24
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi Pada Lanjut Usia 1. Pengertian Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008). Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan hipertensi sistolik pada usia diatas 65 tahun. Tekanan diastolik meningkat usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun tekanan sistolik meningkat dengan bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri Semarang, 2008). Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas: a. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg.

Jtptunimus Gdl Yuliwinars 6490 3 Bab2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penelitian Jtptunimus Gdl Yuliwinars 6490 3 Bab2

Citation preview

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi Pada Lanjut Usia

1. Pengertian

Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik

dan sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah

serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50

tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring

bertambahnya usia (Stockslager , 2008).

Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan

peningkatan sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan

hipertensi sistolik pada usia diatas 65 tahun. Tekanan diastolik meningkat

usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun tekanan sistolik

meningkat dengan bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri Semarang,

2008).

Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering

ditemukan menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih

dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung

dan serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:

a. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg

dan atau tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg.

7

b. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg

dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho,2008).

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa hipertensi lanjut usia dipengaruhi

oleh faktor usia.

2. Pembagian Hipertensi

Hipertensi diklasifikasikan 2 tipe penyebab :

a. Hipertensi esensial (primer atau idiopatik)

Penyebab pasti masih belum diketahui. Riwayat keluarga obesitas diit

tinggi natrium lemak jenuh dan penuaan adalah faktor pendukung.

b. Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang

terindentifikasi lainya ( Stockslager , 2008).

Tabel 1

Pengelompokan Tekanan Darah dan Hipertensi Berdasarkan Pedoman

Joint National Committee 7

S

t

r

e

s

Sumber : Kowalski E Robert, 2010

Katagori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal 115 atau kurang 75 atau kurang

Normal Kurang dari 120 Kurang dari 80

Prehipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi Tahap I 140 – 159 90 – 99

Hipertensi Tahap II Lebih dari 160 Lebih dari 100

8

3. Patofisiologi Hipertensi Lanjut Usia

Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan

peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan meregang

pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi dengan

penambahan volume intravaskuler yang sedikit menunjukan kekakuan

pembuluh darah pada lanjut usia. Secara hemodinamik hipertensi sistolik

ditandai penurunan kelenturan pembuluh arteri besar resistensi perifer yang

tinggi pengisian diastolik abnormal dan bertambah masa ventrikel kiri.

Penurunan volume darah dan output jantung disertai kekakuan arteri besar

menyebabkan penurunan tekanan diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi

sistolik dan diastolik output jantung, volume intravaskuler, aliran darah

keginjal aktivitas plasma renin yang lebih rendah dan resistensi perifer.

Perubahan aktivitas sistem syaraf simpatik dengan bertambahnya

norepinephrin menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor

beta adrenergik pada sehingga berakibat penurunan fungsi relaksasi otot

pembuluh darah (Temu Ilmiah Geriatri , 2008).

Lanjut usia mengalami kerusakan struktural dan fungsional pada

arteri besar yang membawa darah dari jantung menyebabkan semakin

parahnya pengerasan pembuluh darah dan tingginya tekanan darah.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia

Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi

pada lanjut usia adalah :

9

a. Penurunanya kadar renin karena menurunya jumlah nefron akibat

proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi

glomerelo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.

b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan

bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau

penurunan kadar natrium.

c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan

meningkatakan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan

hipertensi sistolik.

d. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi

endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan subtansi

kimiawi lain yang kemudian meyebabkan resorbi natrium di tubulus

ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan

keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.

Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko

hipertensi lain meliputi diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor

gaya hidup seperti obesitas asupan garam yang tinggi alkohol yang

berlebihan (Stockslager, 2008).

Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi

yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:

10

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:

1) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.

Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum

menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi

oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar

High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi

merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses

aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai

penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada

premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon

estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari

kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen

tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara

alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.

Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita

hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini , 2009).

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia

dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur

55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini

sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause

(Marliani, 2007).

11

2) Umur

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan

darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan

darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi

pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan

pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis

obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada

kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada

wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini

disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.

Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang

berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan

arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat

dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini

dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya

penyesuaian diri.

3) Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi.

Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler

dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu

dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih

besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak

12

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu

didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat

hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan

memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi

jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).

b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:

1) Obesitas

Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori

mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya

aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat

memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia dapat memicu

timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh

darah, hipertensi (Rohendi, 2008).

Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan

darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita

hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan

seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi

ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.

2) Kurang olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit

tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat

menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah

(untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi

13

terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat

karena adanya kondisi tertentu

Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi

karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang

yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan

otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,

semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar

pula kekuaan yang mendesak arteri (Rohaendi, 2008).

3) Kebiasaan Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok

berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi

maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami

ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas

S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts

terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi,

51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5%

subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang

merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan

dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini

yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan

kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).

14

4) Mengkonsumsi garam berlebih

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization

(WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat

mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang

direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4

gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang

berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan

ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler

ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.

Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan

meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya

hipertensi. (Hans Petter, 2008).

5) Minum alkohol

Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak

jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan

minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko

hipertensi (Marliani, 2007).

6) Minum kopi

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi

mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir

tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.

15

7) Stres

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui

aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan

darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan

dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal

ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat

perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini

dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok

masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut

Anggraini (2009) mengatakan stres akan meningkatkan resistensi

pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan

menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat

berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan

karakteristik personal

5. Penatalaksanaan

a. Pengobatan.

Menurut : Darmojo (2008), Pemakain obat pada lanjut usia perlu

dipikirkan kemungkinan adanya :

1) Gangguan absorsbsi dalam alat pencernaan

2) Interaksi obat

3) Efek samping obat.

16

4) Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya

melalui ginjal.

Pengobatan hipertensi menurut : Kowalski (2010) tiga hal

evaluasi menyeluruh terhadap kondisi penderita adalah :

1) Pola hidup dan indentifikasi ada tidaknya faktor resiko

kardiovaskuler

2) Penyebab langsung hipertensi sekunder atau primer

3) Organ yang rusak karena hipertensi.

Melaksanakan terapi anti hipertensi perlu penetapan jadwal rutin

harian minum obat, hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan

stroke dan serangan jantung. Mencatat obat-obatan yang diminum dan

keefektifan mendiskusikan informasi ini untuk tindak lanjut

(Stoskslager, 2008).

Pengendalian tekanan darah dan efek samping minimal

diperlukan terapi obat-obatan sesuai, disertai perubahan pola hidup.

b. Non Farmakologi

Upaya non farmakologi menurut: Darmojo (2006) terdiri atas:

1) Berhenti merokok

2) Penurunan berat badan yang berlebihan

3) Berhenti/mengurangi asupan alkohol

4) Mengurangi asupan garam.

Upaya non farmakologi menurut: stanley (2007) pencegahan primer

dari hipertensi esensial terdiri atas:

17

1) Mempertahankan berat badan ideal

2) Diet rendah garam

3) Pengurangan stres

4) Latihan aerobik secara teratur

B. Managemen stres

1. Definisi

Stres didefinisikan sebagai respon adaptif dipengaruhi oleh

karakteristik individual dan/atau proses psikologis akibat dari tindakan

situasi atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan/atau

psikologis terhadap seseorang ( Hidayat, 2006 ). Stres adalah respon tubuh

yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya (

Hawari, 2011 ). Stres merupakan reaksi yang tidak diharapkan muncul

disebabkan oleh tingginya tuntutan seseorang ( Wongso, 2009 ).

Managemen stres adalah koping atau upaya seseorang mampu

menanggulangi stresor psikososial dengan cara hidup yang teratur, serasi,

selaras, dan seimbang antara diri dengan Tuhan. Secara horisontal antara

dirinya sesama orang lain dan alam sekitarnya. Perubahan terkait usia

dalam peran sosial dan status kesehatan mempengaruhi jumlah dan jenis

stresor yang dialami lanjut usia. Perubahan ini secara langsung atau tidak

langsung mempengaruhi cara mengatasi stres.

18

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi stres.

