Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JENIS-JENIS LUMUT EPIFIT PADA PEPOHONAN DI
KAMPUS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
SKRIPSI
MESRAYANTI MUNTHE
110805011
PROGRAM STUDI BIOLOGI S-1
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JENIS-JENIS LUMUT EPIFIT PADA PEPOHONAN DI
KAMPUS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar
Sarjana Sains
MESRAYANTI MUNTHE
110805011
PROGRAM STUDI BIOLOGI S-1
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN ORISINALITAS
JENIS-JENIS LUMUT EPIFIT PADA PEPOHONAN DI KAMPUS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri,kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, agustus 2018
MESRAYANTI MUNTHE
110805011
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
JENIS-JENIS LUMUT EPIFIT PADA PEPOHONAN DI
KAMPUS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Penelitian jenis-jenis lumut epifit pada pepohonan di kampus Universitas
Sumatera Utara Medan, telah dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober
2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginventarisasi jenis-jenis lumut epifit
di area kampus USU. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksplorasi dengan menjelajahi seluruh area kampus. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan alat pencongkel yaitu pisau, pengkoleksian lumut
dari pohon berdiameter ≥ 10 cm dan batang pohon pada ketinggian 0-2 m. Pada
penelitian ini diperoleh 15 jenis lumut epifit yang terdiri atas delapan jenis lumut
hati Marcantiopyta dan enam jenis lumut sejati Bryopyta.
Kata kunci : Lumut epifit, Jenis-jenis lumut, morfologi lumut, di Kampus
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
SPECIES OF BRYOPHYTE ON TREES AT CAMPUS
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRACT
Research on the types of epiphytic moss on trees on the University of Sumatera
Utara Medan, has been carried out from September to October 2017. The purpose of
this study was to inventory the types of epiphytic moss in the USU campus area. The
method used in this study is an exploration method by exploring all campus areas.
Sampling was done by using a prying device, namely a knife, collecting moss from
trees with a diameter of ≥ 10 cm and tree trunks at an altitude of 0-2 m. In this study
15 types of epiphytic moss were obtained, consisting of eight types of Marcantiopyta
liverworts and six types of true Bryopyta moss.
Keywords: Epiphytic moss, Moss types, Moss morphology, at the University of
Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
PENGHARGAAN
Alhamdulillah Puji syukur kepada Allah SWT yang memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini yang berjudul
Jenis-Jenis Lumut Epifit Pada Pepohonan Di Kampus Universitas Sumatera
Utara. Solawat besertakan salam kepada nabi Muhammad Saw yang telah menuntun
manusia dari jalan yang gelab hingga terang benderang.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr.Etti Sartina Siregar M.si
selaku pembimbing 1 dan Ibu Dr. Nursahara Pasaribu M.Sc., selaku Pembimbing 2,
yang telah banyak memberikan dorongan, bimbingan, arahan, waktu serta perhatian
yang besar terutama saat penulis memulai penulisan hingga penyempurnaan hasil
penelitian ini. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas segala
kebaikan beliau. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. T. Alif Atthorick, M.Si selaku
penguji 1 dan Bapak Drs. Nursal, M.Si selaku penguji 2 yang telah banyak
memberikan masukan dalam penyempurnaan penulisan hasil skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Saleha Hanum, M.Si
selaku Ketua Deparartemen Biologo FMIPA USU dan Bapak Rianto Sinaga, M.Si
selaku sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada ibu Dr. Nursahar Pasaribu M.Si selaku Dosen penasehat
akademik yang memberikan motivasi, nasehat, serta arahan. Terima kasih juga
kepada staf pengajar dan pegawai Departemen Biologi USU
Terima kasih juga penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada orangtua
tercinta ayahanda Harjono Munthe dan ibunda Norma Manik atas segala do’a,
dukungan, semangat, nasehat, materi, serta kasih sayang yang tidak terbalas untuk
penulis, semoga Allah Melimpahkan rahmatnya. Terimakasih juga kepada abang
kandung al’marhum Zul Pitra Munthe, adik kandung Jepri Munthe, Siti Holijah
Munthe, Marudut al Rahman Munthe, dan Putra Munthe yang telah memberikan
do’a dan motivasi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Zia, Vina, Maya,
Tya, Ifana, Adit, Dina, Lasti, Dewi yang telah membantu selama penelitian. Terima
kasih juga penulis ucapkan kepada adik Khairani yang telah memberikan dukungan,
semangat serta bantuan tanpa pamrih dan motivasi yang tidak akan terlupakan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini. Sebelum dan sesudahnya penulis mengucapkan banyak
terimakasih.
Medan, Agustus 2018
Mesrayanti Munthe
110805011
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN SKRIPSI i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
Bab 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Permasalahan 2
1.4 Manfaat 2
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Siklus Hidup Lumut 3
2.2 Ekologi Lumut 3
2.3 Distribusi dan Habitat 4
2.4 Morfologi Lumut 4
2.4.1 Lumut Sejati 4
2.4.2 Lumut Hati 5
2.4.3 Lumut Tanduk 6
2.5 Manfaat Lumut 6
Bab 3 BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 7
3.2 Deskripsi Area 7
3.2.1 Letak dan Luas 7
3.2.2 Vegetasi 7
3.3 Pelaksanan Penelitian 7
3.3.1 Di Lapangan 7
3.3.2 Di Laboratorium 8
a. Pembuatan Spesimen 8
b. Pengamatan Morfologi 8
c. Identivikasi Tumbuhan 8
d. Analisa Data 9
Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Jenis-jenis Lumut Epifit 13
4.2 Kunci Identifikasifikasi Lumut epifit 13
4.2.1 Kunci Identifikasi Lumut Epifit Marchantiopyta 14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
4.2.2 Kunci Identifikasi Lumut Epifit Bryophyta 14
4.3 Deskripsi jenis lumut epifit 15
Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 29
52. Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN 31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 Gambar lumut sejati Polytrichum commune 5
2.2 Gambar lumut hati Marchantia paleaceae 6
4.1 Acrolejeunea sp. 16
4.2 Lejeunea cocoes 17
4.3 Lejeunea obscura 18
4.4 Lejeunea papilionaceae 19
4.5 Lopholejeunea nigricans 20
4.6 Lopholejeunea wiltensii 22
4.7 Mastigolejeunea virens 23
4.8 Schiffneriolejeunea tumida 24
4.9 Bryum clavatum 25
4.10 Calymperes tenerum 25
4.11 Donnellia commutata 26
4.12 Encalypta asperifolia 27
4.13 Isopterygium tenerum 28
4.14 Vesicularia vesicularis 29
4.15 Octoblepharum albidum 30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran
Judul Halaman
1 Data Faktor Fisik Kimia 32
2 Foto Pelaksanaan Penelitian 32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keanekaragaman hayati yang dimiliki suatu daerah sangat penting untuk
memberikan ciri khas tersendiri bagi suatu daerah atau suatu negeri, seperti di
Negara Indonesia yang merupakan salah satu daerah tropis yang memiliki
keanekaragaman tertinggi di dunia. Salah satu keanekaragaman hayati yang dimiliki
oleh Indonesia adalah tumbuhan lumut (Bryophyta) (Bawaihaty, et al. 2014).
