44
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen terdiri dari enam unsur (6 M) yaitu Money, Methods, Material, Machine, Market, dan tentu saja Man. Unsur Man (manusia) berkembang menjadi suatu bidang ilmu manajemen yang disebut dengan Manajemen Sumber daya Manusia atau juga dikenal dengan Manajemen Personalia (Personal Management). Persamaan Manajemen Sumber Daya Manusia dengan Manajemen Personalia adalah keduanya merupakan ilmu yang mengatur unsur manusia dalam suatu organisasi, untuk mendukung terwujudnya tujuan. Sedangkan perbedaan Manajemen Sumber Daya Manusia dengan Manajemen Personalia adalah Manajemen Sumber Daya Manusia dikaji 14

Jbptunpaspp Gdl Reshaagres 4451 2 Babii

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengarush rekrutmen dan seleksi dari jbpunpaspp

Citation preview

42

BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya ManusiaManajemen terdiri dari enam unsur (6 M) yaitu Money, Methods, Material, Machine, Market, dan tentu saja Man. Unsur Man (manusia) berkembang menjadi suatu bidang ilmu manajemen yang disebut dengan Manajemen Sumber daya Manusia atau juga dikenal dengan Manajemen Personalia (Personal Management).Persamaan Manajemen Sumber Daya Manusia dengan Manajemen Personalia adalah keduanya merupakan ilmu yang mengatur unsur manusia dalam suatu organisasi, untuk mendukung terwujudnya tujuan. Sedangkan perbedaan Manajemen Sumber Daya Manusia dengan Manajemen Personalia adalah Manajemen Sumber Daya Manusia dikaji secara makro, sedangkan manajemen personalia dikaji secara mikro.Manajemen Sumber Daya Manusia menganggap bahwa karyawan adalah kekayaan (asset) utama organisasi, jadi harus dipelihara dengan baik. Manajemen personalia beranggapan bahwa karyawan merupakan faktor produksi jadi harus dimanfaatkan secara produktif. Manajemen Sumber Daya Manusia pendekatannya secara modern, sedangkan Manajemen Personalia pendekatannya secara klasik.Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi perusahaan. Unsur Manajemen Sumber Daya Manusia adalah manusia yang merupakan tenaga kerja pada perusahaan. Dengan demikian, fokus yang dipelajari Manajemen Sumber Daya Manusia ini hanya mengenai masalah yang berhubungan dengan tenaga kerja manusia saja.Secara sederhana pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia adalah mengelola sumber daya manusia. Secara keseluruhan sumber daya yang tersedia dalam suatu organisasi, baik organisasi publik maupun swasta, sumber daya manusialah yang paling penting dan sangat menentukan. Sumber Daya Manusia merupakan satusatunya sumber daya yang memiliki akal, perasaan, keinginan, kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya dan karya, terutama sumber daya yang memiliki ratio, rasa, dan karsa. Semua potensi Sumber daya Manusia tersebut sangat berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam pencapaian tujuannya. Sebagaimanapun majunya teknologi, berkembangnya informasi, tersedianya modal dan memadainya bahan, namun jika tanpa Sumber Daya Manusia tetap akan sulit bagi organisasi untuk mencapai tujuannya. Betapapun bagusnya perumusan tujuan dan rencana organisasi, tetap saja akan menjadi siasia belaka jika unsur manusianya jika ditelantarkan.Berikut ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai manajemen sumber daya manusia, antaranya seperti yang dikatakan oleh Wayne F. Cascio/ Ellis M. Awad yang dikutip dari Bambang Wahyudi (2002:10), menyatakan Human Resourse Management is the attraction, selection, relastion, development and utilization of human in order to achive both individual and organization objective. (Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi, penerimaan, pengembangan karier dan pemanfaatan sumber daya manusia dalam rangka pencapaian tujuan baik individual maupun organisasi). Sedangkan Malayu S.P Hasibuan (2006:10) mengemukakan manajemen sumber daya manusia adalah Manajemen Sumber Daya Manusia ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Menurut Gary Dessler (2004:4), menyatakan Human resource management (HRM) is the policies and practices involved in carrying out the people or human resource aspects of amanagement position ,including recruiting, screening, training, rewarding and appraising. (Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah suatu kebijakan dan praktik menentukan aspek manusia atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen termasuk merekrut, melatih, memberikan penghargaan dan penilaian). Menurut A.A. Anwar (2005:2), menyatakan Manajemen sumber daya manusia adalah suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Sedangkan Veithzal Rivai (2005:11) menyatakan Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur proses pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efisien, efekif dan produktif merupakan hal yang paling penting untuk pencapaian tujuan perusahaan.

