Upload
cameron-mckay
View
66
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
JARINGAN KERJA. ANALISA WAKTU. 31 SPA ( Saat Paling Awal ). 32 SPL ( Saat Paling Lambat ). 33 Umur Perkiraan Proyek. 34 Lintasan Kritis. 35 Tenggang Waktu Kegiatan. 36 Keterlambatan Kegiatan. 37 Umur Proyek. III. ANALISA WAKTU. S P A. 31. (Saat Paling Awal). - PowerPoint PPT Presentation
Citation preview
ANALISA WAKTU31 SPA (Saat Paling Awal)32 SPL (Saat Paling Lambat)
34 Lintasan Kritis
35 Tenggang Waktu Kegiatan
37 Umur Proyek
36 Keterlambatan Kegiatan
33 Umur Perkiraan Proyek
III
31
(Saat Paling Awal)
waktu terjadi suatu kejadian paling awaldalam suatu kegiatan
(tidak mungkin terjadi sebelumnya)
Manfaat : untuk mengetahui waktu kejadian paling awal SPAi dilaksanakan suatu kegiatan
yang keluar dari kejadian ybs
S P A
11 Persyaratan
* Tersedia “diagram JK” yang tepatbila jumlah kegiatan & logika ketergantungan
kegiatan tepat, jumlah kejadian & jumlah dummy cukup
* No. kejadian awal diberi no.1 & no. kejadian akhir diberi no. terbesar; & sama banyaknya dengan dengan jumlah kejadianuntuk nomor2 kejadian lainnya diatur sedemi-kian rupa sehingga no. kejadian awal selalu lebih kecil daripada no. kejadian akhir untuk suatu kegiatan atau dummy
1
* Perkiraan lama kegiatan ditetapkan waktunya dalam diagram
Rancangan diagram suatu proyek
7
2
65
43 8 9
12 Rumusan
# Bila hanya sebuah kegiatan (X) menuju ke sebh kejadian (SPAj) dengan lama kegiatan
(L) tertentu
SPAj = SPAi + L
# Bila lebih dari 1 kegiatan (Xn) menuju ke sebh
kejadian (SPAj) dengan lama kegiatan (Ln)
tertentu
X
L
SPAii
SPAjj
13 Perhitungan SPA
Cara menentukan SPA tiap kejadian sbb :# hitung SPA tiap kejadian mulai no.1 sampai
dengan no. terbesar
# saat paling awal untuk kejadian no.1 sama
dengan nol (SPA1 = 0)
# hitung mulai paling awal (MPA) kejadian no.2, 3 dst dengan menggunakan salah satu dari 2 rumusan & dummy yang menunjukkan kejadian ybs
Uraian perhitungan SPA
Kejadian no.1
SPA1 = 0
Kejadian no.2
(hanya ada 1 kegiatan yang menuju ke kejadian no.2)
SPA2 = SPA1 + LA
= 0 + 6 = 6
Kejadian no.3
(hanya ada 1 kegiatan yang menuju ke kejadian no.3)
SPA3 = SPA2 + LB
= 6 + 4 = 10
Kejadian no.5
(hanya ada 1 kegiatan yang menuju ke kejadian no.5)
SPA5 = SPA2 + LD
= 6 + 7 = 13
Kejadian no.4
(hanya ada 1 kegiatan yang menuju ke kejadian no.4)
SPA4 = SPA3 + LC
= 10 + 7 = 17
Kejadian no.6
(ada 2 kegiatan yang menuju ke kejadian no.6)
SPA6a = SPA5 + LE = 13 + 5 =
18SPA6b = SPA5 + LE = 17 + 4 =
21
SPA6 = 21
(TERBESAR)
Kejadian no.7
(ada 2 kegiatan & 1 dummy yang menuju ke kejadian no.7)
SPA7a = SPA4 + dummy
= 17 + 0 = 17SPA7b = SPA3 + LG
= 10 + 10 = 20SPA7c = SPA1 + LH
= 0 + 14 = 14
SPA7 = 20
(TERBESAR)
Kejadian no.8
(hanya ada 1 kegiatan yang menuju ke kejadian no.8)
SPA8 = SPA7 + LI
= 20 + 3 = 23
Kejadian no.9
(ada 2 kegiatan yang menuju ke kejadian no.9)
SPA9a = SPA6 + LJ
= 21 + 9 = 30SPA9b = SPA8 + LK
= 23 + 5 = 28
SPA9 = 30
(TERBESAR)
1
7
2
65
43 8 9
A B C
D E
F
G
H
I
J
K0 6 10
17
23
13
21
30
20
6 4 7
7
4
59
5
30
14
10
18
21
30
28
17
20
14
Kejadian akhir pada no.9, berarti pula merup. kejadian akhir seluruh proyek. Jadi waktu paling awal kejadian no.9 adalah juga waktu paling awal proyek mungkin dapat selesai.
