JanTung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hahaha

Citation preview

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Jantung

    Secara umum fungsi jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dan

    menampungnya kembali setelah dibersihkan oleh organ paru-paru. Hal ini berarti

    bahwa fungsi jantung manusia adalah sebagai alat atau organ pemompa darah

    pada manusia. Pada saat itu jantung menyediakan oksigen darah yang cukup dan

    dialirkan ke seluruh tubuh, serta membersihkan tubuh dari hasil metabolisme

    (karbondioksida). Sehingga untuk melaksanakan fungsi tersebut jantung

    mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan

    selanjutnya memompanya ke paru-paru, dengan cara darah pada jantung

    mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Pada jantung darah yang

    kaya akan oksigen yang berasal dari paru-paru dipompa ke jaringan seluruh tubuh

    manusia.

    Bertambahnya usia seseorang, akan sangat berpengaruh terhadap

    fungsionalitas jantung itu sendiri. Hal ini berarti karena jantung bekerja secara

    terus menerus selama manusia hidup dan akan berpengaruh terhadap kemampuan

    fungsi jantung yang secara berangsur akan mengalami penurunan. Hal ini akan

    semakin drastis penurunan fungsi jantung apabila terdapat keadaan lain yang

    mempengaruhi fungsi jantung itu sendiri. Misalnya terjadi infeksi otot jantung

    atau selaput otot miokarditis atau perikarditis, berkurangnya oksigen karena

    penyempitan pembuluh darah yang menyuplainya sering disebut sebagai penyakit

    jantung koroner, bertambahnya massa otot karena meningkatnya tekanan, dan

    sebagainya.

    Jantung merupakan organ yang mampu memproduksi muatan listrik

    karena tubuh adalah konduktor yang baik, maka impuls yang dihasilkan jantung

    dapat menjalar ke seluruh tubuh, sehingga potensial aksi yang dipancarkan oleh

    jantung dapat diukur dengan galvanometer melalui elektroda-elektroda yang

    diletakkan pada berbagai posisi di permukaan tubuh (Juntak, 2011).

  • 5

    2.1.1 Anatomi Jantung Manusia

    Secara anatomis jantung adalah satu organ, sisi kanan dan kiri jantung

    berfungsi sebagai dua pompa yang terpisah. Jantung terbagi atas separuh kanan

    dan kiri serta memiliki empat ruang, bagian atas kanan dan kiri disebut dengan

    serambi (atrium), sedangkan bagian bawah kanan dan kiri disebut bilik

    (ventrikel).

    Pembuluh yang mengembalikan darah dari jaringan ke atrium disebut

    dengan vena, dan pembuluh yang mengangkut darah menjauhi ventrikel dan

    menuju ke jaringan disebut dengan arteri. Kedua belahan jantung dipisahkan oleh

    septum atau sekat, yaitu suatu partisi otot kontinu yang mencegah percampuran

    darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting karena separuh

    jantung kanan menerima dan memompa darah beroksigen rendah sedangkan sisi

    jantung sebelah kiri memompa darah beroksigen tinggi.

    Jantung berfungsi sebagai pompa ganda. Darah yang kembali dari sirkulasi

    sistemik (dari seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang

    dikenal sebagai vena kava. Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari

    jaringan tubuh, darah ini banyak mengandung CO2 dan sedikit O2 sehingga

    disebut darah kotor. Darah yang kurang akan oksigen tersebut mengalir dari

    atrium kanan melalui katup ke ventrikel kanan, yang memompanya keluar melalui

    arteri pulmonalis ke paru-paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung memompa

    darah yang kekurangan oksigen ke sirkulasi paru. Di dalam paru-paru, darah akan

    kehilangan CO2 dan menyerap O2 segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri

    melalui vena pulmonalis.

    Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian mengalir ke

    dalam ventrikel kiri, bilik pompa yang memompa atau mendorong darah ke semua

    sistem tubuh kecuali paru. Jadi, sisi kiri jantung memompa darah yang kaya akan

    O2 ke dalam sirkulasi sistemik. Arteri besar yang membawa darah menjauhi

    ventrikel kiri adalah aorta. Aorta bercabang menjadi arteri besar dan menyebarkan

    darah ke berbagai jaringan tubuh.

