Upload
aswin-rian
View
217
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hahaha
Citation preview
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jantung
Secara umum fungsi jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dan
menampungnya kembali setelah dibersihkan oleh organ paru-paru. Hal ini berarti
bahwa fungsi jantung manusia adalah sebagai alat atau organ pemompa darah
pada manusia. Pada saat itu jantung menyediakan oksigen darah yang cukup dan
dialirkan ke seluruh tubuh, serta membersihkan tubuh dari hasil metabolisme
(karbondioksida). Sehingga untuk melaksanakan fungsi tersebut jantung
mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan
selanjutnya memompanya ke paru-paru, dengan cara darah pada jantung
mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Pada jantung darah yang
kaya akan oksigen yang berasal dari paru-paru dipompa ke jaringan seluruh tubuh
manusia.
Bertambahnya usia seseorang, akan sangat berpengaruh terhadap
fungsionalitas jantung itu sendiri. Hal ini berarti karena jantung bekerja secara
terus menerus selama manusia hidup dan akan berpengaruh terhadap kemampuan
fungsi jantung yang secara berangsur akan mengalami penurunan. Hal ini akan
semakin drastis penurunan fungsi jantung apabila terdapat keadaan lain yang
mempengaruhi fungsi jantung itu sendiri. Misalnya terjadi infeksi otot jantung
atau selaput otot miokarditis atau perikarditis, berkurangnya oksigen karena
penyempitan pembuluh darah yang menyuplainya sering disebut sebagai penyakit
jantung koroner, bertambahnya massa otot karena meningkatnya tekanan, dan
sebagainya.
Jantung merupakan organ yang mampu memproduksi muatan listrik
karena tubuh adalah konduktor yang baik, maka impuls yang dihasilkan jantung
dapat menjalar ke seluruh tubuh, sehingga potensial aksi yang dipancarkan oleh
jantung dapat diukur dengan galvanometer melalui elektroda-elektroda yang
diletakkan pada berbagai posisi di permukaan tubuh (Juntak, 2011).
5
2.1.1 Anatomi Jantung Manusia
Secara anatomis jantung adalah satu organ, sisi kanan dan kiri jantung
berfungsi sebagai dua pompa yang terpisah. Jantung terbagi atas separuh kanan
dan kiri serta memiliki empat ruang, bagian atas kanan dan kiri disebut dengan
serambi (atrium), sedangkan bagian bawah kanan dan kiri disebut bilik
(ventrikel).
Pembuluh yang mengembalikan darah dari jaringan ke atrium disebut
dengan vena, dan pembuluh yang mengangkut darah menjauhi ventrikel dan
menuju ke jaringan disebut dengan arteri. Kedua belahan jantung dipisahkan oleh
septum atau sekat, yaitu suatu partisi otot kontinu yang mencegah percampuran
darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting karena separuh
jantung kanan menerima dan memompa darah beroksigen rendah sedangkan sisi
jantung sebelah kiri memompa darah beroksigen tinggi.
Jantung berfungsi sebagai pompa ganda. Darah yang kembali dari sirkulasi
sistemik (dari seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang
dikenal sebagai vena kava. Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari
jaringan tubuh, darah ini banyak mengandung CO2 dan sedikit O2 sehingga
disebut darah kotor. Darah yang kurang akan oksigen tersebut mengalir dari
atrium kanan melalui katup ke ventrikel kanan, yang memompanya keluar melalui
arteri pulmonalis ke paru-paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung memompa
darah yang kekurangan oksigen ke sirkulasi paru. Di dalam paru-paru, darah akan
kehilangan CO2 dan menyerap O2 segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri
melalui vena pulmonalis.
Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian mengalir ke
dalam ventrikel kiri, bilik pompa yang memompa atau mendorong darah ke semua
sistem tubuh kecuali paru. Jadi, sisi kiri jantung memompa darah yang kaya akan
O2 ke dalam sirkulasi sistemik. Arteri besar yang membawa darah menjauhi
ventrikel kiri adalah aorta. Aorta bercabang menjadi arteri besar dan menyebarkan
darah ke berbagai jaringan tubuh.
