21
42 ABSTRAK VARIASI JENIS NEPENTHES BERDASARKAN HABITAT DI KABUPATEN TABALONG Oleh : Mahrudin Nepenthes tergolong tumbuhan karnivora yang dapat memakan hewan terutama kelompok serangga. Keberadaan Nepenthes biasanya spesifik terutama pada tanah atau habitat tertentu, termasuk tumbuhan merambat di tanah, ranting-ranting pohon, berumah dua. Pertumbuhan Nepenthes merambat dan menempel pada pohon, memiliki sebuah alat berupa kantung yang merupakan perubahan bentuk dari ujung daun yang memiliki fungsi menjadi perangkap serangga Selain itu, memerlukan kelembapan tinggi, sehingga biasanya senang dekat air, hutan gambut, atau padang savana. Hal ini menyebabkan munculnya variasi Nepenthes pada habitat yang berbeda-beda. Nepenthes tersebar dari dataran rendah rendah sampai daratan tinggi (0 – 700 mdpl), bahkan pada ketinggian 1000 m.dpl. Pada Kabupaten Tabalong berdasarkan survey ditemukan ada lima habitat yang dapat ditumbuhi Nepenthes yaitu hutan kerangas, semak belukar, rawa, kebun karet dan tanah merah. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi jenis Nepenthes di Kabupaten Tabalong berdasarkan habitat. Penelitian ini bersifat eksploratif dengan teknik observasi, yaitu terjun langsung ke lapangan untuk melakukan pengamatan dan pengambilan sampel untuk mengetahui variasi jenis Nepenthes pada 5 habitat dengan metode transek secara teratur berjarak pada tiga kecamatan yaitu Kecamatan Tanta, Murung Pudak dan Jaro pada Kabupaten Tanjung. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa untuk jenis Nepenthes yang ditemukan di Kabupaten Tabalong ditemukan 10 jenis yang tersebar pada lima habitat berbeda yaitu Nepenthes mirabilis, N. gracillis, N. adnata, N. reinwardtiana, N. gracillis x N. mirabilis, N. rafflesiana, N. reinwardtiana x gracillis, N. benstonei, N. bicalcarata, dan N. stenophylla. Keberadaan pada habitat semak, kebun karet, rawa dan kerangas ada 8 jenis, sedangkan untuk habitat tanah merah ada 6 jenis. Kunci : Nepenthes, Habitat, Kabupaten Tabalong

Jenis Nepenthes Di Tabalong

Embed Size (px)

Citation preview

42

ABSTRAK

VARIASI JENIS NEPENTHES BERDASARKAN HABITAT DIKABUPATEN TABALONG

Oleh : Mahrudin

Nepenthes tergolong tumbuhan karnivora yang dapat memakan hewanterutama kelompok serangga. Keberadaan Nepenthes biasanya spesifikterutama pada tanah atau habitat tertentu, termasuk tumbuhan merambatdi tanah, ranting-ranting pohon, berumah dua. Pertumbuhan Nepenthesmerambat dan menempel pada pohon, memiliki sebuah alat berupakantung yang merupakan perubahan bentuk dari ujung daun yangmemiliki fungsi menjadi perangkap serangga Selain itu, memerlukankelembapan tinggi, sehingga biasanya senang dekat air, hutan gambut,atau padang savana. Hal ini menyebabkan munculnya variasi Nepenthespada habitat yang berbeda-beda. Nepenthes tersebar dari dataran rendahrendah sampai daratan tinggi (0 – 700 mdpl), bahkan pada ketinggian1000 m.dpl. Pada Kabupaten Tabalong berdasarkan survey ditemukanada lima habitat yang dapat ditumbuhi Nepenthes yaitu hutan kerangas,semak belukar, rawa, kebun karet dan tanah merah. Adapun tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui variasi jenis Nepenthes diKabupaten Tabalong berdasarkan habitat. Penelitian ini bersifat eksploratifdengan teknik observasi, yaitu terjun langsung ke lapangan untukmelakukan pengamatan dan pengambilan sampel untuk mengetahuivariasi jenis Nepenthes pada 5 habitat dengan metode transek secarateratur berjarak pada tiga kecamatan yaitu Kecamatan Tanta, MurungPudak dan Jaro pada Kabupaten Tanjung. Berdasarkan hasil penelitianditemukan Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa untuk jenisNepenthes yang ditemukan di Kabupaten Tabalong ditemukan 10 jenisyang tersebar pada lima habitat berbeda yaitu Nepenthes mirabilis, N.gracillis, N. adnata, N. reinwardtiana, N. gracillis x N. mirabilis, N.rafflesiana, N. reinwardtiana x gracillis, N. benstonei, N. bicalcarata, danN. stenophylla. Keberadaan pada habitat semak, kebun karet, rawa dankerangas ada 8 jenis, sedangkan untuk habitat tanah merah ada 6 jenis.

Kunci : Nepenthes, Habitat, Kabupaten Tabalong

43

PENDAHULUANTumbuhan yang ada di alam sangatlah beragam jenisnya yang

tumbuh dalam suatu area atau wilayah. Keragaman tumbuhan ini

berdasarkan atas habitat yang dihuninya, baik pada daratan maupun

perairan. Keberadaan tumbuhan yang hidup dalam suatu habitat

kecendrungan ada saling keterkaitan satu sama lainnya, dan juga

berhubungan dengan lingkungan yang ditempatinya. Keterkaitan ini dapat

dipelajari dengan menganalisis vegetasi yang tumbuh di suatu wilayah

dengan mengdeskripsikan jenis-jenis yang terdapat di dalamnya

berdasarkan habitat yang ditempatinya.