32
(Saat Paling Lambat)
waktu paling lambat suatu kejadian boleh terjadi
(tidak boleh terjadi sesudahnya) sehingga proyek
dapat diselesaikan sesuai dengan rencana
Manfaat : untuk mengetahui saat selesai paling lambat semua kegiatan agar proyek masih dapat sekesai sesuai dengan waktu yang direncanakan
S P L
21 Persyaratan
22 Rumusan
* Dapat menentukan waktu paling lambat semua kejadian dalam “diagram JK”
# Bila hanya sebuah kegiatan (X) keluar dari sebuah kejadian (SPLi) dengan lama kegiatan
(L) tertentu
SPLj = SPLi - L
X
Li j
SPLi SPLj
# Bila lebih dari 1 kegiatan (Xn) keluar dari sebuah kejadian (SPLi) dengan lama kegiatan (Ln) tertentu
SPLi = SPLjn - Ln
X1
X2
Xn
L1
L2
Ln
SPLii
SPLi1j1
SPLi2j2
SPLinjn
23 Perhitungan SPL
Cara menentukan SPL tiap kejadian sbb :# hitung saat selesai paling lambat (SPL) mulai
no. terbesar, kemudian mundur berturut-turut sampai pada kejadian no.1
# selesai paling lambat kejadian no.terbesar sama dengan saat selesai paling awal kejadian no. terbesar
# hitung saat selesai paling lambat kejadian no. terbesar, ……. , 2, 1 dengan mengguna-kan salah satu dari 2 rumusan yang sesuai dengan banyaknya kegiatan & dummy yang keluar dari kejadian ybs
1
7
2
65
43 8 9
A B C
D E
F
G
H
I
J
K0 6 10
17
23
13
21
30
20
6 4 7
7
4
59
5
30
14
10
3025
22
21
17
1722
1012
10
16
60
96
08
Uraian perhitungan SPL
Kejadian no.9
SPL9 = SPA9 = 30
Kejadian no.8
(hanya ada 1 kegiatan yang keluar menuju kejadian no.8)
SPL8 = SPL9 - LK
= 30 - 5 = 25
Kejadian no.7
(hanya ada 1 kegiatan yang keluar menuju kejadian no.7)
SPL7 = SPL8 - LI
= 25 - 3 = 22
Kejadian no.6
(hanya ada 1 kegiatan yang keluar menuju kejadian no.6)
SPL6 = SPL9 - LJ
= 30 - 9 = 21
Kejadian no.5
(hanya ada 1 kegiatan yang keluar dari kejadian no.5)
SPL5 = SPL6 - LE
= 21 - 5 = 16
Kejadian no.4
(ada 1 kegiatan & 1 dummy yang keluar dari kejadian no.4)
SPL4a = SPL6 - LF
= 21 - 4 = 17SPL4b = SPL7 -
dummy = 22 - 0 = 22
SPL4 = 17
(TERKECIL)
Kejadian no.3
(ada 2 kegiatan yang keluar menuju ke kejadian no.3)
SPL3a = SPL4 - LC
= 17 - 7 = 10SPL3b = SPL7 - LG
= 22 - 10 = 12
SPL3 = 10
(TERKECIL)
Kejadian no.2
(ada 2 kegiatan yang keluar menuju ke kejadian no.2)
SPL2a = SPL5 - LD
= 16 - 7 = 9SPL2b = SPL3 - LB
= 10 - 4 = 6
SPL2 = 6
(TERKECIL)
Kejadian no.1
(ada 2 kegiatan yang keluar menuju ke kejadian no.1)
SPL1a = SPL2 - LA
= 6 - 6 = 0SPL1b = SPL7 - LH
= 22 - 14 = 8
SPL1 = 0
(TERKECIL)
33
Penentu umur proyek
# saat mulai paling awal (MPA) melaksanakan suatu kegiatan yaitu SPA kejadian awal
# saat selesai paling awal suatu kegiatan (SPA) pada kejadian paling akhir
UmPPro = jumlah lama kegiatan dalam satu lintasan pelaksanaan proyek
UMUR PERKIRAAN PROYEK
34
LK : lintasan yang terdiri dari kejadian2 kritis, kegiatan2 kritis & dummy
sehingga setiap saat dapat ditentukan tingkat prioritas kebijakan selama pelaksanaan proyek terhadap kegiatan2 kritis dan yang hampir kritis
LINTASAN KRITIS
untuk mengetahui dengan cepat tentang kejadian2 dan kegiatan2 yang tingkat kepekaannya paling tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan proyek
Manfaat :
41 Kejadian kritis
Kejadian yang tidak mempunyai tenggang waktu
SPA = SPL
1
7
2
65
43 8 9
A B C
D E
F
G
H
I
J
K0 6 10
17
23
13
21
30
20
6 4 7
7
4
59
5
30
14
10
3025
22
21
17
10
16
60
Kegiatan kritis = SPL - SPA = 0
* Kejadian no.1 SPA1 = SPL1 = 0
* Kejadian no.2 SPA2 = SPL2 = 6
* Kejadian no.3 SPA3 = SPL3 = 10
* Kejadian no.4 SPA4 = SPL4 = 17
* Kejadian no.5 SPA5 SPL5 [13 16]
* Kejadian no.6 SPA6 = SPL6 = 21
* Kejadian no.7 SPA7 SPL7 [20 22]
* Kejadian no.8 SPA8 SPL8 [23 25]
* Kejadian no.9 SPA9 = SPL9 = 30
Kejadian kritis yaitu kejadian no. 1, 2, 3, 4, 6 dan 9.
