Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Judul: PERSEPSI AUDIENS TERHADAP IKLAN SOFT SELLING DAN
HARD SELLING TOYOTA NEW YARIS DI YOUTUBE
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Iklan digunakan oleh perusahaan untuk menyampaikan pesan penjualan
kepada target sasarannya. Iklan tersebut akan dibuat semenarik mungkin agar
audiens tertarik. Saat ini sedang terjadi pergeseran minat konten dari media
konvensional menuju digital, termasuk iklan. Perubahan gaya hidup pada
mayoritas masyarakat menjadikan mereka mengalihkan sumber hiburan dari
televisi ke internet.
Iklan televisi muncul pertama kali tak lama setelah Televisi Republik
Indonesia (TVRI) muncul pada 24 Agustus 1962. Setelah TVRI terbentuk,
muncullah sebuah perusahaan periklanan, InterVisa, yang tercatat sebagai perintis
masuknya iklan komersial di TVRI. Pada tahun 1963 tiga iklan pertama di TVRI
adalah iklan Hotel Tjipajung, PT Masayu (produsen alat berat dan truk), serta PT
Arschoob Ramasita (Khumaini, 2014).
Dunia periklanan mulai marak saat muncul stasiun televisi swasta pada akhir
tahun 80-an. Bagi orang-orang di pelosok yang jarang melihat televisi, munculnya
iklan adalah hal baru sebab biasanya mereka hanya bisa mendengarkan iklan
melalui radio maupun melihatnya di majalah. Seiring berjalannya waktu iklan
yang muncul di televisi menjadi penanda laris atau tidaknya sebuah acara. Namun
hal itu menjadi kurang efektif karena terjadi pergeseran minat audiens menuju
2
konten digital. Perkembangan dunia digital pun membuat brand perlu
berkomunikasi melalui lebih dari satu platform, dalam hal ini platform digital.
Kemudian muncullah tren beriklan menggunakan platform digital, dalam hal
ini YouTube. Berdasarkan data yang diberikan Google Indonesia, 8 dari 10 iklan
paling populer di YouTube tahun 2014 berasal dari Indonesia. Salah satu yang
paling terkenal adalah iklan berjudul LINE AADC 2014: Mini Drama. Iklan ini
bercerita tentang bagaimana kehidupan Cinta dan Rangga pasca berpisah sejak 12
tahun lalu. Melalui aplikasi Line inilah diceritakan Rangga mendapatkan kembali
kontak Cinta serta memintanya untuk bertemu (Deliusno, 2015).
Kemudian pada tahun 2015 terdapat tren baru. Dari 10 iklan terpopuler di
YouTube, kebanyakan merupakan iklan bertema kekeluargaan dan persahabatan.
Selain itu, mayoritas iklan dibawakan dalam narasi panjang atau disebut story
telling. Dua iklan yang cukup menarik adalah iklan berjudul Cahaya Cantik Raisa
(film pendek by Ponds) dan #ringanbersama : My Son, My Sun (BRI Syariah).
Kedua iklan tersebut bahkan berdurasi lebih dari 8 menit (Markeeters Editor,
2015).
Selanjutnya pada 10 iklan terpopuler YouTube tahun 2016, 8 dari 10 iklan
memiliki durasi lebih dari 30 detik. Iklan-iklan tersebut juga didominasi oleh iklan
berkonsep story telling. Beberapa iklan tersebut diantaranya Line - Hari Pertama
Kerja, All New Sienta – Love Is A Trap (Toyota), serta Axelerate The Series: The
Untold Stories of Keenan Pearce (AXE) (Deliusno, 2017).
Pada 2017 iklan populer YouTube didominasi oleh situs jual beli online, yaitu
Bukalapak, Shopee, dan JD.id. Selain e-commerce, perusahaan teknologi digital
3
Go-Jek, Smartfren, dan vendor ponsel China, Vivo juga masuk dalam daftar. Web
series milik Tropicana Slim yang dibintangi oleh Dion Wiyoko juga termasuk
dalam daftar ini (Nistanto, 2018).
Kemudian daftar iklan terpopuler YouTube tahun 2018 menunjukkan
keberagaman. Tak hanya brand-brand terkenal seperti Ramayana, Matahari,
WRP, dan Toyota , namun digital start up seperti ruangguru serta Direktorat
Jenderal Pajak juga masuk dalam daftar ini. Selain itu, gaya penyampaian iklan
pada tahun 2018 semakin beragam. Mulai dari story telling, musik, humor, dan
lain-lain (Novalius, 2018).
Perubahan iklan dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa tren iklan selalu
mengalami perkembangan. Dari awalnya melalui platform konvesional menuju
digital. Kemudian gaya penyampaian iklan juga semakin beragam. Secara umum
strategi penyampaian ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu iklan hard selling
dan soft selling.
Hard selling merupakan strategi untuk mempromosikan produk atau jasa yang
ditujukan untuk memengaruhi tindakan konsumen. Strategi ini menekankan
kepada pengambilan keputusan yang didasarkan atas rasional atau adanya
keuntungan tambahan yang diberikan suatu produk. Sedangkan soft selling
merupakan strategi berupa penyampaian pesan secara emosional. Soft selling
berupaya menciptakan respon yang didasarkan pada perilaku, mood, impian,
perasaan, dan daya tarik emosional. Strategi ini biasa digunakan dalam produk
atau jasa dengan biaya yang tinggi (high-involvement) seperti mobil, smartphone,
tour, dan sebagainya (Trisnanto, 2007).
4
Pendekatan hard selling dan soft selling ini sangat bertolak belakang dan
memiliki cara penggunaan yang berbeda. Kelebihan iklan hard selling adalah bisa
cepat membuat orang mengenali produk/jasa apa yang ditawarkan. Sedangkan
kelebihan iklan soft selling adalah bisa membangun brand image di benak audiens
serta membangun relasi jangka panjang dengan mereka yang merasa ada
keterkaitan dengan value dari produk/jasa yang diiklankan.
Selain menggunakan kedua strategi di atas, pemilik brand juga memperhatikan
pemilihan media dalam beriklan. Saat ini sedang terjadi pergeseran tren dari iklan
konvensional menuju iklan digital. Menurut pengamat strategi digital, Tutu
Nugraha, ada alasan dibalik kepopuleran iklan digital saat ini. Pertama, (menurut
penelitian) YouTube adalah media sosial nomor 1 yang paling sering digunakan
di Indonesia dan pelaku industri kreatif sudah mulai ke arah sana. Alasan kedua,
generasi digital menyukai konten yang menghibur (Alam, 2018).
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII), pada 2017 pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26
juta dari total penduduk sebanyak 262 juta. Dari jumlah tersebut, kelompok usia
19-34 tahun mendominasi sebanyak 49,52 persen dari total pengguna internet di
Indonesia. Kelompok usia ini memunculkan profesi-profesi baru di dunia maya,
seperti Selebgram (selebritas Instagram) dan YouTuber (pembuat konten
YouTube). Maraknya perusahaan rintisan digital atau start up pun sedikit banyak
digerakan oleh kelompok usia ini, baik mereka sebagai pendiri atau konsumen
(Siaran Pers Kominfo, 2018).
5
Aplikasi YouTube menjadi aplikasi media paling populer di Indonesia. Lebih
dari sepertiga pengguna internet di Indonesia aktif menggunakan YouTube. Ini
terbukti dari data Google yang menyebut bahwa di Indonesia terdapat 50 juta
pengguna aktif YouTube. Dalam sehari, orang Indonesia rata-rata menggunakan
YouTube selama 42,4 menit. Bahkan berdasarkan survei yang dilakukan Google
Indonesia bersama dengan lembaga riset Kantar, popularitas YouTube tidak hanya
di perkotaan saja, melainkan juga di daerah, atau kota-kota kecil (Ayuwuragil,
2018).
Tak hanya populer di Indonesia, YouTube juga populer di mata dunia. CEO
YouTube, Susan Wojcicki mengatakan kini YouTube telah memiliki 1,8 miliar
pengguna terdaftar atau yang login setiap bulannya. Angka tersebut tidak
termasuk bagi pengguna yang menonton video tanpa mendaftar akun. Sebelumnya
pada pertengahan 2017 mereka telah memiliki 1,5 miliar pengguna tiap bulan
(Josina, 2018).
Head of Marketing Google Indonesia, Veronica Utami mengungkapkan
pertumbuhan YouTuber di Indonesia meningkat dua kali lipat dari tahun lalu.
Kemudian pada 2018 jumlah peraih status Gold Button bertambah sebanyak 10
channel sehingga jumlah channel yang memiliki subscribers lebih dari 1 juta
sekarang menjadi 38 channel. Sebelumnya pada 2016 hanya 2 channel yang
memiliki status Gold Button (Alam, 2018).
Studi Etnografi yang dilakukan Studio Bruno Moynie terhadap 10 responden
di Jakarta dan Bangkok tentang YouTube menyebutkan bahwa YouTube sudah
menjadi bagian dari aspek budaya di Indonesia dan Thailand. Hasil penelitian
6
mengungkapkan bahwa kedua negara itu memiliki proporsi tertinggi penonton
yang menonton YouTube dari telepon genggam. Selain itu, setiap tahunnya
semakin banyak orang yang mengakses YouTube dan menghabiskan lebih banyak
waktu saat berada di sana.
Kepopuleran aplikasi YouTube sebagai media baru ini pun mulai dilirik para
pemilik brand. Mereka mulai menggunakan YouTube dalam memasarkan
produknya. Mereka berupaya menciptakan konten YouTube yang mampu
mendekatkan brand dengan penonton, salah satunya adalah brand Toyota.
PT Toyota-Astra Motor (TAM) atau lebih dikenal dengan Toyota merupakan
perusahaan joint-venture antara PT Astra Internasional Tbk dan Toyota Motor
Corporation, Jepang. Toyota memiliki channel YouTube dengan username
Toyota Indonesia dan jumlah subscribers mencapai 273.879 akun. Pada Februari
2018 channel tersebut mendapat penghargaan Silver Play Button dari Google
Indonesia karena memiliki subscriber lebih dari 100.000 (Priyanto, 2018).
Dalam ajang Indonesia Prestige Brand Award 2017, Toyota mendapat
penghargaan “The Highest Top of Mind” dan “Brand Used Most Often”. Hal ini
berarti Toyota menjadi merek yang paling gampang diingat dan sebagai merek
yang sering dipakai oleh pengguna mobil. Penghargaan ini diberikan berdasarkan
hasil survei oleh Majalah Warta Ekonomi terhadap lebih dari 3.000 responden
(Apriliananda, 2017).
Pada September 2017 Toyota mendapat apresiasi terbaik dalam Brand Asia
Study 2017 yang digelar di Indonesia. Brand Asia Study merupakan sebuah riset
7
lintas negara di Asia untuk melihat brand strength dari berbagai brand yang
hasilnya bisa dibandingkan antar negara di Asia (Dahwilani, 2017).
Kemudian dalam ajang WOW Brand Festive Day 2018 yang digelar oleh
MarkPlus Inc. bulan Maret lalu, Toyota mendapat 4 penghargaan. WOW Brand
Award merupakan penghargaan yang diberikan kepada brand yang tidak hanya
populer tetapi juga harus mampu membuat konsumen untuk
merekomendasikanya. Penghargaan ini didasarkan atas survei Indonesia WOW
Brand 2017 terhadap 5.800 responden di beberapa kota besar di Indonesia.
Pertama, Toyota meraih Gold Champion untuk merek mobil. Kedua, Toyota
meraih Silver Champion dalam Indonesia Branding Campaign of the Year 2018
atas berbagai strategi pemasaran yang dilakukan Toyota di bidang digital
marketing. Selain itu Toyota juga meraih penghargaan Brand for Good dan TOP
50 Indonesia WOW Brand 2018 (Priyanto, 2018).
Selanjutnya yang terbaru, pada Oktober 2018 Toyota mendapat penghargaan
Best Digital Program of The Year dalam ajang GridOto Award 2018.
Penghargaan ini diperoleh Toyota melalui program digital marketingnya. GridOto
Award merupakan ajang penghargaan bergengsi terhadap pabrikan, produk dan
sosok yang berkontribusi besar bagi dunia otomotif Indonesia. Ajang penghargaan
ini digelar oleh GridOto.com dalam rangka merayakan hari jadinya yang pertama
(Rafael, 2018).
Beberapa penghargaan di atas memicu Toyota agar terus menjaga dan
meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk, teknologi, dan pelayanan
Toyota. Selain itu Toyota juga terus berupaya menjaga eksistensinya sebagai
8
market leader di pasar otomotif nasional. Oleh karena itu Toyota memanfaatkan
saluran digital sebagai strategi untuk menghadapi kompetisi pasar otomotif yang
semakin ketat serta konsumen yang semakin cerdas dan kritis. Untuk
memudahkan pelanggan mengakses berbagai informasi tentang produk dan
layanan, Toyota memanfaatkan penggunaan YouTube channel, website,
Facebook, Twitter, dan Instagram.
Pada 23 Februari 2018 Toyota merilis iklan hard selling dengan judul “New
Yaris - Powered by Excitement”. Sebelumnya, iklan hard selling bisa dikatakan
mendominasi periklanan melalui media televisi. Toyota New Yaris merupakan
produk Toyota yang dirilis pada 20 Februari 2018. “New Yaris - Powered by
Excitement” menggambarkan tentang fitur keselamatan dari mobil tersebut.
Dalam iklan hard selling tersebut ditampilkan secara langsung bagaimana
penggunaan fitur dari Toyota New Yaris seperti 7 SRS airbags, Vehicle Stability
Control (VSC), dan Hill-Start Assist Control (HSA). Iklan dengan durasi 30 detik
tersebut telah ditonton sebanyak 1,7 juta kali.
Melihat respon positif tersebut pada 13 Agustus 2018 brand Toyota kembali
meluncurkan iklan di YouTube. Iklan tersebut dikemas dalam bentuk web series
berjudul “Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode”. Dengan total 4 episode, web series
ini memiliki 4 juta views untuk episode pertamanya. Berbeda dari iklan
sebelumnya, kali ini Toyota menggunakan strategi soft selling.
Fenomena pasar yang semakin kompetitif, konsumen yang selektif, serta
ditunjang oleh kurangnya peran iklan dalam mengangkat penjualan produk
kemudian melahirkan beberapa konsep periklanan baru. Pemaduan konsep
9
marketing mix menempatkan konsumen sebagai target dan sekaligus pijakan awal
dalam bentuk komunikasi pemasarannya. Penggunaan web series sebagai sarana
beriklan merupakan salah satu upaya memodifikasi pemasaran.
Web series (serial web) adalah bagian dari video online, yaitu tayangan berseri
yang menggunakan internet sebagai mediumnya. Hampir sama dengan serial di
televisi, hanya berbeda platform dan durasi penayangannya cenderung lebih
pendek. Pada 2011 web series sempat populer namun kontennya masih sebatas
vlog, jarang orang yang menjadikan cerita fiksi bersambung sebagai kontennya
seperti sekarang ini.
Saat ini pemanfaatan web series di Indonesia sudah berkembang. Mulanya
pada tahun 2012 terbentuk Komunitas Web Series Indonesia (KWSI). Salah satu
pendirinya adalah Dennis Adhiswara yang merupakan aktor sekaligus pembuat
film. Web series pertama Indonesia yang ditonton banyak orang di YouTube
adalah karya Dennis Adhiswara saat dia menjadi pemandu acara untuk program
sulap menghilangkan tugu Monas pada Oktober tahun 2011, lalu salah satu
pencetus makin berkembangnya web series adalah Malam Minggu Miko karya
Raditya Dika. Munculnya web series tidak hanya membangun komunitas, tapi
banyak juga perusahaan-perusahaan yang mulai membuat strategi kreatif iklannya
ke dalam format web series ini.
Maraknya kreator dan penonton web series saat ini didukung beberapa faktor.
Menurut Dennis Adhiswara, CEO Layaria sekaligus produser dan pendiri
Komunitas Web Series Indonesia, perubahan gaya hidup pada mayoritas
masyarakat menjadikan mereka mengalihkan sumber hiburan dari televisi ke
10
internet. Tayangan televisi yang cenderung monoton juga membuat masyarakat
beralih ke web series yang menawarkan berbagai variasi genre (Probowati, 2018).
Web series Toyota ini mampu mendapat banyak perhatian dari penonton
karena berbagai hal. Pertama, web series ini disutradarai oleh Yandy Laurens.
Sebelumnya, Yandy merupakan sutradara dan penulis naskah dari web series
Tropicana Slim “Sore-Istri dari Masa Depan The Series”. Pada 2017 web series
tersebut termasuk salah satu web series yang viral dan masuk ke daftar 10 iklan
terpopuler di YouTube Indonesia (Wulandari, 2017).
Yandy dikenal melalui kemenangan film pendeknya di ajang FFI 2012. Karya-
karya Yandy kebanyakan merupakan film pendek dan bertema keluarga. Setelah
kesuksesannya dalam web series Sore, Yandy berkesempatan untuk
menyutradarai film layar lebar berjudul Keluarga Cemara (Mawaddha, 2017).
Kedua, web series ini menggunakan Dion Wiyoko dan Sheila Dara sebagai
pemeran utama. Dion Wiyoko merupakan selebriti yang terkenal dan sering
membintangi berbagai film layar lebar. Pada 2017 Dion juga mendapat peran
utama dalam web series Tropicana Slim “Sore-Istri dari Masa Depan the Series”.
Sedangkan Sheila merupakan artis dan penyanyi. Sheila juga beberapa kali
membintangi film layar lebar, FTV, dan iklan.
Web series ini menceritakan tentang Satrio (Dion Wiyoko) dan Ayu (Sheila
Dara) yang merupakan pasangan kekasih selama 8 tahun. Saat mempersiapkan
pernikahan tiba-tiba Satrio ingin memutuskan hubungannya dengan Ayu dengan
alasan tidak cinta sejak awal. Satrio pun ingin memberitahu kepada orang tua Ayu
bahwa mereka sudah putus dan agar membatalkan pernikahan. Namun hal
11
sebaliknya terjadi saat Satrio bertemu ayah Ayu yang sedang sakit dan berharap
agar Satrio dan Ayu segera menikah sebelum beliau meninggal.
Sejak episode pertama, web series ini menampilkan pesan-pesan tersirat yang
berhubungan dengan produk Toyota New Yaris tersebut. Dari adegan dan
penggunaan properti menggambarkan bagaimana Toyota dekat dengan
keseharian. Cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari ini sukses membuat
penonton penasaran sehingga mendapat banyak views di YouTube. Selain menjadi
viral, sejak peluncuran episode pertamanya Toyota New Yaris mengalami
peningkatan penjualan.
Trend web series memberikan nuansa baru dalam dunia marketing Indonesia.
Penonton bisa menikmati alur cerita dan terbawa suasananya yang tanpa mereka
sadari banyak pesan tersirat mengenai produk Toyota New Yaris yang
disampaikan melalui web series. Dengan dibalut jalan cerita yang menarik
membuat web series ini selalu ditunggu episode barunya.
Dari uraian di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi audiens
terhadap iklan soft selling dan hard selling Toyota New Yaris di YouTube.
Pertama, bagaimana sebuah iklan dapat menyampaikan pesan mengenai fitur-fitur
keselamatan dalam produk Toyota yang dikemas dengan daya tarik rasional.
Kedua, bagaimana sebuah web series yang ditonton dengan cuma-cuma namun
ternyata mengandung pesan penjualan yang tersirat di dalamnya.
12
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana persepsi audiens terhadap iklan soft selling dan hard selling
Toyota New Yaris di YouTube?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi audiens
terhadap iklan soft selling dan hard selling Toyota New Yaris di YouTube.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian berjudul Persepsi Audiens terhadap Iklan Soft selling dan
Hard Selling Toyota New Yaris di YouTube ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru
mengenai perkembangan strategi periklanan bagi pembaca, peneliti lain, maupun
agensi iklan dan produsen.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan wacana
bagi produsen, agensi iklan, dan konsumen. Produsen dan agensi iklan dapat
menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan
iklan. Sedangkan konsumen mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai iklan
produk melalui penelitian ini.
13
1.5 Kerangka Teori dan Konsep
1.5.1 Teori Perbedaan Individu (Individual Differences Theory)
Para ahli psikologi menaruh perhatian yang besar terhadap proses belajar
karena terdapat kecenderungan baru dalam pembentukan watak melalui proses
belajar sebagai pelengkap untuk merumuskan teori-teori belajar. Dalam rangka
kegiatan ilmiah ini, para ahli menekankan betapa eratnya hubungan antara
kegiatan belajar dengan motivasi. Suatu studi laboratorium yang bersifat
eksperimen berhasil meyakinkan para ahli psikologi bahwa beberapa tingkat
motivasi dapat ditumbuhkan melalui proses belajar, serta tidak setiap individu
dapat memperoleh motivasi berdasarkan rangsangan yang sama. Dari hasil studi
tersebut timbul pengakuan adanya motivasi individu serta perbedaan-perbedaan
pengalaman berdasarkan hasil belajar. Dengan demikian, setiap individu memiliki
kepribadian masing-masing yang juga akan memengaruhi perilaku mereka dalam
menanggapi sesuatu.
