Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    1/30

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    2/30

    8

    Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah

    dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai

    bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak

    mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan

    mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan

    “tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung

    mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan

    pemilihan maupun penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula

    bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami gangguan status

    gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki (BPS, 1999).

    3. Tumbuh Kembang Balita

    Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun

    prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni:

    a. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah

    ( sefalokaudal ).

    Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak

    akan berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar

    menggunakan kakinya.

    b. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar.

    Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan

    telapak tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih

    benda dengan jemarinya.

    c. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar

    mengeksplorasi keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar,

    menendang, berlari dan lain-lain.

    Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada

    konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan

    intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses

    multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran

    tubuhnya. Hal ini ditandai oleh:

    a. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    3/30

    9

    b. Bertambahnya ukuran lingkar kepala.

    c. Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.

    d. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.

    e. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan

    sebagainya.

    Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini tentu tidak harus drastis.

    Sebaliknya, berlangsung perlahan, bertahap, dan terpola secara

    proporsional pada tiap bulannya. Ketika didapati penambahan ukuran

    tubuhnya, artinya proses pertumbuhannya berlangsung baik. Sebaliknya

    jika yang terlihat gejala penurunan ukuran, itu sinyal terjadinya gangguan

    atau hambatan proses pertumbuhan.

    Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita

    adalah dengan mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi badan

    yang terdapat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan bertambahnya

    usia anak, harusnya bertambah pula berat dan tinggi badannya. Cara

    lainnya yaitu dengan pemantauan status gizi. Pemantauan status gizi pada

    bayi dan balita telah dibuatkan standarisasinya oleh Harvard University

    dan Wolanski . Penggunaan standar tersebut di Indonesia telah

    dimodifikasi agar sesuai untuk kasus anak Indonesia.

    Perkembangan pada masa balita merupakan gejala kualitatif, artinya

    pada diri balita berlangsung proses peningkatan dan pematangan

    (maturasi ) kemampuan personal dan kemampuan sosial.

    a. Kemampuan personal ditandai pendayagunaan segenap fungsi alat-

    alat pengindraan dan sistem organ tubuh lain yang dimilikinya.

    Kemampuan fungsi pengindraan meliputi ;

    1) Penglihatan, misalnya melihat, melirik, menonton, membaca dan

    lain-lain.

    2) Pendengaran, misalnya reaksi mendengarkan bunyi, menyimak

    pembicaraan dan lain-lain.

    3) Penciuman, misalnya mencium dan membau sesuatu.

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    4/30

    10

    4) Peraba, misalnya reaksi saat menyentuh atau disentuh, meraba

    benda, dan lain-lain.

    5) Pengecap, misalnya menghisap ASI, mengetahui rasa makanan

    dan minuman.

    Pada sistem tubuh lainnya di antaranya meliputi :

    1) Tangan, misalnya menggenggam, mengangkat, melempar,

    mencoret-coret, menulis dan lain-lain.

    2) Kaki, misalnya menendang, berdiri, berjalan, berlari dan lain-lain.

    3) Gigi, misalnya menggigit, mengunyah dan lain-lain.

    4) Mulut, misalnya mengoceh, melafal, teriak, bicara,menyannyi dan

    lain-lain.

    5) Emosi, misalnya menangis, senyum, tertawa, gembira, bahagia,

    percaya diri, empati, rasa iba dan lain-lain.

    6) Kognisi, misalnya mengenal objek, mengingat, memahami,

    mengerti, membandingkan dan lain-lain.

    7) Kreativitas, misalnya kemampuan imajinasi dalam membuat,

    merangkai, menciptakan objek dan lain-lain.

    b. Kemampuan sosial.

    Kemampuan sosial (sosialisasi), sebenarnya efek dari kemampuan

    personal yang makin meningkat. Dari situ lalu dihadapkan dengan

    beragam aspek lingkungan sekitar, yang membuatnya secara sadar

    berinterkasi dengan lingkungan itu. Sebagai contoh pada anak yang

    telah berusia satu tahun dan mampu berjalan, dia akan senang jika

    diajak bermain dengan anak-anak lainnya, meskipun ia belum pandai

    dalam berbicara, ia akan merasa senang berkumpul dengan anak-

    anak tersebut. Dari sinilah dunia sosialisasi pada ligkungan yang

    lebih luas sedang dipupuk, dengan berusaha mengenal teman-

    temanya itu.

    4. Kebutuhan Utama Proses Tumbuh Kembang

    Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang

    harus terpenuhi, kebutuhan tersebut yakni ; a. Kebutuhan akan gizi

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    5/30

    11

    (asuh); b. Kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih); dan c. Kebutuhan

    stimulasi dini (asah) (PN.Evelin dan Djamaludin. N. 2010).

    a. Pemenuhan kebutuhan gizi (asuh).

