21
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Enam kategori gangguan pengendalian impuls yang tidak diklasifikasikan di tempatlain (impulse-control disorders not elsewhere classified) dituliskan di dalam Diagnostic andStatistical Manual of Mental Disorders edisi keeempat (DSM- IV): gangguan eksplosif intermiten, kleptomania, piromania, berjudi patologis, trikotilomania, dan gangguanpengendalian impuls yang tidak ditentukan. Kita tahu bahwa seseorang yang mencuri tidak selalu menderita kleptomania. Halyang sama juga berlaku bahwa tidak semua orang yang melalukan pembakaran dianggapmenderita piromania. Gangguan ini jarang dan piromania terdiagnosis diantara kurang empatpersen arsonists (pelaku pembakaran rumah). Karena begitu sedikitnya orang yangdidiagnosis dengan gangguan ini, penelitian tentang etiologi dan penanganannya nyaris tidak ada. Hampir setiap gejala kejiwaan dapat dikaitkan dengan kriminalitas, karena gejaladapat merusak penilaian dan

Jiwa Fenomenal baru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

abnbnxb

Citation preview

Page 1: Jiwa Fenomenal baru

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Enam kategori gangguan pengendalian impuls yang tidak diklasifikasikan di

tempatlain (impulse-control disorders not elsewhere classified) dituliskan di dalam

Diagnostic andStatistical Manual of Mental Disorders edisi keeempat (DSM-IV): gangguan

eksplosif intermiten, kleptomania, piromania, berjudi patologis, trikotilomania, dan

gangguanpengendalian impuls yang tidak ditentukan. Kita tahu bahwa seseorang yang

mencuri tidak selalu menderita kleptomania. Halyang sama juga berlaku bahwa tidak semua

orang yang melalukan pembakaran dianggapmenderita piromania. Gangguan ini jarang dan

piromania terdiagnosis diantara kurang empatpersen arsonists (pelaku pembakaran rumah).

Karena begitu sedikitnya orang yangdidiagnosis dengan gangguan ini, penelitian tentang

etiologi dan penanganannya nyaris tidak ada.

Hampir setiap gejala kejiwaan dapat dikaitkan dengan kriminalitas, karena

gejaladapat merusak penilaian dan melanggar norma-norma sosial. Sebuah penelitian

individudengan gangguan psikotik menemukan bahwa mereka dengan penyakit mental

yangbertanggung jawab hanya 5% dari semua kejahatan kekerasan. Pengecualian aturan

inimelibatkan pelaku seksual yang memiliki tingkat tinggi gangguan penggunaan zat,

parafilia,gangguan mood, gangguan pengendalian impuls, gangguan kecemasan, gangguan

makan, dan gangguan kepribadian antisosial. Pengecualian lainnya termasuk gangguan

kepribadianantisosial dan penyalahgunaan zat. Sejarah psikiatrik terdokumentasi yang hadir

dalam 90% dari pelaku pembakaran,skizofrenia atau gangguan bipolar hadir di 36% dari

Page 2: Jiwa Fenomenal baru

orang-orang. Orang-orang yangmengkonsumsi alkohol atau obat-obatan yang digunakan

selama aktivitas pembakaran terjadisebanyak 64%. Meskipun beberapa laporan catatan

hubungan antara pembakaran danepilepsi, piromania didiagnosis hanya dalam 3 dari 283

kasus.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari piromania?

2. Bagaimana epidemiologi dari pirominia?

3. Bagaimana etiologi dari pirominia?

4. Apa diagnosis dan gambaran klinis dari pirominia?

5. Apa diagnosis banding dari pirominia?

6. Bagaimana penatalaksanaan dari pirominia?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi dari piromania?

2. Untuk mengetahui epidemiologi dari pirominia?

3. Untuk mengetahui etiologi dari pirominia?

4. Untuk mengetahui diagnosis dan gambaran klinis dari pirominia?

5. Untuk mengetahui diagnosis banding dari pirominia?

6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari pirominia?

D. MANFAAT

Page 3: Jiwa Fenomenal baru

Memberikan informasi dan menambah pengetahuan serta wawasan mengenai

piromania bagi tenaga kesehatan keperawatan khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Page 4: Jiwa Fenomenal baru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Piromania adalah sebuah gangguan pengendalian impuls yang melibatkan adanya

dorongan yang tak dapat ditolak untuk melakukan pembakaran di mana orang itu merasakan

ketegangan atau rangsangan sebelum melakukan pembakaran dan ada perasaan puas atau

lega.