Perbedaan individu itu terjadi disebabkan karena perbedaan lingkungan yang
menghasilkan pula perbedaan pandangan dalam menghadapi sesuatu. Dari
lingkungan akan terbentuk sikap, nilai-nilai, serta kepercayaan yang mendasari
kepribadian mereka. Anak kembar sekalipun secara biologis mempunyai
persamaan-persamaan, namun akan berbeda kepribadiannya jika dibesarkan
dalam lingkungan sosial yang berbeda. Setiap orang dengan sendirinya memiliki
persepsi yang berbeda sehubungan dengan kepribadiannya.
Berdasarkan latar belakang teori-teori psikologi, para ahli komunikasi harus
mengubah jalan pikirannya tentang pengaruh media. Sekarang jelas bahwa
14
audience suatu medium komunikasi bukanlah kelompok monolitis yang anggota-
anggotanya senantiasa mempunyai tanggapan yang sama terhadap isi medium.
Prinsip-prinsip mengenai atensi selektif serta persepsi selektif dibentuk
berdasarkan perilaku komunikasi dari audience. Teori psikologi umum telah
merumuskan konsep persepsi selektif berdasarkan perbedaan-perbedaan
kepribadian individu. Setiap orang akan menganggapi isi media berdasarkan
kepentingan mereka dan disesuaikan dengan kepercayaan serta nilai-nilai sosial
mereka.
Atas dasar pengakuan bahwa tiap individu tidak sama perhatian, kepentingan,
kepercayaan maupun nilai-nilainya, maka dengan sendirinya selektivitas mereka
terhadap komunikasi massa juga berbeda. Oleh sebab itu, pengakuan terhadap
perbedaan individu dalam menanggapi komunikasi diwujudkan dalam teori
perbedaan-perbedaan individu mengenai pengaruh komunikasi massa. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pengaruh media terhadap individu akan
berbeda satu sama lain. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan psikologis di
antara individu (Suprapto, 2009: 21-23).
Teori perbedaan individu menelaah perbedaan-perbedaan di antara individu-
individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa, sehingga
menimbulkan efek tertentu. Menurut teori ini, individu-individu sebagai anggota
khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan-
pesan terutama jika berkaitan dengan kepentingannya konsisten dengan sikap-
sikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya.
Tanggapannya terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologis. Jadi
15
efek media massa pada khalayak massa itu tidak seragam, melainkan beragam
disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya.
Anggapan dasar dari teori ini adalah bahwa manusia amat bervariasi dalam
organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari
dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara
individual yang berbeda. Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-
rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-
watak perorangan anggota khalayak. Oleh karena itu, terdapat perbedaan
individual pada setiap pribadi anggota khalayak itu, maka secara alamiah dapat
diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individu antara
lain itu (Nurhadi, 2017: 60-61).
1.5.2 Konsep Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi
memungkinkan manusia memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan
rangsangan dari lingkungannya dan proses tersebut akan mempengaruhi perilaku.
Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran adalah inti persepsi yang
identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi (Rakhmat,
2004: 51).
Dalam konteks persepsi, posisi benar dan salah akan terasa hambar dan
membingungkan, karena berkaitan dengan kemampuan masing-masing orang
dalam memandang dan menyimpulkan. Persepsi seringkali tidak cermat, salah
16
satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan. Beberapa bentuk kekeliruan
dan kegagalan persepsi tersebut adalah kesalahan atribusi proses internal dalam
diri individu untuk memahami perilaku orang lain. Kurangnya informasi dapat
menimbulkan persepsi yang salah dan kelengkapan informasi akan membantu
penerima informasi untuk memiliki persepsi yang lebih cermat (Mulyana, 2004:
211).
Proses persepsi terjadi dalam dua tahap, yaitu tahap atensi dan tahap
penafsiran. Tahap atensi adalah tahap dimana individu memperhatikan stimuli
(rangsangan) yang didahului oleh tereksposnya seseorang pada rangsangan
tertentu. Oleh karena itu proses ini terjadi dalam alam sadar, maka sebelumnya
individu harus menyadari adanya rangsangan melalui mekanisme panca indera.
Sedangkan penafsiran adalah proses memberi makna atau informasi yang sampai
kepada individu melalui panca indera. Persepsi ditentukan oleh beberapa faktor
berikut:
1. Perhatian
Atensi atau perhatian berarti sebelum manusia merespons atau menafsirkan
objek atau kejadian atau rangsangan apapun, manusia terlebih dahulu
memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Jadi persepsi mensyaratkan
kehadiran suatu objek untuk dipersepsi, termasuk orang lain atau diri sendiri.
Dalam banyak kasus, rangsangan yang menarik perhatian, cenderung dianggap
lebih penting daripada yang tidak menarik perhatian. Dengan perkataan lain,
individu akan memperhatikan apa yang dianggap bermakna, dan tidak akan
memperhatikan apa yang tidak bermakna bagi dirinya.
17
1) Faktor eksternal penarik perhatian
a. Gerakan. Secara visual manusia tertarik pada objek-objek yang
bergerak.
b. Intensitas Stimuli. Manusia cenderung memperhatikan stimuli yang
lebih menonjol daripada stimuli yang lain.
c. Kebaruan (Novelty). Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda,
akan menarik perhatian. Tanpa hal-hal yang baru, stimuli menjadi
monoton, membosankan, dan lepas dari perhatian.
d. Perulangan. Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan
sedikit variasi, akan menarik perhatian (Rakhmat, 2004: 52).
2) Faktor internal penarik perhatian
a. Faktor biologis, yaitu faktor yang berkaitan dengan kebutuhan
manusia.
b. Faktor sosiopsikologis, yaitu faktor yang dipengaruhi akan kebiasaan,
sikap, dan kemauan.
2. Penafsiran
Penafsiran merupakan proses dimana penerima arti terhadap pesan-pesan yang
diterimanya, mengorganisasikan stimuli dengan konteksnya, dan mengisinya
dengan penafsiran yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang dipersepsi
(Rakhmat, 2004: 51). Penafsiran sendiri merupakan suatu proses untuk
18
mengorganisasikan informasi, sehingga mempunyai arti bagi individu. Penafsiran
digolongkan dalan dua dimensi, yaitu sistem nilai dan pengalaman masa lalu.
a. Sistem nilai dapat diartikan sebagai penilaian individu dalam persepsi
suatu objek yang dipersepsi, apakah stimulus tersebut akan diterima atau
ditolak. Apabila stimulus tersebut menarik atau ada persesuaian maka akan
dipersepsi positif, demikian sebaliknya.
b. Pengalaman masa lalu dapat diartikan suatu pengalaman langsung antara
individu dengan objek yang dipersepsi individu, baik yang bersifat positif
maupun negatif.
3. Pengetahuan
Pengetahuan terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami,
atau dipersepsikan khalayak. Kognitif terjadi pada diri komunikan yang sifatnya
informatif bagi dirinya. Menurut Notoatmodjo pengetahuan seseorang terhadap
objek meliputi 6 tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif
(Notoatmodjo, 2003: 3).
a. Tahu (know), tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehention), memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
19
menginterpretasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application), aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (analysis), analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti
sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi,
memisahkan dan sebagainya.
e. Sintesa (synthesis), sintesa adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi
baru dari informasi-informasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation), evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
1.5.2.1 Macam-macam Persepsi
a. Persepsi Terhadap Objek (Lingkungan Fisik)
Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) adalah proses penafsiran terhadap
objek-objek yang tidak bernyawa disekitar. Dalam mempersepsikan lingkungan
fisik, terkadang indera melakukan kekeliruan. Ada beberapa faktor yang mampu
mempengaruhi persepsi terhadap objek, yaitu: latar belakang pengalaman, latar
20
belakang budaya, suasana psikologis, pengharapan, dan kondisi faktual panca
indera (Mulyana, 2004: 190).
b. Persepsi terhadap Manusia (Sosial)
Persepsi terhadap manusia (sosial) adalah proses menangkap arti objek-objek
sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan sekitar. Setiap
manusia memiliki gambaran berbeda mengenai realitas di sekelilingnya
(Mulyana, 2004: 191).
1.5.2.2 Prinsip-prinsip Persepsi
Berikut ini adalah beberapa prinsip penting mengenai persepsi (Mulyana,
2004: 191-207).
a. Persepsi Berdasarkan Pengalaman
Persepsi manusia terhadap sesorang, objek atau kejadian dan reaksi mereka
terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman (dan pembelajaran) masa lalu yang
berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa.
b. Persepsi Bersifat Selektif
Atensi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal: faktor biologis, faktor fisiologis,
faktor psikologis, dan faktor sosial budaya.
c. Persepsi Bersifat Dugaan
Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan manusia menafsirkan
suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari satu sudut pandang manapun.
Dugaan diperlukan untuk membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak
lengkap lewat penginderaan itu.
21
d. Persepsi Bersifat Evaluatif
Persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Menggunakan kata-kata Andrea L.
Rich, “Persepsi pada dasarnya mewakili keadaan fisik dan psikologi individu alih-
alih menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi.”
e. Persepsi Bersifat Kontekstual
Rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh dalam
persepsi, konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat. Konteks
rangsangan sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan persepsi.
1.6 Hipotesis
1.6.1 H0
Tidak terdapat perbedaan persepsi antara iklan Toyota versi hard selling
dengan soft selling.
1.6.2 H1
Terdapat perbedaan persepsi antara iklan Toyota versi hard selling dengan soft
selling.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Iklan
Secara harfiah, menurut KBBI iklan adalah berita pesanan untuk mendorong,
membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan.
Iklan bisa didefinisikan sebagai bentuk komunikasi nonpersonal yang menjual
pesan-pesan persuasif dari sponsor yang jelas untuk memengaruhi orang membeli
produk dengan membayar sejumlah biaya untuk media (Kriyantono, 2013: 6).
Pesan-pesan persuasif tersebut diwujudkan dalam berbagai kegiatan untuk
memberikan informasi kepada pasar sasaran akan adanya suatu produk baik
berupa barang, jasa, atau ide dan menggunakan media sebagai sarana
berkomunikasi.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa iklan memiliki fungsi utama
untuk membujuk konsumen dalam melakukan pembelian. Selain membujuk
konsumen, menurut Rotzoill (Widyatama, 2005: 147) iklan mempunyai empat
fungsi utama, yaitu:
a. Fungsi Precipitation, mempercepat berubahnya suatu kondisi dan keadaan
yang semula tidak bisa mengambil keputusan menjadi bisa mengambil
keputusan.
b. Fungsi Persuasion, membangkitkan keinginan dari khalayak sesuai pesan yang
diinginkan.
c. Fungsi Reinforcement, iklan mampu memberikan informasi kepada konsumen.
23
d. Fungsi Reminder, iklan mampu mengingatkan dan makin meneguhkan
terhadap produk yang diiklankan.
Selain memiliki fungsi utama di atas, periklanan juga memiliki tujuan.
Menurut Kotler (Durianto, 2003: 3) tujuan periklanan diuraikan sebagai berikut:
a. Periklanan menjalankan sebuah fungsi informasi
Biasanya dilakukan secara besar-besaran pada tahap awal suatu jenis produk.
Tujuannya untuk membentuk permintaan pertama.
b. Periklanan menjalankan fungsi persuasif
Penting dilakukan dalam tahap kompetitif. Tujuannya untuk membentuk
permintaan selektif untuk suatu merek tertentu.
c. Periklanan menjalankan fungsi pengingatnya
Bentuk iklan yang berhubungan dengan iklan ini adalah iklan penguat yang
bertujuan meyakinkan pembeli bahwa sekarang mereka telah melakukan pilihan
yang benar.
2.1.1 Iklan Hard Selling
Hard selling merupakan strategi untuk mempromosikan produk atau jasa yang
ditujukan untuk memengaruhi tindakan konsumen. Strategi ini menekankan
kepada pengambilan keputusan yang didasarkan atas rasional atau adanya
keuntungan tambahan yang diberikan suatu produk. Dalam dunia periklanan,
kalimat-kalimat perintah yang langsung menyuruh audiens untuk membeli
24
termasuk dalam hard selling. Pendekatan ini sangat dianjurkan ketika perusahaan
ingin memompa penjualan (Trisnanto, 2007: 173-174).
2.1.2 Iklan Soft Selling
Soft selling merupakan strategi berupa penyampaian pesan secara emosional.
Soft selling berupaya menciptakan respon yang didasarkan pada perilaku, mood,
impian, perasaan, dan daya tarik emosional. Strategi ini biasa digunakan dalam
produk atau jasa dengan biaya yang tinggi (high-involvement) seperti mobil,
smartphone, tour, dan sebagainya. Pendekatan ini lebih mengarah kepada cara
perusahaan membangun citra merek (Trisnanto, 2007: 174-175).
2.2 Daya Tarik Pesan Iklan
2.2.1 Daya Tarik Pesan
Daya tarik pesan untuk periklanan yang baik berfokus pada suatu usulan
penjualan inti. Menurut Twedt, pesan dapat dibuat peringkat berdasarkan tingkat
yang diinginkan, keeksklusifannya, dan kepercayaannya (Suyanto, 2005: 91).
2.2.2 Daya Tarik Selebritis
Produk atau merek akan menjadi menonjol dalam periklanan salah satunya
dengan menggunakan daya tarik para figur masyarakat, seperti seorang bintang
TV, aktor, aktris, atlet, ilmuwan dan sebagainya. Selebritis adalah pribadi yang
dikenal masyarakat untuk mendukung suatu produk (Suyanto, 2005: 92-93).
25
2.2.3 Daya Tarik Humor
Politisi, aktor, aktris, juru bicara masyarakat, profesor, dan yang lainnya pada
suatu waktu menggunakan humor untuk menciptakan reaksi yang diinginkan.
Pengiklan juga menggunakan untuk mencapai sasaran komunikasi yang bervariasi
untuk memicu perhatian, memandu konsumen secara menyeluruh terhadap
tuntutan produk, memengaruhi sikap, menyempurnakan kemampuan ‘recall’ dari
tuntutan pengiklan, dan pada akhirnya menciptakan tindakan konsumen untuk
membeli produk (Suyanto, 2005: 94-95).
2.2.4 Daya Tarik Rasa Takut
Daya tarik rasa takut lebih efektif digunakan untuk memperbaiki motivasi.
Pengiklan memotivasi konsumen untuk mengolah informasi dan mengambil
tindakan. Selain itu, pengiklan meminta daya tarik rasa takut dengan
mengidentifikasi 2 hal, yaitu mengidentifikasi konsekuensi negatif jika tidak
menggunakan produk dan mengidentifikasi konsekuensi negatif jika
menggunakannya dalam perilaku yang tidak aman (Suyanto, 2005: 96-97).
2.2.5 Daya Tarik Kesalahan
Seperti halnya rasa takut, kesalahan merupakan daya tarik negatif. Orang
merasa bersalah ketika melanggar peraturan, menyimpang dari nilai-nilai standar
atau kepercayaan, atau tidak bertanggung jawab. Daya tarik kesalahan dapat
berjalan baik karena mamotivasi individu yang dewasa secara emosi untuk
mengambil alih tanggung jawab untuk mengurangi tingkat kesalahan. Pengiklan
menggunakan daya tarik kesalahan dan berusaha membujuk calon konsumen
dengan menerapkan perasaan bersalah yang dapat diganti dengan menggunakan
26
produk yang diiklankan, atau menunjukkan kesalahan agar konsumen tidak
mengulangi kesalahan (Suyanto, 2005: 98-99).
2.2.6 Daya Tarik Musik
Musik merupakan komponen penting dalam periklanan. Jingle, musik latar,
lagu terkenal, dan aransemen klasik digunakan untuk menarik perhatian,
menyampaikan titik penjualan, menetapkan nada emosi suatu iklan dan
memengaruhi perasaan pendengarnya (Suyanto, 2005: 100-101).
2.2.7 Daya Tarik Komparatif
Dalam praktik periklanan, perbandingan langsung atau tidak langsung suatu
produk dengan produk pesaing untuk mempromosikan bahwa produk tersebut
superior dibanding produk pesaing dengan pertimbangan pembelian disebut iklan
komparatif (Suyanto, 2005: 102-103).
2.2.8 Daya Tarik Positif/Rasional
Daya tarik positif/rasional berfokus pada praktik, fungsi, atau kebutuhan
konsumen secara optimal terhadap suatu produk, yang menekankan pada manfaat
atau alasan untuk mempunyai atau menggunakan suatu merek. Isi dari pesan
menekankan pada fakta, belajar, dan persuasi logis. Daya tarik positif/rasional
cenderung bersifat informatif dan umunya pengiklan menggunakan daya tarik ini
untuk meyakinkan konsumen bahwa produk yang diiklankan mempunyai manfaat
khusus yang memuaskan konsumen (Suyanto, 2005: 104-105).
2.2.9 Daya Tarik Emosional
Daya tarik emosional berhubungan dengan kebutuhan psikologis konsumen
untuk membeli suatu produk. Banyak konsumen termotivasi untuk mengambil
27
keputusan dan membeli suatu produk karena emosi dan perasaan terhadap merek
dapat menjadi lebih penting daripada pengetahuan terhadap atribut dan pernik-
pernik produk tersebut (Suyanto,2005: 106-107).
2.2.10 Daya Tarik Seks
Daya tarik seks mempunyai suatu daya tarik perhatian awal dan daya tarik
perhatian dalam periode yang lama. Daya tarik seks dapat menyempurnakan recall
titik pesan dan tanggapan emosi. Daya tarik seks biasanya menggunakan model
yang atraktif dan pose yang provokatif (Suyanto, 2005: 108-109).
2.2.11 Daya Tarik Kombinasi
Daya tarik kombinasi merupakan perpaduan dari berbagai daya tarik. Daya
tarik ini diharapkan dapat menyinergikan berbagai daya tarik, sehingga dapat
menghasilkan efek eksekusi pesan iklan yang lebih baik dibandingkan jika hanya
menggunakan satu daya tarik (Suyanto, 2005: 110-111).
2.3 Media Iklan
Media yang digunakan untuk mendukung kegiatan periklanan dapat dibagi atas
3 bagian utama antara lain (Subagyo, 2010: 138):
a. Media Cetak
Media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan
visual dalam melaksanakan fungsinya sebagai media penyampai informasi.
Berdasarkan pengertian di atas, maka media cetak yang digunakan sebagi media
untuk periklanan terdiri atas surat kabar, majalah, brosur, leaflet, dan folder.
28
b. Media Elektronik
Media kedua yang dapat digunakan untuk mengiklankan berbagai produk yang
dihasilkan dengan sasaran konsumen yang lebih besar dan jangkauan yang luas
yaitu dengan menggunakan media elektronik seperti televisi dan radio.
c. Media Luar Ruang
Sebagai alternatif ketiga untuk melaksanakan kegiatan iklan, maka media luar
ruang merupakan bentuk iklan yang paling tua. Fungsi utama media iklan luar
ruang adalah sebagai iklan untuk mengingatkan dan sebagai media sekunder
untuk mendukung kampanye iklan dari media utama. Contoh media luar ruang
antara lain billboard dan poster.
Berkembangnya teknologi memberikan dampak kemajuan bagi dunia
periklanan. Sarana atau media untuk beriklan menjadi lebih variatif karena adanya
media alternatif tambahan selain media iklan konvensional. Salah satu dari media
alternatif tersebut adalah media berbasis jaringan internet yang merupakan media
baru (new media). Dengan menggunakan media ini sebuah perusahaan tidak
membutuhkan banyak biaya untuk mempromosikan produknya. Jangkauannya
pun lebih luas.
2.4 Media Baru
Media massa berkembang begitu cepat. Seiring dengan perkembangan
teknologi komunikasi, komunikasi massa pun semakin canggih dan kompleks,
serta memiliki kekuatan yang lebih dari masa-masa sebelumnya. Hal ini ditandai
29
dengan munculnya media baru. Istilah ‘media baru’ telah digunakan sejak tahun
1960-an dan telah mencakup seperangkat teknologi komunikasi terapan yang
semakin berkembang dan beragam.
Menurut Denis McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa, ciri utama
media baru adalah adanya saling keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak
individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaan
yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada di mana-mana
(McQuail, 2011: 43).
Adapun perbedaan media baru dari media lama, yakni media baru
mengabaikan batasan percetakan dan model penyiaran dengan memungkinakan
terjadinya percakapan antar banyak pihak, memungkinkan penerimaan secara
simultan, perubahan dan penyebaran kembali objek-objek budaya, mengganggu
tindakan komunikasi dari posisi pentingnya dari hubungan kewilayahan dan
modernitas, menyediakan kontak global secara instan, dan memasukkan subjek
modern/akhir modern ke dalam mesin aparat yang berjaringan (McQuail,
2011:151).