Tumbuhan yang ada di alam sering kita kenal manfaatnya terutama

bagi kehidupan manusia, baik dalam menunjang keperluan hidup

masyarakat maupun dalam hal menambah nilai ekonomi, sehingga

tumbuhan tersebut sering diburu atau dieksploitasi. Adanya eksploitasi

besar-besaran tanpa mempertimbangkan kelestarian bagi tumbuhan

tersebut, akan dapat menyebabkan menghilangkan jenis tumbuhan

ataupun dapat mengurangi jumlah keberadaannya di alam.

Vegetasi yang ada di alam sangat beragam dari tumbuhan tingkat

rendah sampai tumbuhan tingkat tinggi, yang hidup pada habitat yang

berbeda-beda. Salah satu jenis tumbuhan yang cukup unik dan tergolong

memiliki kekhasan adalah Nepenthes. Nepenthes adalah merupakan

salah satu tumbuhan tergolong karnivora, dimana dapat memakan hewan

terutama hewan kelompok serangga. Keberadaan hidup tumbuhan ini

sekarang memang tergolong spesifik pada tanah tertentu atau habitat

tertentu. Nepenthes termasuk dalam golongan tumbuhan liana

(merambat) di tanah ataupun di ranting-ranting pohon, berumah dua, serta

bunga jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda. Hidup di

tanah (terrestrial), ada juga yang menempel pada batang atau ranting

pohon lain (epifit). Nepenthes memiliki sebuah alat berupa kantung yang

merupakan perubahan bentuk dari ujung daun yang memiliki fungsi

44

menjadi perangkap serangga atau binatang kecil lainnya. (Alamendah,

2007).

Kehidupan Nepenthes memang dapat dilihat spesifik, baik dilihat

dari faktor abiotik dan edafik tanah dan habitatnya. Selain itu, tanaman

Nepenthes butuh kelembapan tinggi, karena Nepenthes senang dekat air,

hutan gambut, atau padang savana. "Nepenthes juga senang suhu yang

bervariasi (Azwar et al, 2006). Menurut Mansur (2006) Nepenthes

memiliki habitat yang spesifik, dilihat faktor lingkungan abiotik dan edafik

tanah. Hal inilah yang menyebabkan munculnya variasi Nepenthes pada

habitat yang berbeda-beda. Adapun habitat Nepenthes tersebut antara

lain; hutan hujan tropik, hutan pegunungan, hutan gambut, hutan

kerangas, gunung kapur, padang savana dan danau. Sedangkan menurut

Karjono et al. (2006) Nepenthes tersebar dari dataran rendah rendah

samapi daratan tinggi (0 – 700 mdpl), bahkan ada yang hidup pada

ketinggian 1000 mdpl. Habitat tumbuhnya dapat berupa hutan kerangas,

semak belukar, padang ilalang, hutan gambut dan bahkan ada yang

tumbuh pada hutan-hutan primer. Demikian juga menurut Azwar et al.

(2006) kantong semar hidup di tempat-tempat terbuka atau agak

terlindung di habitat yang miskin unsur hara dan memiliki kelembaban

udara yang cukup tinggi. Tanaman ini bisa hidup di hutan hujan tropik

dataran rendah, hutan pegunungan, hutan gambut, hutan kerangas,

gunung kapur, dan padang savana.

Pemanfaatan Nepenthes sekarang ini kebanyakan sebagai

tanaman hias yang harganya cukup tinggi. Selain itu, pada beberapa

daerah, Nepenthes juga dapat digunakan sebagai obat-obatan, serta juga

sebagai perangkap serangga rumah. Demikian juga pada masyarakat

Kabupaten Tabalong, Nepenthes banyak digunakan sebagai tanaman

hias, yang dapat menanbah nilai ekonomi masyarakat.

Menurut Handoyo (2006) Nepenthes kebanyakan digunakan

sebagai tanaman hias yang harganya cukup tinggi, terutama yang

memiliki corak kantong yang menarik. Selain itu juga air dalam kantong

45

Nepenthes yang masih tertutup dapat berguna untuk persalinan, serta

dapat menyembuhkan obat sakit mata, batuk dan maag.

Pemanfaatan Nepenthes yang semakian banyak dikenal

masyarakat, menyebabkan Nepenthes banyak dieksploitasi. Eksploitasi

Nepenthes oleh masyarakat awam dapat menimbulkan suatu ancaman

bagi keberadaan dan kelangsungan hidup Nepenthes di alam. Masyarakat

pada umumnya hanya mengambil saja tumbuhan ini dan jarang untuk

menanam kembali, untuk menjaga kelestarian akan berbagai jenis

Nepenthes, terutama jenis-jenis yang telah langka. Demikian juga yang

terjadi pada masyarakat Tabalong pada umumnya. Mereka mencari

Nepenthes yang ada di hutan, kemudian dijual untuk menambah

ekonominya, tanpa adanya pembibitan kembali.

Hasil wawancara dan survei yang dilakukan didapatkan informasi

bahwa mereka hanya mengambilnya di hutan atau semak belukar,

kemudian mereka memindahkankan Nepenthes pada suatu wadah untuk

dijual-belikan. Mereka berpendapat bahwa tidak ada usaha untuk

melestarikannya, dengan cara penanaman kembali, karena nilainya cukup

tinggi. Hal inilah yang dapat menyebabkan kelangkaan pada Nepenthes

yang hidup secara alami. Ancaman yang terjadi pada Nepenthes karena

adanya eksploitasi besar-besaran oleh masyarakat awam dapat

mengakibatkan hilangnya jenis-jenis yang dianggap langka, serta adanya

pembukaan lahan pertanian atau perkebunan oleh masyarakat, dapat

mengganggu kehidupan Nepenthes. Kegiatan ini umumnya dilakukan

masyarakat yang berada didataran tinggi, yang pekerjaannya bercocok

tanam, atau membuka lahan atau hutan. Mereka akan membabat hutan

tanpa menghiraukan adanya tanaman yang harus dilindungi.