    Usia balita adalah periode penting dalam proses tubuh kembang anak

    yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia ini,

    perkembangan kemampuan berbahasa, berkreativitas, kesadaran

    social, emosional dan inteligensi anak berjalan sangat cepat.

    Pemenuhan kebutuhan gizi dalam rangka menopang tumbuh

    kembang fisik dan biologis balita perlu diberikan secara tepat dan

    berimbang. Tepat berarti makanan yang diberikan mengandung zat -

    zat gizi yang sesuai kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia.

    Berimbang berarti komposisi zat-zat gizinya menunjang proses

    tumbuh kembang sesuai usianya. Dengan terpenuhinya kebutuhan

    gizi secara baik, perkembangan otaknya akan berlangsung optimal.

    Keterampilan fisiknya pun akan berkembang sebagai dampak

    perkembangan bagian otak yang mengatur sistem sensorik dan

    motoriknya.

    Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis yang baik, akan berdampak

    pada sistem imunitas tubuhnya sehingga daya tahan tubuhnya akan

    terjaga dengan baik dan tidak mudah terserang penyakit.

    b. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih).

    Kebutuhan ini meliputi upaya orang tua mengekspresikan perhatian

    dan kasih sayang, serta perlindungan yang aman dan nyaman kepada

    si anak. Orang tua perlu menghargai segala keunikan dan potensi

    yang ada pada anak. Pemenuhan yang tepat atas kebutuhan emosi

    atau kasih sayang akan menjadikan anak tumbuh cerdas secara

    emosi, terutama dalam kemampuannya membina hubungan yang

    hangat dengan orang lain. Orang tua harus menempatkan diri sebagai

    teladan yang baik bagi anak-anaknya. Melalui keteladanan tersebut

    anak lebih mudah meniru unsur-unsur positif, jauhi kebiasaan

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    6/30

    12

    memberi hukuman pada anak sepanjang hal tersebut dapat diarahkan

    melalui metode pendekatan berlandaskan kasih sayang.

    c. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini (asah).

    Stimulasi dini merupakan kegiatan orangtua memberikan rangsangan

    tertentu pada anak sedini mungkin. Bahkan hal ini dianjurkan ketika

    anak masih dalam kandungan dengan tujuan agar tumbuh kembang

    anak dapat berjalan dengan optimal.

    Stimulasi dini meliputi kegiatan merangsang melalui sentuhan-

    sentuhan lembut secara bervariasi dan berkelanjutan, kegiatan

    mengajari anak berkomunikasi, mengenal objek warna, mengenal

    huruf dan angka. Selain itu, stimulasi dini dapat mendorong

    munculnya pikiran dan emosi positif, kemandirian, kreativitas dan

    lain-lain.

    Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini secara baik dan benar dapat

    merangsang kecerdasan majemuk ( multiple intelligences ) anak.

    Kecerdasan majemuk ini meliputi, kecerdasan linguistic, kecerdasan

    logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik,

    kecerdasan musical, kecerdasan intrapribadi (intrapersonal),

    kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalis.

    B. Status Gizi

    1. Definisi Status Gizi

    Menurut Soekirman (2000) status gizi adalah keadaan kesehatan

    akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup

    manusia. Selanjutnya, Suhardjo, (2003) menyatakan bahwa status gizi

    adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan

    penggunaan makanan.

    Sedangkan menurut Supariasa, IDN. Bakri, B. & Fajar, I. (2002),

    status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

    variabel tertentu, atau perwujudan dari status tubuh yang berhubungan

    dengan gizi dalam bentuk variable tertentu. Jadi intinya terdapat suatu

    variable yang diukur (misalnya berat badan dan tinggi badan) yang dapat

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    7/30

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    8/30

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    9/30

    15

    Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian

    yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian

    dari masing-masing adalah sebagai berikut (Supariasa, et all, 2002):

    1) Antropometri

    Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi

    berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh

    dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

    Parameter yang diukur antara lain BB, TB, LLA, Lingkar kepala,

    Lingkar dada, Lemak subkutan. Indeks antropometri bisa

    merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih

    pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur

    (Hartriyanti,Yayuk dan Triyanti, 2007).

    2) Klinis

    Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi

    yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut

    dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan

    mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan

    tubuh seperti kelenjar tiroid.

    3) Biokimia

    Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris

    yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan

    tubuh yang digunakan antara lain: urine, tinja, darah, beberapa

    jaringan tubuh lain seperti hati dan otot.

