11
1.) Analogi Bahasa Pola Analogi merupakan persamaan atau persesuaian antara dua benda atau dua hal yang berlainan. Dalam berarsitektur, metoda analogi digunakan mulai dari tahap yang paling awal, sebagai landasan berpikir untuk menghadirkan suatu karya arsitektur dan juga digunakan sebagai landasan dalam melakukan pengkajian dan penelitian terhadap arsitektur. Analogi-analogi diperlukan oleh arsitek sebagai penunjuk jalan untuk mengatur tugas-tugas desain dalam tatanan hierarki. Sehingga dapat mengetahui hal – hal mana yang harus dipikirkan dan hal-hal mana yang dapat dibiarkan pada proses perancangan.Salah satu contoh analogi dalam arsitektur adalah analogi bahasa pola atau pattern language. Pola atau pattern bukan abstraksi dari realitas. Pola lebih mengacu kepada pengalaman. Dari pengalaman, seorang arsitek dapat membuat pola standar yang kemudian dapat disesuaikan dengan pihak yang dituju atau orang yang akan menggunakan bangunan yang akan dirancangnya. Secara biologis, manusia adalah serupa dan dalam suatu kebudayaan tertentu terdapat kesepakatan – kesepakatan dalam perilaku dan bangunan. Dengan alasan tersebut, perancangan arsitektur disimpulkan semata-mata merupakan tugas mengidentifikasi pola-pola baku dari kebutuhan – kebutuhan dan jenis-jenis bahan dari bangunan untuk memuaskan kebutuhan- kebutuhan tersebut. Pendekatan tipologi atau pola menganggap bahwa hubungan lingkungan dan perilaku dapat dipandang dalam pengertian satuan – satuan yang digabungkan perancang untuk membuat sebuah bangunan atau suatu kota.

jawaban presentasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jawaban presentasi

Citation preview

Page 1: jawaban presentasi

1.) Analogi Bahasa Pola

Analogi merupakan persamaan atau persesuaian antara dua benda atau dua hal yang berlainan. Dalam berarsitektur, metoda analogi digunakan mulai dari tahap yang paling awal, sebagai landasan berpikir untuk menghadirkan suatu karya arsitektur dan juga digunakan sebagai landasan dalam melakukan pengkajian dan penelitian terhadap arsitektur.

Analogi-analogi diperlukan oleh arsitek sebagai penunjuk jalan untuk mengatur tugas-tugas desain dalam tatanan hierarki. Sehingga dapat mengetahui hal – hal mana yang harus dipikirkan dan hal-hal mana yang dapat dibiarkan pada proses perancangan.Salah satu contoh analogi dalam arsitektur adalah analogi bahasa pola atau pattern language.

Pola atau pattern bukan abstraksi dari realitas. Pola lebih mengacu kepada pengalaman. Dari pengalaman, seorang arsitek dapat membuat pola standar yang kemudian dapat disesuaikan dengan pihak yang dituju atau orang yang akan menggunakan bangunan yang akan dirancangnya.

Secara biologis, manusia adalah serupa dan dalam suatu kebudayaan tertentu terdapat kesepakatan – kesepakatan dalam perilaku dan bangunan. Dengan alasan tersebut, perancangan arsitektur disimpulkan semata-mata merupakan tugas mengidentifikasi pola-pola baku dari kebutuhan – kebutuhan dan jenis-jenis bahan dari bangunan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Pendekatan tipologi atau pola menganggap bahwa hubungan lingkungan dan perilaku dapat dipandang dalam pengertian satuan – satuan yang digabungkan perancang untuk membuat sebuah bangunan atau suatu kota.

Manusia menciptakan pola-pola tertentu untuk membentuk lingkungan, lalu menggunakan pola yang sama dan mengkombinasikan dengan pola lainnya untuk membentuk lingkungan yang berbeda.

Setiap bangunan tradisional memiliki pola-pola umum tertentu yang menciptakan ruang yang nyaman bagi manusia. Semua orang dapat membangun rumahnya sendiri jika berpegangan pada aturan yang mengatur pola-pola membangun ini dengan memodifikasi pola-pola tersebut sedikit demi sedikit. Untuk membuat bangunan atau lingkungan yang baru, manusia hanya perlu mengikuti pola-pola membangun yang sudah ada dan menyempurnakannya.

Dalam analogi ini, terjadi persesuaian antara proses membangun dan proses pembentukan kalimat. Kalimat-kalimat yang berbeda dapat dirangkai sesuai dengan keinginan kita asalkan tetap berpegangan pada aturan struktur gramatikal yang berlaku. Persesuaiannya terhadadap proses membangun adalah manusia dapat merancang bentuk bangunan yang diinginkannya asalkan masih berpegangan pada pola-pola membangun yang sudah ada.