Faktor yang menimbulkan stres disebut stesor menurut: Hidayat

(2006) yaitu:

a. Internal

Faktor internal stres bersumber dari diri sendiri.

b. Eksternal

Faktor eksternal bersumber dari keluarga masyarakat dan lingkungan.

Faktor yang menimbulkan stres yang dihadapi lanjut usia menurut :

Stocklager ( 2008) Adalah :

1) Kehilangan dukungan sosial.

Individu mencapai lanjut usia jaringan pendukung soasial mulai

terpecah ketika teman meninggal atau pindah. Kekuatan dan

kenyamanan yang diberikan membantu individu menahan mengatasi

kehilangan tidak ada.

2) Pensiun

3) Kehilangan pasangan

Salah satu yang terberat dialami individu adalah kematian pasangan.

4) Kematian anak usia dewasa

Anak Usia dewasa merupakan bagian penting dari jaringan dukungan

sosial lanjut usia.

5) Pengasingan keluarga

6) Perubahan citra tubuh

19

Perubahan fisik yang mempengaruhi gaya hidup dapat memperburuk

harga diri dan seksualitas.

7) Kehilangan keuangan

Lanjut usia sangat rentan terhadap penipuan keuangan.

3. Cara Managemen Stres

Definisi managemen stres adalah suatu pendekatan dengan metode

yang bersifat holistik, psikologik/psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.(

Hawari, 2011). Managemen stres merupakan upaya mengelola stres

dengan baik bertujuan mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai di

tahap yang paling berat (Hidayat, 2006). Berbagai cara dapat digunakan

membantu kebutuhan pasien lanjut usia berkaitan dengan kesehatan jiwa

dan rasa emosi. Managemen stres diantaranya adalah terapi dilingkungan

pasien dan dukungan kelompok (Mc. Cann, 2002).

4. Pelaksanaan Managemen Stres

Menurut Hidayat (2006) Manajemen stres yang dapat dilakukan

adalah :

a. Mengatur diet dan nutrisi

Diet adalah jumlah makanan yang dibutuhkan oleh tubuh sedangkan

nutrisi adalah subtansi organik yang dibutuhkan untuk fungsi normal

dari sistem tubuh, pertumbuhan dan pemulihan kesehatan didapatkan

dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Jadi

mengatur diet dan nutrisi upaya yang dilakukan untuk mengatur

asupan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh.

20

Pedoman pemberian deit dan nutrisi pada lanjut usia

1) Makanlah aneka ragam makanan

Mengonsumsi berbagai bahan makanan secara bergantian akan

menurunkan kekurangan zat gizi.

2) Makanlah sumber karbohidrat komplek (serealia, umbi) dalam

jumlah sesuai. Tujuannya adalah menjamin cukup serat.

3) Pembatasan komsumsi lemak. Tujuanya mengurangi konsumsi

lemak jenuh, trigliserida dan kolestrol yang merupakan faktor

resiko penyakit kardiovaskolar.

4) Makanlah sumber zat besi secara cukup, bergantian antara sumber

hewan (daging) dan nabati (sayuran yang segar berwarna hijau

pekat).

5) Minumlah air bersih, aman, cukup jumlahnya dan telah dididihkan.

6) Kurangi makanan, jajanan dan minuman yang tinggi gula murni

dan lemak.

7) Mengkonsumsi ikan laut untuk menu harian, membuktikan

perlindungan terjadinya aterosklerosis.

8) Gunakan garam yang beryodium membatasi penggunaan garam

mengurangi makanan yang diawetkan dan penyedap rasa.

9) Mengkonsumsi sayur dan buah-buahan berwarna hijau, kuning

/orange karena mengandung serat, vitamin C, provitamin A dan E

gunanya melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang terjadi

secara dini.