    4) BiofisikPenentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan

    status gizi dengan melihat kemampuan fungsi, khususnya

    jaringan, dan melihat perubahan struktur jaringan.

    b. Penilaian secara tidak langsung

    Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu:

    survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    10/30

    16

    (Supariasa, et all 2002). Adapun uraian dari ketiga hal tersebut

    adalah:

    1) Survey konsumsi makanan

    Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung

    dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

    2) Statistik vital

    Adalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik

    kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka

    kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya

    yang berhubungan dengan gizi.

    3) Faktor ekologi

    Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa malnutrisi

    merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa

    faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan

    yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti

    iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

    4. Jenis dan Parameter Status Gizi

    Dalam menentukan status gizi harus ada ukuran baku ( reference ).

    Baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah baku

    World Health Organization – National Centre for Health Stastics (WHO-

    NCHS) sesuai rekomendasi pakar gizi dalam pertemuannya di Bogor

    tahun 2000. Selain itu juga dapat digunakan baku rujukan yang dibuat

    oleh Departeman Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI membuat

    baku rujukan penilaian status gizi anak balita yang terpisah antara anak

    laki-laki dan perempuan. Kriteria jenis kelamin inilah yang membedakan

    baku WHO-NCHS dengan baku Harvard. Baku rujukan penilaian status

    gizi menurut Depkes RI terlampir dalam lampiran.

    Parameter antropometri untuk penilaian status gizi berdasarkan

    parameter :

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    11/30

    17

    a. Umur.

    Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi,

    kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang

    salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang

    akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan

    umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya

    kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun;

    1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu

    dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12

    bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam

    bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (

    Depkes, 2004).

    Rumus antropometri anak (Soetjiningsih. 1998) yang berhubungan

    dengan umur :

    1) Berat Badan

    Umur 1 – 6 bulan = BBL (gr) + (usia x 600 gr)

    Usia 7 – 12 bulan = BBL (gr) + (usia x 500 gr) atau (usia / 2) +3

    Umur 1- 6 tahun = 2n + 8

    2) Tinggi badan

    Umur 1 tahun = 1,5 x panjang badan lahir

    Umur 2 – 12 tahun = umur (tahun) x 6 + 77

    Kriteria status gizi berdasarkan pengukuran tersebut dibandingkan

    dengan NCHS adalah :

    1) Gizi baik, jika BB menurut umur > 80% standart WHO – NCHS.2) Gizi kurang, jika BB menurut umur 61% - 80% standart WHO –

    NCHS.

    3) Gizi buruk jika BB menurut umur ≤ 60% standart WHO - NCHS

    b. Berat Badan

    Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan

    gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan

    merupakan pengukuran yang terpenting pada bayi baru lahir. Dan

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    12/30

    18

    hal ini digunakan untuk menentukan apakah bayi termasuk normal

    atau tidak (Supariasa,et all, 2001).

    Berat badan merupakan hasil peningkatan / penurunan semua

    jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan

    tubuh. Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan yang

    terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan kondisi

    kesehatan (Soetjiningsih 1998).

    Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang

    digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1)

    Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain, (2)

    Mudah diperoleh dan relatif murah harganya, (3) Ketelitian

    penimbangan maksimum 0,1 kg, (4) Skalanya mudah dibaca, (5)

    Aman untuk menimbang balita. Sedangkan jenis timbangan

    sebaiknya yang memenuhi persyaratan tersebut, timbangan yang

    dianjurkan untuk anak balita adalah dacin dengan kapasitas

    minimum 20 kg dan maksimum 25 kg. jenis timbangan lain yang

    dapat digunakan adalah detecto , sedangkan timbangan injak ( bath

    room scale ) akurasinya kurang karena menggunakan per, sehingga

    hasilnya dapat berubah-ubah.

    Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan

    menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat

    perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam

    penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan

    paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu

    pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi

    kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi

    dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990) dalam Atmarita,

    Soendoro, T. Jahari, AB. Trihono dan Tilden, R. (2009).

    Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan

    atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya

    tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    13/30

    19

    diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak. Selain

    menilai berdasarkan status gizi dan tumbuh kembang anak, berat

    badan juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan

    makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan.

    Interpretasi :

    1) BB/U < dipetakan pada kurva berat badan :

    a) BB< sentil ke-10 : disebut defisit

    b) BB>sentil ke-90 : disebut kelebihan

    2) BB/U dibandingkan acuan standar, dinyatakan dalam

    presentase:

    >120% : disebut gizi lebih 80-120% : disebut gizi baik 60-80%: - tanpa edema : gizi kurang

    - dengan edema : gizi buruk (kwashiorkor) < 60% : - tanpa edema : marasmus

    - dengan edema : marasmus- kwashiorkor

    Perubahan berat badan (berkurang atau bertambah) perlu mendapat

    perhatian karena merupakan petunjuk adanya masalah nutrisi akut.