Lumut berperan penting dalam menjaga keseimbangan air, siklus hara dan
sebagai tempat hidup bagi organisme lain (Gradstein, et al. 2001), sebagai penyerap
polutan, serta sebagai indikator perubahan iklim dunia (Bawaihaty, et al. 2014).
Keberadaan lumut epifit dapat dijadikan sebagai indikator kelembaban udara pada
suatu habitat (Karger, et al. 2012). Lumut menempel pada substrat seperti pada
pohon, kayu lapuk, serasah, tanah dan batuan (Windadri, 2008). Lumut yang ada di
hutan tropis sebagian besar bersifat epifit. Lumut epifit hidup berkelompok yang
dapat menyelimuti pohon-pohon di hutan (Gradstein, et al. 2001).
Keberadaan serta kelimpahan tumbuhan lumut di suatu daerah juga dapat
mencerminkan kualitas udara pada daerah tersebut. Daerah yang pepohonannya
banyak ditumbuhi lumut epifit menunjukkan suatu daerah tersebut masih relatif
bersih (Smith, 1982).
Lumut merupakan salah satu obyek penelitian yang masih belum banyak
mendapatkan perhatian dari para peneliti botani. Kurangnya perhatian terhadap
kelompok tumbuhan ini disebabkan karena ukuran tumbuhan lumut yang umumnya
kecil, tidak berbunga serta sebagian besar ditemukan di daerah dataran tinggi yang
membuat tumbuhan lumut sering luput dari perhatian. Tumbuhan lumut terlihat
seperti tumbuhan biasa yang tidak menarik, bahkan dianggap sebagai penyebab
lingkungan kotor (Windadri, 2008).
Beberapa penelitian tentang lumut epifit di Indonesia antara lain Ariyanti, et
al. (2008) melaporkan 80 jenis lumut epifit dari kelompok lumut hati di Sulawesi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Tengah; Aprina (2010) melaporkan 33 jenis lumut epifit dari kelompok lumut hati
berdaun pada Angiospermae di Kebun Raya Bogor; Junita (2010) melaporkan 42
jenis lumut sejati epifit di Kebun Raya Bogor; Adhitya (2014) melaporkan 18 jenis
lumut epifit pada Gymnospermae di Kebun Raya Bogor. Di Sumatera Utara sampai
saat ini penilitian tentang lumut epifit masih jarang dilakukan. Kampus Universitas
Sumatera Utara termasuk kampus yang banyak di tumbuhi pohon dan terdapat
banyak pohon yang ditumbuhi oleh tumbuhan Lumut. Namun hingga saat ini belum
pernah diteliti dan belum ada data tentang lumut sekitar Kampus USU termasuk
lumut epifit.
1.2 Permasalahan
Dikampus USU banyak terdapat pohon yang ditumbuhi oleh lumut. Lumut
berperan sebagai penyedia oksigen, penyimpan air, dan dapat menahan polusi udara.
Akan tetapi data tentang jenis-jenis lumut terutama lumut epifit di Kampus
Universitas Sumatera Utara sampai saat ini belum belum pernah dilaporkan.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis lumut epifit di
Kampus Universitas Sumatera Utara.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berupa data
tentang jenis-jenis lumut epifit di Kampus Universitas Sumatera Utara Medan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Siklus Hidup Lumut
Gametofit adalah generasi yang umum pada siklus hidup briofita. Sebagian
besar spesies lumut daun memiliki gametofit jantan dan betina yang terpisah,
memiliki anteredium dan arkegonium, sperma berenang melalui lapisan tipis lembab
ke arkegonium dan membuahi telur. Zigot diploit membelah menjadi sprofit
embrionok dalam arkegonium, sprofit tumbuh membentuk suatu batang panjang
yang muncul dari arkegonium, akan tetapi dasar sprofit itu tetap menempel pada
gametofit betina, pada ujung batang terdapat sporagium, yaitu kapsul tempat
pembelahan miosis terjadi dan spora haploid berkembang. Spora berkecambah
melalui pembelahan mitosis, membentuk protonema kecil, berwarna hijau seperti
benang yang menyerupai alga hijau, protonema haploid terus tumbuh dan
berdiferensiasi, dan akhirnya membentuk gametofit yang dewasa secara seksual. Dan
siklus lumut hati sangat mirip dengan siklus hidup lumut daun (Campbell, 2003).
2.2 Ekologi Lumut
Sejak kondisi lingkungan mengalami perubahan dengan ketinggian, lumut di hutan
hujan tropis berubah secara signifikan karena adanya perbedaan ketinggian. Ada
beberapa perbedaan percobaan dalam mendeterminasi zonasi ketinggian di hutan
hujan (Frahm 2003, dalam Pollawatan, 2008).
Kehadiran dan kelangsungan hidup lumut sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan khususnya lingkungan mikro meliputi suhu, kelembaban dan
pencahayaan (Hallingbäck & Nick, 2000). Lumut umumnya berkembang pada
daerah pegunungan yang memiliki kelembaban tinggi, suhu rendah dan cukup sinar
matahari. Kehadiran lumut di daerah dataran rendah umumnya terbatas pada tempat-
tempat lembab seperti pinggir sungai dan daerah sekitar sumber air. Oleh karena itu,
perubahan terhadap lingkungan mikro dari suatu tempat akan berdampak cukup
besar terhadap keberadaan lumut di lingkungan sekitarnya (Windadri, 2010).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
2.3 Distribusi dan Habitat
Lumut daun atau lumut sejati meliputi ± 12.000 jenis yang mempunyai daerah amat
luas. Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah-tanah gundul yang periodik mengalami
masa kekeringan. Kebanyakan lumut daun suka pada tempat-tempat yang basah,
tetapi ada pula yang tumbuh di tempat-tempat yang kering. Lumut daun merupakan
kelas terbesar dalam Bryophyte. Diperkirakan terdapat 900 genera dalam 8000 jenis
(Gradstein, et al. 2009). Sekitar 2.000 jenis lumut daun tersebar di Asia (Tan &
Chuan, 2008). Lumut hati atau kelas Hepaticae memiliki sekitar 5000 spesies,
diperkirakan 1350 spesies di dalam 188 marga ada daerah Neotropis (Gradstein, at
al. 2001).
Kebanyakan lumut hati hidup di tempat-tempat yang basah. Lumut hati juga
dapat hidup di tempat-tempat yang kering misalnya pada kulit pohon, di atas tanah
atau diatas batu cadas. Dalam tubuh terdapat alat penyimpanan air, dapat menjadi
kering tanpa mengakibatkan kematiannya (Tjitrosoepomo, 1989).
