Upload
nindia-andani-indraningtyas
View
30
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
DISUSUN OLEH :
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
DESEMBER 2003
FITRI KHAIRINA DJUANDA
HILDA OCTAVIATI UTAMI
RAHMAWATI AYUDIA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Tugas Pemeliharaan dan
Rehabilitasi Jembatan ini. Kami berterima kasih pada Bapak Andi Indianto selaku dosen
mata kuliah Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan yang telah memberikan tugas
bermanfaat ini kepada kami mahasiswa perancangan jalan dan jembatan.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kami mengenai Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jembatan baik di Indonesia
maupun di negara lain yang pada dasarnya hampir sama dalam hal pemeliharaannya. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan
demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun.
Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabil terdapat kesalahan berupa kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.
Depok, Desember 2013
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
BAB II DASAR TEORI .............................................................................. 4
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................ 54
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap saran transportasi jalan yang
menghubungkan suatu tempat ke tempat lainnya, yang dapat dilintasi oleh sesuatu
benda bergerak misalnya suatu lintasan yan terputus akibat suatu rintangan atau sebeb
lainnya, dengan cara melompati rintangan tersebut tanpa menutup/menimbun rintangan
itu dan apabila jembatan terputus maka lalu lintas akan terhenti. Lintas tersebut bisa
merupakan jalan kendaraan, jalan kereta api atau jalan pejalan kaki, sedangkan
rintangan tersebut dapat berupa jalan kendaraan, jalan kereta api, sungai, lintasan air,
lembah atau jurang.
(a)
(b)
2
(c)
Gambar 1.1 Jembatan dengan Berbagai Rintangan (a) Jalan Kendaraan (b) Rel Kereta Api (c) Sungai
Agar mencapai umur jembatan yang direnccanakan perlu dilakukan perawatan dan
pemeliharaan jembatan secara berkala. Apabila terjadi kerusakan pada jembatan,
terutama kerusakan yang parah sehingga jembatan tersebut tidak dapat dilewari oleh
kendaraan maka harus segera ditangani, mengingat pentingnya fungsi jembatan sebagai
penghubung antar wilayah. Bila jembatan tidak berfungsi dengan baik, maka dapat
menggangu kegiatan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat sekitar.
Pada mata kuliah Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jembatan yang wajib diikuti oleh
mahasiswa S1 Terapan Politeknik Negeri Jakarta, Jurusan Teknik Sipil, Program Studi
Perncanaan Jalan dan Jembatan, dijelaskan mengenai bagaimana metode rehabilitasi
dan rekonstruksi yang baik dan benar sesuai dengan Panduan Pemeliharaan dan
Rehabilitasi Jembatan yang dikeluarkan oleh Bridge Managment System dan Direktorat
Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. Untuk lebih memperdalam ilmu
mengenai rehabilitasi dan rekonstruksi jembatan dan juga menyelesaikan tugas sebagai
salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jembatan, maka
disusun makalah mengenai pemeliharaan dan perbaikan jembatan, dengan studi kasus
Jembatan Tanah Abang Petamburan, Jakarta Pusat.
B. TUJUAN Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat kelulusan Mata
Kuliah Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jembatan, dan untuk mengetahui tingkat
kerusakan Jembatan Tanah Abang Petamburan, Jakarta Pusat berdasarkan nilai
kondisi.
3
C. PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah tingkat kerusakan pada Jembatan Tanah Abang Petamburan,
Jakarta Pusat?
2. Bagaimanakah perbaikan yang tepat untuk kerusakan yang terjadi pada elemen-
elemen Jembatan Tanah Abang Petamburan, Jakarta Pusat?
3. Berapakah prediksi umur sisa Jembatan Tanah Abang Petamburan, Jakarta Pusat?
D. METODOLOGI PENULISAN Metodologi penulisan yang digunakan adalah dengan studi literatur dan observasi.
Studi literatur ini diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan rehabilitasi dan
rekonstruksi jembatan. Observasi dilakukan dengan tinjauan langsung ke lapangan,
yaitu pada lokasi Jembatan Tanah Abang Petamburan, Jakarta Pusat.
E. ACUAN
F. SISTEMATIKA PENYUSUNAN MAKALAH Penulisan makalah ini disusun dalam bab-bab yang secara garis besar adalah sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang, tujuan penulisan, perumusan masalah,
metodologi penulisan, dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran umum dari
isi makalah ini.
BAB II DASAR TEORI
Dalam bab ini berisikan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang
akan dibahas dalam makalah ini.
BAB III PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisikan mengenai data teknis jembatan, foto kerusakan jembatan,
analisa tingkat kerusakan jembatan, metode perbaikan jembatan, dan prediksi umur
jembatan.
BAB IV KESIMPULAN
Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil pembahasan
permasalahan yang diajukan.
4
BAB II
DASAR TEORI
A. JEMBATAN BETON BERTULANG 1. Unit Pracetak
Unit pracetak biasanya dibuat di luar lokasi dan dibuat dalam kuantitas yang
cukup, sehingga dapat dibenarkan penggunaan acuan yang tahan lama dan bermutu
tinggi. Bagian - bagian pracetak yang tipikal dari bangunan atas jembatan adalah
papan - papan lantai, pelat lantai, gelagar, pelat soffit lantai, unit kereb dan tiang
(post).Dalam pekerjaan pracetak, diharapkan adanya keseragaman mutu, bentuk,
warnadan penampilan umum, dan ciri - ciri tersebut dipengaruhi oleh kuantitas
acuan,jenis minyak acuan dan bahan pelapas acuan, perubahan dalam sifat atau
proporsi bahan mentah yang dipakai, jumlah atau jenis getaran, jenis perawatan,
umur padapembongkaran dan bahkan pada perubahan cuaca.Unit - unit pracetak
dapat mudah rusak pada waktu penanganan, penumpukan danpengangkutan. Jika
tersedia alat alat pengangkut dalam unit, alat tersebut harusdipakai. Bila titik -
titik penyangga pada waktu penumpukan tidak terlihat pada gambar rencana, harus
dimintakan nasehat perencana. Penyanggaan pada lebih daridua titik
dapat menyebabkan kerusakan berat. Ketika menumpuk unit serupa,penyangga
harus diletakkan satu di atas lainnya dengan tepat. Bahan pembungkus (packing)
harus dari bahan tetap (inert), atau kalau dari kayu hard wood (keras)harus dibungkus
plastik untuk menghindari kelunturan. Pelendutan (sagging ) atau pemuntiran dari unit yang
tipis dan panjang mungkin terjadi jika kurangdiperhatkan desain system penyangga
pada waktu penyimpanan. Gerakan relativepenggetar awal (premovement ) dan
trailer harus dipertimbangkan untuk mencegah keretakan torsi, pecah atau gesekan
pada waktu mengangkut unit.Unit pracetak dipasang dengan menggunakan satu
crane atau dua crane.
2. Cor In-Situ Jembatan beton bertulang ini dipasang dengan menggunakan perancah. Perancah
yang dibuat harus memperhatikan kondisi aliran sungai pada waktu banjir,
apabiladilaksanakan pada saat kemungkinan adanya banjir. Kestabilan
dan kekuatanperancah sangat dominan. Setelah perancah selesai dibuat
5
dan diyakini stabil dan kuat, mulai dibuat acuan atau bekisting untuk gelagar beton bertulang.
Acuan dibuat dengan dimensi sesuai dengan Gambar Rencana,
mempunyaikelurusan yang baik dan tidak bocor. Setelah acuan selesai, mulai
dipasang baja tulangan dalam acuan tersebut, dengan memperhatikan selimut tebal
selimut beton dengan menahan baja tulangan dengan beton decking. Mutu beton decking
harus lebih tinggi dari beton yang akan di cor. Setelah semua baja tulangan selesai dipasang dan
acuan dibersihkan dari kotoran-kotoran yang ada, maka barulah dilakukan pengecoran
beton dengan mengacupada pelaksanaan pekerjaan beton.Perancah baru boleh
dilepas setelah beton mempunyai kuat tekan minimal 85%dari beton karakteristik.
Untuk bentang pendek dapat dicor bersama-sama denganlantai.
3. Plat Lantai a. Acuan
Acuan lantai dapat dilepas atau ditinggal di tempat. Yang ditinggalkan biasanya
terbuat dari baja galvanisasi, semen serat kompresi (compressed fibre-cement
or concrete) atau beton. Acuan baja galvanisasi yang akan ditinggal di tempat
biasanya merupakan lantaibaja trough yang disangga balok memanjang dan
gelagar melintang. Bagian bawahdari lantai beton dengan acuan yang ditinggal
tidak dapat diperiksa, oleh karena ituperlu perhatian khusus pada waktu pengecoran dan
penggetaran beton untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya beton berpori pada
bagian bawah. Lantai kantilever dan trotoar adalah bagian yang paling kelihatan
dari jembatan. Gelagar jembatan melendut pada waktu pelat lantai sedang dicor, dan lendutan
iniharus diperhitungkan pada waktu memasang acuan pinggir, sehingga pinggir
lantai merupakan garis menerus, lurus atau dengan lawan lendut (camber ) pada
bentang tengah. Acuan lantai harus disangga dari gelagar dan bukan dari tanah,
pilar atau kepala jembatan.Pada waktu lantai dicor, penting untuk melindungi
gelagar luar dan landasanterhadap pengaruh momen torsi yang disebabkan oleh
perputaran lantai kantilever dan trotoar. Ini dilakukan dengan mengikat bagian
atas gelagar menjadi satudengan batang penguat yang dilas dan perkuatan (strutting)
pada permukaan flens bawah.
b. Penulangan
Setelah acuan untuk pelat lantai telah selesai dan diperiksa kekuatannya,
pengerjaannya, kerapatan adukan, ketinggian dan kebersihan, penulangan dapat
6
dipasang. Perlu untuk sering memeriksa ukuran pada waktu pembengkokan
dilokasi, atau tepat sesudah pengiriman ke lokasi jika tulangan dibengkokan
di luar lokasi. Penggunaan kayu, rak baja atau penyangga lain adalah supaya
penulangantidak mengenai tanah atau lumpur sampai siap dipakai. Cat, minyak,
lemak,Lumpur, mill scale lepas atau karat lepas akan mengurangi sifat pelekatan
daribatang sederhana khususnya dan harus dilepas. Penutup (selimut) sangat
penting terutama pada pelat lantai yang relative tipis, kurangnya selimut dapat
mengakibatkan berkaratnya batang dan terkikisnya beton, sedangkan terlalu
banyak selimut dapat mengakibatkan kekuatan rencana diperkirakan dari
pelattidak tercapai.Pengikat kawat sama cepat berkarat seperti batang biasa, dan
ujung pengikat harusdijauhkan dari permukaan beton.Blok adukan dan dudukan
(chair ) plastik dipakai untuk memelihara selimut lebihdisukai daripada dudukan
baja dengan pinggiran plastik. Beberapa dudukan plastik mempunyai luas dasar
yang kurang, dan dapat hancur bila dibebani, apalagi dalamcuaca panas. Bila
dudukan dipakai pada posisi horizontal untuk memegangpenulangan vertikal
kadang - kadang berputar kecuali jika dipasang dengan baik.Penulangan harus
ditopang sedemikian rupa sehingga tidak berpindah, distorsi,atau rusak dengan
cara apapun pada waktu pengecoran pelat lantai.
c. Urutan Pengecoran
Perencanaan urutan pengecoran harus mempertimbangkan hal - hal
sebagaiberikut:
1) melintang = dimulai pengecoran beton di tengah, bergerak keluar secaraseimbang /
teratur.