Klaim status paling utama sebagai media baru dan mungkin juga sebagai
media massa adalah internet. Meskipun demikian, ciri-ciri massal bukanlah
karasteristik utamanya. Pada awalnya, internet dimulai sebagai alat komunikasi
nonkomersial dan pertukaran data antara profesioanal, tetapi perkembangan
selanjutnya adalah internet sebagai alat komunikasi pribadi dan antarpribadi
(Castells), Media ini belum matang maupun memiliki definisi yang jelas sejalan
dengan penilaian Lievrouw yang menyatakan bahwa ‘belum terdapat bentuk
30
aplikasi yang sangat hebat (killer application) dari interaksi dalam jaringan
(daring)’. Walaupun demikian, kita juga dapat melihat aplikasi mesin pencari dan
situs jaringan sosial sebagai aplikasi yang unik dan dominan. (McQuail, 2011:44).
Kemunculan media baru turut memberikan andil akan perubahan pola
komunikasi masyarakat. Media baru, dalam hal ini internet sedikit banyak
mempengaruhi cara individu berkomunikasi dengan individu lainnya. Internet di
kehidupan sekarang hadir untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
berkomunikasi dan memperoleh informasi. Internet berfungsi sebagai jaringan
global untuk komunikasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya di belahan dunia.
Internet juga berfungsi sebagai aspek penyedia informasi yang tidak ada batasan.
Mengakses internet saat ini sudah menjadi rutinitas kebanyakan masyarakat.
Tidak hanya dengan menggunakan komputer atau laptop saja tetapi kini dapat
mengaksesnya melalui handphone dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan
oleh sejumlah provider telpon seluler.
2.5 Media Sosial
Menurut Van Dijk (2013) media sosial adalah platform media yang
memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam
beraktifitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai
medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan antarpengguna sekaligus
sebagai sebuah ikatan sosial. Melalui media ini penggunanya bisa dapat dengan
mudah berpartisipasi. Berpartisipasi dalam arti seseorang akan dengan mudah
berbagi informasi; menciptakan content/isi yang ingin disampaikan kepada orang
31
lain; memberi komentar terhadap masukan yang diterimanya dan seterusnya.
Semua dilakukan dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.
Menurut Gunelius (2011:15) tujuan umum penggunaan sosial media adalah
sebagai berikut:
a. Membangun hubungan : manfaat utama dari pemasaran media sosial
adalah kemampuan untuk membangun hubungan dengan konsumen secara aktif.
b. Membangun merek : percakapan melalui media sosial menyajikan cara
sempurna untuk meningkatkan brand awareness, meningkatkan pengenalan dan
ingatan akan merek dan meningkatkan loyalitas merek.
c. Publisitas : pemasaran melalui media sosial menyediakan outlet dimana
perusahaan dapat berbagi informasi penting dan memodifikasi persepsi negatif.
d. Promosi : melalui pemasaran media sosial, memberikan diskon eksklusif
dan peluang untuk audiens untuk membuat orang-orang merasa dihargai dan
khusus, serta untuk memenuhi tujuan jangka pendek.
e. Riset pasar : menggunakan alat-alat dari web sosial untuk belajar tentang
pelanggan, membuat profil demografi dan perilaku pelanggan, belajar tentang
keinginan dan kebutuhan konsumen, serta belajar tentang pesaing.
Selain memiliki tujuan, media sosial memiliki karakteristik sebagai berikut
(Sulianta, 2015: 7) :
a. Transparansi : keterbukaan informasi karena konten media sosial ditujukan
untuk konsumsi publik atau sekelompok orang.
32
b. Dialog dan komunikasi : terjalin hubungan dan komunikasi interaktif
menggunakan ragam fitur, misalnya antara “brand bisnis” dengan “fans”nya.
c. Jejaring relasi : hubungan antara pengguna layaknya jaring-jaring yang
terhubung satu sama lain dan semakin kompleks seraya mereka menjalin
komunikasi dan terus membangun pertemanan. Komunitas jejaring sosial
memiliki peranan kuat yang akan memengaruhi audiensinya (influencer).
d. Multi opini : setiap orang dengan mudahnya berargumen dan
mengutarakan pendapatnya.
e. Multi form : informasi disajikan dalam ragam konten dan ragam channel,
wujudnya dapat berupa: social media press release, video news release, portal
web, dan elemen lainnya.
f. Kekuatan promosi online : media sosial dapat dipandang sebagai tool yang
memunculkan peluang-peluang guna mewujudkan visi misi organisasi.
2.6 YouTube dan Generasi Milenial
Pada dasarnya, YouTube merupakan sebuah website yang memfasilitasi
penggunanya untuk berbagi video yang mereka miliki, atau sebatas menikmati
berbagai video klip yang diunggah oleh berbagai pihak. Berikut beberapa manfaat
dari YouTube:
a. Mencari penghasilan melalui Google AdSense
b. Mempromosikan perusahaan atau profil individu
c. Menonton tayangan berita yang terlewat
33
Sebuah survei yang dilakukan ComScore dan YouTube terhadap 2.940
responden menemukan fakta bahwa penggemar berat YouTube (YouTube “die
hards”) ternyata mencakup segmen generasi langgas yang berusia antara 18-34
tahun. Walaupun kesuksesan YouTube mencakup hampir seluruh segmen
pelanggan secara demografis bisa diakui, mayoritas penggemar memang berasal
dari kalangan milenial.
Studi yang dilakukan Comscore tersebut menemukan berbagai fakta dari
analisis kebiasaan menonton video secara online dari segmen atau kalangan yang
disurvei. Responden jelas menyatakan lebih menyukai konten video digital
daripada konten televisi tradisional. Mereka bisa menghabiskan banyak sekali
waktu (bahkan secara rutin) menonton berbagai konten video digital yang ada di
YouTube. Fakta lain menyatakan bahwa konsumen YouTube juga bisa menjadi
konsumen yang potensial untuk para pengiklan atau para pembuat konten iklan,
karena mereka bersifat terbuka dan reseptif terhadap merek.
Jika dilihat dari sisi ketertarikan terhadap merek-merek tertentu, biasanya
kalangan milenial lebih skeptis ketika disuguhi tayangan berbagai merek atau
produk. Mereka juga tidak mudah dipengaruhi begitu saja oleh promo merek.
Tapi, studi ini menyimpulkan justru kalangan milenial bisa menjadi target
potensial bagi merek-merek yang hendak mempromosikan produk atau
layanannya.
Kalangan milenial memang tidak mudah dipengaruhi oleh berbagai promo
merek, tetapi mereka ternyata cukup aktif mencari tahu tentang merek favorit atau
merek yang dianggap relevan bagi mereka. Mereka juga lebih responsif terhadap
34
segala aktivitas pemasaran/promo merek, selama mereka menganggap itu menarik
dan relevan. Sebanyak 62% dari responden menyatakan mereka bisa melakukan
tindakan nyata setelah melihat promo iklan, dan 47% menyatakan sangat
memerhatikan update yang ada tentang merek-merek favorit mereka (Mulyadi,
2017).
2.7 Penelitian Terdahulu
Tinjauan tentang penelitian terdahulu ini dilakukan oleh peneliti dengan
tujuan untuk mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap, pembanding dan
memberi gambaran awal mengenai kajian terkait permasalahan dalam penelitian
ini.
Penelitian pertama berjudul “Perbandingan Persepsi Khalayak Antara Iklan
yang Mengandung Humor dan Tidak Mengandung Humor (Ira Yuni Mirandha
dan Adi Bayu Mahadian, Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat Universitas
Telkom)”. Penelitian ini menggunakan iklan Ramayana Department Store dan
Matahari Department Store sebagai objek penelitian. Kedua, penelitian ini
menggunakan teori persepsi selektif Belch dan Belch. Hasil penelitiannya
menunjukkan tidak adanya perbedaan tingkat persepsi audiens yang signifikan
antara 2 iklan yang diteliti.
Penelitian kedua berjudul “Kajian Pemaknaan Bahasa Tubuh dan Persepsi
Audiens Terhadap Iklan Garuda Indonesia Versi “Hands” (Rizky Indah Sari, Ira
Wirasari, dan Ilhamsyah, Jurnal Penelitian Komunikasi Universitas Telkom)”.
Penelitian ini menggunakan iklan Garuda Indonesia versi “Hands” sebagai objek.
35
Kedua, penelitiannya bersifat kualitatif. Ketiga, penelitian ini menggunakan teori
semiotika nonverbal dan teori semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian
menunjukkan Garuda Indonesia berhasil menampilkan citra brand yang baik,
menarik perhatian audiens, serta audiens berhasil memahami makna pesan yang
terdapat pada iklan.
Penelitian ketiga berjudul “Persepsi Masyarakat Mengenai Pesan dalam Iklan
(Amar Abdul Azis Asyari, Jurnal Universitas Komputer Indonesia)”. Penelitian
ini menggunakan iklan Coca Cola “Lawan Nama Julukan” sebagai objek. Kedua,
penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 5 responden.
Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat terhadap iklan secara
keseluruhan adalah persepsi positif.
Penelitian keempat berjudul “Pengaruh Iklan Web Series Sore (Istri dari Masa
Depan) Terhadap Sikap Audiens pada Merek Tropicana Slim Stevia Dikalangan
Pengguna Internet Kota Jakarta (Khadijah Nur Azizah dan Ratih Khasanah
Sudrajat, Jurnal Penelitian Komunikasi Universitas Telkom)”. Penelitian ini
meneliti efektivitas iklan web series. Kedua, penelitian ini menggunakan web
series Sore (Istri dari Masa Depan) sebagai objek. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa web series Sore dinilai efektif dengan nilai 3,00 serta dimensi efektifitas
iklan dengan EPIC model memberikan pengaruh sebesar 67,6% terhadap sikap
pada merek.
36
Dari uraian di atas, terdapat beberapa keunggulan dari penelitian yang akan
dilakukan penulis.
a. Pada beberapa penelitian sebelumnya pengambilan subjek dilakukan
secara acak maupun menggunakan kuota dan hal tersebut menurut penulis kurang
relevan serta kurang memperhatikan tujuan penelitiannya. Pada penelitian
kualitatif juga tidak dijelaskan bagaimana kriteria narasumbernya. Oleh karena
itu, pada penelitian ini penulis berusaha mengambil subjek secara relevan dengan
mempertimbangkan tujuan penelitian itu sendiri. Selain itu, penulis memakai
seluruh anggota populasi sebagai subjek penelitian.
b. Teori yang dipakai penulis berbeda dengan teori-teori yang terdapat pada
penelitian sebelumnya. Teori perbedaan individu termasuk dalam teori
kontemporer. Selain itu, teori yang dipakai penulis juga relevan dengan tujuan
penelitian yang memang untuk melihat bagaimana persepsi dari masing-masing
individu.
c. Objek dari penelitian yang akan dilakukan penulis mengandung unsur
kebaruan (novelty). Kedua iklan yang akan diteliti merupakan iklan yang rilis
pada bulan Februari dan Agustus 2018.
d. Penulis berinovasi untuk membandingkan bagaimana persepsi audiens
terhadap iklan yang berjenis hard sell dan soft sell. Hal ini belum pernah diteliti
sebelumnya.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian eksperimen. Metode
ini merupakan bagian dari metode kuantitatif. Metode penelitian eksperimen dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Dalam hal
ini, peneliti memberikan treatment dengan cara memperlihatkan video iklan hard sell
dan soft sell dari Toyota New Yaris (Sugiyono, 2008: 72-74).
Penelitian ini menggunakan eksperimen model One-Shot Case Study. Dalam
model ini, suatu kelompok akan diberikan treatment/perlakuan dan selanjutnya
diobservasi hasilnya. Treatment sebagai variabel independen, dan hasil sebagai
variabel dependen.
3.2 Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, objek yang diamati adalah persepsi audiens terhadap iklan
hard selling dan soft selling dari produk Toyota New Yaris.
38
3.3 Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa Konsentrasi Periklanan Jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta angkatan
2015. Hal yang menjadi dasar pemilihan subjek untuk penelitian eksperimental ini
adalah:
a. Iklan hard selling dan soft selling Toyota New Yaris ditayangkan melalui
platform YouTube.
b. Mahasiswa termasuk dalam kategori generasi milenial atau langgas, di mana
generasi ini mendominasi pengguna aplikasi YouTube.
c. Mahasiswa periklanan angkatan 2015 (umumnya) sudah mengambil semua
mata kuliah khusus periklanan, baik teori maupun praktikum sehingga layak
dijadikan subjek penelitian.
3.4 Lokasi Penelitian
Kampus II Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta yang
beralamat di Jalan Babarsari, No. 2, Tambak Bayan, Janti, Caturtunggal, Kec. Depok,
Kabupaten Sleman, DIY 55281.
39
3.5 Sumber Data
3.5.1 Sumber Data Primer
Diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden. Responden dalam
penelitian ini adalah mahasiswa konsentrasi Advertising Ilmu Komunikasi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta angkatan 2015 sejumlah
30 mahasiswa.
3.5.2 Sumber Data Sekunder
Diperoleh dari berbagai referensi seperti buku, penelitian terdahulu, serta sumber
online.
3.6 Definisi Konseptual
3.6.1 Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat,
2004: 51).
3.7 Definisi Operasional
3.7.1 Perhatian
Perhatian adalah proses mental ketika stimuli/rangkaian stimuli menjadi lebih
menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah (Rakhmat, 2007: 52).
40
3.7.2 Penafsiran
Penafsiran merupakan kegiatan untuk mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti bagi individu (Rakhmat, 2004: 51).
3.7.3 Pengetahuan
Pengetahuan terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau
dipersepsikan khalayak. Kognitif terjadi pada diri komunikan yang sifatnya
informatif bagi dirinya (Notoatmodjo, 2003: 3).
3.8 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa konsentrasi Advertising Ilmu
Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta angkatan
2015 sejumlah 30 mahasiswa.
3.9 Teknik Pengumpulan Data
3.9.1 Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono, 2008: 142).
3.9.2 Observasi
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti agar pembahasan di dalam
penelitian ini mendapatkan hasil yang akurat dan terarah dari proses pengeksplorasian
data hingga penyelesaian masalah (sesuai dengan kriteria keilmuan dan dapat
41
dipertanggungjawabakan secara ilmiah) yaitu dengan metode observasi. Observasi
merupakan salah satu metode pengumpulan data di mana peneliti melihat mengamati
secara visual sehingga validitas data tergantung pada kemampuan observer
(Herdiansyah, 2015: 131).
3.9.3 Dokumentasi
Digunakan sebagai penguat data yang didapat melalui observasi. Dokumentasi ini
didapat pada dokumen-dokumen atau data. Data diperoleh dari berbagai media cetak
dan media elektronik yang berkaitan dengan objek penelitian.
3.9.4 Studi Pustaka
Untuk mencari informasi melalui literatur-literatur serta buku-buku yang
berhubungan dengan penelitian ini, yang dapat disesuaikan dengan teori-teori yang
ada. Data yang diperoleh peneliti dari berbagai referensi buku, jurnal, dan karya
ilmiah serta data-data yang dapat mendukung penelitian ini.
3.10 Skala Pengukuran
Penelitian ini menggunakan Skala Likert sebagai skala pengukuran. Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Fenomena sosial telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan Skala Likert,
maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen
yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2008: 93).
42
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen utama berupa kuesioner
yang dibagikan kepada subjek penelitian. Kuesioner ini berupa pernyataan yang
sudah disediakan alternatif jawabannya. Jawaban yang peneliti gunakan dalam
kuesioner yaitu Sangat Setuju (SS) dengan skor 5, Setuju (S) dengan skor 4, Kurang
Setuju (KS) dengan skor 3, Tidak Setuju (TS) dengan skor 2, dan Sangat Tidak
Setuju (STS) dengan skor 1.
3.11 Uji Validitas
Pengujian validitas digunakan untuk mengukur sah/valid atau tidaknya butir
kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika butir pertanyaan/pertanyaan kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur. Uji coba ini dimaksudkan
untuk mengetahui kevalidan instrumen sebelum disebarkan kepada responden. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan rumus korelasi product moment (Sugiyono,
2011: 183).
𝑟𝑥𝑦 = 𝑁 ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
√{(𝑁 ∑ 𝑥2) − (∑ 𝑥)2}{(𝑁 ∑ 𝑦2) − (∑ 𝑦)2}
Keterangan:
Rxy: koefisien korelasi x terhadap y ∑y2: jumlah kuadrat skor total
N : jumlah responden ∑x : jumlah skor item
∑y : jumlah skor total ∑x2: jumlah kuadrat skor item
∑xy: jumlah perkalian skor item dengan skor total
43
3.12 Teknik Analisis Data
Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan.
3.12.1 Analisis deskriptif
Peneliti menggunakan analisis deskriptif presentase untuk menjabarkan hasil dari
kuesioner yang berupa angka-angka menjadi kalimat. Dalam analisis deskriptif ini
perhitungan yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi
(Sugiyono, 2014: 206).
% =𝑛
𝑁𝑋100%
Keterangan:
n = skor empirik (skor yang diperoleh)
N = jumlah nilai ideal (jumlah responden x jumlah soal x skor tertinggi)
% = tingkat keberhasilan yang dicapai
44
3.12.2 Uji Paired Test
Untuk menganalisis data dalam penelitian yang ingin mengetahui perbandingan
persepsi audiens antara dua iklan yang berbeda ini maka akan diuji menggunakan uji
paired test (Santosa dan Hidayat, 2014: 245) yang akan diuji dengan rumus berikut:
Jika salah satu simpangan baku tidak diketahui, statistik uji yang digunakan adalah:
𝑡 =𝑥1̅̅ ̅ − 𝑥2̅̅ ̅
√𝑠1
2
𝑛1+
𝑠22
𝑛2− 2𝑟 (
𝑠1
√𝑛1
) (𝑠2
√𝑛2
)
Keterangan:
𝑥1̅̅̅̅ : rata-rata sampel 1 𝑠12 : varians sampel 1
𝑥2̅̅̅̅ : rata-rata sampel 2 𝑠12 : varians sampel 2
s1: simpangan baku sampel 1 r : korelasi antara 2 sampel
s2: simpangan baku sampel 2
dengan kriteria uji taraf nyata sebesar α.
Terima H0 jika
tolak H0 dalam hal lainnya, dimana nilai
didapat dari tabel distribusi student dengan dk (derajat kebebasan) = (n1+n2-2).
Dengan kriteria uji: Tolak H0 jika │t hitung│ ≥ t tabel.
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
PT Toyota-Astra Motor (TAM) atau lebih dikenal dengan Toyota merupakan
perusahaan joint-venture antara PT Astra Internasional Tbk dan Toyota Motor
Corporation, Jepang. Perusahaan ini diresmikan pada 12 April 1971. Toyota Astra
Motor semula hanya sebagai importir kendaraan Toyota, namun setahun
kemudian sudah berfungsi sebagai distributor. Pada tanggal 31 Desember 1989,
TAM melakukan merger bersama tiga perusahaan antara lain:
PT Multi Astra (pabrik perakitan, didirikan tahun 1973)
PT Toyota Mobilindo (produk komponen bodi, didirikan tahun 1976)
PT Toyota Engine Indonesia (pabrik mesin, didirikan tahun 1982)
Gabungan semuanya diberi nama PT Toyota-Astra Motor. Merger ini
dilakukan guna menyatukan langkah dan efisiensi dalam menjawab tuntutan akan
kualitas serta menghadapi ketatnya persaingan di dunia otomotif. Selama 30 tahun
TAM telah memainkan peranan penting dalam pengembangan industri otomotif di
Indonesia serta membuka lapangan pekerjaan termasuk dalam industri
pendukungnya.
Sejak 15 Juli 2003, TAM direstrukturisasi menjadi 2 perusahaan, yaitu:
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia disingkat TMMIN yang
merupakan perakit produk Toyota dan eksportir kendaraan dan suku
46
cadang Toyota. Komposisi kepemilikan saham di perusahaan ini adalah
Astra International 5% dan TMC menjadi 95%.
PT Toyota-Astra Motor sebagai agen penjualan, importir, dan distributor
produk Toyota di Indonesia. Komposisi kepemilikan saham di perusahaan
ini adalah Astra International 50% sedangkan TMC 50%.
Gambar 4.1 Logo Toyota
Dalam upayanya menjaga dan memelihara merek, pada tahun 2015 Toyota
mengganti taglinenya yang semula “Moving Forward” menjadi “Let’s Go
Beyond”. Perubahan tersebut menjadi tanda bergulirnya era baru di pasar otomotif
Indonesia. Bagi Toyota hal itu ditandai dengan adanya teknologi baru, strategi
distribusi baru, hingga produk baru. TAM ingin menunjukkan bahwa Toyota
adalah merek yang melebihi ekspektasi.
Sebagai market leader di pasar otomotif Indonesia, Toyota memiliki sejumlah
prestasi dalam beberapa tahun terakhir. Dalam ajang Indonesia Prestige Brand
Award 2017, Toyota mendapat penghargaan “The Highest Top of Mind” dan
“Brand Used Most Often”. Hal ini berarti Toyota menjadi merek yang paling
47
gampang diingat dan sebagai merek yang sering dipakai oleh pengguna mobil.
