13
JENIS – JENIS CRUDE OIL

Jenis _ Jenis Crude Oil

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perminyakan

Citation preview

Page 1: Jenis _ Jenis Crude Oil

JENIS – JENIS CRUDE OIL

Page 2: Jenis _ Jenis Crude Oil

Pada bidang pengolahan minyak bumi, diketahui ada empat jenis hidrokarbon, yaitu parafin, naften, olefin, dan aromat. Dari keempat jenis hidrokarbon tersebut, hanya

parafin, naften, dan aromat yang terdapat pada crude oil. Senyawa hidrokarbon olefin (CnH2n) merupakan senyawa yang terbentuk pada saat pemrosesan minyak bumi

(refining). Karena sifatnya yang tidak stabil, senyawa ini cenderung reaktif dan mudah berpolimerisasi dan membentuk gum.

Oleh karenanya, senyawa olefin tidak terdapat pada crude oil karena pada dasarnya, apa yang terbentuk di alam (secara alamiah) dalam keadaan stabil.

Berikut ini gambaran komposisi unsur penyusun crude oilC : 83,00 – 87,00 % wtH : 10,00 – 14,00 % wt

S : 0,05 – 6,00 % wtO : 0,05 – 1,50 % wtN : 0,10 – 2,00 % wt

Logam : 10^(-5) – 10^(-2) % wt

Page 3: Jenis _ Jenis Crude Oil

Senyawa – senyawa yang ada dalam crude oil : Karbon - 84% Hidrogen - 14% Sulfur - 1 to 3% (hidrogen sulfida, sulfida, disulfida, elemental sulfur) Nitrogen - < 1% (dalam bentuk senyawa amina) Oksigen - < 1% (karbon dioksida, phenol, keton,asam karboksilat) Logam mineral - < 1% (nikel, iron, vanadium, tembaga, arsen) Garam - < 1% (NaCl, MgCl2, CaCl2)

Page 4: Jenis _ Jenis Crude Oil

Klasifikasi ikatan hidrokarbon dalam minyak bumi:

ParaffinRumus umum: CnH2n+2 ( biasanya dari 1 <n< 20)Berikatan lurus atau bercabang Berwujud gas atau cair pada temp kamar Contoh: metana, etana, propana, butana, isobutana, pentana, hexana

AromatikRumus Umum: C6H5 - Y (Y senyawa yang lebih panjang dan berikatan langsung dengan cincin aromatikMempunyai 2 atau lebih cincin aromatik Berwujud cairContoh: benzen, napthalen

Page 5: Jenis _ Jenis Crude Oil

Napthenic or CycloalkanaRumus umum: CnH2n (n = 1 < 20) Berstruktur cincin Ikatan cincin tunggalBerwujud cair pada temperatur kamar

Contoh: cycloheksana, metil cyclopentana

Alkena

Diena dan Alkuna

Page 6: Jenis _ Jenis Crude Oil
Page 7: Jenis _ Jenis Crude Oil
Page 8: Jenis _ Jenis Crude Oil
Page 9: Jenis _ Jenis Crude Oil

Klasifikasi Crude Oil

Crude oil diklasifikasikan guna mengetahui gambaran komponen hidrokarbon penyusunnya.

Klasifikasi berdasarkan SG 60/60 Crude Oil SG 60/60 Ringan < 0,830 Medium Ringan 0,830 – 0,850 Medium Berat 0,850 – 0,865 Berat 0,865 – 0,905 Sangat Berat > 0,905

Klasifikasi berdasarkan sifat penguapan Untuk mengklasifikasi crude oil berdasarkan sifat penguapan, crude oil harus didistilasi hingga suhu 300 degC. Kemudian dihitung fraksi ringannya dengan rumus sbb. Klasifikasi crude oil berdasarkan sifat penguapannya adalah sbb. Crude Oil Fraksi ringan, % volume Ringan > 50 Sedang 20 – 50 Berat < 20