2.4 Morfologi Lumut
2.4.1 Lumut Sejati
Bryopsida dikenal sebagai lumut daun atau lumut sejati, merupakan kelas yang
terbesar dalam Bryophyta. Hampir semua anggotanya mempunyai gametofit yang
telah terdiferensiasi sehingga dapat dibedakan bentuk-bentuk seperti batang, cabang
dan daun. Sporofit Bryopsida berumur panjang, berwarna kecokelatan terdiri atas
kaki yang berfungsi untuk menyerap nutrien dari gametofit, dan kapsul yang
disangga oleh suatu tangkai disebut seta. Spora masak dibebaskan dari kapsul setelah
operkulum (struktur semacam tutup pada kapsul) membuka secara perlahan-lahan
melalui satu atau dua baris gigi-gigi yang disebut peristom (Mishler, et al. 2003).
Lumut daun tumbuh dalam kelompok yang padat , yang saling menyokong
satu sama lain. Hamparan tersebut memiliki sifat seperti karet busa, yang menyerap
dan menahan air. Masing-masing tumbuhan yang ada dalam hamparan melekat pada
supstrat dengan sel yang memanjang atau filamen seluler yang disebut rizoid. Lumut
daun memiliki banyak tambahan seperti daun, batang dan akar tetapi tidak homolog
(Campbell, 2003).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
Gambar 1. Lumut daun Polytrichum commune
2.4.2 Lumut Hati
Berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati dibagi menjadi 2 kelompok yaitu lumut hati
bertalus dan lumut hati berdaun. Tumbuhan lumut hati menyerupai talus, bagian atas
dorsal berbeda dengan bagian bawah ventral, sedangkan permukaan lainnya disebut
dorsal. Pada bagian permukaan ventral, selain dijumpai rizoid uniseluler yang halus.
Tipe yang bertalus ini memiliki talus yang tidak berdaun, berbentuk pita, dan
menjalar pada permukaan tempat tumbuhnya (Loveless, 1989).
Lumut hati berdaun memiliki rizoid yang terdiri atas 1 sel (uniseluler),
berfungsi sebagai alat untuk melekatkan diri pada substrat. Beberapa spesies
memiliki 2 – 3 baris daun yang melekat pada batang, terbagi atas dua baris daun
dorsal (lobe), satu baris daun ventral yang biasanya memiliki ukuran lebih kecil dari
pada daun dorsal, atau bahkan tidak ada. Pada beberapa spesies, daunnya memiliki
modifikasi membentuk cuping yang disebut lobule. Lobulus adalah perluasan daun
yang bisa menangkap atau menampung air yang berada di bagian ventral
(Damayanti, 2006). Lumut hati dapat dibedakan dari semua bryoflora lainnya karena
secara umum memproduksi oil body yang berfungsi untuk melindungi sel dari
kekeringan. Jika keadaan kering, oil body ini akan pecah (Suire, 2000).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
Gambar 2. Lumut hati bertalus Marchantia paleaceae (kiri), dan Marchantia
emargianata (kanan) atas, Marchantia polymorpha (kiri), talus pada
Marchantia sp. (kanan) bawah.
2.5 Manfaat Lumut
Lumut dari segi ekologi memiliki peran yang sangat penting, merupakan tumbuhan
perintis dalam menciptakan habitat primer dan sekunder setelah adanya perusakan
lingkungan. lumut juga memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga porositas
tanah dan mengatur tingkat kelembapan ekosistem (Damayanti, 2006). Menurut
Hallingbac & Nick, (2002) karena kemampuannya dalam menahan dan menyerap
air.
Tumbuhan Lumut (Bryoflora) adalah komponen penting dalam kawasan
hutan di pegunungan tropis yang berperan signifikan dalam keseimbangan air dan
siklus hara hutan, berfungsi sebagai substrat, sumber makanan dan tempat bersarang
bagi organisme hutan lainnya (Holscher, et al. 2004).
Di ekosistem Hutan Hujan Tropis, lumut berperan penting dalam
meningkatkan kemampuan hutan untuk menahan air (water holding capacity). Selain
itu, lumut juga merupakan habitat penting bagi organisme lain, terutama populasi
hewan invertebrata, beberapa jenis anggrek, misalnya, tidak akan dapat bertahan
andaikan tidak ada lumut yang sehat. Bahkan lumut juga merupakan media yang baik
bagi perkecambahan biji tumbuhan tingkat tinggi. Selain itu juga tumbuhan lumut
merupakan bioindikator pencemaran lingkungan Lumut dapat digunakan sebagai
tanaman hias pada tempat tinggal, obat-obatan, bahan untuk ilmu pengetahuan
sebagai indikator biologi untuk mengetahui degradasi lingkungan. Beberapa contoh
lumut yang dapat digunakan tersebut adalah Caliymperes, Campylopus, dan
Spaghnum. Spaghnum mengandung zat sphagnol digunakan untuk perawatan bisul
dan gigitan nyamuk (Bawaihaty, 2014).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian di lapangan telah dilaksanakan pada bulan September sampai
Oktober 2017 di kawasan kampus Universitas Sumatera Utara Medan, dan
identifikasi dilakukan di Laboratorium Sistematika Tumbuhan, Departemen
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
3.2 Deskripsi Area
3.2.1 Letak dan Luas
Kawasan kampus Universitas Sumatera Utara, terletak di Jl. Dr. T.
Mansyur No. 9, Padang Bulan, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan
Baru, Medan. Luas kampus Universitas Sumatera Utara berkisar 122 ha.
3.2.2 Vegetasi
Kampus USU memiliki banyak jenis-jenis pohon di sepanjang jalur pintu
1 hingga pintu 4, yaitu antara lain jenis pohon Adenanthera pavonina, Artocarpus
integra, Cocos nucifera, Durio zibethinus, Elaeis guineensis, Ficus glomerata,
Ficus benzamina, Felicium desipiens, Paraserianthes falcataria, Paraserianthes
falcataria, Syzygium malaccense, Swietenia mahagoni, Thuja occidentalis,
Tamarindus indica,, Mangifera indica, Mimusops elengii, Hevea brassiliensis dan
lainnya.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
3.3.1 Di Lapangan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplorasi,
dengan menjelajahi seluruh area kampus. Pohon yang dipilih adalah yang
berdiameter ≥ 10 cm. Lumut dikoleksi dari batang pohon pada kisaran ketinggian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
0-2 m dengan menggunakan pisau. Sebelum dikoleksi lumut difoto terlebih
dahulu. Data yang dicatat adalah jenis pohon, tekstur pohon, diameter pohon,
nomor koleksi sampel lumut, nama kolektor dan tanggal koleksi. Pengambilan
sampel lumut diusahakan selengkap mungkin. Masing-masing spesimen
dimasukkan ke dalam amplop yang terpisah dan setiap amplop diberi nomor
koleksi yang berbeda. Dilakukan pengukuran faktor fisik kimia, seperti suhu
udara dengan Termometer, kelembapan udara dengan Higrometer, intensitas
cahaya dengan Luxmeter dan pH tanah dengan Soil tester.