Mengingat daerah Kalimantan yang kebanyakan rawa dan lahan

gambut, akan sangat menarik apabila ada penelusuran Nepenthes yang

hidup di daerah ini. Hal tersebut karena keunikan yang dimiliki Nepenthes

yang dapat hidup di lahan yang memang kurang unsur hara. Menurut

Mansur (2006) salah satu karakteristik Nepenthes adalah mampu tumbuh

46

pada lahan yang kritis atau lahan yang kurang unsur hara, misalnya rawa

gambut. Kabupaten Tabalong adalah salah satu kabupetan di Kalimantan

Selatan, yang berjarak sekitar 250 Km dari ibukota provinsi. Daerah ini

merupakan salah satu daerah yang memiliki pegunungan dan dataran

tinggi yang cukup luas. Habitat yang ada di daerah ini, sangat beragam,

baik pertanian, perkebunan, semak belukar, hutan kerangas, gunung

kapur, dan juga hutan pegunungan, yang banyak memiliki keragaman

flora dan fauna yang cukup banyak, dan ada juga flora yang khas,

diantaranya adalah tumbuhan Nepenthes. Berdasarkan hasil survei

diketahui bahwa keragaman jenis Nepenthes yang ada tersebar dari

dataran rendah di daerah ini sampai pada dataran tinggi dan pegunungan.

Sehingga untuk memperkaya pengetahuan tentang Nepenthes yang ada

di Kalimantan Selatan, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang

“Variasi Jenis Nepenthes di Kabupaten Tabalong BerdasarkanHabitat”.Berdasarkan uraian di atas dirumuskan suatu masalah yaitu Variasi Jenis

Nepenthes Apa saja yang terdapat di Kabupaten Tabalong. Sedangkan

untuk tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Variasi Jenis Nepenthes

Apa saja yang terdapat di Kabupaten Tabalong

METODE PENELITIANPenelitian ini bersifat eksploratif dengan teknik observasi, yaitu

terjun langsung ke lapangan untuk melakukan pengamatan dan

pengambilan sampel untuk mengetahui variasi jenis Nepenthes pada 5

habitat pengamatan dengan metode transek dengan penentuan titik

sampel secara teratur berjarak pada setiap daerah pengamatan, serta

mengukur semua faktor edafik tanah pada tiap jenis kanton semar yang

ditemukan di setiap daaerah pengamatan.

Penelitian ini dilakukan di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Tanta

yaitu Desa Dahur luar dan Dahur dalam untuk habitat tanah merah,

Kecamatan Murung Pudak yaitu Desa Kambang Kuning (habitat

47

kerangas) dan Mabuun (habitat semak) dan Kecamatan Jaro yaitu Desa

Namun (habitat rawa air tawar) dan Muang (habitat kebun karet). Waktu

yang digunakan dalam penelitian ini selama 8 bulan yaitu dari bulan

Desember 2010 – Juli 2011.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Alat penukur

Kondisi fisik lingkungan (Anemometer, Luxmeter, Hygrometer, Soil tester,

Altimeter, dan Termometer) dan untuk pengujian tanah dilakukan dengan

alat Spectrofotometer.

Prosedur PenelitianProsedur penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut:

1) Observasi daerah penelitian yang meliputi 3 daerah yang terdapat

Nepenthes, dimana ditemukan 5 (lima) habitat yaitu semak, kebun

karet, rawa air tawar, kerangas dan tanah merah.

2) Menetapkan daerah penelitian seluas 1 ha (100 m x 100 m) pada tiap

habitat pengamatan. Penetapan kawasan ini didasarkan atas

keberadaan Nepenthes.

3) Menetapkan 10 titik garis transek di tiap habitat pengamatan secara

teratur berjarak 5 meter antar kuadran, dengan ukuran memanjang 5 m

x 100 m. (lampiran 5)

4) Melakukan pengamatan pada tiap titik garis transek dengan cara

jelajah.

5) Mengambil sampel tiap jenis Nepenthes yang ditemukan pada tiap titik

pengamatan pada masing-masing daerah.

6) Mentabulasi data yang didapatkan.

7) Melakukan identifikasi jenis yang ditemukan dengan melakukan

pertelaan jenis. (lampiran 6). Untuk penentuan nama spesies, sampel

herbarium di kirim ke herbarium Samboja.

8) Mengukur parameter lingkungan pada lokasi penelitian, suhu udara,

kelembaban tanah, pH tanah, intensitas cahaya, ketinggian tempat dan

juga mengamati tekstur dan struktur tanah, serta mengambil sampel

48

tanah antara lain N, P, K, dan Ca. Kemudian sampel tanah diserahkan

ke Balitra Banjarbaru untuk dilakukan pengujian unsur yang diinginkan.

9) Menganalisis data yang didapatkan.

Analisis DataUntuk Data hasil pengamatan dilakukan analisis terutaman penentuan

jenis dan variasi menggunakan teknik identifikasi menggunakan pustaka,

yaitu Handoyo & Moloedyn (2006), Mansur (2000), Sujayanto et al.

(2006) dan Sumber- sumber internet (website).