( K1, K2, K3, K4, K6 & K9 )
42 Kegiatan kritis
Kegiatan yang sangat peka terhadap keterlambatan
Bila sebuah kegiatan kritis terlambat selama 1 hari, maka menyebabkan penyelesaian proyek menjadi terlambat 1 hari; meskipun kegiatan laonnya tidak mengelami keterlambatan
Sifat kegiatan kritis (terjadinya) : kegiatan tsb harus dimulai pada satu saat (tidak ada MPA & MPL) dan harus selesai pada satu saat (tidak ada SPA & SPL)
Berarti : SPAi = SPLi
SPAj = SPLj
Jadi kegiatan kritis harus mulai pada 1 saat awal saja; harus selesai pada 1 saat akhir & tidak ada alternatif lainnya
Rumusannya : SPAj = SPAi + L SPLj = SPLi + L
1
7
2
65
43 8 9
A B C
D E
F
G
H
I
J
K0 6 10
17
23
13
21
30
20
6 4 7
7
4
59
5
30
14
10
3025
22
21
17
10
16
60
Uraian Kegiatan Kritis Kegiatan A
# Kejadian awal kegiatan A (kejadian no.1) adalah kejadian kritis
SPA1 = SPL1 = 0
# Kejadian akhir kegiatan A (kejadian no.2) adalah kejadian kritis
SPA2 = SPL2 = 6
# Rumusannya
SPA2 = SPA1 + LA
6 = 0 + 6SPL2 = SPL1 + LA
6 = 0 + 6
Kegiatan B
# Kejadian awal kegiatan B (kejadian no.2) adalah kejadian kritis
SPA2 = SPL2 = 0
# Kejadian akhir kegiatan B (kejadian no.3) adalah kejadian kritis
SPA3 = SPL3 = 10
# Rumusannya
SPA3 = SPA2 + LB
10 = 6 + 4SPL3 = SPL2 + LB
10 = 6 + 4
Kegiatan C
# Kejadian awal kegiatan C (kejadian no.3) adalah kejadian kritis
SPA3 = SPL3 = 10
# Kejadian akhir kegiatan C (kejadian no.4) adalah kejadian kritis
SPA4 = SPL4 = 17
# Rumusannya
SPA4 = SPA3 + LC
17 = 10 + 7SPL4 = SPL3 + LC
17 = 10 + 7
# Kejadian awal kegiatan D (kejadian no.2) adalah kejadian kritis
SPA2 = SPL2 = 6
# Kejadian akhir kegiatan D (kejadian no.5) adalah
SPA5 SPL5 [13 16]# Rumusannya
SPA5 = SPA2 + LD
13 = 6 + 7
SPL5 = SPL2 + LD
16 6 + 7
Kegiatan D
Kegiatan E
# Kejadian awal kegiatan E (kejadian no.5) adalah
SPA5 SPL5 [13 16]
# Kejadian akhir kegiatan E (kejadian no.6) adalah kejadian kritis
SPA6 = SPL6 = 21
# Rumusannya
SPA6 = SPA5 + LE
21 13 + 5SPL6 = SPL5 + LE
21 = 16 + 5
Kegiatan F
# Kejadian awal kegiatan F (kejadian no.4) adalah kejadian kritis
SPA4 = SPL4 = 17 # Kejadian akhir kegiatan F (kejadian no.6) adalah
kejadian kritisSPA6 = SPL6 = 21#
RumusannyaSPA6 = SPA4 + LF
21 = 17 + 4SPL6 = SPL4 + LF
21 = 17 + 4
Kegiatan G
# Kejadian awal kegiatan G (kejadian no.3) adalah kejadian kritis
SPA3 = SPL3 = 10
# Kejadian akhir kegiatan G (kejadian no.7) adalah
SPA7 SPL7 [20 22]# Rumusannya
SPA7 = SPA3 + LG
20 = 10 + 10SPL7 = SPL3 + LG
22 10 + 10
kegiatan H# Kejadian awal kegiatan H (kejadian no.1) adalah kejadian kritis
SPA1 = SPL1 = 0
# Kejadian akhir kegiatan H (kejadian no.7) adalah
SPA7 SPL7 [20 22]# Rumusannya
SPA7 = SPA1 + LH
20 = 0 + 20SPL7 = SPL1 + LH
22 0 + 14
kegiatan I
# Kejadian awal kegiatan I (kejadian no.7) adalah
SPA7 SPL7 [20 22]
# Kejadian akhir kegiatan I (kejadian no.8) adalah
SPA8 SPL8 [23 25]
# Rumusannya
SPA8 = SPA7 + LI
23 = 20 + 3SPL8 = SPL7 + LI
25 = 22 + 3
Kegiatan J
# Kejadian awal kegiatan J (kejadian no.6) adalah kejadian kritis
SPA6 = SPL6 = 21
# Kejadian akhir kegiatan J (kejadian no.9) adalah kejadian kritis
SPA9 = SPL9 = 30
# Rumusannya
SPA9 = SPA6 + LJ
30 = 21 + 9SPL9 = SPL6 + LJ
30 = 21 + 9
Kejadian K
# Kejadian awal kegiatan K (kejadian no.8) adalah
SPA8 = SPL8 = 23
# Kejadian akhir kegiatan K (kejadian no.9) adalah kejadian kritis
SPA9 = SPL9 = 30
# Rumusannya
SPA9 = SPA8 + LK
30 23 + 5
SPL9 = SPL8 + LK
30 = 25 + 5
Kesimpulan
Kegiatan kritisnya : kegiatan2 A, B, C, F & J Lintasan kritisnya : K1, A, K2, B, K3, C, K4, F, K6, J
& K9Lintasan yang terjadi dalam pelaksanaan proyek tsb : a. K1, A, K2, D, K5, E, K6,J dan
K9 dgn umur (6 + 7 + 5 +9) = 27b. K1, A, K2, B, K3, C, K4, F, K6, J dan
K9 dgn umur (6 + 4 + 7 + 4+9) = 30
c. K1, A, K2, B, K3, C, K4, dummy, K7, I, K8 dan K9
dgn umur (6 + 4 + 7 + 0 + 3+5) = 25d. K1, A, K2, B, K3, G, K7, I, K8 dan K9 dgn umur (6 + 4 + 10 + 3 + 5) = 28
e. K1, H, K7, I, K8 dan K9 dgn umur (14 + 3 + 5) = 22
1
7
2
65
43 8 9
A B C
D E
F
G
H
I
J
K0 6 10
17
23
13
21
30
20
6 4 7
7
4
59
5
30
14
10
3025
22
21
17
10
16
60
Tenggang waktu kegiatan (Float) : ukuran batas jangka waktu toleransi thd keterlambatan suatu kegiatan
Manfaatnya : # mengetahui karakteristik pengaruh keterlambatan
# pola kebutuhan sumberdaya
Total Float (TF)
Free Float (FF)Idependent Float (IF)
35
TENGGANG WAKTU KEGIATAN
FF : jangka waktu antara saat paling awal kejadian
akhir (SPAj) suatu kegiatan dengan saat selesai
kegiatan ybs, bila dimulai pada saat paling awal
kejadian awal (SPAi)
Penjelasan Float
Penjelasan : sejumlah waktu penundaan atau waktu untuk terlambat suatu kegiatan yang mungkin dapat terlam-bat atau diperlambatnya kegiatan tsb tanpa mempe-ngaruhi dimulainya kegiatan yang langsung mengikuti-nya. Umumnya FF terdapat pada rangkaian terakhir dalam rangkaian kegiatan yang menuju lintasan kritis. Bila FF yang ada pada kegiatan2 dari rangkaian kegiat-an terakhir tidak digunakan maka akan hilang begitu saja.