2) memanjang = pengecoran beton sedemikian sehingga lendutan
maksimumterjadi pada awal, sehingga bila pengerasan awal
terjadi beton tidak akanterpengaruh oleh lendutan yang
disebabkan pengecoran beton kemudian.Bila pelat yang
sedang dicor tidak lurus, biasanya dalam praktek dikerjakan
darititik terendah menuju titik tertinggi.
7
d. Pengecoran
Pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum mengecor pelat lantai adalah
sebagai berikut:
1. periksa bahwa semua kotoran debu, beton lama, potongan kawat
pengikat dansebagainya dibersihkan dari acuan.
2. menegaskan bahwa jembatan kerja (runway) ditopang bebas dari penulangan.
3. Jika keadaan cuaca kurang baik, terutama cuaca panas, periksa agar
pekerjaandapat berlangsung tanpa melanggar Syarat - syarat Teknik.
4. memastikan adanya pengaturan untuk cahaya buatan (penerangan)
bilapengecoran tidak dapat diselesaikan sebelum gelap.
5. memastikan terdapat cukup kayu untuk membuat stop - end bila
persediaanbeton terganggu / terlambat
6. memastikan ketersediaan tenaga dan fasilitas untuk mengambil benda uji bahanatau beton
sesuai dengan Syarat - syarat Teknik.
7. menegaskan bahwa talang (chutes) terbuat dari logam atau dilapisi logam
sehingga beton tidak akan terpisah dalam talang atau diperbolehkan jatuh
lebih dari1,5 m.
8. memeriksa tersedianya alat cadangan (standby) yang cukup, termasuk
pengetar,dalam kondisi siap pakai.
Beton dapat dicampur di lokasi atau di tempat lain, dan dapat dicor
denganmenggunakan kereta dorong pada jembatan kerja dengan
talang,monorail conveyor dari ember yang diangkat oleh keran atau katrol (hoist),
atau dipompa.Beton harus dicor dengan kedalaman penuh dalam acuan sedekat
mungkin denganposisi akhir, sehingga tidak perlu dipindah - pindahkan dengan
screed atau penggetar.
Operator berpengalaman dan pengawasan ketat diperlukan dalam penggetaran
untuk menjamin bahwa beton dipadatkan segera setelah dicor. Melalui
penggetar dalam (internal) dapat dihasilkan lantai yang padat dan beton yang
tahan sertapadat disamping dengan menggunakan screed penggetar dan penghalus tangan
(hand floating) atau screed tangan dan penghalus mesin (power float ).
Bila lantai akan diberi lapisan permukaan aspal, suatu daya lekat yang baik
akanterjadi antara beton dan aspal bila permukaan diperkasar, dan ini
didapat dengancara menyeret sapu kaku secara melintang pada permukaan
sebelum mengeras.
8
Timing dari kegiatan ini penting untuk mendapat hasil yang baik. Prosedur perawatan
dimulai segera setelah pengerasan awal terjadi.Perlu pertimbangan tambahan
dalam hal flens balok T prategang pracetak merupakan bagian dari pelat lantai.
Setelah gelagar telah dipasang diperlukan suaturangkaian pengisi memanjang
(infill).
Harus diperhatikan tempat sambungan pelaksanaan antara tepi gelagar pracetak
beton pengisi yang dicor. Pinggiran pracetak harus diperkasar pada tempat
(yard) pencetakan dan dibasahi segerasebelum beton pengisi dicor. Meskipun dilakukan
dengan hati - hati, penyusutanbeton dan kelenturan (flexibility) dari bagian prategang
yang baru seringmengakibatkan keretakan pada sambungan pelaksanaan,
sehingga membranekedap air sering dipasang pada lantai sebelum pengaspalan.
Pelat lantai beton yang berdampingan dengan hidung sambungan pemuaian
harusdicor bersamaan dengan pengecoran lantai utama. Praktek
(kebiasaan) meniadakanbeton sebatas 300 mm dari sambungan harus tidak
diijinkan oleh engineer karena beton yang ditambahkan setelah beton yang
utama, tidak dapat disambung dengan memuaskan pada beton lantai utama dan
akan timbul masalah dengan sambunganpemuaian pada umur awal bangunan.
Hal yang sama berlaku pada peniadaan betondi sekeliling tiang pagar beton
pada waktu pengecoran lantai utama.Praktek (kebiasaan) pemasangan lapisan
adukan pada acuan lantai sebelumpengecoran tidak boleh diijinkan. Hal ini
mengakibatkan suatu lapisan adukanyang lemah di mana biasanya retak dan
terlepas pada tahap awal.
9
Gambar 2.1 Tampak Samping dan Atas Jembatan Beton
Tabel 2.1 Jenis Jembatan Berdasarkan Bentang
10
B. PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN JEMBATAN 1. Pemeriksaan Jembatan
Pemeriksaan jembatan adalah salah satu komponen terpenting dalam sistem
informasi manajemnen jembatan. Pemeriksaan merupakan hal penting yang akan
menghubungkan antara keadaan jembatan yang ada dengan rencana pemeliharaan
atau peningkatan dalam waktu mendatang. Tujuan dari pemeriksaan jembatan
adalah untuk meyakinkan bahwa jembatan tersebut masih berfungsi secara aman
atau perlu diadakan suatu tindakan tertentu guna pemeliharaan adn perbaikan
secara berkala. Beberapa tujuan yang spesifik dalam pemeriksaan jembatan adalah:
- Memeriksa keamanan jembatan pada saat layan;
- Menjaga terhadap ditutupnya jembatan;
- Mencatat kondisi jembatan pada saat tersebut;
- Menyediakan data bagi personil perencanaan teknis, konstruksi dan pemeliharaan;
- Memeriksa pengaruh dari beban kendaraan dan jumlah kendaraan;
- Memantau keadaan jembatan secara jangka panjang;
- Menyediakan informasi mengenai dasar daripada pembebanan jembatan.
Pemeriksaan dilakukan sejak jembatan tersebut masih baru dan berkelanjutan
selama umur jembatan. Data yang dikumpulkan dari pemeriksaan harus betul-betul
merupakan data yang mutakhir, akurat dan lengkap sehingga hasil yang
dikeluarkan betul-betul dapat dipercaya. Berdasarkan skala dan intensitasnya, jenis
pemeriksaan yang utama dalam sistem informasi manajemen jembatan adalah
sebagai berikut:
a) Pemeriksaan Inventarisasi
Pemeriksaan Inventarisasi dilakukan pada saat awal untuk mendaftarkan setiap
jembatan ke dalam data base. Pemeriksaan inventarisasi juga dilaksanakan jika pada
jembatan yang tertinggal pada waktu data base dibuat. Selanjutnya pada jembatan
baru yang belum perbah dicatat harus dilaksanakan pemeriksaan inventarisasi.
Perlintasan Kereta Api, penyebrangan sungai, gorong-gorong dan lokasi dimana
terdapat penyebrangan ferri juga diperiksa dan didaftar.
Pemeriksaan inventarisasi adalah pengumpulan data dasar administrasi, geometri,
material dan data-data tambahan lainnya pada setiap jembatan, termasuk lokasi
jembatan, panjang bentang dan jenis konstruksi untuk setiap bentang. Kondisi
11
secara kseluruhan diberikan pada komponen-komponen utama bangunan atas dan
bangunan bawah jembatan.
Pemerikasaan inventarisasi dilakukan oleh pemeriksa dari instansi yang terkait yang
sudah dilatih atau oleh seorang sarjana yang berpengalaman dalam bidang
jembatan.
b) Pemeriksaan Detail
Pemeriksaan Detail dilakukan untuk mengetahui kondisi jembatan dan elemennya
guna mempersiapkan strategi penanganan untuk setiap individual jembatan dan
membuat urutan prioritas jembatan sesuai dengan jenis penanganannya.
Pemeriksaan detail dilakukan paling sedikit sekali dalam lima tahun atau dengan
interval waktu yang lebih pendek tergantung pada kondisi jembatan. Pemeriksaan
Detail juga dilakukan setelah dilaksanakan pekerjaan rehabilitasi atau pekerjaan
perbaikan besar jembatan, guna mencatat data baru, dan setelah pelaksanaan
konstruksi jembatan baru, untuk mendaftarkan ke dalam database dan mencatatnya
dalam format pemeriksaan detail.
Dasar dari sistem pemeriksaan secara detail adalah penilaian kondisi elemen dan
kelompok elemen menurut keadaannya dan keseriusan dari
kekurangan/kelemahannya.
Pemeriksaan secara detail bertujuan mendata kondisi elemen pada Level yang
paling tinggi, dan pada Level ini semua elemen memiliki kondisi yang sama. Level
tertinggi elemen dinilai pada Level 4 atau Level 5.
Dalam upaya menyederhanakan prosedur pemeriksaan, hanya kerusakan yang
penting yang dicatat selama pemeriksaan secara detail. Bila ditemukan kerusakan
kecil yang dapat diperbaiki dalam pemeliharaan rutin, kerusakan ini hanya perlu
dilaporkan dalam Bagian Pemeliharaan Rutin.
Untuk setiap elemen yang memiliki kerusakan yang berarti, ditentukan oleh 5 nilai,
yaitu:
- Nilai Struktur (S);
- Nilai Kuantitasnya (volume) (K);
- Nilai Kerusakannya (R);
12
- Nilai Fungsi (F);
- Nilai Pengaruh (P).
Setiap nilai diberi angka 0 atau 1, sehingga subjektivitas selama pemeriksaan dapat
diminimalkan dan penilaian menjadi lebih konsisten.
Elemen atau kelompok elemen dinilai dengan diberikan suatu Nilai Kondisi antara 0
dan 5. Angka-angka tesebut mewakili jumlah dari kelima nilai yang ditentukan di
atas.
Sesuadah penilaian elemen pada Level 5, 4, atau 3. Nilai Kondisi untuk elemen pada
Level yang lebih tinggi dalam hirarki ditentukan dengan cara mengevaluasi sejauh
mana kerusakan dalam elemen pada Level yang lebih rendah dalam kaitannya
dengan elemen-elemen pada level yang lebih tinggi berikutnya, apakah elemen-
elemen ini dapat berfungsi, dan apakah elemen-elemen ini dapat berfungsi, dan
apakah elemen-elemen lain pada level yang lebih tinggi dipengaruhi oleh kerusakan-
kerusakan tersebut.
Nilai Kondisi untuk elemen Level 3 yang relevan untuk suatu jembatan tertentu
ditentukan oleh pemeriksa di lapangan dengan menggunakan cara ini, dan dicatat
dalam Formulil Pemeriksaan. Pemeriksaan ini menggunakan Nilai Kondisi pada
Level 3 untuk mendapatkan suatu Nilai Kondisi jembatan pada Level 1 dan untuk
menetukan strategi pemeliharaan secara keseluruhan untuk jembatan yang
bersangkutan. Pemeliharaan yang dianjurkan dapat berbentuk penggantian jembatan
bila jembatan berada dalam kondisi kritis dan biaya perbaikan terlalu tinggi,
rehabilitasi jembatan dengan melakukan perbaikan besar atau penggantian
komponen utama jembatan, perbaikan elemen individual, atau sekedar pemeliharaan
rutin.
Pemeriksaan detail mendata semua kerusakan yang berarti pada elemen jembatan,
dan ditandai dengan nilai kondisi untuk setiap elemen, kelompok elemen dan
komponen utama jembatan. Nilai Kondisi untuk jembatan secara keseluruhan
didapat dari nilai kondisi setiap elemen jembatan.
c) Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin dilakukan setiap tahun sekali yaitu untuk memeriksa apakah
pemeliharaan rutin dilaksanakan dengan baik atau tidak dan apakah harus
13
dilaksanakan tindakan darurat atau perbaikan untuk memelihara jembatan agar tetap
dalam kondisi aman dan layak. Pemeriksaan ini dilaksanakan dantara pemeriksaan
detail.
d) Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus biasanya disarankan oleh pemeriksa jembatan pada waktu
pemeriksaan detail karena pemeriksaan merasa kurangnya data, pengalaman atau
keahlian untuk menetukan kondisi jembatan.
