14
Jenis-Jenis Abalone Di Indonesia yang Mempunyai Nilai Ekonomis 1 Alfi Kusuma Admaja I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman sumberdaya alam yang sangat tinggi. Biodiversitas biota perairan yang terkandung di dalam laut nusantara merupakan salah satu yang terkaya di dunia. Masih banyak jenis biota yang belum termanfaatkan dengan baik kerena potensinya yang belum diketahui oleh masyarakat. Hal itu merupakan tantangan yang seharusnya dapat mendorong upaya eksplorasi, sehingga sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Filum moluska adalah salah satu dari sekian banyak potensi sumberdaya perikanan di Indonesia yang diperkirakan mencapai sekitar 20.000 spesies. Namun, potensi yang begitu besar belum dimanfaatkan dengan optimal. Banyak diantaranya memiliki nilai ekomomis yang tinggi, bukan hanya dipasar domestik tetapi juga dipasar internasional. Hal ini didorong oleh semakin tingginya permintaan akan produk akuatik dunia yang juga diikuti permintaan produk- produk dari jenis moluska. Di Indonesia sendiri, belum banyak jenis moluska yang telah dipasarkan ke luar negeri. Hal itu disebabkan karena budidaya moluska belum banyak dilakukan di Indonesia, sehingga masih mengandalkan tangkapan dari alam yang disisi lain dapat berdampak pada penurunan populasi molluska di alam. Padahal peluang pasar komoditas moluska tidak kalah dibandingkan dengan dengan komoditas dari jenis ikan, karena moluska memiliki pasarnya tersendiri terutama negara-negara kawasan asia dan eropa. Abalon (Haliotis sp.) adalah salah satu jenis moluska yang terdapatdi Indonesia. Distribusinya tersebar dibeberapa perairan Indonesia, mulai dari Lampung, Sulawesi, Lombok, Bali, hingga Raja Ampat. Terdapat sekitar 100 spesies abalon yang tersebar diseluruh dunia, beberapa diantaranya terdapat di Indonesia (Setyono, 2006). Organisme ini merupakan salah satu potensi sumberdaya laut yang memiliki nilai ekonomis, disamping harganya yang cukup tinggi, daging abalon memiliki rasa yang lezat dan lembut serta nilai gizi yang tinggi sehingga mampu merambah pasar internasional dengan harga jual yang tinggi. Di pasar internasional permintaan akan komoditas ini terus mengalami

Jenis2 Abalone Ekonomis Penting Di Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah singkat mengenai beberapa jenis abalone (kerang mata tujuh) yang memeiliki nilai ekonomis di Indonesia

Citation preview

Page 1: Jenis2 Abalone Ekonomis Penting Di Indonesia

Jenis-Jenis Abalone Di Indonesia yang Mempunyai Nilai Ekonomis 1

Alfi Kusuma Admaja

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman sumberdaya alam yang sangat tinggi.

Biodiversitas biota perairan yang terkandung di dalam laut nusantara merupakan

salah satu yang terkaya di dunia. Masih banyak jenis biota yang belum

termanfaatkan dengan baik kerena potensinya yang belum diketahui oleh

masyarakat. Hal itu merupakan tantangan yang seharusnya dapat mendorong

upaya eksplorasi, sehingga sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan secara

optimal dan berkelanjutan.

Filum moluska adalah salah satu dari sekian banyak potensi sumberdaya

perikanan di Indonesia yang diperkirakan mencapai sekitar 20.000 spesies.

Namun, potensi yang begitu besar belum dimanfaatkan dengan optimal. Banyak

diantaranya memiliki nilai ekomomis yang tinggi, bukan hanya dipasar domestik

tetapi juga dipasar internasional. Hal ini didorong oleh semakin tingginya

permintaan akan produk akuatik dunia yang juga diikuti permintaan produk-

produk dari jenis moluska. Di Indonesia sendiri, belum banyak jenis moluska

yang telah dipasarkan ke luar negeri. Hal itu disebabkan karena budidaya

moluska belum banyak dilakukan di Indonesia, sehingga masih mengandalkan

tangkapan dari alam yang disisi lain dapat berdampak pada penurunan populasi

molluska di alam. Padahal peluang pasar komoditas moluska tidak kalah

dibandingkan dengan dengan komoditas dari jenis ikan, karena moluska memiliki

pasarnya tersendiri terutama negara-negara kawasan asia dan eropa.