    Kehilangan BB dihitung sebagai berikut (BB saat ini/BB semula)x

    100%.

    1) 85-95% : kehilangan BB ringan (5-15%)

    2) 75-84% : kehilangan BB sedang (16-25%

    3) 25%

    c. Tinggi BadanTinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang cukup

    penting. Keistemewaannya bahwa ukuran tinggi badan akan

    meningkat terus pada waktu pertumbuhan sampai mencapai tinggi

    yang optimal. Di samping itu tinggi badan dapat dihitung dengan

    dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan umur.

    Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang

    dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    14/30

    20

    sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang

    berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi

    pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks

    TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat

    Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan

    tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun

    sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran

    keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak

    sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004). Pengukuran tinggi badan

    untuk anak yang sudah bisa berdiri dilakukan dengan alat pengukur

    tinggi mikrotoa ( microtoise ) yang memiliki ketelitian 0,1 cm.

    sedangkan pada anak yang belum bisa berdiri digunakan alat

    pengukur panjang badan dengan posisi anak berbaring di tempat

    datar. Pengukuran tinggi badan maupun panjang badan dapat

    dilakukan dengan menggunakan pita ukur.

    Cara mengukur panjang badan usia 0-24 bulan yaitu: (1) alat

    pengukur diletakkan di atas meja atau tempat yang datar, (2) bayi

    ditidurkan lurus di dalam alat pengukur, (3) bagian bawah alat

    pengukur sebelah kaki digeser sehingga tepat menyinggung telapak

    kaki bayi dan skala pada sisi alat ukur dapat dibaca.

    Interpretasi :

    1) TB/U pada kurva:

    < sentil 5 : defisit berat

    Sentil 5 : perlu evaluasi untuk membedakan apakah

    perawakan pendek akibat defisiensi nutrisi

    kronik atau konstitusional.

    2) TB/U dibandingkan standar baku (%) :

    90-110% : baik/normal

    70-89% : tinggi kurang

    < 70% : tinggi sangat kurang

    3) BB/TB

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    15/30

    21

    Rasio BB/TB bila dikombinasi dengan berat badan menurut

    umur dan tinggi badan menurut umur sangat penting dan lebih

    akurat dalam penilaian status nutrisi karena ia mencerminkan

    proporsi tubuh serta dapat membedakan antara wasting dan

    stunting atau perawakan pendek. Indeks ini digunakan pada

    anak perempuan hanya sampai tinggi badan 138cm, dan pada

    anak lelaki sampai tinggi badan 145cm. Setelah itu rasio BB/TB

    tidak begitu banyak artinya, karena adanya percepatan tumbuh

    ( growth spurt ). Keuntungan indeks ini adalah tidak

    diperlukannya faktor umur, yang sering kali tidak diketahui

    secara tepat.BB/TB dinyatakan dalam persentasi dari BB standar

    yang sesuai dengan TB terukur individu tersebut. Cara

    perhitungannya adalah sebagai berikut :

    BB/TB (%) = (BB terukur saat itu)/(BB standar sesuai untuk TB

    terukur) x 100%

    Interpretasi:

    a) Penilaian status gizi berdasarkan presentase TB/BBo > 120% : obesitas

    o 110-120% : overweighto 90-110% : normal

    o 70-90% : gizi kurango < 70% : gizi buruk

    b) Nilai BB/TB di sekitar sentil ke-50 menunjukkan

    kesesuaian atau normal. Makin jauh deviasi, makin besar

    pula kelebihan atau kekurangan gizi pada individu tersebut.

    d. Lingkar Kepala

    Lingkar kepala dipakai untuk mengetahui volume intrakranial dan

    dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Apabila kepala tumbuh

    tidak normal maka kepala akan mengecil dan menunjukkan retardasi

    mental sebaliknya bila kepala membesar kemungkinan ada

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    16/30

    22

    penyumbatan aliran serebrospinal seperti pada hidrosefalus yang

    akan meningkatkan volume kepala.

    Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca ( fiberglass )

    dengan lebar kurang dari 1 cm, fleksibel dan tidak mudah patah

    pengukuran sebaiknya mendekati 1 desimal. Caranya dengan

    melingkarkan pita pada kepala.

    Interpretasi:

    1) Lingkaran kepala < sentil ke-5 atau < -2 SB menunjukan adanya

    mikrosefali dan kemungkinan malnutrisi kronik pada masa

    intrauterin atau masa bayi/ anak dini.