HASIL PENELITIANBerdasarkan hasil penelitian didapatkan beberapa jenis Nepenthes yang

tersebar di kelima daerah pengamatan yakni sema, kebun karet, rawa,

kerangas dan tanah merah dapat dilihat tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1. Jenis-jenis Nepenthes yang ditemukan pada daerah penelitian.No Nama Spesies Terdapat pada daerah

Semak Kebun

Karet

Rawa

Air tawar

Kerangas Tanah

merah

1 Nepenthes mirabilis ** √ √ √ √ √

2 Nepenthes gracilis ** √ √ √ √

3 Nepenthes bicalcarata √ √ √

4 Nepenthes reinwardtiana ** √ √ √ √ √

5 Nepenthes gracillis x N. mirabilis

*

√ √ √ √ √

6 Nepenthes rafflesiana √ √ √ √ √

7 Nepenthes stenophylla √ √

8 Nepenthes reinwardtiana x N. √ √ √

49

gracillis *

9 Nepenthes adnata √

10 Nepenthes benstonei ** √ √ √ √ √

Jumlah 8 8 8 8 6

Keterangan = * hybrid

** memiliki pertumbuhan sebatang

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa untuk jenis Nepenthes

yang ditemukan di Kabupaten Tabalong pada lima habitat yang berbeda

adalah sebagai berikut pada daerah semak ada 8 jenis yaitu Nepenthes

mirabilis, N. gracillis, N. adnata, N. reinwardtiana, N. gracillis x N. mirabilis,

N. rafflesiana, N. reinwardtiana x gracillis, dan N. benstonei; daerah rawa

yaitu Nepenthes mirabilis, N. gracillis, N. bicalcarata, N. reinwardtiana, N.

gracillis x N. mirabilis, N. rafflesiana, N. reinwardtiana x N. gracillis, dan N.

benstonei; pada daerah kebun karet dan rawa air tawar ditemukan ada 8

jenis yaitu Nepenthes mirabilis, N. gracillis, N. bicalcarata, N.

reinwardtiana, N. gracillis x N. mirabilis, N. rafflesiana, N. reinwardtiana x

N. gracillis, dan N. benstonei ; pada daerah kerangas ada 8 jenis yaitu

Nepenthes mirabilis, N. gracillis, N. bicalcarata, N. reinwardtiana, N.

gracillis x N. mirabilis, N. rafflesiana, N. stenophylla, dan N. benstonei; dan

pada daerah tanah merah ada 6 jenis yaitu Nepenthes mirabilis, N.

reinwardtiana, N. gracillis x mirabilis, N. rafflesiana, N. stenophylla, dan N.

benstonei.

Adapun deskripsi jenis-jenis yang ditemukan adalah sebagai berikut :

1) Nepenthes mirabilis

Deskripsi jenis ini adalah memiliki Kantong bagian bawah

berbentuk oval dan bagian atas bentuk pinggang berwarna hijau dengan

bercak merah ke bagian atas kantong, panjang mencapai 20 cm dengan

diamter 4 cm. Warna tutup kantong hijau dengan garis merah bentuk oval,

juga terdapat bercak keunguan. Tumbuh pada semak, kebun karet, rawa,

50

kerangas dan tanah merah. Jenis tanah berwarna kecoklatan, tanah putih

bercampur pasir atau bercampur batuan.

2) Nepenthes gracillis

Deskripsi jenis ini adalah memiliki kantong bagian bawah berbentuk

oval dan bagian atas bentuk silender berwarna hijau dengan bercak

merah ke bagian atas kantong, panjang mencapai 11 cm dengan diameter

3 cm. Warna tutup kantong hijau, berbentuk bundar. Tumbuh pada semak,

kebun karet, rawa, dan kerangas. Jenis tanah berwarna kecoklatan, tanah

gembur, gambut bercampur pasir, berwarna coklat, tanah putih.

3) Nepenthes bicalcarata

Berdasarkan pengamatan jenis memiliki kantong bagian bawah

berbentuk tempayan berwana hijau dengan bercak merah dan bagian

atas memanjang berwarna hijau dengan bercak-bercak merah mengecil

ke bagian atas kantong, panjang mencapai 22 cm dengan diamter 12 cm.

Warna tutup kantong hijau bercak merah. Tumbuh pada kebun karet,

rawa, dan kerangas. Jenis tanah gembur berwarna kecoklatan, tanah

putih bercampur pasir.

4) Nepenthes reinwardtiana

Berdasarkan pengamatan jenis memiliki kantong bagian bawah

berbentuk oval berwana hijau dan bagian atas memanjang berwarna

hijau, panjang mencapai 12 cm dengan diamter 4 cm. Bagian dalam

kanntong berwarna hijau. Warna tutup kantong hijau. Tumbuh pada

semak, kebun karet, rawa, tanah merah dan kerangas. Jenis tanah

gembur berwarna kecoklatan, tanah putih bercampur pasir.

5) Nepenthes gracillis x N. mirabilis

Berdasarkan pengamatan jenis memiliki kantong bagian bawah

berbentuk oval berwana merah maron, berbentuk oval, panjang mencapai

15 cm dengan diamter 4 cm. Warna tutup kantong merah bercakhitam.

Tumbuh pada kebun karet, rawa, kerangas dan tanah merah. Jenis tanah

gembur, gambut, berpasir, dan tanah merah berwarna kecoklatan dan

merah, tanah putih bercampur pasir.

51

6) Nepenthes rafflesiana

Berdasarkan pengamatan jenis memiliki kantong bagian bawah

berbentuk oval berwana merah maron dan bagian atas bentuk bulat

berwarna merah, panjang mencapai 16 cm dengan diamter 5 cm. Warna

tutup kantong merah bercak hitam. Tumbuh pada kebun karet, rawa,

kerangas dan tanah merah. Jenis tanah gambut, berpasir dan tanah

merah berwarna kecoklatan, tanah putih bercampur pasir.

7) Nepenthes adnata

Berdasarkan pengamatan jenis memiliki Kantong bagian bawah

berbentuk oval berwana merah bercak hitam dan bagian atas corong

berwarna kemerahan, panjang mencapai 12 cm dengan diamter 3 cm.

Warna tutup kantong merah. Tumbuh pada semak, kebun karet dan rawa,

jenis tanah gembur, gambut berpasir, berwarna kecoklatan.

