78
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi merupakan organ manusia yang terpenting. Tanpa gigi manusia tidak akan enak dalam mencerna makanan. Gigi berfungsi untuk mengunyah setiap makanan yang masuk ke mulut untuk diteruskan ke tubuh manusia, tentunya makanan yang sudah halus. Masa ini akan terus berlangsung mulai dari masa anak-anak sampai dewasa. ( http : / / w ww. m edia- i ndonesia. c o m / cetak / b erita.as p ) Merawat gigi sejak dini juga menghindari proses kerusakan gigi. Kebiasaan merawat gigi dapat dimulai sejak bayi dengan menggunakan kain kasa atau kapas yang dihangatkan, kemudian digosokkan pada gigi bayi. Bila anak sudah besar dilatih cara memegang dan menggosok gigi yang benar. Selain itu pola makan anak harus diperhatikan. Apakah termasuk makanan yang dapat merusak gigi atau bukan. Menghindari faktor-faktor yang merusak gigi anak antar lain amakanan manis dan lengket, karena makanan jenis ini mudah tertinggal dan melekat pada gigi.

Jiptummpp Gdl s1 2005 Istiaridwi 2432 Pendahul n

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gigi merupakan organ manusia yang terpenting. Tanpa gigi manusia tidak

akan enak dalam mencerna makanan. Gigi berfungsi untuk mengunyah setiap

makanan yang masuk ke mulut untuk diteruskan ke tubuh manusia, tentunya

makanan yang sudah halus. Masa ini akan terus berlangsung mulai dari masa

anak-anak sampai dewasa.

( http : / / w ww. m edia- i ndonesia. c o m / cetak / b erita.as p )

Merawat gigi sejak dini juga menghindari proses kerusakan gigi.

Kebiasaan merawat gigi dapat dimulai sejak bayi dengan menggunakan kain

kasa atau kapas yang dihangatkan, kemudian digosokkan pada gigi bayi. Bila

anak sudah besar dilatih cara memegang dan menggosok gigi yang benar.

Selain itu pola makan anak harus diperhatikan. Apakah termasuk makanan yang

dapat merusak gigi atau bukan. Menghindari faktor-faktor yang merusak gigi

anak antar lain amakanan manis dan lengket, karena makanan jenis ini mudah

tertinggal dan melekat pada gigi. Yang terpenting adalah anak dibiasakan

periksa ke dokter gigi setiap enam bulan sekali. ( h t t p : / /w a r t am ik a el . or g )

Akibat yang ditimbulkan bila perawatan gigi sejak dini tidak dilakukan

yaitu gigi mengalami gangguan kesehatan, misalnya gigi berlubang, gingivitis

gigi tanggal sebelum waktunya, gangguan pada ukuran, bentuk maupun jumlah

gigi. (Aktono H, Didit, 2003)

2

Berdasarkan survei Litbankes, presentase angka kesakitan gigi menduduki

peringkat keenam terbanyak (SKRT ’92). Hasil survei Direktorat Kesehatan

Gigi menunjukkan status penyakit karies gigi (gigi berlubang) sencerung

meningkat terus. Pada kelompok usia anak sampai dengan 12 tahun indeks

karies gigi tahun 1970 menunjukkan angka 0,7 tahun 1980 meningkat 2,3 dan

tahun 1990 meningkat lagi menjadi 2,3 dan tahun 1990 meningkat lagi menjadi

2,7.

Sedangkan kesehatan gigi yang ada di SDN Karangsoko III Trenggalek

yang memiliki gigi sehat ada 6 anak, gigi berlubang dan berplag ada 14 anak

dan kebiasaan anak makan makanan manis ada 10 anak dan 0 anak yang tidak

suka makan makanan manis.

Untuk melaksanakan kesehatan gigi sekolah maka perawat antara lain

memberikan upaya peningkatan, pencegahan, dan pembinaan kesehatan gigi

pada anak sekolah. Di samping itu tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan

penulihan menuju tercapainya kesehatan gigi sekolah (Depkes RI 1990/1991.

Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV, Jakarta)

Melihat fenomena di atas dalam hal ini petugas kesehatan perlu

meningkatkan upaya pembinaan kesehatan gigi terutama dalamkegiatan-

kegiatan meningkatkan, mencegah dan membina kesehatan gigi sekolah. Dalam

hal ini anak akan lebih termotivasi untuk melakukan peawatan kesehatan gigi.

Untuk itu penulis perlu melakukan penelitan tentang “Status Kesehatan Gigi

pada Anak dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi di SDN

Karangsoko III Trenggalek”.

3

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana status kesehatan

gigi pada anak dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi di SDN

Karangsoko III Trenggalek.

1.3. Tinjauan Penelitian

1.3.1. Tinjauan Umum

Mengetahui status kesehatan gigi pada anak dan faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan gigi di SDN Karangsoko III Trenggalek.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui status kesehatan gigi anak di SDN

Karangsoko III Trenggalek

1.3.2.2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan gigi pada anak di SDN Karangsoko III Trenggalek.

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Pendidikan Keperawatan (AKPER)

Hasil penelitian anak diharapkan akan dapat dijadikan sebagai

masukan untuk institusi AKPER, khususnya Akper UMM dalam

menyempurnakan pendidikan, khususnya usaha kesehatan gigi sekolah.

4

1.4.2. Team Instansi Pendidikan SD

Sebagai masukan bagi tenaga pendidik yang berperan sebagai role

model atau fasilitator bagi peserta didiknya dalam meningkatkan kesehatan

gigi sekolah bekerja sama dengan tenaga kesehatan gigi setempat.

1.4.3. Siswa SD

Untuk memberikan informasi dan memotivasi anak agar melakukan

perawatan kesehatan gigi dan menghindari faktor penyebab kerusakan gigi.

1.4.4. Layanan Kesehatan

Sebagai dasar meningkatkan kualitas layanan kesehatan melalui

progam penyuluhan peningkatan kesehatan gigi serta perawatan sejak didi

kepada masyarakat dan siswa SD khususnya.

1.5. Relevansi Penelitian

Tingginya angka kesakitan pada anka Sekolah Dasar yang disebabkan

karena penyakit gigi di negara berkembang perlu mendapat perhatian khusus

dari berbagai pihak. Langkah yang diambil oleh pemerintah untuk mengatasi

permasalahan tersebut adalah dengan meluncurnya program IKGS. Progam ini

ditujukan agar anak-anak sekolah memiliki kesehatan gigi dan mulut yang baik,

serta menjalankan tindakan-tindakan mencegah terjadinya penyakit gigi dan

mulut secara teratur setiap hari. Dengan demikian harapan peneliti ini adalah

anak-anak mendapatkan status kesehatan gigi yang baik serta mendapatkan

tindakan keperawatan yang baik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Gigi

2.1.1. Pengertian Gigi

Gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang terdiri dari gigi

pada rahang atas dan rahang bawah. (Rasinta Taringan, 1995)

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), gigi

merupakan tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yang tumbuh

tersusun berakar di dalam gusi dan gunanya untuk mengunyah dan

menggigit.