Penghargaan ini diberikan berdasarkan hasil survei oleh Majalah Warta Ekonomi
terhadap lebih dari 3.000 responden.
Pada September 2017 Toyota mendapat apresiasi terbaik dalam Brand Asia
Study 2017 yang digelar di Indonesia. Brand Asia Study merupakan sebuah riset
lintas negara di Asia untuk melihat brand strength dari berbagai brand, yang
hasilnya bisa dibandingkan antarnegara di Asia.
Kemudian dalam ajang WOW Brand Festive Day 2018 yang digelar oleh
MarkPlus Inc. bulan Maret 2018 lalu, Toyota mendapat 4 penghargaan. WOW
Brand Award merupakan penghargaan yang diberikan kepada brand yang tidak
hanya populer tetapi juga harus mampu membuat konsumen untuk
merekomendasikanya. Penghargaan ini didasarkan atas survei Indonesia WOW
Brand 2017 terhadap 5.800 responden di beberapa kota besar di Indonesia.
Pertama, Toyota meraih Gold Champion untuk merek mobil. Kedua, Toyota
meraih Silver Champion dalam Indonesia Branding Campaign of the Year 2018
atas berbagai strategi pemasaran yang dilakukan Toyota di bidang digital
marketing. Selain itu Toyota juga meraih penghargaan Brand for Good dan TOP
50 Indonesia WOW Brand 2018.
Selanjutnya yang terbaru, pada Oktober 2018 Toyota mendapat penghargaan
Best Digital Program of The Year dalam ajang GridOto Award 2018.
Penghargaan ini diperoleh Toyota melalui program digital marketingnya. GridOto
Award merupakan ajang penghargaan bergengsi terhadap pabrikan, produk dan
48
sosok yang berkontribusi besar bagi dunia otomotif Indonesia. Ajang penghargaan
ini digelar oleh GridOto.com dalam rangka merayakan hari jadinya yang pertama.
Beberapa penghargaan di atas memicu Toyota agar terus menjaga dan
meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk, teknologi, dan pelayanan
Toyota. Selain itu Toyota juga terus berupaya menjaga eksistensinya sebagai
market leader di pasar otomotif nasional. Oleh karena itu Toyota memanfaatkan
saluran digital sebagai strategi untuk menghadapi kompetisi pasar otomotif yang
semakin ketat serta konsumen yang semakin cerdas dan kritis. Untuk
memudahkan pelanggan mengakses berbagai informasi tentang produk dan
layanan, Toyota memanfaatkan penggunaan YouTube channel, website,
Facebook, Twitter, dan Instagram.
Sesuai dengan uraian pada bab sebelumnya, penelitian ini akan berfokus pada
2 jenis iklan dari Toyota yang dirilis melalui YouTube channelnya. Toyota
memiliki channel YouTube dengan username Toyota Indonesia dan jumlah
subscribers mencapai 273.879 akun. Pada Februari 2018 channel tersebut
mendapat penghargaan Silver Play Button dari Google Indonesia karena memiliki
subscribers lebih dari 100.000. Kedua iklan tersebut memiliki kesamaan dalam
produk yang diiklankan, yaitu mobil Toyota New Yaris yang dirilis pada 20
Februari 2018 lalu.
Iklan pertama berjenis hard selling. Hard selling merupakan strategi untuk
mempromosikan produk atau jasa yang ditujukan untuk memengaruhi tindakan
konsumen. Strategi ini menekankan kepada pengambilan keputusan yang
didasarkan atas rasional atau adanya keuntungan tambahan yang diberikan suatu
49
produk. Pada 23 Februari 2018 Toyota merilis iklan hard selling dengan judul
“New Yaris - Powered by Excitement”. Iklan ini menggambarkan tentang fitur
keselamatan dari mobil tersebut. Dalam iklan tersebut ditampilkan secara
langsung bagaimana penggunaan fitur dari Toyota New Yaris seperti 7 SRS
airbags, Vehicle Stability Control (VSC), dan Hill-Start Assist Control (HSA).
Iklan dengan durasi 30 detik tersebut telah ditonton sebanyak 1,7 juta kali.
Gambar 4.2 Tampilan Iklan Hard Selling
Iklan hard selling di atas memiliki latar waktu malam hari di sebuah perkotaan
dengan suasana yang semarak. Selain itu, iklan ini juga menggunakan backsound
dan sound effect bernuansa modern dan futuristik. Untuk pemerannya, iklan ini
menggunakan warga mancanegara. Namun pada iklan ini pemeran hanya muncul
sekilas dan lebih menyorot pada car shoot.
50
Iklan kedua yang akan diteliti adalah iklan berjenis soft selling. Strategi ini
berupa penyampaian pesan secara emosional. Soft selling berupaya menciptakan
respon yang didasarkan pada perilaku, mood, impian, perasaan, dan daya tarik
emosional. Strategi ini biasa digunakan dalam produk atau jasa dengan biaya yang
tinggi (high-involvement) seperti mobil, smartphone, tour, dan sebagainya. Pada
13 Agustus 2018 brand Toyota meluncurkan iklan di YouTube yang dikemas
dalam bentuk web series berjudul “Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode”. Dengan
total 4 episode, web series ini memiliki 4 juta views untuk episode pertamanya.
Gambar 4.3 Tampilan Iklan Soft Selling
Berbeda dengan iklan sebelumnya, iklan versi soft selling berlatar waktu siang
dan malam hari di Kabupaten Batang dan mengandung berbagai macam suasana
seperti menegangkan, menyedihkan, serta mengharukan. Iklan ini menggunakan
backsound berupa lagu sendu yang dinyanyikan oleh pemusik Indonesia yaitu
Kunto Aji dan Adhitia Sofyan. Kemudian untuk pemeran utama, iklan ini
51
menampilkan Dion Wiyoko dan Sheila Dara. Keduanya merupakan selebritis
yang cukup terkenal di Indonesia serta sering membintangi berbagai ftv, iklan,
dan film layar lebar.
Web series ini menceritakan tentang Satrio (Dion Wiyoko) dan Ayu (Sheila
Dara) yang merupakan pasangan kekasih selama 8 tahun. Saat mempersiapkan
pernikahan tiba-tiba Satrio ingin memutuskan hubungannya dengan Ayu dengan
alasan tidak cinta sejak awal. Satrio pun ingin memberitahu kepada orang tua Ayu
bahwa mereka sudah putus dan agar membatalkan pernikahan. Namun hal
sebaliknya terjadi saat Satrio bertemu ayah Ayu yang sedang sakit dan berharap
agar Satrio dan Ayu segera menikah sebelum beliau meninggal.
Penelitian ini berusaha mengetahui bagaimana persepsi audiens terhadap kedua
iklan. Persepsi tersebut dilihat dari 3 faktor yang memengaruhinya, yaitu:
perhatian, penafsiran, dan pengetahuan.
52
4.2 Deskripsi Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Konsentrasi Periklanan,
Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta angkatan 2015 sejumlah 30 mahasiwa. Responden tersebut terdiri dari
13 responden laki-laki dan 17 responden perempuan.
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden
Frequency Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Laki-laki 13 43.3 43.3
Perempuan 17 56.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Kemudian dari segi usia, rata-rata responden berusia antara 20-22 tahun.
Frekuensi terbanyak terdapat pada usia 21 tahun yaitu sebanyak 16 mahasiswa.
Usia 21 merupakan usia mahasiswa angkatan 2015 pada umumnya, tidak
termasuk mahasiswa yang pernah mengalami gap year maupun kelas akselerasi.
Tabel 4.2 Umur Responden
Frequency Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 20 1 3.3 3.3
21 16 53.3 56.7
22 13 43.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
53
Pada tabel 4.2 terlihat bahwa rentang usia responden berada pada usia 20-22
tahun. Usia tersebut termasuk dalam kategori remaja akhir. Pada masa ini mereka
mengalami perkembangan psikologi di berbagai aspek seperti sosial, moral,
seksual, intelegensi, serta emosi. Selain itu, usia di atas termasuk pada usia
generasi milenial. Di Indonesia, generasi ini mendominasi jumlah pengguna
internet. Sebagai generasi milenial, responden memiliki karakter peka terhadap
perubahan serta lebih pintar dalam mengantisipasi iklan (Taher, 2017).
Tabel 4.3 Lama Penggunaan YouTube
Frequency Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1-3 tahun 1 3.3 3.3
3-6 tahun 9 30.0 33.3
6-9 tahun 18 60.0 93.3
>9 tahun 2 6.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden menggunakan
YouTube sejak 6-9 tahun lalu dengan persentase sebesar 60%, kemudian 3-6
tahun dengan persentase 30%, lebih dari 9 tahun sebanyak 6,7%, dan 1-3 tahun
sebanyak 3,3%.
Dari data di atas dapat dikatakan bahwa kebanyakan responden sudah
menggunakan YouTube selama 6-9 tahun. Jika dihitung, maka 6-9 tahun lalu
adalah masa ketika responden memasuki usia anak Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan pada saat itu warnet (warung internet) sedang marak berkembang.
54
Selain itu, responden sedang memasuki usia remaja awal, dimana sedang gemar
mencoba hal baru. Maka dapat dikatakan wajar apabila responden telah
menggunakan YouTube sejak 6-9 tahun lalu.
Tabel 4.4 Durasi Penggunaan YouTube
Frequency Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <30 menit 3 10.0 10.0
30-45 menit 4 13.3 23.3
45 menit-1 jam 8 26.7 50.0
>1 jam 15 50.0 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Dilihat dari durasi penggunaan, sebanyak 15 responden (50%) mengakses
YouTube lebih dari 1 jam dalam sehari. Persentase terbesar kedua pada
penggunaan selama 45 menit-1 jam dalam sehari yaitu sebanyak 8 responden
(26,7%). Kemudian disusul penggunaan selama 30-45 menit sebanyak 4
responden (13,3%) dan kurang dari 30 menit sebanyak 3 responden (10%).
Menurut penelitian, rata-rata orang Indonesia menggunakan YouTube selama
42,4 menit dalam sehari. Maka dapat dikatakan bahwa lebih dari 75% responden
memiliki durasi penggunaan YouTube di atas rata-rata orang Indonesia pada
umumnya. Ini membuktikan bahwa mereka adalah pengguna YouTube yang aktif.
Berdasarkan riset YouTube dan Kantar terhadap pengguna YouTube di
Indonesia ada beberapa hal yang mendasari keaktifan responden dalam
menggunakan YouTube. Pertama, YouTube memiliki peran menggantikan
55
televisi. Menurut riset, 92% pengguna di Indonesia menyatakan YouTube adalah
tujuan pertama mereka ketika mencari konten video. Selain itu, pengguna di
Indonesia juga menggunakan YouTube untuk menonton konten yang tidak sempat
mereka tonton secara langsung ketika disiarkan televisi.
Alasan kedua, kini YouTube makin populer di masyarakat rural. Hal ini
didasari karena infrastruktur penyediaan internet yang semakin baik. Kemudian
harga sarana mengakses internet seperti paket data yang semakin terjangkau, serta
konten yang semakin relevan dengan minat warganet rural.
Alasan selanjutnya adalah kreator dan brand Indonesia makin produktif.
Jumlah kreator Indonesia yang memperoleh Gold Play Button menunjukkan
peningkatan warga Indonesia yang menggunakan YouTube. Selain para kreator,
brand di Indonesia juga memanfaatkan YouTube untuk beriklan. Pemilik brand
mulai menyadari potensi YouTube untuk menarik konsumen lewat penyampaian
iklan yang kreatif (Praditya, 2018).
56
Tabel 4.5
Genre yang Sering Dikunjungi
Frequency Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid DIY 1 3.3 3.3
Fashion and beauty 2 6.7 10.0
Gaming 6 20.0 30.0
Lifestyle 1 3.3 33.3
Music 16 53.3 86.7
People and blogs 1 3.3 90.0
Politics 1 3.3 93.3
Religi 1 3.3 96.7
Sports 1 3.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Dari channel yang sering dikunjungi, sebanyak 16 responden (53,3%)
menggunakan YouTube untuk mengunjungi channel music. Persentase terbesar
kedua ada pada channel gaming yaitu sebanyak 6 responden (20%). Selanjutnya
pada channel fashion and beauty sebanyak 2 responden (6,7%). Channel DIY,
lifestyle, people and blogs, politics, religi, dan sports menempati persentase
terkecil yaitu hanya 1 responden (3,3%) di setiap channel.
YouTube saat ini bisa menjadi saluran musik pengganti radio. Terlebih
semakin banyak musisi yang mengunggah videonya di YouTube. Salah satu
musisi dengan subscribers terbanyak adalah Justin Bieber. Akun YouTubenya
memiliki subscribers sebanyak 44 juta. Bahkan video-video musiknya telah
ditonton lebih dari 1 miliar kali. Selain Justin, Ed Sheeran (musisi asal Inggris)
57
juga memiliki subscribers sebanyak 37 juta. Sama seperti Justin, video-video di
akun Ed Sheeran juga telah ditonton lebih dari 1 miliar kali.
Untuk channel gaming, akun dengan nama PewDiePie memiliki subscribers
terbanyak, yaitu sebesar 91 juta. Akun milik Felix Arvid Ulf Kjellberg ini
merupakan channel nomor 1 dalam genre gaming.
4.3 Persepsi Audiens
4.3.1 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Faktor Eksternal Penarik Perhatian 1
Faktor eksternal penarik perhatian adalah hal-hal dari luar individu yang dapat
menarik perhatian individu tersebut. Dalam penelitian ini, faktor-faktor eksternal
yang diamati adalah informasi baru mengenai produk, pemeran/talent, setting
(waktu, tempat, suasana), alur, sound effect dan backsound, penggunaan produk
dengan warna mencolok, serta sinematografi dari iklan yang diperlihatkan.
Faktor-faktor tersebut ditentukan berdasarkan teori bahwa individu akan
cenderung memerhatikan apa yang dianggap bermakna bagi dirinya. Pertama,
secara visual manusia tertarik pada objek yang bergerak. Kedua, manusia
cenderung memerhatikan stimuli yang lebih menonjol daripada stimuli yang lain.
Ketiga, hal-hal yang baru dan berbeda akan menarik perhatian.
Indikator faktor eksternal penarik perhatian 1 memiliki distribusi pertanyaan
“Dalam tayangan iklan ini terdapat banyak informasi yang belum diketahui
sebelumnya sehingga saya tertarik untuk terus menonton.” Tanggapan responden
untuk kedua iklan dapat dilihat pada tabel berikut:
58
Tabel 4.6 Q1 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 5 16.7 16.7
Kurang setuju 6 20.0 36.7
Setuju 16 53.3 90.0
Sangat
Setuju 3 10.0 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 19 responden (65,3%), kemudian jawaban
netral sejumlah 6 responden (20%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
jawaban Tidak Setuju sebanyak 5 responden (16,7%). Hal ini menunjukkan
bahwa mayoritas responden setuju bahwa iklan hard selling dari Toyota menarik
perhatian bagi responden karena memberikan informasi yang sebelumnya tidak
diketahui.
Tabel 4.7 Q1 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 3 10.0 10.0
Kurang Setuju 3 10.0 20.0
Setuju 17 56.7 76.7
Sangat Setuju 7 23.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
59
Kemudian untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 24 responden (80%), kemudian
jawaban netral dan jawaban negatif masing-masing sebanyak 3 responden (10%).
Sama seperti iklan hard selling, pada iklan soft selling mayoritas responden juga
setuju bahwa iklan ini menarik perhatian bagi responden karena memberikan
informasi yang sebelumnya tidak diketahui.
Selanjutnya, tabel 4.6 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,57 sedangkan tabel
4.7 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,93. Sebagai generasi millenial,
responden skeptis terhadap iklan yang ditayangkan. Selain itu, karena sudah
sering menggunakan internet, responden menjadi takut tertinggal informasi (fear
of missing-out). Hal ini menunjukkan bahwa kedua iklan sama-sama dipersepsi
positif karena memiliki informasi baru yang belum diketahui responden sehingga
mereka terus menontonnya. Baik informasi mengenai fitur keselamatan produk
maupun informasi lain. Jika dibandingkan, maka iklan soft selling memiliki angka
persepsi positif lebih besar daripada iklan hard selling dalam pernyataan pertama.
4.3.2 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Faktor Eksternal Penarik Perhatian 2
Pemeran sering disebut sebagai aktor (pria) atau aktris (wanita) adalah orang
yang memainkan peran tertentu dalam suatu aksi panggung, acara televisi,
atau film. Biasanya, pemeran adalah orang yang dididik atau dilatih secara khusus
untuk melakukan sandiwara melalui suatu kursus atau sekolah, atau berpura-pura
memerankan suatu tokoh sehingga tampak seperti tokoh sungguhan.
60
Indikator faktor eksternal penarik perhatian 2 memiliki distribusi pertanyaan
“Pemeran/talent dalam iklan membuat saya tertarik untuk terus menonton.”
Tanggapan responden untuk kedua iklan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Q2 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 10 33.3 33.3
Kurang Setuju 7 23.3 56.7
Setuju 10 33.3 90.0
Sangat Setuju 3 10.0 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 13 responden (43,3%), kemudian jawaban
netral sejumlah 7 responden (23,3%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
jawaban Tidak Setuju sebanyak 10 responden (33,3%). Hal ini menunjukkan
bahwa kebanyakan responden setuju bahwa iklan hard selling dari Toyota
menarik dilihat dari pemeran/talent yang digunakan. Iklan ini menampilkan
beberapa orang muda berkewarganegaraan asing sebagai model iklan.
61
Tabel 4.9 Q2 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 1 3.3 3.3
Kurang Setuju 5 16.7 20.0
Setuju 15 50.0 70.0
Sangat Setuju 9 30.0 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Selanjutnya untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili
oleh jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 24 responden (80%),
kemudian jawaban netral sebanyak 5 responden (16,7%) dan jawaban negatif
yang diwakili oleh pilihan jawaban Tidak Setuju sebanyak 1 responden (3,3%).
Sama seperti iklan hard selling, pada iklan ini mayoritas responden juga setuju
bahwa iklan ini menarik perhatian dilihat dari pemerannya. Iklan kedua ini
menggunakan selebritis Indonesia, yaitu Dion Wiyoko dan Sheila Dara sebagai
pemainnya.
Berikutnya, tabel 4.8 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,20 sedangkan tabel
4.9 memiliki rata-rata jawaban sebesar 4,07. Hal ini memperlihatkan bahwa iklan
soft selling memiliki angka persepsi positif lebih besar dibandingkan dengan iklan
hard selling pada pernyataan kedua. Ini menunjukkan responden lebih tertarik
apabila selebritis Indonesia (yang sudah terkenal) yang menjadi pemeran
utamanya, dibanding dengan selebritis luar negeri yang belum tentu dikenal oleh
responden.
62
4.3.3 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Faktor Eksternal Penarik Perhatian 3
Latar adalah keterangan mengenai ruang, waktu serta suasana terjadinya
peristiwa-peristiwa didalam suatu karya. Latar waktu yaitu saat dimana tokoh
ataupun si pelaku melakukan sesuatu pada saat kejadian peristiwa dalam cerita
terjadi. Latar tempat adalah tempat dimana tokoh atau si pelaku mengalami
kejadian atau peristiwa didalam cerita. Sedangkan latar suasana adalah situasi apa
saja yang terjadi ketika saat si tokoh atau si pelaku melakukan sesuatu. Fungsi
dari latar sendiri yaitu untuk memberikan suatu gambaran yang jelas supaya
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada suatu karya benar-benar terjadi atau
memberikan informasi yang jelas mengenai situasi didalam sebuah cerita.
Indikator faktor eksternal penarik perhatian 3 memiliki distribusi pertanyaan
“Setting (waktu, tempat, suasana) dalam iklan membuat saya tertarik untuk terus
menonton.” Tanggapan responden untuk kedua iklan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.10 Q3 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 4 13.3 13.3
Kurang Setuju 5 16.7 30.0
Setuju 17 56.7 86.7
Sangat Setuju 4 13.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
63
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 21 responden (70%), kemudian jawaban
netral sejumlah 5 responden (16,7%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
jawaban Tidak Setuju sebanyak 4 responden (13,3%). Hal ini membuktikan
bahwa kebanyakan responden setuju iklan hard selling dari Toyota menarik
dilihat dari settingnya. Iklan pertama ini memberikan nuansa yang semangat dan
energetic, didukung pula oleh pemain dan musik pengiringnya. Latar tempat yang
digunakan juga menarik perhatian karena bernuansa perkotaan dengan
pencahayaan yang sesuai.
Tabel 4.11 Q3 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 1 3.3 3.3
Kurang Setuju 1 3.3 6.7
Setuju 20 66.7 73.3
Sangat Setuju 8 26.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Berikutnya untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 28 responden (93,4%), kemudian
jawaban netral dan jawaban negatif masing-masing sebanyak 1 responden (3,3%).
Sama seperti iklan hard selling, iklan kedua juga dinilai menarik perhatian dari
segi settingnya. Iklan ini berlatar tempat di Kabupaten Batang, dengan mengambil
shoot di sebuah kebun binatang, jalan raya antarkota serta pemandangan
64
pedesaan, sangat berbeda dengan iklan hard selling. Suasana yang dibangun
sejalan dengan alur ceritanya sehingga sangat menarik untuk terus ditonton.