Semua jenis pemeriksaan di atas dilakukan oleh seorang sarjana yang berpengalaman
dalam bidang jembatan atau staf teknik yang mempunyai keahlian dalam bidang
jembatan.
2. Pemeliharaan Jembatan Pemeliharaan Jembatan mencakup tiga jenis pekerjaan yaitu:
a) Pemeliharaan Rutin
b) Pemeliharaan Berkala
c) Rehabilitasi dan Perbaikan Besar
Sebagai tambahan, pekerjaan penunjang kadang kala dilakukan agar jembatan tetap
berfungsi sampai menunggu adanya dana untuk perbaikan atau penggantian.
Tingkat pelayanan jembatan yang mendapatkan penunjangan biasanya lebih rendah
daripada jembatan asalnya dan hal ini dilaksanakan untuk sementara waktu saja,
tergantung dari pelaksanaan perbaikan besar atau perencanaan untuk penggantian
jembatan baru.
Kegiatan ini mencakup pekerjaan menunjang jembatan dengan pilar sementara atau
jenis penunjang lainnya, pembatasan muatan dan lain-lain. Dalam beberapa hal,
pekerjaan penunjang jembatan memerlukan penyelidikan dan perencanaan sebelum
dilaksanakan.
Perbaikan darurat kadang-kadang memerlukan pembatasan kecepatan kendaraan
agar jembatan tetap aman.
a) Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Rutin pada dasarnya menjaga jembatan dalam keadaan seperti
semula dan mencakup beberapa pekerjaan yang berulang, yang secara teknis cukup
sederhana. Pemeliharaan rutin harus dimulai pada waktu jembatan selesai dibangun
14
(jembatan masih dalam keadaan baru) dan dilanjutkan seumur jembatan
tersebut.Hal ini merupakan suatu pengalokasian dan ayang efektif dalam hal
pemeliharaan. Pemeliharaan Rutin Jembatan biasanya dimasukan dalam pekerjaan
Pemeliharaan rutin jalan dan dilaksanakan bersamaan dengan pemeliharaan rutin
jalan tersebut. Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan adalah sebagi
berikut:
- Pembersihan secara umum
- Membuang tumbuhan liar dan sampah
- Pembersihan dan melancarkan
- Penanganan kerusakan ringan drainase
- Pengecatan sederhana
- Pemeliharaan permukaan lantai kendaraan
Pelaksanaan Pembersihan
Jembatan harus dipersihkan dengan baik/tepat untuk menjamin bahwa
penumpukan kotoran tidak akan menyebabkan kerusakanelemen jembatan atau
jembatan secara keseluruhan di kemudian hari.
Kegiatan pembersihan mencakup:
i) Membersihkan tanah, kerikil, pasir dan sebagainya dari tempat-tempat yang
seharusnya tidak ada dan yang mungkin, mempunyai pengaruh yang
mebahayakan:
Semua drainase
Lantai dan sambungan siar muai
Daerah sekitar perletakan/landasan dan sambungan siar muai
Semua komponen rangka yang menahan kotoran dan sampah
Tiang sandaran dan sandarannya
Gelagar melintang
Ikatan angin horisontal
Sayap pada gelagar dan diafragma yang berbentuk rangka
Kabel pendukung pada pilon jembatan gantung
Bagian atas balok kepala
Lubang suling-suling di kepala jembatan
Pembersihan sampah-sampah yang masih sedikit di bagian aliran sungai
15
ii) Pembersihan tumbuhan liar, terutama pada daerah perletakan/landasan dan
sambungan siar muai, pada dinding batau atau beton dan sekitar struktur kayu.
Pembersihan tersebut harus dilakukan pada daerah kurang lebih 3 meter dari
setiap sisi jembatan. Pada setiap pekerjaan pembersihan harus diingat adanya
pengaruh yang mungkin terjadi erosi yang disebabkan oleh pembabatan
tumbuhan yang ada.
iii) Membersihkan/mencuci tanda-tanda lalu lintas, papan nama jembatan dan
sandaran yang dicat.
Pada umumnya kegiatan tersebut diatas dilaksanakan dengan menggunakan sapu
atau sekop. Untuk membersihkan tumbuhan dapat diapakai parang pembabat,
kapak dan/atau gergaji.
Pengecatan Sederhana
Pengecatan-pengecatan sederhana atau sedikit pada sandaran dan parapet tercakup
dalam pemeliharaan rutin.
Penanganan Kerusakan
Yang termasuk dalam pekerjaan adalah penanganan lubang-lubang dan kerusakan
pada permukaan lantai kendaraan serta jalan pendekat.
Pemeliharaan Permukaan Jalan
Pemeliharaan permukaan jalan terdiri dari penambalan lubang-lubang dan
perbaikan kerusakan lapisan aspal pada jembatan serta jalan pendekatnya.Dan hal
ini pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pekerjaan pemeliharaan.
b) Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala mencoba untuk mengembalikan jembatan pada kondisi dan
daya layan yang dipunyai atau seharusnya dipunyai jembatan segera setelah
pembangunan dan mencakup tipe kegiatan di bawah ini :
- Kegiatan pemeliharaan yang dapat diperkirakan, dilakukan pada tenggang waktu
yang direncanakan
- Perbaikan kecil
16
Kegiatan pemeliharaan yang dapat diperkirakan mencakup hal-hal sebagai berikut:
- Pengecatan ulang
- Pelapisan permukaan aspal
- Penggantian lantai kayu
- Penggantian jalur roda kendaraan, kayu
- Pembersihan penyeluruh jembatan
- Pemeliharaan perletakan jembatan
- Pemeliharaan perletakan/landasan
- Penggantian siar muai (sambungan siar muai)
Perbaikan kecil mencakup hal-hal berikut ini:
- Perbahurui bagian-bagian dan elemen-elemen kecil
- Perbaiki pegangan sandaran dan pagar pengaman
- Jalankan bagian-bagian yang dapat bergerak
- Perkuat bagian struktural
- Perbaiki longsor dan erosi tebing
- Perbaiki pekerjaan pengalihan aliran sungai
c) Pemeliharaan Berkala yang Terencana atau Dapat Diperkirakan
Pengecatan Kembali
Pengecatan dilakukan dengan maksud:
- Lindungi bagian-bagian baja dari korosi
- Beri tanda pada elemen tertentu
- Arahkan lalu lintas
- Lindngi kayu terhadap pembungkusan dan serangga
- Lindungi beton dari lembab
Elemen-elemen dalam Tabel 2.2 biasanya memerlukan pengecatan.Elemen level 3
yang terdapat pada daftar termasuk semua elemen level 4 yang berhubungan.
17
Tabel 2.2 Elemen yang Memerlukan Pengecatan
Penggantian Lapisan Aspal Permukaan
Lapis permukaan jalan pada jembatan memerlukan penggantian secara berkala.
Permukaan aspal yang berada di atas lantai baja atau lantai beton akan tahan sekitar 5
sampai 8 tahun sebelum memerlukan penggantian. Lapisanaspal permukaan
sebaiknya dikupas terlebih dulu dari lantai sebelum lapisan yang baru
dipasang.Ketebalan lapisan aspal tidak boleh melebihi 50 mm.
Permukaan lantai kendaraan yang menggunakan kerikil dengan semprotan bahan
penhikat biasanya mengalami perubahan bentuk (deformasi) atau pecah, untuk
mengatasi hal tersebut harus digali kemudian ditambah kerikil dan dipadatkan
kembali sebelum diberi lapisan atas yang memakai bahan pengikat aspal yang
disemprotkan.
Penggantian Lantai Kayu dan Jalur Roda Kendaraan
Papan lantai kayu yang melintang jembatan biasanya dapat bertahan sampai kurang
lebih 5 tahun. Bilaman lantai papan digunakan di atas gelagar baja maka bersamaan
dengan mengganti papan lantainya harus dikerjakan pengecatan gelegar bajanya, masa
penggantian papan lantai dengan masa pengecatan ulang gelagar kurang lebih sama.
Juga diharapkan penggantian papan jalur roda kendaraan bersamaan dengan
penggantian papan lantai karena hal itu akan merupakan pekerjaan pemeliharaan yang
efisien dipandang dari sudut gangguan terhadap lalu-lintas dan kemudahan
pembangunan lantai baru.
Papan jalur roda kendaraan yang terbuat dari kayu memerlukan penggantian setiap 2
tahun.Papan baru tersebut harus dibaut dengan lantainya.
18
Pembersihan Utama
Pembersihan utama suatu struktur akan memerlukan pembersihan yang memakai
sistem pembersihan dengan air bertekanan tinggi, lebih disukai apabila alat tersebut
dapat dipindah-pindah dengan truck. Daya tekan semprotan tersebut disarankan
mempunyai tekanan hingga 35.000 kPa.
Volume pekerjaan pembersihan tidak selalu sama antara jembatan yang satu dengan
jembatan yang lain tetapi pada umumnya, mencakup pembersihan bagian luar gelagar,
sayap gelagar dimana banyak kotoran yang menumpuk, dudukan perletakan/ landasan
dan bagian lain yang tidak dapat terjangkau pada waktu diadakan pemeliharaan rutin.
Jenis pekerjaan ini mungkin memerlukan tangga/ perancah dan sebaiknya kelompok
pekerja pemeliharaan ini dilengkapi dengan tangga.
Landasan/Perletakan
Landasan harus dibersihkan dengan baik dari tumbuh-tumbuhan, lumut dan
kotoran.Pencucian, penyikatan dan penggosokan hendaknya dilakukan apabila
diperlukan.
Jenis landasan yang bergerak hendaknya diberi pelumas setiap 3 tahun sekali dan
banyak jembatan yang memerlukan tangga atau peralatan lainnya untuk melakukan
jenis pekerjaan ini.
Bagian nipel atau lubang guna pelumasan seringkali tersumbat atau rusak, maka
bagian tersebut diganti agar pelumas dapat dipompakan dengan efektif kedalam nipel
tersebut sampai di bagian ujung yang lain.
Landasan tersebut perlu diberi pelumasan tetapi hendaknya tidak berlebihan atau
secukupnya saja sehinnga jangan sampai menutupi masalah yang akan timbul
(sebelum pelumasan berikutnya) dan menghalangi pendeteksian pada pemeriksaan
berikutnya.
d) Perbaikan Ringan
Elemen-elemen pada Tabel 2.3 pada umumnya memerlukan perbaikan
sederhana/ringan.