Abalon (Haliotis sp.) adalah salah satu jenis moluska yang terdapatdi

Indonesia. Distribusinya tersebar dibeberapa perairan Indonesia, mulai dari

Lampung, Sulawesi, Lombok, Bali, hingga Raja Ampat. Terdapat sekitar 100

spesies abalon yang tersebar diseluruh dunia, beberapa diantaranya terdapat di

Indonesia (Setyono, 2006). Organisme ini merupakan salah satu potensi

sumberdaya laut yang memiliki nilai ekonomis, disamping harganya yang cukup

tinggi, daging abalon memiliki rasa yang lezat dan lembut serta nilai gizi yang

tinggi sehingga mampu merambah pasar internasional dengan harga jual yang

tinggi. Di pasar internasional permintaan akan komoditas ini terus mengalami

Page 2: Jenis2 Abalone Ekonomis Penting Di Indonesia

Jenis-Jenis Abalone Di Indonesia yang Mempunyai Nilai Ekonomis 2

Alfi Kusuma Admaja

peningkatan. Hal itu mendorong berkembangnya industri akuakultur abalon di

dunia dengan produsen abalon terbesar adalah Cina, Taiwan, dan Jepang.

Beberapa spesies penting abalon diantaranya North America: Haliotis rufescens,

H. fulgens, H corrugata, H. sorenseni, H assimilis, H. cracherodii, H. walallensis,

dan H. kamtschatkana; Jepang: H. discus hannai, H. discus, H. sieboldii, dan H.

asinina; Korea; H. discus, H. discus hannai, H. sieboldii, dan H. gigantea;

Australia: H. rubra, H. laevigata, dan H. roci; New Zealand: H. iris, dan H.

australis; Prancis: H. tuberculate; dan Afrika Selatan: H. midae (HAHN, 1989

dalam Setyono, 1997).

H. asinina merupakan spesies yang paling banyak terdapat di Indonesia.

H. asinina merupakan salah satu jenis abalon tropis. Ukurannya lebih kecil

dibandingkan dengan jenis abalon temperate. Oleh karena itu, harganya lebih

rendah dibandingkan dengan spesies termperate. Namun demikian abalon jenis

ini memiliki pasarnya tersendiri yang dikenal dengan ”cocktail abalon”, sehingga

beberapa negara seperti Filipina, Thailand, Myanmar, dan Australia telah

mengambangkan budidayanya (Ungson et al., 2009). Pertumbuhannya relatif

lebih cepat dibanding dengan abalon temperate dalam mencapai ukuran komersil.

Jika spesies temperate dapat memerlukan waktu 3-5 tahun, jenis abalon tropis

hanya memerlukan waktu 1-1,5 tahun untuk mencapai ukuran jual. Di Indonesia,

karena nilai jualnya yang cukup tinggi dibandingkan dengan beberapa jenis

akuatik lainnya, komoditas ini terus mengalami tekanan penangkapan. Tidaka

hanya H. asinina, masih ada beberapa jenis abalon di Indonesia yang juga

memiliki nilai ekonomis. Oleh karena itu, tulisan ini akan mencoba mengulas

mengenai potensi dan jenis-jenis abalon ekonomis di Indonesia.

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan karya tulis ini antara lain:

- Mengetahui kondisi pasar abalon di dunia

- Mengetahui distribusi dan jenis-jenis abalon ekonomis di indonesia

- Mengetahui potensi ekonomi abalon diindonesia

- Mengetahui kondisi perikanan abalon di Indonesia

Page 3: Jenis2 Abalone Ekonomis Penting Di Indonesia

Jenis-Jenis Abalone Di Indonesia yang Mempunyai Nilai Ekonomis 3

Alfi Kusuma Admaja

II. METODE PENULISAN

Data dan informasi yang dihimpun dalam makalah ini merupakan data

yang diperoleh dari berbagai bahan-bahan pustaka seperti laporan hasil penelitian,

publikasi di jurnal internasional maupun nasional, buku teks, makalah dan

informasi lainnya yang relevan dengan topik bahasan makalah ini. Data yang

diperoleh disajikan secara deskriptif sehingga diharapkan dapat menjadi bahan

informasi tentang jenis-jenis abalon di Indonesia yang mempunyai nilai

ekonomis.