IF : jangka waktu antara saat paling awal kejadian
akhir (SPAj) suatu kegiatan dengan saat selesai
kegiatan ybs, bila kegiatan tsb dimulai pada saat
paling lambat keja-dian awal (SPLi)
Penjelasan : sejumlah waktu penundaan atau waktu untuk terlambat suatu kegiatan tanpa mempengaruhi dimu-lainya kegiatan yang langsung mengikutinya atau se-jumlah waktu luang yang terdapat pada kegiatan se-belumnya. Biasanya IF terdapat pada kegiatan2 yang merupakan cabang dari lintasan kritis. Bila IF yang terdapat pada suatu kegiatan tidak digunakan, maka masih dapat digunakan pada kegiatan berikutnya.
TF : jangka waktu antara saat paling lambat kejadian
akhir (SPLj) st kegiatan dengan saat selesai
kegiatan ybs, bila dimulai pada saat paling awal
kejadian awal (SPAi)Penjelasan : sejumlah waktu penundaan atau waktu untuk terlambat suatu kegiatan, dimana kegiatan tersebut dapat terlambat atau diperlambat pelaksanaannya tanpa mempengaruhi penyelesaian proyek secara keseluruhan.
51 Persyaratan
52 Rumusan & perhitungan float
# Telah ada diagram JK yang tepat
# perkiraan lama (jangka waktu) untuk masing2 kegiatan telah ditentukan
# Telah dihitung SPA dan SPL untuk semua kegiatan
IF = SPAj – L - SPLi
FF = SPAj – L - SPAi
TF = SPLj – L - SPAi
Contoh perhitungan :
IF = SPA6 - L - SPL3
= 21 - 7 - 12 = 2
TF = SPL6 - L - SPA3
= 25 - 7 - 10 = 8
(untuk kegiatan G)
FF = SPA6 - L - SPA3
= 21 - 7 - 10 = 4
54 Menentukan FF, IF & TF
10
26
11
12
13
14
15
22
16
17
18
19
20
21
23
24
25
G
7
SPA3 SPL3
WI
WF
WT7
7
SPL6SPA6
12
103
21
256
53 Menentukan SPA & SPL
D
F
C
E
G L N
H J14
A
B
I
K
7
3
9
M12
164
6
21
267
10
123
21
266
11
125
31
3111
0
01
6
10
12
13
5
6
62
7 4 2
5
19
198
26
269
29
2910
55 Perhitungan Waktu Luang
FF = SPA8 - L - SPA2 = 19 - 13 - 6 = 0IF = SPA8 - L - SPL2 = 19 - 13 - 6 = 0TF = SPL8 - L - SPA2 = 19 - 13 - 6 = 0
Kegiatan A
FF = SPA2 - L - SPA1 = 6 - 6 - 0 = 0IF = SPA2 - L - SPL1 = 6 - 6 - 0 = 0TF = SPL2 - L - SPA1 = 6 - 6 - 0 = 0
Kegiatan B
FF = SPA3 - L - SPA1 = 10 - 10 - 0 = 0IF = SPA3 - L - SPL1 = 10 - 10 - 0 = 0TF = SPL3 - L - SPA1 = 10 - 10 - 0 = 0
Kegiatan C
FF = SPA4 - L - SPA1 = 12 - 12 - 0 = 0IF = SPA4 - L - SPL1 = 12 - 12 - 0 = 0TF = SPL4 - L - SPA1 = 16 - 12 - 0 = 4
Kegiatan D
FF = SPA7 - L - SPA4 = 21 - 6 - 12 = 3IF = SPA7 - L - SPL4 = 21 - 6 - 16 = -1TF = SPL7 - L - SPA4 = 26 - 6 - 12 = 8
Kegiatan E
FF = SPA6 - L - SPA4 = 21 - 9 - 12 = 0IF = SPA6 - L - SPL4 = 21 - 9 - 16 = -4TF = SPL6 - L - SPA4 = 25 - 9 - 12 = 4
Kegiatan F
FF = SPA6 - L - SPA3 = 21 - 7 - 10 = 4IF = SPA6 - L - SPL3 = 21 - 7 - 12 = 2TF = SPL6 - L - SPA3 = 25 - 7 - 10 = 8
Kegiatan G
FF = SPA5 - L - SPA2 = 11 - 5 - 6 = 0IF = SPA5 - L - SPL2 = 11 - 5 - 6 = 0TF = SPL5 - L - SPA2 = 12 - 5 - 6 = 1
Kegiatan H
FF = SPA9 - L - SPA8 = 26 - 7 - 19 = 0IF = SPA9 - L - SPL8 = 26 - 7 - 19 = 0TF = SPL9 - L - SPA8 = 26 - 7 - 19 = 0
Kegiatan I
FF = SPA9 - L - SPA5 = 26 - 14 - 11 = 1IF = SPA9 - L - SPL5 = 26 - 14 - 12 = 0TF = SPL9 - L - SPA5 = 26 - 14 - 11 = 1
Kegiatan J
FF = SPA10 - L - SPA9 = 29 - 3 - 26 = 0IF = SPA10 - L - SPL9 = 29 - 3 - 26 = 0TF = SPL10 - L - SPA9 = 29 - 3 - 26 = 0
Kegiatan K
FF = SPA10 - L - SPA6 = 29 - 4 - 21 = 4IF = SPA10 - L - SPL6 = 29 - 4 - 25 = 0TF = SPL10 - L - SPA6 = 29 - 4 - 21 = 4
Kegiatan L
FF = SPA11 - L - SPA7 = 31 - 5 - 21 = 5IF = SPA11 - L - SPL7 = 31 - 5 - 26 = 0TF = SPL11 - L - SPA7 = 31 - 5 - 21 = 5
Kegiatan M
FF = SPA11 - L - SPA10 = 31 - 2 - 29 = 0IF = SPA11 - L - SPL10 = 31 - 2 - 29 = 0TF = SPL11 - L - SPA10 = 31 - 2 - 29 = 0
Kegiatan N
36
Jarak waktu antara saat penyelesaian kegiatan dengan saat rencana
penyelesaian kegiatan tsbKeterlambatan penyelesaian suatu proyek
akan mengundang berbagai masalah
Pertanyaan yang timbul :
Seberapa jauh besar pengaruh keterlambatan tsb terhadap pelaksanaan/penyelesaian proyek ybsUpaya apa saja yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keterlambatan tsb
KETERLAMBATAN KEGIATAN
61 Penyebab keterlambatan kegiatan