8) Nepenthes stenophylla

Berdasarkan pengamatan jenis memiliki kantong bagian bawah

berbentuk silender berwana hijau dengan bercak merah dan bagian atas

memanjang berwarna hijau dengan bercak-bercak merah, panjang

mencapai 12 cm dengan diamter 5cm. Warna tutup kantong hijau bercak

merah. Tumbuh pada kerangas dan tanah merah. Jenis tanah gambut,

berwarna kecoklatan dan putih, tanah putih bercampur pasir.

9) N. reinwardtiana x N. gracillis

Berdasarkan pengamatan jenis memiliki kantong bagian bawah

berbentuk oval berwana hijau tua dan bagian atas memanjang berwarna

hijau bentuk panjang, panjang mencapai 19 cm dengan diamter 6 cm.

Warna tutup kantong hijau. Tumbuh pada kebun karet, rawa, dan semak.

Jenis tanah gembur, gambut dan serasah, berwarna kecoklatan.

10) Nepenthes benstonei

Berdasarkan pengamatan didapatkan ciri-ciri jenis ini memiliki

kantong bagian bawah berbentuk silender dan bagian atas memanjang

berwarna hijau dengan garis-garis merah ke bagian atas kantong, panjang

mencapai 11 cm dengan diamter 4 cm. Warna tutup kantong hijau dengan

52

garis merah bentuk bulat, pada bagian dalam berwarna hijau dengan

bercak merah. Tumbuh pada semak, kebun karet, rawa, kerangas dan

tanah merah. Jenis tanah gembur berwarna kecoklatan, tanah putih

bercampur pasir.

4.1 Pengukuran Parameter Lingkungan pada Daerah PengamatanKehidupan suatu tumbuhan di alam, tidak akan dapat dipisahkan

dari faktor lingkungan sekitarnya, baik fiisik dan kimia. Adapun hasil

pengukuran faktor fisik dan daerah penelitian dapat dilihat dari tabel

dibawah ini :

Tabel 6. Hasil pengukuran parameter lingkungan di tiap daerah

pengamatanNo Parameter lingkungan Hasil pengukuran pada habitat (kisaran)

dan satuanya Semak Kebun karet Rawa Kerangas Tanah merah

1 Suhu udara (oC) 29 – 33 29 - 31 30 - 33 29 – 33 29 -32

2 Kelembaban udara (%) 72 – 86 78 – 92 70 - 82 74 – 86 78 -86

3 Kelembaban tanah (%) 45 – 70 45 - 75 45 - 98 40 – 65 45 – 65

4 pH tanah 6,0 – 6,6 6,2 – 6,8 6,4 – 6,8 6,2 – 6,6 6,2 – 6,8

5 Intensitas cahaya

(K.Lux)

4,08 – 11,21 4,46 – 9,13 9,23 – 11,36 4,98 – 10,63 6,45 – 10,61

6 Kecepatan angin (m/s) 0,42 – 0,87 0,36 – 1,23 0,41 – 1,14 0,38 – 0,94 0,36 -1,04

7 Ketinggian tempat

(mdpl)

60 120 110 60 20

8 Jenis tanah Tanah

Litosol

Tanah litosol Tanah

lumpur

Tanah

gembur

berbatu

Liat berbatu

53

9 Warna tanah kecoklatan Coklat

kemerahan

kecoklatan Kecoklatan

berbatu putih

Merah

berpasir

10 Unsur tanah :

N total (%) 0,336 0,467 0,315 0,210 0,098

P totral

(mg/100mgP2O5)

49,194 171,233 86,346 27,264 16,839

K total (mg/100gr K2O) 31,350 39,930 21,567 17,020 5,190

C organik (%) 1,98 2,77 2,07 0,920 0,320

Na (C mol(+)/kg 0,136 0,200 0,184 0,132 0,152

Ca (C mol(+)/kg 17,467 21,175 17,913 7,747 1,154

Aldd (C mol(+)/kg 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 2,600

11 Tektur tanah :

Pasir 9,09 15,04 11,09 20,71 25,18

Debu 48,17 38,18 37,25 62,80 10,68

Liat 42,74 46,78 42,12 16,49 64,16

Desa Mabu’un Muang Namun K.kuning Dahur

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan didapatkan bahwa untuk

jenis yang ditemukan ada 10 jenis Nepenthes yang tersebar di lima

daerah pengamatan, Keberadaan Nepenthes ternyata tersebar hampir

merata di semua daerah pengamatan, hal tersebut ditunjukkan dengan

ditemukannya sebagian besar spesies ada yang dapat tumbuh di semua

daerah pengamatan, misalnya Nepenthes mirabilis, Nepenthes

reinwardtiana, Nepenthes benstonei, Nepenthes rafflesiana dan

Nepenthes gracillis x N. mirabilis yang ditemukan tumbuh pada semua

daerah pengamatan. Hal tersebut disebabkan kondisi lingkungan yang

54

sesuai di semua daerah pengamatan tidak jauh berbeda antara semua

daerah pengamatan, terutama faktor fisik baik suhu udara yang masih

tergolong optimal, kelembaban udara dan kelembaban tanah yang cukup,

dan ketinggian tempat semua daerah pengamatan yang masih termasuk

dalam dataran rendah yang memang masih cocok bagi pertumbuhan jenis

ini.

Menurut Mansur (2006) menjelaskan bahwa untuk jenis Nepenthes

mirabilis, Nepenthes reinwardtiana, Nepenthes benstonei, dan Nepenthes

rafflesiana, dapat tumbuh pada dataran rendah dari 0 – 1500 mdpl. selain

itu juga jenis-jenis tersebut, dapat tumbuh baik pada penyinaran matahari

yang tidak penuh yaitu dengan penaungan 55% sampai 65%. Disamping

itu juga kelembaban udara yang baik bagi pertumbuhan kantong jenis

minimal 70%.