Dari pendapat kelima para ahli dapat disimpulkan bahwa Sumber Daya Manusia adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengadaan, pemberian pengaruh dan mengarahkan tenaga kerja manusia agar dapat bekerja semaksimal mungkin, serta untuk mencapai tujuan individu itu sendiri dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya dan tidak merugikan masyarakat sekitar baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan itu sendiri. Dengan kata lain MSDM merupakan perluasan gambaran dari manajemen personalia yang mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya mengelola sumber daya manusia.

2.1.2 Fungsi - fungsi Sumber Daya ManusiaBerikut ini adalah fungsi-fungsi manajemen menurut Bambang Wahyudi (2002 : 14) :1. Fungsi Manajeriala.Fungsi Perencanaan (Planning)Melaksanakan tugas dalam perencanaan kebutuhan, pengadaan, pengembangan, dan pemeliharaan sumber daya manusia.b.Fungsi Pengorganisasian (Organizing)Menyusun suatu organisasi dengan mendesain struktur dan hubungan antara tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh tenaga kerja yang dipersiapkan.c.Fungsi Pengarahan (Directing)Memberikan dorongan untuk menciptakan kemauan kerja yang dilaksanakan secara efektif dan efisiend.Fungsi Pengendalian atau Pengawasan (Controlling)Melakukan pengukuran-pengukuran antara kegiatan yang dilakukan dengan standar - standar yang telah ditetapkan. Khususnya di bidang tenaga kerja.2. Fungsi Operasionala. Fungsi PengadaanProses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai kebutuhan perusahaan.b. Fungsi PengembanganProses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan latihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.c. Fungsi KompensasiPemberian balas jasa langsung dan tidak lansung berbentuk uang atau barang kepada karyawan sebagai imbal jasa (output) yang diberikannya kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak sesuai prestasi dan tanggung jawab karyawan tersebut.d. Fungsi PengintegrasianKegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, sehingga tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Dimana Pengintegrasian adalah hal yang penting dan sulit dalam MSDM, karenamempersatukan dua aspirasi/kepentingan yang bertolak belakang antara karyawan dan perusahaan.e. Fungsi Pemeliharaankegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan agar tercipta hubungan jangka panjang. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