21

b. Istirahat dan tidur

Tidur adalah obat alamiah yang dapat memulihkan segala kelehan fisik

dan mental, kebutuhan mutlak mahkluk hidup terutama manusia

dilakukan 7-8 jam dalam satu hari. Jadwal tidur disesuaikan dengan

masing-masing individu minimal 4 malam dalam seminggu tidur

dalam jangka waktu 7-8 jam. Tidur sehat tidur nyenyak tanpa

gangguan mimpi - mimpi menegangkan dan menyeramkan. Pola tidur

akan membuat orang sehat, sejahtera dan bijaksana.

c. Olah raga teratur

Upaya untuk mempertahankan kesehatan yang optimal dengan olah

raga : Persiapan sebelum melaksanakan olah raga perut tidak dalam

keaadan kenyang, sebaiknya dilaksanakan pada pagi hari dan dapat

dilakukan secara kelompok atau individual.

Empat unsur kunci yang diperlukan untuk mendapatkan efek manfaat

dari olah raga adalah:

1) Intensitas.

Mengacu pada tantangan (stres) yang dihadapkan pada tubuh

untuk memproses suatu aktivitas rentang denyut jantung selam

olah raga teratur diperkirakan berada dalam rentang 60% - 80%

dari intensitas maksimal.

22

2) Frekuensiesi

Mengacu pada jumlah sesi latihan dalam seminggu. Frekuensi

yang anjurkan untuk mempertahankan tingkat kebugaran adalah 3

sesi per minggu

3) Durasi

Adalah jumlah menit persesi durasi yang dianjurkan 20 – 30 menit

per sesi latihan untuk mencapai frekuensi denyut jantung yang di

targetkan. Durasi yang dilaksanakan 10 menit keatas akan

diperoleh manfaat yang optimal dari pelaksanaan olah raga.

4) Bentuk olah raga

Jenis aktivitas khusus yang dipilih untuk menantang tubuh. Jenis

olah raga : berjalan, berlari berenang sebagai olah raga yang

menantang sistem kardiavaskuler, angkat beban menggunakan

sistem anaerobic.

Aturan keamanan pelaksanan olah raga adalah :

a) Periode pemanasan

Tujuan adalah menugkatakan frekuensi jantung secara

perlahan, sehingga tersedia cukup waktu untuk mengisi otot

yang bekerja dengan darah yang mengandung oksigen.

Memulai pemanasan dengan berjalan, lari-lari kecil atau

senam dengan intensitas rendah yang berfunsi meregangkan

otot. Peregangan sebelum pemanasan akan menyebabkan

kerusakan pada tendon atau ligament.

23

Diagram Fase Pelaksanaan Olah Raga

180

160 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

140 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

120

100

80

60

Istirahat Pemanasan Olah Raga Pendinginan Pemulihan

b) Periode stimulus

Periode stimulus adalah periode inti pelaksanaan latihan

saatnya organ tubuh (jantung, paru dan otot) dikondisikan.

Periode stimulus dilaksanakan minimal 20 menit. Setelah

delapan minggu latihan dapat memperpanjang lamanya masa

pelaksanaan.

c) Periode pendingan

Tujuannya dilakukan pendingan adalah untuk menurunkan

tanda dan gejala frekuensi jantung, pernafasan, tekanan darah

dan sebagai. Fase pendingan dilaksanakan sekitar 5 – 10

menit, intensitas kegiatan harus di kurangi (lari menjadi lari –

lari kecil kemudian berjalan) selanjutnya dilakukan

5 menit 5 menit 20 menit

24

peregangan otot yang telah digunakan digunakan latihan

beberapa menit.

d. Berhenti merokok

Dapat meningkatkan status kesehatan menjaga ketahanan dan

kekebalan tubuh. Merokok menyebabkan pembuluh darah rusak, arteri

menyempit dan lapisan menjadi tebal kasar.

e. Menghindari minuman keras

Minuman keras merupakan faktor pencetus terjadinya stres. Alkohol

dapat berpengaruh dalam meningkatkan tekanan darah.

f. Mengatur berat badan

Keadaan tubuh yang tidak seimbang akan menurunkan ketahanan dan

kekebalan tubuh terhadap stres. Upaya yang dilakukan agar berat

badan tetap seimbang dengan mengatur nutrisi, olah raga dan istirahat

secukupnya.

g. Mengatur waktu

Pengaturan waktu merupakan cara mengurangi dan menanggulangi

stress. Mengatur waktu dengan baik menghindari pekerjaan yang

menimbulkan kelelahan fisik, tidak membiarkan waktu berlalu tanpa

menghasikan hal yang bermanfaat. Upaya yang dilakukan dalam

mengatur waktu adalah menetapkan tujuan semua tindakan, membuat

skala prioritas, menuliskan, merespon dengan cepat dan tidak

menunda-nunda.