Hal tersebut sesuai dengan pengamatan dimana untuk penyinaran

sinar matahari tidak penuh karena masih ada naungan dan juga

kelembaban udara yang tergolong cukup lembab, dan habitat tumbuhnya

masih tergolong dalam dataran rendah yaitu dari 20 – 120 m.dpl. Selain

itu juga ada sebagian kecil yang hanya di temukan di daerah tertentu atau

menempati daerah yang spesifik, misalnya Nepenthes gracilis yang tidak

ditemukan pada daerah tanah merah. Hal tersebut diduga karena faktor

habitat spesies ini tidak bisa tumbuh pada daerah yang berbatu dengan

tanah yang kurang subur, di mana dari pengukuran dapat dilihat bahwa

untuk kandungan unsur kimia tanah pada daerah tanah merah lebih

rendah dibandingkan dengan daerah lainnya. Selain itu juga disebabkan

karena daerah ini yang agak kering, oleh karena kebanyakan tekstur

tanahnya yang banya mengandung pasir dan batuan.

Menurut Sujayanto (2006) Nepenthes gracillis, bisa tumbuh di

tempat-tempat terbuka ataupun terlindung, dengan berbagai jenis tanah

antara lain; tanah berpasir, tanah gambut, dan tumbuh di dataran rendah

dengan ketinggian antara 0 – 700 m.dpl. Sedangkan menurut Handoyo

55

(2006) menyatakan bahwa jenis Nepenthes gracillis banyak tumbuh di

wilayah hutan yang basah.

Jenis Nepenthes stenophylla termasuk jenis yang lebih mudah

tumbuh pada daerah kerangas, dimana habitat kerangas yang dominan

tanahnya bercampur dengan pasir atau batuan putih ataupun tanah yang

bercampur dengan batuan, dimana untuk daerah kerangas lebih dominan

struktur tanah yang berpasir atau berbatu, (pada desa Dahur untuk

kerangas dengan tanah merah dan desa Kambang kuning untuk daerah

kerangas berpasir putih). Menurut Sujayanto et all (2006) jenis Nepenthes

ini memang sering ditemukan di dataran rendah dengan ketinggian 400

m.dpl, dan akhir-akhir ini penelitian dari LIPI Bogor,menemukan jenis ini di

Hulu Sungai Barito dengan habitat kerangas. Menurut Mansur (2006)

Nepenthes stenophylla memang memiliki habitat kerangas yang

merupakan daerah yang berbatu atau berpasir, Nepenthes adnata

merupakan jenis Nepenthes yang tumbuh pada dataran rendah sampai

menengah, dan dapat tumbuh di dataran rendah dengan kondisi

habitatnya sesuai dengan alam pegunungan, dimana juga lebih

menyenangi spagnum sebagai media tumbuh.

Berdasarkan pengamatan untuk jenis Nepenthes adnata, hanya

ditemukan pada desa semak (desa Ma’buun) dengan ketinggian 60 mdpl,

dengan tektur tanah yang gembur kecoklatan, hal ini disebabkan karena

tanah tersebut merupakan tanah subur hasil dari lapukan serasah yang

tinggi dari tumbuhan semak. Kandungan unsur tanah cukup tinggi

terutama, N, P, K, Ca dan Na. Sehingga unusr-unsur pendukung

pertumbuhannya cukup tersedia. Biasanya kandungan unsur tanah ini

mencirikan tanah pegunungan yang cukup subur karena banyak

mengandung humus dengan kondisi yang lembab.

Adanya hal tersebut di atas menandakan bahwa kehidupan

Nepenthes tersebut ada yang cocok di semua tempat pengamatan dan

ada pula yang hanya dapat hidup didaerah tertenu saja. Hal demikian

56

disebabkan oleh karena Nepenthes mempunyai kemampuan adaptasi

hidup yang spesifik dibandingkan dengan tumbuhan lain, serta antar

Nepenthes lain. Adanya perbedaan tersebut juga disebabkan karena

kondisi habitat yang memang beda antar jenis lainnya

Keadaan ini didukung oleh habitat yang sesuai serta keadaan

lingkungan yang sesuai, sehingga dapat tumbuh baik dan terdapat

menyebar hampir merata di daerah pengamatan. Kondisi pendukung

hidup tumbuhan, selain kespesifikan tumbuh pada habitat yang sesuai,

juga didukung faktor lingkungan yang baik. Sebagai contoh yang

mendominasi dataran rendah diantaranya adalah N. mirabilis, N. rafflesia,

dan N. reinwardtiana, dimana jenis-jenis ini memang cocok tumbuh pada

dataran rendah, yang memang dalam kondisi habitat tanah yang gembur

dan juga tanah yang berbatu atau berpasir, sehingga jenis-jenis ini

tumbuh dengan baik dan mendominasi di daerah pengamatan. Selain itu

juga habitat tumbuhnya pada daerah kerangas misalnya Nepenthes

stenophylla.

Menurut Mansur (2006) menyatakan bahwa Nepenthes rafflesia,

habitatnya tumbuhnya pada tempat-tempat terbuka atau terlindung, yang

basah atau kering seperti hutan rawa gambut dan hutan kerangas dan

Nepenthes reinwardtiana habitat berbagai tanah kapur, tanah granit, tanah

berpasir dan tanah gambut, ditempat-tempat terbuka maupun terlindung.

Umumnya baik pada daerah dataran rendah. Demikian juga dengan

Nepenthes stenophylla di Borneo, sering ditemukan pada habitat

kerangas. Sedangkan untuk Nepenthes adnata biasanya hidup ditempat-

tempat terlindung dengan kelembaban udara cukup tinggi, pada substrat

lumut dan berbatu pasir

Menurut Mansur (2006) jenis-jenis yang banyak tumbuh pada

dataran rendah diantaranya adalah N. mirabilis, N. rafflesia, dan N.

reinwardtiana yang ditemukan pada daerah pegunungan, dan sampai

tanah berbatu. Sedangkan untuk Nepenthes stenophylla walaupun biasa

57

tumbuh pada dataran rendah terutama daerah kerangas, yang ditemukan

di wilayah Hulu Sungai Barito Utara.