    Sirkulasi sistemik memompa darah ke berbagai organ, yaitu ginjal, otot,

    otak, dan semuanya. Jadi darah yang keluar dari ventrikel kiri tersebar sehingga

    masing-masing bagian tubuh menerima darah segar. Darah yang berasal dari arteri

  • 6

    tidak mengalir dari jaringan ke jaringan. Jaringan akan mengambil O2 dari darah

    dan menggunakannya untuk menghasilkan energi. Dalam prosesnya, sel-sel

    jaringan akan membentuk CO2 sebagai produk buangan atau produk sisa yang

    ditambahkan ke dalam darah. Darah yang sekarang kekurangan O2 dan

    mengandung CO2 berlebih akan kembali ke sisi kanan jantung. Selesailah satu

    siklus dan terus menerus berulang siklus yang sama setiap saat.

    Kedua sisi jantung akan memompa darah dalam jumlah yang sama.

    Volume darah yang beroksigen rendah yang dipompa ke paru oleh sisi jantung

    kanan memiliki volume yang sama dengan darah beroksigen tinggi yang dipompa

    ke jaringan oleh sisi kiri jantung.

    Sirkulasi paru adalah sistem yang memiliki tekanan dan resistensi rendah,

    sedangkan sirkulasi sistemik adalah sistem yang memiliki tekanan dan resistensi

    yang tinggi. Oleh karena itu, walaupun sisi kiri dan kanan jantung memompa

    darah dalam jumlah yang sama, sisi kiri melakukan kerja yang lebih besar karena

    ia memompa volume darah yang sama ke dalam sistem dengan resistensi tinggi.

    Dengan demikian otot jantung di sisi kiri jauh lebih tebal daripada otot di sisi

    kanan sehingga sisi kiri adalah pompa yang lebih kuat.

    Darah mengalir melalui jantung dalam satu arah tetap yaitu dari vena ke

    atrium ke ventrikel ke arteri. Adanya empat katup jantung satu arah memastikan

    darah mengalir satu arah. Katup jantung terletak sedemikian rupa sehingga

    mereka membuka dan menutup secara pasif karena perbedaan gradien tekanan.

    Gradien tekanan ke arah depan mendorong katup terbuka sedangkan gradien

    tekanan ke arah belakang mendorong katup menutup.

    Dua katup jantung yaitu katup atrioventrikel (AV) terletak di antara atrium

    dan ventrikel kanan dan kiri. Katup AV kanan disebut dengan katup trikuspid

    karena memiliki tiga daun katup sedangkan katup AV kiri sering disebut dengan

    katup bikuspid atau katup mitral karena terdiri atas dua daun katup. Katup-katup

    ini mengijinkan darah mengalir dari atrium ke ventrikel selama pengisian

    ventrikel (ketika tekanan atrium lebih rendah dari tekanan ventrikel), namun

    secara alami mencegah aliran darah kembali dari ventrikel ke atrium ketika

    pengosongan ventrikel atau ventrikel sedang memompa.

  • 7

    Dua katup jantung lainnya yaitu katup aorta dan katup pulmonalis terletak

    pada sambungan dimana tempat arteri besar keluar dari ventrikel. Keduanya

    disebut dengan katup semilunaris karena terdiri dari tiga daun katup yang masing-

    masing mirip dengan kantung mirip bulan-separuh. Katup ini akan terbuka setiap

    kali tekanan di ventrikel kanan dan kiri melebihi tekanan di aorta dan arteri

    pulmonalis selama ventrikel berkontraksi dan mengosongkan isinya. Katup ini

    akan tertutup apabila ventrikel melemas dan tekanan ventrikel turun di bawah

    tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Katup yang tertutup mencegah aliran balik

    dari arteri ke ventrikel.

    Gambar 2.1. Jantung dan bagian-bagiannya

    2.1.2 Cara Kerja Jantung

    Jantung bekerja melalui mekanisme secara berulang dan berlangsung terus

    menerus yang juga disebut sebagai sebuah siklus jantung sehingga secara visual

    terlihat atau disebut sebagai denyut jantung. Melalui mekanisme berselang-seling,

    jantung berkonstraksi untuk mengosongkan isi jantung dan melakukan relaksasi

    guna pengisian darah. Secara siklus, jantung melakukan sebuah periode sistol

    yaitu periode saat berkontraksi dan mengosongkan isinya (darah), dan periode

  • 8

    diastol yaitu periode yang melakukan relaksasi dan pengisian darah pada jantung.