19
Tabel 2.3 Elemen Untuk Perbaikan Sederhana
Uraian Uraian Uraian4.211 Tebing Sungai4.212 Aliran Air Utama4.213 Daerah Genangan Banjir4.221 Krib/ Pengarah Arus Sungai4.222 Bronjong dan Matras4.223 Talud Beton4.224 Pasangan Batu Kosong4.225 Turap Baja4.226 Sistem fender4.227 Dinding Penahan Tanah4.228 Pengamanan Dasar Sungai4.231 Timbunan Jalan Pendekat4.232 Drainase - Timbunan4.233 Lapisan Perkerasan4.234 Pelat Injak4.235 Tanah Bertulang4.322 Pilar dinding/kolom
4.324 Tembok Sayap4.329 Drainase dinding4.504 Balok Tepi4.505 Jalur Roda Kendaraan4.506 Trotoar /Kerb4.507 Pipa Cucuran4.508 Drainase Lantai4.509 Lapis Permukaan4.601 Sambungan/ Siar Muai Baja4.602 Sambungan/ Siar Muai Baja Profil4.603 Sambungan/ Siar Muai Karet4.604 Sambungan-Sambungan4.611 Perletakan Baja4.612 Perletakan Karet4.613 Perletakan Pot4.614 Bantalan Mortar/Plat Dasar4.615 Baut Pengikat4.621 Tiang Sandaran4.622 Sandaran Horisontal4.623 Penunjang Sandaran4.624 Parapet/ tembok sedada4.701 Batas-bats ukuran4.711 Rambu-rambu4.712 Marka Jalan4.721 Lampu Penerangan4.722 Tiang Lampu4.723 Kabel Listrik4.731 Utilitas
3.801 Gorong-gorong persegi3.802 Gorong-gorong pipa3.803 Gorong-gorong pelengkung
2.800 Gorong-gorong
3.600 Sambungan Lantai
3.610 Landasan/ Perletakan
3.620 Sandaran
3.700 Perlengkapan
2.200 aliran sungai/ tanah
timbunan
2.300 Bangunan Bawah
Daftar Elemen
3.210 aliran sungai
3.220 Bangunan Pengamanan
3.230 Tanah Timbunan
3.230 Kepala Jembatan/Pilar
3.500 Sistem Lantai
4.323 Dinding penahan tanah/ dinding tembok sayap (kepala jembatan)
20
Penggantian Bagian-Bagian Kecil
Penggantian bagian-bagian kecil dilaksanakan apabila diperlukan agar bagian-bagian
kecil/sekunder tersebut dapat kembali berfungsi sebagaimana mestinya.
Kegiatan penggantian mencakup semua bagian kecil/sekunder, bagian-bagian yang
dapat diganti pada elemen adalah seperti dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Penggantian Bagian bagian Kecil
Membersihkan/Memperbaiki Bagian-Bagian yang Bergerak
Bagian-bagian yang bergerak perlu dibersihkan atau diperbaiki agar bagian tersebut
tetap dapat berfungsi dengan baik biasanya diberi pelumasan yang teratur dengan
jenis gemuk berat setelah dibersihkan terlebih dahulu.
e) Perbaikan Darurat dan Penanganan Sementara
Perbaikan darurat pada hakekatnya merupakan kejadian yang tak terduga.Sehingga
sangat penting apabila pada setiap propinsi tersedia sumber-sumber yang diperlukan
untuk dapat bertindak secara cepat dan pasti saat terjadi keadaan darurat.
Perbaikan darurat dapat berbentuk dari yang paling sederhana yaitu perbaikan
sandaran jembatan yang rusak atau pemasangan jembatan sementara di atas jembatan
yang runtuh akibat banjir atau beban yang berlebihan.
Karena dana pemeliharaan seringkali terbatas jumlahnya, maka biasanya
diprioritaskan jembatan-jembatan untuk pemeliharaan berkala, rehabilitasi dan
perbaikan atau penggantian. Tak dapat dihindari bahwa beberapa jembatan tidak akan
tetap berada pada tingkat kemampuan yang diinginkan hingga diselesaikannya
tindakan-tindakan perbaikan dan mungkin suatu bentuk pekerjaan sementara
dibutuhkan untuk mempertahankan struktur tersebut tetap dapat dipakai walaupun
Uraian Uraian3.500 Sistem Lantai 4.507 Pipa Cucuran3.600 Sambungan Lantai 4.630 Sambungan Siar Muai Karet
4.611 Perletakan Baja4.612 Perletakan Karet4.711 Rambu-rambu4.713 Papan Nama4.714 Patung4.721 Lampu Penerangan
Daftar Elemen
3.610 Landasan/perletakan
3.700 Bangunan Pelengkap
21
kemampuannya pada tingkat yang lebih rendah. Penanganan sementara tersebut dapat
berupa pembuatan pengaku sementara balok, menopang balok pada saat pengerjaan
struktur sementara, baik pada lokasi yang sama atau berdekatan dengan struktur yang
sudah ada.
Penanganan sementara harus dilaksanakan dalam hal kerusakan jembatan disebabkan
oleh kecelakaan, untuk menjamin keselamatan struktur itu sendiri dan pemakai jalan.
Penanggulangan darurat dapat mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
- Perbaikan pada bagian awal pagar pengaman
- Pembuatan bangunan penahan tanah untuk menahan timbunan dan sebagainya.
- Perbaikan bangunan pengamanan aliran sungai
- Pembuatan pembatasan sementara lainnya atau mengalihkan lalulintas ke jalan
alternatif
- Pemasangan jembatan sementara
- Penggantian komponen
Penanganan sementara dapat mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
- Membuat penyangga sementara dari bagian bawah gelagar
- Penambahan baut untuk memperkuat komponen
- Penambahan tiang pancang pada tiang pancang yang sudah ada
- Memasang bangunan sementara diatas bangunan yang sudah ada guna
memindahkan beban bangunan atas yang ada.
C. Jenis jenis Kerusakan Struktur Beton a. Penyebab Kerusakan Beton Pada Jembatan Jembatan struktur yang melewatkan kendaraan untuk melalui suatu hambatan yang
dapat berupa sungai, lembah, jalan atau hambatan-hambatan lainnya, dan merupakan
bagian dari sistem jaringan dalam suatu ruas jalan. Berdasarkan data base Bridge
Management System (BMS) yang dibuat pada tahun 1992, jumlah jembatan yang
terletak pada ruas jalan Nasional dan Provinsi adalah 25.290 buah. Jumlah tersebut
akan menjadi jauh lebih besar lagi jika diperhitungkan pula jembatan yang terletak
pada ruas-ruas jalan perkotaan dan jalan kabupaten serta jalan poros desa dan jalan
poros ke permukiman transmigrasi.
Salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah mempertahankan dan mengingkatkan
masa pelayanan jembatan sesuai dengan tuntutan perkembangan transportasi. Sasaran
22
ini akan dicapai melalui program pemeliharaan serta program penanganan jembatan
berdasarkan suatu kriteria yang disusun dengan mempertimbangkan aspek teknis,
urgensi dan skala prioritas serta dana yang tersedia. Aspek teknis berkaitan erat
dengan kondisi jembatan, sedangkan urgensi dan skala prioritas ditentukan faktor-
faktor tuntutan perkembangan lalu lintas serta peranannya untuk mendukung sektor-
sektor lainnya.
Beberapa segi aspek teknis yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada jembatan,
yaitu:
1. Terdapat kesalahan pada perencanaan/pelaksanaan
Hasil pengamatan lapangan terdapat retak struktural/lendutan berlebih pada
bagian struktur
Mutu material, selama pelaksanaan menunjukkan hasil yang tidak memenuhi
syarat
Hasil perhitungan dengan memakai mutu yang aktual menunjukkan adanya
penurunan kapasitas struktur
2. Penurunan kinerja material/struktur eksisting
Adanya pelapukan pada material struktur akibat umur, serangan zat kimiawi
Adanya bencana kebakaran, gempa, atau banjir
b. Jenis jenis Kerusakan Pada Struktur Jembatan Korosi Baja Tulangan
Pada umumnya baja tulangan yang telah diselimuti oleh beton (portland cement
concrete) tidak akan mengalami korosi karena pada permukaan baja telah dilapisi
oleh lapisan tipis Fe(OH)2 ferro oksida) atau Lapisan Pasif. Lapisan pasif ini
terbentuk dari kondisi lingkungan dari beton yang bersifat sangat alkali, yaitu pH
= 12.5. Sifat alkali yang tinggi dari beton terjadi sewaktu semen tercampur
dengan air (terhidrasi), sehingga Ca(OH)2 melepas ion (OH)-. Ion-ion ini
membawa sifat alkali dari beton dan menempel pada permukaan baja tulangan
yang selanjutnya akan bereaksi membentuk Fe(OH)2.
Untuk baja dalam lingkungan alkali beton, kondisi korosi bergantung pada pH
dan potensial. Situasi demikian dapat dirangkum dalam diagram Pourbaix seperti
dalam gambar 2.2 berikut:
23
Gambar 2.2 Diagram Pourbaix untuk baja dalam beton
Lapisan pasif sebagai pelindung baja tulangan dari serangan korosi akan hancur
oleh serangan ion klorida (Cl-) dan serangan gas karbondioksida (CO2) atau
dikenal dengan karbonasi. Bilamana lapisan film ini telah hancur, maka proses
korosi segera dimulai.
Korosi merupakan peristiwa elektro-kimia, yaitu adanya aliran elektron dari
anoda menuju katoda yang dikenal dengan reaksi anodik dan katodik atau
pengaruh derajat keasaman (pH). Logam pada umumnya akan mengalami proses
korosi jika berada dalam lingkungan asam (pH < 7), seperti pada gambar di atas.
Reaksi anodik adalah reaksi oksidasi atau pelepasan elektron dan reaksi katodik
adalah reaksi reduksi atau penarikan elektron. Reaksi anodik dan katodik
berlangsung secara bersamaan (lihat gambar 2.3).
Reaksi anodik :
Fe Fe2+ + 2e- .............................................................................................(2.1)
Reaksi katodik :
2e- + H2O + O2 2OH-..................................................................................(2.2)
24
Kemudian Fe(OH)2 akan bereaksi dengan air dan oksigen membentuk Fe(OH)3
dan terhidrasi membentuk Fe2O3 atau karat merah (red-rust). Jenis karat yang lain
adalah karat hitam (black rust) Fe3O4 yang terjadi pada lingkungan dengan
kandungan oksigen yang kurang. Agar reaksi korosi dapat berlangsung maka
harus ada oksigen (O2) di lingkungan tersebut. Dalam beberapa hal, seperti di
bawah air, difusi oksigen yang masuk ke dalam beton akan menjadi kecil.
4Fe(OH2) + O2 + 2H2O 4Fe(OH)3 ................................................................... (2.3)
4Fe(OH)3 2Fe2O3 . H2O + 4 H2O ......................................................................(2.4)
Gambar 2.3 Reaksi korosi pada baja tulangan dalam beton bertulang
Awal mula korosi terjadi pada permukaan luar baja pada beton yang telah terkena
karbonasi atau adanya ion klorida, kelembaban, dan oksigen. Secara cepat produk
korosi ini akan menempati dengan volume yang jauh lebih besar dari volumen
besi asli. Sehingga produk korosi ini akan mengakibatkan dan secara terus
meningkat tegangan di dalam beton sampai terjadi retak. Secara umum retak akan
berkembang dari tulangan sampai dengan kepermukaan beton dan retak pada
permukaan akan mengikuti garis dari tulangan, seperti pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Kerusakan selimut beton akibat retak hasil dari korosi
Selain bahaya retak akibat korosi, yang tidak kalah penting adalah adanya
pengurangan luas baja tulangan akan mengakibatkan kapasitas struktur
berkurang.
25
Karbonasi
Sifat lingkungan dalam beton segar sangatlah alkali, dengan nilai pH diatas 12.5
dan hal tersebut berlangsung terus sepanjang tidak ada masukan dari luar beton.
Sifat alkali didapat dari kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan bentuk senyawa lain
yang merupakan produk dari reaksi hidrasi semen portland. Karbon dioksida dan
gas-gas lain di udara
dapat masuk menembus (penetrasi) kedalaman beton melalui sistem pori-pori dan
kapiler beton. Bilamana terdapat air (H20), karbon dioksida (CO2) dan gas-gas
asam lainnya dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida dalam beton membentuk
senyawa netral. Seperti kalsiom karbonat (CaCO3). Proses ini disebut karbonasi
dapagambarkan sebagai berikut:
CO2 + H20 H2CO3
H2CO3 + Ca(OH)2 CaCO3 + 2 H20
Persenyawaan antara air dengan karbondioksida membentuk asam karbonat
(H2CO3) yang kemudian meresap melalui pori-pori atau retak pada beton dan
bereaksi dengan kalsium hidroksida (Ca(OH2)) membentuk kalsium karbonat
(CaCO3). Perubahan Ca(OH)2 menjadi CaCO3 menyebabkan Ph beton turun dari
+ 12,5 menjadi + 8,5 yang menyebabkan lapisan pasif hancur atau dalam kata lain
baja tulangan sudah tidak terlindungi lagi dari korosi.