Menurut Karjono (2006) menyatakan bahwa jenis Nepenthes

benstonei memang dapat tumbuh pada dataran rendah sampai

menengah, akan tetapi habitat aslinya ada di ketinggian 400 – 600 m.dpl,

dan adaptif dalam berbagai media tumbuh, namun media yang

diinginkannya adalah “spagnum moss”.

Selain itu juga bagi jenis-jenis Nepenthes yang hibrid, memiliki

kemampuan tumbuh yang terbatas karena disebabkan sifat yang

diinginkan lebih spesifek akibat dari gabungan sifat gen yang dibawa

masing-masing individu. Jenis Nepenthes hibrid Nepenthes reinwartiana

x mirabilis juga merupakan jenis yang memiliki NP terendah di daerah

rawa dan Nepenthes gracillis x N. mirabilis pada daerah kerangas. Hal ini

berkaitan dengan kemampuan hidupnya yang memang hasil dari

persilangan alami, menyebabkan pertumbuhan terhambat, karena

masing-masing jenis Nepenthes membawa sifat yang berlainan, sehingga

untuk tumbuh baik memang memerlukan suatu kondisi yang sesuai dari

sifat-sifat yang dibawanya.

Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa untuk jenis Nepenthes

yang terdapat di daerah cukup bervariasi jenisnya dan memiliki jumlah

banyak. Hal ini disebabkan keadaan lingkungan habitat yang sesuai

dengan pertumbuhan Nepenthes, terutama faktor lingkungan dan juga

didukung oleh zat atau unsur pertumbuhan sangat sesuai dengan syarat

tumbuh Nepenthes. Adapun faktor lingkungan yang sesuai terutama faktor

fisik yaitu suhu, kelembaban dan intensitas cahaya. Berdasarkan

pengukuran faktor suhu udara berkisar antara 29 oC – 33 oC, kelembaban

udara berada di atas 70%, dan intensitas cahaya tidak terlalu tinggi

karena masih terdapat naungan. Adanya faktor tersebut sangat

mendukung bagi pertumbuhan Nepenthes terutama dalam pembentukan

kantong. Hal ini sesuai dengan pendapat Mansur (2006) Nepenthes 23 oC

58

– 31 oC, kelembaban udara berada di atas 70%, serta intensitas cahaya

yang tidak terlalu tinggi terutama bagi Nepenthes dataran tinggi. Selain itu

juga unsur kimia tanah yang cukup tersedia, dapat menunjang bagi

pertumbuhan tanaman terutama Nepenthes.

Menurut Karjono (2006) menjelaskan bahwa kelembaban sangat

penting kantong semar. Tanpa kelembaban yang memadai, minimal 70%,

maka kantongnya tidak muncul. Jadi, jika Nepenthes tidak berkantong,

arah dugaan pertama adalah kelembaban. Ketinggian tempat sangat

berkaitan dengan suhu lingkungan. Nepenthes dataran rendah biasanya

hidup pada suhu udara 20oC – 35oC, sedang dataran tinggi menghendaki

kisaran suhu udara 10 oC – 30 oC.

Sedangkan untuk hasil pengukuran unsure pada daerah penelitian

yaitu untuk habitat rawa, selain terdiri dari jenis tanah dan tekstur tanah

yang termasuk jenis tanah subur dan lempung, juga ketersediaan unsur

hara yang cukup tinggi dibandingkan dengan daerah tanah merah. Unsur

hara tanah pada daerah rawa adalah sebagai berikut; N total (0,315), P

total (86,346), K total (21,567), C organik (2,07), tekstur tanah pasir

(11,09), debu (37,25) dan liat (42,12). Sedangkan pada daerah tanah

merah N total (0,098), P total (16,839), K total (5,190), C organik (0,320),

tekstur tanah pasir (25,18), debu (10,68) dan liat (64,16) (tabel 6). Dengan

demikian jelas bahwa unsur kimia tanah pada daerah tanah termasuk

tanah podzolik yang memang agak kering. Menurut Mansur (2006)

umumnya Nepenthes yang hidup teresterial di dataran rendah tumbuh di

tempat-tempat yang berair atau dekat sumber air, seperti yang ditemukan

di hutan-hutan rawa gambut. Selain itu juga menurut Karjono (2006) hutan

gambut, hutan hujan tropis dan daerah rawa merupakan tempat tumbuh

Nepenthes yang sudah pasti lembab, dan juga daerah kerangas.

Faktor lingkungan fisik yang mendukung pertumbuhan di semua

daerah pengamatan yang tidak jauh beda, dan masih dalam toleransi

yang sesuai, menyebabkan jenis Nepenthes yang tumbuh pada masing-

masing daerah memiliki variasi jenis yang tidak jauh beda, walaupun ada

59

juga yang tumbuh memang spesifik. Faktor tersebut antara lain suhu

udara, kelembaban udara dan tanah, pH tanah, serta intensitas cahaya.

Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa untuk jenis tanah

adalah habitat kebun karet dan rawa termasuk tanah gembur yang

berwarna kecoklatan, karena mengandung serasah, dan tekstur tanah,

yaitu baik kandungan debu, liat dan pasir, selain itu juga untuk unsur

yang terkandung dalam tanah tidak jauh beda.

Hasil pengukuran didapatkan bahwa unsur hara tanah pada daerah

rawa adalah sebagai berikut; N total (0,315), P total (86,346), K total

(21,567), C organik (2,07), tekstur tanah pasir (11,09), debu (37,25) dan

liat (42,12). Sedangkan pada habitat kebun karet N-total (0,467), P total

(171,233), K total (39,93), C organik (2,77), tekstur tanah pasir (15,04),

debu (38,18) dan liat (46,78) (tabel 6). Dengan demikian jelas bahwa

unsur kimia tanah dan tekstur tanah tidak jauh beda, sehingga Nepenthes

yang tumbuh di kedua habitat tersebut, memiliki kesamaan jenis yang

besar.