2.1.2. Fungsi Gigi

Menurut Pratnya Paramita (2000), fungis gigi adalah sebagai berikut :

1. Membantu fungsi bicara

Bahasa yang diucapkan seseorang akan terdengar dengan jelas,

karena banyak huruf alfabet yang tidak dapat disuarakan dengan baik

tanpa bantuan gigi.

2. Membentuk wajah

Gigi yang besih dan sehat akan membentuk wajah, sehingga

berpenampilan baik.

3. Membantu proses penyaringan makanan yang masuk ke dalam

rongga pencernaan

4. Alat untuk mengunyah.

14

15

2.1.3. Bangunan Gigi

Semua gigi mempunyai struktur atau bangunan yang sama.

Beberapa bangunan gigi antara lain :

1. Korona (mahkota) adalah gigi yang menonjol di atas gusi

2. Akar gigi radiks adalah bagian gigi yang terbenam di dalam tulang

rahang

3. Leher gigi adalah bagian gigi yang berada di antara mahkota dan

akar gigi.

4. Email (ename) merupakan bahan yang paling keras yang melapisi

korona detis. Bagian ini mengandung kalsium, fosfat dan florida.

Lapisan ename melindungi permukaan gigi yang digunakan untuk

menggigit dan mengunyah.

5. Dentil dan semen. Bangun lapisan ini serupa, keduanya menyerupai

tulang padat yang tidak mengandung pembuluh darah. Lapisan

dentil lebih keras daripada lapiran semen.

6. Pulpa merupakan inti gigi yang mengandung pembuluh darah dan

saraf (Marry E. Beck, 1995).

2.1.4. Macam Gigi

2.1.4.1. Berdasarkan Pertumbuhannya

Menurut Pratnya Paramita (2000) berdasarkan pertum-

buhannya gigi manusia terdiri dari gigi susu (sulung), gigi tetap dan gigi

bungsu.

16

1. Gigi Susu

Merupakan gigi yang tumbuh pertama kali di dalam rongga mulut

dan suatu saat akan tanggal. Gigi susu berjumlah 20 buah terdiri dari

8 gigi seri, 4 gigi taring dan 8 gigi geraham. Mulai tumbuh usia 6

bulan dan tumbuh sempurna usia 2 tahun.

(Rasinta Tarigan, 1995)

Pertumbuhan dan perkembangan gigi menurut Pratnya Paramita

(2000).

Tabel 2.1 Pertumbuhan dan perkembangan gigi

Bentuk

Gigi

Pembentukan

awal jaringan

gigi(minggu)

Pembentukan

email gigi

setelah bayi

lahir

Pertumbuhan

gigi (bulan

Pembentukan

akar lengkap

(tahun)

Seri 1 14 1 ¼ 10 (8-12) 1 1/12

Seri 2 16 2 ½ 11 (9 – 13) 2

Rahang

Atas

Taring 17 9 19 (16 – 13) 3 ¼

Geraham 1 15 ½ 6 20 (13 – 19) 2 ½

16 (14 – 18)

Geraham 2 19 11 27 (23 – 31)

Seri 14 2 ½ 8 (6 – 10) 1 ½

Rahang

Bawah

Taring 16 3 13 (10 – 16) 1 ½

Geraham 1 15 ½ 5 ½ 20 (13 – 19) 20 (13-19)

16 (23 – 31)

Geraham 2 18 10 29 (23 – 31) 3

29 (25 – 23)

Guna gigi susu adalah :

a. Untuk melunakkan makanan waktu pengunyahan

b. Menyediakan tempat untuk tetap yang akan tumbuh

menggantikannya.

c. Untuk menghasilkan suara yang jelas (Rasinta Tarigan, 1995).

2. Gigi Tetap

Merupakan gigi yang tumbuh menggantikan gigi susu dan apabila

tanggal tidak diganti oleh gigi yang lain (Pratnya Paramita, 2000).

Gigi tetap berjumlah 32 buah terdiri dari 8 gigi seri, 4 gigi taring, 8

gigi geraham 1 dan 12 gigi geraham 2 yang mulai pertumbuhannya

pada 6 – 7 tahun (Rasinta Tarigan, Adam, 1995).

3. Gigi bungsu

Merupakan gigi yang tumbuh terakhir kali, yaitu gigi geraham

ketiga. Biasanya gigi geraham ini tumbuh pada usia 15 tahun ke

atas. Tumbuhnya gigi geraham tergantung pada faktor usia dan

proses perkembangan gigi anak yang bersangkutan (Pratnya

Paramita, 2000).

2.1.4.2. Berdasarkan Pertumbuhannya

Menurut Pratnya Paramita (2000) pembagian gigi berdasarkan

bentuknya terdiri dari gigi seri, taring 1, taring 2 dan gigi geraham.

Masing-masing bentuk gigi mempunyai fungsi yang berbeda-beda.

1. Gigi seri berfungsi untuk menggigit makananyang terletak di bagian

depan menghadap mulut. Berjumlah 8 buah, yaitu 4 buah di rahang

atas dan 4 buah di rahang bawah.

2. Gigi taring untuk merobek makanan. Jumlah 4 buah yaitu, 2 buah

terletak di rahang atas dan 2 buah terletak di rahang bawah.

3. Gigi taring 2 berfungsi untuk merobek makanan. Jumlahnya 8 buah,

yaitu 4 buah di rahang atas dan 4 buah di rahang bawah.

4. Gigi geraham berfungsi untuk mengunyah makanan yang terletak di

belakang mulut.

2.1.5. Struktur Gigi Manusia

Menurut Pratnya Paramita (2000) struktur gigi manusia dibagi menjadi

dua bagian :

1. Struktur jaringan keras

Bagian ini terletak di bagian mulut yang dikenal dengan mahkota

gigi. Pada mahkota terdapat jaringan yang menonjol yang disebut

puncak gigi. Mahkota gigi dan puncak gigi dilapisi oleh suatu

lapisan yang disebut email gigi. Di bawah email gigi lapisan

berwarna putih yang disebut dentil gigi.

2. Struktur jaringan lunak

Jaringan lunak yang menyokong tulang gigi dikenal dengan gusi.

Bagian gigi yang melekat pada tulang gusi disebut akar gigi. Di

bagian dalam gigi terdapat rongga yang disebut pulpa gigi dan di

dalam pulpa gigi terdapat serabut saraf dan pembuluh darah.

2.1.6. Perkembangan Gigi

Gigi tetap memerlukan waktu yang cukup lama berkembang sempurna.

Tahap-tahap perkembangan gigi dewasa menurut Marry E. Beck (1995) :

a. 32 minggu – 2 tahun

Pada saat bayi dilahirkan, tulang rahang telah terisi oleh gigi yang

dalam proses perkembangan. Kerangka organik untuk lapisan

enamel serta dentil diendapkan dan pengapuran (kalsifikasi) gigi

mulai terjadi.

b. 3 tahun

Korona dentil masih di dalam tulang rahang. Ukurannya sudah

mencapai ukuran korona orang dewasa, tetapi belum mengalami

klasifiksi sempurna.

c. 9 – 11 tahun

Perkembangan akar gigi sudah lengkap.