Ciri penting dari piromania adalah menciptakan kebakaran yang bertujuan dan

disengaja lebih dari sekali, adanya ketegangan atau perangsangan afektif sebelum

menciptakan kebakaran, pesona, minat, rasa ingin tahu, atau daya tarik terhadap

kebakarandan aktivitas dan peralatan yang berhubungan dengan pemadam kebakaran, dan

kesenangan, kepuasan atau peredaan jika menciptakan kebakaran atau menyaksikan atau

berperan serta dalam peristiwa sesudahnya.

B. EPIDEMIOLOGI

Piromania merupakan gangguan yang jarang, bahkan diantara kelompok

pembakar, hanya dua sampai tiga persen yang dianggap piromania. Sama dengan judi

patologis, piromania umumnya diderita oleh laki-laki dimana sebagian besar gambar

patologis mulai ditunjukkan pertama kali pada masa kanak-kanak. Dalam banyak contoh,

gairah seksual telah dilaporkan berperan dalam perilaku pembakaran kompulsif yang

menunjukkan adanya dalam beberapa kasus piromania sebenarnya bisa dianggap sebagai

Page 5: Jiwa Fenomenal baru

perilaku fetisistik parafilik. Namun, penelitian sistematis telah dilakukan untuk

mengkonfirmasi gagasan ini.

Gangguan ini biasanya ditemukan pada orang yang mengalami keterbelakangan

menttal. Beberapa penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa adanya peningkatan

insidensi penyalahgunaan alkohol pada orang yang menciptakan kebakaran. Orang dengan

piromania biasanya memiliki riwayat sifat antisosial, seperti membolos, melarikan diri dari

rumah, dankenakalan. Tidak ada informasi yang tersedia untuk prevalensi piromania karena

begitu sedikitnya rang yang didiagnosis dengan gangguan ini, penelitian tentang etiologi dan

penanganannya nyaris tidak ada. Diantara anak-anak yang dibawa ke klinik psikiatrik rawat

jalan, kira-kira 20 persen memiliki riwayat membuat api sewaktu-waktu.

C. ETIOLOGI

Sigmund Freud memandang api sebagai simbol seksualitas dimana kehangatan yang

dipancarkan oleh api menimbulkan sensasi yang sama yang menyertai keadaan rangsangan

seksual, dan bentuk serta pergerakan nyala api menyatakan suatu falus dalam aktivitas.

Psikoanalisis lain mengaitkan piromania dengan keinginan hebat yang abnormal akan

kekuatan dan gengsi sosial. Beberapa pasien piromania adalah sukarelawan pemadam api

yang menciptakan kebakaran untuk membuktikan bahwa dirinya adaalah pemberani, untuk

memaksa petugas pemadam api lainnya bertindak, atau untuk menunjukkan kekuatan

mereka untuk memadamkan api.

Piromania biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, usia khas onset

piromaniabelum diketahui. Jika onset pada masa remaja atau dewasa, menciptakan

kebakarancenderung bersifat merusak yang disengaja. Perilaku membuat api pada piromania

Page 6: Jiwa Fenomenal baru

bersifatepisodik dan frekuensinya naik turun.Sebagian besar individu dengan piromania

memiliki satu atau lebih masalah lain ataugangguan, dan dalam kebanyakan kasus gangguan

ini berakar pada masalah anak-anak danperilaku membakar. Dalam upaya untuk memahami

bagaimana pola membakar terkendalidimulai dan dalam upaya untuk mengembangkan

program intervensi dini, peneliti telahmelakukan studi ekstensif membakar pada anak-anak

yang melakukan pembakaran. Seoranganak membakar tidak selalu tumbuh menjadi seorang

piromanik. Perilaku membakar antaraanak-anak dan remaja muncul dari berbagai masalah.

Wooden (1985) menggambarkan empat jenis pencipta api kecil, yaitu anak-anak yang

penasaran dan sengaja mulai membakar sambilbermain dengan korek api, pemuda yang

menghadapi masalah yang tampaknya akanmenangis keluar untuk mendapatkan perhatian

dan bantuan, penjahat yang menggunakan apiuntuk bertindak melawan otoritas, dan

kelompok dengan gangguan psikologi yang membakardi masa dewasa. Diantara kasus-kasus

ekstrim, Wooden menggambarkan dua tipekepribadian. Jenis pertama adalah sabar,

hiperaktif, dan rentan terhadap kerusakan danpencurian. Tipe kedua adalah pengalaman,

perubahan suasana hati, kemarahan yang intens,berbagai fobia, dan wilayah rawan terhadap

kekerasan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Kolko dan Kazdin pada anak yang terjebak

dalamperilaku membakar berulang memberitahu kita lebih banyak tentang bagaimana anak-

anak iniberbeda dari rekan-rekan mereka. Anak memiliki daya tarik-menarik dan

keingintahuantentang kebakaran, yang biasanya berkembang sebagai hasil dari pengamatan

dan pemodelanperilaku membakar dewasa. Mereka tahu lebih banyak tentang apa yang

diperlukan untuk mendapatkan api dan biasanya mereka memiliki pengetahuan yang

mengesankan tentangbahan yang mudah terbakar. Selain itu, masalah keluarga, terutama