3.3.2 Di Laboratorium
a. Pembuatan Spesimen Herbarium
Spesimen lumut yang telah diperoleh diganti kertas amplopnya, diawetkan
dengan cara dikering-anginkan agar tidak rusak (lembab dan berjamur). Spesimen
yang sudah kering disimpan di herbarium Medananse, Departemen Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
b. Pengamatan Morfologi
Dilakukan pengamatan morfologi dengan cara mengambil potongan
spesimen lumut secukupnya. Selanjutnya potongan tersebut direndam dalam air,
pada bagian pangkalnya dijepit dengan pinset runcing, lalu diambil satu helai
daunnya. Daun diletakan di atas gelas preparat, ditutup dengan gelas penutup,
diamati di bawah mikroskop. Karakteristik penting yang diamati antara lain :
tinggi perawakan, lebar perawakan, daun (bentuk, tepi, ujung, pangkal, sel) dan
spora.
c. Identifikasi Tumbuhan
Spesimen diamati di bawah mikroskop di Laboratorium Taksonomi
Tumbuhan (USU) Medan, selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan buku
acuan sebagai berikut :
1. Guide to the Liverworts and Hornworts of Java (Gradstein, 2011)
2. A Handbook of Malesian Mosess vol : I, II, dan III (Eddy, A. 1988)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
3. Guide to the Bryophytes of Tropical America (Gradstein, S.R, Churchill,
S.P, Allen, N. 2001)
d. Analisis Data
Data jenis-jenis lumut epifit disajikan dalam bentuk kunci identifikasi dan
deskripsi morfologi jenis yang dilengkapi dengan foto masing-masing jenis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Jenis-Jenis Lumut Epifit di kawasan kampus Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian jenis-jenis lumut epifit di kawasan kampus Universitas Sumatera
Utara diperoleh 15 jenis lumut yang terdiri atas, delapan jenis lumut hati
(Marcantiopyta) yang termasuk ke dalam satu famili yaitu Lejeuneace dan enam jenis
lumut sejati (Bryophyta) yang termasuk kedalam tujuh famili yaitu Bryaceae,
Calymperaceae, Entodontaceae, Hypnaceae, Leucobryaceae, Sematophyllaceae.
Tabel 4.1 Jenis-Jenis Lumut Epifit di kawasan kampus Universitas Sumatera Utara
No Divisi Famili Jenis Substrat
1 Marcantiopyta Lejeuneace Acrolejeunea sp. Mimusops elengii
2 Lejeunea cocoes Artocarpus integra
Ficus benzamina
Mangifera indica
Swietenia mahagoni
3 Lejeunea obscura Swietenia mahagoni
4 Lejeunea papilionaceae Mangifera indica
Swietenia mahagoni
5 Lopholejeunea nigricans Ficus benzamina
Mangifera indica
Mimusops elengii
Swietenia mahagoni
Terminalia catappa
Thamarindus indica
6 Lopholejeunea wiltensii Swietenia mahagoni
7 Mastigolejeunea virens Swietenia mahagoni
8 Schiffneriolejeunea tumida Mimusops elengii
9 Bryophyta Bryaceae Bryum clavatum Adenanthera pavonina
10 Calymperaceae Calymperes tenerum Artocarpus heterophyllus
Mangi fera indica
Swietenia mahagoni
11 Sematophyllaceae Donnellia commutata Adenanthera pavonina
Albizia saman
Cocos nucifera
Mimusops elengii
Swietenia mahagoni
Syzygium malaccense
12 Entodontaceae Encalypta asperifolia Mangifera indica
Swietenia mahagoni
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
13 Hypnaceae Isopterygium tenerum Paraserianthes falcataria
Elaeis guineensis
Felicium desipiens
Swietenia mahagoni
Thamarindus indica
14 Vesicularia vesicularis
Adenanthera pavonina
Dimocarpus longan
Ficus benzamina Lansium
domesticum
Mangifera indica
Mimusops elengii
Syzygium malaccense
15 Leucobryaceae Octoblepharum albidum Adenanthera pavonina
Elaeis guineensis
Fellicium desipiens
Ficus benzamina
Data pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jenis lumut hati dari marga Lejeunea
mendominasi pada lokasi penelitian. Hal ini disebabkan karena Lejeunea merupakan
marga terbesar dari famili Lejeuneaceae dan dapat tumbuh di berbagai kondisi
lingkungan. Menurut Lee et al. (2014), Lejeunea merupakan marga terbesar dari famili
Lejeuneaceae yang terdiri dari 300 jenis. Selain itu, marga Lejeunea dapat tumbuh di
berbagai kondisi lingkungan, baik lingkungan terbuka ataupun tertutup, baik di
pinggiran kota, perkebunan, maupun di dalam hutan. Lee dan Gradstein (2013),
menambahkan bahwa secara umum jenis Lejeunea tumbuh di hutan hujan tropis yang
lembab, meskipun beberapa jenis ditemukan juga di tempat terbuka dan area terganggu
seperti di kebun. Pada penelitian Khairani (2018) tentang Lejeunea di Hutan Suaka
Alam Dolok Lubuk Raya Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara bahwa marga
yang paling banyak ditemukan adalah Lejeunea.
Data pada Tabel di atas juga menunjukkan bahwa jenis pohon yang paling
banyak ditumbuhi lumut adalah pohon Swietenia mahagoni, ditemukan sebanyak 10
jenis lumut yang terdiri atas enam jenis lumut hati dan empat jenis lumut sejati. Hal ini
dikarenakan pohon Swietenia mahagoni merupakan habitat yang cocok untuk
melekatnya spora lumut karena memiliki tekstur kulit batang yang kasar atau retak.
Menurut Gredstein & Culmsee (2010), pohon dengan tipe kulit batang kasar atau retak
memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan kulit batang yang licin.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
Kulit batang pohon yang retak dan berlekuk merupakan habitat yang cocok untuk
melekatnya spora lumut.
Selain pohon Swietenia mahagoni yang mendominasi dikampus USU. Lumut
dapat hidup pada pohon yang tua. Menurut Bates (2008) Batang-batang pohon yang
ditumbuhi lumut umumnya adalah batang pohon yang sudah tua. Batang pohon yang
sudah tua umumnya mempunyai permukaan kulit kasar atau retak-retak sebagai akibat
dari pertambahan umur. Pada permukaan kulit batang demikian merupakan tempat yang
baik untuk singgahnya spora lumut maupun air hujan beserta mineral yang terlarut di
dalamnya sehingga bila kondisi lingkungan sesuai dan tidak ada faktor penghambat
maka spora-spora lumut akan berkecambah, tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan
lumut dewasa.