2.1.7. Masalah kesehatan gigi yang sering muncul

A. Caries Gigi

Caries gigi (gigi berlubang) merupakan kerusakan enamel, dentil dan

semen yang berlangsung secara progresif. Insiden pembentukan

caries gigi yang paling tinggi terdapat pada usia kanak-kanak.

Setelah usia 25 tahun jarak terbentuk caries yang baru sekalipun

lubang-lubang lama akan melebar. (Marry E. Beck, 1995).

Terdapat beberapa stadium caries menurut Syamsul Adam, 1995

I. Email menjadi menipis

II. Email menjadi keropos, lubang yang dalam, di mana bakteri

bisa berkembang

III. Kadang-kadang dari luar kelihatan bagus, tapi sudah merasa

sakit, ini suatu tanda pengrusakan sudah sampai di urat saraf

gigi (pulpis)

IV. Urat saraf mati, menjadi busuk yang disebut gangren. Baunya

sangat busuk, terjadi pembengkakan yang sakit.

Tanda dan gejala caries berdasarkan stadium pembentukan dapat

digolongkan menjadi dua golongan. Dalam stadium I/II gigi belum

menunjukkan gejala sakit, terasa sakit sewaktu minum es, minum

yang panas, atau masuknya sisa makanan ke dalam lubang gigi

tersebut. Sedangkan untuk stadium II/IV trerdapat gejala gigi terasa

sakit sekali, pipi bengkak, panas, keadaan umum lemah (terjadi

pepsi/keracunan darah), nanah menjadi jalan keluar, dapat melalui

gigi menembus tulang rahang dan gusi (Rasina Taringan dan

Syamsul Adam, 1995).

Walaupun caries gigi merupakan penyakit yang 98% menyerang

manusia, tetapi timbul caries dapat dicegah antara lain dengan

pemberian fluorisasi untuk menguatkan gigi, sikat gigi yang efisien

untuk melepaskan dental plaugue/plag gigi, perubahan diet

(mengurangi jumlah maupun frekuensi gula pasir) dan perawatan

gigi yang terakhir. (Marry E. Beck, 1995)

B. Gingivitis

Suatu inflamasi pada jaringan gusi, merupakan penyakit penyangga

gigi yang paling ringan.

Faktor-faktor penyebab :

a. faktor lokal adalah plag, impaksi makanan, karies dan tambalan

yang berlebihan.

b. Faktor Sistemik adalah penurunan daya tahan tubuh seseorang

(Mansjoer, Arief, dkk, 2001)

2.2. Konsep Kesehatan Gigi

2.2.1. Pengertian

Kesehatan adalah keadaan (hal) sehat atau keadaan (badan) (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 1991).

Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Adanya gerakan yahg

bertujuan menggeser “paradigma sakit” ke “paradigma sehat” yang

intinya merupakan pergeseran midset membudayakan healt setting.

Paradigma sakit menekankan “penyembuhan” bersifat pasif haruslah

bergerak ke “paradigma sehat” dengan upaya “pencegahan” proaktif dan

pemeliharaan ( Htt p : / /www.Suar a M er d e k a. c o m / Har i a n /0 2 0 3 /09/rqgam

4 .htm)

Kesehatan gigi adalah kesehatan gigi dan mulut yang bersifat

peningkatan pencegahan umum (Mass Prerevention); pneyuluhan gigi

dan mulut, pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut perlindungan (tooth

burshing compaign, kumur-kumur flour, flouridasi air minum). (Depkes

RI. 1990/1991. Pedoman Kerja Puskesmas, Jilid IV. Jakarta)

Status Kesehatan Gigi

2.2 Tabel penilaian status kesehatan gigi

Nilai Kondisi Jaringan Keterangan

0 Sehat Periodental sehat tidak ada perdarahan

karang gigi

1 Perdarahan Perdarahan tampak secara langsung a

atau dengan kaca mulut setelah selesai

perabaan dengan sonde

2 Ada karang gigi Perabaan dengan sonde terasa kasar

adanya karang gigi

3 Pocket 4 – 5 mm Sebagian warna hitam pada sonde masih

terlihat dari tepi gusi pada daerah hitam

4 Pocket 6 mm/lebih Seluruh warna hitam pada sonde tidak

terlihat masuk ke dalam jaringan

periodental

Perhatian untuk anak muda usia 15 tahun dan ke bawah, pencatat hanya

dilakukan bila ada perdarahan, karang gigi saja, tidak ada pocket.

Untuk perhitungan skor untuk tingkat kondisi/status jaringan gigi

ditentukan oleh 6 buah sextan.

1. Sextan 1 : gigi 4, 5, 6, 7 kanan rahang atas

2. Sextan 2 : gigi 1, 2, 3 kanan rahang atas dan 1, 2, 3 kiri rahang

atas

3. Sextan 3 : gigi 4, 5, 6, 7 kanan rahang atas

4. Sextan 4 : gigi 4, 5, 6, 7 kanan rahang bawah

5. Sextan 5 : gigi 1, 2, 3 kanan rahang bawah dan kiri rahang bawah

6. Sextan 6 : gigi 4, 5, 6, 7 kiri rahang bawah

1 2 3

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 74 5 6

Suatu sextan dapat diperiksa bila sextan tersebut terdapat paling sedikit 2

gigi dan tidak merupakan indikasi untuk pencabutan. Jika di sextan

hanya ada 1 gigi saja, gigi tersebut dimasukkan ke sextan di sebelahnya.

Dengan demikian sextan dengna 1 gigi tidak diberi skor/nilai. Penilaian

untuk satu sextan adalah keadaan yang terparah/skor yang paling tinggi.

(Eliza Herijulianti, 2001)

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi

Dalam hal ini banyak sekali yang mempengaruhi kesehatan gigi, antara

lain :

a. Gizi makanan, perlu kita ketahui bahwa benih gigi seudah terbentuk

waktu janin (embrio) berusia ½ bulan dalam kandungan. Makanan-

makanan ini sudah tercakup dalam empat sehat lima sempurna.

Dalam hal ini makanan mempunyai 3 pengaruh:

1. Pengaruh selama pembentukan gigi

Zat kapur merupakan bahan utama dalam pembentukan enamel,

di samping vitamin C, D dan lain-lain.

2. Bila gigi sudah tumbuh

Makanan yang empuk dan lunak tidak memerlukan pengunyahan

yang sulit. Sering tidaknya ktia makan juga mempengaruhi.