Page 4: Jenis2 Abalone Ekonomis Penting Di Indonesia

Jenis-Jenis Abalone Di Indonesia yang Mempunyai Nilai Ekonomis 4

Alfi Kusuma Admaja

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Kondisi Pasar Abalon Dunia

Abalon merupakan salah satu jenis kerang yang menjadi komoditi

perikanan dunia yang saat ini sedang mengalami peningkatan permintaan

terutama dari pasar intenasional. Pasar utama abalon adalah China, Jepang,

Taiwan, Korea, Singapore, Jepang, Australia, Amerika Serikat, Spanyol,

Netherlands, Canada, dan Thailand. Negara produsen abalon terbesar adalah

Cina, Taiwan, dan Jepang (Cook dan Gordon, 2010).

Gambar 1. Data Produksi Abalon di Dunia dari Sektor Akuakultur (Aquaculture

Production) dan Penangkapan di Alam (Fishery Landings) (Cook

dan Gordon, 2010)

Munurunnya populasi abalon di alam akibat tekanan penangkapan terjadi

dari tahaun ke tahun. Sementara jumlah tangkapan menurun, permintaan abalon

terus mengalami peningkatan. Hal itu mendorong berkembangnnya budidaya

akuakultur abalon. Sehingga saat ini kebutuhan abalon dunia lebih banyak

dipenuhi dari sektor budidaya.

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

1970 1989 2002 2007

Production Statistics

Aquaculture

Production

Fishery landings

Page 5: Jenis2 Abalone Ekonomis Penting Di Indonesia

Jenis-Jenis Abalone Di Indonesia yang Mempunyai Nilai Ekonomis 5

Alfi Kusuma Admaja

Gambar 2. Produksi dari Sektor Akuakultur Abalon di Dunia (Cook dan

Gordon, 2010)

Cina merupakan negara produsen utama abalon dari sektor akuakultur

dengan pelaku mencapai 300 usaha budidaya dan produksi mencapai 1.000 juta

ton/ tahun. Spesies utama yang dibudidayakan adalah H. diversicolor

supertexta, dengan harga mencapai US$15/Kg. Harga ini memang lebih rendah

dibandingkan dengan H. laevigata, dari Australia yang dapat mencapai

US$30/Kg. Perbedaan harga tersebut disebabkan karena ukuran H. laevigata

yang jauh lebih besar. Pada umumnya harga abalon sangat ditentukan oleh

ukurannya. Oleh karena itu, harga abalon tropis lebih rendah dibandingkan

dengan harga abalon temperate.

Gambar 3. Statistik Permintaan (Demand) dan Persediaan (Supply) Abalon di

Dunia (Cook dan Gordon, 2010)

World Aquaculture Production

China

Taiwan

Japan

South Africa

Korea

Australia

New Zealand

Chile

USA

Page 6: Jenis2 Abalone Ekonomis Penting Di Indonesia

Jenis-Jenis Abalone Di Indonesia yang Mempunyai Nilai Ekonomis 6

Alfi Kusuma Admaja

Produk abalon Bentuk produk abalon yang berada dipasaran saat ini adalah

produk fillet segar dan beku (frozen), kering (dried), kering dan telah melalui

proses penggaraman (salted), serta dalam bentuk produk dalam kemasan kaleng

(canned).