Kedalaman penetrasi karbonasi dapat diambil secara proposional terhadap akar
kuadrat waktu yang terekspose, bilamana faktor-faktor yang lain tetap konstan.
Bilamana kenaikan waktu yang terekspose dikalikan faktor empat, maka
kedalaman penetrasi karbonasi dikalikan dua.
Laju penetrasi karbonasi pada beton bergantung pada besarnya perubahan parsial
(kandungan CO2, kelembaban udara), permeabilitas beton, tipe semen dan
kandungan semen. Masalah korosi akibat karbonasi tidak sama dengan akibat dari
ion klorida. Dengan menambah tebal selimut beton, menaikan kepadatan beton
dan menaikan kandungan semen pada beton akan sangat membantu pencegahan
kerusakan akibat korosi. Kedalaman karbonasi cenderung akan menjadi besar
26
pada lokasi retak dan bentuk kerusakan lainnya karena hal tersebut akan menjadi
jalan bagi udara untuk masuk kedalam beton, seperti terlihat dalam Gambar 2.5
berikut:
Gambar 2.5 Penambahan Kedalaman Karbonasi pada Daerah Retak
Jika pori-pori beton tertutup oleh air secara keseluruhan, maka penetrasi karbon dioksida
akan mengalami kesulitan. Dengan kata lain, karbonasi tidak akan terjadi pada beton yang
benar-benar kering karena proses reaksi memerlukan adanya uap air. Laju karbonasi juga
dipengaruhi oleh konstentrasi karbon dioksida pada lokasi beton yang terekspose.
Konsentrasi karbon dioksida dalam udara kira-kira mencapai 300 ppm akan tetapi pada
daerah lalu lintas padat konsentrasi tersebut menjadi tinggi.
Proses karbonasi sendiri tidaklah merusak atau mengganggu beton. Hasil karbonasi akan
mereduksi volume dengan sangat kecil, akan tetapi dapat menyebabkan terjadinya retak pada
lapisan luar yang terkekang oleh beton yang tak terkarbonasi. Karbonasi juga dapat
mengubah karakteristik fisik beton, seperti hasil pengujian permukaan beton sebagai contoh
schmidt hammer test. Bagaimanapun, karbonasi merupakan pengaruh utama dalam hal
keawetan (durability) beton seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Klorida
Ion klorida (Cl) di dalam beton yang melebihi nilai batas yaitu 0,4% dari beat semen akan
mengakibatkan lapisan pasif hancur, tanpa disertai oleh perubahan derajat keasaman (pH).
Persamaan reaksi pada proses korosi akibat ion klorida adalah:
Fe + 2 Cl- FeCl2
FeCl2 Fe2+ + Cl-
27
Selama proses korosi, ion klorida tidak dikonsumsi dalam reaksi. Ion klorida akan terus
menghancurkan lapisan pasif yang belum hancur. Dalam hal ini ion klorida berfungsi sebagai
katalis. Berbeda dengan peristiwa karbonasi, proses korosi akan tetap terus berlangsung
setelah kandungan klorida dalam beton sudah melebihi suatu nilai batas tertentu tanpa perlu
penambahan dari luar. Proses tersebut di atas dapat terjadi pada banyak jenis logam tidak
hanya terjadi pada baja dalam beton.
Ion klorida yang masuk kedalam pori-pori dapat bersumber dari pencairan garam atau dari
air laut pada lingkungan pantai. Garam umumnya juga tersebar di jalan raya dan akan
menjadi garam cair. Bilamana sistem drainase tidak bekerja secara baik maka cairan garam
tersebut dapat meressap ke dalam lantai beton, gelagar beton, kolom dan lain-lainnya. Ion
klorida juga dapat tercampur dalam beton karena ketidak hati-hatian pada pemakaian air atau
agregat.
Tabel 2.5 Batas Ion Klorida untuk Campuran Semen Portland (%terhadap berat semen)
Tingkat konsentrasi ion klorida yang dibutuhkan ntuk memulai terjadi korosi baja pada beton
adalah bilamana konsentrasi klorida mencapai 0,4% terhadap berat semen, dengan
konsentrasi sebesar nilai tersebut akan terjadi korosi pada tulangan.
28
Gambar 2.6 Difusi ion Cl- pada beton normal dan mutu tinggi setelah berumur 30 tahun,
dengan asumsi konsentrasi ion Cl sebesar 5% terhadap berat semen pada permukaan beton
Laju Korosi
Salah satu faktor penting dalam menentukan laju korosi adalah ketersediaan oksigen pada
sekeliling daerah katodik. Hal ini karena oksigen akan dikonsumsi pada reaksi katodik.
Bilamana persediaan oksigen ke daerah katodik pada logam tidak berlangsung secara
kontinyu maka reaksi korosi akan diperlambat. Besaran kandungan oksigen ini bergantung
pada kondisi lingkungan. Selain itu laju korosi juga dipengaruhi besarnya aliran ion dan tahan
listrik beton.
Secara garis besar, laju proses korosi dapat dimodelkan dalam 2 (dua) tahap, seperti pada
Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Model Korosi pada Beton Bertulang
29
Kondisi inisial berarti proses penghilangan lapisan pasif oleh penetrasi ion klorida atau
penurunan pH akibat penetrasi karbon dioksida (CO2). Bagian propagasi adalah tahapan
dimana telah dimulai terjadi proses korosi dan laju korosi dikontrol oleh ketersediaan oksigen
(O2), tahapan listrik dari beton dan kondisi lingkungan seperti suhu (t) dan kelembaban relatif
(RH).
Proses korosi mengurangi luas dari baja tulangan, dan volume produk korosi lebih besar dari
volume baja tulangan yang terkorosi. Sebagai konsekuensinya, terjadi tegangan ekspansif
sepanjang tulangan terkorosi yang akan mengakibatkan retak atau spalling. Setelah terjadi
retak atau spalling pada selimut beton maka laju korosi menjadi jauh lebih tinggi, seperti
pada Gambar 2.7, karena baja tulangan telah terjadi kontak langsung dengan lingkungan.
Serangan Sulfat
Lain halnya dengan klorida, sulfat lebih menyerang secara kimiawi terhadap beton dan bila
bekerja bersama-sama dengan klorida akan menyerang baja tulangan secara hebat. Serangan
sulfat ini dapat terjadi pada dalam beton sendiri (sulfat dalam agregat) atau akibat masukan
sulfat dari lingkungan seperti dari dalam tanah atau air. Reaksi serangan sulfat dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Calsuim sulphate + tricalsium aluminate tricalcium sulphoaluminate (ettringite) + calcium
hydroxide
Volume ettringite ini jauh lebih besar dari hidrasi kalsium aluminate. Ekspansi ini akan
menghasilkan tegangan tarik pada pasta semen dan berkembang menjadi retak didalam beton.
Natrium sulfat (Na2SO4) dalam air tanah bereaksi dengan material beton dalam dua tahap.
Tahap pertama, adalah bereaksi dengan kalsium hidroksida (Ca(OH)2) menghasilkan kalsium
sulfat (CaSO4) dan natrium hidroksida (NaOH). Selanjutnya kalsium sulfat bereaksi dengan
tricalsium aluminate seperti yang telah diuraikan diatas. Bilamana natrium sulfat dapat
(selalu) tergantikan kembali seperti pada aliran air tanah, reaksi akan berlangsung terus
dengan ekspansi lebih lanjut.
Reaksi dengan magnesium sulfat (MgSO4) dalam air tanah berakibat lebih merusak.
Magnesium sulfat bereaksi sekaligus dengan tricalsium aluminate dan kalsium hidroksida
membentuk tricalcium sulphoaluminate, kalsium sulfat dan magnesium hidroksida. Reaksi
30
ini menghasilkan nilai pH rendah pada larutan air dan mengakibatkan kalsium silikat dalam
pasta semen terurai dan melepaskan lebih banyak kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida ini
akan terus bereaksi dengan magnesium sulfat (sepanjang masih tetap ada) dan mengakibatkan
pH rendah. Jika kandungan magnesium sulfat sangat cukup, reaksi akan berlangsung terus
sampai struktur kalsium silikat dalam pasta beton terurai keseluruhan dan menjadi lemah dan
berongga. Pada beberapa kasus yang hebat, pasta semen akan terbuang sampai hanya tinggal
agregat saja. Air laut mengandung sulfat dengan konsetrasi tertentu sampai dapat
mengakibatkan kerusakan pada beton.
Kerontokan
Kerontokan adalah terlepasnya sebagian betonan dari beton secara keseluruhan. Hal ini dapat
terjadi karena terjadinya karat dan pengembangan pada baja tulangan, kesalahan penanganan
dan kurang tebalnya selimut beton.
Gambar 2.8 Kerontokan pada beton
Beton Keropos (Honeycombing)
Beton yang keropos akan terjadi apabila material yang masuk tidak mengisi rongga-rongga
antara agregat kasar dan baja.
Beton keropos dapat terjadi akibat campuran yang kurang, cara penanganan yang kurang
baik, seperti kurangnya pemadatan, hilangnya cairan beton yang disebabkan bekisting yang
jelek, dan terlalu rapatnya baja tulangan.
31
Gambar 2.9 Beton yang keropos
Beton yang Berongga/Berbunyi (Drumminess)
Drumminess adalah suatu istilah yang diberikan untuk mutu beton yang jelek jika waktu
dipukul dengan palu beton menjadi berlubang atau berbunyi seperti drum. Drumminess dapat
diakibatkan oleh:
Karat yang ada pada besi tulangan mendorong sebagian permukaan beton;
Perbaikan yang tidak baik bila penambalan yang dilakukan tidak menempel dengan
baik pada bahan dasar dan terjadi lapisan yang terpisah.
Rembesan atau Bocoran Kedalaman Beton
Rembesan air atau bocoran dalam beton dapat terjadi jika pada beton tersebut sudah terjadi
kerusakan. Kerusakan-kerusakan ini mengakibatkan air dapat merembes masuk kedalam
komponen. Rembesan dapat dikenali dengan adanya tanda warna pada permukaan beton.
Kadang-kadang tanda warna tersebut adalah:
Warna hijau karena ditumbuhi lumut;
Warna putih berkerak atau bahkan membentuk stalatit berwarna putih, ini
menandakan bahwa terdapat larutan kapur dari semen yang merembes keluar (atau
terbuang). Hal ini akan memperlemah beton;
Adanya daerah yang basah secara terus menerus
Retak
Retak pada beton merupakan hal yang umum. Retak dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:
Retak structural;
Retak non structural
32
Untuk mengetahui jenis penanganan atau perbaikan yang diperlukan, harus diketahui apakah
retak tersebut adalah retak yang bergerak atau tetap.
Retak structural adalah retak yang paling berbahaya diakibatkan adanya beban yang melebihi
beban rencana atau kekuatan dari pada potongan.