    Kedua serambi (atrium) mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan

    kedua bilik (ventrikel) juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan pula

    untuk melakukan mekanisme tersebut.

    Sel otot jantung melakukan kontraksi dengan tujuan untuk memompa

    darah yang dicetuskan oleh sebuah potensial aksi dan menyebar melalui membran

    sel otot. Ketika melakukan kontraksi, jantung menjadi berdenyut secara

    berirama, hal ini akibat dari adanya potensial aksi yang ditimbulkan oleh

    kegiatan diri jantung itu sendiri. Kejadian tersebut diakibatkan karena jantung

    memiliki sebuah mekanisme untuk mengalirkan listrik yang ditimbulkannya

    sendiri untuk melakukan kontraksi atau memompa dan melakukan relaksasi.

    Mekanisme aliran listrik yang menimbulkan aksi tersebut dipengaruhi oleh

    beberapa jenis elektrolit seperti K+, Na+, dan Ca++. Sehingga apabila didalam

    tubuh terjadi gangguan pada kadar elektrolit tersebut maka akan menimbulkan

    gangguan pula pada mekanisme aliran listrik pada jantung manusia.

    Otot jantung menghasilkan arus listrik dan disebarkan ke jaringan sekitar

    jantung dan dihantarkan melalui cairan-cairan yang dikandung oleh tubuh.

    Sehingga sebagian kecil aktivitas listrik ini mencapai hingga ke permukaan tubuh

    misalnya pada permukaan dada, punggung atau pada pergelangan atas tangan, dan

    hal ini dapat dideteksi atau direkam dengan menggunakan alat khusus yang

    disebut dengan Elektrokardiogram (EKG). Jadi fungsi EKG adalah merekam

    aktifitas listrik di cairan tubuh yang dirangsang oleh aliran listrik jantung yang

    muncul hingga mencapai permukaan tubuh. Berbagai komponen pada rekaman

    EKG dapat dikorelasikan dengan berbagai proses spesifik di jantung. EKG dapat

    digunakan untuk mendiagnosis kecepatan denyut jantung yang abnormal,

    gangguan irama jantung, serta kerusakan otot jantung. Hal ini disebabkan oleh

    karena adanya aktivitas listrik yang dapat memicu aktivitas secara mekanis,

    sehingga apabila terjadi kelainan pola listrik, maka biasanya juga akan disertai

    adanya kelainan mekanis atau otot jantung manusia (Ajimedia, 2011).

  • 9

    2.1.3 Listrik dan Jantung

    Perjalanan aliran listrik pada jantung adalah sebagai berikut :

    Impuls listrik meninggalkan Sinoatrium Node (SA) menuju atrium kanan

    dan kiri. hingga kedua atrium bisa berkontraksi dalam waktu yang sama. Proses

    ini memakan waktu 0,4 detik. Pada saat atrium kanan dan kiri berkontraksi,

    ventrikel akan terisi darah kemudian kembali mengalir ke Atrioventricular Node

    (AV node) yang kemudian disebarkan ke kumpulan serabut yang berada disebalah

    kanan dan kiri jantung sampai ke serat Purkinje yang berada di ventrikel kanan

    dan kiri jantung hingga membuat kedua ventrikel berkontraksi bersamaan.

    Seluruh jaringan listrik pada jantung mampu menghasilkan impuls listrik.

    Namun SA node memiliki kemampuan yang paling besar. Apabila SA node gagal

    untuk menghasilkan impuls, maka fungsinya bisa saja digantikan oleh jaringan

    lainnya, meskipun impulsnya cenderung lebih rendah. Pencetus listrik pada

    jantung memang mampu mengakomodir kebutuhan jantung untuk mampu

    berkontraksi terus dalam rentang waktu yang panjang. Terdapat serabut saraf yang

    mampu mengubah arus listrik yang dihasilkan serta membuat perubahan pada

    kekuatan kontraksi jantung. Saraf yang dimaksud adalah bagian dari susunan saraf

    otonom. Susunan saraf otonom sendiri terdiri dari 2 bagian : sistem saraf simpatik

    dan sistem saraf parasimpatik.