3.2. Persebaran Abalon di Dunia dan di Indonesia

Terdapat sekitar lebih dari 100 jenis abalon di dunia. Sebagian besar

tersebar di perairan Samudera Pasifik, Atlantik, dan Hindia. Abalon ditemukan di

sepanjang pantai wilayah subtropik dan tropik kecuali Amerika Selatan dan Timur

Amerika Utara. Abalon ditemukan sepanjang pantai barat Amerika Utara (Baja

California sampai Alaska) dan sepanjang timur dan selatan. Pantai di Asia (USSR,

Korea, Jepang, Cina, Taiwan, Kalimantan, Malaysia Timur, Tournotus, Australia,

New Zealand, Afrika, Mesir, Tanzania, Mosambika, Madagaskar, Tanjung

Harapan, Gold Coast) dan Pulau-pulau di Madeira dan Eropa (Prancis, Spanyol,

Italia, Yugoslavia dan Yunani) (Leighton et al., 2008).

Populasi terbesar, baik dalam hal jumlah individu maupun jenis spesies,

ditemukan pada perairan Australia, Jepang, dan bagian barat Amerika Utara. H.

Rufescens merupakan jenis abalon yang terdapat di California yang diketahui

memiliki ukuran paling besar, yaitu dapat mencapai 18-23 cm diameter cangkang

(Cox, 1962). Pada umumnya abalon yang habitatnya di daerah temperate

memiliki ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan dengan abalon pada daerah

tropis. Abalon tropis umumnya hanya memiliki ukuran 7-10 cm, sedangkan

abalon temperate rata-rata dapat mencapai ukuran 15-20 cm (Estes et al., 2005).

Hal itulah yang menyebabkan harga jual abalon temperate jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan jenis abalon tropis. Walaupun demikian, dari segi

kecepatan pertumbuhan, abalon tropis memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih

cepat dibandingkan dengan abalon temperate, sehingga lebih cepat mencapai

ukuran komersil (ukuran pasar).

Di indonesia terdapat tujuh spesies, yaitu H. asinina, H. varia, H.

squamosa, H. ovina, H. glabra, H. planata, dan H. crebrisculpta (Dharma, 1988

dalam Setyono, 2006). H. asinina, H. ovina, H. squamata dan H. varia

merupakan jenis abalon tropis yang terdapat di Indonesia yang telah memiliki

Page 7: Jenis2 Abalone Ekonomis Penting Di Indonesia

Jenis-Jenis Abalone Di Indonesia yang Mempunyai Nilai Ekonomis 7

Alfi Kusuma Admaja

pasar internasional, terutama China, Taiwan, dan Korea. Bukan hanya di

Indonesia, persebaran spesies- spesies tersebut cukup besar, yaitu mencapai

perairan Indo-Malay, bagian timur samudera Hindia dan Barat Samudera Pasifik.

Namun, dari keempat jenis abalon tersebut, jenis H. asinina dan H. squamata

merupakan yang paling banyak ditemukan di perairan Indonesia. Kelebihan H.

asinina dibading H. ovina dan H. varia adalah karena proporsi dagingnya lebih

besar, yaitu H. asinina 85%, H. ovina 40%, dan H. varia 30% (Singhagraiwan

dan Doi, 1993 dalam Praipue et al., 2010). Sehingga H. asinia memiliki potensi

pasar untuk jenis “cocktail size” (40-70 mm) dengan ukurannya yang kecil

dibandingkan dengan jenis temperate. Selain Indonesia, H. asinina juga banyak

ditemukan, Thailand, Filipina, Malaysia Australia, Vilipinan, dan Myanmar.

Budidaya H. asinina telah berhasil dilakukan di negera-negara tersebut dengan

skala massal. Di Indonesia H. asinina banyak ditemukan di perairan Sulawesi

Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara, Laut Flores,

Karangasem Bali, Lombok, Madura, dan Lampung (Yuniarti et al., 2009: Hadijah

et al., 2011).

3.3. Potensi Ekonomi Abalon Di Indonesia

Indonesia memiliki potensi produksi abalon yang cukup besar. Selain

distribusi habitat abalon cukup luas tersebar di beberapa perairan Indonesia, jenis

abalon di Indonesia, H. asinina, merupakan jenis yang mengalami pemijahan

sepanjang tahun dan merupakan organisme herbivora dengan makanan utama

makroalga (Jarayabhand et al., 1998 ; Praipue et al., 2010; Tang et al., 2005),

sehingga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komoditas budidaya,

karena sebagai daerah tropis, kelimpahan makroalga di alam selalu tersedia.