Retak pada beton dan elemen utama dapat disebabkan oleh:
Momen (sekitar daerah tengah bentang), retak ini berupa retak yang
tegak/vertikal (gambar 2.10);
Gaya lintang dekat landasan, retak ini biasanya membuat sudut 40 sampai
dengan 50 derjat terhadap sumbu elemen yang bersangkutan (gambar 2.11);
Kombinasi momen dan gaya lintang
Gambar 2.10 Retak structural akibat momen
Gambar 2.11 Retak strukturral akibat gaya lintang
33
Daerah yang perlu diperiksa untuk retak structural adalah:
Daerah Tarik
Daerah yang kritis yang perlu ditinjau adalah bagian yang menahan tarik. Sebagai
contoh padabagian balok kepala pilar atau pada bagian tengah daripada gelagar
seperti terlihat pada gambar 2.12
Gambar 2.12 Retak tarik akibat momen lantur
Retak Akibat Gaya Lintang
Retak ini biasanya terjadi dekat daerah perletakan. Untuk ini daerah dekat perletakan
gelagar dan dekat daripada kepala kolom harus diperhatikan.
Retak structural biasanya dapat diraba dan bukan dilihat. Untuk ini ada cara yang
terbaik yaitu dengan meletakkan telapak tangan pada permukaan retakan pada saat
lalu-lintas berat diatasnya. Perbedaan pergerakan akan terasa oleh tangan kita (gambar
2.13)
Gambar 2.13 Pemeriksaan Retak Struktural
34
Retak Akibat Penurunanan Pondasi
Apabila pondasi mengalami penurunan atau bergerak, terjadi banyak gaya-gaya tambahan
dalam struktur beton. Retak akibat gaya-gaya tersebut tidak mempunyai pola yang pasti.
Gambar 2.14 Retak Akibat Penurunan pada Pondasi
Retak Akibat Karat
Retak dapat juga terjadi akibat terjadinya karat pada tulangan baja dibawah permukaan.
Karena karat tersebut mengembang, itu akan mengangkat permukaan dan mengakibatkan
retak. Jika keretakan tersebut tidak diperiksa, maka akan terjadi kerontokan pada beton.
Retak Non Struktural
Retak non structural atau retak tak bergerak biasanya terjadi pada bagian permukaan dan
umumnya tidak bertambah besar. Beberapa jenis retak ini ada yang berbahaya tetapi dapat
tidak berbahaya. Terdapat beberapa jenis retak-retak non structural yang terjadi adalah
sebagai berikut:
retak akibat susut;
retak permukaan;
retak-retak struktur dan akibat bekisting yang bergerak.
Pola retak non structural yang umum terjadi dapat dilihat pada gambar 2.15
35
Gambar 2.15 Pola retakan tidak structural yang sering terjadi dalam beton
Kerusakan Tipikal Beton Pasa Elemen Jembatan
Untuk mengevaluasi bagaimana retak menjadi berbahaya terhadap ketahanan dan
keselamatan jembatan, perlu ditentukan penyebab yang mengarah pada retak di dalam beton.
Penyebab tersebut kebanyakan tergantung pada tiga factor berikut ini yang menyangkut
retak-retak tersebut:
Waktu pembentukan retak setelah pengecoran beton atau konstruksi struktur
Penampilan atau pola retak dari luar
Lebar dan jumlah retak
Kerusakan akibat struktur beton ditunjukan pada Tabel 2.6, kerusakan tipikal pada kepala
jembatan ditujukan pada Tabel 2.7, kerusakan tipikal pada pilar tipe kolom ditujukan pada
2.8, kerusakan tipikal pada pelat lantai jembatan ditunjukan pada Tabel 2.9.
Semua jenis kerusakan terdaftar dalam tabel dapat menjadi bahaya terhadap keselamatan,
pelayanan dan ketahanan jembatan beton bertulang dan jembatan beton pratekan. Retak
berbagai tipe merupakan kebanyakan fitur karakteristik kerusakan dalam struktur beton.
Bagaimanapun, haruslah diingat bahwa menjadi sifatnya jika retak itu dihubungkan dengan
sifat alami beton sebagai bahan yang rapuh. Parameter yang bersifat menentukan yang
mempengaruhi ketahanan jembatan adalah lebar retak yang ditandai dalam tabel-tabel oleh
36
lambing w. Secara umum, ketika w 0.2 mm menandakan bahwa secara penggetaran yang
tidak cukup selama pengecoran terlalu banyak tulangan dalam penampang melintang, beban
berlebih, korosi baja tulangan dan lain-lain.
Tabel 2.6 Penyebab dan penampilan retak struktur beton
No. Penyebab Waktu pembentukan
Tampak visual Ilustrasi Keterangan
1 Penurunan plastis
Beberapa jam pertama setelah pengecoran
Retak sepanjang tulangan. Retak pada perubahan bentuk penampang
Retak dapat menjadi besar (w>1mm)
2 Susut plastis Beberapa jam pertama sesudah pengfecoran
Pola keretakan atau retak memanjang pada permukaan dari pengecoran elemen dalam kondisi pengeringan
Retak dapat menjadi besar (w=2-4 mm tidak umum)
3 Retak ternal awal
Beberapa jam pertama sesudah pengecoran
Retak besar pada hubungan konstruksi di dalam dinding. Retak lainnya tergantung pada gejala pengekangan
Dapat dikendalikan dengan tulangan (w
37
mungking dapat dilihat di atas permukaan beton dalam kondisi basah
6 Reaksi agregat alakali
Beberapa tahun sehabis konstruksi
Mulai terjadi dalam kondisi basah, seiring pada retak yang meluas hanya dengan tipe khusus agregat (yaitu reaktif alkali)
Retak dapat menjadi besar (bahkan w>1.0mm)
7 Pembebanan pada masa layan
Tergantung pada penggunaan struktur
Kecil secara umum (w
38
Tabel 2.7 Kerusakan tipikal pada kepala jembatan
Tipe dan penyebab kerusakan Ilustrasi Kerusakan yang dihasilkan sebagian besar dari sambungan siar-muai yang bocor
1. Kebocoran pada dinding 2. Gompal pada beton 3. 3. Dudukan perletakan yang tidak bersih
Retak tunggal dan relative besar pada bagian tertentu kepala jembatan.
1. Retak dinding dengan tulangan yang relative lemah yang dihasilkan dari tidak seragamnya penurunan tanah dasar.
2. Retak geser yang dihasilkan dari kekurangan sambungan siar-muai atau gejala yang mengakibatkannya terkunci.
Banyak retak yang relative kecil yang dihasilkan dari penyusutan dan tidak cukupnya tulangan dalam lapisan permukaan dinding sebagaimana tidak cukupnya teknologi pengecoran.
1. Kerusakan pada dudukan perletakan
yang dihasilkan dari sambungan siar muai yang bocor, struktur yang tidak cukup dari perletakan atau kegagalannya.
2. Gompal pada beton akibat korosi tulangan
3. Retak akibat tidak cukupnya tulangan atau tidak memadainya teknologi pengecoran
39
Tabel 2.8 Kerusakan pilar tipe kolom
Tipe dan penyebab kerusakan Ilustrasi 1. Kebocoran pada balok kepala 2. Retak memanjang akibat korosi
tulangan 3. Gompal selimut beton semua yang
tersebut diatas merupakan tipe kerusakan yang teramati dalam pilar yang ditempatkan di bawah sambungan siar-muai yang bocor dari dalam bangunan atas
Retakan akibat muatan berlebih pada balok kepala
Kemiringan kolom yang disebabkan kegagalan pondasi atau terlalu lemahnya jepitan dari kolom pracetak di bagian dasar.
Tabel 2.9 Kerusakan tipikal pada lantai jembatan
Penyebab Kerusakan Ilustrasi 1. Pelat lantai (keterangan) 2. Gelagar (keterangan) 3. Tulangan gelagar (keterangan) 4. Bocor pada bagian bawah
permukaan pelat lantai 5. Gompal seimut beton 6. Retak akibat muatan lebih pelat
lantai 7. Retak akibat korosi
40
D. PERBAIKAN MATERIAL BETON Terdapat tiga macam jenis beton yang berbeda yang dipakai untuk konstruksi
jembatan :
a) Beton tak bertulang
b) Beton bertulang
c) Beton prategang
Elemen dengan bahan beton pratekan biasanya didapati pada bagian gelagar
jembatan.Perbaikan pada pemeliharaan hanya dibatasi untuk bahan beton. Jadi untuk
perbaikan bahan beto pratekan akan ditangani seperti penanganan bahan beton.
Apabila bagian kabel prategang beton pratekan terlihat, laporkan segera kepada
pengawas jembatan yang bertanggung jawab dan segera lakukan pemeriksaan khusus
untuk menentukan jenis kerusakannya.
Banyak masalah yang timbul pada beton bertulang yang disebabkan oleh air dan
udara yang merembes masuk kedalam beton yang menyebabkan berkaratnya besi
tulangan.Air dan udara juga dapat membawa zat kimia ke dalam beton yang dapat
merusak beton dan atau menyebabkan besi tulangan lebih cepat berkarat (misalnya air
asin, sulfat).
Cara terbaik untuk melindungi beton bertulang adalah menjaganya sekering mungkin
dan mencegah terjadinya keretakan.
Pada umumnya cat yang kedap air atau suatu lapisan tipis tidak diperlukan untuk
beton yang berkualitas baik dan dapat melindungi besi tulangan dengan cukup baik
jika selimut beton mempunyai ketebalan minimum 30 mm sampai 50 mm untuk
daerah pantai.
Biasanya banyak digunakan plesteran untuk melindungi permukaan beton.Jika hal
tersebut dikerjakan dengan baik dan tepat, maka hal itu dapat merupakan suatu
metoda perlindungan yang efektif.
41
KERUSAKAN 201 Cacat Pada Beton
Cacat pada beton mencakup maslah-masalah sebagai berikut :
a) Gompal beton
b) Beton keropos
c) Beton yang berongga
d) Mutu beton yang jelek
e) Beton yang tidak padat
Gambar 2.16 Beton yang gompal (a), Beton yang keropos (b), beton yang tidak padat
CARA PENANGANAN :
a) Buang atau lepaskan semua bagian beton yang lepas dan rusak sampai
bagian beton yang baik terlihat dan dalam keadaan bersih.
b) Usahakan membersihkan beton sampai 15 mm di belakang besi tulangan
agar didapat ikatan yang baik.
c) Bersihkan semua karat yang ada pada besi tulangan
42
d) Kaitkan atau ikatkan besi tulangan yang baru jika didapat bagian besi
tulangan yang diameternya hilang lebih dari 20 %
e) Pakailah bahan perekat pada permukaan yang kering dengan bahan yang
dapat disetujui.
f) Pasanglah dan bentuklah beton baru untuk mendapatkan selimut beton yang
sesuai asalnya dengan menggunakan bahan yang disetujui.
Gambar 6-6 menunjukan langkah-langkah dalam perbaikan beton
Gambar 2.17 Perbaikan Beton
Catatan :
a) Jika besi tulangantidak terlihat dan hanya sedikit kerusakan beton, maka
plesteran saja sudah cukup untuk memperbaikinya. Permukaan harus
43
dibersihkan dan dilembabkan untuk memudahkan pengikatan beton lama
dengan beton baru.
b) Jika ketebalan tambalan lebih dari 40 mm, disarankan agar ditambahkan
jaring-jaring tulangan yang ditempelkan pada permukaan beton yang lama
sebelum dipasang beton yang baru. Jaring-jaring tersebut akan memberikan
daya rekat dan kekuatan yang lebih baik pada tambalan tadi.
c) Disarankan agar menggunakan epoksi beton halus sebagai bahan untuk
pembentukan kembali elemen struktur baru yang mempunyai ketebalan
melebihi 40 mm atau dimana besi tulangan terlihat.