4.2 Kunci Identifikasi Lumut Epifit pada pepohonon dikawasan Kampus
Universitas Sumatera Utara
1 a. Sesunan daun 3 baris...........................................................................Marcantiopyta
2 b. Susunan daun spiral ..................................................................................Bryophyta
4.2.1 Kunci Identifikasi Lumut Epifit Marchantiopyta
1 a. Ujung daun ventral terbelah ...................................................................................2
b. Ujung daun ventral rata...........................................................................................4
2 a. Merofit ventral 2 baris sel .........................................................3 Lejeunea obscura
b. Merofit ventral 3 baris sel .......................................................................................3
3 a. Susunan daun lateral berdekatan ......................................4 Lejeunea papilonaceae
b. Susunan daun lateral berjarak .....................................................2 Lejeunea cocoes
4 a. Sel-sel di bagian tengah lobus daun lateral berbentuk persegi panjang................. 5
b. Sel-sel di bagian tengah lobus daun lateral berbentuk isodiametrik .....................8
5 a. Ujung daun lateral tumpul................................................7 Mastigolejeunea virens
b. Ujung daun lateral membulat..................................................................................6
6 a. Lobus berbentuk bulat telur.........................................................1 Acrolejeunea sp.
b. Lobulus berbentuk memanjang ..................................8 Schiffneriolejeunea tumida
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
7 a. Perlekatan ujung lobulus ke lobus daun lateral melalui 1
sel....................................................................................5 Lopholejeunea nigrikans
b. Perlekatan ujung lobulus ke lobus daun lateral melalui 3 sel
.........................................................................................7 Lopholejeunea wiltensii
4.2.2 Kunci Identifikasi Lumut Epifit Bryophyta
1 a. Daun tanpa tulang daun ...................................................................................2
b. Daun memiliki tulang daun...............................................................................5
2 a. Arah tumbuh tegak..................................................15 Octoblepharum albidum
b. Arah tumbuh merayap.......................................................................................3
3 a. Susunan daun berderat 2..............................................11 Donnelia cummutata
b. Susunan daun berderat 3...................................................................................4
4 a. Posisi kapsul menggantung.......................................13 Vasicularia vasicularis
b. Posisi kapsul horizontal .............................................12 Isopterygium tenerum
5 a. Bentuk daun memanjang .............................................12 Encalypta asperifolia
b. Bentuk daun lanset............................................................................................6
6 a. Permukaan sel halus...............................................................9 Bryum clavatum
b. Permukaan sel kasar .....................................................10 Calymperes tenerum
4.3 Deskripsi Jenis Lumut Epifit Pepohonan dikawasan Kampus Universitas
Sumatera Utara
1. Acrolejeunea sp.
Perawakan tumbuhan berwarna hijau pada spesimen, lebar 0,7-1,5 mm.
Percabangan tipe lejeunea, merofit ventral 4 baris sel. Susunan daun lateral rapat,
perlekatan melengkung; lobus berbentuk bulat telur, panjang 0,5-1,3 mm, lebar 0,4-0,9
mm, pangkal dorsal melengkung, pangkal ventral rata, tepi rata, ujung membulat dan
melekuk ke arah ventral; bentuk sel persegi empat panjang, lebar 0,23-0,27 mm, dinding
sel tebal, permukaan halus; trigon luas, bentuk persegi panjang; lobulus berbentuk bulat
telur, panjang 1/3-
2/3 dari lobus, pangkal melengkung, tepi rata, ujung tumpul dengan 2-3
gigi, masing-masing gigi terdiri 1 sel panjangnya, jarak antar gigi 3 baris sel. Daun
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
ventral berdekatan, perlekatan melengkung, bentuk membulat, lebar 0,5-1,0 mm,
pangkal membulat, tepi rata, ujung rata dan sedikit melekuk ke dalam.
Spesimen yang diperiksa : Mesrayanti 36.
Distribusi : India, Filipina, Malaysia, Indonesia (Sumatera, Jawa,
Papua), Papua Nugini, Australia.
Ekologi : Kelembaban 51 %, suhu 33,2 °C dan titik koordinat
3033’28,38 LU, 98
039’22,13’’ BT.
Gambar 4.1 Acrolejeunea sp a. Habit b. Daun lateral c.Sel Daun d. Daun Ventral
2. Lejeunea cocoes Mitt.
Tumbuhan berwarna hijau tua pada spesimen, lebar 1,0-1,7 mm. Percabangan
tipe irregular, merofit ventral 3 baris sel. Susunan daun lateral berjarak, perlekatan rata;
lobus berbentuk bulat telur, panjang 0,50-0,75 mm, lebar 0,70-0,90 mm, pangkal dorsal
rata, pangkal ventral rata, tepi rata, ujung membulat; bentuk sel persegi enam, lebar
0,21-0,31 mm, dinding sel tipis, permukaan sel halus; trigon kurang terlihat jelas, bentuk
segitiga; lobulus berbentuk bulat telur, panjang 1/3 dari lobus, pangkal rata, tepi rata,
ujung rata. Daun ventral berjarak, perlekatan daun melengkung, bentuk seperti huruf U,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
panjang 0,26-0,40 mm, lebar 0,23-0,33 mm, pangkal rata, tepi rata, ujung terbelah 1/
2
dari panjang daun ventral.
Spesimen yang diperiksa : Mesrayanti 18, 43, 94, 111, 125, 132, 133, 136, 153,
154, 160, 163, 174, 183, 191, 193.
Distribusi : Malaysia, Indonesia, Asia tropis.
Ekologi : Kelembaban 59 %, Suhu 33,2°C dan titik koordinat
3033’12,71’’ 3
033’48,60’’ LU, 98
039’24,8’’-
98039’36,86’’ BT.
Gambar 4.2 Lejeunea cocoes a. Habit b. Daun lateral c. Sel daun d. Daun ventral.
3. Lejeunea obscura Mitt.
Tumbuhan berwarna hijau tua pada spesimen, lebar 1,0-1,6 mm. Percabangan
tipe irregular, merofit ventral 2 baris sel. Susunan daun lateral berdekatan, perlekatan
rata; lobus berbentuk bulat telur, panjang 0,51-0,76 mm, lebar 0,70-0,90 mm, pangkal
dorsal rata, pangkal ventral rata, tepi rata, ujung tumpul; bentuk sel persegi enam, lebar
0,22-0,33 mm, dinding sel tebal, permukaan sel halus; trigon terlihat jelas, bentuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
segitiga; lobulus berbentuk bulat telur hingga segitiga, panjang 1/5 dari lobus, pangkal
rata, tepi rata, ujung rata, lobulus tereduksi semakin kecil. Daun ventral berjarak,
perlekatan daun melengkung, bentuk bulat, panjang 0,25-0,41 mm, lebar 0,22-0,32 mm,
pangkal rata, tepi rata, ujung terbelah 1/
2 dari panjang daun ventral.
Spesimen yang diperiksa : Mesrayanti 106, 141, 167A.
Distribusi : Sri Lanka, India, Nepal, Cina, Indonesia (Sumatera,
Jawa).
Ekologi : Kelembaban 65 %, suhu 32,1 °C dan titik koordinat
3033’22,71’’-3
033’35,47’’ LU, 98
039’24,8’’-
98039’17,56’’ BT.
Gambar 4.3 Lejeunea obscura a. Habit b. Daun lateral c. Sel daun d. Daun ventral
4. Lejeunea papilonaceae Steph.
Tumbuhan berwarna hijau muda hingga tua pada spesimen, lebar 1,0-1,7 mm.