Pengaruh asam dari zat hidrat arang dalam mulut terjadi selama

40 menit pertama sesudah makan. Kalau kita makan 3 kali sehari

maka pengaruh asam hanya terjadi selama 3 x 30 menit = 1 ½

jam/hari.

b. Jenis makanan, makanan yang mudah lengket dan menempel digigit

seperti permen dan coklat, makanan ini sangat disukai oleh anak-

anak. Hal ini yang mengakibatkan gangguan. Makanan tadi mudah

tertinggal dan melekat pada gigi dan bila terlalu sering dan lama akan

berakibat tidak baik. Makanan yang manis dan lengket tersebut akan

bereaksi di mulut dan asam yang merusak email gigi.

c. Kebersihan gigi, biasakanlah anak-anak agar selalu menyikat giginya

atau berkumur-kumur setiap selesai makan atau sebelum tidur.

d. Kepekatan air ludah, pada orang-orang yang mempunyai air ludah

yang sangat pekat dan sedikit akan lebih mudah giginya menjadi

berlubang dibandingkan dengan air ludah yang encer dan banyak,

sebab pada anak yang beair ludah pekat dan sedikit maka sisa

makanan akan mudah menempel pada permukaan gigi.

(Moestopo, 1982)

2.2.3. Perawatan Gigi

Pemeriksaan dan perawatan gigi, idealnya dilaksanakan pada saat mulai

tumbuhnya gigi pertama atau pada usia 2 tahun (Nelson, 1995).

Menurut Syamsul Adam (1995), pemeliharaan dan perawatan gigi pada

umumnya ditujukan untuk mencegah timbulnya kerusakan gigi, antara

lain :

1. Tidak memakan makanan yang banyak mengandung rasa manis

2. Menggunakan gigi tidak pada makanan yang keras

3. Menghindari atau mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan

4. Menyikat gigi segera setelah makan. Terutama tergantung pada

teknik menyikat gigi dan bukan pada macamnya sikat gigi yang

dipakai. Menyikat gigi yang baik adalah dari gusi ke puncak gigi,

membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang terdapat di sela-sela

gigi. Macam sikat gigi tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek.

Paling sedikit menggosok gigi dan berkumur-kumur dua kali sehari,

sesudah makan dan sebelum tidur.

5. Pemeliharaan gigi secara teratur

Pemeriksaan gigi dan bila gigi sakit, segera ke dokter untuk

mendapatkan pengobatan. Secara teratur sebaliknya 6 bulan sekali.

Maksud dari pemeliharaan gigi yaitu mencegah penyakit-penyakit

mulut dan gigi serta mempertinggi daya tahan tubuh.

Menurut Donald (1974) ada hubungan erat antara derjat kebersihan

gigi dan keadaan jaringan giginya. Bunting (1952) mengatakan

bahwa kebersihan gigi dan mulut memang peranan penting dalam

pengendalian penyakit gigi.

Menyikat gigi adalah suatu cara yang umum diajurkan untuk

membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi.

Menyikat gigi adalah salah satu peosedur terhadap terjadinya

penyakit gigi, karena dengan menyikat akan bisa menghilangkan

plag yang merupakan salah satu faktor penyakit gigi (Craig dan

Dann, 1971)

a. Usaha-usaha untuk mendapatkan gigi yang bersih

1. Menggosok gigi dengan teliti – pakailah zat pewarna plag

untuk dapat melihat bagian-bagian gigi yang belum bersih.

2. Menggosok gigi dengan teratur – setiap hari kita perlu

menggosok gigi, juga pada malam hari sebelum tidur.

3. Menggosok gigi dengan tekun – pada mulanya memang sulit

menggosok gigi sampai benar-benar bersih, tetapi kalau

tekun berlatih, maka hasilnya akan sangat memuaskan.

b. Cara dan saat menggosok gigi

Petunjuk pertama:

Biasakan menggosok gigi di depan cermin. Dan jangan lupa

memakai zat pewarna plag.

Petunjuk kedua:

Untuk menggosok gigi, lazimnya digunakan sebuah sikat gigi.

Tetapi ini tergantung pada setiap keluarga. Bila akan sikat gigi

maka pilihlah:

1. Sikat gigi dengan tangkai yang lurus dan mudah dipegang

2. Kepala sikat harus yang kecil

Sebagai patokan, panjang kepala sikat gigi harus dengan

jumlah empat gigi keempat gigi depan rahang bawah (lebar

keempat gigi seri bawah). Kalau kepala sikat gigi terlalu

panjang maka bulu sikat gigi bagian tangkai boleh dipotong

atau dicabut.

3. Bulu sikat gigi harus sama panjangnya, sehingga membentuk

permukaan yang datar. Yang baik adalah sikat gigi dengan

bulu sikat yang berderat dua, dan bulu sikat terbuat dari nilon

yang tidak begitu kaku.

Sebagai pengganti dari sikat gigi dapat kita pakai kulit dari buah

pinang atau kelapa. Potonglah dari kulit ini sebagian 1 ½ cm,

dan panjang secukupnya saja agar mudah dipegang. Buah kulit

luarnya keras dan tumbuklah sedikit ujungnya agar sabutnya

terurai.

Tapal Gigi

Tapal gigi membantu membersihkan gigi dan memberi rasa yang

segar sesudah menyikat.

Kebiasaan menyikat dengan arang atau batu apung yang

dihaluskan, abu atau pasir yang dihaluskan, tidak baik karena

lambat laun lapisan enamel terkikis oleh bahan ini, sehingga gigi

cepat rusak.

Petunjuk ketiga:

Cara menggosok gigi

Cara menggosok gigi yang dianjurkan dengan cara gerakan-

grakan yang pendek, yakni menggosok gigi berulang-ulang pada

satu tempat dahulu, sebelum pindah ke tempat lain.

Untuk jelasnya, perhatikan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Cara meletakkan sikat gigi. Tangkai sikat gigi dilektakkan

pada dataran pengunyah. Perhatikan, ujung-ujung sikat

terletak pada perbatasan gigi dengan gusi.

2. Sikat gigi kemudian dimiringkan sedikit.

a. Menggosok permukaan gigi yang menghadap ke

pipi/bibir

- Sikat gigi digerakkan dengna gerakan maju-mundur

yang pendek. Artinya sikat gigi diergakkan di tempat

- Sesudah itu siakt gigi digerakkan ke tempat

berikutnya

- Menggosok gigi depan

Gosoklah semua gigi yang menghadap ke pipi/bibir.

Pindah sikat gigi secara teatur, dan gosoklah giri

dengan teliti. Sikat gigi jangan ditekan sewaktu

menggosok gigi.

b. Menggosok datar pengunyah dari gigi di rahang atas

maupun di rahang bawah digosok dengan gerakan maju-

mundur.

Perhatikan:

Cara menggosok gigi di rahang atas adalah sama dengan cara

yang sudah diajurkan untuk menggosok gigi di rahang bawah

Petunjuk keempat:

Bagian-bagian dari gigi yang memerlukan perhatian yang khusus

di bawah menggosok gigi adalah:

1. Bagian gigi yang berdekatan dengan gusi

2. Di rahang bawah bagian pipi yang menghadap ke lidah

3. Pada gigi belakang (geraham) bagian yagnmenghadap ke pipi

Petunjuk kelima:

Agar sikat gigi tidak cepat rusak, maka sesudah dipakai

digantung di tempat di mana terkena angin agar cepat mengering.