Page 7: Jiwa Fenomenal baru

yang berkaitan dengankedisiplinan, dan faktor-faktor yang berpengaruh. Orangtua dari anak-

anak yang membakarlebih cenderung untuk menggunakan hukuman ringan yang tidak

efektif. Hubungan anak-orangtua sering ditandai dengan inkonsistensi, gangguan emosional,

dan pelecehan, sehinggamengembangkan perilaku-perilaku yang tidak wajar seperti

membakar.

Prognosis baik untuk anak yang mendapatkan terapi, dan remisi penuh realistik

untuk dicapai. Prognosis untuk orang dewasa adalah sulit dan terbatas, karena mereka

seringmenyangkal tindakan yang mereka lakukan, menolak untuk bertanggung

jawab,ketergantungan pada alkohol, dan tidak adanya tilikan.

D. DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS

Orang dengan piromania biasanya secara teratur mengamati kebakaran di

lingkungansekitarnya, sering membuat atau mematikan alarm palsu, dan menunjukkan minat

dalamperlengkapan petugas pemadam api. Rasa ingin tahu mereka sangat menonjol, tetapi

merekatidak menunjukkan rasa penyesalan dan tidak memperdulikan nyawa atau barang

milik oranglain. Orang dengan piromania mungkin mendapatkan kepuasan dari

mengakibatkankerusakan, dan seringkali mereka meninggalkan petunjuk yang jelas. Ciri

penyerta yangsering adalah intoksikasi alkohol, disfungsi sesksual, tingkat intelegensia

(I.Q.) yang lebihrendah dari rata-rata, frustasi pribadi yang kronik, dan kebencian atau

kemarahan terhadaptokoh yang berkuasa. Pada beberapa kasus, pencipta kebakaran menjadi

terangsang secaraseksual dengan api. Jika menciptakan kebakaran terjadi dalam gangguan

konduksi dangangguan kepribadian antisosial, ini dalah suatu tindakan yang disengaja,

bukannya suatukegagalan untuk menahan impuls. Gambaran yang esensial dari gangguan ini

Page 8: Jiwa Fenomenal baru

adalah berulang-ulang melakukanpembakaran tanpa motif yang jelas (misalnya motif untuk

mendapatkan uang, balas dendam,atau alasan politis), sangat tertarik menonton peristiwa

kebakaran, dan perasaan tegangmeningkat sebelum melakukan, dan sangat terangsang

(intense excitement) segera setelahberhasil melakukan pembakaran. Kriteria Diagnostik

DSM-IV-TR Piromania :

1. Menciptakan kebakaran yang disengaja dan bertujuan pada lebih dari satu kejadian.

2. Ketegangan atau rangsangan afektif sebelum tindakan.

3. Terpesona kepada, tertarik kepada, ingin tahu tentang, atau terpikat kepada api

dankonteks situasionalnya (misalnya, parafernalia, pemakaiaannya, akibatnya).

4. Rasa senang, puas, atau reda jika menimbulkan kebakaran, atau jika menyaksikan

atauberperan serta dalam kejadiannya.

5. Menciptakan kebakaran bukan dilakukan untuk tujuan moneter, sebagai ekspresi

ideology sosiopolitik, untuk mengekspresikan kemarahan atau balas dendam, untuk

memperbaikilingkungan hidupnya, atau sebagai akibat gangguan pertimbangan

(misalnya, padademensia, retardasi mental, intoksikasi zat).

6. Menciptakan kebakaran tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan

konduksi,episode manik, atau gangguan kepribadian antisosial.

E. DIAGNOSIS BANDING

Sulit untuk membedakan antara piromania dan ketertarikan banyak anak untuk

bermain korek api, pemantik api, dan api sebagai bagian dari investigasi normalnya

terhadaplingkungan. Piromania juga harus dipisahkan dengan tindakan sabotase pembakaran

yangdilakukan oleh pengacau politik yang bertentangan atau oleh pelaku bayaran yang

Page 9: Jiwa Fenomenal baru

dinamakan Arsonist di dalam sistem hukum.Bakar patologis (piromania) harus dibedakan

dari:

1. Sengaja melakukan pembakaran tanpa gangguan jiwa yang nyata

2. Pembakaran oleh anak muda dengan gangguan tingkah laku, dimana

didapatkangangguan perilaku lain seperti mencuri, agresi, atau membolos sekolah.

3. Pembakaran oleh orang dewasa dengan gangguan kepribadian dissosial,

dimanadidapatkan gangguan perilaku sosial lain yang menetap seperti agresi, atau

indikasi lainperihal kurangnya peduli terhadap minat dan perasaan orang lain.

4. Pembakaran pada skizofrenia, dimana kebakaran adalah khas ditimbulkan sebagai

responsterhadap ide-ide waham atau perintah dari suara halusinasi.

5. Pembakaran pada gangguan mental organik, dimana kebakaran ditimbulkan

karenakecelakaan akibat adanya kebingungan (confusion), kurangnya daya ingat,

ataukurangnya kesadaran akan konsekuensi dari tindakannya, atau campuran dari

faktor-faktor tersebut.

Bila pembuatan api terdapat di dalam gangguan tingkah laku dan

gangguankepribadian antisosial, perilaku ini merupakan suatu tindakan yang disengaja,

bukan karenakegagalan untuk menolak suatu impuls. Pasien dengan skizofrenia atau mania

dapat membuatapi sebagai respons terhadap waham atau halusinasi. Pasien dengan disfungsi

otak sepertidemensia, retardasi mental, atau intoksikasi zat dapat membuat api karena

kegagalan untuk memahami akibat dari perbuatannya.

F. PENATALAKSANAAN

Page 10: Jiwa Fenomenal baru

Sampai saat ini masih sedikit tulisan mengenai terapi piromania. Menerapi

orangdengan piromania sulit dilakukan karena tidak adanya motivasi pada diri mereka.

Pendekatanyang tepat saat ini adalah dengan menggunakan sejumlah modalitas, termasuk

pendekatanperilaku. Karena sifat piromania yang berulang, setip program terapi harus

mencakuppengawasan pasien untuk mencegah episode berulang perilaku pembuat api.

Penahananmungkin merupakan metode satu-satunya yang ada untuk mencegah

rekurensi.Penanganannya pada umumnya bersifat kognitif behavioral dan melibatkan

tindakanmembantu orang itu ntuk mengidentifikasi tanda-tanda yang mencetuskan dorongan

itu danmengajarkan strategi coping untuk menolak godaan menyulut kebakaran.

Menciptakan kebakaran pada anak-anak juga harus diobati secara serius. Intervensiyang

efektif harus diambil jika mungkin tetapi sebagai tindakan terapeutik dan preventif,bukan

sebagai hukuman. Di dalam kasus anak dan remaja, terapi piromania atau perilakumembuat

api harus mencakup terapi keluarga. intervensi psikologis yang paling umum digunakan

untuk piromania bergantung padaprinsip-prinsip perilaku. Teknik yang paling terkenal ini

adalah grafik, awalnyadikembangkan untuk mengobati anak-anak yang terlibat dalam

pembakaran. Dalammengikuti metode ini, dokter dan klien membangun grafik yang sesuai

dengan sejarahindividu perilaku, perasaan, dan pengalaman berhubungan dengan

pembakaran. Agaknya,presentasi visual dari sejarah kronologis perilaku ini memungkinkan

klien untuk menyadarihubungan sebab-akibat, dan untuk menjadi selaras dengan sinyal

bahwa dorongan untuk melakukan pembakaran adalah tentang untuk menyerang. Individu

dapat belajar untuk menggantikan cara-cara yang lebih tepat untuk melepaskan ketegangan

dalam menanggapisinyal. Teknik ini telah efektif dalam membantu banyak individu untuk

berhenti membakar,tetapi hanya komponen awal dari terapi yang kemudian harus fokus pada

Page 11: Jiwa Fenomenal baru

pengembanganwawasan yang lebih dalam perilaku berbahaya. Dalam studi kasus saat ini,

obat psikotropika seperti olanzapin dan natrium valproatdikaitkan dengan remisi dari

psikosis yang disertai dengan perbaikan yang signifikan dalamkognisi dan fungsi adaptif.

Secara khusus, pasien menunjukkan kinerja yang ditingkatkanpada tindakan perhatian dan

kontrol eksekutif, bermanifestasi secara klinis sebagaipengaturan perilaku. Pada awalnya

data penelitian menunjukkan bahwa antipsikotik atipikalmungkin memiliki peran dalam

pengelolaan gangguan kontrol impuls dan membutuhkanstudi lebih lanjut.

Page 12: Jiwa Fenomenal baru

BAB III

FENOMENA DIMASYARAKAT

Contoh Kasus SHC

Salah satu fenomena paling aneh di dunia adalah spontaneous human combustion (SHC).

SHC yang secara harfiah bisa diartikan "terbakarnya manusia secara tiba-tiba" merupakan

peristiwa di mana tubuh seseorang tiba-tiba terbakar sementara di sekitarnya tidak ada sesutu

semisal api atau sebangsanya yang memicu kebakaran. Yg lebih janggal, seringkali tubuh korban

bisa hangus hingga begitu parah, tapi benda-benda di sekitarnya yg letaknya bahkan begitu dekat

tidak mengalami kerusakan seolah-olah tidak tersentuh api sama sekali. Fenomena SHC menurut

catatan bisa terjadi di mana saja & kapan saja, entah di tengah keramaian ataupun saat korbannya

sedang sendiri.

Studi mengenai SHC pertama kali dianggap dipublikasikan oleh Jonas Dupont pada tahun

1763 dalam buku berjudul "De Incendiis Corporis Humani Spontaneis" yg isinya mengenai

kumpulan kasus SHC di masa itu. Para ilmuwan lainnya kemudian mulai melakukan kajian

Page 13: Jiwa Fenomenal baru

secara serius mengenai SHC & mengumpulkan berbagai macam kasus SHC yang pernah terjadi

untuk diteliti lebih lanjut serta dicari penyebabnya. Cukup mengejutkan karena ternyata

fenomena SHC yang pernah relatif banyak & itu belum termasuk kasus-kasus SHC yg tidak

diketahui publik maupun yang terjadi di luar jangkauan mereka (pengumpulan data mereka

umumnya sebatas di wilayah barat, terutama AS) (tanggal diakses, sumber).

Page 14: Jiwa Fenomenal baru

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Piromania merupakan dorongan berbahaya dan kompulsif untuk membakar. Sifat-

sifat khas pada orang dengan piromania, antara lain (1) ada dorongan untuk

menyiapkan,membakar danmelihat kebakaran. Sebelum membuat kebakaran pelaku merasa

tegang, dansetelah membuat kebakaran mengalami perasaan gembira yang mendalam, juga

puas danlega, (2) tingkah laku ini tidak didorong oleh motif kriminal dan financial, (3)

jarang terjadi,(4) lebih banyak pada laki-laki yang dimulai pada masa kanak-kanak, dan (5)

pada banyak kejadian: dorongan seksual memegang perana penting (maka sering disamakan

dengan tingkah laku parafilia atau fetistik) Terapi yang dapat dilakukan sampai saat ini

adalah perlakuan behavioral, yaitu teknik grafing dimana pelaku membuat tulisan tentang

riwayattingkah laku, perasaan dan pengalamannya tentang membakar. Diperkirakan bila

riwayat iniditunjukkan secara kronologis akan membuat pelaku sadar akan sebab-akibat dan

akan pekaterhadap sinyal-sinyal bahwa kompulsif membakar akan datang, sehingga individu

dapatmengganti dengan cara-cara yang lebih sesuai untuk menghilangkan ketegangan.

B. SARAN

Diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan jiwa sebagai bekal

ketika praktek belajar lapangan jiwa (PBL Jiwa) di rumah sakit jiwa, dan mampu

melakukannya secara komperhensif dan sesuai teori.

Page 15: Jiwa Fenomenal baru

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan H, Benjamin J, Jack A, Gangguan Pengendalian Impuls yang Tidak Diklasifikasikan.

Sinopsis Psikiatri. Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher. 2010. h.238;242-244.2.

Durand V, David H., Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. h.167.3.

Menaster M., Psychiatric Illness Associated With Criminality. 2011. Accessed on: 11th

september 2011. Available from:http://emedicine.medscape.com/article/294626-

overview 4.

Sadock, Benjamin J. Piromania. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2.Jakarta:

EGC. 2010. h. 356-358.5.

The British Journal of Psychiatry. Pyromania, a Psychosis of Puberty. 2005. Accessed on:11Th

september 2011. Available

from:http://bjp.rcpsych.org/content/186/6/543.2.full.pdf+html?sid=e632a2f1-a9e5-

4c77-889f-ee283cd9775d 6.

Maslim R., Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-

UnikaAtmajaya. 2001. h. 108.7.

Halgin R, Susan K., Abnormal Psychology. USA: Brown & Benchmark Publishers. 1997.h.

462-463.8.

Parks W, Russel D, Sobhi G, Michael D, Peter W, Sean A., Response of Pyromania toBiological

Treatment in a Homeless Person. 2005. Accessed on: 11 Th september 2011.Available

from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2416759/pdf/ndt-0103-277.pdf