Kemudian, tabel 4.10 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,70 sedangkan tabel
4.11 memiliki rata-rata jawaban sebesar 4,17. Hal ini menunjukkan bahwa iklan
soft selling memiliki angka persepsi positif lebih besar dibandingkan dengan iklan
hard selling pada pernyataan ketiga. Iklan soft selling memiliki setting yang lebih
disukai oleh responden sehingga menarik perhatian. Sesuai dengan
karakteristiknya, iklan soft selling menggunakan pendekatan secara emosional.
Dalam menyentuh emosi penonton, pembuat iklan akan menggabungkan berbagai
unsur seperti backsound, alur, setting, dan sebagainya. Terlihat jelas dalam iklan
soft selling Toyota New Yaris bahwa settingnya (utamanya suasana) menonjol.
Durasi iklan kedua yang melebihi iklan pertama justru membuat suasana iklan
lebih terbangun dengan baik.
4.3.4 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Faktor Eksternal Penarik Perhatian 4
Alur adalah struktur rangkaian kejadian-kejadian dalam sebuah cerita yang
disusun secara kronologis. Alur merupakan rangkaian cerita sejak awal hingga
akhir. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan yang terdapat dalam cerita
harus berkaitan satu sama lain, seperti bagaimana suatu peristiwa berkaitan
dengan peristiwa lainnya, lalu bagaimana tokoh yang digambarkan dan berperan
di dalam cerita yang seluruhnya terkait dengan suatu kesatuan waktu.
65
Indikator faktor eksternal penarik perhatian 4 memiliki distribusi pertanyaan
“Alur dalam iklan membuat saya tertarik untuk terus menonton.” Tanggapan
responden untuk kedua iklan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12 Q4 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 1 3.3 3.3
Kurang Setuju 12 40.0 43.3
Setuju 11 36.7 80.0
Sangat Setuju 6 20.0 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 17 responden (56,7%), kemudian jawaban
netral sejumlah 12 responden (40%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
jawaban Tidak Setuju sebanyak 1 responden (3,3%). Hal ini membuktikan bahwa
kebanyakan responden setuju iklan hard selling dari Toyota menarik dilihat dari
alurnya.
66
Tabel 4.13 Q4 Iklan Soft selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 1 3.3 3.3
Kurang Setuju 2 6.7 10.0
Setuju 10 33.3 43.3
Sangat Setuju 17 56.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Kemudian untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 27 responden (90%), kemudian
jawaban netral sebanyak 2 responden (6,7%) dan jawaban negatif yang diwakili
oleh pilihan jawaban Tidak Setuju sebanyak 1 responden (3,3%). Meskipun durasi
setiap episodenya berkisar antara 12 menit, mayoritas responden tetap tertarik
untuk mengikutinya.
Selanjutnya, tabel 4.12 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,73 sedangkan
tabel 4.13 memiliki rata-rata jawaban sebesar 4,43. Hal ini menunjukkan bahwa
iklan soft selling memiliki angka persepsi positif lebih besar dibandingkan dengan
iklan hard selling pada pernyataan keempat. Iklan soft selling memiliki alur yang
lebih disukai oleh responden sehingga menarik perhatian. Durasi iklan kedua yang
melebihi iklan pertama tidak membuat responden bosan melainkan semakin
penasaran dengan episode selanjutnya. Selain itu unsur pendukung seperti
penokohan, latar suasana, dan backsound membuat cerita lebih hidup dan audiens
akan lebih tertarik mengikuti alurnya.
67
4.3.5 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Faktor Eksternal Penarik Perhatian 5
Sound effect adalah efek suara yang digunakan untuk mempertegas kejadian atau
membantu menyampaikan informasi kejadian serta untuk mendukung suasana dari
adegan. Sedangkan backsound adalah rangkaian suara/musik dari awal sampai
akhir video. Keduanya berguna untuk memberikan dukungan visual video.
Dengan ada backsound maka kesan/pesan visual dalam video akan semakin
menonjol, sehingga konten video mudah dipahami.
Selain itu, sound effect dan backsound berguna untuk membangun psikologis
penonton. Backsound yang diputar dari awal hingga akhir akan membawa
penonton semakin tertarik bahkan terhanyut melihat video dan memberi
gambaran videonya akan seperti apa.
Indikator faktor eksternal penarik perhatian 5 memiliki distribusi pertanyaan
“Sound effect dan backsound dalam iklan membuat saya tertarik untuk terus
menonton.” Tanggapan responden untuk kedua iklan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.14 Q5 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 5 16.7 16.7
Kurang Setuju 4 13.3 30.0
Setuju 15 50.0 80.0
Sangat Setuju 6 20.0 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
68
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 21 responden (70%), kemudian jawaban
netral sejumlah 4 responden (13,3%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
jawaban Tidak Setuju sebanyak 5 responden (16,7%). Hal ini membuktikan
bahwa kebanyakan responden setuju iklan hard selling dari Toyota menarik
dilihat dari musik pendukungnya. Iklan pertama ini menggunakan musik yang
terkesan dinamis dan semangat, sesuai dengan setting yang ditampilkan.
Tabel 4.15 Q5 Iklan Soft selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 2 6.7 6.7
Kurang Setuju 5 16.7 23.3
Setuju 15 50.0 73.3
Sangat Setuju 8 26.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Selanjutnya untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili
oleh jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 23 responden (76,7%),
kemudian jawaban netral sebanyak 5 responden (16,7%) dan jawaban negatif
yang diwakili oleh pilihan jawaban Tidak Setuju sebanyak 2 responden (6,7%).
Pada iklan kedua ini menggunakan backsound bernuansa sendu yang dinyanyikan
oleh pemusik Indonesia yaitu Kunto Aji dan Adhitia Sofyan.
Berikutnya, tabel 4.14 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,73 sedangkan tabel
4.15 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3.97. Besar rata-rata yang tidak jauh
69
berbeda membuktikan bahwa kedua iklan sama-sama menggunakan sound effect
dan backsound yang menarik perhatian dan sesuai dengan suasana yang akan
dibangun dalam masing-masing iklan. Musik yang digunakan dalam kedua iklan
dinilai mampu memengaruhi perasaan pendengarnya.
4.3.6 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Faktor Eksternal Penarik Perhatian 6
Indikator faktor eksternal penarik perhatian 6 memiliki distribusi pertanyaan
“Penggunaan produk dengan warna mencolok dalam iklan membuat saya tertarik
untuk terus menonton.” Tanggapan responden untuk kedua iklan dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.16 Q6 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat Tidak
Setuju 1 3.3 3.3
Kurang Setuju 3 10.0 13.3
Setuju 16 53.3 66.7
Sangat Setuju 10 33.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 26 responden (86,6%), kemudian jawaban
netral sejumlah 3 responden (10%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
70
jawaban Sangat Tidak Setuju sebanyak 1 responden (3,3%). Hal ini menunjukkan
bahwa mayoritas responden setuju iklan hard selling dari Toyota menarik dilihat
penggunaan warna produk yang mencolok. Meskipun pada bagian akhir iklan
Toyota menggunakan produk dengan warna lain, namun di awal iklan
penggunaan produk dengan warna citrus berhasil menarik perhatian responden.
Tabel 4.17 Q6 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 3 10.0 10.0
Kurang Setuju 10 33.3 43.3
Setuju 13 43.3 86.7
Sangat Setuju 4 13.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Kemudian untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 17 responden (56,7%), kemudian
jawaban netral sebanyak 10 responden (33,3%) dan jawaban negatif yang diwakili
oleh pilihan jawaban Tidak Setuju sebanyak 3 responden (10%). Ini juga
menunjukkan mayoritas responden tertarik dengan penggunaan produk dengan
warna mencolok.
Selanjutnya, tabel 4.16 memiliki rata-rata jawaban sebesar 4,13 sedangkan
tabel 4.17 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,60. Meskipun sama-sama
menggunakan produk dengan warna yang mencolok namun responden lebih
menyukai iklan hard selling. Pada iklan soft selling kurang menonjolkan bagian
71
luar produk dan lebih menunjukkan bagian dalam/ interiornya serta lebih berfokus
pada alur cerita. Selain itu, warna mobil terlihat lebih mencolok pada iklan hard
selling karena memiliki setting waktu malam hari. Warna produk terlihat sangat
kontras dengan settingnya sehingga menarik perhatian audiens.
4.3.7 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Faktor Eksternal Penarik Perhatian 7
Sinematografi adalah ilmu terapan yang membahas tentang teknik menangkap
gambar dan sekaligus menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi
rangkaian gambar yang memililki kemampuan menyampaikan ide dan cerita.
Beberapa unsur sinematografi yang terlihat dalam iklan antara lain framing,
komposisi, pencahayaan, serta pergerakan kamera.
Indikator faktor eksternal penarik perhatian 7 memiliki distribusi pertanyaan
“Sinematografi dalam iklan membuat saya tertarik untuk terus menonton.”
Tanggapan responden untuk kedua iklan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.18 Q7 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 1 3.3 3.3
Kurang Setuju 3 10.0 13.3
Setuju 15 50.0 63.3
Sangat Setuju 11 36.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
72
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 26 responden (86,7%), kemudian jawaban
netral sejumlah 3 responden (10%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
jawaban Tidak Setuju sebanyak 1 responden (3,3%). Hal ini memperlihatkan
bahwa mayoritas responden setuju iklan hard selling dari Toyota menarik dilihat
dari sinematografi atau teknik pengambilan gambarnya.
Tabel 4.19 Q7 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang Setuju 1 3.3 3.3
Setuju 18 60.0 63.3
Sangat Setuju 11 36.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Sementara untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 29 responden (96,7%), kemudian
jawaban netral sebanyak 1 responden (3,3%). Hal ini menunjukkan bahwa hampir
semua responden tertarik dengan iklan kedua karena sinematografinya. Selain
karena settingnya pada beberapa tempat yang berbeda, penggunaan filter yang
cenderung soft juga menambah ketertarikan responden terhadap iklan.
Kemudian tabel 4.18 memiliki rata-rata jawaban sebesar 4,20 sedangkan tabel
4.19 memiliki rata-rata jawaban sebesar 4,33. Besar rata-rata yang tidak jauh
berbeda membuktikan bahwa kedua iklan sama-sama menggunakan sinematografi
73
yang menarik perhatian dan sesuai dengan suasana yang akan dibangun dalam
masing-masing iklan.
4.3.8 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Faktor Internal Penarik Perhatian 1
Faktor internal penarik perhatian adalah hal-hal dari dalam individu yang
dapat menarik perhatian individu tersebut. Dalam penelitian ini, faktor-faktor
internal yang diamati adalah faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor
biologis berkaitan dengan kebutuhan manusia sedangkan faktor sosiopsikologis
dipengaruhi akan kebiasaan, sikap, dan kemauan.
Indikator faktor internal penarik perhatian 1 memiliki distribusi pertanyaan
“Iklan ini membuat saya penasaran akan apa yang akan terjadi pada scene/episode
berikutnya sehingga saya terus menontonnya.” Tanggapan responden untuk kedua
iklan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.20 Q8 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 4 13.3 13.3
Kurang Setuju 11 36.7 50.0
Setuju 12 40.0 90.0
Sangat Setuju 3 10.0 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
74
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 15 responden (50%), kemudian jawaban
netral sejumlah 11 responden (36,7%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
jawaban Tidak Setuju sebanyak 4 responden (13,3%). Hal ini menunjukkan
bahwa separuh responden setuju iklan hard selling Toyota membuat mereka
penasaran dengan scene selanjutnya meskipun hanya berdurasi selama 30 detik.
Tabel 4.21 Q8 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 2 6.7 6.7
Kurang Setuju 1 3.3 10.0
Setuju 12 40.0 50.0
Sangat Setuju 15 50.0 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Selanjutnya untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili
oleh jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 27 responden (90%),
kemudian jawaban netral sebanyak 1 responden (3,3%) dan jawaban negatif yang
diwakili oleh jawaban Tidak Setuju sebanyak 2 responden (6,7%). Hal ini
menunjukkan bahwa hampir semua responden merasa penasaran terhadap
kelanjutan cerita dari web series yang mereka tonton. Meskipun durasi di setiap
episodenya lumayan panjang, namun mereka tetap menantikan episode
berikutnya.
75
Tabel 4.20 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,47 sedangkan tabel 4.21
memiliki rata-rata jawaban sebesar 4,33. Besar rata-rata yang lumayan jauh
berbeda menunjukkan bahwa iklan berjenis soft selling lebih membuat responden
penasaran. Meskipun durasinya panjang, mereka tetap menontonnya karena ingin
mengetahui apa yang terjadi pada episode berikutnya. Selain itu, responden
sebagai generasi milenial takut tertinggal informasi sehingga ketika sudah
menonton 1 episode akan menuntaskan hingga akhir agar tidak tertinggal
informasi. Hal ini berkaitan dengan bagaimana mereka memenuhi kebutuhan
berupa informasi.
4.3.9 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Faktor Internal Penarik Perhatian 2
Indikator faktor internal penarik perhatian 2 memiliki distribusi pertanyaan
“Iklan ini membuat saya tersentuh dan terbawa emosi terutama karena karakter
yang ditampilkan dalam iklan, sehingga saya terus menontonnya.” Tanggapan
responden untuk kedua iklan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.22 Q9 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat Tidak
Setuju 1 3.3 3.3
Tidak Setuju 13 43.3 46.7
Kurang Setuju 7 23.3 70.0
Setuju 8 26.7 96.7
Sangat Setuju 1 3.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
76
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 9 responden (30%), kemudian jawaban
netral sejumlah 7 responden (23,3%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
jawaban Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju sebanyak 14 responden (46,7%).
Hal ini berarti mayoritas responden tidak tersentuh secara emosional pada iklan
hard selling karena iklan jenis ini memang menyampaikan pesan secara rasional.
Tabel 4.23 Q9 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 1 3.3 3.3
Kurang Setuju 6 20.0 23.3
Setuju 14 46.7 70.0
Sangat Setuju 9 30.0 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Kemudian untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 23 responden (76,7%), kemudian
jawaban netral sebanyak 6 responden (20%) dan jawaban negatif yang diwakili
oleh jawaban Tidak Setuju sebanyak 1 responden (3,3%). Hal ini menunjukkan
mayoritas responden berhasil tersentuh emosionalnya. Selain karena jalan cerita
yang disajikan, pemeran karakter utama yang mumpuni juga menjadi faktor
penentu indikator ini.
Tabel 4.22 memiliki rata-rata jawaban sebesar 2,83 sedangkan tabel 4.23
memiliki rata-rata jawaban sebesar 4,03. Ini berarti iklan soft selling lebih berhasil
77
dalam menyentuh emosional responden. Selain karena pemeran utamanya, alur
cerita, setting, serta backsound dalam iklan juga berpengaruh terhadap indikator
ini.
Pada dasarnya iklan hard selling memiliki daya tarik positif/rasional. Isi pesan
iklan tersebut menekankan pada fakta, belajar, dan persuasi logis. Daya tarik ini
cenderung bersifat informatif dan umumnya pengiklan menggunakan daya tarik
ini untuk meyakinkan konsumen bahwa produk yang diiklankan mempunyai
manfaat khusus yang memuaskan konsumen.
Sedangkan iklan soft selling memiliki daya tarik emosional yang berhubungan
dengan kebutuhan psikologis konsumen untuk membeli suatu produk. Banyak
konsumen yang termotivasi untuk mengambil keputusan dan membeli suatu
produk karena emosi dan perasaan terhadap merek dapat menjadi lebih penting
daripada pengetahuan atribut dan pernak-pernik produk tersebut.
4.3.10 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Penafsiran Menurut Pengalaman Terhadap Obyek 1
Penafsiran merupakan proses individu dalam mengorganisasikan informasi
sehingga mempunyai arti bagi individu tersebut. Penelitian ini mengamati
penafsiran individu dilihat dari pengalaman masa lalu serta sistem nilai yang
dianut individu. Pengalaman masa lalu dapat diartikan suatu pengalaman langsung
antara individu dengan objek yang dipersepsi individu, baik yang bersifat positif
maupun negatif.
78
Indikator penafsiran menurut pengalaman terhadap obyek 1 memiliki distribusi
pertanyaan “Dengan menonton iklan ini saya menjadi lebih memperhatikan
barang yang diiklankan dan produk sejenisnya.” Tanggapan responden untuk
kedua iklan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.24 Q10 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 2 6.7 6.7
Kurang Setuju 10 33.3 40.0
Setuju 14 46.7 86.7
Sangat Setuju 4 13.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 18 responden (60%), kemudian jawaban
netral sejumlah 10 responden (33,3%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
jawaban Tidak Setuju sebanyak 2 responden (6,7%). Ini menunjukkan bahwa
mayoritas responden memiliki kecenderungan untuk memerhatikan barang yang
diiklankan maupun barang sejenis (mobil).
79
Tabel 4.25 Q10 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat Tidak
Setuju 1 3.3 3.3
Tidak Setuju 5 16.7 20.0
Kurang Setuju 13 43.3 63.3
Setuju 8 26.7 90.0
Sangat Setuju 3 10.0 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Sementara untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 11 responden (36,7%), kemudian
jawaban netral sebanyak 13 responden (43,3%) dan jawaban negatif yang diwakili
oleh jawaban Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju sebanyak 6 responden (20%).
Hal ini menunjukkan mayoritas responden merasa tidak yakin apakah mereka
lebih memerhatikan produk yang diiklankan setelah menonton tayangan iklan.
Tabel 4.24 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,67 sedangkan tabel 4.25
memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,23. Ini menunjukkan bahwa iklan hard
selling lebih berpengaruh dalam membuat responden agar memerhatikan produk
yang diiklankan maupun produk sejenis. Hal ini disebabkan karena iklan hard
selling yang ditayangkan memang lebih berfokus pada car shoot, sedangkan iklan
soft selling tidak.
80
4.3.11 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Penafsiran Menurut Pengalaman Terhadap Obyek 2
Indikator penafsiran menurut pengalaman terhadap obyek 2 memiliki distribusi
pertanyaan “Menurut saya produk Toyota New Yaris identik dengan warna
citrus.” Tanggapan responden untuk kedua iklan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.26 Q11 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat Tidak
Setuju 1 3.3 3.3
Tidak Setuju 3 10.0 13.3
Kurang Setuju 10 33.3 46.7
Setuju 12 40.0 86.7
Sangat Setuju 4 13.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 16 responden (53,3%), kemudian jawaban
netral sejumlah 10 responden (33,3%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
jawaban Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju sebanyak 4 responden (13,3%). Ini
memperlihatkan bahwa lebih dari setengah responden menyetujui bahwa produk
yang diiklankan identik dengan warna citrus.
81
Tabel 4.27 Q11 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 3 10.0 10.0
Kurang Setuju 16 53.3 63.3
Setuju 10 33.3 96.7
Sangat Setuju 1 3.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Sementara untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 11 responden (36,7%), kemudian
jawaban netral sebanyak 16 responden (53,3%) dan jawaban negatif yang diwakili
oleh jawaban Tidak Setuju sebanyak 3 responden (10%). Hal ini menunjukkan
mayoritas responden merasa ragu kalau produk yang diiklankan identik dengan
warna citrus.
Tabel 4.26 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,50 sedangkan tabel 4.27
memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,30. Ini berarti iklan hard selling lebih
membuat responden berpikir bahwa produk yang diiklankan memang identik
dengan warna citrus. Meskipun pada iklan hard selling muncul produk dengan
warna selain citrus di bagian akhir, responden tetap menganggap produk identik
dengan warna citrus. Selain itu, iklan soft selling kurang menampilkan produk dan
berfokus pada alur cerita.
82
4.3.12 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Penafsiran Menurut Pengalaman Terhadap Obyek 3
Indikator penafsiran menurut pengalaman terhadap obyek 3 memiliki distribusi
pertanyaan “Menurut saya produk yang diiklankan cocok untuk generasi muda
karena tampilannya yang futuristik, stylish, dan sporty.” Tanggapan responden
untuk kedua iklan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.28 Q12 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 1 3.3 3.3
Kurang Setuju 2 6.7 10.0
Setuju 17 56.7 66.7
Sangat Setuju 10 33.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 27 responden (90%), kemudian jawaban
netral sejumlah 2 responden (6,7%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
jawaban Tidak Setuju sebanyak 1 responden (3,3%). Ini berarti mayoritas
responden setuju bahwa produk yang diiklankan memang ditujukan untuk
generasi muda.
83
Tabel 4.29 Q12 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 1 3.3 3.3
Kurang Setuju 7 23.3 26.7
Setuju 15 50.0 76.7
Sangat Setuju 7 23.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Sementara untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 22 responden (73,3%), kemudian
jawaban netral sebanyak 7 responden (23,3%) dan jawaban negatif yang diwakili
oleh jawaban Tidak Setuju sebanyak 1 responden (3,3%). Ini juga menunjukkan
bahwa mayoritas responden menyetujui apabila produk yang diiklankan memang
ditujukan untuk generasi muda.