Sirkulasi sistemik memompa darah ke berbagai organ, yaitu ginjal, otot,
otak, dan semuanya. Jadi darah yang keluar dari ventrikel kiri tersebar sehingga
masing-masing bagian tubuh menerima darah segar. Darah yang berasal dari arteri
6
tidak mengalir dari jaringan ke jaringan. Jaringan akan mengambil O2 dari darah
dan menggunakannya untuk menghasilkan energi. Dalam prosesnya, sel-sel
jaringan akan membentuk CO2 sebagai produk buangan atau produk sisa yang
ditambahkan ke dalam darah. Darah yang sekarang kekurangan O2 dan
mengandung CO2 berlebih akan kembali ke sisi kanan jantung. Selesailah satu
siklus dan terus menerus berulang siklus yang sama setiap saat.
Kedua sisi jantung akan memompa darah dalam jumlah yang sama.
Volume darah yang beroksigen rendah yang dipompa ke paru oleh sisi jantung
kanan memiliki volume yang sama dengan darah beroksigen tinggi yang dipompa
ke jaringan oleh sisi kiri jantung.
Sirkulasi paru adalah sistem yang memiliki tekanan dan resistensi rendah,
sedangkan sirkulasi sistemik adalah sistem yang memiliki tekanan dan resistensi
yang tinggi. Oleh karena itu, walaupun sisi kiri dan kanan jantung memompa
darah dalam jumlah yang sama, sisi kiri melakukan kerja yang lebih besar karena
ia memompa volume darah yang sama ke dalam sistem dengan resistensi tinggi.
Dengan demikian otot jantung di sisi kiri jauh lebih tebal daripada otot di sisi
kanan sehingga sisi kiri adalah pompa yang lebih kuat.
Darah mengalir melalui jantung dalam satu arah tetap yaitu dari vena ke
atrium ke ventrikel ke arteri. Adanya empat katup jantung satu arah memastikan
darah mengalir satu arah. Katup jantung terletak sedemikian rupa sehingga
mereka membuka dan menutup secara pasif karena perbedaan gradien tekanan.
Gradien tekanan ke arah depan mendorong katup terbuka sedangkan gradien
tekanan ke arah belakang mendorong katup menutup.
Dua katup jantung yaitu katup atrioventrikel (AV) terletak di antara atrium
dan ventrikel kanan dan kiri. Katup AV kanan disebut dengan katup trikuspid
karena memiliki tiga daun katup sedangkan katup AV kiri sering disebut dengan
katup bikuspid atau katup mitral karena terdiri atas dua daun katup. Katup-katup
ini mengijinkan darah mengalir dari atrium ke ventrikel selama pengisian
ventrikel (ketika tekanan atrium lebih rendah dari tekanan ventrikel), namun
secara alami mencegah aliran darah kembali dari ventrikel ke atrium ketika
pengosongan ventrikel atau ventrikel sedang memompa.
7
Dua katup jantung lainnya yaitu katup aorta dan katup pulmonalis terletak
pada sambungan dimana tempat arteri besar keluar dari ventrikel. Keduanya
disebut dengan katup semilunaris karena terdiri dari tiga daun katup yang masing-
masing mirip dengan kantung mirip bulan-separuh. Katup ini akan terbuka setiap
kali tekanan di ventrikel kanan dan kiri melebihi tekanan di aorta dan arteri
pulmonalis selama ventrikel berkontraksi dan mengosongkan isinya. Katup ini
akan tertutup apabila ventrikel melemas dan tekanan ventrikel turun di bawah
tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Katup yang tertutup mencegah aliran balik
dari arteri ke ventrikel.
Gambar 2.1. Jantung dan bagian-bagiannya
2.1.2 Cara Kerja Jantung
Jantung bekerja melalui mekanisme secara berulang dan berlangsung terus
menerus yang juga disebut sebagai sebuah siklus jantung sehingga secara visual
terlihat atau disebut sebagai denyut jantung. Melalui mekanisme berselang-seling,
jantung berkonstraksi untuk mengosongkan isi jantung dan melakukan relaksasi
guna pengisian darah. Secara siklus, jantung melakukan sebuah periode sistol
yaitu periode saat berkontraksi dan mengosongkan isinya (darah), dan periode
8
diastol yaitu periode yang melakukan relaksasi dan pengisian darah pada jantung.