25

h. Terapi psikofarmaka

Terapi menggunakan obat dalam mengatasi stres yang dialami melalui

pemutusan jaringan antara psiko, neuro dan imunologi sehingga stresor

psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif

dan psikomotor yang dapat menggangu organ tubuh yang lain. Obat

yang digunakan adalah anti cemas dan antidepresi.

i. Terapi somatik

Obat digunakan untuk mengobati gejala yang timbul akibat stres.

Upaya yang didilakukan yaitu memberikan obat-obatan pada organ

tubuh yang sakit.

j. Psikoterapi

Menggunakan teknik psiko disesuaikan dengan kebutuhan meliputi

terapi psikoterapi suportif, reedukatif, rekonstuktif dan kognitif.

Psikoterapi suportif dengan memberikan motivasi, semangat dan

dorongan keyakinan percaya diri dan tidak putus asa. Psikoterapi re-

edukatif dengan memberikan pendidikan ulang koreksi faktor edukatif

masa lalu. Psikoterapi rekonstruktif memperbaiki kembali kepribadian

yang mengalami goncangan. Psikoterapi kognitif memulihkan fungsi

kemampuan berfikir rasional.

k. Psikoterapi religius

Menggunakan pendekatan agama. Dalam mempertahankan kehidupan

seseorang harus sehat secara fisik psikis sosial dan psiritual.

26

C. Kerangka Teori

Berdasarkan penjelasan dalam konsep teori yang di gunakan dalam

penelitian ini maka peneliti berusaha meresum konsep teori tersebut dalam

bentuk skema sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka teori

Sumber : Darmojo (2006), Stockslager (2008), Hidayat (2006)

Managemen Stres • Diit dan nutrisi • Istirahat dan tidur • Olah raga teratur • Berhenti merokok • Menghindari Miras • Mengatur berat badan • Mengatur waktu • Terapi Psikofarmaka • Terapi Somatik • Psikoterapi • Psikoterapi religus

Tekanan darah pada Lanjut usia yang

mengalami hipertensi

Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol

- Jenis kelamin - Umur - Keturunan (Genetik)

Faktor resiko yang dapat dikontrol

- Obesitas - Kurang olahraga - Kebiasaan Merokok - Mengkonsumsi garam

berlebih - Minum alcohol - Minum kopi - Stress

27

D. Kerangka Konsep

Variabel bebas (indenpenden) Variabel terikat (dependen)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

E. Variabel penelitian

1. Variabel bebas (Variabel indipenden)

Variabel bebas (variabel independen) merupakan variabel risiko atau

sebab (Sastroasmoro, 2011). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Managemen stres.

2. Variabel terikat (Variabel dependen)

Variabel terikat (variabel dependen) merupakan variabel akibat atau efek

(Sastroasmoro, 2011). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

kestabilan tekanan darah pada lanjut usia yang mengalami hipertensi.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau

hubungan yang diharapkan antara dua variable atau lebih yang dapat diuji

secara emperis (Notoatmodjo, 2010).

Menajamen Stres Kestabilan tekanan darah pada lanjut usia yang mengalami hipertensi

28

Berdasarkan penjelasan fenomena penelitian dan diuraikan secara teori

maka peneliti memiliki dugaan sementara (hipotesis) terhadap hasil penelitian

ini sebagai berikut :

Ha: Ada hubungan managemen stres dengan kestabilan tekanan darah

pada lanjut usia yang mengalami hipertensi di Kelurahan

Banyumanik Srondol.

Ho: Tidak ada hubungan managemen stres dengan kestabilan tekanan

darah pada lanjut usia yang mengalami hipertensi di Kelurahan

Banyumanik Srondol

29