2.1.3 Kepemimpinan 2.1.3.1 Pengertian KepemimpinanKepemimpinan berpengaruh untuk memotivasi karyawan agar mencapai sasaran organisasi. Kepemimpinan (leadership) didefinisikan sebagai suatu proses pengaruh sosial, di mana pemimpin mengusahakan partisipasi sukarela dari para bawahan dalam suatu usaha untuk mencapai tujuan organisasi (Kreitner dan Kinicki, 2005: 299).Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang strategis, karena kepemimpinan dapat menggerakkan, memberdayakan, dan mengarahkan sumber daya secara efektif dan efisien kearah pencapaian tujuan. Keberadaan kepemimpinan menjadi lebih penting untuk mengembnagkan visi dan misi organisasi masa depan.Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan membangkitkan kekuatan-kekuatan emosional yang rasional dari para pengikutnya, sehingga mereka termotivasi unruk melakukan tugas-tugasnya. Peters dan Austin (dalam Kreitner dan Kinicki, 2005:299) menggambarkan kepemimpinan yang lebih luas, yaitu kepemimpinan berarti visi, pemberian semangat, antusiasme, kasih, kepercayaan, kegairahan, nafsu, obsesi, konsistensi, penggunaan simbol, perhatian, sebagaimana diilustrasikan oleh isi kalender seseorang, drama luar-dan-luar (dan manajemen dari itu), penciptaan para pahlawan pada semua tingkatan, bimbingan berjalan keliling secara efektif, dan sejumlah hal lainnya.Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi motivasi atau kompetensi individu-individu lainnya dalam suatu kelompok. Orientasi kepemimpinan yang mampu mengarahkan, membimbing para pegawai bawahan dengan baik dalam mensukseskan tujuan organisasi dituntut untuk mendukung usaha mempertahankan eksistensi perusahaanKepemimpinan bergantung pada sejuta hal-hal kecil yang dilakukan dengan obsesi, konsistensi, dan kepedulian, tetapi sejuta hal-hal kecil tersebut tidak berarti apa-apa jika tidak ada kepercayaan, visi, dan keyakinan dasar.Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan dan ketrampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya, untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikansumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi (Veithzal Rivai, 2007:148).Siagian (2002:235) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain (para bawahannya) sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya. Adapun konsep yang dekat dengan kepemimpinan yaitu kekuasaan. Kekuasaan hanya merupakan sarana bagi pemimpinan untuk mempengaruhi perilaku pengikut-pengikutnya saja. Kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan, kepemimpinan juga tidak harus diikat terjadi dalam suatu organisasi tertentu. Melainkan kepemimpinan biasa terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang-orang lain kearah tercapainya suatu tujuan tertentu.Hakekat kepemimpinan sebagai suatu state of the mind and state of the spirit, yaitu sikap alam pikir dan kejiwaan seorang pemimpin harus mampu memimpin dengan segala ucapan, perbuatan dan sikap atau perilaku hidup yang mendorong dan mengantarkan bawahan pada tujuan yang hendak dicapai. Menurut (Suwandi, 1999:115 dalam Sri Suranta, 2002:178) Keberadaan pemimpin dalam perusahaan sangatlah penting karena memiliki peranan yang sangat strategis dalam mencapai tujuan perusahaan. Kepemimpinan yang efektif sangat berpengaruh terhadap kinerja bawahan dalam suatu organisasi.Sikap karyawan yang terbentuk dalam kegiatan sehari-hari di suatu perusahaan mencerminkan bagaimana seorang pimpinan perusahaan membina karyawannya. Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan, cara mempengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah, tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau merespons dan menimbulkan perubahan positif, kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan, kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukungan diantara bawahan agar tujuan organisasional dapat tercapai (DuBrin, 2005:3).Berdasarkan pengertian diatas, kepemimpinan dapat digambarkan melalui hubungan antara pimpinan dengan karyawannya dimana hubungan yang terjalin dengan komunikasi yang baik tersebut sehingga membuat karyawannya bersikap baik dengan contoh yang didapatkannya sebagai proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan bersama.Kepemimpinan di suatu instansi akan berdampak pada kinerja karyawan dalam kaitannya dengan pekerjaan yang dilakukannya. Ketika pimpinan selaku pengambil keputusan bersikap bijaksana dan profesional dalam memimpin karyawan yang dimilikinya, maka akan berpengaruh pada keseriusan karyawan dalam melakukan kegiatan operasional diperusahaan.

2.1.3.2 Komponen KepemimpinanSoekarso (2010:20) menyatakan bahwa komponen penting dalam kepemimpinan adalah :1. PengaruhKepemimpinan adalah pengaruh ; dimana kepemimpinan terjadi karena adanya proses pengaruh. Pemimpin mempengaruhi bawahan atau pengikut kearah yang diinginkan.2. LegitimasiKepemimpinan adalah legitimasi ; dimana legitimasi merupakan pengakuan / pengukuhan atau pengesyahan kedudukan pemimpin, dan legitimasi juga merupakan posisi formal dari kekuasaan (power) dalam organisasi. Pemimpin yang memiliki legitimasi institusional atau legitimasi personal dapat mempengaruhi atau memerintah bawahan / pengikut atau karyawan, dan karyawan / pengikut rela dipengaruhi dan diperintah oleh pemimpin yang memiliki legitimasi.Bawahan / pengikut atau karyawan melaksanakn perintah dengan baik.3. TujuanKepemimpinan adalah pencapaian tujuan ; dimana pemimpin berusah dengan tujuan-tujuan yaitu : (1) tujuan individu, (2) tujuan kelompok, dan (3) tujuan organisasi. Pemimpin dipandang individu menurut kepuasan individu dalam melaksanakan perintahnya. Dan pemimpin harus dapat mengusahakan keseimbangan antara tujuan organisasi dengan keinginan bawahan / pengikut atau karyawan dari hasil yang menyenangkan agar lebih bergairah untuk bekerja.

