35
JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM DPR-RI TENTANG RUU PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH, RUU BEA BALIK NAMA TANAH DAN BANGUNAN, RUU P:ENAGIANPAJAK DENGAN SURAT PAKSA, DAN ROO BADAN PERADILAN PAJAK Rapat Paripurna DPR-RI, Tanggal Desember 1996 REPUBLIK INDONESIA 453

JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

JAWABAN PEMERINTAH

TERHADAP

PEMANUANGAN UMUM DPR-RI

TENTANG

RUU PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH,

RUU BEA BALIK NAMA TANAH DAN BANGUNAN,

RUU P:ENAGIANPAJAK DENGAN SURAT PAKSA,

DAN ROO BADAN PERADILAN PAJAK

Rapat Paripurna DPR-RI, Tanggal Desember 1996

REPUBLIK INDONESIA

453

Page 2: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

JAWABAN PEMERINTAH

TERHADAP

PEMANDANGAN UMUM DPR-RI

TENTANG

RUU PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH,

RUU BEA BALIK NAMA TANAH DAN BANGUNAN,

RUU PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA,

DAN RUU BADAN PERADILAN PAJAK

(Rapat Pari puma DPR-RI, Tanggai 16 Desember 1996)

Saudara Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Yang Terhormat,

Dalam mengawali lawaban Pemerintahatas Pemandangan Umum

Dewan Perwakilan Rakyat tentang RUU Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, RUU Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan, RUU Penagihan Pajak

455

Page 3: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Dengan Surat Paksa, dan RUU Badan Peradilan Pajak, perkenankanlah

terJebih dahulu kami mengajak Saudara Ketua dan para Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat yang terhormat untuk bersama-sama memanjatkan puji

dan sYllkur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kita masih diberikan

kekuatan dan kesempatan untuk melanjutkan pengabdian bersama kepada

bangsa dan negara, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

pada umumnya berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Selanjutnya ijinkan kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada

Saudara Pimpman Sidang yang terhormat, yang telah memberikan

kesempatan kepada Pemerintah untuk menyampaikan Jawaban

Pemerintah terhadap Pemandangan Umum Dewan Perwakilan Rakyat,

dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan, Pcnagihan Pajak Deogan

Surat Paksa, dan Badan Peradilan Pajak. Pandangan Dewan, baik berupa

penBaian., tanggapan, saran, usulan mallplln berupa pendapat, permintaan

penjelasan dan pertanyaan yang telah disamlPaikan dalam forum Dewan

yang terhormat pada tanggal 12 Desember 1996, sungguh merupakan

maslIkan dan bahan pertimbangan yang sangat berharga bagi Pemerintah

dalam menyempuraakan keempat RUU tersebut. Berkenaan dengan itu,

perkenankanlah kami atas nama Pemerintah menyampaikan penghargaan

yang setinggi-tingginya atas dllkungan dan berbagai masukan berharga

yang diajukan oleh masing-masing Fraksi terhadap kmpat RUU di bidang

Perpajakan yang diajukan Pemerintah, dan Pemerintah selalu bersikap

terbuka untuk penyempurnaan lebih lanjut keempat RUU dimaksud sesuai

dengan aspirasi yang hidup di kalangan Dewan.

Kita bersama menyadari bahwa pada hakekatnya potensi perpajakan

kita masih cukup luas. Penerimaan negara dan daerah dari perpajakan

dan retribusi daerah merupakan sarana yang sangat efektif untuk lebih

meningkatkan keadilan dan pemerataan pembangunan. Untuk itulah

Pemerintah bertekad untuk bekerja lebih keras mengupayakan peningkatan

456

Page 4: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

penerimaan pajak dan retribusi daerah dad potensinya yang belum tergali,

mallpun dari pelaksanaan pemungutan pajak dan retribusi yang terutang.

Upaya menggali potensi pajak negara, pajak daerah dan retribusi daerah

harusdilakukansecaraterus-menerusdalamjangkapanjangdanmemerlukan

prasarana dan saran a yang memadai,. termasuk kesadaran masyarakat untuk

membayar pajak dan retribusidaerah, serta menyempurnakan pranata

pelaksanaan penagihaanya. Sejalan dengan itu, pemberian pelayanan

kepada masyarakat dan dunia usahaperlu lebih ditingkatkan kualitas dan

jangkauannya. Demikian pula perlakuan yang sama dan penerapan azas

keadilan selia kepastian hukumakan makin ditingkatkan, disamping

kebijaksanaan pajak negara dan pungutan daerah yang dilaksanakan

harus diusahakan agar tidak menghambat sektor-sektor produktif dalam

masyarakat, terutama melallli penyederhanaan dan perbaikanjenis maupun

struktur perpajakan dan retribusi daerah sejalan dengan sistem perpajakan

nasional agar tercipta iklim investasi yang sehat.

Salah satu upaya penggalian potensi pajak sebagai bagian dari sumber

pendapatan daerah adalah dengan diajukannya RUU Bea Balik Nama Tanah

dan Bangunan yang diharapkan akan memberikan tambahan penerimaan

negara yang sebagian besar hasilnya akan diserahkan kepada Pemerintah

Daerah. Disamping itu tujuan diadakannya pajak ini mempakan pula upaya

untuk mengurangi rangsangan spekulasi atas tanah.

Yang Tcrhormat, Saudara Ketua dan Anggota

Dalam rangka mendorong peran serta Wajib Pajak dalam memenuhi

kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perundang-undangan

di bidang perpajakan dan mengmgat masih dijumpai adanya tuaggakan

pajak hak dilunasinya utal1g pajak sebagaimana mestinya, terhadap

tersebut perIu dilakukan tindakan penanganan yang mempunyai yang

memaksa. RUU Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa kepada Dewan

yang terhormat, diharapkan akan dapat memberikan penekanan yang

457

Page 5: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

lebih pada keseirnbangan antara kepentingan Wajib Pajak dan kepentingan negara.

Dcmikian dimaksudkan diamanatkan pula pengajuan RUU Badan

Peradilan Pajak antara lain untuk menyempumakan lembaga peradilan

pajak sebagaimana dalm Undang-undang Nomor 6 Tahun" 1993 teotang

Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah

dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 yang antara lain mengatur pula tentang lernbaga Badan Peraddan Pajak sebagai hadan peradilan khusus di bidang perpajakan.

Badan Peradilan Pajak inii sekaligus juga mernenuhi amanat Undang­

undang Nomor 10 Tahun 1995 teetang Kepabeaaan dan Undang-undang

Nomor II Talmn 1995 tentall1g Cukai. Selain itu juga untuk memenuhi

ketentuan dalam RUU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan RUU Bea

Balik Nama Tanah dan Bangunan serta RUU Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa yang diajukan da:lam satu paket.

Saudara Ketua dan Anggota Dewan Yang TedlOrmat,

Sctelah mengemukakan beberapa hal yang berkakan dengan kcbijaksanaan perpajakan pusat, pcrpajakan daerah dan retribusi daerah

secara umum, perkenankanlah kini Pemerintah memberilkan uraian yang

lebih rinci sebagai jawaban dan tanggapan terhadap Pemandangan Umum yang telah disampaikan oleh Fraksi-Fralksi dalam Dewan Perwakilan .

Rakyat.

Masing-masing Fraksi Karya Pembangunan oleh Anggota Yth. Sdr

Drs. Simon Patrie Morin, Fraksi ABRI oleh Anggota Yth. Sdr. Tedy Yusuf, Fraksi Persatuan Pembangunan oleh Anggota Yth. Sdr. Drs. H.M. Mukrom

As"ad" dan Fraksi Partai Demokrasi Indom:siaoleh Anggota Yth. Sdr.

Setyadji Lawi.

458

Page 6: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Saudara Ketua dan Anggota Dewan Yang Terhomat,

Menaaggapi saran Fraksi Karya Pembangunan dan· Fraksi ABRI

mengenai perlunya penyempumaan konsideran "Menimbang" dan

"Mengingat" untuk keempat RUU bidang perpajakan tersebut, maka

Pemerintah berpendapat bahwa hal tersebut dapat dibicarakan lebih Ian jut

dalam perabahasan tingkat selanjutnya.