Gambar 4. Abalon Jenis H.ovina (http://www.diverosa.com)

Page 8: Jenis2 Abalone Ekonomis Penting Di Indonesia

Jenis-Jenis Abalone Di Indonesia yang Mempunyai Nilai Ekonomis 8

Alfi Kusuma Admaja

Untuk pasaran domestik, sebagai salah satu contoh, di Kendari Sulawesi

Tenggara, abalon dalam keadaan segar dijual dengan harga Rp. 40.000-50.000/kg

(15-20 ind/kg). Jika cangkang dan organ dalamnya dibuang kemudian diolah

menjadi salted abalon, harganya mencapai Rp. 200.000-300-000/kg tergantung

ukurannya dan kualitasnya. Sementara di pasar internasional harga daging abalon

berkisar antara Rp. 400.00–700.000 atau 36-68 US$/kg , tergantung pada kualitas

dan jenisnya. Harga tersebut tergantung pada ukuran dan kualitas

penggaramannya. Metode penggaraman yang baik akan mengahasilkan warna

daging kuning keemasan dengan tekstur yang lunak, sedangkan penggaraman

yang kurang baik akan menghasilkan warna daging kecoklatan dengan tekstur

yang agak keras. Cara penggaraman ini sangat mempengaruhi kualitas produk

abalon. Jenis abalon H. asinina merupakan jenis yang paling banyak ditangkap di

Indonesia karena jumlahnya yang melimpah.

Gambar 5. Morfologi (A) dan Cangkang (B) Abalon H. asinina (1. Tentakel,

2. Mata, 3. Lubang Pernapasan (Tremata), 4. Cangkang, 5.

Epipodial Tentakel, dan 6. Otot Kaki)

Di Kubu, Karangasem, Bali terdapat abalon jenis lain yaitu jenis H.

squamata atau yang lebih dikenal dengan “tokobushi”. Salah seorang pedagang

tokobushi mengungkapkan bahwa telah melakukan jual usaha penangkapan

tokobushi sejak tahun 1987. Pada saat itu, ia mengaku dapat mengumpulkan

hingga 100 kg/hari namun saat ini hanya dapat mencapai 3 kg/hari. Hal ini diduga

disebabkan oleh penangkapan yang terus menerus dilakukan. Harga abalon yang

dijualnya ± Rp. 150.000/kg dalam bentuk beku, tanpa cangkang dan organ dalam.

Sedangkan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, seorang pedagang telah

mengekspor hingga 3-5 ton pada tahun 2006-2007 ke Hongkong dengan harga

A B

Page 9: Jenis2 Abalone Ekonomis Penting Di Indonesia

Jenis-Jenis Abalone Di Indonesia yang Mempunyai Nilai Ekonomis 9

Alfi Kusuma Admaja

jual US$5/kg. Produk abalon di ekspor dalam bentuk produk kering (dried) dan

produk salted (daging abalon yang terlebih dahulu melalui proses penggaraman

dan pengeringan) (Fermin dan Encena, 2009).

Gambar 6. Abalon Jenis H. squamata (sumber: http://www.kp3k.kkp.go.id)

Pada umumnya pedagang abalon di Indonesia terbagi menjadi beberapa

tingkatan, yaitu pedagang pengumpul, pedagang pengumpul ke dua, dan pedagang

besar. Pedagang pengumpul berlokasi di desa nelayan. Mereka mengumpulkan

abalon darai hasil tangkapan nelayan, selanjutnya mereka akan menjualnya

kepada pedagang pengumpul ke dua yang biasanya berdomisili di kota.

Merekalah yang akan menjual kepada pedagang yang berada di luar daerah.

Panjangnya rantai pemasaran abalon membuat semakin sedikitnya keuntungan

yang diperoleh pada masing-masing rantai. Berbeda dengan di Indonesia, di

negara-negara yang menjadi pengekspor abalon, para pembudidaya langsung

berhubungan dengan pihak konsumen, sehingga harga jual menjadi lebih tinggi

begitu juga dengan keuntungan yang diperoleh oleh pembudidaya.