    2) Lingkaran kepala > sentil ke-95 atau >+2 SB menunjukan

    adanya makrosefali.

    e. Lingkar Lengan Atas (LILA)

    Pengukuran ini mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan

    otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh

    dibandingkan berat badan

    Pada anak umur 1-5 tahun, LILA saja sudah dapat menunjukan

    status gizi. Alat yang digunakan adalah pita ukur yang terbuat dari

    fiberglass, atau jenis kertas tertentu berlapis plastik. Pengukuran

    dilakukan pada lengan yang tidak aktif pada pertengahan bahu dan

    siku. Pada orang normal (tidak kidal) dilakukan pada tangan kiri,

    sedangkan pada anak yang kidal dilakukan pengukuran pada lengan

    kanan.

    Interpretasi :

    1) 13,5cm : gizi baik

    Bila dikaitkan dengan umur, nilai LILA dibanding dengan baku

    standar dan dinyatakan dalam persen. Nilai 100% adalah persentil

    ke-50 nilai baku.

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    17/30

    23

    Interpretasi :

    1) 85-100% : gizi baik (normal)

    2) 75-85% : gizi kurang

    3) 85% : gizi baik (normal)

    2) 80-85% : borderline/kurang kalori protein (KKP) I

    3) 75-80% : gizi kurang/ KKP II

    4)

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    18/30

    24

    Tabel 2.1 Penilaian Status Gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U,

    BB/TB Standart Baku Antropometri WHO-NCHS

    No Indeks Batas pengelompokan Status gizi

    1 BB/U < -3 SD

    -3 s/d +2 SD

    Gizi buruk

    Gizi kurang

    Gizi baik

    Gizi lebih

    2 TB/U < -3 SD

    -3 s/d < -2 SD

    -2 s/d +2 SD

    > +2 SD

    Sangat pendek

    Pendek

    Normal

    Tinggi

    3 BB/TB < -3 SD

    -3 s/d < -2 SD

    -2 s/d +2 SD

    > +2 SD

    Sangat kurus

    Kurus

    Normal

    Gemuk

    Sumber : Depkes RI, (2004).

    Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB disajikan

    dalam dua versi, yakni persentil dan skor simpang baku (standar

    deviation score = z). Menurut Waterlow, et all, gizi anak-anak di

    Negara-negara yang populasinya relative baik, sebaiknya digunakan

    “persentil”, sedangkan di Negara untuk anak -anak yang populasinya

    relative kurang, lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSD)

    sebagai persen terhadap baku rujukan.

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    19/30

    25

    Table 2.2 interpretasi status gizi berdasarkan tiga indeks antropometri (BB/U,

    TB/U, BB/TB) standar baku antropometri WHO-NCHS

    NoIndeks

    InterpretasiBB/U TB/U BB/TB

    1

    Rendah

    Rendah

    Rendah

    Rendah

    Tinggi

    Normal

    Normal

    Rendah

    Rendah

    Normal, dulu gizi

    kurang

    Sekarang kurang

    ++

    Sekarang kurang

    +

    2

    Normal

    Normal

    Normal

    Normal

    Tinggi

    Rendah

    Normal

    Rendah

    Tinggi

    Normal

    Sekarang kurang

    Sekarang >, dulu

    kurang

    3

    Tinggi

    Tinggi

    Tinggi

    Tinggi

    Rendah

    Normal

    Normal

    Tinggi

    Tinggi

    Tinggi, normal

    Obese

    Sekarang >,

    belum obese

    Keterangan : untuk ketiga indeks (BB/U, TB/U, BB/TB):

    Rendah : < -2 SD standar baku antropometri WHO-NCHS Normal : -2 s/d +2 SD standar baku antropometri WHO-NCHS Tinggi : > +2 SD standar baku antropometri WHO-NCHS

    Sumber : Depkes RI, (2004)

    5. Masalah gizi balita

    Balita termasuk ke dalam kelompok usia berisiko tinggi terhadap

    penyakit. Kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi pada balita

    dapat memengaruhi status gizi dan status kesehatannya. Gangguan gizi

    pada anak usia balita merupakan dampak kumulatif dari berbagai faktor

    baik yang berpengaruh langsung ataupun tidak langsung terhadap gizi

    anak.

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    20/30

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    21/30

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    22/30

    28

    i) Rambut tipis dan mudah rontok

    3) Tipe Kwashiorkor Marasmus

    Keadaan ini timbul jika makanan sehari-hari anak tidak cukup

    mengandung energy dan protein untuk pertumbuhan normal.

    b. Obesitas

    Anak akan mengalami berat badan berlebih ( overweight ) dan

    berlebihan lemak dalam tubuh (obesitas) apabila selalu makan dalam

    porsi besar dan tidak diimbangi dengan aktivitas yang seimbang.