Saudara Ketua dan Anggota Dewan ~ang Terhormat,

Selanjutnya perkenankan kami menangggapi berbagai penilaian,tanggapan, saran, pendapat, permintaan penjelasan maupun

pertanyaan yang berkaitan dengan RUU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Sehubungan dengan saran Fraksi Karya Pembangunan mengenai argumen

argumen yang mendasari pemikiran bahwa pendapatan daerahakan lebih

mengangkat daripada yang sekarang dengan diundangkannya RUU Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah dan pertanyaan Fraksi Partai Demokrasi

Indonesia tentang kemungkinan berkurangnya Pendapatan Asli Daerah

(PAD) dengan diundangkannya RUU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

dapat disampaikan penjelasan sebagai berikut:

a. RUU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bertujuan antara lain

untuk memperkllat landasan penerimaan daerah, yaitu dengan

menyederhanakan jenis pajak dan retribusi daerah, sekaligus

mengefektifkan jenis-jenis pajak dan retribusi daerah terteatu

yang potensial dan efisien dalam pemungutannya;

b. Penyederhanaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan

penerimaan daerah dari sumber pajak dan retribusi daerah,

mengingat penerapan pajak dan retribllsi daerah yang dapat

dipungut daerah berdasarkan undang-undang ini didasarkan antara

lain pada potensinya yang cukup besar.

459

Page 7: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

e. Untuk mengatasi kemungkinanpenurunan PAD karen a

menyederhanaan pungutan daerah, diusulkan pajak baru bagi

Pemerintah Daerah yang didasarkan atas prinsip-prinsip perpajakan

yang objektif, yaitu Pajak Bahan Bakar Kendaraall Bermotor

(PBBKB), Pajak Atas Pengambilan dan Pemallfaatan Air

Bawah Tanah dan Air Pembukaan serta Pajak Pengambilan dan

PengoJahan Galian Golongan E, disamping adanya pajak pusat

yang dibagihasilkan ke daerah yaitu Bea Balik Nama Tanah dan

Bangunan;

d. Dengan adanya penyederhanaan pungutan daerah akan terjadi

intensifikasi pajak daerah dan retribusi daerah melalui konsentrasi

pemungutan pada sumber-sumber yang potensial serta ekonomis

dipungut, dan melaksanakan penegakan hukum (Iawenforeement)

di bidang perpajakan daerah dan retribusi daerah;

e. Kepatuhan masyarakat diharapkan akan meningkat karena jcnis

pungutan relatif Jebih sedikit dan menjamin kepastian, baik di

bidaag ketentuan formal maupun material.

Menanggapi pertanyaan Fraksi Fersatuan Pembangunan mengenai rasio

yang ideal antara biaya penyeJenggaraan pemerintahan dan pembangunan

nasional oJeh Pemerintah Pusat dan Daerah, dapat dijeJaskan bahwa rasio

tersebut tergantung pada sistem pemerintahan yang dianut oleh suatu

negara serta banyaknya urusan yang ditangani oleh masing-masing tingkat

pemerintahan.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan oton0111 i claerah yang nyata dan

bertanggungjawabdengan titik berat pada Daerah Tingkat II dengan tetap

berpegang pada :

a. keserasian pembinaan politik dan kesatuan bangsa;

460

Page 8: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

b. menjalllin hubungan yang serasi antara PemerintahPusat dengan

Daerah atas dasar keutuhan negara kesatuan;

e. menjall1in perkembangan dan pemballlgunan daerah;

d. pelaksanaan pember ian otonomi bersama-sama dengan dekonsentrasi;

Maka secara berkelanjutan Pemerintah Pusat telah menyerahkan

urusan-urusan yang berkaitan dengan p<::nyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat kepada Pemerintah Daerah khususnya Daerah Tingkat II, antara lain melalui peneanangan 26 Daerah Tingkat II

Pemeril1tahan di 26 Daerah Tingkat L

Sehubllngal1 dengan hal tersebut, pada dasarnya Pemerintah sependapat dengal1 Fraksi Persatual1 Pembangunan bahwa peranan Pemerintah Daerah

dalam penggllnaan dana untuk biaya penyelenggaran pemerintahan dan pembangunan diharapkan semakm meningkat.

Menanggapi pertanyaan Fraksi Persatllan Pembangunan bahwa

dengan dillndangkannya RUU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berarti

bahwa Pell1erintah Daerah inantmya hanya mengenal 2 golongal1 pajak yang menjadi penerimaan daerah, yaitu pajak pusat yang dibagi hasilkan kepada daerah dan pajak daerah yang berdasarkan pada undang-undang pajak dan retribusi daerah,dapat dijelaskan sebagai berikut. Sumber­

sumber pendapatan daerah sesuai dengan Pasal 55 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 adalah :

(I)PAD, yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengesahaan daerah, dan lain-lain hasil usaha daerah yang sah;

(2) Pendapatan yang berasal dari pemberian Pemerintah yang terdiri dari

461

Page 9: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

sumbangan dan bantuan yang diatur dengan peratnran perundang­

undangan;

(3) lain-lain pendapatan yang sah.

Sejalan dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tersebut, RUU

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah hanya mengisi bag ian terbesar dari butir

(1) saja. Adapun sumber-sumber pendapatan daerah yaug lain khususnya

pendapatan yang berasal dari Pemerintah Pusat diatur dalam Undang­

undang APBN pada setiap tahun anggaran.

Saudara Ketua dan Anggota Dewan Yang Terilormat,

Sehubungan dengan pertanyaan Fraksii Persatuan Pembangunan

mengenai apakah pungutan atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bahan

bakar minyak dan Pajak Bahan Bakar Kendaran Bermotor (PBBKB)

dilakukan bersamaan dan oleh satu kesatuan administratif, dapat dijelaskan

bahwa dengan berpedoman pada prinsip :

a. pemungutan yang efektif;

b. pemuagutan pajak dengan biaya rendah;

e. memudahkan pengawasan dan administrasinya;

Maka pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)

akan dilakukan bersamaan dengan PPN bahan bakar minyak dalam satu

kesatuan admirastrasi.

Mengenai tanggapan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia tentang

pungutan yang dilakukan oleh berbagai Departemen dengan adanya RUU

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dapat dikemukakan bahwa yang

diatur dalam RUU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pungutan

462

Page 10: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Pajak Daerah maupun Re:tribusi Daerah. Dengan demikian pungutan

yang dilakukan oleh depm1emen dan instansi pusat di daerah dapat

tetap betjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penataan kembali

pungutan-pungutan yang saat ini dilakukan oleh departemen/instansi pusat

akan diatur dalam Undang-undang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang

RUU-nya saat ini sedang p<:!rsiapkan.

Sehubungan dengan sistimatika RUU Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah,Pemerintah menghargai saran yang telah diberikan oleh Fraksi

ABRI mengenai penempatan Bab VI Ketentuan Pidana sebaiknya

diletakkan setelah Bab IX, namlln seyogyanya hal tersebut dapat dibahas

lebih lanjut dalam pembicaraan tingkat seianjutnya.

Saudara Ketua dau Anggota Dewan Yang Terhomat,

Sehubungan dengan pertanyaan Fraksi Karya Pembangunan mengenai

dampak Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) terhadap tarif

angkutan umum dan perekonomian rakyat, Pemerintah berpendapat bahwa

pajak tersebut diperkirakan berdampak relatif kecil terhadap tar if angkutan

umllm serta perekonomin rakyat.

Dalam kaitan dengan pertanyaan Fraksi Persatuan Pembangunan

tentang ketentuan Pasal2 ayat (3) RUU Pajak Daerah dan Retribllsi Da,erah

yang menyatakan bahwa dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan

jenis pajak lainnya seiain yang ditetapkan dalam ayat (I) dan ayat (2)

yang memenuhi kriteria tertentu yang sangat selektif, dapat kiranya

diberikan penjelasan sebagai berikllt. Pada dasarnya RUU Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah ini hanya membatasi jumlah jenis pajak yang dapat

dipungut oleh Pemerintah Daerah sebanyak 9 jenis pajak daerah yang

dianggap potensial. Akan tetapi dalam jangka panjang, apabila beberapa

diantara 9 jenis pajak daerah tersebut tidak lagi memberikan kontribusi

yang memadai dan dalam perkembangan perekonomian daerah dimasa

463

Page 11: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

mendatang terdapat pergeseran potensi pajak, maka dengan Peraturan

Pemerintah dapat diadakan jenis pajak bam dengan tetap memperhatikan

prinsip keserderhanaan jenis pajak daerah. Penetapan jenis pajak daerah

tersebut hams memenuhi kriteria tertentu yang sangat ketat sebagaimana

dimuat dalam RUU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Menjawab pertanyaan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia mengenai

pengenaan Pajak Atas Pengambilan dan Pemanfaa1an Aiir Bawah Tanah

dan Air Permukaan terhadap sUl11ur-sumur pompa yang umumnya

dimiliki rakyat keeil, dapat dilandaskan bahwa dalam pengenaan pajak

tersebut terdapat pengeeualian objel pajak, yaitu pengecualian terhadap

pengambilan air bawah tanah dan air permukaan oleh Pemerintah untuk

kepentingan pengairan, pertanian, Lebutuhan dasar rumah tangga dan

lainnya yang akan diatur dalam Peraturan Pemerintah dan diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Daerah. Dengan demikian terhadap Pajak Bahan

Baka sumur-sumur pompa yang pad a umumnya dimiliki oleh rakyat keeil

tidak akan dikenakan pajak tersebut.