Percabangan tipe irregular, merofit ventral 3 baris sel. Susunan daun lateral berdekatan,
perlekatan rata; lobus berbentuk bulat telur, panjang 0,50-0,75 mm, lebar 0,60-0,80 mm,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
pangkal dorsal rata, pangkal ventral rata, tepi rata, ujung membulat; bentuk sel persegi
enam, lebar 0,22-0,32 mm, dinding sel tipis, permukaan sel halus; trigon terlihat jelas,
bentuk segitiga; lobulus berbentuk bulat telur, panjang 1/4 dari lobus, pangkal rata, tepi
rata, ujung rata. Daun ventral berjarak, perlekatan melengkung, bentuk seperti huruf V,
panjang 0,26-0,40 mm, lebar 0,22-0,32 mm, pangkal rata, tepi rata, ujung terbelah 1/
2
dari panjang daun ventral.
Spesimen yang diperiksa : Mesrayanti 10, 31, 32, 123, 141.
Distribusi : Asia tropis
Ekologi : Kelembaban 67 %, suhu 31,4 °C dan titik koordinat
3033’28,37’’-3
033’48,60’’ LU, 98
039’22,13’’-
98039’36,86’’ BT.
Gambar 4.4 Lejeunea papilonacea a. Habit b. Daun lateral c. Sel daun d. Daun ventral.
5. Lopholejeunea nigricans (Lindenb) Schiffn.
Tumbuhan berwarna hijau muda hingga hijau kekuningan pada spesimen, lebar
0,6-1,1 mm. Percabangan tipe lejeunea, merofit ventral 4 baris sel. Susunan daun lateral
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
berdekatan, perlekatan daun rata; lobus berbentuk bulat telur, panjang 0,45-0,7 mm,
lebar 0,16-0,46 mm, pangkal dorsal melengkung, pangkal ventral rata, tepi rata, ujung
membulat; bentuk sel biodiametrik, lebar 0,17-0,24 mm, dinding sel tebal, permukaan
sel halus; trigon tidak terlihat jelas, bentuk segitiga; lobulus berbentuk bulat telur,
panjang 1/3-
2/5 dari lobus, pangkal rata, tepi rata, ujung rompang, perlekatan ujung
lobolus ke lobus melalui 1 sel. Daun ventral berjarak, berukuran sekitar 3 kali lebar
batang, perlekatan daun melengkung, bentuk agak membulat, panjang 0,2-0,3 mm, lebar
0,26-0,36 mm, pangkal membulat, tepi rata, ujung membulat.
Spesimen yang diperiksa : Mesrayanti 02, 27, 28, 29, 66, 79, 82, 83, 93, 95, 96,
97, 98, 101, 105, 110, 117, 127, 131, 137, 143, 147,
149, 152, 156, 161, 162, 179, 184, 187, 195, 196.
Distribusi : Amerika tropis, Afrika tropis, India, Nepal, Bhutan,
Cina, Jepang, Filipina, Malaysia, Indonesia (Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua), Papua
Nugini, Australia.
Ekologi : Kelembaban 64 %, suhu 29,6 °C dan titik koordinat
3033’22,71’’- 3
033’48,60’’ LU, 98
039’24,8’’-
98039’36,86’’ BT.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
Gambar 4.5 Lopholejeunea nigricans a. Habit b. Daun lateral c. Sel daun d. Daun
ventral.
6. Lopholejeunea wiltensii Steph.
Tumbuhan berwarna hijau muda hingga hijau kehitaman pada spesimen, lebar 0,7-
1,1 mm. Percabangan tipe lejeunea, merofit ventral 4 baris sel. Susunan daun lateral
rapat, perlekatan rata; lobus berbentuk bulat telur, panjang 0,4-0,66 mm, lebar 0,5-0,6
mm, pangkal dorsal melengkung, pangkal ventral rata, tepi rata, ujung membulat; bentuk
sel isodiametrik, lebar 0,11-0,16 mm, dinding sel tebal, permukaan sel halus; trigon
terlihat jelas, bentuk segitiga; lobulus berbentuk segitiga, panjang 1/3 dari lobus, pangkal
membentuk kantong elip memanjang, tepi melengkung, ujung rompang, perlekatan
ujung lobolus ke lobus melalui 3 sel. Daun ventral berdekatan, berukuran sekitar 5-7 kali
lebar batang, perlekatan melengkung, bentuk ginjal, panjang 0,4-0,5 mm, lebar 0,56-
0,88 mm, pangkal rata, tepi rata, ujung membulat.
Spesimen yang diperiksa : Mesrayanti 20,47, 74, 75, 85, 98, 102, 109, 113, 124,
126, 146, 149, 158, 171, 186, 189, 195.
Distribusi : Sri Lanka, Cina, Jepang, Filipina, Thailand, Malaysia,
Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi),
Papua Nugini, Fiji.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
Ekologi
: Kelembaban 74% dan suhu 29,9°C dan titik koordinat
3033’20,9-3
033’46,7’’ LU, 98
039’10,24’’-98
039’27,46
BT.
Gambar 4.6 Lopholejeunea wiltensii a. Habit b. Daun lateral c.Sel daun d. Daun ventral
7. Mastigolejeunea virens (Angstr.) Steph.
Tumbuhan berwarna hijau muda hingga kecoklatan pada spesimen, lebar 1,1-3
mm. Percabangan tipe lejeunea, merofit ventral 5 baris sel. Susunan daun lateral sangat
rapat, perlekatan melengkung; lobus berbentuk bulat telur hingga memanjang, panjang
0,8-1 mm, pangkal dorsal bercuping, pangkal ventral rata, tepi rata, ujung tumpul;
bentuk sel persegi panjang, lebar 0,13-0,17 mm, dinding sel tebal, permukaan sel halus;
trigon terlihat jelas, bentuk menjantung; lobulus berbentuk memanjang, panjang 1/4-
1/3
dari lobus, pangkal rata, tepi rata, ujung rompang. Daun ventral sangat rapat, perlekatan
melengkung, bentuk bulat, panjang 0,4-0,6 mm, lebar 0,46-0,62 mm, pangkal membulat,
tepi rata, ujung rata.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
Spesimen yang diperiksa : Mesrayanti 78.
Distribusi : Sri Lanka, Filipina, Thailand, Malaysia, Indonesia
(Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku, Papua), Papua
Nugini, Kepulauan Solomon, Australia.
Ekologi : Kelembaban 69 %, suhu 29,5 °C dan titik koordinat
3033’22,69’’ LU, 98
039’24,8’’ BT.
Gambar 4.7 Mastigolejeunea virens a. Habit b. Daun lateral c. Sel daun d. daun ventral
8. Schiffneriolejeunea tumida (Nees) Gradst.
Tumbuhan berwarna hijau kecoklatan pada spesimen, lebar 2,6-3 mm.
Percabangan tipe lejeunea, merofit ventral 8 baris sel. Susunan daun lateral sangat rapat,
perlekatan rata; lobus berbentuk bulat telur, panjang 1,3- 1,9 mm, lebar 1-1,6 mm,
pangkal dorsal bercuping sedikit dangkal, pangkal ventral rata, tepi rata dan menggulung
ke dalam sepanjang sisi ventral dan tepi ujung, ujung membulat; bentuk sel persegi
panjang, lebar 0,21-0,31 mm, dinding sel tebal, permukaan sel halus; trigon terlihat
jelas, bentuk menjantung; lobulus memanjang, panjang 1/4 dari lobus, pangkal rata, tepi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
rata dan melengkung ke dalam, ujung rompang dengan 2 gigi. Daun ventral sangat rapat,
perlekatan melengkung, bentuk bulat telur terbalik, panjang 0,7-1 mm, lebar 0,51-0,9
mm, pangkal rata dan bercuping, tepi rata, ujung berlekuk dangkal ke arah dalam.