2.1.3.3 Sifat sifat KepemimpinanPemimpin dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat penting tidak hanya secara internal bagi organisasi yang bersangkutan, tetapi juga dalam menghadapi berbagai pihak eksternal dari organisasi yang kesemuanya dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan organisasi mencapai tujuannya. Belum tentu setiap pemimpin memiliki kemampuan seperti yang disyaratkan. Sifat kepemimpinan yang sukses dijelaskan sebagai berikut (Amirullah dan Budiyono, 2004:49) :1. Watak dan kepribadian yang terpujiSeorang pemimpin harus mempunyai watak dan kepribadian yang terpuji, agar para bawahan maupun orang yang berada di luar organisasi mempercayainya.2. Keinginan melayani bawahanSeorang pemimpin harus percaya pada bawahan. Pemimpin harus mendengarkan pendapat bawahan dan mempunyai keinginan untuk membantu bawahan menimbulkan dan mengembangkan keterampilan yang dimiliki mereka agar karir mereka meningkat.3. Memahami kondisi lingkunganSeorang pemimpin tidak hanya menyadari tentang apa yang sedang terjadi di sekitarnya, tetapi juga dituntut untuk memiliki pengertian yang memadai sehingga dapat mengevaluasi perbedaan kondisi organisasi dan para bawahannya.4. Intelegensi yang tinggiSeorang pemimpin dituntut untuk mempunyai kemampuan berpikir pada taraf yang tinggi guna menganalisis problem dengan efektif, belajar dengan cepat dan memiliki minat yang tinggi untuk mendalami dan menggali ilmu.5. Berorientasi ke depanSeorang pemimpin harus memiliki intuisi, kemampuan memprediksi dan visi sehingga dapat mengetahui sejak awal tentang kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat mempengaruhi organisasi yang dikelolanya.

6. Sikap terbuka dan lugasPemimpin harus sanggup mempertimbangkan fakta-fakta dan inovasi yang baru yang dipandang mampu memberi nilai guna yang efisien dan efektif bagi organisasi. Lugas dalam arti bersifat apa adanya namun konsisten pendiriannya.

2.1.3.4 Tipologi KepemimpinanSoekarso (2010:145) menyatakan bahwa terdapat enam tipologi kepemimpinan yang dikenal dewasa ini, yaitu sebagai berikut :1. Tipe OtoriterAdalah tipe pemimpin yang berbagai kegiatan yang akan dilakukan dan penetapan keputusan ditentukan sendiri oleh pemimpin semata-mata. (Tidak memberi kesempatan kepada karyawan).2. Tipe DemokratisAdalah tipe pemimpin yang berebagai kegiatan yang akan dilakukan dan penetapan keputusan ditentukan bersama antara pemimpin dengan karyawan. (Memberei kesempatan partisipasi pada karyawan).3. Tipe LiberalAdalah tipe pemimpin yang berbagai kegiatan dan penetapan keputusan lebih banyak diserahkan pada karyawan. (Memberi kebebasan pada karyawan).4. Tipe PopulisAdalah tipe pemimpin yang mampu membangun rasa solidaritas pada karyawan atau pengikutnya.5. Tipe KharismatikAdalah tipe pemimpin yang memiliki nilai cirri khas kepribadian yang istimewa atau wibawa yang tinggi sehingga sangat dikagumi dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap karyawan atau pengikutnya.6. Tipe KooperatifDimaksudkan sebagai kepemimpinan cirri khas Indonesia, yaitu kepemimpinan yang memiliki jiwa Pancasila, yang memiliki wibawa dan daya untuk membawa serta dan memimpin masyarakat lingkungannya kedalam kesadaran kehidupan kemasyarakatan da kenegaraan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2.1.4 Lingkungan Kerja2.1.4.1 Pengertian Lingkungan KerjaLingkungan kerja merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan kinerja karyawan, karena lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap karyawan didalam menyelesaikan pekerjaan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik apabila karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Oleh karena itu penentuan dan penciptaan lingkungan kerja yang baik akan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan. Sebaliknya apabila lingkungan kerja yang tidak baik akan dapat menurunkan motivasi kerja serta semangat kerja dan akhirnya dapat menurunkan kinerja karyawan.Berikut adalah definisi lingkungan kerja menurut Sedarmayanti (2009:21) Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Dan menurut Alex S. Nitisemito (2000:183) adalah Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan. Sedangkan menurut Schultzh & Schulthz (2006) Lingkungan kerja diartikan sebagai suatu kondisi yang berkaitan dengan dengan ciri-ciri tempat bekerja terhadap perilaku dan sikap karyawan dimana hal tersebut berhubungan dengan terjadinya perubahan-perubahan psikologis karena hal-hal yang dialami dalam pekerjaanya atau dalam keadaan tertentu yang harus terus diperhatikan oleh perusahaan mencakup kebosanaan kerja, pekerjaan yang monoton, dan kelelahan.