Page 2: jawaban presentasi

Christopher Alexander dalam bukunya yang berjudul A Pattern Language, berpendapat bahwa, “Tiap pola mendeskripsikan suatu permasalahan yang terus muncul dalam lingkungan kita dan kemudian mendeskripsikan inti pemecahan bagi masalah tersebut, sedemikian rupa sehingga Anda dapat menggunakan pemecahan ini jutaan kali lagi tanpa pernah melakukan hal yang sama dua kali.”

Salah satu contoh terjadinya analogi bahasa pola dalam arsitektur yang kita dapat temui dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam proses pembuatan rumah huni. Masyarakat masih berpegang pada pola-pola membangun yang lama, yaitu, dalam membangun rumah, diperlukan bidang dinding, jendela, pintu, atap, dan lain-lain.

Gambar 1.1 Rumah Tradisional Betawi

Gambar 1.2 Rumah Modern Minimalis

Page 3: jawaban presentasi

2.) Arsitektur Surya (Solar Architecture)

Arsitektur surya (solar architecture) merupakan arsitektur yang memanfaatkan energy secara langsung (radiasi cahaya dan termal) maupun secara tidak langsung (energy angin) ke dalam bangunan, dimana elemen-elemen ruang arsitektur seperti, lantai, dinding, dan atap, secara intergratif berfungsi sebagai sistem surya pasif maupun aktif.

Gambar 2.1 Sistem Surya Pasif dan Sistem Surya Aktif

Sistem surya pasif (passive solar system) didasarkan pada kaidah-kaidah perancangan arsitektur yang selalu mempertimbangkan sifat tenaga matahari. Secara pasif, sinar matahari mempengaruhi benda-benda yang dikenainya melalui proses radiasi, rerediasi, konduksi,

refleksi, yang keseluruhannya bersifat statis murni. Pada sistem ini, diusahakan seminimal mungkin atau tanpa menggunakan peralatan mekanis, melalui perancangan elemen-elemen arsitektur (dinding, lantai, atap, langit-langit, dan aksesoris bangunan) untuk tujuan kenyamanan manusia, dengan cara mengatur sirkulasi udara alamiah, pengaturan temperatur dan kelmbaban, kontrol radiasi matahari dan penggunaan insulasi termal.

Contoh sistem ini pada perancangan bangunan adalah pencahayaan ruang alami, dimana sinar matahri dimanfaatkan secara langsung dan seoptimal mungkin untung penerangan ruangan gedung atau bangunan. Kemudian mengatur elemen pengendalian cahaya untuk mendapatkan intensitas cahaya yang dikehendaki. Misalnya, mngatur luas dan letak lubang cahaya, sun-siding, tirai teriris, dan lain-lain. Contoh lain adalah penghawaan yang nyaman dengan pemilihan bahan struktur serta usaha-usaha merancang perlubangan untuk pengaliran udara dan sebagainya.

Strategi perancangan secara pasif ini akan sangat berbeda antara bangunan yang berada pada iklim tropis dan subtropis. Pada iklim tropis, radiasi langsung dari matahari cenderung dihindari oleh bangunan agar perolehan panas (heat gain) dalam bangunan menjadi rendah, sehingga peningkatan suhu udara dalam bangunan menjadi rendah, sehingga peningkatan suhu udara dalam bangunan dapat dicegah. Sementara pada iklim subtropis, strategi perancangan pasif merupakan langkah sebalinya dari matahari cenderung dimaksimalkan (kecuali pada musim panas), melalui radiasi yang langsung jatuh pada bangunan sehingga terjadi peningkatan suhu di dalam bangunan.

Page 4: jawaban presentasi

Sistem surya aktif (active solar system) merupakan suatu teknologi yang memanfaatkan energi surya dalam bangunan melalui konveksi energi cahaya menjadi energi panas dengan bantuan peralatan-peralatan mekanis untuk tujuan pemanasan air domestik, pemanasan(heating) dan pendinginan(cooling) ruangan, sampai pada solar cell (dengan proses photovoltaic listrik) melalui konversi energy cahaya menjadi energy listrik untuk tujuan penereangan atau penggunaan alat elektronik lainnya. Sistem ini banyak digunakan di negara-negara subtropis. Karena potensi tenaga atau sinar matahari pada belahan dunia ini lebih terbatas dibandingkan negara tropis.

Oleh karena itu, pada negara-negara tersebut terdapat banyak panel kolektor yang memenuhi setiap sisi dan lekuk bangunan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin sinar matahari ke dalam panel-panel tersebut. Arsitektur surya dengan sistem aktif ini tentu saja akan memberikan warna dan bentuk arsitektur tersendiri.