Gambar 7. Berbagai Bentuk Pemanfaatan Limbah Cangkang Abalon

(sumber: http://casplabaliseashell.indonetwork.co.id)

Selain dagingnya dikonsumsi dagingnya, cangkang abalon juga dapat

dimanfaatkan untuk diolah menjadi barang-barang hiasan ornamental, baik untuk

perhiasan maupun benda-benda hiasan ruangan. Karakteristik warna cankang

Page 10: Jenis2 Abalone Ekonomis Penting Di Indonesia

Jenis-Jenis Abalone Di Indonesia yang Mempunyai Nilai Ekonomis 10

Alfi Kusuma Admaja

yang indah dan unik membuat hasil-hasil olahan kreatifitas dari limbah cangkang

abalon memiliki pasarnya tersendiri.

3.4. Kondisi Abalon Di Indonesia Saat Ini

Terbukanya peluang pasar dunia merupakan kesempatan yang seharusnya

dapat dimanfaatkan. Namun, hingga saat ini abalon dari Indonseia yang di ekspor

keluar negeri sepenuhnya merupakan hasil tangkapan dari alam. Hal ini telah

berlangsung sejak lama. Salah satu pelaku usaha penjualan abalon

mengungkapkan bahwa telah melakukan usaha pengumpulan abalon dari hasil

tangkapan nelayan di Karangasem Bali sejak tahun 1987. Pada saat itu, ia

mengaku dapat mengumpulkan hingga 100 kg/hari. Namun, saat ini hanya dapat

mencapai 3 kg/hari (Fermin dan Encena, 2009). Hal tersebut menunjukkan bahwa

populasi abalon di daerah tersebut sedang mengalami tekanan akibat penangkapan

dan terjadi penurunan populasi. Tidak hanya di Karangasem Bali, keadaan yang

sama dipastikan juga terjadi hampir disemua lokasi habitat abalon di Indonesia.

Harga pasar yang tinggi dibandingkan dengan beberapa komoditas perikanan

lainnya, membuat banyak masyarakat yang terus-menerus melakukan

penangkapan. Selainitu, habitatnya yang mudah dijangkau, yaitu pada daerah

karang-karang mati dengan kedalaman sekitar 2 m, serta tehnik penangkapan yang

cukup mudah, membuat komoditas ini akan terus mengalami penurunan populasi.

Selain itu, siklus hidup abalon tropis yang memerlukan waktu ± 1 tahun

untuk mencapai ukuran pasar, tidak seimbang dengan laju penangkapan yang

dilakukan terus menerus. Ditambah lagi dengan perilaku nelayan yang tidak

memperhatikan ukuran dalam menangkap abalon. Dimana abalon yang masih

ukuran kecil (juvenil) 3-4 cm juga tetap ditangkap. Padahal, abalon dengan

ukuran tersebut memiliki nilai jual yang rendah. Kondisi ekonomi masyarakat

pesisir yang lemah adalah salah satu penyebab perilaku tersebut. Hal itu tidak

hanya terjadi pada komoditas abalon, tetapi juga pada hampir semua komoditas

laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Belum adanya dukungan dari produksi sektor budidaya, merupakan salah

satu penyebab utama terjadinya penuruan populasi abalon di alam. Hingga saat

ini, abalon dari Indonesia yang diekspor sepenuhnya berasal dari hasil tangkapan

di alam. Budidaya abalon di Indonesia saat inii masih pada tahap penelitian.

Page 11: Jenis2 Abalone Ekonomis Penting Di Indonesia

Jenis-Jenis Abalone Di Indonesia yang Mempunyai Nilai Ekonomis 11

Alfi Kusuma Admaja

Produksi yang dihasilkan oleh balai-balai budidaya, belum sampai pada output

komersil. Tingginya mortalitas pada kegiatan pembenihan merupakan

penyebabnya. Mortalitas dapat mencapai 90-95% pada fase larva-post larva.