Kedua serambi (atrium) mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan
kedua bilik (ventrikel) juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan pula
untuk melakukan mekanisme tersebut.
Sel otot jantung melakukan kontraksi dengan tujuan untuk memompa
darah yang dicetuskan oleh sebuah potensial aksi dan menyebar melalui membran
sel otot. Ketika melakukan kontraksi, jantung menjadi berdenyut secara
berirama, hal ini akibat dari adanya potensial aksi yang ditimbulkan oleh
kegiatan diri jantung itu sendiri. Kejadian tersebut diakibatkan karena jantung
memiliki sebuah mekanisme untuk mengalirkan listrik yang ditimbulkannya
sendiri untuk melakukan kontraksi atau memompa dan melakukan relaksasi.
Mekanisme aliran listrik yang menimbulkan aksi tersebut dipengaruhi oleh
beberapa jenis elektrolit seperti K+, Na+, dan Ca++. Sehingga apabila didalam
tubuh terjadi gangguan pada kadar elektrolit tersebut maka akan menimbulkan
gangguan pula pada mekanisme aliran listrik pada jantung manusia.
Otot jantung menghasilkan arus listrik dan disebarkan ke jaringan sekitar
jantung dan dihantarkan melalui cairan-cairan yang dikandung oleh tubuh.
Sehingga sebagian kecil aktivitas listrik ini mencapai hingga ke permukaan tubuh
misalnya pada permukaan dada, punggung atau pada pergelangan atas tangan, dan
hal ini dapat dideteksi atau direkam dengan menggunakan alat khusus yang
disebut dengan Elektrokardiogram (EKG). Jadi fungsi EKG adalah merekam
aktifitas listrik di cairan tubuh yang dirangsang oleh aliran listrik jantung yang
muncul hingga mencapai permukaan tubuh. Berbagai komponen pada rekaman
EKG dapat dikorelasikan dengan berbagai proses spesifik di jantung. EKG dapat
digunakan untuk mendiagnosis kecepatan denyut jantung yang abnormal,
gangguan irama jantung, serta kerusakan otot jantung. Hal ini disebabkan oleh
karena adanya aktivitas listrik yang dapat memicu aktivitas secara mekanis,
sehingga apabila terjadi kelainan pola listrik, maka biasanya juga akan disertai
adanya kelainan mekanis atau otot jantung manusia (Ajimedia, 2011).
9
2.1.3 Listrik dan Jantung
Perjalanan aliran listrik pada jantung adalah sebagai berikut :
Impuls listrik meninggalkan Sinoatrium Node (SA) menuju atrium kanan
dan kiri. hingga kedua atrium bisa berkontraksi dalam waktu yang sama. Proses
ini memakan waktu 0,4 detik. Pada saat atrium kanan dan kiri berkontraksi,
ventrikel akan terisi darah kemudian kembali mengalir ke Atrioventricular Node
(AV node) yang kemudian disebarkan ke kumpulan serabut yang berada disebalah
kanan dan kiri jantung sampai ke serat Purkinje yang berada di ventrikel kanan
dan kiri jantung hingga membuat kedua ventrikel berkontraksi bersamaan.
Seluruh jaringan listrik pada jantung mampu menghasilkan impuls listrik.
Namun SA node memiliki kemampuan yang paling besar. Apabila SA node gagal
untuk menghasilkan impuls, maka fungsinya bisa saja digantikan oleh jaringan
lainnya, meskipun impulsnya cenderung lebih rendah. Pencetus listrik pada
jantung memang mampu mengakomodir kebutuhan jantung untuk mampu
berkontraksi terus dalam rentang waktu yang panjang. Terdapat serabut saraf yang
mampu mengubah arus listrik yang dihasilkan serta membuat perubahan pada
kekuatan kontraksi jantung. Saraf yang dimaksud adalah bagian dari susunan saraf
otonom. Susunan saraf otonom sendiri terdiri dari 2 bagian : sistem saraf simpatik
dan sistem saraf parasimpatik.