    Dalam keadaan istirahat, sel jantung berada dalam keadaan terpolarisasi

    secara elektris, yaitu bagian dalamnya bermuatan lebih negatif dibandingkan

    bagian luarnya. Polaritas listrik ini dijaga oleh pompa membran yang menjamin

    agar ion-ion terutama kalium, natrium klorida, dan kalsium untuk

    mempertahankan bagian dalam sel supaya tetap bersifat negatif. Sel jantung dapat

    kehilangan negativitas internalnya dalam suatu proses yang dinamakan

    depolarisasi. Depolarisasi ini merupakan kejadian yang penting pada jantung.

    Depolarisasi berjalan dari satu sel ke sel lain sehingga menghasilkan gelombang

    depolarisasi yang dapat berjalan ke seluruh bagian jantung.

    Gelombang depolarisasi ini menggambarkan aliran listrik yakni arus listrik

    yang dapat dideteksi dengan elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan

    tubuh. Sesudah depolarisasi selesai, sel jantung mampu memulihkan polaritas

    istirahatnya melalui sebuah proses yang dinamakan repolarisasi. Proses ini dapat

  • 10

    direkam dengan elektroda-elektroda perekam. Seluruh gelombang yang terdapat

    pada EKG itu merupakan manifestasi kedua proses dari depolarisasi dan

    repolarisasi.

    2.1.3.1 Pembentukan Gelombang Depolarisai dan Repolarisasi

    Elektroda adalah alat yang dapat merekam hasil aktivitas listrik dalam

    jantung. Elektroda hanya dapat ditempatkan pada tempat tertentu pada

    permukaan tubuh. Jika hal ini dilakukan, akan segera mendapatkan hasil

    bahwa gelombang-gelombang yang direkam oleh elektroda positif pada lengan

    kiri akan tampak berbeda dengan gelombang-gelombang yang direkam oleh

    elektroda positif pada lengan kanan, begitu pula bila pemasangan elektroda positif

    pada tungkai. Hal tersebut dapat terjadi karena gelombang depolarisasi bergerak

    mendekati elektroda positif menghasilkan defleksi (lonjakan) positif pada

    EKG. Gelombang depolarisasi yang bergerak menjauhi elektroda positif

    akan menghasilkan defleksi atau lonjakan negatif.

    Gambar 2.2. (A) Gelombang depolarisasi bergerak mendekati elektroda

    positif menghasilkan defleksi positif.

    (B) Gelombang depolarisasi bergerak menjauhi elektroda

    positif menghasilkan defleksi negatif.

    elektroda

    positif

    depolarisasi

    depolarisasi

  • 11

    Apabila elektroda positif EKG ditempatkan dipertengahan sel, pada

    mulanya ketika gelombang mendekati elektroda, EKG merekam defleksi positif

    (Gambar 2.3 (A)). Kemudian, tepat pada saat gelombang tersebut mencapai

    elektroda, muatan positif dan negatif menjadi seimbang dan pada dasarnya akan

    menetralkan satu sama lain. Gambaran EKG kembali ke garis dasar (Gambar2.3

    (B)). Ketika gelombang depolarisasi bergerak menjauh, tampak gambaran berupa

    defleksi negatif (Gambar 2.3 (C)). Gambaran EKG akhirnya kembali lagi ke garis

    dasar ketika seluruh otot telah terdepolarisasi (Gambar 2.3 (D)).

  • 12

    Gambar 2.2. (A) Pada saat depolarisasi mulai, pada EKG timbul defleksi positif.

    (B) Muka gelombang mencapai elektroda. Muatan positif dan

    negatif seimbang, dan gambaran EKG nya akan kembali ke

    garis dasar.

    (C) Gelombang depolarisasi mulai menyurut dari elektroda,

    sehingga menghasilkan defleksi negatif.

    (D) Sel telah benar-benar terdepolarisasi dan rekaman EKG nya

    sekali lagi kembali ke garis dasar.