Spesimen yang diperiksa : Mesrayanti 11, 34, 38, 99.
Distribusi : Thailand, Indonesia (Sumatera, Jawa), Papua Nugini,
Kepulauan Solomon, Australia.
Ekologi : Kelembaban 59%, suhu 33,2 °C dan titik koordinat
3033’22,85’’-3
033’48,60’’ LU, 98
039’37,1’’-
98039’36,86’’ BT.
Gambar 4.8 Schiffneriolejeunea tumida a. Habit b. Daun lateral c. Sel daun d. Daun
ventral
9. Bryum clavatum (Schimp.) C. Mull.
Tumbuhan berwarna hijau kemerahan pada spesimen, arah tumbuh tegak, lebar
2,5-2,8 mm. Susunan daun berderet 3, bentuk lanset, ibu tulang daun memenuhi daun
panjang 1,4-1,5 mm, lebar 1-1,5 mm, pangkal berlekuk, tepi rata, ujung runcing; bentuk
sel heksagonal permukaan halus, lebar 0,31-0,33 mm, Kapsul tidak ditemukan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
Spesimen yang diperiksa : Mesrayanti 63.
Distribusi : Australia, Amerika Selatan, Afrika Selatan, Indonesia
(Papua), Malesia.
Ekologi : Kelembaban 52%, suhu 27,3 °C dan titik koordinat
3033’22,71’’ LU, 98
039’24,8’’ BT.
Gambar 4.9 Bryum clavatum a. Habit b. Daun lateral c. sel daun
10. Calymperes tenerum C. Mull
Tumbuhan berwarna hijau cerah pada spesimen, arah tumbuh tegak, lebar 3,5-
4 mm. Susunan daun 3 berderet, tulang daun memenuhi daun, bentuk lanset, lebar 1,4-
1,5 mm, lebar 1-1,5 mm, melebar dibagian pangkal, memiliki gemma pada ujung daun,
pangkal rata, tepi rata, ujung meruncing; sel daun isodiametris, permukaan sel tebal,
lebar 0,31-0,33 mm. Tidak ditemukan kapsul pada spesimen.
Spesimen yang diperiksa : Mesrayanti 18, 28,45, 49, 51, 56, 62, 65, 107, 122,
166, 180, 194.
Distribusi : Australia, Fijian, Hawaiian, India, Indonesia,
Malaysia, New Zealand.
Ekologi : Kelembaban 50%, suhu 34,2°C dan titik koordinat
3033’22,77’’-3
033’48,60’’ LU, 98
039’24,8’’-
98039’36,86’’ BT.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
Gambar 4.10 Calymperes tenerum a. Habit b. Daun lateral c. sel daun
11. Donnellia commutata (mull. Hal) w.r. buck
Tumbuhan berwarna hijau muda hingga tua pada spesimen, arah tumbuh
tersebar, lebar 1,5-2 mm. Susunan daun berderet 2. Bentuk daun memanjang, tidak
memiliki tulang daun, panjang 0,9-1 mm, lebar 0,75-0,9 mm, pangkal rata, tepi rata,
ujung runcing; bentuk sel runcing heksagonal, permukaan halus, lebar 0,23-0-26 mm.
Arah tumbuh kapsul vertikal, bentuk bulat telur.
Spesimen yang diperiksa : Mesrayanti 22, 35, 37, 41,44, 55, 103, 104, 116, 120, 12
8, 138, 139, 172, 192.
Distribusi : Australia, Indonesia, Malaysia,
Ekologi : Kelembaban 18,7 %, suhu 32,7 °C dan titik koordinat
3033’22,7’’-3
033’48,60’’ LU, 98
033’22,8’’-
98039’36,86’’ BT.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
Gambar 4.11 Donnellia commutata a. Habit b. Daun lateral c. sel daun d. Spora
12. Encalypta asperifolia Mitt
Tumbuhan berwarna hijau pada spesimen, arah tumbuh tegak, lebar 3,5-4 mm.
Susunan daun berderet 3, tulang daun memenuhi daun, bentuk memanjang, panjang 1-
1,5mm, lebar 0,78-0,9, pangkal rata, tepi rata, ujung membulat; bentuk sel membulat 5
sudut, halus, lebar 0,22-0,25 mm. Kapsul vertikal, bentuk bulat telur.
Spesimen yang diperiksa : Mesrayanti 77, 135.
Distribusi : Malesia.
Ekologi : Kelembaban 18,7 %, suhu 32,7 °C dan titik
koordinat 3033’22,69’’- 3
033’32,9’’ LU,
98039’24,85’’-98
039’10,24’’ BT.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
Gambar 4.12 Encalypta asperifolia a. Habit b. Daun lateral c. sel daun d. Spora
13. Isopterygium tenerum (Sw.) Mitt
Tumbuhan berwarna hijau muda hingga hijau kekuningan pada spesimen. Arah
tumbuh menyebar, lebar 1,1-1,2 mm. Susunan daun deret 3, tidak memiliki tulang daun,
bentuk bulat telur, ujung runcing, pangkal rata, tepi rata, panjang 0,5-0,6, lebar 0,3-0,4
mm, bentuk sel meruncing sudut 6, lebar 0, 20-0,26. Kapsul horizontal, bulat telur.
Spesimen yang diperiksa : Mesrayanti 07, 08, 30, 33, 67, 136, 150, 142, 150.
Distribusi : Amerika Selatan, Bolivia, Malaysia
Ekologi : Kelembaban 18,7%, suhu 32,7°C dan titik
koordinat 3033’22,71’’-3
033’48,60’’ LU,
98039’24,8’’- 98
039’36,86’’ BT.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
Gambar 4.13 Isopterygium tenerum a. Habit b. Daun lateral c. sel daun d. Spora
14. Vesicularia vesicularis (Schwagr) Broth
Tumbuhan berwarna hijau tua pada spesimen, arah tumbuh menyebar, lebar 3,5-
4 mm. Susunan daun deret 3, tidak memiliki tulang daun, bentuk bulat telur, panjang
1,1-1,2 mm, lebar 0,4-0,6 mm, pangkal rata, tepi rata, ujung runcing; bentuk sel
meruncing lima sudut, panjang 0,24-0,25. Kapsul menggantung, bulat telur.
Spesimen yang diperiksa : Mesrayanti 01, 12, 14, 17, 24, 25, 85 40, 44, 48, 53,
56, 59, 61, 64, 66, 69, 71, 72, 76, 79, 83, 84, 91, 100,
129, 145, 148, 155, 159, 164, 176, 177, 185, 194.
Distribusi : Australia, Borneo, Cina, Java, India, Indonesia
(Sumatera), Malaysia, Philipina, Thailand, Vietnam.