Dalam keadaan istirahat, sel jantung berada dalam keadaan terpolarisasi
secara elektris, yaitu bagian dalamnya bermuatan lebih negatif dibandingkan
bagian luarnya. Polaritas listrik ini dijaga oleh pompa membran yang menjamin
agar ion-ion terutama kalium, natrium klorida, dan kalsium untuk
mempertahankan bagian dalam sel supaya tetap bersifat negatif. Sel jantung dapat
kehilangan negativitas internalnya dalam suatu proses yang dinamakan
depolarisasi. Depolarisasi ini merupakan kejadian yang penting pada jantung.
Depolarisasi berjalan dari satu sel ke sel lain sehingga menghasilkan gelombang
depolarisasi yang dapat berjalan ke seluruh bagian jantung.
Gelombang depolarisasi ini menggambarkan aliran listrik yakni arus listrik
yang dapat dideteksi dengan elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan
tubuh. Sesudah depolarisasi selesai, sel jantung mampu memulihkan polaritas
istirahatnya melalui sebuah proses yang dinamakan repolarisasi. Proses ini dapat
10
direkam dengan elektroda-elektroda perekam. Seluruh gelombang yang terdapat
pada EKG itu merupakan manifestasi kedua proses dari depolarisasi dan
repolarisasi.
2.1.3.1 Pembentukan Gelombang Depolarisai dan Repolarisasi
Elektroda adalah alat yang dapat merekam hasil aktivitas listrik dalam
jantung. Elektroda hanya dapat ditempatkan pada tempat tertentu pada
permukaan tubuh. Jika hal ini dilakukan, akan segera mendapatkan hasil
bahwa gelombang-gelombang yang direkam oleh elektroda positif pada lengan
kiri akan tampak berbeda dengan gelombang-gelombang yang direkam oleh
elektroda positif pada lengan kanan, begitu pula bila pemasangan elektroda positif
pada tungkai. Hal tersebut dapat terjadi karena gelombang depolarisasi bergerak
mendekati elektroda positif menghasilkan defleksi (lonjakan) positif pada
EKG. Gelombang depolarisasi yang bergerak menjauhi elektroda positif
akan menghasilkan defleksi atau lonjakan negatif.
Gambar 2.2. (A) Gelombang depolarisasi bergerak mendekati elektroda
positif menghasilkan defleksi positif.
(B) Gelombang depolarisasi bergerak menjauhi elektroda
positif menghasilkan defleksi negatif.
elektroda
positif
depolarisasi
depolarisasi
11
Apabila elektroda positif EKG ditempatkan dipertengahan sel, pada
mulanya ketika gelombang mendekati elektroda, EKG merekam defleksi positif
(Gambar 2.3 (A)). Kemudian, tepat pada saat gelombang tersebut mencapai
elektroda, muatan positif dan negatif menjadi seimbang dan pada dasarnya akan
menetralkan satu sama lain. Gambaran EKG kembali ke garis dasar (Gambar2.3
(B)). Ketika gelombang depolarisasi bergerak menjauh, tampak gambaran berupa
defleksi negatif (Gambar 2.3 (C)). Gambaran EKG akhirnya kembali lagi ke garis
dasar ketika seluruh otot telah terdepolarisasi (Gambar 2.3 (D)).
12
Gambar 2.2. (A) Pada saat depolarisasi mulai, pada EKG timbul defleksi positif.
(B) Muka gelombang mencapai elektroda. Muatan positif dan
negatif seimbang, dan gambaran EKG nya akan kembali ke
garis dasar.
(C) Gelombang depolarisasi mulai menyurut dari elektroda,
sehingga menghasilkan defleksi negatif.
(D) Sel telah benar-benar terdepolarisasi dan rekaman EKG nya
sekali lagi kembali ke garis dasar.
Gambaran lengkap gelombang depolarisasi yang bergerak tegak lurus
terhadap sebuah elektroda positif dinamakan gelombang bifasik. Pengaruh
repolarisasi pada EKG sama dengan pengaruh depolarisasi, tetapi muatannya
terbalik. Gelombang repolarisasi yang bergerak mendekati elektroda positif
menghasilkan defleksi negatif pada EKG. Gelombang repolarisasi yang bergerak
menjauhi elektroda positif akan menghasilkan defleksi positif pada EKG. Sama
halnya dengan depolarisasi gelombang yang tegak lurus menghasilkan gelombang
bifasik akan tetapi pada gelombang ini defleksi negatif mendahului defleksi
positif (Gambar 2.4).
Elektroda yang ditempatkan pada permukaan tubuh akan merekam
gelombang depolarisasi dan repolarisasi sewaktu kedua peristiwa ini menjalar di
seluruh jantung. Bila gelombang depolarisasi yang menjalar di jantung itu
bergerak menuju ke arah sebuah elektroda di permukaan, elektroda itu akan
merekam defleksi positif (elektroda A). Bila gelombang depolarisasi itu bergerak
menjauhi elektroda, elektroda itu akan merekam defleksi negatif (elektroda B).
Bila gelombang depolarisasi itu bergerak tegak lurus terhadap elektroda, elektroda
itu akan merekam gelombang bifasik (elektroda C). Efek repolarisasi tepat
berlawanan dengan efek depolarisasi (Thaler, 2000).
13
Gambar 2.4. Sebuah gelombang repolarisasi yang bergerak melalui jaringan otot
direkam dengan tiga buah elektroda positif. (A) Repolarisasi awal.
(B) Repolarisasi akhir. (C) Repolarisasi selesai.
Gambar 2.5. Sebuah gelombang depolarisasi yang bergerak di jantung (lihat panah).
Elektroda A akan merekam defleksi positif, elektroda B merekam
defleksi negatif, dan elektroda C merekam gelombang bifasik.
14
2.2 Teori EKG
Elektrokardiografi merupakan salah satu alat yang digunakan dalam
pemeriksaan jantung. Hasil pengamatan elektrokardiografi berupa grafik
Elektrokardiogram yang memberikan informasi mengenai ukuran, bentuk,
kapasitas, dan kelainan yang terjadi pada jantung. Informasi tersebut tidak dapat
langsung dibaca oleh orang awam. Elektrokardiogram menghasilkan citra grafik
dan pernyataan tentang normal atau abnormalnya kondisi jantung (Saparudin &
Edvin, 2010).
Secara harfiah didefinisikan : elektro berkaitan dengan elektronika, dan
kardio berasal dari bahasa Yunani yang artinya jantung, kemudian gram
berarti tulis / menulis, dan grafi berarti alat. Elektrokardiogram ini merupakan
rekaman informasi kondisi jantung yang diambil dengan elektrokardiograf yang
ditampilkan melalui monitor atau dicetak pada kertas. Rekaman EKG ini
digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kondisi jantung dari pasien.
2.2.1 Sejarah EKG
Pada tahun 1872 di St. Bartholomews Hospital seorang mahasiswa
bernama Alexander Muirhead menghubungkan kabel ke pergelangan tangan
pasien yang sakit untuk memperoleh rekaman detak jantung pasien. Aktivitas ini
direkam secara langsung dan divisualisasikan menggunakan elektrometer kapiler
Lippmann oleh seorang fisiolog Britania bernama John Burdon Sanderson.
Gebrakan bermula saat seorang dokter Belanda kelahiran Hindia Belanda
(kini Indonesia) bernama Willem Einthoven, yang bekerja di Leiden, Belanda,
menggunakan galvanometer senar yang ditemukannya pada tahun 1901, yang
lebih sensitif daripada elektrometer kapiler yang digunakan Waller. Einthoven
menuliskan huruf P, Q, R, S dan T ke sejumlah defleksi, dan menjelaskan sifat-
sifat elektrokardiografi sejumlah gangguan kardiovaskuler. Pada tahun 1924, ia
dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran untuk
penemuannya.
Meski prinsip dasar masa itu masih digunakan sekarang, sudah banyak
kemajuan dalam elektrokardiografi selama bertahun-tahun. Sebagai contoh,
peralatannya telah berkembang dari alat laboratorium yang susah dipakai ke
15
sistem elektronik padat yang sering digunakan termasuk interpretasi
Elektrokardiogram (EKG) yang dikomputerisasikan.
Gambar 2.6. Elektrokardiografi (EKG)
2.2.2 Prinsip Kerja EKG
Elektrokardiografi bekerja dengan prinsip mengukur perbedaan potensial
listrik. Tubuh manusia menghasilkan listrik walaupun dengan jumlah yang sangat
kecil. Apabila ada listrik, maka pasti ada perbedaan potensial atau tegangan
listrik. Tegangan listrik ini dapat menggambarkan atau mengilustrasikan keadaan
denyut jantung manusia.
Gambar 2.7. Sinyal listrik yang dihasilkan aktivitas kelistrikan
16
Cara merekam denyut jantung menggunakan EKG tidaklah sembarang.
Sensor atau dalam hal ini elektroda, harus diletakkan pada tempat-tempat tertentu.
Biasanya ditempatkan pada lengan tangan dan kaki. Karena pada bagian-bagian
tersebutlah pulsa tegangan menggambarkan kerja denyut jantung mendekati
keadaan sebenarnya.
2.2.3 Gelombang EKG Normal
Sinyal bioelektrik adalah sinyal elektrik yang dihasilkan oleh tubuh.
Dengan adanya aktivitas tubuh baik secara periodik maupun non periodik, yang
membangkitkan sinyal elektrik dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Salah
satu alat untuk mengukur bioelektrik tubuh adalah elektrokardiografi (EKG)
(Ahmad et al., n.d).
Sinyal EKG adalah sinyal listrik yang dihasilkan oleh aktifitas kelistrikan
jantung. Kelainan dari fungsi jantung seseorang dapat dilihat dari rekaman sinyal
EKG ini. Seorang ahli jantung menilai rekaman sinyal EKG dari bentuk
gelombang, durasi, orientasi sinyal, dan irama sinyal (Rizal & Suryani, 2008).
Sebuah sinyal yang didapat dari EKG normal adalah seperti pada
gambar2.8.
Gambar 2.8. Gelombang EKG Normal
17
Sinyal EKG terdiri dari 4 jenis:
Gelombang P
Gelombang P merupakan rekaman depolarisasi di miokardium atrium
sejak dari awal sampai akhir. Oleh karena SA (sinoatrium) node terletak di atrium
kanan, otomatis atrium kanan lebih dulu terdepolarisasi daripada atrium kiri.
Sehingga bagian gelombang P pertama menunjukkan depolarisasi atrium kanan,
dan bagian yang kedua menunjukkan depolarisasi atrium kiri.
Kondisi normal pada gelombang P:
Mempunyai amplitudo kurang dari 0,3 mV.
Durasi gelombang P (diukur sejak permulaan gelombang P hingga akhir
gelombang P) normalny sekitar 0,08-0,11 dtk atatu 80-110 mdtk.
Gelombang P normalnya monofasik dan ukuran maupun bentuknya
seragam.
Gelombang P mendahului kompleks QRS, yang berarti satu gelombang P
harus diikuti oleh satu kompleks QRS.
Kondisi abnormal pada gelombang P:
Tidak ada gelombang P pada EKG.
Gelombang P tidak mendahului setiap kompleks QRS.
Gelombang P tidak mencerminkan kontraksi atrium
Bentuk dan ukuran gelombang P berbeda dengan gelombang P sinus
normal
Kompleks QRS
Kompleks QRS mencerminkan kontraksi vertikel setelah serat Purkinje
mentransmisikan impuls listrik. Kompleks QRS dihitung sejak permulaan Q
hingga akhir S. Amplitudo kompleks QRS jauh lebih besar dari gelombang P,
sebab ventrikel jauh lebih besar daripada atrium.
Bagian-bagian kompleks QRS :
Penamaannya:
o Jika defleksi (letupan) pertama ke bawah, disebut gelombang Q,
Gelombang Q mempunyai amplitudo sebesar minus 25% dari amplituda
gekombang R.
18
o Jika defleksi pertama ke atas, disebut gelombang R,
Gelombang R mempunyai amplitudo maksimum 3 mV.
o Jika ada defleksi ke atas kedua, disebut gelombang R (R-pelengkap = R-
prime)
o Defleksi ke bawah pertama setelah defleksi ke atas, disebut gelombang S,
Gelombang S merupakan defleksi negatif sesudah gelombang R.
Arti penamaan:
Kompleks QRS biasanya digambarkan dalam EKG sebanyak 3 defleksi, namun
ada juga yang 2 defleksi saja.
o Defleksi pertama menggambarkan peristiwa depolarisasi septum
interventrikulare oleh fasikulus septal dari cabang kiri berkas.
o Defleksi kedua dan ketiga menggambarkan depolarisasi ventrikel kiri dan
kanan.
Kondisi normal kompleks QRS:
Kompleks QRS yang normal berdurasi 0,08 hingga
19
Gelombang U
Gelombang U merupakan perpanjangan gelombang T yang menunjukkan
repolarisasi ventrikel dari awal sampai akhir. Gelombang ini kadang ada kadang
tidak. Hanya muncul sewaktu waktu dan tidak memberikan kelainan klinis,
namun bisa terdapat pada keadaan patologis.
Garis EKG
Ada 2 jenis penamaan yaitu:
interval : paling sedikit mencakup satu gelombang ditambah garis lurus
penghubungnya.
segmen : garis lurus yang menghubungkan 2 gelombang.
Interval PR/PQ
Mencerminkan interval, waktu sejak awal gelombang P hingga awal
kompleks QRS, yang turut mencerminkan perjalanan impuls listrik dari nodus
sinoatrium (nodus SA), melalui nodus atrioventrikular (nodus AV), turun ke
berkas His, cabang berkas, dan berkas Purkinje. Fungsi : mengukur waktu dari
permulaan depolarisasi atrium sampai pada mulai depolarisasi ventrikel.
Kondisi normal interval P-R:
Interval P-R normalnya mempunyai durasi 0,12-0,20 dtk atau 120-200
mdtk dan sejajar dengan garis isoelektrik. Garis isoelektrik adalah garis
horizontal pada EKG yang bertindak sebagai garis dasar pengukuran
aktivitas listrik jantung.
Kondisi abnormal interval P-R:
Interval P-R disebut memanjang bila durasinya >0.20 dtk atau 200mdtk.
Interval P-R disebut memendek bila durasinya
20
Segmen ST
Garis lurus dari akhir kompleks QRS dengan bagian awal gelombang T. Fungsi :
mengukur waktu antara akhir depolarisasi ventrikel sampai pada mulainya
repolarisasi ventrikel.
Garis Isoelektrik
Garis lurus yang sejajar dengan segmen PQ dengan segmen ST. Jika Segmen ST
di atas garis isoelektrik disebut ST elevasi, jika di bawah disebut ST depresi.
Interval QT
Meliputi kompleks QRS, segmen ST dan gelombang T yang mempresentasikan
aktivitas ventrikel yang berdurasi 0,35-0,44dtk. Fungsi : mengukur waktu dari
permulaan depolarisasi ventrikel sampai akhir repolarisasi ventrikel.
Interval QU
Meliputi kompleks QRS, segmen ST, gelombang T dan U. Fungsi : mengukur
waktu dari permulaan depolarisasi ventrikel sampai akhir repolarisasi ventrikel
(akhir gelombang U).
Gambar 2.9. Interpretasi EKG Normal
21
2.2.4 Teknik-Teknik Elektrokardiografi
Pada dasarnya ada tiga teknik yang digunakan dalam elektrokardiografi,
yaitu:
a. Standard clinical EKG.
Teknik ini menggunakan 10 elektroda (12 lead) yang ditempatkan pada
titik-titik tubuh tertentu. Teknik ini dipakai untuk menganalisa pasien.
b. Vectorcardiogram.
Teknik ini menggunakan 3 elektroda yang ditempatkan pada titik-titik
tubuh tertentu. Teknik ini menggunakan pemodelan potensial tubuh
sebagai vektor tiga dimensi dengan menggunakan sandapan baku bipolar
(Einthoven). Dari sini akan dihasilkan gambar grafis dari eksistensi
jantung.
c. Monitoring EKG.
