39
9 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli (Kandung Kencing). Karsinoma buli-buli merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot & lemak perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitar (Basuki B. Purnomo, 2000). Carsinoma sel skuamosa groos hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna merah secara terus menerus (Ilmu Keperawatan, 2007.com ) Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli atau kandung kemih (Ilmu bedah,2008.com ) Penampakan carsinoma vesika urinaria dapat berupa defek pengisian pada vesika urinaria yang terisi kontras atau pola mukosa yang tidak teratur pada film kandung kemih pasca miksi. Tumor buli-buli adalah tumor buli-buli yang dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (insitur), noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif. Dapat disimpulkan bahwa carsinoma buli-buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna merah terus.

Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ulang

Citation preview

Page 1: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

9

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli

(Kandung Kencing).

Karsinoma buli-buli merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama

kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot & lemak

perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitar (Basuki B.

Purnomo, 2000).

Carsinoma sel skuamosa groos hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar

air kencing warna merah secara terus menerus (Ilmu Keperawatan, 2007.com)

Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli atau

kandung kemih (Ilmu bedah,2008.com)

Penampakan carsinoma vesika urinaria dapat berupa defek pengisian

pada vesika urinaria yang terisi kontras atau pola mukosa yang tidak teratur

pada film kandung kemih pasca miksi.

Tumor buli-buli adalah tumor buli-buli yang dapat berbentuk papiler,

tumor non invasif (insitur), noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk

papiler dan infiltratif.

Dapat disimpulkan bahwa carsinoma buli-buli adalah tumor yang

didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih yang akan terjadi gross

hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna merah terus.

Page 2: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

10

B. Klasifikasi

1. Staging dan klasifikasi

Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-

MARSHAL untuk menentukan operasi atau observasi :

a. T = pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui :

Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di

bawah anestesi umum dan biopsy atau tansurethral reseksi.

Tis : Carcinoma insitu (pre invasive Ca)

Tx : Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak

dapat dilakukan

To : Tanda-tanda tumor primer tidak ada

T1 : Pada pemeriksaan bimanual didapatkan massa yang bergerak

T2 : Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding

buli-buli.

T3 : Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau massa nodular yang

bergerak bebeas dapat diraba di buli-buli.

T3a : Invasi otot yang lebih dalam

T3b : Perluasan lewat dinding buli-buli

T4 : Tumor sudah melewati struktur sebelahnya

T4a : Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina

T4b : Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke

dalam abdomen.

Page 3: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

11

b. N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe,

pemeriksaan kinis, lympgraphy, urography, operative

Nx : Minimal yang ditetapkan kel.Lymfe regional tidak dapat

ditemukan

No : Tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar lymfe regional

N1 : Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral

N2 : Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe

regional yang multiple

N3 : Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang

bebas antaranya dan tumor

N4 : Pembesaran kelenjar lymfe juxta regional

c. M = Metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh,

Pemeriksaan klinis , thorax foto, dan test biokimia

Mx : Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan

adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan

M1 : Adanya metastase jauh

M1a : Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia

M1b : Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal

M1c : Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple

M1d : Metastase dalam organ yang multiple

2. Type dan lokasi

Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.

a. Efidermoid Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa cell.,

Page 4: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

12

anaplastik, invasi yang dalam dan cepat metastasenya.

b. Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus

c. Rhabdomyo sarcoma, sering terjadi pada anak-anak laki-laki

(adolescent), infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal

d. Primary Malignant lymphoma, neurofibroma dan pheochromacytoma,

dapat menimbulkan serangan hipertensi selama kencing

e. Ca dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mamma mungkin

mengadakan metastase ke buli-buli, invasi ke buli-buli oleh

endometriosis dapat terjadi.

C. Anatomi dan Fisiologi

Organ urinaria terdiri atas ginjal beserta salurannya, ureter, buli-buli

dan uretra. Yang termasuk saluran kemih dimulai dari permukaan kalik minor

ginjal sampai muara terakhir dari uretra (orifisium uretrae eksternum). Saluran

kemih berdinding tiga lapis, yaitu lapisan paling luar berupa jaringan ikat,

lapisan tengah jaringan otot, dan lapisan paling dalam mukosa. Secara

anatomis saluran kemih dipisahkan menjadi tiga bagian:

saluran kemih bagian atas, saluran kemih bagian tengah, dan saluran kemih

bagian bawah. Saluran kemih bagian atas berawal dari kalik minor ginjal dan

berakhir sampai muara ureter pada kandung kemih, saluran kemih bagian

tengah terdiri dari kandung kemih, dan saluran kemih bagian bawah mulai dari

orifisium eksternum.

Page 5: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

13

Sumber : www.Emedicine.com

1. Ginjal

Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di

rongga retroperitoneal bagian bawah, antara vertebra thorakal dua belas

atau lumbal satu dan empat. Besar dan berat ginjal sangat bervariasi

tergantung pada jenis kelamin dan umur. Ukuran ginjal orang dewasa rata

– rata panjang 11,5 cm, lebar 6 cm dan tebal 3,5 cm. Beratnya antara 120 –

170 gram atau kurang lebih 0,4% dari berat badan. Secara anatomis posisi

ginjal kanan lebih rendah dibanding ginjal kiri, juga bentuk glandula

Page 6: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

14

suprarenalis kanan dan kiri tidak sama. Letak anatomis dan bentuk kedua

ginjal yang tidak sama akibat dari posisi dan bentuk hati. Karena posisi

aorta abdominalis dan vena kava inferior membujur ke kanan dan kiri

diantara kedua ginjal menyebabkan panjang pendeknya arteri dan vena

renalis kanan berbeda dengan arteri dan vena renalis kiri.

Tiap ginjal menerima suplai darah kurang lebih 25% dari isi

sekuncup jantung. Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis

yang merupakan cabang langsung dari aorta abdominalis, sedangkan

darah vena dialirkan melalui vena renalis yang bermuara ke dalam vena

kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri yang

tidak mempunyai anastomosis dengan cabang-cabang dari arteri lain,

sehingga jika terdapat kerusakan pada salah satu cabang arteri ini,

berakibat timbulnya iskemi atau nekrosis pada daerah yang dilayaninya.

Selain mempunyai fungsi membuang sisa- sisa metabolisme tubuh

melalui urin, ginjal juga berfungsi dalam mengontrol sekresi hormon-

hormon aldosteron dan ADH (anti diuretic hormone) dalam mengatur

jumlah cairan tubuh, mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D,

dan menghasilkan beberapa hormon, antara lain eritropoitin yang berperan

dalam pembentukan sel darah merah, renin yang berperan dalam mengatur

tekanan darah, serta hormon prostalglandin.

Urin terbentuk melalui tiga tahap yaitu proses filtrasi, reabsorbsi

dan sekresi. Urin terbentuk dari hasil filtrasi darah dalam unit fungsional

ginjal yang disebut nephron. Nephron terdiri atas glomerulus dan tubulus

Page 7: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

15

proksimal, ansa henle dan tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk

membentuk distal pengumpul, yang kemudian duktus ini berjalan lewat

korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya kedalam pelvis

ginjal. Kemudian pelvis ginjal akan membentuk ureter.

2. Ureter

Ureter merupakan organ yang berbentuk tabung kecil yang

berfungsi mengalirkan urin dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih.

Pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 20 cm pada laki-laki dan kira-

kira 1 cm lebih pendek pada wanita. Dindingnya terdiri atas mukosa yang

dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal

yang dapat melakukan gerakan peristaltik guna mengeluarkan urin ke

kandung kemih. Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju kandung

kemih, secara anatomis terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya

sempit. Tempat-tempat penyempitan itu antara lain adalah pada perbatasan

antara pelvis renalis dan ureter, tempat ureter menyilang arteri iliaka di

rongga pelvis, dan pada saat ureter masuk ke kandung kemih. Ureter

masuk ke dalam kandung kemih dalam posisi miring dan berada di dalam

otot kandung kemih (intramural), keadaan ini dapat mencegah terjadinya

aliran balik urin dari kandung kemih ke ureter pada saat kandung kemih

berkontraksi.

3. Buli-Buli / Kandung Kemih

Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot

detrussor yang saling beranyaman. Di sebelah dalam dan luar berupa otot

Page 8: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

16

longitudinal, dan di tengah merupakan otot sirkuler. Otot-otot tersebut

saling bersilangan dan berakhir melingkar di leher kandung kemih. Secara

anatomi bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu permukaan

superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, dua permukaan

inferiolateral, permukaan posterior. Kandung kemih berfungsi menampung

urin dari ureter dan kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam

mekanisme miksi. Dinding Kandung kemih mempunyai kapasitas

maksimal pada orang dewasa kurang lebih 300 – 450 ml. Pada saat kosong

kandung kemih terletak di belakang simfisis dan pada saat penuh terletak

di atas simfisis. Persyarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus

sebagai syaraf aferen dan eferen yang berhubungan dengan medulla

spinallis melalui pleksus sakralis (S-2 dan S-3). Syaraf sensorik

mendeteksi derajat tegangan pada dinding kandung kemih, dan

bertanggung jawab untuk mencetuskan reflek pengosongan kandung

kemih. Syaraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat

parasimpatis. Serta ini berakhir pada sel ganglion yang terletak pada

dinding kandung kemih, dan mempersyarafi otot detrussor. Kandung

kemih juga menerima syaraf simpatis melalui nervus hipogastrikus,

terutama berhubungan dengan L2 medulla spinalis. Pada sfingter

eksternus kandung kemih disyarafi melalui nervus pudendal, yang

mengontrol otot lurik pada sfingter.

Page 9: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

17

4. Uretra

Uretra berawal dari leher kandung kemih (orifisium uretrae

internum) sampai muara terakhir (orifisium uretrae eksternum). Panjang

uretra pada pria dewasa kurang lebih 23 – 25 cm dan berfungsi sebagai

kanal komunis untuk sistem reproduksi dan sistem perkemihan. Uretra

posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika, yaitu bagian uretra

yang dilingkupi oleh kelenjar prostat dan uretra pars membranae. Uretra

anterior terdiri atas pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikularis, dan

meatus uretra eksterna. Didalam lumen uretra anterior terdapat beberapa

muara kelenjar yang berfungsi dalam proses reproduksi, yaitu kelenjar

Cowperi yang bermuara di pars bulbosa dan kelenjar Littre yang bermuara

di uretra pars pendularis. Pada wanita uretra hanya berfungsi untuk sistem

perkemihan dengan panjangnya kurang lebih 3-5 cm dan berada di bawah

simfisis pubis yang bermuara disebelah anterior vagina. Dalam uretra

wanita bermuara kelenjar Skene. Kurang lebih sepertiga medial uretra,

terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri atas otot bergaris. Tonus otot

sfingter uretra eksterna dan tonus otot Levator ani berfungsi

mempertahankan agar urin tetap berada dalam kandung kemih pada saat

perasaan ingin berkemih.

Proses Berkemih

Urin hasil filtrasi mengalir dari duktus kolengitas masuk kaliks renalis,

meregangkan kaliks renalis dan meningkatkan aktivitas pacemakernya, yang

kemudian mencetuskan kontraksi peristaltik satu sampai lima kali per menit

Page 10: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

18

yang menyebar ke pelvis renalis lalu turun sepanjang ureter, dengan demikian

mendorong urin dari pelvis renalis menuju kandung kemih. Ketika terisi urin

secara perlahan-lahan, otot polos kandung kemih mengalami peregangan,

kontraksi berkemih secara spontan, berelaksasi setelah beberapa detik, otot

detrussor berkontraksi, dan tekanan urin kembali ke garis basal. Karena

kandung kemih terus terisi, refleks berkemih bertambah sering dan

menyebabkan otot detrussor berkontraksi lebih kuat. Sensasi pertama yang

timbul dari pengisan kandung kemih umumnya terjadi ketika sekitar 100 –

150 ml urin berada dalam kandung kemih. Keinginan buang air kecil sebagian

besar muncul ketika kandung kemih terisi 200 – 300 ml urin. Pada jumlah urin

400 ml rasa penuh yang mencolok biasanya akan ditemukan.

Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih

terisi. Proses ini terjadi dari dua langkah, yaitu:

1. Kandung kemih secara progresif terisi sampai dengan di dindingnya

meningkat di atas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah ke

dua, terjadinya distensi atau peningkatan tegangan pada kandung kemih

mencetuskan reflek I yang menghasilkan kontraksi kandung kremih dan

reflek V yang menyebabkan relaksasi dari uretra.

2. Timbulnya reflek syaraf yang disebut reflek miksi Yang berusaha

mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidaknya

menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Ketika proximal

uretra mengalirkan urin maka akan mengaktifkan reflek II yang akan

menghasilkan kontraksi kandung kemih, dan IV sehingga sfingter

Page 11: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

19

eksternal dan uretra akan berelaksasi, sehingga urin dapat keluar. Sisa urin

dalam ureter akan terdorong keluar karena pengaruh gaya gravitasi pada

wanita dan laki-laki karena kontraksi otot volunter. Jika terjadi distensi

pada uretra yang bisa disebabkan karena sumbatan, atau kelemahan

sfingter uretra maka akan mengaktifkan reflek III, sehingga kontraksi

kandung kemih melemah.

Meskipun reflek miksi adalah reflek autonomik medulla spinalis,

reflek ini juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau

batang otak. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah berkemih, bahkan ketika

refleks berkemih muncul, yaitu dengan membuat kontraksi tonik terus

menerus pada sfingter eksternus kandung kemih sampai mendapat waktu yang

baik untuk berkemih. Jika tiba saat berkemih, pusat kortical dapat merangsang

pusat berkemih sakral untuk membantu mencetuskan reflek berkemih dan

dalam waktu bersamaan menghambat sfingter eksternus kandung kemih

sehingga peristiwa berkemih terjadi.

Kateter

Kateterisasi uretra adalah memasukkan sebuah pipa karet ke dalam

kandung kemih melalui uretra. Bahan kateter dapat berasal dari logam

(stainless), karet (lateks), lateks dengan lapisan silikon (siliconized), dan

silikon. Perbedaan bahan kateter menentukan biokompatibilitas kateter di

dalam kandung kemih, sehingga akan mempengaruhi pula daya tahan kateter

yang terpasang di kandung kemih.

Page 12: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

20

Ada dua tipe penggunaan kateterisasi, yaitu intermittent catheter dan

indwelling catheter. Intermittent catheter yaitu kateter yang dipasang

sementara, hanya untuk mengosongkan isi kandung kemih, setelah itu dilepas

kembali. Sering digunakan pada inkontinensia urin, retensi urin, pasien

dengan cidera medulla spinalis. Indwelling catheter (douwer cateter) yaitu

memasang kateter dalam periode waktu tertentu untuk menghasilkan drainase

yang terus menerus. Indwelling catheter sering digunakan untuk memonitor

urin selama operasi, pasien dengan penyakit serius, pada pasien dengan

trauma atau obstruksi saluran urinaria. Bila kateter douwer yang dipakai,

gunakan kateter Foley yang dapat mengadakan retensi sendiri. Pemasangan

kateter Foley ke dalam kandung kemih merupakan teknik paling sederhana

dan langsung untuk mengeluarkan urin secara kontinue di kala terdapat

obstruksi fisiologik atau anatomik traktus urinarius bawah. Dengan menjaga

kandung kemih tetap kosong dan tekanan intravesika rendah, drainase kateter

dapat membalikkan tekanan balik terhadap traktus urinarius atas dan

memungkinkan otot kandung kemih yang terlalu distensi memulihkan tonus

dan kekuatan kontraktilnya

Kateter yang terpasang dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan

berbagai akibat diantaranya berupa infeksi traktus urinarius, nekrosis uretra

dibagian penoskrotal, batu saluran kemih, keganasan pada buli – buli, pada

pasien dengan lesi atau diatasnya dapat merangsang timbulnya autonomic

dysreflexia. Adanya trauma pada uretra akan menyebabkan infeksi dan akan

menambah iritasi pada uretra. Trauma jaringan uretra atau iritasi dapat

Page 13: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

21

menimbulkan spasme hebat yang dapat mengakibatkan perembesan.

Pemasangan kateter mengakibatkan trauma pada sfingter sehingga berakibat

memperlemah sfingter dan dapat berakibat terjadinya inkontinensia urin.

Gross Hematuri

Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah didalam urine.

Secara visual terdapatnya sel-sel darah merah didalam urine dibedakan dalam

2 keadaan yaitu hematuria makroskopik dan mikroskopik. Hematuria

makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai

urine yang berwarna merah dan hematuria mikroskopik adalah hematuria yang

kasat mata tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada

pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per

lapangan. Hematuria makroskopis yang berlangsung terus menerus dapat

mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit berupa terbentuknya

gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga

menimbulkan syok hipovolemik/anemi, dan menimbulkan urosepsis.

Penyebab dari hematuria disebabkan oleh kelainan-kelainan yang

berada dalam system urogenitalia atau kelainan yang berada diluar system

urogenitalia antara lain adalah:

1. Infeksi/inflamasi lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis,

dan uretritis.

2. Tumor jinak atau tumor ganas yaitu tumor wilm, tumor grawitz, tumor

pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostate, dan hiperlasia

prostate jinak

Page 14: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

22

3. Kelainan bawaan system urogenitalia antara lain kista ginjal dan ren

mobilis.

4. Trauma yang mencederai system urogenitalia.

5. Batu saluran kemih.

Kelainan-kelainan yang berasal dari luar system urogenitalia antara

lain adalah kelainan pembekuan darah, Systemic Lupus Erythematosus (SLE),

dan kelainan system hematologik yang lain. Karakteristik suatu hematuria

dapat dipakai sebagai pedoman untuk memperkirakan lokasi penyakit

primernya yaitu apakah warna merah terjadi pada awal miksi, semua proses

miksi atau pada akhir miksi. Kualitas warna urine dapat juga menolong

menentukan penyebab hematuria. Darah baru yang berasal dari buli-bul,

prostat, dan uretra berwarna merah segar sedangkan darah lama atau berasal

dari glomerulus berwarna lebih coklat dengan bentuk seperti cacing

(vermiform).

Porsi hematuria pada saat miksi :

Inisial Total Terminal

Terjadi pada

Tempat kelainan

Awal miksi

Uretra

Seluruh proses miksi

Buli-buli, ureter atau

ginjal

Akhir miksi

Leher buli-buli

Nyeri yang menyertai hematuria dapat berasal dari nyeri disaluran

kemih bagian atas berupa kolik atau gejala iritasi dari saluran kemih bagian

bawah berupa disuria atau stanguria.

Page 15: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

23

D. Etiologi / Predisposisi

1. Pekerjaan, pekerja dipabrik kimia, laboratorium (senyawa amin aromatik)

2. Perokok, rokok mengandung amin aromatik dan nitrosamin.

3. Infeksi saluran kemih, Escherichia Coli dan proteus yang menghasilkan

karsinogen.

4. Kopi, pemanis buatan dan obat-obatan, untuk pemakaian jangka panjang

dapat meningkatkan resiko karsinoma buli-buli.

E. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya hidronefrosis dan hiroureter diawali dengan

adanya hambatan aliran urin secara anatomik ataupun fisiologik. Hambatan ini

dapat terjadi dimana saja sepanjang ginjal sampai meatus uretra. Peningkatan

tekanan ureter menyebabkan perubahan dalam filtrasi glomerulus (GFR),

fungsi tubulus, dan aliran darah ginjal. GFR menurun dalam beberapa jam

setelah terjadinya hambatan. Kondisi ini dapat bertahan selama beberpa

minggu. Fungsi tubulus juga terganggu. Berat dan durasi kelainan ini

tergantung pada berat dan durasi hambatan aliran. Hambatan aliran yang

singkat menyebabkan kelainan yang reversibel sedangkan sumbatan kronis

menyebabkan atrofi tubulus dan hilangnya nefron secara permanen.

Peningkatan tekanan ureter juga aliran balik pielovena dan pielolimfatik.

Dalam duktus kolektivus, dilatasi dibatasi oleh parenkim ginjal. Namun

komponen diluar ginjal dapat berdilatasi maksimal.

Page 16: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

24

Pada urogram, hidronefrosis dini memberikan gambaran kalik – kalik

yang mendatar (flattening). Sementara pada keadaan lanjut, memperlihatkan

kalik – kalik berupa tongkat (clubbing). Pada tingkat yang lebih parah terjadi

destruksi parenkim dan pembesaran traktus urinarius, kompresi papila,

penipisan parenkim di sekitar kalises, dan dapat terjadi atrofi korteks yang

berjalan progresif dan akhirnya terbentuk kantung hidronefrotik (balloning).

Sementara pada USG, derajat hidronefrosis terbagi menjadi tiga.

Hidronefrosis ringan memberikan gambaran hipoekoik di bagian tengah

ginjal. Pada hidronefrosis sedang terlihat pelebaran peilokalikises yang sama

baiknya seperti pada urografi. Sedangkan pada hidronefrosis berat tampak

kalises berupa suatu zona bebas ekonomi yang lobulated, parenkim ginjal

tidak jelas lagi.

F. Manifestasi Klinis

1. Kencing campur darah yang intermitten

2. Merasa panas waktu kencing

3. Merasa ingin kencing

4. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar

kencing

5. Nyeri suprapubik yang konstan

6. Panas badan dan merasa lemah

7. Nyeri pinggang karena tekanan saraf

8. Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis

Page 17: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

25

G. Penatalaksanaan

1. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium

1) Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gross

atau micros hematuria

2) Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan

bakteri dalam urine

3) Right Finger Tapping (RFT) normal

4) Lymphopenia (N = 1490-2930)

b. Radiology

1) Excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat

menunjukkan tumornya.

2) Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor

3) Fractionated cystogram adanya invasi tomor dalam dinding buli-

buli

4) Angiography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh

lymphe

c. Cystocopy dan biopsy

1) Cystoscopy hamper selalu menghasilkan tumor

2) Biopsi dari pada lesi selalu dikerjakan secara rutin.

d. Cystologi

Pengecatan sieman/papanicelaou pada sediment urine terdapat

transionil cel daripada tumor

Page 18: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

26

2. Terapi

a. Operasi

1) Reseksi transurethral untuk single/multiple papiloma

2) Dilakukan pada stage 0,A,B1 dan grade I-II-low grade

3) Total cystotomy dengan pengangkatan kel. Prostate dan urinary

diversion untuk :

- Transurethral cel tumor pada grade 2 atau lebih

- Aquamosa cal Ca pada stage B-C

b. Radioterapy

- Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated

pada grade III-IV dan stage B2-C.

- Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-

4000 Rads. Penderita dievaluasi selama 2-4 minggu dengan

interval cystoscopy, foto thoraks dan IVP, kemudian 6 minggu

setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi tambahan

2000-3000 Rads selama 2-3 minggu.

c. Chemoterapi

Obat-obat anti kanker :

1) Citral, 5 fluoro urasil

2) Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy

merupakan paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin

(adriamycin) merupakan bahan yang paling sering dipakai.

Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai

Page 19: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

27

pengobatan topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai

12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat dibiarkan

dalam Buli-buli selama dua jam.

H. Komplikasi

1. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi

2. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck

3. Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklusi

Page 20: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

28

I. Pathway

Buli-buli

Ca Buli-buli

- Pekerja dipabrik kimia, laboratorium - Perokok yang mengandung amin

aromatic - Infeksi saluran kemih - Kopi, pemanis buatan - Terlalu banyak menggunakan obat-

obatan

Ulserasi

Infeksi sekudenr : - Panas waktu kencing - Merasa panas & tubuh lemah - Kencing bercampur darah

(hematuria)

Nyeri

Metastase

Invasi pada bladder

Retensio urine : Sulit / sukar kencing

Oklusi ureter / pelvic renal

Refluks

Hidronefrosis : - Nyeri supra pubic - Nyeri pinggang

Ginjal membesar Nyeri

Penatalaksanaan

Operasi

Nyeri

Diskontinuitas jaringan

Sosio ekonomi, perubahan kesehatan,

situasi krisis

Kurangnya informasi tentang penyakit

Takut Kurangnya pengetahuan

Kecemasan

Chemotherapy

Tidak adekuat therapy

Resti infeksi

Resti integritas kulit

Efek samping chemotherapy

Imun menurun

Resti kerusakan membran mulut

Panas tubuh & lemah

Resti kurangnya volume cairan

Nafsu makan menurun

HB menurun

Intoleransi aktivitas

Page 21: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

29

J. Pengkajian Fokus

1. Aktivitas dan istirahat

Gejala : Merasa lemah dan lelah

Tanda : Perubahan kesadaran

2. Sirkulasi

Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal ( hipertensi )

Tanda : Tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia, disritmia

3. Integritas Ego

Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian

Tanda : Cemas, mudah tersinggung

4. Eliminasi

Gejala : Perubahan saat BAK

Tanda : Nyeri saat BAK, urine berwarna merah

5. Makanan dan cairan

Gejala : Mual, muntah

Tanda : Muntah

6. Neurosensori

Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo

Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental

7. Nyeri / keamanan

Gejala : Sakit pada daerah abdomen

Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri

Page 22: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

30

8. Interaksi sosial

Gejala : Perubahan interaksi dengan orang lain

Tanda : Rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi

9. Keamanan

Gejala : Trauma baru

Tanda : Terjadi kekambuhan lagi

10. Seksualisasi

Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga siklus menstruasi berturut – turut

Tanda : Atrofi payudara, amenorea

11. Penyuluhan / pembelajaran

Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden depresi

Tanda : Prestasi akademik tinggi

K. Diagnosa Keperawatan

1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (Pre Op), perubahan

kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan

kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan

tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan

tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan / kerusakan

jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf,

inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan

nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri,

Page 23: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

31

kelemahan.

3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan

hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi

khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya

rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan

mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat,

hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20%

atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan,

konstipasi, abdominal cramping.

4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan

kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya,

pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti

intruksi/pencegahan komplikasi.

5. Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan

efek samping kemotherapi dan radiasi/radiotherapi.

6. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang

tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake

7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi,

prosedur invasive

8. Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan deficit

pengetahuan / keterampilan tentang alternatif respon terhadap transisi

Page 24: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

32

kesehatan, penurunan fungsi / struktur tubuh, dampak pengobatan.

9. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi

dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.

L. Perencanaan

1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (Pre Op), perubahan

kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan

kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan

tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan

tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.

Tujuan :

- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya

- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.

- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam

pengobatan.

Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24

jam cemas klien berkurang

Intervensi :

a. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang

dideritanya.

Rasional : Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan

memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari

adanya duplikasi.

Page 25: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

33

b. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.

Rasional : Pemberian informasi dapat membantu klien dalam

memahami proses penyakitnya.

c. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut,

konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang

sesuai.

Rasional : Dapat menurunkan kecemasan klien.

d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien

mempersiapkan diri dalam pengobatan.

Rasional : Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk

pengobatan dan efek sampingnya.

e. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak

berdayaan dll.

Rasional : Mengetahui dan menggali pola koping klien serta

mengatasinya / memberikan solusi dalam upaya

meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.

f. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.

Rasional : Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat

/ keluarga.

g. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.

Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir /

merenung / istirahat.

Page 26: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

34

h. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.

Rasional : Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa

dia benar-benar ditolong.

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan / kerusakan

jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf,

inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan

nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri,

kelemahan.

Tujuan :

- Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas

- Melaporkan nyeri yang dialaminya

- Mengikuti program pengobatan

- Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui

aktivitas yang mungkin

Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam nyeri

klien berkurang

Intervensi :

a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas

Rasional : Memberikan informasi yang diperlukan untuk

merencanakan asuhan.

b. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi,

ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya

Page 27: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

35

Rasional : Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak,

atau malah menyebabkan komplikasi.

c. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan

seperti mendengarkan musik atau nonton TV

Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan

perhatian klien dari rasa nyeri.

d. Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi,

bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.

Rasional : Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan

menurunkan stress dan ansietas.

e. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.

Rasional : Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat

nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya

serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan

anti nyeri.

f. Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien

Rasional : Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.

g. Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik

dll

Rasional : Untuk mengatasi nyeri.

3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan

hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi

khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya

Page 28: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

36

rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan

mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat,

hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20%

atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan,

konstipasi, abdominal cramping.

Tujuan :

- Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak

ada tanda malnutrisi

- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat

- Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan

penyakitnya

Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam berat

badan klien stabil.

Intervensi :

a. Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan

kebutuhannya.

Rasional : Memberikan informasi tentang status gizi klien.

b. Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan

berat badan.

Rasional : Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan

berat badan klien.

c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar

parotis.

Page 29: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

37

Rasional : Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.

d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan

intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.

Rasional : Kalori merupakan sumber energi.

e. Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan

makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.

Rasional : Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia

yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta

mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan

ansietas.

f. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan

bersama teman atau keluarga.

Rasional : Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.

g. Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum

makan.

Rasional : Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan

selera makan.

h. Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami

klien.

Rasional : Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi,

perawat dan klien).

i. Kolaboratif

1) Amati studi laboratorium seperti total limposit, serum transferin

Page 30: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

38

dan albumin

Rasional : Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan

nutrisi sebagai akibat perjalanan penyakit, pengobatan

dan perawatan terhadap klien.

2) Berikan pengobatan sesuai indikasi

Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins

khususnya A,D,E dan B6, antacida

Rasional : Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek

samping dan meningkatkan status kesehatan klien.

j. Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral,

imbangi dengan infus.

Rasional : Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil

yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan.

4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan

kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya,

pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti

intruksi/pencegahan komplikasi.

Tujuan :

- Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan

pengobatan pada tingkatan siap.

- Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan

mengikuti prosedur tersebut.

Page 31: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

39

- Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi

dalam pengobatan.

- Bekerjasama dengan pemberi informasi.

Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam

pengetahuan klien tentang penyakit bertambah.

Intervensi :

a. Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan

dan akibatnya.

Rasional : Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap

pengetahuan klien.

b. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan

pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker.

Rasional : Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan

persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian.

c. Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara

spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.

Rasional : Membantu klien dalam memahami proses penyakit.

d. Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur

pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.

Rasional : Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan

pengobatan.

e. Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan

mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya.

Page 32: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

40

Rasional : Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan

keluarga mengenai penyakit klien.

f. Review klien / keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.

Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai

nutrisi yang adekuat.

g. Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara

rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.

Rasional : Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan

tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut

yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman.

h. Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.

Rasional : Meningkatkan integritas kulit dan kepala.

5. Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan

efek samping kemotherapi dan radiasi/radiotherapi.

Tujuan :

- Membran mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari

inflamasi dan ulcerasi

- Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.

- Klien mampu mendemonstrasikan tehnik mempertahankan/menjaga

kebersihan rongga mulut.

Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam

membran mukosa klien tidak menunjukkan kerusakan.

Page 33: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

41

Intervensi :

a. Kaji kesehatan gigi dan mulut pada saat pertemuan dengan klien dan

secara periodik.

Rasional : Mengkaji perkembangan proses penyembuhan dan tanda-

tanda infeksi memberikan informasi penting untuk

mengembangkan rencana keperawatan.

b. Kaji rongga mulut setiap hari, amati perubahan mukosa membran.

Amati tanda terbakar di mulut, perubahan suara, rasa kecap,

kekentalan ludah.

Rasional : Masalah dengan kesehatan mulut dapat mempengaruhi

pemasukan makanan dan minuman.

c. Diskusikan dengan klien tentang metode pemeliharan oral hygine.

Rasional : Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut dan

gigi.

d. Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari makanan panas,

pedas, asam, hindarkan makanan yang keras.

Rasional : Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lanjut pada

membran mukosa.

e. Amati dan jelaskan pada klien tentang tanda superinfeksi oral.

Rasional : Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila ada

tanda-tanda tersebut.

Page 34: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

42

f. Kolaboratif.

1) Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi.

Rasional : Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi.

2) Berikan obat sesuai indikasi, analgetik, topikal lidocaine,

antimikrobial mouthwash

Rasional : Tindakan / terapi yang dapat menghilangkan nyeri,

menangani infeksi dalam rongga mulut/infeksi sistemik.

3) Preparation

4) Kultur lesi oral.

Rasional : Untuk mengetahui jenis kuman sehingga dapat

diberikan terapi antibiotik yang tepat.

6. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang

tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake

Tujuan :

Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal,

membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine

output normal.

Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam

kebutuhan cairan klien tercukupi.

Intervensi :

a. Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal

seperti emesis, diare, drainase luka. Hitung keseimbangan selama 24

jam.

Page 35: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

43

Rasional : Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan

hipovolemia.

b. Timbang berat badan jika diperlukan.

Rasional : Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada

ketidakseimbangan cairan.

c. Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.

Rasional : Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya

takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat

berhubungan dengan dehidrasi.

d. Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan

kehausan pada klien.

Rasional : Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah

terjadinya hipovolemia.

e. Anjurkan intake cairan sampai 3000 ml per hari sesuai kebutuhan

individu.

Rasional : Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.

f. Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran

mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekiae.

Rasional : Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume

cairan.

g. Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah.

Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan

Page 36: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

44

h. Kolaboratif

1) Berikan cairan IV bila diperlukan.

Rasional : Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.

2) Berikan therapy antiemetik.

Rasional : Mencegah/menghilangkan mual muntah.

3) Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin

Rasional : Mengetahui perubahan yang terjadi.

7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi,

prosedur invasif

Tujuan :

- Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan

pencegahan infeksi

- Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka

berlangsung normal

Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam

resiko tidak terjadi pada klien.

Intervensi :

a. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan

melakukan hal yang sama.

Rasional : Mencegah terjadinya infeksi silang.

b. Jaga personal hygine klien dengan baik.

Rasional : Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.

Page 37: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

45

c. Monitor temperatur.

Rasional : Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.

d. Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.

Rasional : Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi.

e. Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.

Rasional : Mencegah terjadinya infeksi.

f. Kolaboratif.

1) Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets.

Rasional : Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi.

2) Berikan antibiotik bila diindikasikan.

Rasional : Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang

diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi.

8. Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan deficit

pengetahuan / keterampilan tentang alternatif respon terhadap transisi

kesehatan, penurunan fungsi / struktur tubuh, dampak pengobatan.

Tujuan :

- Klien dapat mengungkapkan pengertiannya terhadap efek kanker dan

therapi terhadap seksualitas

- Mempertahankan aktivitas seksual dalam batas kemampuan

Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan 1 x 24 jam resiko tinggi

gangguan fungsi seksual tidak terjadi.

Intervensi :

a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang proses seksualitas dan

Page 38: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

46

reaksi serta hubungannya dengan penyakitnya.

Rasional : Meningkatkan ekspresi seksual dan meningkatkan

komunikasi terbuka antara klien dengan pasangannya.

b. Berikan advise tentang akibat pengobatan terhadap seksualitasnya.

Rasional : Membantu klien dalam mengatasi masalah seksual yang

dihadapinya.

c. Berikan privacy kepada klien dan pasangannya. Ketuk pintu sebelum

masuk.

Rasional : Memberikan kesempatan bagi klien dan pasangannya untuk

mengekspresikan perasaan dan keinginan secara wajar.

9. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi

dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.

Tujuan :

- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan

kondisi spesifik

- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan

penyembuhan

Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan 1 x 24 jam maka tidak terjadi

resiko tinggi kerusakan integritas kulit tidak terjadi.

Intervensi :

a. Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker,

amati penyembuhan luka.

Rasional : Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan

Page 39: Jtptunimus Gdl Ennywidyaw 5113 2 Babii

47

mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan

integritas kulit.

b. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.

Rasional : Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.

c. Ubah posisi klien secara teratur.

Rasional : Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu

daerah tertentu

d. Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit,

minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.

Rasional : Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang

kontra indikatif