Tabel 4.28 memiliki rata-rata sebesar 4,20 sedangkan tabel 4.29 memiliki rata-
rata jawaban sebesar 3,93. Hasil yang tidak jauh berbeda membuktikan bahwa
sebagian besar responden setuju jika produk ini memang ditujukan untuk kaum
muda. Persepsi tersebut bisa muncul karena kedua iklan sama-sama menggunakan
pemeran yang termasuk kaum muda. Selain itu, unsur pendukung lain seperti
musik, alur, dan gaya beriklan juga mendukung persepsi tersebut.
Dari sisi Toyota, mereka memang menjadikan generasi muda sebagai target
market. Pertama, mereka menjadikan warna citrus mica metallic sebagai warna
ikon model yang merepresentasikan jiwa muda yang dinamis. Kemudian, warna
ini juga beda dari kebanyakan warna mobil lain sehingga anak muda yang ingin
84
tampil beda akan tertarik dengan produk ini. Kedua, mobil ini memiliki eksterior
yang “kekinian”. Ini terlihat dari penempatan LED Rear Combination Lamp pada
bagian belakang serta LED Daytime Running Light pada bagian depan. Kemudian
kesan sporty yang dimiliki mobil ini nampak dari aksen tambahan berupa red
linning accent pada area bumper depan dan red ring accent pada area headlamp.
Selanjutnya, kesan futuristik mobil ini terlihat dari perpaduan aksen silver pada
beberapa area dashboard.
4.3.13 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Penafsiran Menurut Sistem Nilai 1
Sistem nilai diartikan sebagai penilaian individu terhadap stimulus, apakah
akan diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut menarik atau ada
persesuaian maka akan dipersepsi positif, demikian sebaliknya.
Indikator penafsiran menurut sistem nilai 1 memiliki distribusi pertanyaan
“Menurut saya iklan ini dapat menyampaikan kegunaan fitur keselamatan produk
dengan baik.” Tanggapan responden untuk kedua iklan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.30 Q13 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 3 10.0 10.0
Kurang Setuju 7 23.3 33.3
Setuju 16 53.3 86.7
Sangat Setuju 4 13.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
85
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 20 responden (66,7%), kemudian jawaban
netral sejumlah 7 responden (23,3%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
jawaban Tidak Setuju sebanyak 3 responden (10%). Ini memperlihatkan bahwa
iklan hard selling berhasil menyampaikan kegunaan produk yang diiklankan
dengan baik sehingga mayoritas responden menyetujuinya.
Tabel 4.31 Q13 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 3 10.0 10.0
Kurang Setuju 9 30.0 40.0
Setuju 13 43.3 83.3
Sangat Setuju 5 16.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Kemudian untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 18 responden (60%), kemudian
jawaban netral sebanyak 9 responden (30%) dan jawaban negatif yang diwakili
oleh jawaban Tidak Setuju sebanyak 3 responden (10%). Sama seperti iklan
sebelumnya, iklan soft selling juga dinilai mampu menyampaikan kegunaan
produk dengan baik.
Tabel 4.30 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,70 sedangkan tabel 4.31
memiliki rata- rata jawaban sebesar 3,67. Rata-rata jawaban yang hanya memiliki
sedikit selisih menunjukkan kedua iklan sama-sama mampu menyampaikan nilai
86
kegunaan produk dengan baik. Hal ini terlihat dari car shoot yang terdapat pada
kedua iklan. Selain itu beberapa contoh peragaan juga membuat audiens dapat
mengetahui nilai guna produk. Penyampaian tersebut dilakukan baik secara
langsung (iklan hard selling) maupun secara tidak langsung (iklan soft selling).
4.3.14 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Penafsiran Menurut Sistem Nilai 2
Indikator penafsiran menurut sistem nilai 2 memiliki distribusi pertanyaan
“Menurut saya iklan ini bagus karena beriklan dengan tema/gaya yang disukai
anak muda sesuai dengan segmentasinya.” Tanggapan responden untuk kedua
iklan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.32 Q14 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 1 3.3 3.3
Kurang Setuju 5 16.7 20.0
Setuju 14 46.7 66.7
Sangat Setuju 10 33.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 24 responden (80%), kemudian jawaban
netral sejumlah 5 responden (16,7%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
jawaban Tidak Setuju sebanyak 1 responden (3,3%). Hal ini berarti hampir semua
87
responden setuju bahwa gaya iklan yang ditampilkan sesuai dengan
segmentasinya.
Tabel 4.33 Q14 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang Setuju 5 16.7 16.7
Setuju 16 53.3 70.0
Sangat Setuju 9 30.0 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Lalu untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 25 responden (83,3%) dan
jawaban netral sebanyak 5 responden (16,7%). Hal ini juga berarti bahwa
mayoritas responden setuju apabila gaya beriklan sudah baik karena sesuai dengan
segmentasinya.
Tabel 4.32 memiliki rata-rata jawaban sebesar 4,10 sedangkan tabel 4.33
memiliki rata-rata jawaban sebesar 4,13. Selisih rata-rata jawaban yang hanya
sedikit menunjukkan bahwa responden setuju jika kedua iklan merupakan iklan
yang bagus karena menampilkan gaya iklan yang sesuai dengan segmentasi yang
dituju, baik secara hard selling maupun secara soft selling.
Pertama, pemilihan warna ikon produk yang mencolok merepresentasikan jiwa
generasi muda yang aktif dan dinamis. Kedua, penggunaan talent iklan yang
masih muda juga sesuai dengan segmentasinya. Ketiga, setting iklan hard selling
menggambarkan kehidupan anak muda masa kini. Dan yang terakhir, web series
88
sedang marak. Banyak brand selain Toyota yang juga merilis web series untuk
menarik perhatian generasi milenial.
4.3.15 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Penafsiran Menurut Sistem Nilai 3
Estetika adalah ilmu yang mempelajari dan membahas tentang keindahan,
bagaimana suatu keindahan dapat terbentuk, serta bagaimana keindahan tersebut
bisa disadari dan dirasakan oleh manusia.
Indikator penafsiran menurut sistem nilai 3 memiliki distribusi pertanyaan
“Menurut saya iklan ini mengandung keindahan/ estetika dilihat dari tampilan,
penyampaian mood, suasana, dan unsur pendukung lainnya.” Tanggapan
responden untuk kedua iklan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.34 Q15 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang Setuju 4 13.3 13.3
Setuju 18 60.0 73.3
Sangat Setuju 8 26.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 26 responden (86,7%) dan jawaban netral
sejumlah 4 responden (13,3%). Ini berarti mayoritas responden menyetujui bahwa
iklan hard selling memiliki nilai keindahan/estetika.
89
Tabel 4.35 Q15 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang Setuju 2 6.7 6.7
Setuju 18 60.0 66.7
Sangat Setuju 10 33.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Sementara untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 28 responden (93,3%) dan
jawaban netral sebanyak 2 responden (6,7%). Ini menunjukkan hampir semua
responden setuju bahwa iklan soft selling memiliki nilai estetika.
Tabel 4.34 memiliki rata-rata jawaban sebesar 4,13 sedangkan tabel 4.35
memiliki rata-rata jawaban sebesar 4,27. Rata-rata jawaban yang bernilai besar
menunjukkan kedua iklan sama-sama memiliki nilai estetika yang tinggi. Pertama,
estetika iklan dilihat dari unsur warnanya. Pemilihan warna objek yang sesuai
dengan segmentasi iklan akan menambah nilai estetika iklan tersebut. Kedua,
tema yang disampaikan dalam iklan. Tema yang sesuai dengan selera target
marketing akan dipersepsi dengan baik.
4.3.16 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Pengetahuan Tingkat Tahu (Know) 1
Pengetahuan terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami,
atau dipersepsikan khalayak. Dalam penelitian ini pengetahuan dilihat dari 6
tingkat. Tingkat pertama adalah tahu (know). Tahu diartikan sebagai mengingat
90
suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Indikator pengetahuan tingkat tahu (know) 1 memiliki distribusi pertanyaan
“Dengan menonton iklan ini saya mendapatkan pengetahuan baru mengenai
produk.” Tanggapan responden untuk kedua iklan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.36 Q16 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 2 6.7 6.7
Kurang Setuju 5 16.7 23.3
Setuju 19 63.3 86.7
Sangat Setuju 4 13.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 23 responden (76,7%), jawaban netral
sejumlah 5 responden (16,7%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh pilihan
jawaban Tidak Setuju sebanyak 2 responden (6,7%). Ini berarti mayoritas
responden mendapat pengetahuan baru mengenai produk setelah menonton iklan.
91
Tabel 4.37 Q16 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat Tidak
Setuju 1 3.3 3.3
Kurang Setuju 14 46.7 50.0
Setuju 10 33.3 83.3
Sangat Setuju 5 16.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Sementara untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 15 responden (50%), jawaban
netral sebanyak 14 responden (46,7%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
jawaban Sangat Tidak Setuju sebanyak 1 responden (3,3%). Hasil antara pilihan
jawaban positif dan netral yang hanya berbeda sedikit menunjukkan bahwa
sebagian besar responden merasa mendapat pengetahuan baru, dan sebagian besar
lagi merasa ragu.
Tabel 4.36 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,83 sedangkan tabel 4.37
memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,60. Meskipun kedua iklan sama-sama
dipersepsi positif namun nilainya lebih besar iklan hard selling. Hal itu
disebabkan karena iklan hard selling menyampaikan pesan penjualannya secara
langsung/terang-terangan dan rasional sehingga audiens lebih dapat
menangkapnya.
92
4.3.17 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Pengetahuan Tingkat Tahu (Know) 2
Indikator pengetahuan tingkat tahu (know) 2 memiliki distribusi pertanyaan
“Setelah menonton iklan ini saya dapat mengingat-ingat apa saja fitur keselamatan
yang terdapat pada produk yang diiklankan.” Tanggapan responden untuk kedua
iklan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.38 Q17 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 4 13.3 13.3
Kurang Setuju 12 40.0 53.3
Setuju 14 46.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dengan total 14 responden (46,7%), jawaban netral sejumlah 12 responden
(40%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh pilihan jawaban Tidak Setuju
sebanyak 4 responden (13.3%). Ini berarti sebagian besar responden dapat
mengingat-ingat kegunaan produk, sementara sebagian besar lainnya merasa ragu.
93
Tabel 4.39 Q17 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat Tidak
Setuju 1 3.3 3.3
Tidak Setuju 8 26.7 30.0
Kurang Setuju 12 40.0 70.0
Setuju 7 23.3 93.3
Sangat Setuju 2 6.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Lalu untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 9 responden (30%), jawaban netral
sebanyak 12 responden (40%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh jawaban
Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju sebanyak 9 responden (30%). Ini
menunjukkan mayoritas responden merasa ragu apakah mereka dapat mengingat-
ingat kegunaan produk atau tidak setelah melihat iklan.
Tabel 4.38 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,33 sedangkan tabel 4.39
memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,03. Ini berarti responden lebih bisa
mengingat-ingat fitur keselamatan produk dengan baik setelah melihat iklan hard
selling. Selain karena terdapat tulisan yang menjelaskan nama fitur
keselamatannya, dalam iklan hard selling juga ditampilkan bagaimana cara kerja
fitur tersebut sehingga responden lebih mudah dalam mengingat.
94
4.3.18 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Pengetahuan Tingkat Memahami (Comprehention)
Pengetahuan tingkat kedua memahami (comprehention). Memahami diartikan
sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
Indikator pengetahuan tingkat memahami (comprehention) memiliki distribusi
pertanyaan “Dengan adanya praktek/peragaan/adegan yang ditampilkan dapat
memudahkan saya dalam memahami informasi mengenai fitur keselamatan
produk.” Tanggapan responden untuk kedua iklan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.40 Q18 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 3 10.0 10.0
Kurang Setuju 10 33.3 43.3
Setuju 13 43.3 86.7
Sangat Setuju 4 13.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Sangat Setuju dan Setuju dengan total 17 responden (56,7%), jawaban netral
sejumlah 10 responden (33,3%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh pilihan
jawaban Tidak Setuju sebanyak 3 responden (10%). Data tersebut menunjukkan
95
bahwa lebih dari separuh responden setuju apabila adanya praktek/adegan dalam
menyampaikan fitur keselamatan produk memudahkan mereka dalam memahami.
Tabel 4.41 Q18 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 3 10.0 10.0
Kurang Setuju 16 53.3 63.3
Setuju 10 33.3 96.7
Sangat Setuju 1 3.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Sementara untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 11 responden (36,7%), jawaban
netral sebanyak 16 responden (53,3%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
jawaban Tidak Setuju sebanyak 3 responden (10%). Ini menunjukkan mayoritas
responden merasa ragu untuk dapat memahami kegunaan produk setelah
menonton iklan soft selling.
Tabel 4.40 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,60 sedangkan tabel 4.41
memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,30. Ini berarti iklan hard selling lebih
berhasil dalam membuat responden lebih memahami tentang kegunaan produk.
Seperti pada poin pernyataan sebelumnya, iklan hard selling menyampaikan
kegunaan produk secara langsung disertai peragaan dan keterangan berupa tulisan
yang memudahkan responden untuk memahami.
96
4.3.19 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Pengetahuan Tingkat Aplikasi (Application)
Pengetahuan tingkat ketiga adalah aplikasi (application). Aplikasi diartikan
sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi sebenarnya.
Indikator pengetahuan tingkat aplikasi (application) memiliki distribusi
pertanyaan “Setelah menonton iklan ini saya dapat mengaplikasikan bagaimana
cara menggunakan fitur keselamatan yang ditampilkan.” Tanggapan responden
untuk kedua iklan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.42 Q19 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 5 16.7 16.7
Kurang Setuju 16 53.3 70.0
Setuju 9 30.0 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dengan total 9 responden (30%), jawaban netral sejumlah 16 responden
(53,3%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh pilihan jawaban Tidak Setuju
sebanyak 5 responden (16,7%). Ini menunjukkan lebih dari setengah responden
merasa ragu terhadap pengaplikasian fitur keselamatan produk.
97
Tabel 4.43 Q19 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 5 16.7 16.7
Kurang Setuju 19 63.3 80.0
Setuju 6 20.0 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Lalu untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dengan total 6 responden (20%), jawaban netral sebanyak 19
responden (63,3%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh jawaban Tidak Setuju
sebanyak 5 responden (16,7%). Ini juga menunjukkan mayoritas responden ragu
apakah mereka dapat mengaplikasikan fitur keselamatan yang ditampilkan dalam
iklan.
Tabel 4.42 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,13 sedangkan tabel 4.43
memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,03. Meskipun kedua iklan sama-sama
dipersepsi positif, namun kedua tabel di atas menunjukkan bahwa responden ragu
terhadap pengaplikasian fitur keselamatan produk. Pada iklan hard selling, durasi
yang singkat tidak bisa menjelaskan fitur keselamatan produk secara lengkap.
Sedangkan dalam iklan soft selling, meskipun durasinya cukup panjang namun
iklan tersebut menyampaikan pesan penjualan secara tersirat sehingga tidak
menyampaikan fitur keselamatan produk secara jelas. Selain itu, mayoritas
responden bukan merupakan pengguna mobil. Hal ini tentu membuat mereka
tidak bisa mengaplikasikan pengetahuan yang didapat karena tidak bisa
mengoperasikan mobil.
98
4.3.20 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Pengetahuan Tingkat Analisis (Analysis)
Pengetahuan tingkat keempat adalah analisis (analysis). Analisis adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek. Kemampuan analisa ini dapat
dilihat dari bagaimana individu menggambarkan, mengidentifikasi, memisahkan,
membedakan, serta mengelompokkan suatu objek.
Indikator pengetahuan tingkat analisis (analysis) memiliki distribusi
pertanyaan “Setelah menonton iklan ini saya dapat mengidentifikasi apa saja fitur
keselamatan yang ditampilkan serta fungsi-fungsinya
Tabel 4.44 Q20 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 5 16.7 16.7
Kurang Setuju 14 46.7 63.3
Setuju 10 33.3 96.7
Sangat Setuju 1 3.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dengan total 11 responden (36,7%), jawaban netral sejumlah 14 responden
(46,7%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh pilihan jawaban Tidak Setuju
sebanyak 5 responden (16,7%). Ini berarti mayoritas responden ragu terhadap
kemampuan mereka dalam mengidentifikasi fitur keselamatan produk yang telah
disampaikan melalui iklan.
99
Tabel 4.45 Q20 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 3 10.0 10.0
Kurang Setuju 19 63.3 73.3
Setuju 7 23.3 96.7
Sangat Setuju 1 3.3 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Kemudian untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dengan total 8 responden (26,7%), jawaban netral sebanyak 19
responden (63,3%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh jawaban Tidak Setuju
sebanyak 3 responden (10 %). Sama seperti iklan hard selling, di iklan kedua
responden juga ragu terhadap kemampuan mereka dalam mengidentifikasi fitur
keselamatan produk yang telah disampaikan melalui iklan.
Tabel 4.44 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,23 sedangkan tabel 4.45
memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,20. Meskipun sama-sama dipersepsi positif,
namun mayoritas responden merasa ragu terhadap kemampuan mereka dalam
mengidentifikasi fitur keselamatan produk yang disampaikan melalui kedua iklan.
Hal ini dapat terjadi karena kedua iklan tidak menyampaikan fitur keselamatan
produk secara jelas dan lengkap sehingga responden kurang bisa
mengidentifikasinya.
Pada iklan hard selling meskipun fitur keselamatan produk ditampilkan secara
terang-terangan (baik melalui peragaan maupun tulisan), namun responden kurang
bisa mengidentifikasinya. Durasi selama 30 detik dinilai kurang cukup bagi
100
mereka untuk dapat langsung menjabarkan apa saja serta bagaimana fitur
keselamatan produk yang diiklankan. Sedangkan pada iklan soft selling meskipun
durasi di setiap episodenya mencapai 12 menit, namun penyampaian pesan iklan
secara tersirat membuat responden kurang bisa mengidentifikasinya.
4.3.21 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Pengetahuan Tingkat Sintesa (Synthesis) 1
Pengetahuan tingkat kelima adalah sintesa (synthesis). Sintesa adalah suatu
kemampuan untuk untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada.
Indikator pengetahuan tingkat sintesa (synthesis) 1 memiliki distribusi
pertanyaan “Menurut saya produk yang ditampilkan dalam iklan identik dengan
warna Citrus Mica Metallic.” Tanggapan responden untuk kedua iklan dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.46 Q21 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 2 6.7 6.7
Kurang Setuju 10 33.3 40.0
Setuju 16 53.3 93.3
Sangat Setuju 2 6.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
101
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dengan total 18 responden (60%), jawaban netral sejumlah 10 responden
(33,3%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh pilihan jawaban Tidak Setuju
sebanyak 2 responden (6,7%). Ini memperlihatkan bahwa lebih dari setengah
responden menyetujui bahwa produk yang diiklankan identik dengan warna
citrus.
Tabel 4.47 Q21 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 1 3.3 3.3
Kurang Setuju 17 56.7 60.0
Setuju 9 30.0 90.0
Sangat Setuju 3 10.0 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Sementara untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 12 responden (40%), kemudian
jawaban netral sebanyak 17 responden (56,7%) dan jawaban negatif yang diwakili
oleh jawaban Tidak Setuju sebanyak 1 responden (3,3%). Hal ini menunjukkan
mayoritas responden merasa ragu kalau produk yang diiklankan identik dengan
warna citrus.
Tabel 4.46 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,60 sedangkan tabel 4.47
memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,47. Ini berarti iklan hard selling lebih
membuat responden berpikir bahwa produk yang diiklankan memang identik
102
dengan warna citrus. Meskipun pada iklan hard selling muncul produk dengan
warna selain citrus di bagian akhir, responden tetap menganggap produk identik
dengan warna citrus. Selain itu, iklan soft selling kurang menampilkan produk dan
berfokus pada alur cerita.
Pemilihan warna citrus sebagai warna ikon produk tentunya memiliki alasan.
Warna ini merupakan warna yang mencolok, hal ini kemudian berguna untuk
menarik perhatian audiens. Kedua, warna ini merepresentasikan jiwa muda yang
aktif dan dinamis. Ketiga, warna ini akan dipilih oleh orang yang ingin tampil
beda.
4.3.22 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Pengetahuan Tingkat Sintesa (Synthesis) 2
Indikator pengetahuan tingkat sintesa (synthesis) 2 memiliki distribusi
pertanyaan “Menurut saya produk ini memang ditujukan untuk generasi
langgas/milenial.” Tanggapan responden untuk kedua iklan dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.48 Q22 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 1 3.3 3.3
Kurang Setuju 4 13.3 16.7
Setuju 17 56.7 73.3
Sangat Setuju 8 26.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
103
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 25 responden (83,3%), kemudian jawaban
netral sejumlah 4 responden (13,3%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
jawaban Tidak Setuju sebanyak 1 responden (3,3%). Ini berarti mayoritas
responden setuju bahwa produk yang diiklankan memang ditujukan untuk
generasi muda.