Teknik ini menggunakan 1 atau 2 elektroda yang ditempatkan pada titik-
titik tubuh tertentu. Teknik ini digunakan untuk memonitor pasien dalam
jangka panjang.
Gambar 2.10. EKG Normal dengan 12 leads
22
2.2.5 Sistem Lead Monitoring EKG
Sinyal EKG yang dianalisis adalah sinyal yang diambil menggunakan 3
lead sesuai dengan segitiga Einthoven. Pada sistem ini sinyal EKG tiap lead
merupakan beda potensial antar anggota tubuh antara lain :
Lead I : beda potensial antara LA (left arm) dengan RA (right arm)
Lead I dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda
positif dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif.
Lead II : beda potensial antara LL (left leg) dengan RA (right arm)
Lead II dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif
dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif.
Lead III : beda potensial antara LL (left leg) dengan LA (left arm)
Lead III dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif
dan lengan kiri (LA- left arm) elektroda negatif.
Gambar 2.11. Segitiga Einthoven
2.3 Desain EKG Berbantuan Komputer
Karakteristik sinyal dari tubuh manusia berbeda dengan karakteristik
sinyal yang dapat diolah sound card pada PC. Sinyal dari tubuh manusia masih
berupa potensial listrik. Selain itu sinyal ini hanya mempunyai amplitudo
maksimum 3 mV. Amplitudo ini merupakan amplitudo dari gelombang tertinggi
sinyal EKG yaitu gelombang R. Di sisi lain, sound card membutuhkan sinyal
listrik dengan amplitudo maksimum 3 volt. Hal ini merupakan perbedaan yang
paling penting dari karekteristik masing-masing sinyal.
23
Elektroda diperlukan untuk mengubah energi ionis dari sinyal jantung
menjadi energi elektris. Elektroda dapat digunakan melalui dua cara yaitu dengan
cara dimasukan ke tubuh (invasif) dan ditempelkan pada permukaan tubuh (non
invasif). Untuk kenyamanan pasien, maka cara yang sering digunakan adalah cara
non invasif. Elektroda yang digunakan pada cara ini berupa lempengan bahan
logam yang dilapisi larutan elektrolit.
Penguat diperlukan untuk memperbesar amplitudo sinyal. Agar dapat
diolah sound card maka sinyal EKG dari tubuh harus diperkuat sehingga
amplitudo sinyal akan menjadi maksimal 3 volt. Dengan demikian penguatan
yang harus diberikan adalah sebesar 1000 kali.
Ada dua jenis noise yang paling mempengaruhi sinyal EKG yaitu notch
noise dan random noise (berasal dari alat). Notch noise berasal dari sumber AC
dan memiliki frekuensi 50 Hz atau 60 Hz. Hal ini tergantung pada sumber
tegangan yang dipakai. Noise ini tersebar merata diseluruh tubuh. Noise yang
kedua merupakan random noise dengan frekuensi yang tidak terbatas. Untuk
meredam noise diperlukan filter. Filter berfungsi untuk meredam frekuensi yang
tidak diinginkan dan melewatkan frekuensi yang diinginkan.
Sound card merupakan interface yang menghubungkan hardware dengan
software. Sound card berfungsi untuk menghubungkan elektroda, penguat dan
filter dengan PC. Sound card berfungsi sebagai ADC (Analog to Digital
Converter) yang berfungsi untuk mengubah sinyal analog yang berasal dari
elektroda, penguat dan filter menjadi sinyal digital. Pada saat ini sebagian besar
sound card dapat menguantisasi sinyal sebesar 16 bit dan dapat mencuplik sinyal
sampai 44,1 kHz (Rizal et al., n.d)
PC berfungsi untuk mengolah sinyal. Sinyal yang masuk ke sound card
akan diubah menjadi sinyal digital yang direpresentasikan oleh software dalam
bentuk bilangan. Selanjutnya bilangan tersebut akan diolah sehingga dapat
ditampilkan oleh monitor dan dicetak oleh printer.