    Dampak obesitas pada anak dapat menyebabkan hiperlipidemia

    (tinggi kadar kolesterol dan lemak dalam darah), gangguan

    pernafasan, dan komplikasi ortopedik (tulang).

    Upaya agar anak terhindar dari obesitas yakni orangtua perlu

    melakukan pencegahan seperti mengendalikan pola makan anak agar

    tetap seimbang. Selain itu, memberikan camilan yang sehat seperti

    buah dan melibatkan anak pada aktivitas yang bias mengeluarkan

    energinya juga harus dilakukan.

    c. Kekurangan Vitamin A

    Penyakit mata yang diakibatkan oleh kurangnya vitamin A disebut

    xerophtalmia . Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan yang

    paling sering terjadi pada anak-anak usia 2 – 3 tahun. Hal ini karena

    setelah disapih, anak tidak diberi makanan yang memenuhi syarat

    gizi. Sementara anak belum bisa mengambil makanan sendiri.

    d. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)

    Kekurangan mineral iodium pada anak dapat menyebabkan

    pembesaran kelenjar gondok, gangguan fungsi mental, dan

    perkembangan fisik. Zat iodium penting untuk kecerdasan anak.

    e. Anemia Zat Besi (Fe)

    Anemia adalah keadaan di mana kadar hemoglobin darah kurang

    dari normal. Hal ini disebabkan kurangnya mineral Fe sebagai bahan

    yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (sel darah merah).

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    23/30

    29

    Anemia pada anak disebabkan kebutuhan Fe yang meningkat akibat

    pertumbuhan anak yang pesat dan infeksi akut berulang.

    Gejala yang Nampak adalah, anak tampak lemas, mudah lelah, dan

    pucat. Selain itu, anak dengan defisiensi (kekurangan) zat besi

    ternyata memiliki kemampuan mengingat dan memusatkan perhatian

    lebih rendah dibandingkan dengan anak yang cukup asupan zat

    besinya.

    5. Penanggulangan Kekurangan Gizi Balita

    Program penanggulangan gizi dapat dibedakan antara program

    langsung yaitu pemberian makanan tambahan, vitamin dan mineral.

    Sedangkan program tidak langsung yaitu peningkatan pendapatan

    keluarga, pengendalian harga pangan, peningkatan program kesehatan.

    Kedua program ini harus dilaksanakan secara simultan apabila kita

    menginginkan berhasilnya usaha peningkatan status gizi (Suhardjo,

    1996).

    Beberapa program intervensi gizi yang dapat dilakukan untuk

    menanggulangi kurang gizi secara langsung:

    a. Fortifikasi

    Fortifikasi adalah proses dimana zat gizi ditambahkan kedalam

    makanan untuk menjaga atau meningkatkan kualitas diet suatu

    kelompok, komunitas atau populasi, contohnya adalah fortifikasi

    yodium dalam garam, vitamin A dalam tepung dan mie.

    b. Makanan formula

    Makanan formula merupakan suatu proses untuk mengembangkan

    makanan yang bernilai gizi tinggi untuk golongan rawan (balita,

    bumil dan ibu menyusui) yang kekurangan gizi, contoh MP-ASI

    untuk balita.

    c. Makanan tambahan

    Makanan tambahan adalah salah satu bentuk intervensi langsung

    untuk menyediakan jenis makanan yang penting tetapi kurang dalam

    diet normal pada golongan rawan (balita, bumil dan ibu menyusui)

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    24/30

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    25/30

    31

    c. Pengendalian harga pangan

    Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan sangat

    dipengaruhi oleh harga bahan makanan di pasaran (Apriadji, 1986).

    Pada saat ini harga kebutuhan pokok terus bergejolak sehingga

    pemerintah harus melakukan intervensi pasar untuk menekan harga.

    Ini bisa dilakukan melalui pengendalian terarah dengan cara

    melakukan subsidi pangan yang harus ditingkatkan agar bahan

    pangan terjangkau oleh daya beli masyarakat sehingga rakyat miskin

    dan petani bisa memenuhi kebutuhan pokok.

    Beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh beberapa

    peneliti diantaranya Sihadi, Sudjasmin, Suhartato dan Latifah (2000), yang

    melakukan penelitian pada anak gizi buruk yang diberikan PMT selama 6

    bulan di Klinik Gizi Bogor. Hasil yang didapatkan adalah sebanyak 33,1 %

    tetap menjadi status gizi buruk, 63,9 % berstatus gizi kurang dan 3 % menjadi

    gizi baik.