kegiatan pengikut yang langsung mengikuti kegiat-an pendahulu
ketersediaan sumberdaya yang menunjang proses pelaksanaan kegiatan (biaya, tenaga kerja, alat, bahan)
pola kebutuhan sumberdaya (gambaran hubungan antara kebutuhan sumberdaya dengan waktu)
Untuk menjawab pertanyaan tsb diperlukan alat yang mampu menilai keterlambatan
dimaksud yaitu “tenggang waktu kegiatan”
62 Syarat menentukan keterlambatan
Untuk menentukan pengaruh keterlambatan tsb terha-dap penyelesaian suatu proyek diperlukan syarat :Ketersediaan diagram jaringan kerja yang
lengkap & tepat (lengkap : perkiraan lama kegiatan, SPA & SPL tiap kejadian diketahui)
Telah dihitung semua tenggang waktu (FF, IF & TF) untuk tiap kegiatan
Telah diketahui jumlah waktu keterlambatan (T)
63 Penentuan keterlambatan
Keterlambatan satu atau beberapa kegiatan :
* Pasti mengubah pola kebutuhan sumberdaya* Belum tentu merubah umur proyekPerubahan pola kebutuhan sumberdaya :
* Pasti memperlambat satu atau bbp kegiatan* Belum tentu merubah umur proyek
Umur proyek akan bertambah bila :
* ada satu atau bbp kegiatan terlambat dgn jangka waktu lebih besar daripada Total Float (TF)-nya
64 Kasus Keterlambatan`
Katakan terjadi keterlambatan pada kegiatan F dgn alternatif selama 2, 3, 4, 5 atau 6 hari
7
123
16
186
0
01
A
3
B4
C
8
D5 G
10
F
6
E
5
H
3
3
32
11
114
11
115
21
217
• Kegiatan F :
Diketahui :
a. Lama perkiraan kegiatan; LF = 6
b. Saat paling awal kejadian awal; SPAi = SPA3 = 7
c. Saat paling lambat kejadian awal; SPLi = SPL3 = 12
d. Saat paling awal kejadian akhir; SPAj = SPA6 = 16
e. Saat paling lambat kejadian akhir; SPLj = SPL6 = 18Diperoleh : a. IF = SPAj - L - SPLi
= SPA6 - L - SPL3 = 16 – 6 – 12 = -2
b. FF = SPAj - L - SPAi
= SPA6 - L - SPA3 = 16 – 6 – 7 = 3
c. TF = SPLj - L – SPAi
= SPL6 - L - SPA3 = 18 – 6 – 7 = 5
• Kasus 1 :Kegiatan F terlambat 2 hari berarti dpt dianggap lama perkiraan kegiatan menjadi (6 + 2) = 8 hari. Keterlam-batan 2 hari masih lebih kecil dari FF kegiatan F = 3 hari
7
103
16
186
0
01
A
3
B4
C
8
D5 G
10
F
8
E
5
H
3
3
32
11
114
11
115
21
217
Keterlambatan kegiatan F selama 2 hari bahwa :• umur proyek tidak berubah (SPA7 = SPL7 = 21)
• Saat mulai paling awal kegiatan H (kegiatan pengikut dari kegiatan F) samadengan saat paling awal kejadian awalnya (kejadian 6), yaitu
SPA6 = 16. Jadi tidak terjadi perubahan saat
mulai kegiatan pengikut.
• Sifat kegiatan pengikut (kegiatan H) tidak ada per-ubahan.
• Adanya keterlambatan 2 hari berarti diperlukan pe-nyediaan sumberdaya selama 8 hari yang diperoleh dari jangka waktu sebelumnya. Jadi terjadi pemin-dahan waktu pemakaian sumberdaya, berarti terjadi perubahan pola kebutuhan sumberdaya
• Kasus 2 :Kegiatan F terlambat 3 hari berarti dpt dianggap lama perkiraan kegiatan menjadi (6 + 3) = 9 hari. Keterlam-batan 3 hari menunjukkan kesamaan terhadap FF kegiatan F = 3 hari
7
93
16
186
0
01
A
3
B4
C
8
D5 G
10
F
9
E
5
H
3
3
32
11
114
11
115
21
217
Keterlambatan kegiatan F selama 3 hari bahwa :• umur proyek tidak berubah (SPA7 = SPL7 = 21)
• Saat mulai paling awal kegiatan H masih samadengan saat paling awal kejadian awalnya
(kejadian 6), yaitu SPA6 = 16. Jadi tidak terjadi
perubahan saat mulai kegiatan pengikut.
• Sifat kegiatan pengikut (kegiatan H) tidak ada per-ubahan.
• Sama seperti kasus 1; Keterlambatan 3 hari diperlu- kan kesediaan sumberdaya yang diperoleh dari jangka waktu sebelumnya untuk waktu pelaksanaan 9 hari. Jadi terjadi perubahan pola kebutuhan sumberdaya.
• Kasus 3 :Kegiatan F terlambat 4 hari berarti dpt dianggap lama perkiraan kegiatan menjadi (6 + 4) = 10 hari. Keter-lambatan 4 hari lebih besar daripada FF kegiatan F = 3 hari
7
83
17
186
0
01
A
3
B4
C
8
D5 G
10
F
10
E
5
H
3
3
32
11
114
11
115
21
217
Keterlambatan kegiatan F selama 4 hari bahwa :• umur proyek tidak berubah (SPA7 = SPL7 = 21)
• Saat paling awal kejadian awal (kejadian 6)
terjadi perubahan, yaitu SPA6 = 17. Ini
menyebabkan terjadi perubahan saat mulai kegiatan pengikut.
