dengan Papa Mamaku, ku tidak bertemu dengan Robert, walaupun aku rindu untuk bertemu
dengannya. Tetapi aku tak kuasa melihatnya sudah bersama perempuan lain. Tetapi, Papa dan
Mamaku menginginkanku untuk pulang.
Saatku tiba di Indonesia, aku pulang kerumah orang tua ku dan berbincang-bincang cukup
lama dan membagikan pengalaman hidup masing-masing kita berpisah. Sampai pada satu
momen..
“Chloe, apakah kamu tidak tertarik dengan laki-laki di Jepang, hahaha”
“Tidak pa, aku ingin fokus ke kuliah dulu, baru aku akan mencari jodoh”
Orang tuaku tidak pernah tahu apa yang kurasakan sejak dahulu kepada Robert, bahkan
mereka tidak mengenal Robert sama sekali. Setelah melepaskan rasa rindu, aku pun pergi ke
danau Zuri, aku sudah lama rindu dengan suasana Danau itu. Tiba-tiba tanpa kusadari, Robert
datang membawa bunga matahari dan memberikannya kepadaku, kuambil bunganya tanpa
mengucapkan satu kata pun.
“Ternyata benar, tidak ada perempuan lain yang sepertimu”
“Tidak usah berbohong, diriku ini bukan apa-apa dibanding dengan perempuan yang kau
jenguk waktu itu”
“Ia telah meninggal tahun lalu, aku sudah tidak mempunyai siapa-siapa sekarang”
“Turut berduka cita”
Saat mendengar kalau perempuan itu telah tiada, tidak ada satu perasaan pun yang
membuatku ingin kembali menyatakan perasaan yang terpendam itu.
Robert memegang tanganku dan mengambil bunga matahari itu.
“Disinilah tempat kita pertama kali bertemu, dan disinilah kita akan mengakhiri kisah hidup
kita bersama nantinya”
“Apa Maksudmu?”
“Aku tidak mau melewatkan satu haripun tanpamu, kau kan sahabatku”
Kukira ia akan menyatakan perasaan sesungguhnya kepadaku, ternyata memang benar
selama ini dia hanya menganggapku sebatas sahabat. Tetapi apa boleh buat, lebih baik ku
menjadi sahabatnya sampai akhir hayat hidupku daripada menjadinya kekasihnya hanya
untuk sementara saja. Perasaan yang masih terpendam dikedalaman hatiku ini tetapku akan
simpan sampai mungkin nanti kita akan berpisah. Sejuta kenangan di danau Zuri yang
kulewatkan bersamanya tidak akan pernah kulupakan. Sampai akhir hidupku, kuakan terus
menunggu hingga nanti saatnya ia akan mencintaku juga.
Setelah seminggu di Indonesia, aku pun kembali berkuliah di Jepang. Sangat berat
rasanya harus meninggalkan kampung halaman, rasanya baru saja aku melepas rindu bersama
orang tuaku dan tentu juga bersama Robert. Setelah beberapa tahun, akhirnya aku dapat lulus
dari universitas jurusan Desain Grafis. Setelah sekian lama aku menunggu, akhirnya
impiankuyang dari dulu ingin kucapai, sudah terbayar lunas dengan hasil kerja kerasku
selama ini. Pada hari aku akan wisuda, Papa Mamaku datang ke Jepang dan hadir, aku pun
tak dapat mendeskripsikan betapa bahagianya hatiku saat itu dengan kata-kataku. Alangkah
terkejutnya aku, Robert hadir dan membawa sekumpulan bunga mawar putih dan
memberikannya kepadaku, ada rasa bahagia dan senang pada saat itu tetapi aku tak dapat
banyak-banyak berharap.
“Selamat ya, kamu sudah lulus dan menempuh masa kerja sebentar lagi”
“Terima kasih bert, kamu kapan lulus kuliah di Indonesia?”
“Sebulan lagi Chloe”
Setelah aku lulus, aku libur setahun sebelum aku akan menempuh masa aku bekerja, kali ini
aku hanya bekerja sebagai freelance designer didunia maya saja. Aku kembali ke Indonesia.
Waktu itu hari sabtu, pada malam hari, Robert mengajakku pergi ke Danau Zuri bersama
dirinya, saat tiba di danau, ada sampan yang telah tersedia. Sampan itu dikelilingi bunga
mawar putih dan merah muda. Ada meja kecil disampannya, diatas mejanya ada 2 lilin dan
makanan kesukaanku. Robert mengulurkan tangannya dan memegang tanganku, ia
mengajakku untuk berkeliling danau, aku tidak bisa mengatakan apa-apa, yang ada didalam
pikiranku saat ini adalah, senyumah Robert yang terpapar didepan mukaku dengan manisnya.
Saat ditengah danau, ia mengeluarkan bunga mawar merah dan mengulurkannya kepadaku
“Maukah kau menjadi pasangan hidupku?”
Aku terpaku mendengar perkataannya dan aku hanya bisa menganggukkan kepalaku
dan melihat ia mengeluarkan satu buah lampion dan menerbangkannya. Kita berdua terdiam
dan melihat lampion itu terbang jauh ke atas. Lalu Robert mengajakku untuk kembali pulang.
Selama di perjalanan, aku dan Robert hanya bisa saling tersenyum. Saatku tiba dirumah, aku
masuk kamarku dan mengingat bahwa momen itu hanya terjadi sekali seumur hidupku.
Bersambung…