Page 10: Jenis _ Jenis Crude Oil

Klasifikasi berdasarkan kadar sulfur Crude Oil Kadar sulfur, % wt Ringan < 0,1 (sweet crude) Sedang 0,1 – 2,0 Berat > 2,0 (sour crude)

Klasifikasi berdasarkan fakor K UOP Untuk mengklasifikasikan crude oil berdasarkan faktor K UOP, digunakan langkah-langkah sebagai berikut.1.Melakukan pengujian distilasi ASTM D 86 2.Melakukan pengujian SG 60/60 oF 3.Menghitung KUOP dengan rumus :

hasil pengujian diklasifikasikan sebagai berikut. K UOP Jenis Crude K = 10,1 – 10,5 aromatik K = 10,5 – 11,5 naftenik K = 11,5 – 12,1 campuran K = 12,1 – 12,5 parafinik

Page 11: Jenis _ Jenis Crude Oil

Klasifikasi menurut US Bureau of MinesMelakukan distilasi TBP dengan dua fraksi Fraksi I : fraksi kerosene 250 – 275 degC pada tekanan atmosfer, sebagai fraksi ringan Fraksi II : fraksi minyak lumas 275 – 300 degC pada tekanan 40 mm Hg, sebagai fraksi berat Melakukan pengukuran SG 60/60 degF dan derajat API untuk fraksi I Melakukan pengukuran SG 60/60 degF dan derajat API untuk fraksi IIHasilnya diklasifikasikan menurut data berikut ini.

Klasifikasi Fraksi Kunci I Fraksi Kunci II SG 60/60 oF oAPI SG 60/60 oF oAPI1. Parafinic – Parafinic < 0,825 >= 40 < 0,876 >= 302. Parafinic – Interm. < 0,825 >= 40 0,876 – 0,934 20 – 303. Interm.* – Parafinic 0,825 – 0,860 33 – 40 < 0,876 >= 304. Interm. – Interm. 0,825 – 0,860 33 – 40 0,876 –0,934 20 – 305. Interm. – Naphthenic 0,825 – 0,860 33 – 40 > 0,934 <= 206. Naphthenic – Interm. > 0,860 <= 33 0,876 – 0,934 20 – 307. Naphthenic – Naphthenic > 0,860 <= 33 > 0,934 <= 208. Parafinic – Naphthenic < 0,825 <= 40 > 0,934 <= 209. Naphthenic – Parafinic > 0,860 <= 33 < 0,876 >= 30*Interm. = Intermediate

Page 12: Jenis _ Jenis Crude Oil

Klasifikasi berdasarkan Indeks KorelasiMelakukan pengujian SG 60/60 degF minyak bumiMelakukan distilasi ASTMD 86Menghitung titik didih rata – rata dari distilasi ASTMD 86Menghitung Indeks Korelasi dengan rumusan :

CI = (473,7 G – 456,8) + (48.640 / T) dimana G = SG 60/60 degF T = titik didih rata – rata, degKHasil pengujian diklasifikasikan sebagai berikut. Correlation Index Klasifikasi CI = 0 HC seri normal parafin CI = 100 HC benzena CI = 0 – 15 HC dominan dalam fraksi: parafinik CI = 15 – 50 HC dominan dalam fraksi: naftenik atau campuran parafinik, naftenik dan aromatik CI > 50 HC dominan dalam fraksi: aromatik

Page 13: Jenis _ Jenis Crude Oil

Klasifikasi berdasarkan VGC (Viscosity Gravity Constant) Melakukan pengujian SG 60/60 degF minyak bumiMelakukan pengujian viscosity Saybolt Menghitung VGC dengan rumusan :

dimana : G = SG 60/60 oF V = viscosity pada 200 oF (99 oC), SSU Hasil pengujian diklasifikasikan sebagai berikut. VGC Klasifikasi 0,800 – 0,840 Hidrokarbon Parafinik 0,840 – 0,876 Hidrokarbon Naftenik 0,876 – 1,000 Hidrokarbon Aromatik