• Sifat kegiatan pengikut (kegiatan H) tidak ada per-ubahan.
• Masih sama seperti kasus 1; Keterlambatan 4 hari di-perlukan kesediaan sumberdaya yang diperoleh dari jangka waktu sebelumnya untuk waktu pelaksanaan 10 hari. Jadi terjadi perubahan pola kebutuhan sumber-daya.
• Kasus 4 :Kegiatan F terlambat 5 hari berarti dpt dianggap lama perkiraan kegiatan menjadi (6 + 5) = 11 hari. Keter-lambatan 5 hari menunjukkan kesamaan dengan TF-nya & menyebabkan kegiatan F menjadi kritis.
7
73
18
186
0
01
A
3
B4
C
8
D5 G
10
F
11
E
5
H
3
3
32
11
114
11
115
21
217
Keterlambatan kegiatan F selama 5 hari bahwa :• umur proyek tidak berubah (SPA7 = SPL7 = 21)
• Saat paling awal kejadian awal (kejadian 6)
terjadi perubahan, yaitu SPA6 = 18. Ini
menyebabkan terjadi perubahan saat mulai kegiatan pengikut H.
• Pada kasus ini kegiatan F menjadi kritis. Demikian pula kegiatan pengikutnya (kegiatan H) dan kegiatan pendahulunya (kegiatan B) menjadi kritis.
Kegiatan F : SPAi = SPLi SPA3 = SPL3 = 7
SPAj = SPLj SPA6 = SPL6 = 18
Kegiatan H : SPAi = SPLi SPA6 = SPL6 = 18
SPAj = SPLj SPA7 = SPL6 = 21
Kegiatan B : SPAi = SPLi SPA2 = SPL2 = 3
SPAj = SPLj SPA3 = SPL3 = 7
Sehingga diperoleh 2 lintasan kritis :
a. K1, A, K2, B, K3, F, K6, H, K7
b. K1, A, K2, C, K4, dummy, K5, G, K7
• Adanya keterlambatan 5 hari ini (untuk kasus ini) ber-arti sumberdaya perlu tersedia untuk pelaksanaan 11 hari yang diperoleh dari waktu sebelumnya. Jadi ter-jadi pemindahan waktu pemakaian, berarti pula terja-di perubahan pola kebutuhan sumberdaya
• Kasus 5 :Kegiatan F terlambat 6 hari berarti dpt dianggap lama perkiraan kegiatan menjadi (6 + 6) = 12 hari. Keter-lambatan 6 hari lebih besar dari TF-nya & terjadi perubahan lintasan kritis.
7
73
19
196
0
01
A
3
B4
C
8
D5 G
10
F
12
E
5
H
3
3
32
11
124
11
125
22
227
Keterlambatan kegiatan F selama 6 hari bahwa :• umur proyek tidak berubah (SPA7 = SPL7 = 22)
• Saat paling awal kejadian awal (kejadian 6)
terjadi perubahan, yaitu SPA6 = 19. Ini
menyebabkan terjadi perubahan saat mulai kegiatan pengikut H.
• Pada kasus ini kegiatan F menjadi kritis. Terjadi lintasan kritis baru dan lintasan kritis yang telah ada menjadi tidak kritis.
Kegiatan B : SPAi = SPLi SPA2 = SPL2 = 3
SPAj = SPLj SPA3 = SPL3 = 7
Kegiatan F : SPAi = SPLi SPA3 SPL3 = 7
SPAj = SPLj SPA6 = SPL6 = 19
Kegiatan H : SPAi = SPLi SPA6 = SPL6 = 19
SPAj = SPLj SPA7 = SPL7 = 22
Lintasan kritis yang baru : K1, A, K2, B, K3, F, K6, H, K7
Lintasan kritis K1, A, K2 masih digunakan pada lintasan kritis yang baru, sehingga lintasan kritis yang menjadi ti-dak kritis pada lintasan kritis yang lama untuk kegiatan :
Kegiatan D : SPAi = SPLi SPA2 = SPL2 = 3
SPAj = SPLj SPA5 SPL5 [11 12]
Kegiatan G : SPAi = SPLi SPA5 SPL5 [11 12]
SPAj = SPLj SPA7 = SPL7 = 22
• Keterlambatan 6 hari ini diperlukan pemindahan penye-diaan sumberdaya untuk pelaksanaan selama 12 hari ber-arti pula terjadi perubahan pola kebutuhan sumberdaya.
UMUR PROYEKUmur proyek yg ditentukan oleh lintasan yg
pelaksanaan-nya paling lama disebut sbg “umur perkiraan proyek” (telah diuraikan terdahulu). Lama lintasan dapat diketahui dengan salah satu dari ketiga cara yaitu cara rata-rata, cara pembo-botan atau cara lintasan kritis (CPM = Critical Path Method)
37
Umur proyek yg ditentukan berdasarkan kebutuhan mana-jemen dan atau kebutuhan tertentu dinamakan “umur renca-na proyek”. Untuk memacu tingkat keberhasilan pelaksanaan suatu proyek dan untuk mengetahui tingkat kemungkinannya dilakukan dengan cara PERT (Program Evaluation and Review Technique) yaitu pendekatan “teori peluang”.
71 Percepatan umur proyek
11. Syarat untuk mempercepat umur proyek :
a. Telah ada diagram Jkerja yang tepat
b. Telah ditentukan lama kegiatan perkiraan untuk masing-masing kegiatan
c. Hitung SPA & SPL untuk semua kegiatan
d. Penentuan umur rencana proyek (URen)
Langkah mempercepat umur proyek dengan cara :1. Buat diagram Jkerja baru dengan nomor
kejadian dan lama kegiatan sama seperti diagram terdahulu
2. Berdasarkan SPA1 (kejadian awal) = 0; Hitung
saat kejadian awal lainnya berdasarkan lama kegiatan terdahulu. Umur perkiraan proyek
(UPer) = SPAm (m = nomor kejadian akhir
diagram Jkerja atau nomor kejadian maksimal)
3. Berdasarkan SPLm diagram Jkerja = umur
proyek yang direncanakan (URen); Hitung SPL untuk semua kejadian
12 Tatacara mempercepat umur proyek
4. Hitung TF semua kegiatan yang ada :
TF = SPLj – Ln – SPAi
* bila tidak ada TF bernilai negatif, berarti proses perhitungan selesai.