Pendapat lain yang dikemukakan A.S. Munandar (2004:288), menyatakan bahwa:Lingkungan kerja merupakan lingkungan kerja fisik dan sosial yang meliputi: kondisi fisik, ruang, tempat, peralatan kerja, jenis pekerjaan atasan, rekan kerja, bawahan, orang diluar perusahaan, budaya perusahaan, kebijakan dan peraturan-peraturan perusahaan.Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan lingkungan dimana para karyawan tersebut bekerja dengan baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik yang dapat mempengaruhi diri pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Dengan demikian maka perusahaan harus berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang baru, sehingga para pegawai dapat menunjukan potensi mereka sepenuhnya, sebagai pekerja maupun manusia.Sementara itu, ruang lingkup lingkungan kerja menurut Ig. Wursanto (2003:301) meliputi lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja psikologis, dan sekaligus dijadikan sebagai indikator:

1. Lingkungan Kerja Fisik terdiri dari:a.Pencahayaan (iluminasi)Pengaturan pencahayaan di tempat kerja dapat dilakukan menggunakan cahaya buatan, misalnya dengan menggunakan lampu. Selain itu pencahayaan di tempat kerja juga dapat diperoleh dari sinar matahari, yaitu dengan menggunakan ventilasi. Pengaturan pencahayaan di tempat kerja harus disesuaikan dengan jenis dan sifat pekerjaannya yang dilakukan. Pekerjaan yang menuntut ketelitian dan kejelian mata, misalnya operator mesin, diperlukan kadar cahaya yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pekerjaan yang tidak begitu memerlukan ketelitian dan kejelian.b.Sirkulasi Udara (ventilasi)Pengaturan sirkulasi udara di tempat kerja dapat dilakukan dengan memberikan ventilasi yang cukup (melalui jendela). Disamping itu, dapat juga dilakukan dengan meletakan tanaman-tanaman disekitar tempat kerja. Hal tersebut akan membantu memberikan kebutuhan oksigen yang cukup bagi karyawan selama bekerja sehingga karyawan akan merasa nyaman dalam mengerjakan pekerjaannya, yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kinerja mereka.c.Kebisingan (noise)Pengendalian di tempat kerja dapat dilakukan dengan memasang dinding yang kedap suara, mengguakan alat pelindung pendengaran seama bekerja, mengurangi bunyi suara mesin dengan memakai mesin yang lebih halus suaranya dan lain-lain.d.Warna (color)Penggunaan warna di tempat kerja harus sesuai dengan jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan, misalnya pekerjaan yang membutuhkan ketenangan dan ketelitian sebaiknya digunakan warna biru. Pekerja yang lain mungkin diperlukan warna putih, hal ini akan memperbesar penerangan apabila digunakan cahaya tidak langsung.e.Suhu dan Kelembaban Udara (temperature and dampness of air)Pengendalian suhu dan kelembaban udara di tempat kerja menurut Prof. Soetarman yang dikutip oleh The Lian Gie (2000:220), dapat dilakukan dengan cara:1. Mengaur suhu udara daam ruang kerja dengan menggunakan air conditioning (AC).2. Mengusahakan peredaran udara yang cukup di ruang kerja, misalnya dengan membuat lubang-lubang udara yang cukup banyak di dinding-dinding ruangan. Demikian pila sewaktu bekerja, jendela-jendela dibuka sebanyak mungkin.3. Mngatur pakaian kerja yang sebaik-baiknya dipakai oleh para pegawai.f.Kebersihan (hygiene)Kebersihan di tempat kerja sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap perusahaan. Adanya tempat kerja yang bersih dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan pegawai dalm melakukan pekerjaannya. Selain itu, lingkungan kerja yang bersih juga sangat penting bagi kesehatan pegawai. Untuk memelihara kebersihan di tempat kerja dapat dilakukan melalui penggunaan tenaga cleaning service, menyediakan tempat sampah, dan lain-lain.g.Fasilitas (facility)Setiap perusahaan perlu memberikan kenyamanan kepada karyawan selama menjalankan aktivitasnya. Beberapa fasilitas yang dapat disediakan oleh perusahaan bagi pegawai misalnya: fasilitas parkir, sarana olahraga, sarana kebersihan dan fasilitas-fasilitas lain yang dapat memberikan kenyamanan bagi pegawai dalam bekerja.