Tidak hanya di Indonesia, rendahnya angka kelangsungan hidup (survival rate)

pada fase tersebut juga merupakan masalah utama pada hampir semua kegiatan

budidaya abalon di dunia. Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi

keberhasilan pembenihan abalon antara lain salinitas, suhu, jenis pakan bentik

diatom yang tepat, serta photoperiod (SEAFDEC, 2000; Steven, 2003; Setyono,

2005; Heasman dan Savva, 2007; Leighton et al., 2008).

Meningkatnya populasi manusia dan semakin banyaknya permintaan akan

produk-produk akuakultur sebagai sumber protein hewani, menunjukkan bahwa

peluang dikembangkannya budidaya abalon di Indonesia terutama spesies H.

asinina yang telah memiliki pasar internasiaonal adalah sangat menjanjikan. Hal

tersebut didukung oleh jenis abalon H. asinina yang merupakan jenis abalon

tropis yang hanya membutuhkan waktu ± 1 tahun untuk mencapai ukuran

komersil. Sedangkan abalon temperate memerlukan waktu 3-4 tahun untuk

mencapai ukuran ekonomis. Selain itu, hal tersebut juga didukung oleh luasnya

pesisir Indonesia yang potensial untuk area budidaya abalon, makroalga yang

melimpah sebagai pakan alami (natural food), serta tenaga kerja yang murah.

Page 12: Jenis2 Abalone Ekonomis Penting Di Indonesia

Jenis-Jenis Abalone Di Indonesia yang Mempunyai Nilai Ekonomis 12

Alfi Kusuma Admaja

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan tang telah dipaparkan, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

- Permintaan akan abalon terus mengalami peningkatan yang diikuti

berkembangnya industri akuakultur abalon diberbagai negara seperti,

China, Taiwan, dan Jepang.

- Di indonesia terdapat tujuh spesies, yaitu H. asinina, H. varia, H.

squamosa, H. ovina, H. glabra, H. planata, dan H. crebrisculpta, yang

tersebar di perairan Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara,

Nusa Tenggara, Laut Flores, Karangasem Bali, Lombok, Madura, dan

Lampung , dimana spesies yang paling besar distribusinya adalah H.

asinina.

- H. asinina, H. squamata, dan H. varia merupakan spesies yang memiliki

potensi ekonomi untuk dikembangkan.

- Produk abalon yang berasal dari Indonesia merupakan abalon yang berasal

dari tangkapan di alam, sehingga dikhawatirkan akan mengancam

populasinya jika terus dilakukan. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk

mendorong dan mengambangkannya ke arah budidaya.

Page 13: Jenis2 Abalone Ekonomis Penting Di Indonesia

Jenis-Jenis Abalone Di Indonesia yang Mempunyai Nilai Ekonomis 13

Alfi Kusuma Admaja

DAFTAR PUSTAKA

Cook, P. A. dan Gordon, H.R. 2010. World Abalone Supply, Markets, And

Pricing. Journal of Shellish Research. Vol. 29, No. 3:569-571.

Cox. K.W. 1962. California Abalones, Family Haliotidae. The Resources

Agency Of California Department Of Fish And Game. Fish Bulletin No.

118. University of California. http://www.calisphere.

universityofcalifornia.edu/. Diakses pada tanggal 31 Mei 2012.

Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indo-nesia I (Indonesian shells). PT. Sarana

Graha, Jakarta: 111 pp.

Estes, J.A., D.R. Lindberg., and C. Wray. 2005. Evolution of Large Body Size in

Abalones (Haliotis): Patterns and Implications. Journal Paleobiology 31:

591–606.

Fermin, A.C. dan Encena, V.C. 2009. Final Report: Abalone Industry

Enhancement in Eastern Indonesia. SADI-ACIAR Research Report.

ACIAR. Australia. 19 p.

Hadijah., A. Tuwo., M.I. Djawad., and M. Litaay. 2011. The Biological aspects

of Tropical Abalone (Haliotis asinina) in Tanakeke Island Waters, South

Sulawesi. Disampaiakan pada proceeding of Internationnla Seminar on

Indonesian Fisheries Development: Enhancing Indonesian Fish Production

and Competitiveness in International Market. Universitas Hasanuddin

Makassar.