Jika beton yang rusak mencakup seluruh permukaan lantai beton jembatan maka
jalan yang terbaik untuk memperbaikinya adalah membongkar semua beton yang
rusak tersebut dan menggantinya dengan beton baru dengan cara sebagai berikut :
a) Semua beton yang lepas sekitar besi tulangan yang sudah berkarat dan pada
bagian beton yang jelek harus dibongkar dan besi tulangan dibersihkan
kemudian diberi lapisan sebagaimana dijelaskan pada bagian ini.
b) Kemudian, sisa permukaan tadi dikasarkan dengan pahat. Kemudian dibor
lubang-lubang pada lantai beton lama agar dapat memasukan kawat angker
(diameter 8mm) yang kemudian di cor dengan adukan khusus denngan jarak
dari as ke as 500 x 500 mm. Angker khusus ini sekarang sudah terpasang
yang kemudian di beri lem epoksi yang sudah disediakan.
c) Kemudian Seluruh bidang diperkuat dengan jaring-jaring tulangan
berukuran 5 x 100 x 100 mm, dan corkan lapisan beton baru yang
berkualitas tinggi (kekuatan minimum 27,5 Mpa ) dengan
ketebalanminimum 50 mm (lihat gambar 6-7) diatas beton lama.
d) Beton tersebut harus dipadatkan dengan vibrator yang sesuai.
e) Permukaan beton baru tersebut harus diusahakan tetap lembab paling sedikit
selama 7 hari.
Beton Keropos
Perbaikan atau penangan secara umum untuk beton yang keropos dilaksanakan sama
seperti pada beton yang rontok.
Jika sudah terdapat rembesan lantai beton akibat beton yang keropos, maka harus
dilakukan beberapa hal berikut ini :
44
a) Kupaslah lapisan aspal pada permukaan jalan dan bersihkan dengan baik
bagian atas lantai beton tersebut.
b) Kerjakan peng-graut-an pada daerah beton yang berpori atau kurang padat
atau beton yang keropos
c) Berilah lapisan kedap air di atas daerah beton yang kurang padat tadi.
d) Kerjakan lapisan perkerasan kembali
Gambar 2.18 Potongan Melintang Perbaikan Lantai Beton
Jika suatu rembesan air terjadi melewati dinding penahan tanah atau kepala jembatan,
hal ini mungkin diakibatkan oleh kurangnya lubang saluran air dinding atau
tersumbatnya lubang saluran air dinding tersebut.Jika lubang drainase dinding maka
tambahan lubang harus disediakan.
Hal tersebut akan membebaskan tekanan air pori di belakang dinding dan mengurangi
penguapan air melalui dinding beton. Apabila dibuat lubang saluran air tambahan
dengan cara mengebor dinding, maka kehati-hatian harus diambil membuka tulangan
yang terekspose terhadap korosi. Setiap tulangan yang terekspos harus dilapisi dengan
komponen pengisi retak epoksi untuk mencegah koosi
45
KERUSAKAN 202 Keretakan Beton
Sebelum pekerjaan perbaikan dimulai adalah perlu untuk menentukan penyebab retak
dan bagian yang mengalami keretakan tersebut dibuang jika perlu.
Sejumlah pertanyaan harus di jawab yaitu:
a) Apakah yang menyebabkan keretakan?
b) Apakah didapati pergerakan pada keretakan tersebut?
Keretakan dapat disebabkan oleh :
a) Beban yang berlebihan pada elemen tersebut. Dalam hal ini harus dilakukan
perkuatan atau pembatasan muatan yang diterapkan pada struktur
b) Tidak samanya penurunan yang terjadi. Dalam hal ini, penurunan lebih
lanjut harus dicegah dengan perkuatan pondasi.
c) Susut, terutama pada pelat lantai beton
d) Kualitas beton yang rendah.
CARA PENANGANAN :
Bagian Non Struktural dan Retak Non Struktural
Jika retak tersebut lebuh kecil dari 0,5 mm lebarnya :
a) Bersihkan retak tersebut dengan menggunakan sikat dan kemudian
ditiup denganangin yang bertekanan
b) Tutup retak tersebut dengan campuran slurry semen yang encer.
Jika lebar retak antara 0,5 mm sanpai 3 mm :
a) Bentuk pada bagian retak seperti huruf V sampai kedalaman kurang
lebih 5 mm kemudian bersihkan bagian tersebut.
b) Gunakan perekat atau epoxy yang telah disetujui oleh direksi yang
kemudian di lapiskan pada sisi bagian V tadi.
c) Kemudian tutup bagian V tadi dengan adukan semen atau epoksi.
Jika retak yang ada terus berkembang maka harus dicari penyebabnya dan kemudian
penyebabkeretakan tersebut harus dihilangkan. Misal terjadinya keretakan pada
gelagar yang disebabkan adanya penurunan pada jalan pendekat yang mengakibatkan
adanya daya kejut tambahan, atau gelagar beton yang retak pada daerah gaya lintang
46
yang diakibatkan oleh adanya penurunan pada kepala jembatan maka harus dilakukan
penanganan kerusakan kepala jembatan terlebih dahulu.
Jika retak berkembang pada daerah gaya lintang atau momen maksimun, maka elemen
harus diperkuat atau beban dikurangi.
Gambar 2.19 Lantai beton yang retak (a) dan perbaikan lantai beton yang
retak (b)
Kriteria-kriteria keretakan pada elemen beton yang fungsinya struktural dibagi
menjadi tiga bagian yaitu :
Kriteria I :
a) Lebar retak berkisar antara 0,1 mm sampai 0,25 mm dan mencakup
daerah kurang dari 30 % dari luas elemen yang bersangkutan.
b) Tidak terjadi rembesan atau adanya bocoran air.
c) Mutu beton lantai tidak kurang dari 22,5 Mpa
d) Mutu beton gelagar, kepala jembatan, pilar tidak kurang dari 17,5 Mpa
e) Nilai kondisa elemen bersangkutan adala 2
Kriteria II :
a) Lebar retak kurang dari 2 mm dan mencakup daerah kurang lebih 50%
dari luas elemen yang bersangkutan
b) Tidak terjadi rembesan atau adanya bocor air
47
c) Diperlukan suatu perkuatan yang disebabkan terjadinya beban yang
berlebihan yang tidak dapat diterima oleh lantai atau gelagar akibat mutu
beton yang tidak sesuai dengan persyaratan.
d) Mutu beton lantai tidak kurang dari 22,5 Mpa
e) Mutu beton gelagar, kepala jembatan, pilar tidak kurang dari 17,5 Mpa
f) Nilai kondisa elemen bersangkutan adala 3
Kriteria III :
a) Lebar retak lebih besar dari 2mm dan mencakup daerah lebih dari 50%
luas elemen tersebut
b) Tidak terjadi rembesan atau adanya bocoran air.
c) Mutu beton lantai kurang dari 22 Mpa
d) Mutu beton gelagar, kepala jembatan, pilar kurang dari 17,5 Mpa
e) Nilai kondisa elemen bersangkutan adala 4 atau 5
Prosedur perbaikan untuk menangani keretakan beton tergantung pada jenis kriteria
masing-masing elemen. Jenis penanganan sesuai dengan kriteria adalah sebagai
berikut :
a) Kriteria I perbaikan keretakan dengan metoda suntikan bahan perekat atau epoksi sehingga beton dapat berfungsi kembali dan menjadi satu
kesatuan kembali serta berfungsi sebagaimana mestinya.
b) Kriteria II perbaikan keretakan dengan menggunakan metode suntikan bahan perekat epoksi ditambah dengan perkuatan untuk
menahan gaya momen atau gayalintang yang tidak dapat ditahan lagi
oleh elemen yang bersangkutan. Perkuatan tersebut dapat berupa pelat
baja yang direkatkan pada bagian bawah pelat lantai atau balok,
biasanya pelat tersebut berfungsi untuk menahan gaya momen atau gaya
lintang yang berlebihan, perkuatan tersebut dapat juga berupa
menambah balok baja atau gelagar pada bagian bawah lantai hal ini
berfungsi untuk memperkecil bentang yang ada.
c) Kriteria III dalam hal ini mutu beton sudah tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi, lebar keretakan juga sudah melampaui
batas yang dapat diperbaiki, sehingga apabila keadaan ini terjadi maka
beton pada elemen yang bersangkutan harus dibongkar untuk kemudian
48
dipasang kembali dengan beton yang sesuai persyaratan dan ukuran
serta bentuknya seperti aslinya dengan mempertimbangkan sebab-sebab
terjadinya keretakan sebelumnya. Apabila terjadi sambungan antara
permukaan beton lama dan beton baru maka hal tersebut dapat ditangani
sesuai dengan penanganan kerontokan pada beton dengan kerusakan 201
Rekomendasi penenganan perbaikan retak dengan cara suntikan epoksi adalah
sebagai berikut :
a) Bersihkan semua jenis kotoran, bekas beton yang tidak sempurna atau
sejenisnya yang menyebabkan terjadinya kontaminasi pada retak dengan
menggunakan sikat kawat atau gerinda pada daerah selebar kurang lebih
5 cm sepanjang keretakan tersebut. Jika terdapat minyak atau gemuk
pada bagian tersebut harus dibersihkan dengan thinner.
b) Pasangkan pipa penyuntik ditengah-tengah permukaan yang retak
dengan menggunakan bahan penutup (seal). Jarak setiap perletakan pipa
penyuntik tergantung pada lebar dan dalamnya retak
c) Tutupi sepanjang jalur retakan antara alat penyuntik dengan
meggunakan bahan penutup (seal) atau pasta epoksi dengan lebar 5 cm
dan tebal 3 mm dan ditunggu sampai mengeras.
d) Pasang alat penyuntik dengan kuat pada pipa penyuntik kemudian
pompakan bahan epoksi ke dalam alat penyuntik dengan suatu tekanan
yang tertentu sesuai dengan spesifikasi bahan.
e) Setelah selesai penyuntikan dan bahan epoksi mengering dalam waktu
yang tertentu, kemudian lepaskan kembali alat-alat suntikan dan
bersihkan kembali bahan-bahan penutup retakan.
f) Bersihkan permukaan beton yang sepanjang retakan yang diperbaiki
bengan menggunakan gerindra atau dengan melembutkan bahan penutup
dengan api dan mengelupaskannya.
Catatan : semua spesifikasi yang disyaratkan oleh pabrik pembuat bahan epoksi atau
bahan perekat untuk retak harus diikuti.
Bentuk keretakan lain yang seringkali terjadi adalah jenis retak yang tidak beraturan
dan pada umumnya dijumpai pada lantai beton jembatan.
49
Jika yang retak hanya sebagian saja, maka penanganannya dapat dilakukan dengan
cara penanganan retak sebagian atau pada mutu beton yang rendah, lihat penanganan
untuk kerusakan 201. Jika lalulintas pada jembatan tidak dapat ditutup maka
perbaikan dilaksanakan dengan cara penanganan dengan mempergunakan bahan yang
tidak terpengaruh oleh gerakan yang ditimbulkan oleh beban lalu-lintas dan juga
bahan tersebut harus cepat mengering dalam waktu yang tertentu. Biasanya jenis
bahan perekat tersebut mempunyai harga yang mahal, tetapi mempunyai keuntungan
tanpa menutup lalu-lintas yang ada.Dalam hal ini direksi harus memperhitungkan
mana yang lebih ekonomis dalam penggunaan bahan perekat.
KERUSAKAN 203 Korosi Tulangan Baja
Gambar 2.20 Korosi tulangan pada beton
CARA PENANGANAN :
a) Bersihkan karat yang ada pada besi tulangan
b) Jika setelah dibersihkan ternyata luas tulangan berkurang hingga 20% maka
pada bagian tersebut harus ditambah tulangan yang baru dengan panjang
sambungan kurang lebih 300 mm pada masing masing ujungnya dengan
menyambungkannya secara mekanis atau las yang baik sehingga pemindahan
gaya yang ada tetap terjamin dengan baik. Posisi sambungan atau bagian
sambungan harus ditempatkan di luar daerah dimana besi tulangan yang
berkarat tersebut. Mungkin perlu membongkar sebagian beton agar terlihat
besi tulangan yang tidak berkarat guna penyambungan tersebut.