Tabel 4.49 Q22 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang Setuju 2 6.7 6.7
Setuju 20 66.7 73.3
Sangat Setuju 8 26.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Sementara untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 28 responden (93,3%) dan
jawaban netral sebanyak 2 responden (6,7%). Ini juga menunjukkan bahwa
mayoritas responden menyetujui apabila produk yang diiklankan memang
ditujukan untuk generasi langgas.
Tabel 4.48 memiliki rata-rata sebesar 4,07 sedangkan tabel 4.49 memiliki rata-
rata jawaban sebesar 4,20. Hasil yang tidak jauh berbeda membuktikan bahwa
sebagian besar responden setuju jika produk ini memang ditujukan untuk generasi
langgas/milenial. Persepsi tersebut bisa muncul karena kedua iklan sama-sama
104
menggunakan pemeran yang termasuk kaum muda. Selain itu, unsur pendukung
lain seperti musik, alur, dan gaya beriklan juga mendukung persepsi tersebut.
Dari sisi Toyota, mereka memang menjadikan generasi muda sebagai target
market. Pertama, mereka menjadikan warna citrus mica metallic sebagai warna
ikon model yang merepresentasikan jiwa muda yang dinamis. Kemudian, warna
ini juga beda dari kebanyakan warna mobil lain sehingga anak muda yang ingin
tampil beda akan tertarik dengan produk ini. Selain dari segi warna, produk ini
juga dilengkapi dengan fitur yang menggunakan teknologi terbaru.
4.3.23 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Berdasarkan Indikator
Pengetahuan Tingkat Evaluasi (Evaluation)
Pengetahuan tingkat tertinggi adalah evaluasi (evaluation). Evaluasi ini
berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau objek.
Indikator pengetahuan tingkat evaluasi (evaluation) memiliki distribusi
pertanyaan “Dengan menonton iklan ini saya dapat mengevaluasi bagaimana
produk yang diiklankan serta membandingkannya dengan produk sejenis.”
Tanggapan responden untuk kedua iklan dapat dilihat pada tabel berikut:
105
Tabel 4.50 Q23 Iklan Hard Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 1 3.3 3.3
Kurang Setuju 14 46.7 50.0
Setuju 13 43.3 93.3
Sangat Setuju 2 6.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Pada iklan hard selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh jawaban
Setuju dan Sangat Setuju dengan total 15 responden (50%), kemudian jawaban
netral sejumlah 14 responden (46,7%), dan jawaban negatif yang diwakili oleh
jawaban Tidak Setuju sebanyak 1 responden (3,3%). Ini berarti setelah menonton
iklan responden akan mampu mengevaluasi serta membandingkan produk yang
diiklankan dengan produk lain.
Tabel 4.51 Q23 Iklan Soft Selling
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Setuju 1 3.3 3.3
Kurang Setuju 16 53.3 56.7
Setuju 11 36.7 93.3
Sangat Setuju 2 6.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Lalu untuk iklan soft selling, terdapat jawaban positif yang diwakili oleh
jawaban Setuju dan Sangat Setuju dengan total 13 responden (43,3%), kemudian
106
jawaban netral sebanyak 16 responden (53,3%) dan jawaban negatif yang diwakili
oleh jawaban Tidak Setuju sebanyak 1 responden (3,3%). Ini menunjukkan
mayoritas responden merasa ragu apakah bisa mengevaluasi dan membandingkan
produk yang diiklankan dengan produk sejenis.
Tabel 4.50 memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,53 sedangkan tabel 4.51
memiliki rata-rata jawaban sebesar 3,47. Meskipun dipersepsi secara positif
namun mayoritas responden merasa ragu apakah mereka memiliki kemampuan
untuk mengevaluasi serta membandingkan produk yang diiklankan dengan produk
sejenis. Hal ini terjadi karena informasi yang ada pada iklan kurang lengkap.
Selain itu, responden mungkin kurang tertarik dengan produk yang diiklankan
sehingga tidak berminat untuk mengevaluasi dan membandingkannya dengan
produk sejenis. Kemudian, mayoritas responden bukan pengguna mobil sehingga
mereka menganggap bahwa informasi yang disampaikan melalui iklan kurang
penting.
107
4.3.24 Rekapitulasi Data Mean Per Responden antara Iklan Hard Selling
dan Iklan Soft Selling
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh responden didapatkan mean
jawaban dari setiap responden sebagai berikut:
Tabel 4.52 Rekapitulasi Data Mean Per Responden
No Nama Responden Mean Iklan Hard
Selling Mean Iklan Soft
Selling
1. Bella 4,26 4,48
2. Hilce 3,65 3,57
3. Devi 2,87 3,39
4. Elvin 3,00 3,22
5. Endah 4,48 4,78
6. Fania 3,52 3,22
7. Firza 3,22 3,39
8. Mayang 4,00 3,87
9. Fatimah 3,91 3,65
10. Febri 3,83 3,74
11. Eva 3,83 4,00
12. Sekar 4,17 4,30
13. Salsa 3,83 3,91
14. Setiya 3,87 4,39
15. Trisna 3,96 4,04
16. Yessy 3,96 3,91
17. Yulia 3,78 3,87
18. Dovara 2,91 2,91
19. Yosua 3,65 3,70
20. Habib 2,91 3,57
21. Rizki 3,65 3,70
22. Jordan 2,74 2,65
23. Musa 3,43 3,65
24. Norman 4,00 4,17
25. Nourizal 3,78 3,70
26. Novelix 3,91 3,57
27. Pitoyo 4,09 3,87
28. Putra 3,57 4,22
29. Angga 3,17 3,35
30. Yudanto 3,87 4,30
Rata-rata persepsi 3,66 3,77
Sumber: Data olahan penulis, 2019
108
Hasil pada tabel 4.52 menunjukkan rata-rata jawaban dari masing-masing
responden. Jawaban yang sangat bervariasi menggambarkan bahwa persepsi
masing-masing individu memiliki perbedaan. Meskipun demikian, rata-rata akhir
menunjukkan bahwa angka persepsi mereka terhadap kedua iklan tidak jauh
berbeda.
4.3.25 Rekapitulasi Data Persentase Per Indikator Antara Iklan Hard Selling
dan Iklan Soft Selling
Tabel 4.53
Rekapitulasi Data Persentase Per Indikator
Indikator Iklan Hard Selling Iklan Soft Selling
Perhatian 72% 82%
Penafsiran 78% 75%
Pengetahuan 71% 68%
Sumber: Data olahan penulis, 2019
Dari rekapitulasi data pada tabel 4.53 , dapat diketahui bahwa besarnya tingkat
perhatian audiens pada iklan soft selling lebih besar daripada iklan hard selling.
Terdapat selisih cukup besar antara tingkat perhatian kedua iklan, yaitu sebesar
10%. Kemudian untuk tingkat penafsiran, terdapat selisih sebesar 3%. Pada
tingkat penafsiran ini iklan hard selling lebih unggul. Selanjutnya untuk tingkat
pengetahuan iklan hard selling juga unggul. Terdapat selisih persentase dengan
iklan soft selling sebesar 3%.
109
4.3.26 Rekapitulasi Data Mean dan Persentase Persepsi Audiens antara
Iklan Hard Selling dan Iklan Soft Selling
Tabel 4.54
Rekapitulasi Data Mean dan Persentase Persepsi Audiens
Iklan Hard
Selling
Iklan Soft
Selling
Tingkat Rerata Persepsi Audiens 3,66 3,77
Tingkat Persentase Persepsi Audiens 73% 75%
Selisih Tingkat Persentase Persepsi Audiens 2%
Sumber: Data olahan penulis, 2019
Tabel 4.54 menunjukkan rekapitulasi dari semua jawaban responden. Pada
tabel ini terlihat bahwa iklan hard selling dipersepsi positif sebesar 73%
sedangkan iklan soft selling dipersepsi positif sebesar 75%. Seperti pada tabel
4.52, meskipun jawaban sangat bervariasi namun pada akhirnya kedua iklan ini
hanya berselisih tingkat persentase persepsi sebesar 2%.
110
4.4 Uji Paired Sample T-test
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 17.0 for windows (2019)
Tabel 4.55 menunjukkan hasil perhitungan uji beda rata-rata dengan
menggunakan paired t test. Hasil tersebut diperoleh dari penghitungan
menggunakan software SPSS 17.0 for windows. Kemudian H0 akan diterima
apabila t-statistik ≤ t-tabel dan H0 akan ditolak apabila t-statistik > t tabel.
Berdasarkan data di atas maka diketahui t-statistik sebesar -1,161.
Kemudian dari df sebesar 22 dan confidence level sebesar 95% didapat t-tabel
sebesar 2,074. Jika dibandingkan, maka diperoleh data sebagai berikut:
-1,161 ≤ 2,074
Hasil di atas menunjukkan bahwa t-statistik ≤ t-tabel sehingga H0 diterima.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan
antara persepsi audiens terhadap iklan Toyota New Yaris versi hard selling
dengan soft selling.
Tabel 4.55
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Deviati
on
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1
Iklan - Iklan
-.10913 .45064 .09396 -.30400 .08574 -1.161 22 .258
111
4.5 Uji Validitas
Tabel 4.56
Uji Validitas
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 17.0 for windows (2019)
Tabel 4.56 memberikan informasi tentang jumlah sampel atau responden
(N) yang dianalisis dalam program ini SPSS yakni N sebanyak 30 responden.
Karena tidak ada data yang kosong (dalam pengertian jawaban responden
terisi semua) maka jumlah valid adalah 100%.
Tabel 4.57
Uji Reliabilitas
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.898 .900 23
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 17.0 for windows (2019)
Selanjutnya, untuk menentukan reliabilitas maka harus sesuai dengan dasar
pengambilan keputusannya, yaitu:
1. Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 maka kuesioner atau angket dinyatakan
reliabel atau konsisten.
112
2. Sementara, jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,60 maka kuesioner atau angket
dinyatakan tidak reliabel atau tidak konsisten.
Dalam tabel 4.57 diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,90
sehingga angket atau kuesioner dikatakan reliabel.
4.6 Pembahasan
Hasil dari penelitian yang berjudul Persepsi Audiens Terhadap Iklan Soft
Selling dan Hard Selling Toyota New Yaris di YouTube adalah H0 diterima. Ini
berarti tidak terdapat perbedaan persepsi audiens terhadap kedua iklan. Iklan hard
selling dan soft selling tersebut sama-sama dipersepsi secara positif.
Pada pembahasan ini, iklan termasuk dalam bagian komunikasi massa dimana
pesan-pesan dikomunikasikan menggunakan media massa kepada sejumlah besar
orang. Kedua iklan yang diamati tersebut dipublikasikan melalui akun YouTube
Toyota. Dari penyampaian pesan tersebut diharapkan iklan dapat memenuhi
fungsinya untuk membangkitkan keinginan khalayak terhadap produk,
memberikan informasi, serta mengingatkan audiens terhadap produk yang
diiklankan.
Agar pesan dapat sampai kepada audiens, mereka harus mempersepsi pesan
tersebut. Persepsi sebagai inti dari komunikasi dan penafsiran sebagai inti dari
persepsi. Persepsi disebut sebagai inti dari komunikasi karena jika persepsi tidak
akurat maka komunikasi tidak akan berjalan secara efektif. Persepsi dalam
penelitian ini dilihat dari 3 dimensi pembentuknya yaitu perhatian, penafsiran,
serta pengetahuan.
113
Jika dikaitkan dengan teori maka masing-masing individu memiliki
karakteristik yang berbeda yang kemudian akan memengaruhi perilaku mereka
dalam menanggapi sesuatu. Perbedaan itu disebabkan karena perbedaan
lingkungan maupun pengalaman sehingga menghasilkan perbedaan pandangan
dalam menghadapi sesuatu. Setiap orang dengan sendirinya akan memiliki
persepsi yang berbeda sehubungan dengan kepribadiannya.
Dari segi pembuat pesan (dalam hal ini pengiklan), mereka harus membuat
iklan yang sesuai dengan segmentasi produk yang diiklankan. Toyota New Yaris
merupakan produk keluaran Toyota pada 20 Februari 2018 yang memilih generasi
muda sebagai target marketnya. Agar pesan penjualan dapat diterima dengan baik
oleh sasaran, Toyota beriklan dengan gaya hard selling dan soft selling. Kedua
iklan tersebut setelah diteliti ternyata sama-sama dipersepsi positif oleh
responden.
Pertama, karena menyasar anak muda, kedua iklan menggunakan talent yang
juga termasuk generasi muda. Pada iklan hard selling Toyota menggunakan
warga mancanegara, sedang pada iklan soft selling menggunakan selebritis
Indonesia yang sudah terkenal.
Kedua, Toyota memilih warna citrus sebagai warna ikon produk. Warna
tersebut mencerminkan generasi muda yang aktif dan dinamis. Selain itu warna
citrus juga dipilih karena jarang ada mobil dengan warna sangat mencolok
sehingga akan digemari oleh anak muda yang ingin tampil beda. Kini, warna
tersebut juga menjadi warna yang sedang digandrungi oleh generasi milenial. Tak
114
heran, permintaan konsumen terhadap Toyota New Yaris dengan warna citrus
lebih tinggi daripada warna lain
Ketiga, Toyota beriklan melalui YouTube. Pemilihan media iklan ini sangat
efektif mengingat sasaran dari iklan adalah generasi muda. Sebagai pengguna
aktif internet, iklan akan lebih cepat sampai kepada target marketing
menggunakan media YouTube daripada media lain.
Kedua iklan yang dirilis melalui akun YouTube Toyota tersebut tidak jauh
berbeda, hanya gaya penyampaiannya saja yang berbeda. Iklan hard selling
bertujuan untuk meningkatkan penjualan. Iklan berdurasi 30 detik tersebut
menyampaikan fitur keselamatan Toyota New Yaris secara langsung disertai
peragaan dan tulisan.
Sementara itu, iklan soft selling bertujuan untuk membangun citra merek. Iklan
ini dibalut dalam web series yang terdiri dari 4 episode. Dalam iklannya, fitur
keselamatan produk tidak disampaikan secara langsung. Pengemasan iklan ini
cenderung kepada pendekatan emosional sehingga audiens akan larut dalam
ceritanya dan tidak menyadari bahwa sedang menonton iklan.
Perbedaan gaya penyampaian pesan penjualan tersebut membuat penulis ingin
mengetahui bagaimana persepsi audiens terhadap kedua iklan. Variabel persepsi
audiens terhadap iklan Toyota New Yaris diukur dengan tiga dimensi pembentuk
persepsi yaitu perhatian, penafsiran, dan pengetahuan. Persepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memungkinkan
115
manusia memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari
lingkungannya dan proses tersebut akan mempengaruhi perilaku.
Perhitungan menunjukkan bahwa iklan hard selling dipersepsi oleh audiens
sebesar 73% sedangkan iklan soft selling sebesar 75%. Hal ini menunjukkan
bahwa kedua iklan menarik untuk ditonton. Selain karena menambah informasi
baru, audiens juga tertarik dengan kedua iklan karena setting, alur, pemeran, dan
unsur pendukung lainnya.
Hasil secara umum menunjukkan tidak adanya perbedaan persepsi audiens
terhadap kedua iklan. Meskipun responden memiliki jawaban yang berbeda pada
setiap pertanyaan yang diajukan, namun hasil akhir persepsi memperlihatkan hasil
yang tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan karena kedua iklan memiliki
keunggulan di poin-poin tertentu yang kemudian menghasilkan perhitungan akhir
yang tidak jauh berbeda.
Dimensi pembentuk persepsi yang pertama adalah perhatian. Perhatian terjadi
ketika stimuli/rangkaian stimuli menjadi lebih menonjol dalam kesadaran pada
saat stimuli lainnya melemah. Perhatian audiens diukur dari faktor penarik
perhatiannya, baik faktor eksternal maupun internal. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa iklan soft selling lebih menarik perhatian daripada iklan hard
selling. Persentase keduanya memiliki selisih 10%.
Pada dimensi pertama ini iklan hard selling unggul dalam poin penggunaan
produk dengan warna mencolok. Pemilihan warna yang kemudian dipadukan
dengan latar waktu malam hari membuat produk sangat kontras dengan latar
tersebut sehingga menarik perhatian audiens. Kemudian, pada dimensi ini iklan
116
soft selling unggul dalam beberapa poin yang membuat iklan ini dinilai lebih
menarik perhatian daripada iklan hard selling. Keunggulan tersebut ada pada poin
informasi baru, talent, setting, alur, sound effect dan backsound, sinematografi,
serta sentuhan emosional yang ada pada iklan tersebut.
Dimensi kedua adalah penafsiran. Penafsiran merupakan kegiatan untuk
mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi individu. Penafsiran
dilihat melalui dua dimensi, yaitu sistem nilai dan pengalaman masa lalu. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa iklan hard selling lebih unggul sebanyak 3%
dari iklan soft selling.
Pada dimensi ini iklan soft selling unggul dalam 2 poin yaitu gaya iklan yang
sesuai segmentasi dan iklan mengandung estetika. Selain kedua poin tersebut,
iklan hard selling lebih unggul. Poin yang dimaksud adalah citrus sebagai warna
ikon produk, nilai guna produk, serta kecocokan produk untuk segmentasinya.
Kemudian dimensi ketiga adalah pengetahuan. Pengetahuan terjadi bila ada
perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsikan khalayak.
Untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan audiens setelah melihat iklan,
peneliti membaginya dalam 6 indikator yang merupakan tingkatan pengetahuan.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa iklan hard selling lebih unggul sebanyak
3% dari iklan soft selling.
Pada dimensi ketiga ini iklan hard selling unggul dalam semua poin kecuali
pada pernyataan bahwa produk memang ditujukan untuk generasi milenial. Selain
poin itu, iklan hard selling lebih unggul. Hal ini terjadi karena memang pada
dasarnya iklan hard selling memiliki daya tarik positif/rasional. Isi pesan iklan
117
tersebut menekankan pada fakta, belajar, dan persuasi logis. Daya tarik ini
cenderung bersifat informatif dan umumnya pengiklan menggunakan daya tarik
ini untuk meyakinkan konsumen bahwa produk yang diiklankan mempunyai
manfaat khusus yang memuaskan konsumen.
Keseluruhan rangkaian pembentukan persepsi di atas sesuai dengan teori yang
digunakan dan relevan dalam penelitian ini yaitu teori perbedaan individu.
Persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Setiap individu memiliki tingkat perhatian,
kepentingan, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berbeda. Hal tersebut akan
membuat individu memiliki selektivitas yang berbeda pula terhadap komunikasi
massa. Dengan kata lain, pengaruh media terhadap individu akan berbeda satu
sama lain.
Dalam hal ini responden diberikan stimulus yang sama, yaitu iklan hard selling
dan soft selling dari Toyota New Yaris. Kemudian setelah diukur menggunakan
tiga dimensi pembentuk persepsi, didapat jawaban yang sangat bervariasi dari
responden. Karena memiliki perbedaan secara psikologis, maka persepsi setiap
responden terhadap kedua iklan juga berbeda.
Meskipun jawaban yang diberikan oleh responden tidak sama, hasil akhir
menunjukkan bahwa kedua iklan dipersepsi secara positif. Hal ini dapat terjadi
karena masing-masing individu memiliki pandangan yang berbeda sehingga
memberikan penilaian yang berbeda pula pada setiap poinnya. Mereka akan
memberikan angka yang tinggi pada poin yang disetujui, begitu pula sebaliknya.
Hasil yang berbeda tersebut kemudian diolah dan didapat kesimpulan bahwa
kedua iklan sama-sama dipersepsi secara positif. Ini berarti Toyota sebagai
118
pengiklan sudah beriklan dengan dengan baik. Dalam hal ini Toyota
memerhatikan keunggulan dari masing-masing iklan dan kemudian menggunakan
keduanya. Selain itu, tujuan Toyota untuk meningkatkan penjualan dan
membangun citra merek dapat tercapai melalui kedua iklan.
119
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai persepsi audiens
terhadap iklan hard selling dan soft selling Toyota New Yaris, maka didapat
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki persepsi atau
pandangan yang berbeda terhadap kedua jenis iklan. Jawaban responden yang
bervariasi sesuai dengan teori yang digunakan, yaitu teori perbedaan individu.
Meskipun diberi perlakuan yang sama namun setiap individu akan menanggapinya
secara berbeda sehingga muncul persepsi yang berbeda pula.
2. Persepsi audiens terhadap iklan hard selling dan iklan soft selling merupakan
persepsi positif. Persepsi tersebut dilihat dari tiga dimensi pembentuk persepsi yaitu
perhatian, penafsiran, serta pengetahuan.
3. Dalam aspek perhatian, iklan soft selling memiliki nilai persepsi positif lebih
besar daripada iklan hard selling. Ini berarti iklan soft selling dinilai lebih menarik oleh
responden.
4. Dalam aspek penafsiran dan pengetahuan, iklan hard selling memiliki nilai
persepsi positif lebih besar daripada iklan soft selling. Ini menunjukkan iklan hard
selling dinilai lebih memiliki nilai-nilai serta pengetahuan yang kemudian dapat
diterima dengan baik oleh responden.