Sementara itu menanggapi pertanyaan Fraksi Partai Demokrasi

lndoncsia mengenai penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) hanya untuk Daerah

Tingkat I dan tidak diserahkan kepada Daerah Tingkat II, dapat dijelaskan

bahwa selama ini penerimaan PKB dan BBNKB merupakan penerimaan

Peiaerintah Daerah Tingkat I. Pajak Bahan Bakar Kendlaraan Bermotor

(PBBKB) merupakan pajak baru yang dimaksudkan untuk mengganti

atas berkurangnya penerimaan yang disebabkan adanya penyederhanaan

pllngutan-pungutan daerah dalam RUU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Atas pct1anyaan dari Fraksi Partai Dcmokrasi Indonesia mcngenai

saat penerapan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) dapat

dijdaskan bahwa penerapan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

(PBBKB) akan disesuaikan dan diatur dalam masa transisi pclaksanaan

464

Page 12: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Undang-undang Pajak Daerah dan R<etribusi Daerah yang berkisar antara 1

sampai dengan :5 tahun, dengan tujuan untuk memberikan dorongan kepada

Pemerintah Daerah untuk menyesuaikan Penturan Daerahnya sejalan

dengan ketentuan RUU P~uak Daerah dan Retribusi Daerah. Semakin

cepat Pemerintah Daerah secara keseluruhan menyesuaikan Beraturan

Daerahnya, maka semakin cepat pula Kendaraan Bel:motor (PEBKB)

dapat diterapkan. Disamping itu penerapan Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor PBBKBJ akan melihat perkembangan dan keadaan yang tepat,

sehingga dapat dihindari dampak negatifyang menyebabkan hal-hal yang

memberatkan masyarakat. Dengan adanya keiuwesan dalam nasa transisi

tersebut,dandipungutnyaBeaBalikNamaTanahdan Bangunan, pend apatan

daerah tidak akan mengalami penurunan bahkan akan meningkat.

Menanggapi pertanyaan FraksiABRI mengenai pel~geltian kepentingan

umum dan krit.erianya, dapat dijelaskan bahwa pengeltian "kepentingan

umum" adalah kepentingan bersama yang lebih luas antara kepentingan •• ! : ."

Pemerintah dan kepentingan masyarakat. Kriteria yang dapat digunakan

untuk mengenakan jenis PllUak lain sesuai iengan ketentuan Pasal 2 ayat

(3) hurufb, antara lain tidak bersifat diskrimkiatif, bersifat adil,jelas, serta

terdapat kepastiian hukulll.

Saudara Ketna dan Anggota Dewan Yang Tcrhonnat,

Menjawab peltanyaan dari Fraksi Karya Pembangunan mengenai

tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sebesar 5% diberlakukan secara

umum di seluruh Indonesia, dapat dikemukakan hahwa PKB merapakan

pajak objektif yang sifatnya llmllm dan pada d~sarnya tidakdikaitkan

secara langsllng dengan kenikmatan yang diperolehan oleh Wajib Pajak.

Pemberlakuan tarif PKB seragam setinggi-tingginya 5%; secaraumllm

dalam pelaksanaannya bersifat ne1ral terhadlap Wajib Pajak, sehingga

dapat dihindarkan praktek pemanfaatan pengenaan tarif pajak yang lebih

rendah pada sualu daerah tertentu mengenai peri Bermotor (PEBKB)

465

Page 13: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Sementara itu menanggapi pertanyaan Fraksi Persatuan Pembangunan

Dedaan dasar pemikiran pengenaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan sebesar

5 o;,i bagi kelldaraan pribadii dan kendaraall umum, dapat dijelaskan bahwa:

a. Agar tidak Pajak Banan setinggi tingginya menimbulkan perbedaan

persepsi, dapat dikcmukakan bahwa tar if Bakar Kendaraan

Bermotor (PBBKB) adalah seragam dan 5%, yang berarti dalam

pelaksanaannya dapat ditetapkan

b. Penggunaan umumnya bah:';l bakar kendaraan bermotor lIntuk

kendaraan pribadi pad a n1l';'ipakan pengeluaran Llntnk konsllmsi

akhir, sedangkan untUlk kcmhra;>n UlTIlIm merupalkan unsur biaya

yang pada akhiraya dibeb,til,an kepada penggnna jasa angkutanl

masyarakat;

e. Terdapat kesulitan dalal1l pelaksanaan pemungutannya, apabila

diadakan perbedaan tarif Pajak Bahan Bakaf Kendaraan Bermotor

(PBBKB) antara kendaraan pribadi dan kendaraan umul1l.

Atas dasar pemikiran tersebul, maka pengenaan pajak atas konsitrasi

bahan bakar kendaraan bermotor tidalk dibedakan antara kendaraan pribadi

dan kendaraan umum.

Atas pertanyaan Fraksi Persatuan Pembangunan mengenai jumlah

kendaraan bermotor dan pemakaian bahan bakarnya, dapat dijelaskan

bal1\\!a pola pemakaian bahan bakar kendaraan bermotor antar propinsi

tidak selalu proporsional dengan jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar

di setiap Daerah Tingkat J, karcna kendaraan bermotor yang terdaftar di

suatu daerah belum tentu beroperasi atau menggunakan bahan bakar dari

daerah yang bersangkutan. Data tentang kendaraan bennotor dan bahan

bakar kendaraan bermotor dapat disampaikan kepada Dewan dalam

pembicaraan lebih lanjut.

466

Page 14: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Pada hakekatnya alokasi hasil Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

(PBBKB) kcpada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II tidak didasarkan

atas konsumsi riil bahan bakar kendaraan bermotor di daerah terse but,

tetapi berdasarkan rumus tertentu yang memperhatikan aspek pemerataan,

terutama panjang jalan.

Sedangkan mengenai pertanyaan Fraksi ABRI mengenaJ sistem

penghitungan tarif Pajak Atas Pcngambilan dan Pcmanfaatan Air Bawah

Tanah dan Air Permukaan, penetapan besamya tarif 20%, serta kepada

siapa pajak tersebut dikenakan, dapat disampaikan penjelasan bahwa

besarnya penghitungan tarif Pajak Atas Pengambilan dan Pemanfaatan Air

Bawah Tanah dan Air Permukaan didasarkan pada aspek kewajaran dan

manfaat yang dipcroleh Wajib Pajak dari pemanfaatan air tanah tersebut,

selia antisipasi perkembangan lllasa depan terutama untuk melindungi

lingkungan dan pelestarian alam. Dasar pengenaan pajaknya adalah nilai

ckonomis pemanfaatan air tanah tersebut oleh Wajib Pajak.

Saudara Ketua dan Al1lggota Dewan Yang Terhormat,

Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Fraksi Persatllan

Pembangunan mengenai ket,entuan Pasal6 dan Pasal26 RUU Pajak Dat:rah

dan Retribusi Daerah yang tidak memperbolehkan pemungutan pajak dan

retribusi daerah dilaksanakan dengan eara diborongkan, dapat dije\askan sebagai berikut :

RUU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mengatur hubungan

Pemerintah dengan masyarakat, sehingga tidak sebanyaknya fungsi plliblik

ini dilimpahkankepada piihak ketigayang akan dapat menimbulkan

pcnyimpangan-penyimpangan. Disamping itu dengan diborongkan, uang

yang dibayarkan masyarakattidak sepenuhnya diterima oleh negara atau

Pemerintah Daerah.

467

Page 15: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Dalam kaitannya den~n tanggapan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia

tentang perlunya pengaturan tata cara dan mekanisme pemungutan pajak

dan retribusi daerah didalam RUTJ Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

dapalt dikemukakan bahwa dalam RUU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

hanya d:iatur secara umum dan pokok-pokoknya saja antara lain pedolTlan

lllTlUm tata cara dan mekanisme pelllungutan pajak maupun retribusi daerah.