3 Lingkungan kerja Psikologis (psikis) terdiri dari:a. Hubungan yang harmonisHubungan sosial yang harmonis di dalam instansi, baik antara pegawai dengan pimpinan, maupun pegawai dengan pegawai merupakan faktor-faktor yang cukup penting dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan Adanya ketegangan yang muncul di dalam instansi akan menurukan motivasi kerja seorang pegawai, sehingga kinerja tidak optimal. Untuk itu tugas seorang pimpinan adalah menciptakan hubungan kerja yang harmonis diantara para pegawai, misalnya dengan mengatasi berbagai permasalahan yang muncul diantaranya para pegawai melakukan rekreasi bersama dan lain-lain.b. Kesempatan Untuk MajuKemampuan atau kesempatan untuk maju merupakan faktor yang juga sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap instansi. Faktor ini berhubungan dengan kebutuhan pegawai untuk penghargaan da perhatian atas kinerjanya. Apabila karyawan diberikan kesempatan untuk maju, mereka akan berusaha untuk meningkatan kualitas kerja pekerjaannya, sehingga mereka akan menunjukan kinerja yang optimal.c. Keamanan dalm pekerjaanKeamanan dalam pekerjaan adalah terjaminnya keselamatan kerja pegawai selama menjalankan tugasnya, misalnya aman dari berbagai kondisi yang membahayakan, memperoleh perlakuaan yang adil dan sebagainya. Dengan terpenuhinya berbagai kondisi keamanan tersebut, setiap pegawai akan memperoleh ketenangan dalm bekerja yang berpengaruh terhadap kinerja.

2.1.5.2 Syarat-syarat Lingkungan Kerja yang KondusifSeperti telah diuraikan diatas, perancangan lingkungan kerja yang kondusif merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan perusahaan. Menurut Prof. Darji Darmodiharjo, SH yang ditulis oleh Pandji Anoraga (2005:44), lingkungan kerja yang kondusif harus memenuhi syarat 5K, yaitu:1. Keamanan2. Kebersihan3. Ketertiban4. Keindahan5. KekeluargaanSementara itu, syarat-syarat lingkungan kerja yang kondusif secara lebih terinci dijelaskan berikut:1. Lingkungan Kerja yang Menyangkut Segi Fisika. Keadaan bangunan, gedung atau tempat kerja yang menarik dan menjamin kesalamatan kerja pegawai. Termasuk didalamnya ruang kerja yang nyaman, dan mampu memberikan ruang gerak yang cukup bagi para pegawai, serta mengatur ventilasi yang baik sehingga pegawai bebas bekerja.b. Tersedianya beberapa fasilitas, seperti: peralatan kerja yang cukup memadai, tersedianya tempat-tempat rekreasi, tempat istirahat, tempat ibadah, dan sebagainya.c. Letak gedung dan tempat kerja yang strategis sehingga mudah dijangkau dari segala penjuru dengan kendaraan umum.2. Lingkungan Kerja yang Menyangkut Segi NonFisika. Adanya perasaan aman dari para pegawai dalm menjalankan tugasnya, yang meliputi: rasa aman dari bahaya yang mungkin timbul pada saat menjalankan tugas, merasa aman dari pihak yang sewenang-wenang, serta merasa aman dari segala macam bentuk tuduhan sebagai akibat dari saling curiga mencurigai diantara para pegawai.b. Adanya loyalitas yang bersifat dua dimensi, yaitu loyalitas yang bersifat vertical (antara bawahan dengan pimpinan) dan loyalitas yang bersifat horizontal (antara pimpinan dengan pimpinan yang setingkat, antara pegawai dengan pegawai yang setingkat).c. Adanya perasaan puas di kalangan para pegawai, perasaan puas tersebut akan terwujud apabila pegawai merasa kebutuhannya telah terpenuhi.Beberapa hal diatas merupakan persyaratan lingkungan kerja yang kondusif, yaitu suatu kondisi lingkungan kerja yang dapat memberikan keamanan serta kenyamanan kepada pegawai dalam melakukan pekerjaannya. Apabila instansi menghendaki setiap pegawainya dapat menunjukan kinerja yang optimal, maka beberapa persyaratan lingkungan kerja yang telah diuraikan diatas harus terpenuhi.