120
5. Persepsi negatif ataupun netral pada indikator tertentu menunjukkan iklan
tersebut masih kurang dalam hal penyampaian pesannya. Kemudian jawaban
responden yang masih ragu-ragu menunjukkan bahwa pembuat iklan kurang bisa
meyakinkan audiens terhadap isi pesan iklan. Hal ini menunjukkan kurangnya
informasi dapat menimbulkan persepsi yang salah dan kelengkapan informasi akan
membantu penerima informasi untuk memiliki persepsi yang lebih cermat.
6. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kedua iklan sama-sama dipersepsi
positif sehingga H0 diterima. Iklan hard selling memiliki persepsi sebesar 73%
sedangkan iklan soft selling memiliki persepsi sebesar 75%. Selisih sebesar 2%
tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi audiens yang
signifikan dalam penelitian ini.
7. Perpaduan antara iklan hard selling dan soft selling akan memudahkan
pengiklan dalam mencapai tujuannya untuk meningkatkan penjualan produk serta
membangun citra merek. Ini terjadi karena setiap jenis iklan memiliki keunggulan dan
kelemahan masing-masing.
121
5.2 SARAN
Adapun saran-saran yang penulis berikan setelah meneliti masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan agar menambah dan memperluas subjek
penelitian sehingga diperoleh hasil yang diinginkan sesuai dengan tujuannya. Selain
itu agar melakukan penelitian dengan membandingkan jenis iklan lain yang belum
pernah diteliti sebelumnya.
2. Bagi pemilik brand diharapkan agar lebih peka dalam melihat dan
menyesuaikan keadaan, dalam hal ini memanfaatkan saluran digital agar tetap bisa
bersaing. Selain mempertimbangkan media, pemilik brand juga diharapkan agar
memperhatikan juga target iklan sehingga tepat sasaran.
3. Bagi pembuat iklan diharapkan agar semakin kreatif dalam memproduksi iklan,
bagaimanapun jenisnya. Selain itu agar tetap memerhatikan apakah pesan penjualan
dapat tersampaikan dengan baik atau tidak kepada audiens.
4. Iklan jenis hard selling dan soft selling sama-sama dibutuhkan dalam
komunikasi pemasaran. Jika pemilik brand menginginkan dampak langsung maka
dapat menggunakan iklan hard selling. Sementara itu, jika ingin produk/jasa tetap
diingat dalam jangka panjang sebaiknya menggunakan iklan jenis soft selling yang
lebih efektif dalam menarik perhatian audiens. Akan lebih baik lagi jika membuat iklan
dengan memadukan berbagai daya tarik lain seperti humor, musik, dan sebagainya.
122
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Rizky Noor, 2018, Iklan Berkonsep Mulai Dilirik, tersedia di http://media
indonesia.com/read/detail/167735-iklan-berkonsep-mulai-dilirik diakses
pada 16 Oktober 2018.
Apriliananda, Donny, 2017, Toyota Paling Diingat dan Sering Dipakai, tersedia
di https://otomotif.kompas.com/read/2017/01/30/133300115/toyota.paling.
diingat.dan.sering.dipakai diakses pada 16 Oktober 2018.
ASPIKOM., 2011, Komunikasi 2.0: Teoritisasi dan Implikasi, Mata Padi
Pressindo, Yogyakarta.
Asyari, Amar Abdul Azis, 2016, Persepsi Masyarakat Mengenai Pesan dalam
Iklan, Jurnal Universitas Komputer Indonesia.
Ayuwuragil, Kustin, 2018, Youtube Jadi Aplikasi Media Paling Populer di
Indonesia, tersedia di https://www.cnnindonesia.com/
teknologi/20180406202852-213288967/youtube-jadi-aplikasi-media-paling-
populer-di-indonesia diakses pada 12 September 2018.
Azizah, Khadijah Nur, dan Ratih Khasanah Sudrajat, 2018, Pengaruh Iklan Web
Series Sore (Istri Dari Masa Depan) Terhadap Sikap Audiens Pada Merek
Tropicana Slim Stevia Dikalangan Pengguna Internet Kota Jakarta, Jurnal
Penelitian Komunikasi Universitas Telkom Vol. 5, No. 1 Edisi Maret 2018.
Basrowi dan Suwandi, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Rineka Cipta,
Jakarta.
Dacosta, Matius Djoevan, dan Muhamad Syahriar Sugandi, 2017, Strategi Kreatif
Iklan dalam Pemanfaatan Web Series (Studi Kasus Axelerate: The Series
Axe Indonesia oleh Makna Creative), Jurnal Penelitian Komunikasi
Universitas Telkom Vol. 4, No. 1 Edisi April 2017.
Dahwilani, Dani M., 2017, Toyota Raih Penghargaan Terbaik dalam Brand Asia
Study 2017, tersedia di https://autotekno.sindonews.com/read/1237637/
120/toyota-raih-penghargaan-terbaik-di-brand-asia-study-2017-1504793703
diakses pada 4 November 2018.
Deliusno, 2015, 10 Video Iklan Terpopuler 2014, tersedia di
https://tekno.kompas.com/read/2015/01/17/19270017/10.Video.Iklan.Terpo
puler.2014 diakses pada 4 Mei 2019.
123
Deliusno, 2017, 10 Video Iklan Terbaik YouTube Indonesia Juli-Desember 2016,
tersedia di https://tekno.kompas.com/read/2017/01/24/18462397/10.
video.iklan.terbaik.youtube.indonesia.juli-desember.2016 diakses pada 4
Mei 2019
Durianto, Sugiarto, Widjaja dan Supratikno, 2003, Inovasi Pasar Dengan Iklan
yang Efektif, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Herdiansyah, Haris, 2015, Wawancara, Observasi, dan Focus Groups: Sebagai
Instrumen Penggalian Data Kualitatif, Rajawali Pers, Jakarta.
Hidayat, Wicak, 2014, Pengguna Internet Indonesia Nomor Enam Dunia, tersedia
di https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-internet-indonesia-
nomor-enam-dunia/0/sorotan_media diakses pada 12 September 2018.
Jaiz, Muhammad, 2014, Dasar-Dasar Periklanan, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Josina, 2018, YouTube Tembus 1,8 Miliar Pengguna, Itu Baru yang Terdaftar
Saja, tersedia di https://inet.detik.com/cyberlife/d-4004739/youtube-tembus-
18-miliar-pengguna-itu-baru-yang-terdaftar-saja diakses pada 12 September
2018.
Kasali, Rhenald, 1995, Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia, Grafiti, Jakarta.
Khumaini, Anwar, 2014, Sejarah Iklan Televisi di Indonesia, tersedia di
https://www.merdeka.com/peristiwa/sejarah-iklan-televisi-di-indonesia.html
diakses pada 4 Mei 2019
Kriyantono, Rachmat, 2013, Manajemen Periklanan: Teori dan Praktek,
Universitas Brawijaya Press, Malang.
Markeeters Editor, 2015, Ini 10 Iklan Populer di YouTube Sekarang Ini, tersedia
di https://marketeers.com/ini-10-iklan-populer-di-youtube-sekarang-ini/
diakses pada 4 Mei 2019.
McQuail, Denis, 2011, Teori Komunikasi Massa, Penerbit Salemba Humanika,
Jakarta.
Mirandha, Ira Yuni, dan Adi Bayu Mahadian, 2017, Perbandingan Persepsi
Khalayak Antara Iklan yang Mengandung Humor dan Tidak Mengandung
Humor, Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat Universitas Telkom Vol.
1, No. 2 Edisi Februari 2017.
Moleong, L,J, 2002, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.
124
Morissan, M, A, 2010, Periklanan: Komunikasi Periklanan Terpadu, Prenada
Media Group, Jakarta.
Mulyadi, Ivan, 2017, YouTube dan Generasi Milenial, Majalah Marketing
Volume 55 Edisi Maret 2017.
Mulyana, Deddy, 2001, Human Communication: Prinsip-Prinsip Dasar, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Mulyana, Deddy, 2004, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Nasrullah, Rulli, 2017, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan
Sosioteknologi, Simbiosa Rekatama Media, Bandung.
Negoro, Indra Hutami, Freddy Yusanto, dan Catur Nugroho, 2016, Membedah
Komodifikasi Isi Pesan Mini Drama Line “Nic & Mar”, Jurnal Penelitian
Komunikasi Universitas Telkom Vol. 19, No. 2 Edisi Desember 2016.
Nistanto, Reska K., 2018, 10 Video Iklan Terpopuler 2017 di YouTube Indonesia,
tersedia di https://tekno.kompas.com/read/2018/05/09/12524107/10-video-
iklan-terpopuler-2017-di-youtube-indonesia?page=all diakses pada 4 Mei
2019.
Novalius, Feby, 2018, 10 Iklan Terpopuler 2018 di Youtube, tersedia di
https://economy.okezone.com/read/2018/07/25/320/1927186/10-iklan-
terpopuler-2018-di-youtube diakses pada 22 Oktober 2018.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta.
Nurhadi, Zikri Fachrul, 2017, Teori Komunikasi Kontemporer, Penerbit Kencana,
Depok.
Praditya, Diaz, 2018, 3 Fakta Menarik dari Riset Google tentang Perkembangan
YouTube di Indonesia, tersedia di https://id.techinasia.com/fakta-
perkembangan-youtube-di-indonesia diakses pada 31 Maret 2019.
Priyanto, Wawan, 2018, Toyota Dinobatkan Sebagai Merek Terpopuler di
Indonesia, tersedia di https://www.gooto.com/read/1068424/toyota-
dinobatkan-sebagai-merek-terpopuler-di-indonesia diakses pada 16 Oktober
2018.
Rafael, Eldo Christoffe l, 2018, Toyota Raih Eman Penghargaan di GRIDOTO
Awards, tersedia di https://industri.kontan.co.id/news/toyota-raih-enam-
penghargaan-di-gridoto-awards diakses pada 4 November 2018.
125
Rakhmat, Jalaludin, 2004, Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Romli, Khomsahrial, 2016, Komunikasi Massa, PT Grasindo, Jakarta.
Sari, Rizky Indah, Ira Wirasari, & Ilhamsyah, 2017, Kajian Pemaknaan Bahasa
Tubuh dan Persepsi Audiens Terhadap Iklan Garuda Indonesia Versi
“Hands”, Jurnal Penelitian Komunikasi Universitas Telkom Vol. 4, No. 2
Edisi Agustus 2017.
Siaran Pers Kominfo, 2018, Jumlah Pengguna Internet 2017 Meningkat, Kominfo
Terus Lakukan Percepatan Pembangunan Broadband, tersedia di
https://www.kominfo.go.id/content/detail/12640/siaran-pers-no-53hm
kominfo022018-tentang-jumlah-pengguna-internet-2017-meningkat-
kominfo-terus-lakukan-percepatan-pembangunan-broadband/0/siaran_pers
diakses pada 22 Oktober 2018.
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Penerbit
Alfabeta, Bandung.
Sulianta, Feri, 2015, Keajaiban Sosial Media, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Suprapto, Tommy, 2009, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, Media
Pressindo, Yogyakarta.
Suyanto, M., 2005, Strategi Perancangan Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia,
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Taher, Elvina, 2017, 4 Karakteristik Millennial yang Perlu Diketahui Bagian
Pemasaran, tersedia di https://id.techinasia.com/4-karakteristik-millennial
diakses pada 1 April 2019.
Trisnanto, Adhy, 2007, Cerdas Beriklan, Penerbit Galangpress, Yogyakarta.
Widyatama, Rendra, 2005, Pengantar Periklanan, Buana Pustaka Indonesia,
Jakarta.
Wulandari, Dwi, 2017, Agar Iklan Youtube Menarik Perhatian Penonton
Indonesia, tersedia di http://mix.co.id/marcomm/brand-
communication/agar-iklan-youtube-menarik-perhatian-penonton-indonesia
diakses pada 7 September 2018.
LAMPIRAN
PERSEPSI AUDIENS TERHADAP IKLAN SOFT SELLING DAN
HARD SELLING TOYOTA NEW YARIS DI YOUTUBE
KUESIONER PENELITIAN
PETUNJUK PENGISIAN
1. Data pertanyaan terbagi menjadi dua, yaitu pertama menyangkut data pribadi
anda dan yang kedua adalah data penelitian.
2. Untuk data penelitian berisikan beberapa pertanyaan dan pernyataan yang
menyangkut penggunaan media dan persepsi anda terhadap iklan Toyota New
Yaris di YouTube.
3. Berilah tanda silang (x) pada jawaban pilihan ganda.
4. Berilah tanda checklist ( ) pada setiap kolom jawaban yang dianggap paling
benar.
KETERANGAN PILIHAN JAWABAN
1. SS : Sangat Setuju
2. S : Setuju
3. KS : Kurang Setuju
4. TS : Tidak Setuju
5. STS : Sangat Tidak Setuju
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
B. DATA PENELITIAN
Penggunaan Media
1. Sudah berapa lama anda menggunakan aplikasi YouTube?
a. 1-3 tahun c. 6-9 tahun
b. 3-6 tahun d. >9 tahun
2. Seberapa lama anda mengakses YouTube dalam sehari?
a. <30 menit c. 45 menit-1 jam
b. 30 menit-45 menit d. >1 jam
3. Channel dengan genre apa yang paling sering anda kunjungi?
a. Music c. Fashion and beauty
b. Gaming d. (Lainnya)……….
Persepsi Audiens
No. PERNYATAAN SS S KS TS STS
Perhatian
Faktor Eksternal
1. Dalam tayangan iklan ini terdapat
banyak informasi yang belum diketahui
sebelumnya sehingga saya tertarik untuk
terus menonton.
2. Pemeran/talent dalam iklan membuat
saya tertarik untuk terus menonton.
3. Setting (waktu, tempat, suasana) dalam
iklan membuat saya tertarik untuk terus
menonton.
4. Alur dalam iklan membuat saya tertarik
untuk terus menonton.
5. Sound effect dan backsound dalam iklan
membuat saya tertarik untuk terus
menonton.
6. Penggunaan produk dengan warna
mencolok dalam iklan membuat saya
tertarik untuk terus menonton.
7. Sinematografi dalam iklan membuat
saya tertarik untuk terus menonton.
Faktor Internal
8. Iklan ini membuat saya penasaran akan
apa yang akan terjadi pada scene/episode
berikutnya sehingga saya terus
menontonnya.
9. Iklan ini membuat saya tersentuh dan
terbawa emosi terutama karena karakter
yang ditampilkan dalam iklan, sehingga
saya terus menontonnya.
Penafsiran
Pengalaman terhadap objek
10. Dengan menonton iklan ini saya menjadi
lebih memperhatikan barang yang
diiklankan dan produk sejenisnya.
11. Menurut saya produk Toyota New Yaris
identik dengan warna citrus.
12. Menurut saya produk yang diiklankan
cocok untuk generasi muda karena
tampilannya yang futuristik, stylish, dan
sporty.
Sistem Nilai
13. Menurut saya iklan ini dapat
menyampaikan kegunaan fitur
keselamatan produk dengan baik.
14. Menurut saya iklan ini bagus karena
beriklan dengan tema/gaya yang disukai
anak muda sesuai dengan segmentasinya.
15. Menurut saya iklan ini mengandung
keindahan/ estetika dilihat dari tampilan,
penyampaian mood/ suasana, dan unsur
pendukung lainnya.
Pengetahuan
Tahu (Know)
16. Dengan menonton iklan ini saya
mendapatkan pengetahuan baru
mengenai produk.
17. Setelah menonton iklan ini saya dapat
mengingat-ingat apa saja fitur
keselamatan yang terdapat pada produk
yang diiklankan.
Memahami (Comprehention)
18. Dengan adanya praktek/peragaan/adegan
yang ditampilkan dapat memudahkan
saya dalam memahami informasi
mengenai fitur keselamatan produk.
Aplikasi (Application)
19. Setelah menonton iklan ini saya dapat
mengaplikasikan bagaimana cara
menggunakan fitur keselamatan yang
ditampilkan.
Analisis (Analysis)
20. Setelah menonton iklan ini saya dapat
mengidentifikasi apa saja fitur
keselamatan yang ditampilkan serta
fungsi-fungsinya.
Sintesa (Synthesis)
21. Menurut saya produk yang ditampilkan
dalam iklan identik dengan warna Citrus
Mica Metallic.
22. Menurut saya produk ini memang
ditujukan untuk generasi
langgas/milenial.
Evaluasi (Evaluation)
23. Dengan menonton iklan ini saya dapat
mengevaluasi bagaimana produk yang
diiklankan serta membandingkannya
dengan produk sejenis.
Responden Persepsi terhadap Iklan Hard Selling
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18 Q19 Q20 Q21 Q22 Q23
1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 5 4 5 4 4 3 3 3 3 4 5 4
2 4 2 4 4 3 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4
3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
4 2 2 3 3 4 3 4 3 2 3 1 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3
5 5 4 4 5 5 5 5 5 3 5 4 5 5 5 4 5 4 5 3 5 4 5 3
6 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 5 4 2 3 3 4 3 4 4
7 4 5 4 3 2 4 4 4 2 2 3 4 2 4 4 4 2 2 2 2 4 4 3
8 4 4 5 4 3 5 5 3 2 5 2 4 5 5 5 4 4 5 3 4 3 4 4
9 4 3 4 4 5 4 5 4 3 3 4 5 4 5 5 3 3 3 3 3 4 5 4
10 4 4 5 5 4 5 3 5 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4
11 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
12 4 5 5 5 5 5 5 3 2 4 5 5 3 5 5 5 3 3 3 2 5 5 4
13 2 2 3 4 5 5 5 3 2 3 5 4 3 5 5 4 4 4 3 4 4 5 4
14 4 3 3 3 4 5 5 3 3 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4
15 4 3 4 4 3 5 4 3 4 5 3 5 5 4 4 5 4 5 3 4 3 4 3
16 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
17 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3
18 2 2 2 3 4 4 3 2 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3
19 4 2 4 3 4 5 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3
20 2 2 3 3 2 4 2 2 2 3 5 5 3 3 3 2 3 2 3 3 5 2 3
21 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 5 4 2 3 3 2 4 4 4
22 2 2 2 3 3 4 4 2 3 2 2 2 4 2 4 2 3 3 2 2 4 4 2
23 3 2 4 3 2 3 5 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 5 3
24 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 3 3 3 4 3 4 4 4
25 4 2 4 3 4 4 4 4 2 3 3 5 4 5 4 4 4 5 3 3 4 4 3
26 5 4 4 3 4 4 4 4 1 4 4 5 4 5 4 4 4 4 2 3 4 5 5
27 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 3 3 4 5
28 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3
29 3 4 4 4 2 1 5 3 2 4 2 4 3 3 5 4 3 2 3 3 2 3 4
30 3 4 4 5 4 4 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4 3 4 3 3 4 4 3
Responden Persepsi terhadap Iklan Soft Selling
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18 Q19 Q20 Q21 Q22 Q23
1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 5 5
2 4 3 4 4 2 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3
3 2 3 4 4 4 3 5 5 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3
4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 3
6 2 3 4 4 4 3 4 4 3 2 3 3 2 4 4 3 2 4 3 3 3 4 3
7 4 4 4 5 3 3 4 5 4 2 3 4 3 4 4 4 2 2 2 2 3 4 3
8 4 5 5 5 5 5 5 5 4 3 3 4 3 4 4 3 2 3 3 3 4 4 3
9 4 5 4 5 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 3 2 3 3 4 4
10 5 4 4 5 3 3 4 5 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
12 5 5 5 5 5 4 5 4 3 3 5 5 5 5 5 5 3 3 3 2 5 5 4
13 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 5 5 3 3 3 3 3 4 5 3
14 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4
15 3 4 5 5 5 4 5 5 5 3 3 5 3 5 5 3 3 3 3 4 3 5 4
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3
18 4 3 4 3 3 2 4 3 3 2 2 3 2 3 4 3 2 3 3 2 2 4 3
19 4 4 4 5 4 4 4 5 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3
20 4 4 4 5 5 3 4 4 5 2 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 4
21 4 4 4 5 4 4 4 5 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3
22 2 2 2 2 4 3 4 2 2 2 3 2 3 3 3 4 2 2 2 3 3 4 2
23 4 5 4 5 3 3 4 4 4 3 2 4 3 5 5 4 3 3 3 3 3 4 3
24 5 4 4 4 3 5 5 4 5 4 4 5 4 5 4 3 3 4 4 4 5 4 4
25 4 4 4 5 4 4 4 5 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3
26 4 5 5 5 5 2 4 5 5 3 4 4 2 3 4 1 1 2 3 3 4 4 4
27 4 4 5 5 4 3 5 5 4 1 3 4 4 5 5 3 4 4 3 3 3 5 3
28 5 5 5 4 4 4 5 4 3 5 4 5 4 5 5 4 3 4 4 3 4 5 3
29 3 4 4 3 2 2 5 2 3 3 3 3 4 4 5 5 2 3 4 3 3 3 4
30 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 3 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5