Pcngaturan Icbih lanjut menge:nai mekanisme dan tata cara pemungutan

lx~ak dan retribusi daerah diatur lcbih lanjut dalam peraturan perundang­

undangan yang lebih rendah. Sedangkan mengenai pendapat Fraksi ABRI

tentang rumusan "dengan memperhatikan pcndapat Menteri Keuangan"

yang dianggap kurang jelas, dapal dijelaskan bahwa hal tersebut tidak

dapalt ditafsirkan secara harfiah namun juslru terkait dengan scmangat isi

penmdang-undangan secm·a kesehll;lhan. D~ll1ikian pula dal!am pengertian

"memperhatikan pendapat Men1eri Keuangan"dilaksanakan melalui

koordmasi dan konsultasi dalam rangka kebijaksanaan fiskal dan moneter

secm'a nasional untuk meningkatkan tingkat objektifitas suatu pungutan.

Saudara Ketua dan Anggl()ta Dewan Yang Terhormat,

1\1enanggnpi usul dari Fraksi Kmya Pembangunan agar dalam

Peramran Pemerintah dapat dicantumk:an rambUl-ambu dan kriteria-kritcria

yang jelas mengenai Rctribusi Perizinan Tcrtentu, dapat dijeiaskan bahwa

pada dasarnya Pemerintah sependapat "dengan saran anggota Dewan.

Rambu-mmbu tcrsebut ditampung dalam RPP yang sedang dipersiapkan

oleh Pernerintah, yaitu dengan dicantumkannya sccara je las jenis-jenis

Rctribusi Perizinan Tertentu yang dapat dipungut oleh Pcmerintah Dacrah.

Atas pertanyaan dari Fraksi Persatuan Pembaagunan mengenai

kemungkinan menycrahkan pengelolaanjasa umum danjasa llsaha kepada

BUMD, dapat dijelaskansebagai bcrikut:

a. Pemberianjasa umum pada prinsipnya adalah pemberian pelayanan

468

Page 16: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

yang lebih bersifat tugas umum pemerintahan. Pemungutan rctribusi

atas jasa umum hanya untuk mengganti sebagian biaya pemberian

jasa umUlm, sehingga tidak tepat apabnla pengelolaannya diserahkan

kepada BUMD.

b. Pemberian jasa usaba pada prillsipnya dilaksanakan untuk

mempcroleh keuntungan yang layak, sehingga pemberian jasa

usaha dapat dilaksanakan oleh BUMD.

Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Fraksi ABRI mengenai

pembedaan jangka waktu peagajuan keberatan untuk pajak dan retribusi

daerah, dapat dijelaskan bahwa pembedaan jangka waktu pengajuan

keberatan untuk pajak dan retribusi daerah tersebut didasarkan pad a

perbedaan sifat dan karakteristik pajak dan retribusi daerah. Dalam

pelaksanaan undang-undang illi, pemungutan pajak daerah dan kewajiban

pemenuhan administrasinya lebih sulit daripada retribusi daerah, oleh

karena itu lIntuk pengajllan keberatall atas pengenaan pajak daerah perlu

diberi jangka waktu yang lebih panjang dari pada pengajuan keberatan

untuk retribusi daerah. Sedangkan untuk retribusi daerah, mengingat

retribusi dikaitkan dengan jasa, nwk;: pemllllgutannya relatif lebih mudah,

oleh kareaa itu berdasarkan undang-undang ini wajib retribusi daerah

diberikanjangka waktu pengajuan keberatan yang lebih singkat.

Beralih kepada permintaan penjelasan Fraksi Persatuan Pembangunan

tClltang .......... yang mengandullg kewajiban tetapi tidak terdapat

sanksi,seperti juga halnya hal-hal yang diatur dalam Bab IX Ketentuan

Khusus, dapat dijelaskan bahwa sifat dan karakteristik pajak daerah

adalah relatif sederhana, mudah pengadministraskan dan pengawasan

pelaksanaannya, sehingga norma kewajiban pembukuan lebih bersifat

pembinaan bagi Wajib Pajak. Oleh karena itu Pemerintah memandang belum

perlu meagatur sanksi bagi pelanggaran kewajiban pembukuan. Kewajiban

469

Page 17: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

pernbukuan ini sebelumnya tidak dikenal dalam sistem perpajakan daerah

yang selama ini berlangsung.

Sedangkan mengenai sanksi dalam Bab IX Ketentuan Khusus,

sebenarnya sudah diatur dalam Pasal 37 RUU Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah. Disamping itu atas pelanggaran ke:tentuan Bab IX dapat pula

dikenakan sanksi lain sebagaimana d iatur dalam perundang-undangan yang

berlaku, misalnya Peraturan Pemerintah Nml10r 30 Tahun 1980 tentang

Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Saludara Ketua dan Anggota Dewan Yang Terbormat,

Selanjutnya perkenankanlah Pemerintah menanggapi berbagai

tanggapan,saran, pendapat maupun pertanyaan yang m1enyangkut RUU

Bca Balik Nama Tanah dan Bangul1(lll.l'vfenanggapi lIsu\ dan pcndapat dari

Fr,:,ksi Karya Pembangunan Iberkcnaan dengan pengecualian "hibah dalam

garis kirus ke atas dan ke bawah,dapat dijelaskan bahwa filosofi pengenaan

Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan karena hibah adalah adanya seseorang

yang memperoleh keuntungan ekonomis melalui perolehan hak atas tanah

dan atau bangunandengan tidak mengeluarkan biaya pembelian, sehingga

wajar apabila orang tersebut menyisihkan keuntungan/kenikmatan yang

diperolehnya kepada eegara berupa pajak yaitu Bea Balik Nama Tanah

dan Bangunan. Sedangkan yang dimaksud pengaturan secara khuSllS

tentang Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan terhadap hibah wasiat yang

pengenaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah dimaksudkan lllltuk

menampung apabila penerima hibah wasiat tidak mampu memenuhi

kewajiban perpajakannya.

Dalam kaitan dengan pertanyaan Fraksi Karya Pemhangunan ten tang

pengaturan hila \VNA menggunakan ~embaga hibah khususnya bagi

mereka yang melakukan perkawinan campuran dengan WNJ, dapat

470

Page 18: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

dibedakan penjelasan bahwa Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan

dikenakan terhadap penerima hibah, baik WNA maupun WNI. Oleh karena

itu, pengaturan pengenaan Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan karen a

"hibah dalam garis lurus ke atas dan ke bawah" dan hibah wasiai secara

khusus dalam Peraturan Pemerintah adalah tepat

Sementara ita menanggapi pertanyaan Fraksi Persatuan Pembangunan

menyertai perlakuan pajak penghasilan terhadap pihak-pihak yang

melakukan kerjasama dalam bentuk Peljanjian Bangun Guna Serah (Build

Operate and Tralls/erIEO]) sehubungan dengan adanya RUU Bea Balik

Nama Tanah dall1 Bangunan, dapat dijelaskan bahwa objek Bea Balik Nama

Tanah dan Bangunan adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan,

sedangkan BOTtidak menyangkut adanya perolehan hak, dengan perkataan

lain tidak terjadi peralihan hak.

Saudara Kctua dan Anggota Dewan Yang Tcrbormat,

Menjawabpertanyaanyangdiajukanoleh FraksiABRI mengenaikrit eria

kepentingan umum dalam pengatumn objek pajak. yang. tidak dikenakan

Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan yang diperoleh Pemerintah untuk

pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum, dapat dijelaskan

bahwa tanah dan atau bangiman tersebut digunakan sebagai fasilitas

sosial dan fasilitas umum yang tidak ditujukan untuk mencari keuntllngall,

misalnya Pemerintah membebaskan tanah untuk pembangunan gedllng

Pemerintah atau pembuatanjalan ul1lum.

Menanggapi saran Fraksi ABRI tentang penggabungan Pasal2 dengan

hibah wasiat, dapat dijelaskan bahwa dalam Pasal 2 diatur tentang objek

Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan yaitu perolehan hak atas tanah dan

atau bangunan,. sedangkan jenis perolehan hak terse but salah satullya

adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan karena hibah wasiat,

sehingga apa yang disarankan Fraksi ABRI sudah tepat. Sedangkan

471

Page 19: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

pengaturan pengenaan hibah wasiat dalam Pasal 3 ayat (2) adalah karena

pengenaannya diatur secara khusus.

Mengenai pengaturan Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan terhadap

pemindahan hak atas rumah-rumah kredit yang dipindahtangankan seperti

yang ditanyakan aleh Fraksi Partai Demoferasi Indonesia dapat dijelaskan

bahwa objek Bea Balik Nama Tanah dan Bangimana andalan perolehan hak

atas tal1ah dan atau bangunan atas terjadinya peralihan hak: yang dilakukan

di depan pejabat umum yaitu NotarislPPAT, maka dalam hal terjadi

peralihan atas rumah-rumah kredit di hadapan pejabat umum tersebut,

perolehan hak dimaksud d ikarenakan Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan.