Hahn, K.O. 1989. Survey of commercially important abalone species in the world.

In : Handbook of culture of abalone and other marine gastropods (HAHN,

K.O. ed.). CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida: 3-12.

Heasman, M and Savva, N. 2007. Manual for Intensive Hatchery Production of

Abalone: Theory and Practice for Year-Round, High Density Seed

Production of Blacklip Abalone (H. rubra). Australian Government

Fisheries and Development Corporations. Australia. 108 pp.

Jarayabhand. P., R. Yom-La., dan A. Popongviwat. 1998. Karyotypes Of Marine

Molluscs In The Family Haliotidae Found In Thailand. Journal of Shellfish

Research. Vol. 17, No. 3. 761-764.

Leighton, P., G. Robinson., and N. McGowan. 2008. Aquaculture Explained:

Abalone Hatchery Manual. Aquaculture Development Division, Ireland.

95 pp.

Praipue, P., S. Klinbunga., dan P. Jarayabhand., 2010. Genetic Diversity of Wild

and Domesticated Stocks of Thai Abalone, Haliotis asinina (Haliotidae),

Page 14: Jenis2 Abalone Ekonomis Penting Di Indonesia

Jenis-Jenis Abalone Di Indonesia yang Mempunyai Nilai Ekonomis 14

Alfi Kusuma Admaja

Analyzed by Single-Strand Conformational Polymorphism of AFLP-

Derived Markers. Genetics and Molecular Research 9 (2): 1136-1152.

Singhagraiwan, T dan Doi, M. 1993. Seed Production and Culture of a Tropical

Abalone Haliotis asininaLinne. The Research Project of Fishery Resource

Development in the Kingdom of Thailand. Ministry of Agriculture and

Cooperatives, Thailand.

SEAFDEC. 2000. Research and Development: Abalone Seed Production and

Culture. Aquaculture Department Southeast Asian Fisheries

Development Center. Tigbauan, Iloilo, Philippines. 6 pp

Setyono, D.E.D. 1997. Culture Techniques On The Farming Of Abalone

(Haliotis sp.), A Perspective Effort For Aquaculture In Indonesia. Oseana,

Volume 22, Nomor 1:1-8.

_______________. 2005. Abalone (H. asinina L): Early Juvenile Rearing And

Ongrowing Culture. Oseana 30: 1-10.

_______________. 2006. Reproductive Aspects of The Tropical Abalone, H.

asinina, From Southern Lombok Waters, Indonesia. Marine Research in

Indonesia No. 30:1-14.

Stevens, M.M. 2003. Seafood Watch, Seafood Report Cultured Abalone (Haliotis

spp.) Fisheries Research Analyst Monterey Bay Aquarium. Amerika

Serikat. 14 pp.

Tang, S., A. Popongviwat., S. Klinbunga., A. Tassanakajon., P. Jarayabhand., dan

P. Menasveta., 2005. Genetic Heterogeneity of the Tropical Abalone

(Haliotis asinina) Revealed by RAPD and Microsatellite Analyses.

Journal of Biochemistry and Molecular Biology, Vol. 38, No. 2:182-190.

Ungson, J., Yin, Y. M., Vannsereyvuth S., Yii S.H., Doris AU., 2002. Towards

Sustainable Abalone Culturein Thailand. Monthon Ganmanee (2): 1-10.

Yuniarti. A., Y. Kilawati., A.M. Hariati., 2009. Kajian Heterogenitas Genetik

Abalon (Haliotis asinina) Di Perairan Indonesia Melalui Metode

Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) mtDNA. Laporan

Penelitian Hibah Penelitian Strategis Nasional. Universitas Brawijaya.

http://www.diverosa.com di akses pada tanggal 25 Mei 20012.

http://www.kp3k.kkp.go.id) di akses pada tanggal 25 Mei 20012

http://casplabaliseashell.indonetwork.co.id di akses pada tanggal 25 Mei 20012