    Sedangkan Linda (2000) di dalam Sihadi dkk (2000), meneliti anak

    kurang energy protein (KEP) kurang dari 2 tahun yang diberikan PMT selama

    90 hari di Puskesmas Samalanga, Aceh Utara, hasilnya 41 % anak KEP

    menjadi gizi baik. Penelitian lain seperti yang telah dilakukan oleh Mualim,

    K, (2001) di Temanggung terhadap balita KEP berat, setelah diberikan PMT-

    P terjadi peningkatan ke KEP sedang 59.5%, tepat KEP berat 13.5%, dan

    menjadi status gizi baik 27%.

    C. Evaluasi

    1. Ruang Lingkup EvaluasiEvaluasi merupakan kegiatan lebih lanjut dari kegiatan pengukuran

    dan pengembangan indikator, oleh karena itu dalam melakukan evaluasi

    harus berpedoman pada ukuran-ukuran dan indikator yang telah

    disepakati dan telah ditetapkan. Evaluasi juga merupakan suatu proses

    umpan balik atas kinerja masa lalu yang berguna untuk meningkatkan

    produktivitas dimasa datang, sebagai suatu proses yang berkelanjutan,

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    26/30

    32

    evaluasi menyediakan informasi mengenai kinerja dalam hubungannya

    terhadap tujuan dan sasaran (Notoatmodjo, 2003).

    2. Tujuan Evaluasi

    Menurut Mubarak dkk (2009), Evaluasi memiliki tujuan sebagai

    berikut :

    a. Membantu perencanaan dimasa yang akan datang.

    b. Mengetahui apakah sarana yang tersedia dimanfaatkan dengan

    sebaik-baiknya.

    c. Menentukan kelemahan dan kekuatan program, baik dari segi teknis

    maupun administrative yang selanjutnya diadakan perbaikan-

    perbaikan.

    d. Membantu menentukan strategi, artinya mengevaluasi apakah cara

    yang telah dilaksanakan dapat dilanjutkan atau perlu adanya

    perubahan.

    e. Mendapat dukungan dari sponsor berupa dukungan moral maupun

    material.

    f. Motivator, keberhasilan program akan memberikan kepuasan dan

    mendorong kinerja.

    3. Dinamika Evaluasi

    Salah satu cirri evaluasi adalah sebagai suatu proses yang

    berkesinambungan, maka dengan sendirinya disamping mempunyai cirri-

    ciri yang khas juga mencerminkan sifat kedinamisan dengan cara

    membedakan : input, proses dan output. Pada sisi input, evaluasi

    pengembangan personil sangat penting untuk melihat kebutuhan sesuai

    dengan keterampilan yang diharapkan, sehingga dapat dikembangkan

    pengawasan yang mendukung pada organisasi logistik serta mekanisme

    pendukung lainnya. Sebagai suatu langkah awal yang penting dalam sisi

    input adalah evaluasi terhadap penetapan tujuan, dikaitkan dengan visi

    dan misi program atau organisasi, serta penetapan sasaran program itu

    sendiri (Azwar, A. 1996).

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    27/30

    33

    Pada sisi proses adalah untuk mengarahkan sumberdaya agar

    menghasilkan pelayanan yang diinginkan yang juga harus dievaluasi.

    Aspek proses evaluasi dapat diikutsertakan sebagai input sumberdaya,

    atau dipandang sebagai proses output, akan tetapi harus diidentifikasi

    secara terpisah untuk membedakan kapasitas tindakan dari penggunaan

    nyata dari kapasitas tersebut. Output merupakan hasil pelayanan yang

    memberi dampak yang berbeda-beda terhadap status kesehatan (Mubarak

    dkk. 2009).

    4. Metode Evaluasi

    Berdasarkan waktunya menurut Mubarak dkk, (2009), evaluasi dapat

    dilakukan :

    a. Evaluasi rutin ( Concurrent Evaluation ). Evaluasi dilakukan sejak

    awal bersaman dengan pelaksanaan program itu sendiri, meliputi

    semua aspek program, termasuk reaksi masyarakat terhadap program

    tersebut.

    b. Evaluasi berkala ( Periodical evaluation ) yaitu evaluasi yang

    dilakukan pada setiap akhir dari suatu bagian tertentu dari program,

    seperti setiap enem bulan, satu tahun dan lain-lain.

    c. Evaluasi akhir ( Terminal evaluation ) yaitu penilaian yang dilakukan

    pada akhir suatu program atau beberapa waktu setelah akhir suatu

    program. Jadi ini merupakan penilaian atau evaluasi terhadap

    pencapaian tujuan akhir.