* bila ada TF bernilai negatif, maka dilanjutkan ke langkah berikut :
5. Hitung lintasan TF kegiatannya :
TF = URen – UPer
= SPLm – SPAm = SPL1 – SPA1 [bernilai negatif]
Llama
Lbaru = Llama + x (URen – UPer)
Lidimana Li = jumlah lama kegiatan dalam
satu lintasan yang harus dipercepat
8. Selanjutnya kembali ke
langkah 1 (siklus berikutnya)
6. Lama kegiatan diagram Jkerja baru adalah Ln;
n = nomor urut kejadian dalam satu lintasan
7. Hitung lama kegiatan yg baru (langkah 5
dan 6)
Contoh perhitungan MUPro
Diagram awal
7
73
19
196
0
01
A
3
B4
C
8
D5 G
10
F
12
E
5
H
3
3
32
11
124
11
125
22
227
Diagram Jkerja suatu proyek telah dilengkapi dgn :
* lama kegiatan perkiraan semua kegiatan
* SPA dan SPL semua kejadian
Karena sesuatu hal maka penyelesaian proyek
tersebut harus dipercepat 7 hari sehingga lama
penyelesaian menjadi 15 hari. Jadi URen = 15
hari. Agar jangka waktu penyelesaian terwujud,
maka perlu menetapkan kegiatan-kegiatan mana
saja yang bisa dipercepat.
• Cara penyelesaian
Siklus 1 * Langkah 1, 2 dan 3
7
03
19
126
0
-71
A
3
B4
C
8
D5 G
10
F
12
E
5
H
3
3
-42
11
54
11
55
22
157
SPL7SPL1
SPA1 SPA7
URen = 15
UPer = 22
* Langkah 4 (menghitung TF = SPLj – Ln -
SPAi)Kegiatan SPLj Ln SPAi TF -
4 0 5 512121515
3 4 8 5 51210 3
0 3 3 311 71119
- 7- 7- 6- 3- 4- 7- 6- 7
A B C D E F G H
Ln lama kegiatan yang lama
TF = SPL7 – SPA7
= 15 – 22 = -7
Kegiatan-kegiatan yang dapat dipercepat
adalah A, B, F dan Hkarena
TF masing-masing kegiatan = -7
(TF = SPLj – Ln – SPAi)
* Langkah 5, 6 & 7Jangka waktu percepatan proyek = URenPro – UPerPro TF = SPLm – SPAm
Lama kegiatan (hari)(lama) (baru)
Kegiatan
A
B
F
H
3
4
12
3
3
3 + x (-7) = 2 22 4
4 + x (-7) = 3 22
12
12 + x (-7) = 8 22 3
3 + x (-7) = 2 22
Siklus 2
* Langkah 1, 2 dan 3
7
53
19
136
0
-51
A
2
B3
C
8
D5 G
10
F
8
E
5
H
2
3
-32
11
54
11
55
22
157
SPL7SPL1
SPA1 SPA7
URen = 15
UPer = 20
* Langkah 4 (menghitung TF = SPLj – Ln -
SPAi)Kegiatan SPLj Ln SPAi TF -
3 5 5 513131515
2 3 8 5 5 810 2
0 2 2 2
10 5
1015
- 5 0- 5- 2- 2 0- 5- 2
A B C D E F G H
Ln lama kegiatan yang lama
TF = SPL7 – SPA7
= 15 – 20 = -5
Kegiatan-kegiatan yang dapat dipercepat adalah A, C dan G
karena
TF masing-masing kegiatan = -5
(TF = SPLj – Ln – SPAi)
* Langkah 5, 6 & 7
Lama kegiatan (hari)
(lama) (baru)Kegiata
n
A
C
G
2
8
10
2
2 + x (-5) = 2* 20 8
8 + x (-5) = 6 20
10
10 + x (-5) = 8* 20
* = 0,5 dibulatkan ke atas
Siklus 3
* Langkah 1, 2 dan 3
5
53
13
136
0
-11
A
2
B3
C
6
D5 G
8
F
8
E
5
H
2
2
12
8
74
8
75
16
157
SPL7SPL1
SPA1 SPA7
URen = 15
UPer = 16
* Langkah 4 (menghitung TF = SPLj – Ln -
SPAi)Kegiatan SPLj Ln SPAi TF 1
5 7 713131515
2 3 6 5 5 8 8 2
0 2 2 2 8 5 813
- 1 0- 1 0 0 0- 1 0
A B C D E F G H
Ln lama kegiatan yang lama
TF = SPL7 – SPA7
= 15 – 16 = -1
Kegiatan-kegiatan yang dapat dipercepat
adalah A, C dan G
karena
TF masing-masing kegiatan = -1
(TF = SPLj – Ln – SPAi)
* Langkah 5, 6 & 7
Lama kegiatan (hari)(lama) (baru)
Kegiatan
A
C
G
2
6
8
2
2 + x (-1) = 2 16 6
6 + x (-1) = 6 16
8
8 + x (-1) = 7* 16* = 0,5 dibulatkan ke bawah
Kasus : lama kegiatan yg baru Siklus 3 = lama kegiatan yg baru Siklus 2 dipilih desimal terkecil
Siklus 4
* Langkah 1, 2 dan 3
5
53
13
136
0
01
A
2
B3
C
6
D5 G
7
F
8
E
5
H
2
2
22
8
84
8
85
15
157
SPL7SPL1
SPA1 SPA7
URen = 15
UPer = 15
* Langkah 4 (menghitung TF = SPLj – Ln -
SPAi)Kegiatan SPLj Ln SPAi TF 2
5 8 813131515
2 3 6 5 5 8 7 2
0 2 2 2 8 5 8
13
0 0 0 1 0 0 0 0
A B C D E F G H
Hasil perhitungan TF tidak ada yang bernilai negatif, berarti tatacara perhitungan selesai.