Ekologi : Kelembaban 18,7 %, suhu 32,7 °C dan titik
koordinat 3033’22,69’’-3
033’32,9’’ LU,
98039’24,85’’-98
039’10,24’’ BT.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
Gambar 4.14 Vesicularia vesicularis a. Habit b. Daun lateral c. sel daun d. Spora
15. Octoblepharum albidum Hedw
Tumbuhan berwarna hijau tua pada spesimen, arah tumbuh tegak, lebar 3,5-4
mm. Susunan daun spiral, tidak memiliki tulang daun, bentuk lanset, panjang 1,9-2 mm,
lebar 0,9-1 mm, pangkal rata, tepi rata, ujung runcing; bentuk sel tringular (3 sudut),
lebar 0,20-0,25. Kapsul horizontal, bulat telur.
Spesimen yang diperiksa : Mesrayanti 06, 09, 84, 92.
Distribusi : Bolivia, Cina, Columbia, Filipina, India, Indonesia
(Jawa, Papua Nugini), Madagaskar, Malaysia
Myanmar, Nepal, Peru, Sri Lanka, dan Venezuela
Ekologi : Kelembaban 36 %, suhu 32,3 °C dan titik
koordinat 3033’22,85’’ 3
033’48,60’’ LU,
98039’37,1’’ BT.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
Gambar 4.15 Octoblepharum albidum a.Habit b. Daun lateral c. sel daun d. Spora
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Jenis lumut epifit dikawasan kampus usu dengan metode eksplorasi diperoleh
delapan jenis lumut hati (Marcantiopyta) dari famili lejeuniaseae diantaranya
adalah Acrolejeunea sp., Lejeunea cocoes, Lejeunea obscura, Lejeunea
papilionaceae, Lopholejeunea nigricans, Lopholejeunea wiltensii,
Mastigolejeunea virens, Schiffneriolejeunea tumida, sedangkan dari jenis lumut
sejati (Bryopyta) dari famili Bryaceae diantaranya adalah Bryum clavatum, famili
Calymperaceae yaitu Calymperes tenerum, famili Sematophyllaceae yaitu
Donnellia commutata, famili Entodontaceae yaitu Encalypta asperifolia, famili
Hypnaceae yaitu Isopterygium tenerum dan Vesicularia vesicularis
b. Jenis pohon yang paling banyak ditumbuhi lumut adalah pohons Swietenia
mahagoni
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis-jenis lumut secara
keseluruhan di sekitaran kampus Universitas Sumatera Utara Medan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Adhitya, F., Ariyanti, N.S., Djuita, N.R. 2014. Keanekaragaman Lumut Epifit
pada Gymnospermae di Kebun Raya Bogor. Floribunda. 4 : 212.
Aprina, D. 2010. Keragaman dan Kelimpahan Lumut Hati Epifit di Kebun Raya
Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Ariyanti, N. S., Bos, M.M., Kartawinata, K., Tjitrosoedirdjo, S. S., Guhardja, E.,
and Gradstein, S. R. et al. 2008. Bryophytes on tree in nstursl forests,
selectively logged forests and cacao Agroforests in Central Sulawesi,
Indonesia. Biological Conservation. 141 : 2516-2527.
Bawaihaty, N., Istomo., Hilwan I. 2014. Keanekaragaman dan Peran Ekologi
Bryophyta di Hutan Sesaot Lombok, Nusa Tenggara Barat. Jurnal
Silvikultur Tropika. 5 : 14.
Bates, J.W. 2008. Mineral nutrition & substratum ecology. Cambridge University
Press, Cambridge: 300-35.
Campbell. 2003. Biologi. Edisi 5. Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Hlm :160-161.
Eddy A. 1988. A Handbook of Malesian Mosses Volume 1(Sphagnales to
Dicranales). The Natural History Museum.London.
Eddy A. 1990. A Handbook of Malesian Mosses Volume 2 (Leucobryaceae to
Buxbaumiaceae). The natural History Museum. London.
Fram, J.P. 2003 Manual Of Tropical Bryology. Tropical Bryology 23: 185-195
Gradstein SR, Churchill SP, Allen S, 2001. Guide to the Bryophytes of Tropical
America. The New York Botanical Garden Comp.New York.
Hallingback, T. & Hodgetts, N. 2000. Mosses, Liverworts, and Hornworts. Status
Survey and Conservation Action Plan For Bryophytes. IUCN/SSD
Bryophytes Specialist Group. Cambridge : Information Press.
Holscher, Norris, D. H. D., L. Köhler, A. I. J. M. van Dijk & L.A. Bruijnzeel.
2004. The importance of epiphytes to total rainfall interception by a
tropical montane rainforest in
Costa Rica. .Journal of Hydrology , 292, 308-322.
Junita, N. 2010. Lumut Hati pada Pangkal Pohon Dikebun Raya Bogor.
Karger, 2012. A New Species of Lidseae from M Hamiguitan, Mindanao,
Phulippins. Pytotaxo.
Lee GE, Gradstein SR, 2013. Distribution and Habitat of The Malaysian Species
of Lejeuenea (Marchantiophyta: Lejeuneaceae), with Description of
LejeuneaTamaspocsii Sp.Nov. PolishBotanicalJournal. 58(1): 59-69.
Lee GE, Gradstein SR, Damanhuri A, Latiff A, 2014. New and Neglected
Morphological Features in the Taxonomy of Asian Lejeunea
(Marchantiophyta). PolishBotanicalJournal. 59(!): 31-36.
Mulyani, E., Perwati, L. K., Murningsih. 2015. Lumut Daun Epifit Di Zona
Tropik Kawasan Gunung Ungaran, Jawa Tengah. Jurnal Bioma. 16 : 76-
82.
Pasaribu, N. 2013. Studi Pendahuluan Lumut Di Lau Kawar, Kabupaten Karo.
Prosiding Semirata FMIPA. Universitas Lampung.
Pollawatan, R. 2008. Systematic treatment sematophyllaceae (Musci) in Thailand.
Disertation Erlangga des Doktorgrades. Mathematich
Naturwissenschaftlichen Fakultet. Universitat Bonn. German.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
Smith A.J.E. 1982. Bryophyte ecology.Chapman & Hall, London.
Sulistyowati, D. A., Perwati L. K., Wiryani, E. 2014. Keanekaragaman
Marchantiophyta Epifit Zona Montanadi Kawasan Gunung Ungaran, Jawa
Tengah. Jurnal Bioma. 16 : 26-32
Windadri, F. I. 2010. Keanekaragaman Lumut di Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan Provinsi Lampung. Berita Biologi (10) 2.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN
1. Data Faktor Fisik Kimia
Faktor Fisik dan Kimia
Intensitas
Cahaya
(Lux)
Kelembaban
(%)
Ph Tanah Suhu
Udara
(oC)
18-67 52-74 5,3-6,3 27,3-34,2
2. Foto pelaksanaan penelitian
Penjelajahan lokasi Pencatatan data
Pengukuran Faktor Fisik Pengkoleksian sampel
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA