8
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, selanjutnya dilakukan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005). Secara garis besar pembedahan dibedakan menjadi dua, yaitu pembedahan mayor dan pembedahan minor ( Mansjoer, 2000). Istilah bedah minor (operasi kecil) dipakai untuk tindakan operasi ringan yang biasanya dikerjakan dengan anestesi lokal, seperti mengangkat tumor jinak, kista pada kulit, sirkumsisi, ekstraksi kuku, penanganan luka. Sedangkan bedah mayor adalah tindakan bedah besar yang menggunakan anestesi umum/ general anestesi, yang merupakan salah satu bentuk dari pembedahan yang sering dilakukan (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005). Salah satu jenis tindakan operasi bedah mayor adalah bedah abdomen. Bedah abdomen merupakan pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005). Tindakan bedah abdomen juga merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obstetri gynecologi. Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan adalah hernioraphi/herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepatektomi, splenektomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dan fistulektomi. Sedangkan tindakan bedah abdomen pada kasus obstetri gynecologi yang sering dilakukan

Jtptunimus Gdl Khoiruluma 6489-2-3.Babi n

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jtptunimus Gdl Khoiruluma 6489-2-3.Babi n

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara

invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.

Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan.

Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, selanjutnya dilakukan perbaikan

yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong,

2005).

Secara garis besar pembedahan dibedakan menjadi dua, yaitu pembedahan mayor

dan pembedahan minor ( Mansjoer, 2000). Istilah bedah minor (operasi kecil)

dipakai untuk tindakan operasi ringan yang biasanya dikerjakan dengan anestesi

lokal, seperti mengangkat tumor jinak, kista pada kulit, sirkumsisi, ekstraksi kuku,

penanganan luka. Sedangkan bedah mayor adalah tindakan bedah besar yang

menggunakan anestesi umum/ general anestesi, yang merupakan salah satu bentuk

dari pembedahan yang sering dilakukan (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

Salah satu jenis tindakan operasi bedah mayor adalah bedah abdomen. Bedah

abdomen merupakan pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding

abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005). Tindakan

bedah abdomen juga merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah

abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obstetri gynecologi.

Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan adalah

hernioraphi/herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepatektomi,

splenektomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dan fistulektomi. Sedangkan

tindakan bedah abdomen pada kasus obstetri gynecologi yang sering dilakukan

Page 2: Jtptunimus Gdl Khoiruluma 6489-2-3.Babi n

2

adalah berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan operasi

ovarium, yang meliputi histerektomi, baik histerektomi total, radikal, eksenterasi

pelvic, salpingooferektomi bilateral.

Setiap pembedahan selalu berhubungan dengan insisi/sayatan yang merupakan

trauma atau kekerasan bagi penderita yang menimbulkan berbagai keluhan dan

gejala. Salah satu keluhan yang sering dikemukakan adalah nyeri ( Sjamsuhidajat

dan Jong, 2005). Hal ini didukung oleh penelitian Megawati ( 2010), bahwa pasien

pasca laparatomi mengeluhkan nyeri sedang sebanyak 57,70%, yang

mengeluhkan nyeri berat 15,38%, dan nyeri ringan sebanyak 26,92%.

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan

ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori

subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan

kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi

terjadinya kerusakan (Smeltzer dan Bare, 2002).

Nyeri setelah pembedahan merupakan hal yang fisiologis, tetapi hal ini merupakan

salah satu keluhan yang paling ditakuti oleh klien setelah pembedahan. Sensasi

nyeri mulai terasa sebelum kesadaran klien kembali penuh, dan semakin

meningkat seiring dengan berkurangnya pengaruh anestesi. Adapun bentuk nyeri

yang dialami oleh klien pasca pembedahan adalah nyeri akut yang terjadi karena

adanya luka insisi bekas pembedahan ( Perry dan Potter, 2006).

Nyeri akut yang dirasakan oleh klien pasca operasi merupakan penyebab stress,

frustasi, dan gelisah yang menyebabkan klien mengalami gangguan tidur, cemas,

tidak nafsu makan, dan ekspresi tegang ( Perry dan Potter, 2006). Selain itu nyeri

juga dapat meningkatkan metabolisme dan curah jantung, kerusakan respon

Page 3: Jtptunimus Gdl Khoiruluma 6489-2-3.Babi n

3

insulin, peningkatan produksi kortisol dan retensi cairan. (Smeltzer dan Bare,

2002).

Tujuan dari manajemen nyeri pasca operasi adalah untuk mengurangi atau

menghilangkan rasa sakit dan ketidaknyamanan pasien dengan efek samping

seminimal mungkin. Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen

nyeri, yaitu pendekatan farmakologi dan non farmakologi. Pendekatan farmakologi

merupakan tindakan kolaborasi antara perawat dengan dokter, yang menekankan

pada pemberian obat yang mampu menghilangkan sensasi nyeri. Sedangkan

pendekatan non farmakologi merupakan tindakan mandiri perawat untuk

menghilangkan nyeri dengan menggunakan teknik manajemen nyeri, misalnya

dengan teknik biofeedback, Transcutan Electric Nervous Stimulating ( TENS ),

relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, terapi bermain, acupressure,

aplikasi panas/ dingin, massage, dan hipnosis (Mc Closkey dan Bulecheck, 2000).

Hipnoterapi/ terapi hipnotis bisa dipakai pada pengobatan berbagai kondisi,

terutama bila kondisi klien bertambah parah karena ketegangan dan stress.

Individu dibantu merubah persepsi nyeri dengan menerima secara apoditif saran-

saran di ambang bawah sadar (Long, 1996). Hipnoterapi adalah terapi yang

dilakukan terhadap klien yang berada dalam kondisi hipnosis. Kata hipnosis

berasal dari bahasa yunani, yaitu hypnos yang berarti “tidur”. Seseorang yang

berada dalm kondisi hipnosis akan menampilkan kecenderungan yang berbeda

dibandingkan dengan seseorang yang tidak dalam kondisi hipnosis. Dalam kondisi

hipnosis, seseorang cenderung lebih mudah menerima saran atau sugesti ( hiper-

sugestion). Dengan sugesti penyembuhan (hypno-therapeutic), hipnoterapis bisa

memodifikasi perilaku klien, dari emosional, sikap, hingga berbagai macam

kondisi, seperti kebiasaan buruk, kecemasan, stres yang berhubungan dengan

penyakit akut maupun kronis, manajemen rasa sakit dan nyeri, serta

pengembangan pribadi manusia (Hakim, 2010). Hipnoterapi merupakan konsep

Page 4: Jtptunimus Gdl Khoiruluma 6489-2-3.Babi n

4

penyembuhan yang menyeimbangkan sistem harmonisasi tubuh dengan mengatur

kembali pola-pola negatif yang sering dilakukan oleh individu, baik secara sadar

maupun tidak sadar. Dengan memasuki pikiran bawah sadar klien, pola-pola

negatif yang selama ini telah dilakukan oleh klien, bisa dikoreksi dan di program

kembali dengan memberikan pandangan-pandangan baru yang bisa memberikan

kenyamanan dan ketenangan secara jangka panjang bagi klien (Hakim, 2010).

Berdasarkan data awal yang dikumpulkan oleh peneliti, bahwa tindakan operasi

laparatomi di RSUP Dokter Kariadi Semarang tahun 2011 ada 260 kasus. Jika

dirata-rata dalam satu bulan sekitar 20 kasus setiap bulan. Sebagian besar pasien

pasca operasi tersebut mengeluh nyeri dan tidak bisa mengurangi nyeri secara

efektif. Hal ini berakibat pasien merasa cemas, nafsu makan berkurang, sulit tidur,

denyut jantung meningkat, tekanan darah meningkat, dan rasa takut untuk

melakukan mobilisasi bertahap. Penanganan atau manajemen nyeri di bangsal

dilakukan dengan pemberian analgetik, yang apabila telah melewati masa puncak

kerja dari obat yang diberikan dan efek obat mulai hilang, maka klien berangsur-

angsur akan merasakan rasa nyeri kembali, sehingga hipnoterapi bisa sebagai

alternatif untuk pengelolaan nyeri pada pasien pasca operasi bedah mayor

abdomen.

Hipnoterapi merupakan salah satu intervensi mandiri dalam keperawatan yang

dapat diterapkan untuk mengurangi rasa nyeri. Penelitian yang dilakukan oleh

Riski Yulida Astari (2010) menyimpulkan bahwa hipnoterapi efektif dalam

penurunan nyeri pada pasien pasca operasi fraktur femur. Sedangkan penerapan

hipnoterapi untuk kasus nyeri pasca operasi bedah mayor abdomen belum diteliti,

sehingga belum diketahui efektifitasnya.

Berdasarkan substansi yang telah dijelaskan diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Efektifitas Hipnoterapi Terhadap Penurunan

Page 5: Jtptunimus Gdl Khoiruluma 6489-2-3.Babi n

5

Intensitas Nyeri pada Pasien Pasca Operasi Bedah mayor abdomen Di RSUP

Dokter Kariadi Semarang”. Alasan peneliti tertarik untuk meneliti di RSUP Dokter

Kariadi karena kasusnya cukup banyak dan belum pernah ada penelitian di rumah

sakit ini mengenai hipnoterapi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penulis akan mengajukan rumusan masalah

yaitu “Apakah penerapan hipnoterapi efektif terhadap penurunan intensitas nyeri

pada pasien pasca operasi bedah mayor abdomen?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penerapan

hipnoterapi terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien pasca operasi

bedah mayor abdomen.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui gambaran nyeri pasien pasca operasi bedah mayor abdomen

pada kelompok kontrol dan intervensi sebelum dilakukan hipnoterapi di

RSUP Dokter Kariadi Semarang.

b. Mengetahui gambaran nyeri pasien pasca operasi bedah mayor abdomen

pada kelompok kontrol dan intervensi sesudah dilakukan hipnoterapi di

RSUP Dokter Kariadi Semarang.

c. Menganalisis efektifitas penerapan hipnoterapi terhadap penurunan

intensitas nyeri pada pasien pasca operasi bedah mayor abdomen di RSUP

Dokter Kariadi Semarang.

Page 6: Jtptunimus Gdl Khoiruluma 6489-2-3.Babi n

6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Sebagai bahan kajian dalam meningkatkan pengelolaan nyeri pada pasien pasca

operasi bedah mayor abdomen melalui teknik hipnoterapi.

2. Manfaat praktis

a. Bagi RSUP Dr.Kariadi Semarang

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas kesehatan melalui

teknik hipnoterapi.

b. Bagi profesi keperawatan RSUP Dokter Kariadi Semarang

Dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan untuk mengaplikasikan

tindakan keperawatan mandiri melalui teknik hipnoterapi.

c. Bagi klien pasca operasi

Dapat meningkatkan pemahaman klien tentang cara termudah dan efektif

dalam mengatasi nyeri yang dialami, serta mengurangi pemberian analgetik,

sehingga bisa meminimalkan efek samping obat dan dapat menghemat biaya

pengobatan.

d. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menjadi bahan referensi bagi perpustakaan dan dapat menjadi bahan

masukan mengenai penerapan hipnoterapi untuk menurunkan intensitas nyeri

serta dapat digunakan sebagai masukan penelitian sejenis lainnya.

E Bidang Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu Keperawatan Medikal Bedah.

F. Keaslian Penelitian

Menurut pengetahuan penulis, belum pernah ada penelitian yang dipublikasikan

tentang efektifitas hipnoterapi terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien

Page 7: Jtptunimus Gdl Khoiruluma 6489-2-3.Babi n

7

pasca operasi bedah mayor abdomen, tetapi ada beberapa penelitian yang hampir

sama yang ditampilkan dalam tabel di bawah ini,

Tabel 1.1. Penelitian terkait

NO Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

1 Harjayanti (2007) Perbedaan penurunan

intensitas nyeri sebelum

dan sesudah dilakukan

teknik relaksasi dan

nafas dalam pada klien

post bedah mayor di

RSUD Tugurejo

Semarang

Penelitian kuantitatif

dengan jenis quase

experiment dan

design one group

pre test post test

Uji t-test dengan

hasil t= 9,292, p

value= 0,000.

Kesimpulan: Ada

perbedaan

penurunan

intensitas nyeri

antara sebelum dan

sesudah dilakukan

teknik relaksasi dan

nafas dalam pada

klien post bedah

mayor di RSUD

Tugurejo

Semarang.

2 Rizqi Yulida Astari

(2010)

Pengaruh Hipnoterapi

terhadap Penurunan

Nyeri Pada Pasien Post

Operasi Fraktur Femur

Di Ruang Rawat Inap

Bedah Rumah Sakit

Ortopedi Surakarta”

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

kuantitatif,

rancangan penelitian

eksperimen dengan

pretest-post test

design.

Hasil uji Wilcoxon

Signed Ranks Test

menunjukkan p-

value = 0,001,

sehingga

disimpulkan

terdapat pengaruh

hipnoterapi

terhadap penurunan

nyeri pada pasien

post operasi fraktur

femur di ruang

rawat inap bedah

Rumah Sakit

Orthopedi

Surakarta.

Adapun perbedaan dengan penelitian Harjayanti (2007) adalah pada variabel

independen dan metode penelitian yang digunakan. Sedangkan perbedaan dengan

penelitian Astari (2010) adalah pada sampel dan metode penelitian yang digunakan,

penelitian Astari menggunakan pre test post test design tanpa kontrol, sedangkan

penelitian ini menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding. Adapun Astari

Page 8: Jtptunimus Gdl Khoiruluma 6489-2-3.Babi n

8

pada pasien pasca operasi fraktur, penelitian ini pada pasien pasca operasi bedah

mayor abdomen. Selain itu, tempat dan waktu penelitian juga berbeda.