Periksa gigi

Pemeriksaan gigi perlu dilakukan secara teratur sebab demikian

dapat diketahui kelainan yang ada di mulut pada tahap

permulaan. Pemeriksaan gigi dapat dilakukan oleh perawat gigi

yang mengunjungi tiap sekolah atau anak-anak dapat

memeriksakan giginya ke poliklinik gigi yang terdekat.

Pemeriksaan gigi yang sederhana dapat dilakukan oleh guru

adalah :

1. Ada tidaknya gigi berlubang

2. Apakah gigi sehat atau tidak

3. Bersih atau tidak keadaan mulut murid

c. Menggosok permukaan gigi yang menghadap ke lida

- Perhatikan letak sikat gigi. Gosoklah dahulu yang

letak di belakang.

- Sikat gigi kemudian dipindahkan

- Menggosok gigi depan

Gosok semua permukaan gigi yang menghadap ke

lidah. Pindahkan sikat gigi dengan teratur, dan

gosoklah gigi dengan teliti. Sikat gigi jangan ditekan

sewaktu menggosok gigi.

2.3. Peran Perawat Dalam Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

Untuk mencapai tujuandalam usaha kesehatan gigi maka peran perawat adalah

meningkatkan, mencegah dan membina usaha kesehatan gigi anak. Peran perawat di

sini seperti halnya peran tenaga kesehatan lainnya yang diadakan oleh program

puskesmas. Peran-peran lainnya adalah :

a. Pembinaan atau pengembangan

- penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

- pemeriksaan sepintas

- pengobatan sederhana

- rujukan

b. Pelayanan asuhan pada kelompok rawan

Dalam hal ini ditujukan pada anak sekolah. Pada Pelita IV baru mencapai anak

pendidikan dasar.

c. Pelayanan medik dasar

Pelayanan ini meliputi : pengobatan, pemulihan, pencegahan khusus, dan

berbagai kegiatan dasar.

- Memberikan medik dasar pada penderita yang berobat maupun yang rujuk

- Merujuk kasus-kasus ysng tidak dapat ditanggulangi ke sarana pelayanan

yang lebih mampu

- Memberikan penyuluhan

- Hygienik klinik

- Memelihara merawat peralatan/obat-obatan

(Direktorat Kesehatan Gigi Depkes RI 2000. Pedoman Puskesmas, Jakarta)

2.4. Kerangka Konsep

Anak SD

Faktor-faktor yang mem-

pengaruhi kesehatan gigi

a. Gizi makanan b. Jenis makanan c. Kebersihan gigi d

Masalah yang sering

ditimbulkan:

a. Gigi karies b

Perawatan kesehatan gigi

a. Tidak makan makanan manis b. Tidak makan makanan keras c. Menghindari atau mencegah

terjadinya kecelakaan/traumad. Menyikat gigi segera setelah

makane. Pemeliharaan gigi secara teratur

Penilaian kondisi jaringan

gigi/status kesehatan gigi :

1. Sehat (0)2. Perdarahan (1)3. Ada karang gigi (2)4. Pocket 4 - 5 mm (3)5. Pocket 6 mm/lebih (4)

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian Status Kesehatan Gigi pada Anak dan

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan Gigi

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode diskriptif, yaitu suatu metode penulisan yang dilakukan dengan

tujuan untuk membuat gambaran atau diskriptif tentang suatu keadaan secara objektif.

Dalam penelitian ini menggunakan desain diskriptif adalah dengan survei aitu

menggunakan beberapa pertanyaan, dan penelitian tersebut itdak dilkaukan kepada

seluruh obyek yang diteliti atau populasi, tetapi hanya mengambil sebagian dari

populasi tersebut yang dalam hal ini siswa SDN Karangsoko III Trenggalek yang

status kesehatan giginya dipengaruhi oleh faktor-faktor kesehatan gigi.

33

34

3.2 Kerangka Kerja (Frame Work)

Populasi : Anak SDN Karangsoko III Trenggalek

Penetapa Sampel (Kriteria Inklusi),Sampel:Random Sampling

Identifikasi Status Kesehatan Gigi dan Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Kesehatan Gigi

Analisa data

Hasil : Status Kesehatan Gigi

pada Anak dan Faktor-faktor

Yang Mempengaruhi

Kesehatan Gigi

Penyajian Hasil

Kesimpulan

3.3 Identifikasi variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap

sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain).(Nursalam, 2003: 101)

Identifikasi variabel ini adalah status kesehatan gigi dan faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan gigi.

35

3.4 Definisi Operasional Varibel

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor

1. Status

kesehatan gigi

dan faktor-

faktor yang

mempengaruhi

kesehatan gigi

Pencegahan penyakit

gigi dengan

perawatan kebersihan

gigi berdasarkan

standar kesehatan

gigi dengan

mengetahui faktor-

faktoryang

mempengaruhi

kesehatan gigi:

a. Gizi makanan b.

Jenis makanan c.

Kebersihan gigi

d. Kepekatan airludah

Standar

kesehatan

gigi yang

baik

Lembar

observasi

Quesioner

Interval

Ordinal

Status

kesehatan

gigi:

Sehat

Berdarah

Berkarang

Faktor-

faktor yang

mempengaru

hi kesehatan

gigi:

No :

1,2,6,7,11,12

selalu= 1

sering=2

kadang-

kadang=3

hampir tidak

pernah=4

tidak

pernah=5

No:

3,4,5,8,9,10,

13,14,15

selalu=5

sering=4

kadang-

kadang=3

36

hampir tidak

pernah=2

tidak

pernah=1

3.5 Sampling Desain

3.5.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian atau obyek

yang akan diteliti (Nortoatmojo, 1993:35)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak SDN Karangsoko

III Trenggalek, sebanyak 95 anak.

37

3.5.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari obyek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi (Srikandi K, 1997:18)

Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan

atau yang layak untuk diteliti.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini :

- Anak bersedia untuk diteliti

- Anak SDN Karangsoko III Trenggalek

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini :

Anak yang tidak bersedia diteliti

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel

(Chandra, 1995:41)

Sehubungan dengan keterbatasan biaya dan waktu yang dimiliki peneliti,

sehingga tidak memungkinkan mengambil semua populasi terjangkau.

Oleh karena itu kami mengambil sampel dalam penelitan anak.

3.5.3. Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyelesaikan porsi dari

populasi untuk dapat mewakili populasi (Burn & Grove, 1991:37).

Peneliti ini menggunakan “Random Sampling”, atau pengambilan secara

acak sederhana.

38

3.6 Pengumpulan Data dan Analisis Data

3.6.1. Instrumen atau alat ukur

Pada peneliti ini menggunakan alat ukur lembar observasi dan

quesioner. Lembar observasi status kesehatan gigi berdasarkan kondisi

jaringan periodental terdiri dari 3 kategori yaitu gigi sehat, perdarahan,

ada karang gigi. Sedangkan jumlah quesioner ada 15 meliputi jenis

makanan, gizi makanan, kebersihan gigi dan kepekatan air ludah.

3.6.2. Pengumpulan Data

Setelah data terkumpul akan dilakukan pengolahan data dengan tahap :

1. Editing : untuk mengetahui dan mengecek apakah yang dikumpulkan

sudah teliti semua atau belum

2. Coding: mengklasifikasikan jawaban dengan memberi kode pada

masing-masing jawaban

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala lihat, karena skala ini

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang/

mengukur orang tentang fenomena sosial (Sugiono, 2002:73).

3.6.3. Metode Analisa Data

Teknik diskriptif kuantitatif dengan presentase artinya bahwa

penelitian ini dilakukan untuk memenuhi status sesuatu yang

diinterpretasikan dan disajikan tetap berupa persentase lalu ditafsirkan

dalam kalimat yang kualitatif (Sigarimbun, 1995).

39

Analisa data di atas dilakukan pada setiap responden, score yang

didapat tiap responden yaitu dengan rumus :

Nilai Akhir = Nilai yang didapat

x 100%∑ Re sponden

Dalam hal ini memerlukan angket dan lembar observasi untuk alat

bantu.

3.7 Ethical Clearance

Sebelum para subyek yang diteliti memberikan jawaban pada angket, para

subyek akan diberi penjelasan mengenai manfaat dan tujuan penelitian.

Responden akan dilindungi haknya untuk menjamin kerahasiaan identitas

responden. Selanjutnya responden diminta untuk menjadi partisipan dalam

penelitan ini, setelah responden menandatangani surat persetujuan maka

responden diperbolehkan menjawab quesioner yang diberikan peneliti.

3.7.1 Inform Concern atau Surat Persetujuan Penelitian

Inform Concern atau Surat Persetujuan Penelitian riset diberikan oleh

responden yang berisi tentang informasi studi penelitian dan penjelasan

tentang tujuan penelitan, sehingga responden bersedian untuk terlibat

atau tidak.

3.7.2 Kerahasiaan

Kerahasiaan mengacu pada tanggung jawab peneliti untuk melindungi

semua data yang dikumpulkan dalam lingkup proyek dari pemberitahuan

kepada yang lain.

40

Mekanisme yang digunakan untuk melindungi data yang dikumpulkan

dalam studi riset dengan cara memusnahkan daftar nama peserta proyek.

Anonitas mengacu pada tindakan merahasiakan nama peserta terkait

dengan partisipasi mereka dalam suatu proyek riset.

3.7.3 Confident

Confident atau kejujuran merujuk kepada kebenaran dalam memberikan

informasi yang akurat tentang studi riset atau memberikan responden

informasi yang akurat mengenai partisipasi mereka dalam proyek.

3.8 Keterbatasan Penelitian

3.8.1 Instrumen atau Alat Ukur

Dalam penelitian ni terdapat beberapa keterbatasan mengenai instrumen

atau alat ukur dalam penulisan karya tulis atau riset yaitu lembar observasi

dan quesioner yang kurang memadai.

3.8.2 Sampling Desain

Peneliti menggunakan metode Sample Random Sampling karena waktu

dan dana yang dimiliki oleh peneliti.

3.8.3 Faktor Fisibilit

Dalam pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan quesioner

tertutup, hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu dan dana dalam

melakukan penelitian ini.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas hasil dan pembahasan penelitian dengan judul

“Status Kesehatan Gigi pada Anak dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan

Gigi di SDN Karangsoko III Trenggalek”.

Sample yang digunakan adalah semua siswa SDN Karangsoko III Trenggalek.

Prosedur penelitian ini adalah responden diberi informasi dan penjelasan tentang

tujuan penelitian, sehingga responden bersedia untuk terlibat atau tidak. Selanjutnya

angket disebarkan kepada responden yang bersedia ikut dan melakukan observasi

secara langsung tentang status kesehatan gigi. Dari hasil angket yang telah diisi oleh

responden serta hasil observasinya, maka hasil dari masing masing-masing angket

dan lembar observasi ditabulasikan kemudian diinterpretasikan dianalisa dan

disajikan dalam bentuk tabulan.

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Data Umum

4.1.1.1 Karakteristik Responden berdasarkan umur

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur siswa SDN

Karangsoko III Trenggalek

No Umur Frekuensi Prosentase

1. 7-8 2 8%

2. 9-10 18 72%

3. 11-12 5 20%

42

43

Dari 25 responden didapatkan bahwa siswa yang berusia 7-8 tahun (8%), usia 9-10

tahun (72%), usia 11-12 tahun (20%).

4.1.1.2 Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin pada siswa SDN

KarangsokoIII Trenggalek

No Jenis kelamin Frekuensi Prosentase

1. Laki-laki 8 32%

2. perempuan 17 68%

Jumlah 25 100%

Dari 25 responden didapatkan bahwa prosentase tertinggi pada jenis kelamin

perempuan (68%) dan laki-laki (32%)

4.1.2. Data Khusus

4.1.2.1 Status Kesehatan Gigi

Kesehatan gigi seseorang dapat dilihat dari keadaan gigi yang sehat, adanya

karang gigi ataupun gigi yang sering berdarah.

Tabel.4.3 Status kesehatan gigi/ kondisi jaringan periodental di SDN Karangsoko III Trenggalek.

No Karakteristik

Responden

Sehat Berdarah Karang gigi Jumlah

F % F % F % F %

1. Umur

− 7-8− 9-10− 11-12

0

0

2

0%

0%

8%

1

7

1

4%

28%

4%

1

11

2

4%

44%

8%

2

18

5

8%

72%

20%

Jumlah 2 8% 9 36% 14 56% 25 100%

44

Dari tabel di atas diketahui tingkat status kesehatan gigi terbanyak dengan

usia 9-10 tahun sebanyak 11 responden (44%) untuk karang gigi, 7 responden

(28%)untuk gigi berdarah, sehat 0. Usia 11-12 tahun sebanyak 2 responden (8%)

untuk karang gigi,2 responden (8%) untuk gigi sehat,1 responden (4%) untuk gigi

berdarah. Usia 7-8 tahun sebanyak 1 responden (4%) untuk karang gigi dan berdarah,

sehat 0.Maka tingkat tertinggi pada status karang gigi 14 responden(56%), berdarah 9

responden (36%),sehat 2 responden (8%).

4.1.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi

Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi diantaranya

gizi makanan, jenis makanan, kebersihan gigi, dan kepekatan air ludah.

Tabel 4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi pada siswa SDN

Karangsoko III Trenggalek.

No. Karakteristik

Responden

Gizi

makanan

Jenis

Makanan

Kebersihan Kepekatan

air ludah

jumlah

F % F % F % F % F %

1. Umur

− 7-8− 9-10− 11-12

1

5

2

4%

20%

8%

1

1

1

4%

4%

4%

2

7

0

8%

28%

0%

0

5

0

0%

20%

0%

4

18

3

16%

72%

12%

Jumlah 8 32% 3 12% 9 36% 5 20% 25 100%

Dari tabel di atas didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan

gigi terbanyak pada usia 9-10 tahun pada faktor kebersihan gigi 7 responden (28%),5

responden (20%) pada kepekatan air ludah dan gizi makanan,1 responden (4%) pada

jenis makanan. Usia 7-8 tahun pada kebersihan gigi 2 responden (8%),1 responden

UsiaStatus Kesehatan

GigiFaktor Kesehatan

GigiF %

7 – 8 tahun

Berdarah

Gizi Makanan 0 0 %Jenis Makanan 1 4 %Kebersihan gigi 1 4 %Kepekatan air ludah 0 0 %

Karang Gigi

Gizi Makanan 1 4 %Jenis Makanan 0 0 %Kebersihan gigi 1 4 %Kepekatan air ludah 0 0 %

9 – 10 tahun

Berdarah

Gizi Makanan 3 12 %Jenis Makanan 0 0 %Kebersihan gigi 3 12 %Kepekatan air ludah 1 4 %

Karang Gigi

Gizi Makanan 2 8 %Jenis Makanan 2 8%Kebersihan gigi 4 16 %Kepekatan air ludah 3 12%

11 – 12 tahun

Sehat

Gizi Makanan 0 0 %Jenis Makanan 0 0 %Kebersihan gigi 1 4%Kepekatan air ludah 0 0%

Berdarah

Gizi Makanan 1 4%Jenis Makanan 0 0%Kebersihan gigi 0 0 %Kepekatan air ludah 0 0 %

45

(4%) pada gizi makanan dan jenis makanan 0 responden untuk kepekatan air

ludah.Usia 11-12 tahun pada faktor gizi makanan 2 responden (8%) , 1 responden

(4%) untuk jenis makanan,0% untuk kebersihan gigi dan kepekatan air ludah.Maka

faktor tertinggi pada kebersihan gigi 9 responden(36%),gizi makanan 8

responden(32%),kepekatan air ludah 5 responden (20%),jenis makanan 3 responden

(12%).

4.1.2.3. Status Kesehatan Gizi dan Faktor-faktornya

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi status kesehatan gigi dan faktor-faktornya pada siswaSDN Karang soko III Trenggalek.

46

Karang Gigi

Gizi Makanan 0 0 %Jenis Makanan 1 4 %Kebersihan gigi 0 0 %Kepekatan air ludah 0 0 %

Dari tabel di atas didapatkan bahwa responden usia 9-10 tahun status

kesehatan gigi dipengaruhi oleh faktor kebersihan gigi 4 responden (16%), kepekatan

air ludah 3 responden (12%),jenis makanan dan gizi makanan 2 responden

(8%);untuk gigi berdarah dipengaruhi faktor kebersihan gigi dan jenis makanan 3

responden (12%),kepekatan air ludah 1 responden (4%).Usia 7-8 tahun status

kesehatan gigi berdarah dipengaruhi oleh faktor jenis makanan dan kebersihan gigi 1

responden (4%);karang gigi dipengaruhi faktor gizi makanan dan kebersihan gigi 1

responden (4%).Usia 11-12 tahun status gigi sehat dipengaruhi olehkebersihan gigi 1

responden (4%), berdarah dipengaruhi faktor gizi makanan 1 responden(4%),karang

gigi dipengaruhi faktor jenis makanan 1 responden (4%).

4.2. Pembahasan

4.2.1. Status Kesehatan Gigi

Program kesehatan gigi dan mulut telah dilaksanakan sejak Pelita I sampai

Pelita VI. Diharapkan pada tahun 2000 setiap orang baik diperkotaan maupun di

pedesaan memperoleh kesehatan yang memadai. Hal ini berbeda dengan pelayanan

kesahatan gigi dan mulut walupun telah dilakukan berbagai upaya pelayanan

kesehatan gigi dan mulut. Angka kesakitan penyakit gigi dan mulut cenderung

meningkat.

47

Tabel.4.3 tentang Status kesehatan gigi di SDN Karangsoko III Trenggalek

pada siswa SDN Karangsoko III Trenggalek didapatkan tingkat status kesehatan gigi

terbanyak dengan usia 9-10 tahun sebanyak 11 responden (44%) untuk karang gigi, 7

responden (28%)untuk gigi berdarah, sehat 0. Usia 11-12 tahun sebanyak 2 responden

(8%) untuk karang gigi,2 responden (8%) untuk gigi sehat,1 responden (4%) untuk

gigi berdarah. Usia 7-8 tahun sebanyak 1 responden (4%) untuk karang gigi dan

berdarah, sehat 0.Maka tingkat tertinggi pada status karang gigi 14 responden(56%),

berdarah 9 responden (36%),sehat 2 responden (8%).

Menurut peneliti hal ini disebabkan karena kebersihan gigi yang kurang. Hal

ini sesuai dengan pernyataan drg. Irene yang menyatakan bahwa kerusakan gigi

disebabkan oleh sisa makanan atau kuman yang menempel yang akirnya membentuk

plak, jika tidak dibersihkan akan mengeras dan menjadi karang gigi dan bisa

merambat ke akar gigi. Akibatnya gigi mudah berdarah, gigi mudah goyah dan

tanggal (www. http//wartamikael.org)

Menurut Didit Aktono Hadi (2003 ) proses kerusakan gigi geligi diawali

dengan adanya lubang gigi atau disebut juga karies. Karies adalah kerusakan yang

terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin (tulang

gigi). Gigi yang mudah sekali terserang karies gigi adalah gigi sulung (gigi anak), ini

disebabkan karena struktur giginya lebih tipis dan lebih kecil dibandingkan dengan

gigi dewasa (gigi tetap), selain itu disebabkan oleh perawatan yang kurang serta jenis

makanan, keadaan air ludah serta gizi makanan. Hal ini sesuai juga dengan hasil

suvey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 1995) bahwa penyakit gigi dan mulut yang

48

diemukan di masyarakat masih berkisar pada penyakit yang menyerang jaringan

keras gigi dan penyakit periodental.

4.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi

Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi antara lain gizi makanan,

jenis makanan, kebersihan gigi, dan kepekatan air ludah. Dari tabel 4.4 Faktor-faktor

yang mempengaruhi kesehatan gigi pada siswa SDN Karangsoko III Trenggalek

didapatkan terbanyak pada usia 9-10 tahun pada faktor kebersihan gigi 7 responden

(28%),5 responden (20%) pada kepekatan air ludah dan gizi makanan,1 responden

(4%) pada jenis makanan. Usia 7-8 tahun pada kebersihan gigi 2 responden (8%),

1 responden (4%) pada gizi makanan dan jenis makanan 0 responden untuk

kepekatan air ludah.Usia 11-12 tahun pada faktor gizi makanan 2 responden (8%), 1

responden (4%) untuk jenis makanan,0% untuk kebersihan gigi dan kepekatan air

ludah.Maka faktor tertinggi pada kebersihan gigi 9 responden(36%),gizi makanan 8

responden(32%),kepekatan air ludah 5 responden (20%),jenis makanan 3 responden

(12%).

Menurut peneliti bahwa faktor yang sangat berpengaruh pada status kesehatan

pada sisiwa SDN Karangsoko III Trenggalek adalah faktor kebersihan gigi karena

kerusakan gigi dapat dicegah salah satunya dengan perawatan gigi (sikat gigi)

sesudah makan dan sebelum tidur. Menurut Bunting (1952) mengatakan bahwa

kebersihan gigi dan mulut memegang peranan penting dalam pengendalian penyakit

gigi.Menurut Donald (1974) ada hubungan erat antara derajat kebersihan gigi dan

keadaan jaringan giginya.

49

Dari tabel 4.5 tentang status kesehatan gigi dan faktor yang

mempengaruhinya didapatkan bahwa responden usia 9-10 tahun status kesehatan

gigi dipengaruhi oleh faktor kebersihan gigi 4 responden (16%), kepekatan air ludah

3 responden (12%), jenis makanan dan gizi makanan 2 responden (8%); untuk gigi

berdarah dipengaruhi faktor kebersihan gigi dan jenis makanan 3 responden (12%),

kepekatan air ludah 1 responden (4%).Usia 7-8 tahun status kesehatan gigi berdarah

dipengaruhi oleh faktor jenis makanan dan kebersihan gigi 1 responden (4%); karang

gigi dipengaruhi faktor gizi makanan dan kebersihan gigi 1 responden (4%). Usia 11-

12 tahun status gigi sehat dipengaruhi oleh kebersihan gigi 1 responden (4%),

berdarah dipengaruhi faktor gizi makanan 1 responden(4%), karang gigi dipengaruhi

faktor jenis makanan 1 responden (4%).

Menurut peniliti bahwa status kesehatan gigi berhubungan erat dengan

faktor-faktor yanga mempengaruhinya. Hal itu sesuai dengan pernyataan Donald

(1974) ada hubungan erat antara derajat kebersihan gigi dan keadaan jaringan

giginya.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari analisa yang telah dilakukan terdapat hasil penelitian ini maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Status kesehatan gigi di SDN Karangsoko III Trenggalek pada siswa SDN

Karangsoko III Trenggalek didapatkan tingkat status kesehatan gigi terbanyak

dengan usia 9-10 tahun sebanyak 11 responden (44%) untuk karang gigi, 7

responden (28%)untuk gigi berdarah, sehat 0. Usia 11-12 tahun sebanyak 2

responden (8%) untuk karang gigi, 2 responden (8%) untuk gigi sehat, 1

responden (4%) untuk gigi berdarah. Usia 7-8 tahun sebanyak 1 responden

(4%) untuk karang gigi dan berdarah, sehat 0. Maka tingkat tertinggi pada

status karang gigi 14 responden(56%), berdarah 9 responden (36%), sehat 2

responden (8%).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi pada siswa SDN

Karangsoko III Trenggalek didapatkan terbanyak pada usia 9-10 tahun pada

faktor kebersihan gigi 7 responden (28%), 5 responden (20%) pada kepekatan

air ludah dan gizi makanan, 1 responden (4%) pada jenis makanan. Usia 7-8

tahun pada kebersihan gigi 2 responden (8%), 1 responden (4%) pada gizi

makanan dan jenis makanan 0 responden untuk kepekatan air ludah.Usia 11-

12 tahun pada faktor gizi makanan 2 responden (8%), 1 responden (4%) untuk

jenis makanan, 0% untuk kebersihan gigi dan kepekatan air ludah.Maka faktor

tertinggi pada kebersihan gigi 9 responden(36%),gizi makanan 8

50

51

responden(32%),kepekatan air ludah 5 responden (20%),jenis makanan 3

responden (12%).

3. Status kesehatan gigi dan faktor yang mempengaruhinya didapatkan bahwa

responden usia 9-10 tahun status kesehatan gigi dipengaruhi oleh faktor

kebersihan gigi 4 responden (16%), kepekatan air ludah 3 responden (12%),

jenis makanan dan gizi makanan 2 responden (8%); untuk gigi berdarah

dipengaruhi faktor kebersihan gigi dan jenis makanan 3 responden (12%),

kepekatan air ludah 1 responden (4%). Usia 7-8 tahun status kesehatan gigi

berdarah dipengaruhi oleh faktor jenis makanan dan kebersihan gigi 1

responden (4%); karang gigi dipengaruhi faktor gizi makanan dan kebersihan

gigi 1 responden (4%). Usia 11-12 tahun status gigi sehat dipengaruhi oleh

kebersihan gigi 1 responden (4%), berdarah dipengaruhi faktor gizi makanan 1

responden(4%), karang gigi dipengaruhi faktor jenis makanan 1 responden

(4%).

5.2. Saran

1. Institusi keperawatan

Diharapkan dapat terjun langsung melalui Program Keperawatan Masuk Desa

/ PKLuntuk layanan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat khususnya

siswa SD

2. Instansi pendidikan

Meningkatkatkan Usaha Kesehatan Sekolah dengan mengadakan Healt

Education, memotivasi dan menjaring layanan kesehatan gigi sekolah

52

3. Siswa SD

Dapat memanfaatkan sarana dan prasarana layanan kesehatan khususnya

kesehatan gigi dan mulut melalui UKS dan PKM untuk meningkatkan derajad

kesehatan gigi.

4. Instansi Layanan Kesehatan

Diharapkan dapat memperikan penyuluhan dan perawatan kesehatan gigi dan

mulut pada masyarakat dan pada anak SD khususnya.

53

DAFTAR PUSTAKA

( http://www . wartami k ael.O r g ) Tips Perawatan Gigi 9 Januari 2002

http://www.Gizi.Net/lain/download/SKG.doc

h ttp://www.med ia-indonesia.com/ce tak/beri ta.asp

Adam, Syamsuri. 1995. Hygiene Perseorangan. Bharata, Jakarta Hal : 30 - 35

Bunting. 1952. dikutip oleh Kusdarini, Rahayu. 1986. Pengaruh PenyuluhanKesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Luar Biasa, Hal : 13

Craig dan Dunn. 1971. dikutip dari Kusdarini, Rahayu. 1986. PengaruhPenyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Luar Biasa, Hal : 14

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kamus Besar BahasaIndonesia, Balai Pustaka. Jakarta

Donald. 1974. dikutip oleh Kusdarini, Rahayu. 1986. Pengaruh PenyuluhanKesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Luar Biasa, Hal : 14

Herijulianti, Eliza. 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. Penerbit Buku KedokteranEGC. Jakarta.

Indonesia, Direktoran Kesehatan Gigig Depkes RI. Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas, Direktorat Kesehatan Gigi Depkes RI, 2000

Indonesia. Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut di Sekolah, Jakarta. Depkes RI. 1996

Mary, Z.B. 1995. Ilmu Gizi dan Diet. Churchil Lvingstone. Yogyakarta. Hal.175 -176.

Nelson. 1995. Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah 2, Buku Kedokteran. JakartaHal. 375 – 382

Nursalam. 2000. Pendekatan Praktis Metodologi Riset-riset Keperawatan. CV.Sagung Seto. Jakarta

Paramita, Pradnya. 2000. Memahami Pertumbuhan dan Kelainan Gizi Anak.Trubus Agriwidya. Anggota IKAPI. Hal. 1 – 42

Tarigan, Rasinta, 1993. Kesehatan Gigi dan Mulut. Edisi Revisi, Penerbit BukuKedokteran. Jakarta