3.) Fan tasi

dalam Arsitektur

Gambar 2.4 Rumah dengan sistem surya aktif, dengan menggunakan panel surya pada atap dan tanah

Gambar 2.2Rumah dengan sistem surya pasif, dengan mengatur pencahayaan. Gambar 2.3 Wisma Darmala Sakti (Intiland Tower) dan Gedung S Widodo ,

Gambar 2.5 Stadion Solar Cell, Taiwan, stadion yang menggunakan panel surya

Page 5: jawaban presentasi

Dalam proses perancangan, terdapat beberapa asas sebagai landasan pemikiran bagi arsitek dalam menentukan gagasan rancangannya juga sebagai pedoman dan pengarah bagi proses merancang. Asas-asas tersebut antara lain, asas estetika, asas fungsional, asas rasional, asas simbolik dan asas psikologi.

Asas psikologi berusaha menggabungkan antara asas rasional (menekankan pada fungsi arsitektur sebagai sebuah wadah aktifitas manusia serta mengedepankan prinsip-prinsip rasionalitas) dan simbolik(menyertakan sejarah dalam proses merancangnya). Dalam asas ini, pemakai karya rancangan dapat berpartisipasi dalam rancangannya. Asas psikologi berupaya menimbulkan respon dari pengguna dan merangsang fantasinya. Fantasi merupakan kemampuan seseorang menciptakan khayalan, dimana fantasi hanya terdapat di dalam benak dan pikiran saja.

Fantasi merupakan bagian dari antoniades (alur kreatifitas). Antoniades menekankan pada kemampuan fantasi dan imajinasi para arsitek dengan bersumber pada dua kelompok besar, yaitu intangible dan tangible. Intangible bersumber dari hal-hal yang tidak kasat mata atau hanya merupakan ide-ide atau konsep-konsep yang bersifat abstrak. Sedangkan, tangible bersumber dari hal-hal yang kasat mata dan dapat diplejari.

Sumber fantasi dan imajinasi seorang arsitek adalah imajinasi natural yang timbul dari pengalaman interaksi natural antara dirinya sendiri dengan ruang-ruang yang ada di sekitarnya. Imajinasi natural memerlukan proses kontemplatif dari pengalaman-pengalaman yang didapatkan agar dapat menghadirkan kembali kedalam bentukan yang lebih baru.

Salah satu arsitek internasional yang menggunakan fantasi dan imajinasi dalam proses perancangan adalah Zaha Hadid. Karya-karyanya dianggap hampir tidak mungkin dibangun. Beliau memiliki pemikiran-pemikiran mengenai perancangan bangunan. Beliau berpendapat : “Berarsitektur adalah bereksperimen tentang seni arsitektur yang bebas dengan ide-ide yang baru. Bangunan adalah projek percobaan yang tidak pernah selesai, sehingga selalu menghasilkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Bahkan dimungkinkan bentuk masa datang (future). Bangunan harus dapat menampilkan ide yang masih berupa fantasi bentuk abstrak dari perancangnya ke dalam suatu bentuk nyata bangunan itu sendiri. Bangunan juga harus dapat memancing emosi dan imajinasi dari tiap-tiap orang yang melihatnya. Bangunan adalah pemersatu ruang dalam dan ruang luar . Antara bangunan dan lingkungan sekitar, merupakan kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. Bangunan adalah tempat untuk melaksanakan aktivitas yang berbeda-beda. Karena itu, bangunan juga terdiri dari elemen-elemen atau bentuk yang berbeda dan disatukan oleh sistem sirkulasi dengan penonjolan sistem konstruksi. Pembedaan aktivitas dilakukan dengan pembedaan elemen-elemen bangunannya untuk menghindari kesan monoton”

Berikut adalah beberapa contoh bangunan racangan Zaha Hadid:

Page 6: jawaban presentasi

Gambar 3.1 Heyder Alyev Center in Baku, Azerbaijan

Gambar 3.2 Phaeno Science Center in Wolfsburg, Germany

Gambar 3.3 Glasgow Riverside Museum in Glasgow, UK

Page 7: jawaban presentasi

4.) Tema dalam Arsitektur

Dalam proses perencanaan dan perancangan arsitektur, salah satu hal yang penting untuk dibahas adalah tema dan konsep. Karena tema dan konsep ini selalu muncul dan mengikuti jalannya proses perencanaan dan perancangan. Tema adalah suatu pola atau gagasan spesifik yang berulang di seluruh desain suatu proyek. Sedangkan, konsep adalah antitesis dari wawasan-wawasan yang sama sekali belum dianggap tepat. Suatu konsep harus mengandung kelayakan; yang mungkin menunjang maksud-maksud daru cita-cita pokok suatu proyek dengan memperhatikan karakteristik-karakterisitik dan keterbatasan-keterbatasan yang khas dari tiap proyek.

Skema 4.1 Tema dalam Perancangan Arsitektur