    Gambaran lengkap gelombang depolarisasi yang bergerak tegak lurus

    terhadap sebuah elektroda positif dinamakan gelombang bifasik. Pengaruh

    repolarisasi pada EKG sama dengan pengaruh depolarisasi, tetapi muatannya

    terbalik. Gelombang repolarisasi yang bergerak mendekati elektroda positif

    menghasilkan defleksi negatif pada EKG. Gelombang repolarisasi yang bergerak

    menjauhi elektroda positif akan menghasilkan defleksi positif pada EKG. Sama

    halnya dengan depolarisasi gelombang yang tegak lurus menghasilkan gelombang

    bifasik akan tetapi pada gelombang ini defleksi negatif mendahului defleksi

    positif (Gambar 2.4).

    Elektroda yang ditempatkan pada permukaan tubuh akan merekam

    gelombang depolarisasi dan repolarisasi sewaktu kedua peristiwa ini menjalar di

    seluruh jantung. Bila gelombang depolarisasi yang menjalar di jantung itu

    bergerak menuju ke arah sebuah elektroda di permukaan, elektroda itu akan

    merekam defleksi positif (elektroda A). Bila gelombang depolarisasi itu bergerak

    menjauhi elektroda, elektroda itu akan merekam defleksi negatif (elektroda B).

    Bila gelombang depolarisasi itu bergerak tegak lurus terhadap elektroda, elektroda

    itu akan merekam gelombang bifasik (elektroda C). Efek repolarisasi tepat

    berlawanan dengan efek depolarisasi (Thaler, 2000).

  • 13

    Gambar 2.4. Sebuah gelombang repolarisasi yang bergerak melalui jaringan otot

    direkam dengan tiga buah elektroda positif. (A) Repolarisasi awal.

    (B) Repolarisasi akhir. (C) Repolarisasi selesai.

    Gambar 2.5. Sebuah gelombang depolarisasi yang bergerak di jantung (lihat panah).

    Elektroda A akan merekam defleksi positif, elektroda B merekam

    defleksi negatif, dan elektroda C merekam gelombang bifasik.

  • 14

    2.2 Teori EKG

    Elektrokardiografi merupakan salah satu alat yang digunakan dalam

    pemeriksaan jantung. Hasil pengamatan elektrokardiografi berupa grafik

    Elektrokardiogram yang memberikan informasi mengenai ukuran, bentuk,

    kapasitas, dan kelainan yang terjadi pada jantung. Informasi tersebut tidak dapat

    langsung dibaca oleh orang awam. Elektrokardiogram menghasilkan citra grafik

    dan pernyataan tentang normal atau abnormalnya kondisi jantung (Saparudin &

    Edvin, 2010).

    Secara harfiah didefinisikan : elektro berkaitan dengan elektronika, dan

    kardio berasal dari bahasa Yunani yang artinya jantung, kemudian gram

    berarti tulis / menulis, dan grafi berarti alat. Elektrokardiogram ini merupakan

    rekaman informasi kondisi jantung yang diambil dengan elektrokardiograf yang

    ditampilkan melalui monitor atau dicetak pada kertas. Rekaman EKG ini

    digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kondisi jantung dari pasien.

    2.2.1 Sejarah EKG

    Pada tahun 1872 di St. Bartholomews Hospital seorang mahasiswa

    bernama Alexander Muirhead menghubungkan kabel ke pergelangan tangan

    pasien yang sakit untuk memperoleh rekaman detak jantung pasien. Aktivitas ini

    direkam secara langsung dan divisualisasikan menggunakan elektrometer kapiler

    Lippmann oleh seorang fisiolog Britania bernama John Burdon Sanderson.

    Gebrakan bermula saat seorang dokter Belanda kelahiran Hindia Belanda

    (kini Indonesia) bernama Willem Einthoven, yang bekerja di Leiden, Belanda,

    menggunakan galvanometer senar yang ditemukannya pada tahun 1901, yang

    lebih sensitif daripada elektrometer kapiler yang digunakan Waller. Einthoven

    menuliskan huruf P, Q, R, S dan T ke sejumlah defleksi, dan menjelaskan sifat-

    sifat elektrokardiografi sejumlah gangguan kardiovaskuler. Pada tahun 1924, ia

    dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran untuk

    penemuannya.

    Meski prinsip dasar masa itu masih digunakan sekarang, sudah banyak

    kemajuan dalam elektrokardiografi selama bertahun-tahun. Sebagai contoh,

    peralatannya telah berkembang dari alat laboratorium yang susah dipakai ke

  • 15

    sistem elektronik padat yang sering digunakan termasuk interpretasi

    Elektrokardiogram (EKG) yang dikomputerisasikan.

    Gambar 2.6. Elektrokardiografi (EKG)

    2.2.2 Prinsip Kerja EKG

    Elektrokardiografi bekerja dengan prinsip mengukur perbedaan potensial

    listrik. Tubuh manusia menghasilkan listrik walaupun dengan jumlah yang sangat

    kecil. Apabila ada listrik, maka pasti ada perbedaan potensial atau tegangan

    listrik. Tegangan listrik ini dapat menggambarkan atau mengilustrasikan keadaan

    denyut jantung manusia.

    Gambar 2.7. Sinyal listrik yang dihasilkan aktivitas kelistrikan

  • 16

    Cara merekam denyut jantung menggunakan EKG tidaklah sembarang.

    Sensor atau dalam hal ini elektroda, harus diletakkan pada tempat-tempat tertentu.

    Biasanya ditempatkan pada lengan tangan dan kaki. Karena pada bagian-bagian

    tersebutlah pulsa tegangan menggambarkan kerja denyut jantung mendekati

    keadaan sebenarnya.

    2.2.3 Gelombang EKG Normal

    Sinyal bioelektrik adalah sinyal elektrik yang dihasilkan oleh tubuh.

    Dengan adanya aktivitas tubuh baik secara periodik maupun non periodik, yang

    membangkitkan sinyal elektrik dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Salah

    satu alat untuk mengukur bioelektrik tubuh adalah elektrokardiografi (EKG)

    (Ahmad et al., n.d).

    Sinyal EKG adalah sinyal listrik yang dihasilkan oleh aktifitas kelistrikan

    jantung. Kelainan dari fungsi jantung seseorang dapat dilihat dari rekaman sinyal

    EKG ini. Seorang ahli jantung menilai rekaman sinyal EKG dari bentuk

    gelombang, durasi, orientasi sinyal, dan irama sinyal (Rizal & Suryani, 2008).

    Sebuah sinyal yang didapat dari EKG normal adalah seperti pada

    gambar2.8.

    Gambar 2.8. Gelombang EKG Normal

  • 17

    Sinyal EKG terdiri dari 4 jenis:

    Gelombang P

    Gelombang P merupakan rekaman depolarisasi di miokardium atrium

    sejak dari awal sampai akhir. Oleh karena SA (sinoatrium) node terletak di atrium

    kanan, otomatis atrium kanan lebih dulu terdepolarisasi daripada atrium kiri.

    Sehingga bagian gelombang P pertama menunjukkan depolarisasi atrium kanan,

    dan bagian yang kedua menunjukkan depolarisasi atrium kiri.

    Kondisi normal pada gelombang P:

    Mempunyai amplitudo kurang dari 0,3 mV.

    Durasi gelombang P (diukur sejak permulaan gelombang P hingga akhir

    gelombang P) normalny sekitar 0,08-0,11 dtk atatu 80-110 mdtk.

    Gelombang P normalnya monofasik dan ukuran maupun bentuknya

    seragam.

    Gelombang P mendahului kompleks QRS, yang berarti satu gelombang P

    harus diikuti oleh satu kompleks QRS.

    Kondisi abnormal pada gelombang P:

    Tidak ada gelombang P pada EKG.

    Gelombang P tidak mendahului setiap kompleks QRS.

    Gelombang P tidak mencerminkan kontraksi atrium

    Bentuk dan ukuran gelombang P berbeda dengan gelombang P sinus

    normal

    Kompleks QRS

    Kompleks QRS mencerminkan kontraksi vertikel setelah serat Purkinje

    mentransmisikan impuls listrik. Kompleks QRS dihitung sejak permulaan Q

    hingga akhir S. Amplitudo kompleks QRS jauh lebih besar dari gelombang P,

    sebab ventrikel jauh lebih besar daripada atrium.

    Bagian-bagian kompleks QRS :

    Penamaannya:

    o Jika defleksi (letupan) pertama ke bawah, disebut gelombang Q,

    Gelombang Q mempunyai amplitudo sebesar minus 25% dari amplituda

    gekombang R.

  • 18

    o Jika defleksi pertama ke atas, disebut gelombang R,

    Gelombang R mempunyai amplitudo maksimum 3 mV.

    o Jika ada defleksi ke atas kedua, disebut gelombang R (R-pelengkap = R-

    prime)

    o Defleksi ke bawah pertama setelah defleksi ke atas, disebut gelombang S,

    Gelombang S merupakan defleksi negatif sesudah gelombang R.

    Arti penamaan:

    Kompleks QRS biasanya digambarkan dalam EKG sebanyak 3 defleksi, namun

    ada juga yang 2 defleksi saja.

    o Defleksi pertama menggambarkan peristiwa depolarisasi septum

    interventrikulare oleh fasikulus septal dari cabang kiri berkas.

    o Defleksi kedua dan ketiga menggambarkan depolarisasi ventrikel kiri dan

    kanan.

    Kondisi normal kompleks QRS:

    Kompleks QRS yang normal berdurasi 0,08 hingga

  • 19

    Gelombang U

    Gelombang U merupakan perpanjangan gelombang T yang menunjukkan

    repolarisasi ventrikel dari awal sampai akhir. Gelombang ini kadang ada kadang

    tidak. Hanya muncul sewaktu waktu dan tidak memberikan kelainan klinis,

    namun bisa terdapat pada keadaan patologis.

    Garis EKG

    Ada 2 jenis penamaan yaitu:

    interval : paling sedikit mencakup satu gelombang ditambah garis lurus

    penghubungnya.

    segmen : garis lurus yang menghubungkan 2 gelombang.

    Interval PR/PQ

    Mencerminkan interval, waktu sejak awal gelombang P hingga awal

    kompleks QRS, yang turut mencerminkan perjalanan impuls listrik dari nodus

    sinoatrium (nodus SA), melalui nodus atrioventrikular (nodus AV), turun ke

    berkas His, cabang berkas, dan berkas Purkinje. Fungsi : mengukur waktu dari

    permulaan depolarisasi atrium sampai pada mulai depolarisasi ventrikel.

    Kondisi normal interval P-R:

    Interval P-R normalnya mempunyai durasi 0,12-0,20 dtk atau 120-200

    mdtk dan sejajar dengan garis isoelektrik. Garis isoelektrik adalah garis

    horizontal pada EKG yang bertindak sebagai garis dasar pengukuran

    aktivitas listrik jantung.

    Kondisi abnormal interval P-R:

    Interval P-R disebut memanjang bila durasinya >0.20 dtk atau 200mdtk.

    Interval P-R disebut memendek bila durasinya

  • 20

    Segmen ST

    Garis lurus dari akhir kompleks QRS dengan bagian awal gelombang T. Fungsi :

    mengukur waktu antara akhir depolarisasi ventrikel sampai pada mulainya

    repolarisasi ventrikel.

    Garis Isoelektrik

    Garis lurus yang sejajar dengan segmen PQ dengan segmen ST. Jika Segmen ST

    di atas garis isoelektrik disebut ST elevasi, jika di bawah disebut ST depresi.

    Interval QT

    Meliputi kompleks QRS, segmen ST dan gelombang T yang mempresentasikan

    aktivitas ventrikel yang berdurasi 0,35-0,44dtk. Fungsi : mengukur waktu dari

    permulaan depolarisasi ventrikel sampai akhir repolarisasi ventrikel.

    Interval QU

    Meliputi kompleks QRS, segmen ST, gelombang T dan U. Fungsi : mengukur

    waktu dari permulaan depolarisasi ventrikel sampai akhir repolarisasi ventrikel

    (akhir gelombang U).

    Gambar 2.9. Interpretasi EKG Normal

  • 21

    2.2.4 Teknik-Teknik Elektrokardiografi

    Pada dasarnya ada tiga teknik yang digunakan dalam elektrokardiografi,

    yaitu:

    a. Standard clinical EKG.

    Teknik ini menggunakan 10 elektroda (12 lead) yang ditempatkan pada

    titik-titik tubuh tertentu. Teknik ini dipakai untuk menganalisa pasien.

    b. Vectorcardiogram.

    Teknik ini menggunakan 3 elektroda yang ditempatkan pada titik-titik

    tubuh tertentu. Teknik ini menggunakan pemodelan potensial tubuh

    sebagai vektor tiga dimensi dengan menggunakan sandapan baku bipolar

    (Einthoven). Dari sini akan dihasilkan gambar grafis dari eksistensi

    jantung.

    c. Monitoring EKG.

    Teknik ini menggunakan 1 atau 2 elektroda yang ditempatkan pada titik-

    titik tubuh tertentu. Teknik ini digunakan untuk memonitor pasien dalam

    jangka panjang.

    Gambar 2.10. EKG Normal dengan 12 leads

  • 22

    2.2.5 Sistem Lead Monitoring EKG

    Sinyal EKG yang dianalisis adalah sinyal yang diambil menggunakan 3

    lead sesuai dengan segitiga Einthoven. Pada sistem ini sinyal EKG tiap lead

    merupakan beda potensial antar anggota tubuh antara lain :

    Lead I : beda potensial antara LA (left arm) dengan RA (right arm)

    Lead I dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda

    positif dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif.

    Lead II : beda potensial antara LL (left leg) dengan RA (right arm)

    Lead II dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif

    dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif.

    Lead III : beda potensial antara LL (left leg) dengan LA (left arm)

    Lead III dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif

    dan lengan kiri (LA- left arm) elektroda negatif.

    Gambar 2.11. Segitiga Einthoven

    2.3 Desain EKG Berbantuan Komputer

    Karakteristik sinyal dari tubuh manusia berbeda dengan karakteristik

    sinyal yang dapat diolah sound card pada PC. Sinyal dari tubuh manusia masih

    berupa potensial listrik. Selain itu sinyal ini hanya mempunyai amplitudo

    maksimum 3 mV. Amplitudo ini merupakan amplitudo dari gelombang tertinggi

    sinyal EKG yaitu gelombang R. Di sisi lain, sound card membutuhkan sinyal

    listrik dengan amplitudo maksimum 3 volt. Hal ini merupakan perbedaan yang

    paling penting dari karekteristik masing-masing sinyal.

  • 23

    Elektroda diperlukan untuk mengubah energi ionis dari sinyal jantung

    menjadi energi elektris. Elektroda dapat digunakan melalui dua cara yaitu dengan

    cara dimasukan ke tubuh (invasif) dan ditempelkan pada permukaan tubuh (non

    invasif). Untuk kenyamanan pasien, maka cara yang sering digunakan adalah cara

    non invasif. Elektroda yang digunakan pada cara ini berupa lempengan bahan

    logam yang dilapisi larutan elektrolit.

    Penguat diperlukan untuk memperbesar amplitudo sinyal. Agar dapat

    diolah sound card maka sinyal EKG dari tubuh harus diperkuat sehingga

    amplitudo sinyal akan menjadi maksimal 3 volt. Dengan demikian penguatan

    yang harus diberikan adalah sebesar 1000 kali.

    Ada dua jenis noise yang paling mempengaruhi sinyal EKG yaitu notch

    noise dan random noise (berasal dari alat). Notch noise berasal dari sumber AC

    dan memiliki frekuensi 50 Hz atau 60 Hz. Hal ini tergantung pada sumber

    tegangan yang dipakai. Noise ini tersebar merata diseluruh tubuh. Noise yang

    kedua merupakan random noise dengan frekuensi yang tidak terbatas. Untuk

    meredam noise diperlukan filter. Filter berfungsi untuk meredam frekuensi yang

    tidak diinginkan dan melewatkan frekuensi yang diinginkan.

    Sound card merupakan interface yang menghubungkan hardware dengan

    software. Sound card berfungsi untuk menghubungkan elektroda, penguat dan

    filter dengan PC. Sound card berfungsi sebagai ADC (Analog to Digital

    Converter) yang berfungsi untuk mengubah sinyal analog yang berasal dari

    elektroda, penguat dan filter menjadi sinyal digital. Pada saat ini sebagian besar

    sound card dapat menguantisasi sinyal sebesar 16 bit dan dapat mencuplik sinyal

    sampai 44,1 kHz (Rizal et al., n.d)

    PC berfungsi untuk mengolah sinyal. Sinyal yang masuk ke sound card

    akan diubah menjadi sinyal digital yang direpresentasikan oleh software dalam

    bentuk bilangan. Selanjutnya bilangan tersebut akan diolah sehingga dapat

    ditampilkan oleh monitor dan dicetak oleh printer.