Dengan demikian jelas bahwa unsur kimia tanah pada daerah

tanah termasuk tanah podzolik yang memang agak kering. Sedangkan

untuk daerah kerangas tanah merah lebih dominan komposisi oleh tanah

berpasir dan tanah liat yang besar, dan komposisi debu yang rendah. Hal

ini menandakan bahwa daerah ini lebih dominan tanah berpasir atau

berbatu dengan campuran tanah merah.

PENUTUPBerdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat di ambil

kesimpulan sebagai berikut : Variasi Nepenthes yang ditemukan di

Kabupaten Tabalong ada 10 jenis yang tersebar di lima habitat

pengamatan, yaitu daerah kebun karet, semak, rawa, kerangas dan tanah

merah. Adapun jenis tersebut adalah sebagai berikut :

Nepenthes mirabilis, N. gracillis, N. adnata, N. reinwardtiana, N. gracillis x

N. mirabilis, N. rafflesiana, N. reinwardtiana x gracillis, dan N. benstonei;

60

daerah rawa yaitu Nepenthes mirabilis, N. gracillis, N. bicalcarata, N.

reinwardtiana, N. gracillis x N. mirabilis, N. rafflesiana, N. adnata, N.

reinwardtiana x N. gracillis, N. Stenophylla, dan N. benstonei.

Saran - saran1) Mengingat hasil penelitian ini hanya menemukan beberapa jenis yang

ada di KabupatenTabalong, maka perlu adanya penelitian lebih lanjut

tentang komposisi, struktur dan Nilai Keterhidupan Minimum

Nepenthes ini di daerah kabupaten lain yang ada di Kalimantan

Selatan, mengingat penelitian-penelitian Nepenthes di daerah ini

belum ada yang dipublikasikan.

2) Sehubungan dengan ditemukannya 5 habitat saja yang ada di

Kabupaten Tabalong untuk Nepenthes, maka perlu adanya penelitian

lebih lanjut tentang jenis-jenis Nepenthes yang ada di Kalimantan

Selatan berdasarkan habitat yang lainnya guna mengetahui

kespesifikan tumbuh Nepenthes yang ada di daerah ini.

3) Perlu adanya penelitian tingkat molokuler untuk melanjutkan penelitian

dari jenis-jenis yang ditemukan.

4) Penelitian ini dilakukan pada musim hujan, sehingga perlu adanya

penelitian lanjutan pada musim kemarau.

DAFTAR PUSTAKA

Alamendah. 2007. Nepenthes Tanaman Karnivora.http://www.carnivorousplans.com.

Anonim, 2008. Tabalong dalam Atlas. BPPS Kab. Tabalong.

Azwar Fatahul, Adi Kunarso, Teten Rahman S. 2006. Nepenthes(Nepenthes sp.) di Hutan Sumatera, Tanaman Unik yang SemakinLangka. Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang.http://www.exticplantplus.com.

Brook. W, Lochran W. Trailla, Corey J.A. Bradshawb, Barry. 2007.Minimum viable population size: A meta-analysis of 30 years of

61

published estimates. www.elsevier.com/locate/biocon. BiologycalConservations Journal.

Dasuki Undang Ahmad. 1994. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Pusat AntarUniversitas Bidang Ilmu Hayati. ITB. Bandung

Fachrul, M. F. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta

Hardjosuwarno Sunarto. 1990. Ekologi Tumbuhan (Konsep Dasar).Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta.

Handoyo F & Moloedyn S (2006), Perawatan Nepenthes. AgromediaPustaka. Jakarta.

Indrawan, M. Premark, R.B, Supriyatna, J. 2007. Biologi Konservasi. Pnyayasan Obor Indonesia. Jakarta

Karjono, Utami Kartika Putri, 2006, Nepenthes vol 5, PT Trubus Swadaya.Jakarta.

Mansur, M . 2006. Nepenthes “Kantong Semar yang Unik. PenebarSwadaya. Jakarta

Michael P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan danLaboratorium. Koester UI Press. Jakarta.

Polunin, N, 1990. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa IlmuSerumpuNepenthes Gadjah Mada Unversity Press. Yogyakarta.

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Osunkoya Olusegun O, Siti Dayanawati Daud,and Franz L. WimmerLongevity, 2008 Lignin Content and Construction Cost of theAssimilatory Organs of Nepenthes Species. Published by OxfordUniversity Press on behalf of the Annals of Botany [email protected]

Resosoedarmo. S, Kuswoto. K, dan Apriliani, 1990. Pengantar Ekologi. PTRemaja Rosda Karya. Bandung.

Syafi’e E. S & Taufiqurrahman, 1994, Pengantar Ekologi TumbuhanFakultas MIPA ITB. Bandung.

Sujayanto, G Budi Suswanto. 2006, Tanaman Buas dan Unik. PTGramedia. Jakarta.

62

Tjitrosoepomo Gembong. 2000. Taksonomi Tumbuhan (Spermatopyhta).Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tri Handayani, Dian Latifah, Dodo, 2005, Diversity and Growth Behavior ofNepenthes (Pitcher Plant) in Tanjung Puting natinal Park, CentralKalimantan Province. Journal Biodiversity. Bogor.

Wilcock, C.C. & SWAINE, M.D. 1992 Kajian Ekologi Dan PenyebaranNepenthes Di Kalmantan. Skotlandia, Departemen Ilmu Tanaman &Tanah, University of Aberdeen

Anonim, 2006. www. greenculturesg.com/ forum/ index.php?/...a...Nepenthes reinwardtiana.