    5. Ukuran Evaluasi

    Kegiatan dalam evaluasi, dimensi pengukuran kinerjanya harus

    ditentukan dengan jelas, yaitu meliputi ketepatan dan kesesuaian,

    efektifitas dan efisiensi, serta pertimbangan keadilan. Ketepatan dan

    kesesuaian memandang kinerja dengan apakah tindakan-tindakan yang

    diambil sudah sesuai dengan permasalahan yang ada, sehingga tidak

    terjadi pemborosan sumber daya yang terbatas tersebut. Dengan

    menggunakan asumsikan ketepatan, maka program yang

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    28/30

    34

    dipertimbangkan ukurannya dan cakupannya cukup untuk membuat

    suatu perbedaan yang berarti.

    Ukuran-ukuran efektifitas dan efisiensi merupakan alat utama dasar

    evaluasi program. Efektifitas diartikan sebagai penyelesaian suatu

    program dalam kaitannya dengan kebutuhan atau perhatian. Sedangkan

    efisiensi dan efektifitas biaya adalah sering kali berhubungan dengan

    hasil terhadap input (rasio output terhadap input ).

    Ukuran keadilan, akan merupakan tambahan kepentingan dalam

    evaluasi program kesehatan. Pendapat ini telah berkembang secara

    sejajar dengan ukuran efektifitas dan efisiensi. Secara operasional ukuran

    keadilan menciptakan pertimbangan dalam efisiensi biaya dengan

    demikian program kesehatan sedapat mungkin melakukan keadilan

    terhadap pelayanan bagi populasi yang mampu secara ekonomi dengan

    populasi yang kurang mampu secara ekonomi (Mubarak dkk, 2009).

    6. Evaluasi status gizi

    Evaluasi status gizi, dilakukan setelah suatu program intervensi gizi

    secara langsung telah dilaksanakan. Evaluasi ini dapat dilaksanakan

    dengan cara penilaian status gizi secara langsung maupun secara tidak

    langsung seperti saat penilaian awal status gizi. Namun dalam hal

    penelitian ini, tidak semua metode penilaian status gizi dilaksanakan.

    Dalam penelitian ini, metode yang dilaksanakan adalah penilaian secara

    langsung dengan penimbangan berat badan, kemudian hasil penimbangan

    dibandingkan dengan standar baku Depkes dan KMS, yaitu berat badan

    berdasarkan umur (BB/U), kemudian diklasifikasikan dalam status gizi

    (gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih), juga hasil

    penimbangan diinterpretasikan dalam KMS yaitu bawah garis merah

    (BGM), garis kuning, garis hijau dan di atas garis hijau.

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    29/30

    35

    D. Kerangka Teori

    Gambar 2.1 Kerangka Teori

    Sumber : Modifikasi Moehji. S, (2009) Ilmu Gizi: Penanggulangan Gizi Buruk

    Predisposisi

    At risk factorso Masyarakato Keluargao

    individu

    Masalah gizi balita

    KEP (kurang energy protein) Obesitas Defisiensi Vitamin A GAKI (gangguan akibat

    kekurangan iodium) Anemia zat besi (Fe)

    PMT- PenyuluhanSasaran :

    Semua anak balita bukan

    penderita gizi buruk

    PMT- PemulihanSasaran :

    BB kurang dari 70% dariBB normal

    BB 3 x penimbangantidak naik

    Penanggulangan masalah gizi Langsung

    o Fortifikasio Makanan formulao Makanan tambahan (PMT )o Suplementasi

    Tidak langsungo Peningkatan program kesehatan

    o Peningkatan pendapatankeluargao Pengendalian harga pangan

    Status gizi

    Gizi kurang Gizi buruk Gizi baik Gizi lebih

    Pemberian Makanan Tambahan(PMT)

  • 8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita

    30/30

    36

    E. Kerangka Konsep

    Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan pengamatan terhadap

    semua faktor dan variable yang berhubungan dengan masalah status gizi.

    Yang dilakukan pengamatan oleh penulis dalam hal ini adalah evaluasi

    status gizi berdasarkan antropometri yaitu berat badan berdasarkan umur

    (BB/U), pada balita gizi kurang di wilayah Banjirkanal Timur, Kel.

    Pandeanlamper, Kec. Gayamsari, Semarang, setelah Pemberian Makanan

    Tambahan (PMT) oleh Persatuan Istri PT PLN (Persero) wilayah Jawa-Bali.

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep

    F. Variabel Penelitian

    1. Variable Dependen

    Status gizi: BB/U balita2. Variable Independen

    Umur Jenis kelamin Berat badan

    Karakteristik Balitastatus Gizi Kurang

    Umur Jenis kelamin Berat badan

    Status gizi: Berat badan berdasarkanumur(BB/U)

    Pemberian MakananTambahan (PMT)

    program PersatuanIstri PT PLN (Persero)Wilayah Jawa-Bali