50
c) Setiap besi tulangan yang mencuat harus dipoyong paling sedikit 20 mm di
bawah permukaan beton kemudian beton diperbaiki sesuai dengan kerusakan
201.
KERUSAKAN 204 Aus , Perubahan akibat Cuaca dan Umur atau Penurunan
Perlu diadakan penilaian untuk menetapkan apakah elemen tersebut perlu diganti jika
kerusakan sudah mulai menyeluruh.
CARA PENANGANANNYA :
Jika kerusakan disebabkan oleh reaksi kimiawi seperti karbonasi atau serangan
klorida maka diperlukan pengujian untuk menetapkan luas dan dalamnya daerah yang
terkena untuk kemudian dapat ditentukan banyaknya bongkaran.
Jika kerusakan disebabkan oleh karbonasi dan kedalamannya tidak lebih dari 25 mm,
maka pengecatan sealent dengan bahan yang disetujui dapat dilakukan pada bagian
luar beton.
Kerusakan lain akibat keausan beton diperbaiki dengan cara seperti pada kerusakan
201.
KERUSAKAN 205 Pecah atau Hilangnya Bahan Beton
Gambar 2.21 Pecahnya sebagian beton pada elemen jembatan
CARA PENANGANANNYA :
a) Angkatlah elemen yang mengalami kelebihan gaya tersebut akibat
pecahnya atau hilangnya sebagian dari elemen tersebut
51
b) Gantilah bagian yang pecah tersebut dengan bahan yang sesuai
spesifikasinya atau yang serupa atau sama dengan bentuk dan ukuran
yang ditetapkan dalam spesifikasi aslinya.
c) Bilamana bagian yang pecah tersebut memerlukan penggantian, maka
hubungan antara permukaan yang baru dan yang lama harus ditangani
sebagaimana diuraikan pada perbaikan pada kerusakan 201.
KERUSAKAN 206 Lendutan Struktur Jembatan
Lendutan yang berlebihan dari elemen mungkin disebabkan oleh :
a) Beban yang berlebihan
b) Tumbukan
c) Pergerakan acuan beton pada saat pengecoran
Gambar 2.22 Jembatan Yang Mengalami Lendutan Yang Berlebihan
CARA PENANGANAN :
Beban Yang Berlebihan
Bilamana terjadi lendutan akibat beban yang berlebihan, maka, diperlukan
pemeriksaan khusus untuk menetukan luas atau volume kerusakan.
Situasi beban yang berlebihan harus dihindarkan dengan cara mengadakan
pembatasan muatan di atas jembatan, bagian yang mengalami gaya yang berlebihan
harus diperkuat, diganti atau diperbaiki.
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan tambahan gelagar memanjang, gelagar
atau peletakan plat baja tergantung pada elemen yang akan diperkuat.
Lendutan yang terjadi pada elemen beton akibat beban yang berlebihan sering
berhubungan dengan keretakan atau pecah elemen tersebut.Perbaikan harus dilakukan
sebagaimana yang dispesifikasikan untuk kerusakan 201 atau kerusakan 202.
52
Tumbukan
Kerusakan akibat tumbukan secara normal berhubungan dengan sandaran.Sandaran
yang rusak normalnya harus diganti karena terlalu lemah untuk menahan tumbukan
berikutnya.
Jenis kerusakan lain akibat kecelakaan yang mengakibatkan lendutan, biasanya
diperbaiki sesuai dengan kerusakan akibat beban yang berlebihan (contoh beban
yang berat sekali jatuh dari truk pengangkut yang menyebabkan lendutan pada gelagar
dan lantai)
Pergerakan acuan
Jika acuan bergerak mengakibatkan terjadinya keretakan dari elemen yang
bersangkutan maka hal tersebut dimasukan dalam masalah beban yang berlebihan.
Jika tidak terlihat adanya lendutan yang berlebihan maka tidak diperlukan perbaikan
atau suatu tindakan.
53
BAB III
PEMBAHASAN
A. DATA TEKNIS JEMBATAN Jenis Struktur Jembatan = Beton Bertulang
Panjang Bentang = 95 m
Jumlah Bentang = 3 (tiga) Bentang
Panjang B1 = 38 m
Panjang B2 = 37 m
Panjang B3 = 20 m
Jumlah Pilar = 2 Pilar
Tinggi Pilar = 7 m
Jumlah Abutment = 2 Abutment
Jenis Struktur Abutment = Pasangan Batu Kali
Lebar Jalan = 7 m
Lebar Trotoar = 2 x 1 m
Tebal Lantai Beton = 0,2 m
Tebal Aspal = 0,05 m
Jenis Sandaran = Beton Bertulang
Tinggi Sandaran = 1,5 m
Bentang Pinggir
Jumlah Girder = 7 buah
Jarak antargirder = 1,19 m
H Girder = 1 m
B Girder = 0,50
Jumlah Diagragma = 6 buah
H Diagragma = 0,5 m
B Diagragma = 0,69 m
Bentang Tengah
Jumlah Girder = 7 buah
54
Jarak antargirder = 1,19 m
H Girder = 0,75 m
B Girder = 0,50 m
Jumlah Diagragma = 6 buah
H Diagragma = 0,2 m
B Diagragma = 0,69 m
B. OBSERVASI LAPANGAN
Lokasi Elemen Jembatan
Lokasi Jembatan : Tanah Abang Petamburan, Perbatasan Jakarta Pusat dan
Jakarta Barat.
Struktur Jembatan : Potongan Memanjang Jembatan (Lampiran)
Tampak Atas Jembatan (Lampiran)
Potongan Melintang Jembatan Bentang Pinggir ( Lampiran )
Potongan Melintang Jembatan Bentang Tengah ( Lampiran )
a. Alur Pemeriksaan Jembatan
Gambar 3.1 Alur pemeriksaan Jembatan Tanah Abang - Petamburan
55
b. Hasil Pengukuran dan Pemeriksaan Jembatan Hasil pengukuran dan pemeriksaan dilakukan pada 2 Desember 2013, dengan hasil
sebagai berikut:
No. Variabel yang diukur Hasil Pengukuran di
Lapangan (m)
1 Panjang Jembatan (L) (as ke as abutment) 95
2 Lebar Jembatan 9
3 Tebal Lantai Jembatan 0,2
c. Hasil Pemeriksaan Hasil yang didapat dari pemeriksaan jembatan yaitu hanya berupa hasil pengukuran
di lapangan yang terlampir pada data teknis jembatan. Keterbatasan peralatan
(untuk pengujian kuat tekan, lebar retak, kedalaman retak, tebal selimut beton,
lendutan, dan beban sumbu kendaraan) dan data invetarisasi (penulangan jembatan),
menyebabkan pemeriksaan tidak dapat dilakukan secara khusus/mendetail.
d. Data Visual Kerusakan
Gambar 3.2 Gompal pada lantai jembatan
56
Gambar 3.3 Elemen hilang pada abutment jembatan
Gambar 3.4 Kerontokan pada sandaran
57
Gambar 3.5 Rusak pada expansion joint
Gambar 3.6 Benda asing pada expansion joint
Gambar 3.7 Lumutan dan keropos pada girder
58
Gambar 3.8 Elastomer bearing yang menipis
Gambar 3.9 Tidak terdapat lantai injak
59
Gambar 3.10 Lubang pada diafragma
C. ANALISA KONDISI Analisa kondisi dilakukan untuk mengetahui kondisi akhir elemen jembatan dengan
mengacu pada Pedoman Pemeriksaan Jembatan, Dirjend. Bina Marga : No.005-
01/P/BM/2011.
Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai 0 atau 1 pada elemen-elemen jembatan
yang diperiksa. Pada pemeriksaan jembatan Tanah Abang Petamburan dilakukan
pemeriksaan pada elemen lantai, abutment, sandaran, girder, diafragma, elastomer,
expansion joint, pilar dan oprit.
Penilaian dengan memberikan nilai 0, untuk struktur yang tidak berbahaya, untuk
kerusakan yang tidak parah, untuk area yang mengalami kerusakan kurang dari 50%,
untuk elemen yang masih berfungsi dan untuk kerusakan elemen yang tidak berdampak
terhadap kerusakan elemen lain atau terhadap lalu lintas.
Penilaian dengan memberikan nilai 1, untuk struktur yang berbahaya, untuk kerusakan
yang parah, untuk area yang mengalami kerusakan lebih dari 50%, untuk elemen yang
tidak berfungsi dan untuk kerusakan elemen yang berdampak terhadap kerusakan
elemen lain atau terhadap lalu lintas. Kriteria penilain seperti pada Tabel 3.1 di bawah
ini.
60
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Nilai Kondisi
Sebelum dilakukan analisa kondisi, dilakukan analisa kerusakan pada elemen-elem
jembatan yang akan dinilai. Hasil pemeriksaan kerusakan diberikan pada tabel-tabel di
bawah ini. .
61
a. Data Kerusakan Abutment
Tabel 3.2 Kerusakan Abutment
62
b. Data Kerusakan Pilar
Tabel 3.3 Kerusakan Pilar
63
c. Data Kerusakan Girder
Tabel 3.4 Kerusakan Girder
64
d. Data Kerusakan Diafragma
Tabel 3.5 Kerusakan Diafragma
65
e. Data Kerusakan Elastomer
Tabel 3.6 Kerusakan Elastomer
66
67
f. Data Kerusakan Lantai
Tabel 3.7 Kerusakan Lantai
68
g. Data Kerusakan Oprit
Tabel 3.8 Kerusakan Oprit
69
h. Data Kerusakan Expansion Joint
Tabel 3.9 Kerusakan Expansion Joint
70
71
i. Data Kerusakan Sandaran
Tabel 3.10 Kerusakan Sandaran
72
Analisa kondisi dari elemen-elemen yang diperiksa diberikan pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Nilai Kondisi Rata-Rata Jembatan
D. PREDIKSI SISA UMUR JEMBATAN BERDASARKAN ANALISA KONDISI Prediksi sisa umur jembatan dilakukan berdasarkan nilai kondisi rata-rata dari elemen
jembatan yang telah dilakukan. Berikut nilai kondisi rata-rata jembatan pada Tabel
3.11.
Diagram penurunan kondisi jembatan berdasarkan fungsi waktu dapat dilihat pada
Gambar 3.11.
No. Titik / Lokasi Tipe Struktur S R K F P NK Tingkat Kerusakan1 A2 Abutment 1 1 0 0 1 3 RUSAK2 P2 Pilar 0 0 0 0 0 0 BAIK SEKALI
B1 G7B1 G1-G2B3 D1-D8
B3 D9B3 D10-D16
B3 G7 KIB3 G7 KAB2 G7 KIB1 G7 KA
6 B2 Lantai 1 0 0 0 0 1 BAIKA1A2A1P1A2P3
9 B2 Sandaran 1 1 0 1 0 3 RUSAK2 Rusak RinganNilai Kondisi Rata-Rata
0 BAIK SEKALI
1Diafragma 0 0 0 0 1 BAIK
Gider 0 0 0 0 0
3 RUSAK
Elastomer Bearing 1 1 1 0 1
Oprit 1 1 0 0
2 RUSAK RINGAN
3
4
5
7
8 Expansion Joint 1 0 0 0 1
4 RUSAK KRITIS
1
Nilai 0 = Memenuhi / baik / lengkapNilai 1 = tidak memenuhi / rusak / hilang
73
Gambar 3.11 Diagram Penurunan Umur Jemb