72 Peluang umur proyek
Tingkat keberhasilan suatu proyek yang didasarkan umur perkiraan biasanya kemungkinan berhasil 50% atau kemungkinan gagal sebesar 50%. Tingkat keber-hasilan ini sangat riskan, sehingga untuk proyek-proyek tertentu (penelitian dan pengembangan) meng-inginkan tingkat keberhasilan yang lebih besar. Biasanya lebih besar dari 80% atau dengan kegagalan lebih kecil dari 20%.Agar keinginan tsb dapat terpenuhi (keberhasilan lebih besar dari kegagalan) maka harus dapat meme-nuhi beberapa persyaratan.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menghitung umur proyek dengan peluang tertentu adalah :
21. Syarat perhitungan umur proyek
1. Telah ada diagram Jkerja yang tepat2. Masing-masing kegiatan mempunyai analisa
waktu yaitu lama kegiatan : optimis (LO), paling mungkin (LM) dan pesimis (LP)
3. Menetapkan peluang keberhasilan atau kegagalan yang diinginkan
Penganalisisan jangka waktu terdiri dari : 1. Waktu optimis : jangka waktu terpendek untuk
melak-sanakan suatu kegiatan; walau peluang waktu untuk me- nyelesaikannya cukup besar
2. Waktu paling mungkin : jangka waktu berdasarkan dugaan (perkiraan) yang menggambarkan lamanya waktu sering terjadi untuk menyelesaian kegiatan tertentu [waktu yang paling sering terjadi]
3. Waktu pesimis : jangka waktu terpanjang untuk melak-sanakan suatu kegiatan [paling lama]
Kegiatan LO LM LP LPer
ABCDEFGH
34675864
661412812911
158
162311101412
761313811910LPer = lama kegiatan perkiraan (waktu
harapan)
LO + 4 LM + LPLPer = 6
LO,LM,LP = LPer
1
2
3
4
5
6
7
A
B
C D
E
F G
H
3,6,15 = 7
6,14,16 = 13
4,6,8 = 6
7,12,23 = 13
5,8,11 = 8
8,12,10 = 11
6,9,14 = 9
4,11,12 = 10
22. Perhitungan umur proyek
Katakan suatu proyek diketahui peluang keberhasilan-nya p%, lintasan kritisnya (nomor kejadian, kegiatan dgn masing-masing lama kegiatan pesimis). Berdasar-kan umur perkiraan proyek (UPer) mempunyai peluang keberhasilan 50%.
Hitung :
LP - LO
Sk = 6
; Sk = simpangan baku kegiatan kritis yang bersangkutan
Diinginkan URen yag mempunyai peluang keberhasilan 80%.
URen - UPer
Sn = SP
Sn = simpangan normal (diper-oleh dari tabel sebaran normal/Z berdasarkan p% yang diinginkan)
SP = (Sk2) ; SP = simpangan baku
proyek
URen = (Sn x SP) + UPer
SP2 = Sk
2 ; SP2 = ragam
proyek
Interpolasi linier :
(pn - pn-1)Sn = Sn-1 + x (Sn+1 – Sn-1) (pn+1 – pn-1)
23. Contoh perhitungan
Diketahui : LPer = 27 hari ; Keg. kritis : % Peluang keberhasilan yg dinginkan (p) = 80%
1
2
3
4
5
6
7
A
B
C D
E
F G
H
3,6,15 = 7
6,14,16 = 13
4,6,8 = 6
7,12,23 = 13
5,8,11 = 8
8,12,10 = 11
6,9,14 = 9
4,11,12 = 10
0
0
6
9
7
7
13
14
14
17
18
18
27
27
Kegiatan LP LO (LP-LO) Sk Sk2
A
F
G
15
10
14
3
8
6
12
2
8
12/6
2/6
8/6
144/36
4/36
64/36
SP2 = Sk
2 = 212/36
SP = (Sk2)
Simpangan baku proyek :
= (212/36) = 2,4
Umur rencana proyek (URen) :
URen = (Sn x SP) + UPer
= (0,83 x 2,4) + 27 = 29
Jadi bila menginginkan peluang keberhasilan 80%, maka umur perkiraan proyek ditambah 2 hari supaya sesuai dengan umur rencana proyek.
(80 – 79)
Sn = 0,8 + x (0,9 – 0,8) (82 – 79)
(pembulatan)
(interpolasi ; lihat tabel Z)
Penyesuaian diagram proyek
1
2
3
4
5
6
7
A
B
C D
E
F
G
H
7
13
6
13
8
11
9
10
0
0
6
9
7
7
13
14
14
17
18
18
27
27
Perhitungan Langkah 1 (SPLi = SPLj – Ln)
1
2
3
4
5
6
7
A
B
C D
E
F
G
H
7
13
6
13
8
11
9
10
0
2
6
11
7
9
13
16
14
19
18
20
27
29
Kegiatan SPLj Ln SPAi TF 9
11
162919202929
7 6
13
13 811
9
10
0 0 0
13
6 71814
25335225
A B C D E F G H
# Langkah 2 (TF = SPLj – Ln –
SPAi)
TF = SPL7 – SPA7
= 29 – 27 = 2
Kegiatan-kegiatan yang dapat diperpanjang
adalah A, F dan Gkarena
TF masing-masing kegiatan = 2
(TF = SPLj – Ln – SPAi)
Jangka waktu perpanjangan proyek
# Langkah 3 (perpanjangan kegiatan)
Lama kegiatan (hari)(lama) (baru)
Kegiatan
A
F
G
7
11
9
7
7 + x (2) = 7* 27 11
11 + x (2) = 12 27 9
9 + x (2) = 10 27* * 0,5 dibulatkan ke
bawah
Sn p% Sn p%
-0,0-0,1-0,2-0,3-0,4-0,5-0,6-0,7-0,8-0,9-1,0-1,1-1,2
50464238343127242118161412
0,00,10,20,30,40,50,60,70,80,91,01,11,2
50545862666973767982848688
Tabel Sebaran normal (Z)