2.1.6 Kinerja Karyawan2.1.6.1 Pengertian Kinerja KaryawanKinerja merupakan perilaku organisasi yang berhubungan secara langsung dengan produksi barang atau penyampaian jasa. Informasi tentang kinerja organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kinerja yang dilakukan organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum. Namun dalam kenyataannya banyak organisasi yang justru kurang, bahkan banyak yang mengetahui informasi tentang kinerja dalam organisasinya. Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Tika, 2006:121). Sedangkan menurut Veithzal Rivai (2008:14) kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan.Menurut Bambang Guritno dan Waridin (2005:63), Kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Hakim (2006:73) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugas individu tersebut dalam suatu perusahaan pada suatu periode waktu tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari perusahaan dimana individu tersebut bekerja.Tentu saja kinerja individu diarahkan untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Target yang telah dicapai karyawan merupakan prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan per satuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melasanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu (Malayu S.P Hasibuan, 2005:146). Sedangkan menurut A. A Mangkunegara (2009:67) Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya..Kinerja menurut Laurensius (2006:16) adalah hasil kerja seorang pegawai atau karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standart target, sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama. Jika karyawan tidak melakukan pekerjaannya dengan baik, maka suatu organisasi akan mengalami kegagalan.Berdasarkan pengertian kinerja dari beberapa pendapat ahli diatas, kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan. Kinerja juga berarti hasil yang dicapai oleh seseorang, baik kuantitasmaupun kualitas dalam suatu organisasi sesuai dengan tanggung jawab yang dberikan kepadanya.

2.1.6.2 Faktor faktor yang Mempengaruhi Kinerja KaryawanKemampuan dan motivasi adalah faktor yang mempengaruhi kinerja. Pendapat yang diutarakan oleh Keith Davis dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2007:13, faktor yang mempengaruhi kinerja dirumuskan sebagai berikut: Ability = Knowledge x skillMotivation = Attitude x SituationHuman Performance = Ability vs Motivation

Berdasarkan rumusan diatas, dapat diuraikan sebagai berikut:a. Faktor Kemampuan (Ability)Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Pimpinan dan pegawai harus memiliki pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.b. Faktor Motivasi (Motivation).Motivasi diartikan sebagai suatu sikap yang dimiliki pemimpin dan pegawai terhadap situasi kerja dilingkungan organisasinya. Mereka akan menunjukan nilai positif atau negatif terhadap situasi kerjanya, dan semua itu bisa memperlihatkan bagaimana tinggi rendahnya motivasi yang dimiliki pimpinan dan pegawai.c. Faktor performa (human performance) Salah satu hal yang terpenting dalam performa yaitu mental. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal.Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap secara psikofisik (siap secara mental, fisik, tujuan, dan situasi). Artinya, seorang pegawai harus siap mental, maupun secara fisik, memahami tujuan utama dan tarjet kerja yang akan dicapai, maupun memanfaatkan, dan menciptakan situasi kerja.Sikap mental yang siap secara psikofisik terbentuk karena pegawai mempunyai modal dan kreatif. Modal merupakan singkatan dari M= Mengolah, O = Otak, D= Dengan, A= aktif, L= Lincah, sedangkan kreatif singkatan dari K=keinginan maju, R= rasa ingin tahu tinggi, E= energik, A= analisis sistematik, T=terbuka dari kekurangan, I= inisiatif tinggi, dan P= pikiran luas. Dengan demikian, pegawai tersebut mampu mengolah otak dengan aktif dan lincah, memilki keinginan maju, rasa ingin tahu tinggi, energik, analisis sistematik,terbuka untuk menerima pendapat, inisiatif tinggi, dan pikiran luas terarah(A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2008:67).

2.1.6.3 Unsur unsur KinerjaTika (2006:121) mengemukakan bahwa ada 4 (empat) unsur-unsur yang terdapatdalam kinerja yaitu:1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan3. Pencapaian tujuan organisasi4. Periode waktu tertentuMenurut Veithzal Rivai (2005:356) kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tigahal,yaitu:1. Kemampuan2. Keinginan3. Lingkungan