Saudara Ketua dan Anggota Dewan Yang TedlOnnat,

Persatuan Pembangunan menenai Sehllbungan dengan pertanyaan

Fraksi" NJOP (Pasal 6 ayat (4) RUU Bea jelaskan bahwa sepanjang

tanah dan kesiapan administrasi perpajakan Pemerintah dalam kaitannya

dengan kewenangan Pemerintah untuk menetapkan Balik Nama Tanah dan

Bangunan), dapat di atau bangunan yang dialihkan sudah menjadi objek

Pajak Bumi dan Bangllnan, diipastikan sudah ditetapkan NJOP maka tanah

dan atau bangunan tersebut dapannya.

Pembangllnan mengenai sejauh dalam penggunaan NJOP PBB, sebagai

dasar penetapan harga bagi kepentingan proyek-proyek rugi tanah negara

yang dialihkan Persatuan digunakan, Menanggapi pertanyaan Fraksi mana

koordinasi di antara intansi Pemeri dapat disampaikan bahwa NJOP telah

di pernbebasan tanah-tanah milik masyaraka Pemerintah dan juga dalam

penetapan gand haknya kepada swasta.

Beralih kepada masalah segi kaitannya dengan penerapan NJOP

PBB Nama Taoah dan Bangunan apabila Nilai keadilan dan kemampuan

Wajib Pajak dalam sebagai dasar pengenaan Bea Balik rolehan Objek

472

Page 20: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Pajak (NPOP) tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP sebagaimana

dikemukakan oleh Fraksi Karya Pembangunan, dapat dijelaskan bahwa

penentuan NJOP adalah berdasarkan nilai pasaryang terjadi di suatu Zona

Nilai Tanah (ZNT), bukan dalam sata blok. Namun, dalam hal-hal tertentu

Wajib Pajak dapat mengajukan pcngurangan ....... dengan ketentuan yang

diatur dalam Pasal21 RUU Bea Balilk Nama Tanah dan Bangunan.

Datam kaitan dengan pertanyaan Fraksi Karya Pembangunan dan

Fraksi ABRI mengenai Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak

(NPOPTKP) sebesar Rp 2:0 juta serta usul Fraksi Partai Demokrasi

Indonesia untuk meningkatkan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena

Pajak (NPOPTKP) menjadi sebesar Rp 30 juta, dapat disampaikan

penjetasan bahwa penenruan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena

Pajak (NPOPTKP) sebesar Rp 20 juta dimaksudkan untuk melindungi

rakyat yang berpenghasilan rendah baik di daerah perkotaan maupun

perdesaan berdasarkan penelitian atas harga Rumah Sederhana (RS)

dan Rllmah Sangat Sederhana (RSS)sampai dengan tipe 36 di wilayah

Botabek yang relatiftebih dnggi dari daerah lainnya, harga rumah tcrsebut

betvariasi an tara Rp 5 juta sampai dlengan JRp 20 juta. Dengan demikian

menurllt hemat kami, penentuan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena

Pajak (NPOPTKP) sebesar Rp 20 juta adalah wajar. Nilai Perolehan Objek

PajakTidak Kena Pajak (NPOPTKP) tersebut dapat ditinjau sesuai dengan

kondisi perekonomian dan perkembangan harga tanah dan atau bangunan yang penyesuaiannya akan dlitetapkan dengan Peraturan Pemeriatah.

Saudara Ketua dan Anggota Dewan Yang Tcrbormat,

Menanggapii usul dan pcndapat dari Fraksi Persatuan Pembangunan

mengenai denda sebesar Rp 10 juta kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah,

Kepala Kantor Lelang Negara, dan· Pejabat Umum lainnya terllalu

ringan, Pemerintah berpendapat bahwa jumlah terse but sudah memadai,

karena apabila terbukti ada kerjasama atau penyelewengan, maka dapat

diberlakukan ketcntuan pidana.

473

Page 21: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Saudara Kctua dan Anggota Dewan Yang Terhormat,

Pemerintah menghargai dukungan yang telah diberikan Fraksi Persatuan

Pembangunan tentang pembagian hasil penerimaan Bea Batik Nama Tanah

dan Bangunan yang sejalan dengan prinsip otoeomi daerah dengan titik berat

pada Daerah Tiagkat II. Atas pertanyaan Fraksi Persatuan Peaibangmian

dan Fraksi ABRI mengenai hallersebut, dapat kiranya disampaikan bafawa

penerimaan Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan merupakan penerimaan

negara yang hasilnya dibagi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah dengan imbangan sekurang-kurangnya 80% unnik Pemerintah

Daerah dan pengaturan lebih lanjut diatur dengan Peratoan Pemerintah.

Sedangkan bag ian Pemerintah Pusat sebesar setinggi-tingginya 20%,

sebagian akan digunakan unaik menduk"1mg biaya perbaikan administrasi

pertanahan oleh Badan Pertanahan Nasional !(BPN) yang pad a gilirannya

akan menunjang peningkatan penerimaan negara khususnya dari Bea

Balik Nama Tanah dan Bangunan. Selmbungan dengan pertanyaan

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia tentang penjelasan mengenai kriteria

objektifitas wewenang Menteri Keuangan atas pemberian penguraagan

pajak, dapat dijelaskan bahwa pemberian pengurangan terse but merupakan

kewenangan Menteri Keuangan llntuk memberikan pengurangan pajak

kepada Wajib Pajak dalam hal-hal tertentu. Berbeda dengan keberatan

yang merupakan tiak setiap Wajib Pajak, maka pengurangan pajak bukan

memakai hak Wajib P~jak. Itulah sebabnya maka pemberian pengurangan

hanya dapat diberikan oleh Menteri K,euangan sebagaimana yang juga

diaftir dalam Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan. Sedangkan

kriteria pemberian pengurangan lebih lanjut akan diatur dengan Keputusan

Menteri Keuangan.

Selanjutnya mengenai masalah perbedaan pemberian sanksi kepada

F-PAT, KepaJa Kantor Lelang Negara, Pejabat Umum lainnya dengan

Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya dapat dijelaskan bahwa

PPAT, Kepala Kantor Lelaag Negara, dan Pejabat Umum lainnya

merupakan pejabat yang bellNenang menandatangani aktafrisalah peralihan

474

Page 22: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

hak atas tanah dan atau bangunan, maka suksesnya pelaksanaan undang­

undang ini tergantung kepada pejabat-pejabat tersebut Dengan kata

lain pejabat-pejabat terse but yang diberi kewenangan oleh negara ulIltuk

menandatangani akta peralihan hak, mempunyai kewajiban untuk

membantu negara dalam mensukseskan pemungutan pajak, sehingga bila

teljadi kelengahan alam menunaikan tugas yang diberikan terse but akan

mempunyai dampak kerugian kepada negara.

Sedangkan Kepala Kantor Pertanahan K.abupatenIKotamadya karena

mertipakan pejabat negara atau Pegawai negeri maka pengenaan sanksi

telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang

Peraturan Disiplm Pegawai Negeri Sipil.

Saudara Ketua dan Al1Iggota Dewan Yang Terhormat,

Sehubungan dengan pertanyaan ciari Fraksi Partai Demokrasi I ndonlesia

mengenai pungutan-pungutan lain yang menyangkut pemindakan hak

seperti pologoro, biaya saksi sebesar 2,5%, dan hiaya PPAT- sebesar 2,5%,

dapat dijelaskan bahwa RUU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan RUU

Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan antara lain dimaksudkan untuk

menata kembali berbagai jenis pajak daerah dan retribusi daerah. Datam

kaitan itu, pungutan-pungutan lain dalam hal pemindahan hak seperti

pologoro, biaya saksi, biay.a PPAT, harusdisesuaikan dengan RUU ini.

Menjawab pertanyaan dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia mengenai

pungutan-pungUltan lain atas tanah yang belum bersertifikat antara lain

perubahan Letter E dan biaya ukur dari kelurahan, dapat dijelaskan babwa

pungutan atas perubahan Letter E dan biaya ukur dari kelurahan pada

hakikatnya tidak ada.

Itulah sebabnya untuk menertibkan pungutan-pungutan yang tidak

resmi terse but, Pemerintah sejak tahun 1993 telah menghapuskan penerbitan

475

Page 23: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Letter E oleh Kantor Pelayanan Pajak Buroi dan Bangunan, karena terhadap

tanah dan atau bangllnan telah diterbitkan Surat Pemberitahuan Pajak

Temtang (SPPT) sebagai dasar penagihan PBB temtang.

Saudara Kctua dan Anggota Dewan Yang Terhormat,

Selanjutnya ijinkanlah Pemerintah menanggapi berbagai tanggapan,

saran, pendapat mallplln pertanyaan yang berkaitan dengan RUU

Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Menanggapi usul dari Fraksi Karya

Pembangunan tentang penggantian judul RUU "Penagihan Pajak Dengan

Surat Paksa" menjadi "Penagihan Pajak

Dengan Eksekusi Langsung" dan usul penggantian judul oleh FraKsi

ABRI menjadi "Penagihan Pajak Dengan Upaya Paksa", dapat kami

sampaikan penjelasan bahwajlldul tersebut sudah cukup lama dikenal dan

telah diterima secara meluas oleh masyarakat. Selain itu dalam Undang­

undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9

Tahun 1994 juga secara tegas telah menggunakan istilah "Surat Paksa".

Saudara Kctua dan Anggota Dewan Yang Terhol'mat,

Menjawab pertanyaan dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia tentang

pelaksanaan penagihan dengan Surat Paksa tl~rhadap retribllsi, dengan ini

disampaikan bahwa sebagaimana dimmuskan dalam Bab [ Pasal i angka 1

RUU ini, mang lingkup RUD Penagihafi Pajak Dengan Surat Paksa hanya

terbatas pad a penagihan atas pajak pusat dan pajak daerah, sedangkan

penagilhan atas retribusi dilakukan berdasarkan Peraturan Daerah yang

akan diterbitkan kemudian.

Berkaitan dengan pertanyaan dari Fraksi ABRI tentang penyempurnaan

Pasal 3 ayat (2) RUU ini dapat disampaikan bahwa yang dimaksud dalam

476

Page 24: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

rumusan terse but juga tell"masuk syarat-syarat pemberhentian sebagai

Jurusita Pajak yang selanjutnya akan ditetapkan dengan Kepumsan Menteri

Keuangan.

Menanggapi pertanyaan dari Fralksi Persatuan Pembangunan mengenai

Penagihan Seketika dan Sekaligus dlapat kami jelaskan bahwa Penaglhan

Seketika dan Sekaligus telah sesuai dengan ketentuaii Pasal 20 Undang­

undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9

Tahun 1994.

Saudara Ketua dan Alliggota Dewan Yang Terhormat,

Mengenai fiskus untuk sehingga dapat disampaikan Penanggung

Pajak pertanyaan dari Fraksi Persatuan Pembangunan bagaimana cara

memperoleh informasi mengenai perilaku Penanggung Pajak dilakukan

tindakan Penagihan Seketika dan Sekaligus, dapat hwa hal tersebut dapat

diperoleh dari pemeriksaan terhadap yang bersangkutan atau dengan

penelitian administratif mellalui Sistem Manajemen Informasi Perpajakan

yang ada pada Direktorat

Menanggapi pertanyaan Fraksi Persatuan Pembangunan mengenai batas

waktu antara peltlerbitan Surat Permtaii Penagihan Seketika dan Sekaligus

dan Surat Paksa, dapat disampaikan bahwa batas waktu 24 jam terse but

dimaksudkan untuk tetap memberikan kes~:mpatan kepada Penanggung

Pajak melunasi utang pajaknya.

Menjawab pertanyaan dari Fraksi Peesatuan Pembangunan tentang

pengangsuran atau penundaan pembayaran utang pajak oleh Penanggung

Pajak dapat dijelaskan bahwa dalam raegka memberikan kemudahan

pelayanan kepada Penanggung Pajak yang sedang dalam kesulitan likuiditas

atau dalam keadaan diluar h:kuasaannya sehingga tidak dapat memenuhi

477

Page 25: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

kewajuban perpajakan tepat pada waktunya, kepada Penanggung Pajak

dapat diberikan kesempatan untuk mengangsur atau menunda pembayaran

pajaknya dalam waktu sebagaimana ditentukan pada setiap surat keputusan

angsuran atau penundaan pembayaran.

Saudara Kctua dan Anggota Dewan Yang Terhormat,

Sehubungan dengan peltanyaan Fraksi Purtai Demokrasi Indonesia

tentang proses penerbitan Surat Teguran, Surat Paksa atau Surat Perintah

Melaksanakan Penyitaan dapat dijelaskan bahwa sesuai dengan Pasal

9 ayat (3) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentean

Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang Nonaor 9 Tahun 1994, ditentukan bahwa utang pajak

yang tercantum dalam surat iketetapan pajak hams dilunasi dalam jangka

waktu satu bulan sejak tanggal diterbitkan. Apabila setelah 7 hari setelah

tanggal jatuh tempo pembayaran Penanggung Pajak tetap tidak melunasi

utang pajaknya, kepada Penanggung Pajak diterbikan Surat Teguran atau

peringatan tertulis. Selanjutnya Surat Paksa dapat diterbitkan setelah lewat

\Vaktu 21 hari setelah kepada Penanggung Pajak diterbitkan Surat Teguran

atau peringatan untak melunasi utang pajaknya. Dengan demikian untuk

mellerbitkan Surat Paksa diperiukan waktu paling kurang 58 hari setelah

penerbitan surat ketetapan pajak.

Sehubungan dengan peltanyaan Fraksi Paltai Demokrasi Indonesia

tentang eksekusi oleh Jurusita Pajak atas barang-barang milik Penanggung

Pajak yang disita sebagai pelaksanaan penagihan dengan Surat Paksa,

sedangkan Waj ib Pajak sudah mengajukan keberatan atau banding, dapat

disampaikan penjelasan bahwa sesuai dengan· ketcntuan dalam Pasal

25 ayat (7) dan Pasal 27 ayat (5)Undang-undang NomoI' 6 Talllln 1983

tentaog Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Talmn 1994, dinyatakan bahwa

pengajuan keberatan atau banding tidak menunda kewajiban membayar

478

Page 26: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

pajak dan"pelaksanaan penagihan pajak. Dengan demikian vvulaupun

Penanggung P,0ak mengajukan keberatan atau banding tindakan pellagihan

tetap harus dilakukan.

Saudara Ketua dan Anggota Dewan Yang Terhormat,

Menanggapi pemandangan umum datri keempat fraksi mengenal

pelaksanaan p,enyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang

berupa deposko, tabungan, sal do rekening, giro dan bentuk lainnya yang

disamakan dengan itu dapat dijelaskan Ibahwa pelaksaeaan penyitaan

tersebut dilakukan dengan permintaan pembIokiran terlebih dahulu oleh

Pejabat kepada bank tempat kekayaan Penanggung Pajak itu berada, dan

jika dalam waktu tertentu sejak pemblokiran utang pajak belum dilunasi,

Pejabat melaklllkan penyitaan dengan diikuti perintah pemindahbukuan ke

rekening Kas Negara/Kas Daerah sejumlah utang pajak.

Sedangkan kaitannya dengan U ndang-undang Nomor 7 Tahun :t 992

tentang Perbanlkan dapat disampaikan bahwa pemblokiran rekening bank

Penanggung Pajak adalah merupakan instnimea hukum yang dapat dipakai

untuk meningkatan efektifitas penagihan pajak, karena pada prinsipnya

seisuai harta yang dimiliki Penanggung Pajak dapat menjadi jaminan

pelunasan utang pajaknya. Dalam pelaksanaannya pemblokiran rekening

bank Penanggung Pajak akan ditempuh deagan mengacu pada ketentuan

mengenai rahasia bank sesuai dengan Pasal 41 Undang-undang Nomor 7

Tahun 1992 "tentang Perball1kan.

Saudara Ketua dan Anggota Dewan Yang Terhormat,

Menanggapi pertanyaan dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia

tentang bobot kapal yang dikategorikan sebagai barang tak bergerak dapat

disampaikan bahwa kapal yang dikategorikan sebagai barang tak bergerak

adalah kapal de:ngan isi kotor demikian paling sedikit 20 m3 sebagaimana

479

Page 27: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

diatur dalam Pasal314 Undang-undang Hukum Dagang dan Kepailkan serta

dalam Pasa146 Undang-undang NomoI' 21 Talmn 1992 tentang Pelayaran.

Menanggapi pertanyaan dari Fraksi ABRI dan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia tentang pelaksanaan penyanderaandengan izin tertulis dari

Menteri atau Kepala Daerah Tingkat I dan koordinasinya dengan pihak­

pihak yang berwenang dapat disampaikan penjelasan sebagai berikut: .

a. izin penyanderaan yang diberikan olehMenteri Keuangan adalah

dalam hal penyanderaan dilal<ukan atas Penanggung Pajak yang

menunggak pajak pusat, sedangkan unaik penagihan pajak daerah

izin penyanderaannya .diberikan. oleh Kepala·.Daerah Tingkat I.

Persyaratan permintaan izin tersebutdimaksudkan agar pelaksanaan

penyanderaan hanya dilaksanakan secara sangat selektif dan hati­

hati serta memperhatikan hak asasi;

b. pclaksanaan penyanderaan dikoordinasikan dengan instansi

terkait.

Selanjutnya dalam kesempatani'.li perlu dikemukakan bahwa

penyanderaan yang diatur dalam RUU ini adalah sejalan dengan Fatwa

MahkamahAgungNomor: MAIPemb.lOl09/I984tanggal11 lanuari 1984

yang tidak melarang serta tidak menghambat penerapan lembaga .sandera

lIntuk kepentingan negara. Penyanderaan dalam RUU ini dimaksudkan

lIntllk dapat mengamankan pemasllkan dana pembaagunan berdasar

ketentllan perpajakan.

Dengan demikian Pemerintah berpendapat bahwa lembaga sandera

dalam RUU ini tetap dipertuklill sebagai lIpaya terakhir dalain rangka

mengamankan hak penerimaan negara dari perpajakan.

Saudara Ketua dan Anggota Dewan Yang Terbormat,

Sehllbungan dengan pertanyaan dari FraksiABRI tentang pertimbangan

480

Page 28: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

waktu penyanderaan dengan ini dapat dijelaskan bahwa jangka waktu

penyanderaan maksimum 1 (satu) tahun tersebut didasarkan pada

pel1imbangan bahwa penyanderaan itu adalah merupakan pengekaagan

sementara waktu kebcbasan Penanggung Pajak. Istilah pengekangan

sementara waktu dalam RUU ini dipahami sebagai tidak lebih dari satu

tahun.

Menanggapi pertanyaan dari Fraksi Persatuan Pembangunan mengenai

peraturan perundang-undangan perpajakan yang ada tentaag hak mendahulu

penagihan pajak, dapat disampaikan bahwa hak mendahulu telah diatur

dalam Pasal 21 U ndang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

U ndang-undang Nomor 9 Tahun 1994 dan Pasal39 U ndang-undang Nomor

10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, serta Pasal 11 Undang-undang Nomor

11 Tahun 1995 tentang Cukai.

Menanggapi pertanyaan dari Fraksi Persatuan Pembangunan mengenai

tunggakan pajak dengan ini dapat disampaikan bahwa pada akhir tahun

takwim 1995 jumlah tunggakan pajak secara kumulatif adalah kurang Iebih

Rp 5 triliun.

Saudara Ketua dan Anggota Dewan Yang Terhormat,

Menanggapi pertanyaan dari Fraksi PersatuanPembangunan mengenai

kesiapan sumber daya manusia, dengan ini dapat disampaikan bahwa

Depal1emen lingkungan khususnya Dircktorat lenderal Pajak secara terus

menerus telah dan akan berusaha meningkatkan slImber daya manusia baik

seaara kuantitatif maupun kualitatif.

Sehubungan dengan pertanyaan Fraksi Persatuan Pembangunan

mengenai sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal25 ayat (4) dengan

ini dijelaskan bahwa sanksil pidana dimaksud adalah sanksi yang diatur

481

Page 29: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

sesuai dengan ketentuan Pasal 216 Kitab Undang-undang Mukum Pidana

(KUHP):

Saudara Kctua dan Anggota Dewan Yang Tcrhormat,

Selanjutnya ijinkanlah Pemerintah menanggapi berbagai tanggapan,

saran, pendapat maupun pertanyaan yang berkaitan dengan RUU Badan

Peradilan Pajak. Berkenaan d1engan usul Fraksi Persatuan Pembangullall

mengellai pengelitian pennohonan penggugat dalam RUU Dadan peradi Ian

Pajak yang berbeda dengan yang dipergunakan dalam peradilan umum

dan mengusulkan agar dieari istiJah yang lebih tepat sehillgga tidak

mengaburkan istilah yang telah dipakai, dapat diberikan tanggapan bahwa

penggunaan istilah permohonanbandkiglgugatan adalah sesuai dengan

istilah yang dipergunakan dalam Undang-undang Nomor 6 Talmn 1983

teneang Ketentllan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana 'telah

diubah dengan Undang-undang Nomor '9 Tahun 1994, Undang-undang

Nomor 10 Talmn 1995 tentang Kepabeanan, dan Undang-undang Nomor

II Tahun 1995 tentang Cukai.

Menjawab peltanyaan Fraksi ABRI yang menanyakan istilah "Badan"

dalam Badan Peradilan Pajak, dapat dijelaskan bahwa istiJah "Badan"

tersebut sesllai dengan istilah yang dlipergllnakan dalam Undang-undang

Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentoan Umum dan Tata Cara Perpajakan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun J 994,

U ndang-undang Nomor I 0 Trihun J 995 tentar tentang Cllkai.· Kepabeanan,

dan Undang-llndang Nomor II Talmn 1995

Berkenaan mengenai·· keberadaan Undang-undang Kekuasaan

Kehakiman di ba\vah naungan Mahkamah Agung. RUU Badan Peradilan

pertanyaan Fraksi Partai Demokrasi Il1donesiaDadan Peradilan Pajak yang

dibentuk berdasarkan Pasal 13 Nomor 14 Talmn 1970 tentang Ketentuan

482

Page 30: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

a. Sumber-sumber Anggaran.Rutin,

b. Sumber-sumber Anggaran pembanglUnan.

Dem ikian pula Anggaran Belanja yang t,erdiri dari:

a. Anggatan Belanja Rutin,

b. Anggaran Belanja Pembangunan.

Untuk hal ini Penerimaan Negara' Bukan Pajak, adalah merupakan salah satu sumber dari anggaran rutin.

Didalam lEW 1925 ditegaskan antara lain bahwa mengenai penerimaan yang driakukan oleh instansiVDepartemen harns dipertanggungjawabkan

oleb instansi/Departemenyang berhak menerima penerimaan serta.

berkewajiban menyetor ke kas negara. keterttuan rnengenai penerimaan

negara sebagaimana penegasan lEW 1925 ini. .

Selanjutnya dfpertegas dalam setiap tahun dalam Keppres tentang Pedol11an Pelaksanaan APBN terakhir KeppresNo.16 Tahun 1994).

Didalam Keppres tentang Pelaksanaari' Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sekarangkeppres No. 16 'Tahun 1994) Pasal 4 ayat (5) "Peneril11aan . DepartemenILembaga, baikdalam maupun luar negeri,

adalah penerimaan anggaran dan kanina iti! tidak dapat dipergunakan langsllng untuk pengeluar~lIl, 'tetapi disert~i<sepenuhnya dan pada waktunya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, kecuali penerimaan unit Swadana

dari badan/instansi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Oalam Pasal 9 ditegaskan bahwa orang atau badan yang melakllkan

pel11ungutan atau penerimaan uang negaramenyetor seluruhnya selambat-

497

Page 31: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

lambatnya dalam wakti 1 hari ke~ja setelah penerimaannya ke pada rekening

kas negara pada bank "Pemerintah atau bank persepsi yang ditetapkan

oleh Menteri Keuangan atau pada Giro Pos. Walaupun perihal Penerimaan Negara Bukan Pajak sebetulnya telah diatur sebagaimana disebutkan

diatas namun dalam peJaksanaannya penyelenggaraan dan pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak ini belum terselenggara dan terpenuhi

sesuai dengan landasan ketertiban administrasi keuangan negara.

6. Didalam Penjelasan Umum Rancangan Undang-undang 101

Pemerintah juga menyadari, melihat pada jenis-jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku, banyak diantara bentuk-bentuk penerimaan

negara diiuar pajak terse but belum didasarkan pada undang-undang.

Ketentuan yang dtgunakan sebaga; landasan pengelolaan Penerimaan

Negara Bukan Pajak meliputi berbagai ragam dengan tingkat kekuatan hukum yang berbeda mulai dari U ndang-undang, Peraturan Pemerintah,

Keputusan Presiden dan Keputusan Menteri.

Banyak dan bervariasinya ketentuan yang berlaku serta beragamnya

bentuk pengaturan telah mengakibatkan kekurang terti ban dan kerumitan

dalam pengelolaan PenerimaanNegara Bukan Pajak.

Dengan landasan pokok-pokok pikiran sebagaimana dilPaparkan diatas.

menambah kuatnya keyakinan Fraksi Kalya Pembangunan menghargai penyampaian Rancangan Undang-undang Penerimaan Negara Bukan

Pajak, oleh Pemerintah untuk dilakukan pembahasannya bersama-sama Dewan untuk selanjutnya disyahkan menjiadi Undang-undang yang mempunyai daya ikat yang berkepastian hukum dalam Penyelenggaraan dan pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Yth. Sdr. Pimpinan SidanglParipurna,

Ytlli. Sdr. Menteri Keuangan dan rekan-rekan Anggota Dewan dan para

hadirin yang kami muliakan.

498

Page 32: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Berkenaan dengan usul Fraksi ABRT untuk menggunakan kata "oJeh"

sebagai pengganti kata "clengan" pada rumusan Pasal 18 RUU Badan

Peradilan Pajak, dapat dijeJaskan bahwa seyogyanya setelah kata "dengan"

ditambahkan kata "keputusan. Dengan demikian Pasal 18 selengkapnya

menjadi berbunyi sebagai berikut : Tembentukan, susunan, dan tata kelja

Majelis KehOlmatan Badan Peradilan Pajak ditetapkan dengan keputusan

Ketua Badan Peradilan Pajak".

Menanggapi saran apakah tidak sebaiknya Majelis Kehormatan Badan

Peradilan Pajak ditetapkan bukandengan keputusan Ketua Badan Peradilan

Pajak tetapi dengan keputusan Meoteri Keuangan atau Pejabat lain, dapat

dijelaskan bahwa pembentukan Majelis Kehormatan Badan Peradilan

Pajak dengan keputusan Ketua Badan Peradilan Pajak adalah dalam rangka

menghormati independensi profesidari para Hakim Badan Peradilan Pajak.

Saudara Ketua dan Anggota Dewan Yang Terhormat,

Menanggapi pertanyaan mengenai keanggotaan, tugas dan kewajiban

Majelis Kehormatan Badan Peradilan Pajak, dapat dijelaskan bahwa hal

tersebut sebaiknya ditetapkan dengan keputusan Ketua Badan Peradilan

Pajak karena lcbih memahami permasalahannya.

Menjawab pet1anyaan Fraksi ABRT mengenai pertimbangan jabatan

Sckretaris/Wakil Sekretaris dirangkap oleh PaniteraiWakil . Panitera

sebagaimana diatur dalam Pasal 29 RUU Badan Peradilan Pajak, dapat

dijelaskan bahwa pelaksaiiaan tugas keslekretariatan sangat berkaitan

dengan pelaksanaan tugas kcpaniteraan, sehingga dipandang lebih efisien

apabila pelaksanaan tugas terse but dilakulkan oleh pejabat yang sama.

Ketentuan yang sarna juga diatur dallam Undang-undang Nomor 14 Tahun

1985 tentang Mahkamah Agung, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986

tentang Peradilan Tata Us aha" Negara, dan Undang-undang Nomor 7

Tahul1 1989 tentang Peradilan Agama.

485

Page 33: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Atas pertanyaan Fraksi Kmya Pembangunan mengenai keselarasan

Pasal 36 ayat (1) RUU Badan Peradilan Pajak dalam kaitannya dengan

Pasal 42 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dapat

dijelaskan merupakan bahwa pelaksanaan Pasal36 RUU Hadan Peradilan

Pajak telap akan mengacu pada ketentuan dan tata cara sebagaimana diatur

dalam Undang-undang Nomor7 Tahun i992 te:ntang Perbankan.

Menjawab pcrtanyaan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia mengenai

pembuktian hubungan keluarga sedarah atau semenda dalam melaksanakan

ketentuan Pasal 37 ayat (3) RUU Badan Peradilan Pajak, dapat dijelaskan

balm'a pembuktian tersebut dilakukan mclalui proses pemeriksaan oleh

Hakim berdasarkan alat-alat bukti yang safa.

Sa\ldara Kcma dan Anggota Dewan Yang Tcrbormat,

Berkenaan dellgan pertanyaan Fraksi ABRI dan Fraksi Pcrsaraan

Pembangunan mengenai dasar pertimbangan besarnya biaya pendaftaran

Rp I juta lIntllk pengajuan gugatan, dapat dijelaskan bahwagugatan tcrsebut

diajukan terhadap pelaksanaan penagihan pajak dan tidak ada hubungannya

dengan jllmlah pajak yang terutang. lumlah biaya pendaftaran tersebut

dipandang wajar, dan apabila diperlllkall penyesuaian, besarnya biaya

pendaftaran dapat diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Mengellai tanggapan Fraksi Persatuan Pembangunan tentang saksi yang

dapat dipaksa datang ke persidangan berdasarkan Pasal 60RUU Badan

Peradilan Pajak yang cepat menyenteb halk asasi manusia dan pemaksaan

ini hanya dikenal dalam perkara pidana, dapalt dijelaskan bahwa putusan

Badan Peradilan Pajakputusan akhir dan bersifat tetap serta memerlukan

proses cepat sehingga peranan saksi· sangat penting dalam pengambilall

putusall yang adil.

Menjawab pertanyaall Fraksi Partai Demokrasi Indonesia mengellai

486

Page 34: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

larangan terhadap saksi menjadi penterjemah sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 66 ayat (3) RUU Badan Peradilan Pajak, dapat dijelaskan bahwa

larangan tersebut dimaksudkan untuk menjamin objektivitas klesaksian

yang diberikan dalam persidangan.

Menanggapi petianyaan Fraksi Persatuan Pembangunan tentang

pemeri-ksaan dengan acara cepat terhadap seagketa perpajakan yang

jumlah pajaknya tidak lebih dari RIP 1 juta sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 70 ayat (1) huruf b, dapat dijelaskan bahwa pada umumnya sengketa

perpajakan yang jumlahnya tidak melebihii Rp 1 juta sifatnya sederhana,

dan okh karena ini deagan pertimbanganefisiensi, perkarsnya diproses

dalam pemeriksaan dengan acara cepat.

Berkenaan Fraksi Persatuan mengenai hukum sedang bersifat tetap,

mata demi kepentingan dan hal ini sesuai tentang Kejaksaan Republik

Indonesia menanggapi pertanyaan dengan pertanyaan Fraksi Karya

Pembanguan, Fraksi ABRI Pembangunan, dan Fraksi Partai Demolkrasi

Indonesia kewenangan laksa Agung untuk mengajukan Kasasi demi

kepentingan putusan Badan Peradilan Pajak merupakan putusan akhir dan

dapat dijelaskan bahwa kewenangan laksa Agung tersebut semata belum

dan tidak mewakili pihak-pihak yang bersengketa, dengan jiwa Pasal 45

Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 Agungdan Pasal32 Undang-undang

Nomor 5 Tahull 1991 Memang Pajak berupa putusan tidak Pertim bangan

RUU Badan persyaratan Badan Peradilan tidalk dapat Pajak

Fraksi ABRI alas bentuk putusan Badan Peradilan dapat dipertimbangkan,

dapat dijelaskan bahwa bentuk dipertimbangkan sudah lazim dalam

puiasan Majelis selama ini. Putusan tidak dapat dipertimbangkan dalam

Pajak tersebut bcrkenaan dengan tidak dipenuhinya atau sengketa yang

diajukan bukan merupakan kewenangan pajak.. Dalam hal putusan tersebut

berkenaan dengan masalah kewenangan, maka yang bersangkutan dapat

mengajukan kepada peradilan yang "berWenang untukini.

487

Page 35: JAWABAN PEMERINTAH TERHADAP PEMANUANGAN UMUM …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923-025732-1096.pdf · dalam Pembicaraan Tingkat ][I RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Saudara kctua dan Anggota Dcwan Penvikilan Rakyat Yang Tcrhormat,

Akhiranya perkenankanlah Pimpinan dan Dewan yang terhonnat, kami

untuk menyampaikan jawaban Dewan yang terhormat mengenai keempat

ajukan mengllcapkan terima kasih kepada atas kesempan yang diberikan

kepada Pemerintah terhadap Pemandangan Umul11 Rancangan Undang­

undang yang kami senantiasa membcrikan petunjllk, kita senllla dalam

melaksanakan tllgas kesejahteraan dan kemajuan bangsa dan Semoga

Tuhan Yang Maha Kuasa bimbingan dan periindunganNya kepada tugas

koastiaisionaI untuk meningkatkan negara.

Sekian dan terima kasih.

Jakarta, Descmbcr 1996

A.N. PEMERl[NTAH MENTERJ KEUANGAN RI

ttd,

MAR'IE MUHAMMAD

488