2.1.6.4 Teknik dalam Menilai KinerjaPenilaian kinerja karyawan (performance appraisal) secara keseluruhan merupakan proses yang berbeda dari evaluasi pekerjaan (job evaluation).Penilaian kinerja karyawan berkenaan dengan seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan yang diberikan. Evaluasi pekerjaan menentukanseberapa tinggi harga sebuah pekerjaan bagi organisasi dan dengan demikian pada kisaran berapa gaji sepatutnya diberikan kepada pekerjaan tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja karyawan (Sastrowiharjo,2006:219) :a) Karakteristik situasi.b) Deskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan dan standar kinerja karyawan pekerjaan.c) Tujuan-tujuan penilaian kinerja karyawan.d) Sikap para karyawan dan manager terhadap evaluasi.Karakteristik yang harus dimiliki oleh kriteria tersebut diharapkan berguna bagi penilaian kinerja karyawan. Karakteristik tersebut antara lain:a) Kriteria yang baik haruslah mampu diukur dengan cara yang dapat dipercaya.b) Kriteria yang baik haruslah mampu membedakan individu-individu sesuaidengan kinerja karyawan mereka.c) Kriteria yang baik haruslah sensitif terhadap masukan dan tindakan- tindakanpemegang jabatan.d) Kriteria yang baik haruslah dapat diterima oleh individu yang mengetahui kinerja karyawan nya sedang dinilai.Menurut Gomez dalam Sastrowiharjo (2006:324) dalam melakukan penelitian terhadap kinerja yang berdasarkan deskripsi pekerjaan secara spesifik (judgementperformance evaluation) ini maka ada delapan dimensi yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain:1. Quality of Work (kualitas kerja)Kualitas ini akan dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapan.2. Quantity of Work (kuantitas kerja)Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan.3. Job Knowledge (pengetahuan pekerjaan)Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilan.4. Creativeness (kreatifitas)Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untukmenyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.5. Cooperative (kerjasama)Kesadaran untuk bekerja sama dengan orang lain.6. Initiative (inisiatif)Keaslian ide-ide yang disampaikan sebagai program organisasi dimasa yangmendatang.7. Dependerability (ketergantungan)Kesadaran dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penjelasan kerja.8. Personal Quality (kualitas personil)Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, kemampuan dan integritas pribadi

2.2 Kerangka PemikiranA Dale Timpe (1999:247) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah kepemimpinan yang baik, karena kepemimpinanlah yang memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para pegawainya.Penelitian yang telah dilakukan oleh Eka Idham Iip K Lewa dan Subowo (2005) yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan di PT. Pertamina (Persero) Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat, Cirebon, yang menyatakan bahwa kepemimpinan, lingkungan kerja fisik dan kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, baik secara parsial maupun simultan.Penelitian yang dilakukan oleh M. Wahyuddin dan Djumino. A yang berjudul Analisis Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat di Kabupaten Wonogiri yang menyatakan bahwa kepemimpinan,dan motivasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja pegawai baik secara parsial maupun secara simultan.Pada saat ini lingkungan kerja dapat di desain sedemikian rupa untuk menciptakan hubungan kerja yang mengikat pekerja dalam lingkungan nya. Lingkungan kerja yang baik adalah ingkung kerja yang aman, tentram, bersih, tidak bising, terang dan bebas dari segala macam ancaman dan gangguan yang dapat menghambat karyawan untuk bekerja secara optimal.Pengaturan lingkungan kerja fisik yang baik juga akan membuat para karyawan merasa aman, tenang dan betah dalam melakukan pekerjaan mereka sehingga menyebabkan kinerja mereka dapat meningkat sesuai dengan keinginan perusahaan. Sebaliknya jika lingkungan kerja fisik yang buruk akan membuat karyawan merasa tidak betah dan terganggu dalam menyelesaikan tugas yang di bebankan kepadanya.Hal ini didukung oleh Penelitian yang dilakukan oleh Vera Parlinda yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Pelatihan, dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PDAM Kota Surakarta yang menyatakan bahwa kepemimpinan, Motivasi, Pelatihan, dan Lingkungan Kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PDAM Kota Surakarta. Kepemimpinan dan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PDAM Kota Surakarta. Gary Yulk (2006:67 ) berpendapat bahwa adanya hubungan yang signifikan variabel kepemimpinan, lingkungan kerja, terhadap kinerja karyawan.

Dengan demikian dari uraian di atas dapat diajukan model kerangka pemikiran sebagai berikut :

Kepemimpinan(Veithzal Rivai, 2007:148)Lingkungan Kerja(A.S. Munandar, 2004:288)Kinerja Karyawan(Anwar Prabu 2009:67)A Dale Timpe, 1999:247

Gary Yulk, 2006:67

Panji Anoraga, 2005:58Gambar 2.3Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis Hipotesis penelitian yang diajukan oleh penulis adalah sebagai berikut :a. Hipotesis SimultanKepemimpinan dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan.b. Hipotesis ParsialKepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.Lingkungan Kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan14