Upload
bpaadmin
View
738
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
JUKNIS UPUK/UPUB
BALAI PERSUTERAAN ALAM
BAB I
PENDAHULUAN
Ulat sutera pada dasarnya sangat rentan terhadap kondisi lingkungan dan
penyakit. Oleh karena itu dalam pemeliharaannya harus mengikuti standar-standar
teknis pemeliharaan yang berlaku sehingga dalam pemeliharaannya ulat dapat
berkembang dan menghasilkan kokon yang berkualitas. Sering terjadi pemeliharaan
ulat sutera alam dalam pelaksanaannya kurang memperhatikan tahapan kegiatan
pemeliharaan ulat dan kebutuhan optimal dari ulat sehingga ketika kualitas kokon
yang dihasilkan rendah maka sering menimpakan kesalahan pada faktor bibit/telur
yang kurang baik.
Ulat sutera termasuk ke dalam golongan binatang berdarah dingin sehingga
suhu badannya akan sangat mudah terpengaruh oleh suhu dan kelembaban tempat
pemeliharaannya. Selain itu ulat sutera sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim di
lokasi pemeliharaan selain suhu dan kelembaban nisbi, yaitu kualitas udara, aliran
udara, cahaya, dll. Kecocokan iklim mikro di tempat pemeliharaan ulat sutera juga
dipengaruhi oleh kesegaran udara dan tingkat pergantian udara. Ventilasi yang baik
akan menyebabkan temperatur dan kelembaban nisbi yang diinginkan dapat
dicapai. Misalnya ketika udara cukup panas atau justru terlalu lembab, maka
dengan adanya ventilasi yang baik kondisi yang lebih optimal dapat diciptakan.
Hal yang penting juga menjadi pertimbangan adalah bahwa kondisi ruang
pemeliharaan harus disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ulat, karena tingkat
pertumbuhan ulat yang berbeda akan berpengaruh pada kondisi optimal lingkungan
yang dibutuhkan. Sebagai contoh, ulat kecil dengan tingkat pertumbuhan yang
masih lemah akan membutuhkan suhu dan kelembaban yang berbeda dibanding ulat
2
besar yang kondisi tubuhnya sudah relatif lebih kuat. Oleh karena itu dalam
pemeliharaan ulat sutera harus diperhatikan untuk senantiasa menyesuaikan iklim
mikro di tempat pemeliharaan supaya cocok dengan pertumbuhan ulat sutera,
sehingga dapat memproduksi kokon yang berkualitas.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka petani sutera alam
hendaknya mengerti tentang kondisi-kondisi optimal lingkungan yang dibutuhkan
oleh ulat sutera dalam setiap tahapan pertumbuhannya (setiap instarnya). Selain
itu juga harus diketahui kebutuhan luas tempat untuk pemeliharaan ulat dengan
mempertimbangkan tingkat pertumbuhan ulat. Secara garis besar kondisi
lingkungan ini dapat dikelompokkan dalam ulat kecil (kondisi lingkungan dalam
UPUK) dan ulat besar (kondisi lingkungan dalam UPUB). Sementara kebutuhan luas
tempat pemeliharaan ulat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan luas tempat ulat
Luas Tempat Ulat
(m2) Instar I Instar II Instar III Instar IV Instar V
Awal 0.4 1.6 3.2 5.0 15.0
Akhir 1.6 3.2 3.2 14.0 15.0
3
BAB II
UNIT PEMELIHARAAN ULAT KECIL (UPUK)
A. Pembuatan Unit Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK)
Pemeliharaan ulat kecil sebaiknya dilaksanakan dalam ruangan khusus yang
disebut dengan Unit Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK), dimana kondisi pemeliharaan
seperti temperatur, kelembaban, cahaya dan aliran udara dapat diatur. UPUK
berfungsi sebagai tempat pemeliharaan ulat kecil dari hakitate sampai Instar III.
Selain itu UPUK juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat dan bahan yang
berhubungan dengan pemeliharaan ulat kecil.
Beberapa hal umum yang penting diperhatikan pada bangunan Unit
Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK) antara lain:
1. Bangunan tempat pemeliharaan harus dekat dengan kebun murbei, sumber
air dan ada tempat pencucian alat
2. Lingkungan di sekitar bangunan bersih
3. Ruang pemeliharaan bersih dan kering serta tersedia jendela yang cukup
untuk pergantian udara dan ruangan cukup mendapat sinar matahari
4. Lantai diperkeras dan lebih tinggi dari permukaan tanah disekitarnya
5. Ruangan harus dapat dibuka dan ditutup rapat agar memudahkan dalam
melaksanakan desinfeksi dan terhindar dari gangguan binatang
6. Tersedia ruang atau tempat penyimpanan daun, terpisah dari ruang
pemeliharaan
7. Tempat pembuangan kotoran ulat diletakkan jauh dari bangunan, minimal 50
meter dari tempat pemeliharaan atau dibuat lubang pembuangan dan
dibakar.
8. Suhu ruangan ideal 26O – 28O C dengan kelembaban sekitar 75 – 90%
4
Gambar 1. Kondisi Lingkungan Sekitar Bangunan Pemeliharaan Ulat
Sementara itu sebagai perlengkapan dari sebuat bangunan UPUK maka harus
disediakan juga peralatan serta bahan-bahan yang diperlukan dalam pemeliharaan
ulat kecil antara lain adalah:
1. Sasag atau kotak pemeliharaan dari kayu beserta rak (sebagai contoh rak
kayu atau besi dibuat 8 tingkat dengan jarak tingkat 15 – 20 cm)
2. Thermometer
3. Keranjang daun
4. Gunting stek
5. Pisau perajang daun
6. Ember dan baskom plastik
7. Jaring ulat
8. Ayakan plastik
9. Bulu ayam yang bersih
10. Sumpit bambu
11. Kain belacu
12. Kertas alas
5
13. Kertas parafin atau kertas minyak
14. Sapu
15. Sikat
16. Lap tangan
17. Kapur
18. Kaporit
Bangunan rumah/unit pemeliharaan ulat kecil menurut standar teknis,
sebaiknya posisi bangunan memanjang dari arah timur – barat agar tempat
pemeliharaan ulat tidak terkena langsung sinar matahari. Apabila tidak
memungkinkan memanjang ke arah timur – barat maka dapat juga memanjang ke
arah utara – selatan dengan syarat di kiri dan kanan ditanami pohon pelindung.
Bangunan rumah/unit pemeliharaan ulat kecil dalam Model Usaha Tani Sutera Alam
oleh Balai Persuteraan Alam terbagi menjadi 4 ruangan kapasitas bangunan dapat
untuk menampung sekitar 30 box (1 box = 20.000 butir). Keempat ruangan tersebut
adalah sbb.:
1. ruang kerja 3 m x 3 m
2. ruang peralatan 3 m x 3 m
3. ruang pemeliharaan 12 m x 6 m
4. ruang penyimpanan daun 3 m x 3 m
6
Gambar 2. Contoh rancangan ruang pemeliharaan ulat kecil PT Indo Jado Sutera Pratama (Ryu, 1998)
B. Kondisi Lingkungan pada Pemeliharaan Ulat Kecil
Kondisi lingkungan optimal untuk pertumbuhan ulat kecil adalah pada
temperatur 26O – 28 OC dengan kelembaban 80% - 90%. Selain itu ulat kecil
membutuhkan tempat yang cukup terang. Suhu dan kelembaban nisbi dalam ruang
pemeliharaan ulat kecil perlu disesuaikan untuk mempertahankan suhu antara 26 –
28 OC dan kelembaban nisbi 90% sebelum pemeliharaan dimulai. Kondisi ini perlu
dipertahankan selama Instar I. Pada Instar II, suhu dan kelembaban nisbi harus ada
di sekitar 26 – 28 OC dan 85% dan pada Instar III 25 - 26 OC dan 80%. Akan tetapi
pada saat ulat berganti kulit maka kelembaban nisbi di tempat pemeliharaan perlu
diturunkan sampai 70% untuk mengeringkan tempat pemeliharaan. Standar
Pemeliharaan Ulat Kecil dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar Pemeliharaan Ulat Kecil
Instar Temperatur
Optimal
Kelembaban
Optimal
Perkiraan Umur
Ulat
Luas Tempat
Ulat Per Boks
I 26 OC – 28 OC 80% - 90% 3 – 4 hari 0,4 – 1,6 m2
II 26 OC – 28 OC 80% - 90% 2 – 3 hari 1,6 – 3,2 m2
III 26 OC 80% 3 – 4 hari 3,2 – 3,5 m2
7
BAB II
UNIT PEMELIHARAAN ULAT BESAR (UPUB)
A. Bangunan Unit Pemeliharaan Ulat Besar (UPUB)
Unit Pemeliharaan Ulat Besar berfungsi sebagai tempat pemeliharaan ulat
besar dari Instar IV sampai menghasilkan kokon serta sebagai tempat penyimpanan
alat dan bahan yang berhubungan dengan pemeliharaan ulat besar. Secara umum
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan rumah/unit pemeliharaan
ulat besar:
1. Terdapat pembagian ruang terdiri atas tempat daun, tempat pemeliharaan
dan tempat peralatan
2. Cahaya dan aliran udara baik
3. bebas dari gangguan hama dan penyakit
4. Suhu ruangan ideal 22O – 25O C dengan kelembaban sekitar 70 – 75%
Pemeliharaan ulat besar dapat dilakukan di tempat khusus seperti bangsal
atau di tempat yang tersedia di kolong rumah petani seperti yang biasa dilakukan
oleh para petani sutera alam di Sulawesi Selatan. Dan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemeliharaan ulat besar yang dilakukan di kolong rumah antara
lain:
1. Langit-langit dilapisi dengan lembaran plastik atau kertas, untuk mencegah
jatuhnya kotoran dari bagian atas ke tempat ulat
2. Tempat penyimpanan daun di tempat terpisah di luar ruang pemeliharaan
ulat
3. Kebersihan lingkungan agar dijaga dengan baik (sampah, kotoran ulat, dsb)
4. Menaburkan kapur pada lantai tanah di dalam dan di luar ruang
pemeliharaan untuk mengurangi kelembaban.
5. Melapisi dinding yang terbuat dari bambu dengan kapur
8
Sementara pada pemeliharaan ulat yang dilakukan di tempat khusus berupa
bangsal pemeliharaan, diusahakan ruangan mempunyai ventilasi yang baik agar
lingkungan pemeliharaan sejuk, misalnya dengan menanami sekitar tempat
pemeliharaan dengan pohon-pohon pelindung. Ukuran bangsal tergantung kepada
kapasitas pemeliharaan ulat. Untuk memudahkan pekerjaan dalam pemeliharaan
ulat besar, sebaiknya rak dibuat bersusun dua dengan ukuran tinggi 1 meter dan
lebar kurang lebih 1,5 meter. Rak dialasi dengan karoro (karung) agar ulat dan sisa
daun tidak berjatuhan ke bagian bawah. Harus dihindari penggunaan kain untuk
alas rak. Pada setiap kaki rak dipasang wadah kecil berisi air atau diikatkan kain
yang telah dicelupkan ke dalam oli bekas untuk mencegah ganguan semut.
Ruang penyimpanan daun ditempatkan terpisah dari ruang pemeliharaan
ulat besar pada tempat yang sejuk. Daun tidak boleh ditetakkan langsung di atas
tanah. Oleh karena itu daun dapat disimpan dengan menggunakan semacam balai-
balai yang terbuat dari bambu dan dialasi lembaran plastik.
Pedoman luas tempat pemeliharaan ulat besar yaitu sebanyak 1 boks ulat
sutera (1 boks = 25.000 butir) untuk Instar IV adalah seluas 10 m2 dan ulat Instar V
adalah seluas 10 – 18 m2. Jika tempat pemeliharaan terlalu sempit, mengakibatkan
ulat terlalu padat dan daun yang termakan sedikit sehingga terjadi persaingan
mendapatkan daun yang menyebabkan pertumbuhan ulat tidak merata dan akhirnya
produksi kokon menjadi menurun. Jadi agar ulat dapat berkembang dengan baik,
maka tempat ulat pada rak pemeliharaan harus sering dibersihkan dan diperluas.
Sebagaimana halnya dalam pemeliharaan ulat kecil maka sebelum
pemeliharaan dimulai ruang dan peralatan pemeliharaan ulat besar harus
dibersihkan dan desinfeksi. Desinfeksi dilakukan minimal 2 hari sebelum
pemeliharan ulat besar dimulai. Pelaksanaannya sama seperti pada pemeliharaan
ulat kecil, menggunakan bahan desinfeksi larutan kaporit (5 gram kaporit per liter
air). Sementara setelah panen kokon, ruang dan peralatan yang digunakan dalam
pemeliharaan ulat besar segera didesinfeksi kembali. Hal tersebut dimaksudkan
9
agar bibit penyakit tidak berkembang dan menyebar. Setelah didesinfeksi ruang
pemeliharaan dibersihkan, alat-alat dicuci dan dijemur untuk digunakan kembali
pada periode pemeliharaan berikutnya. Apabila sampai pemeliharaan ulat periode
berikutnya terdapat tenggang waktu yang cukup lama, maka alat-alat disimpan dan
diatur dengan baik di dalam ruang pemeliharaan. Ruang dan alat pemeliharaan
tersebut didesinfeksi kembali sebelum digunakan.
Di negara-negara tropis suhu udara pada umumnya berada pada kisaran
yang cocok untuk pemleiharaan ulat sutera atau berada di atasnya. Diberbagai
daerah terdapat musim hujan dan musim kemarau dengan batas waktu yang jelas.
Selain dari itu terdapat berbagai macam hama seperti lalat, semut, dsb. Karena itu
ruang pemeliharaan ulat sutera memerlukan atap yang memadai untuk memmberi
perlindungan terhadap hujan dan teriknya cahaya matahari dan perlu ada fasilitas
untuk menurunkan suhu dan mengatur ventilasi. Pada saat membuat ruangan
pemeliharaan ulat perlu diusahakan fasilitas-fasilitas untuk mencegah masuknya
berbagai hama serangga. Untuk menghindari masuknya semut di sekeliling ruangan
dibuat parit kecil atau sekitar kaki rak-rak pemeliharaan ditempatkan wadah air
atau kakinya diolesi penolak serangga yang efektif.
Ruang pemeliharaan perlu mempunyai daya insulasi yang tinggi, misalnya di
jendelanya dipasang kasa logam dan langit-langit ditempatkan tinggi-tinggi dan
dibuat lubang-lubang udara secukupnya. Jendela ventilasi sebaiknya dibuat cukup
besar, agar suhu udara di dalam ruangan tidak menjadi terlampau tinggi dan terjadi
pergantian udara segar yang memadai. Selain itu, atap dan dinding ruangan ditutup
dengan tirai alang-alang atau rumput-rumputan kering untuk menghindari cahaya
atau panas matahari langsung yang menyorot masuk ke tempat pemeliharaan.
Penanaman pohon di sekitar ruang pemeliharaan berpengaruh baik untuk
menurunkan suhu di dalam ruangan, akan tetapi pepohonan ini jangan sampai
menghalangi masuknya hawa bersih ke dalam ruangan. Bila air mudah didapat
10
maka penyemprotan air ke atap sangat berpengaruh kepada penurunan suhu di
dalam ruangan, begitu pula dengan membasahkan lantai.
Dalam pembangunan unit/rumah pemeliharaan ulat maka harus juga
dipertimbangkan dalam hal kelengkapan peralatn pemeliharaan. Peralatan
pemeliharaan ulat besar antara lain:
1. Rak pemeliharaan dari kayu atau bambu
2. Alas plastik
3. Tali plastik
4. Ember plastik
5. Lap tangan
6. Kapur
7. Alat desinfeksi
8. Obat desinfeksi
9. Gunting stek
10. Timbangan besar
11. Kain belacu untuk penyimpanan daun
Contoh kebutuhan ruangan, peralatan pemeliharaan dan bahan penolong
untuk pemeliharaan ulat per boks (± 20.000 butir) yang disarankan oleh Omura
(1980) :
1. Ruang pemeliharaan ulat sutera : 16 m2
2. Ruang penyimpanan daun murbei : 5 m2
3. Peralatan pemeliharaan
Rak pemeliharaan : 4 set @ 2 jalur rak ; 10 tingkat
Sasag pemeliharaan : lebar 15 m x panjang 10 m ; luas 15 m2
Papan gantung : 2 set x 5 rak ; lebar 1 m x panjang 3 m
Tempat pemeliharaan
- Pemeliharaan dalam rak : ± 80 tampah ; lebar 0,8 m x panjang 1,1 m
- Pemeliharaan sasag : 15 m2 dari kasa agak tebal
11
- Papan gantung : ± 80 papan ; lebar 0,8 m x panjang 1,1 m
Meja pakan murbei : 2
Thermometer : 1
Hygrometer : 1
Pisau : 1
Alas pemotongan : 1
Mesin rajang : 1
Mesin desinfeksi : 1
Gunting tunas : 2
Alat pembuang floss : 1
Saringan halus : 1
Jaring pembersih alas ulat kecil : 20 jaring ; 1 m x 0,8 m ; mata 1 cm
Jaring pembersih alas ulat besar : 80 lembar; 1 m x 0,8 m; mata 3 cm
Tempat pengokonan berombak : 80 set
Tempat pengokonan berputar : 15 set
Keranjang
- Untuk mengumpulkan daun : 2 keranjang ( 0,3 m x dalam 0,3 m)
- Untuk menyimpan daun : 8 keranjang ( 0,8 m x panjang
1 meter x dalam 0,3 m)
- Untuk memberi pakan : 4 keranjang ( 0,3 m x dalam 0,2 m)
Bahan penolong (untuk satu periode pemeliharaan)
Kertas untuk ditempatkan
- di atas tempat pemeliharaan (0,8 m x 10 m) : 80 lembar
- di atas kertas koran tua : 200 lembar
Penyapu debu dari bulu ayam : 1
Tempat dari bambu : 2 pasang
Obat desinfeksi : 100 gram
Arang sekam padi : 50 liter
12
B. Kondisi Lingkungan pada Pemeliharaan Ulat Besar
Pemeliharaan ulat besar memerlukan tempat yang lebih luas, pertukaran
udara yang baik serta temperatur berkisar 24O C – 26O C dengan kelembaban sekitar
75%. Tempat pemeliharaan dengan keadaan temperatur dan kelembaban tinggi
serta berventilasi buruk akan menghambat pertumbuhan ulat sutera (ulat besar).
Standar kebutuhan lingkungan pemeliharaan ulat besar dapat dilihat pada Tabel 3 .
Tabel 3. Standar Pemeliharaan Ulat Besar
Instar Temperatur
Optimal
Kelembaban
Optimal
Perkiraan
Umur Ulat
Luas Tempat Ulat
Per Boks
IV 24 OC – 26 OC 70% - 75% 4 – 5 hari 5,0 – 10 m2
V 24 OC – 26 OC 70% - 75% 6 – 7 hari 14 – 18 m2
Pada beberapa sumber di sebutkan bahwa ulat besar Instar IV memerlukan
suhu agak rendah yaitu 24 – 25 OC dan kelembaban udara 75% sedangkan ulat Instar
V memerlukan suhu 23 – 24 OC dengan kelembaban udara 70%. Jika suhu dan
kelembaban udara melebihi kebutuhan maka nafsu makan ulat akan menurun.
Sehingga rentan terhadap penyakit dan ukuran kokon yang dihasilkan menjadi
relatif kecil dan kualitas suteranya rendah. Selain itu juga perlu diperhatikan agar
suhu tidak lebih rendah dari 20 OC selama Instar IV dan tidak melebihi 30 OC selama
Instar V dengan membiarkan udara segar memasuki ruangan dan dengan usaha-
usaha lain.
Untuk daerah-daerah pegunungan, suhu dan kelembaban udara sudah sesuai
dan tinggal mengatur tempat pemeliharaan agar pertukaran udara lancar. Pada
musim hujan diusahakan agar ruangan pemeliharaan tidak terlalu lembab, oleh
karena itu dinding ruangan yang dilapisi dengan lembaran plastik kurang baik
terhadap ulat. Sisa air hujan jangan sampai menggenang sehingga perlu dibuatkan
saluran air agar tanah dan kotoran tidak masuk ke tempat pemeliharaan.
13
Penempatan tempat pemeliharaan dalam ruangan harus diatur sedemikian
rupa sehingga kegiatan pemeliharaan dan pengokonan dapat dilakukan dengan
leluasa dan ruangan dapat digunakan secara efisien. Ruang tempat mengokon
sebaiknya mempunyai aliran udara yang baik dengan pencahayaan merata serta
tidak terlalu terang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari segi tempat
pemeliharaan selama ulat mengokon adalah sebagai berikut:
1. Suhu
Bentuk kokon dipengaruhi oleh keadaan suhu, kelembaban dan peredaran
udara di dalam ruang pengokonan. Untuk itu perlu diusahakan agar tempat
pengokonan dalam keadaan kering dan ventilasi lancar.
Suhu yang paling ideal untuk pengokonan adalah 24 OC. Pada daerah rendah
yang mempunyai temperatur tinggi maka hal tersebut sulit diusahakan
sehingga untuk mengimbanginya peredaran udara harus cukup baik
2. Kelembaban
Selama ulat mengokon dibutuhkan kelembaban antar 60% - 90%. Makin
rendah kelembaban udara, maka kokon yang dihasilkan akan mempunyai
mutu lebih baik dan benang akan rata serta bersih. Salah satu usaha untuk
menurunkan kelembaban di ruangan pengokonan adalah dengan mengatur
ventilasi. Kotoran dan cairan kencing ulat juga harus dibuang untuk
menghindari timbulnya penyakit dan mengurangi kelembaban.
3. Peredaran udara
Di dalam ruang pengokonan, peredaran udara harus dapat diatur dengan
baik. Oleh karena itu ruangan harus mempunyai jendela yang cukup. Apabila
keadaan ruangan lembab, jendela-jendela dibuka agar udara dapat mengalir
sehingga kelembaban menurun.
4. Cahaya
Kebutuhan cahaya antara 10 – 20 lux (seperti keadaan di bawah meja).
Cahaya harus merata karena bila cahaya hanya datang dari salah satu arah,
14
maka ulat akan mengokon di tempat yang lebih gelap dan mengumpul
sehingga banyak terjadi kokon kembar.
15
LAMPIRAN
16
Gambar . Contoh Rancangan UPUB Tampak Depan.
Gambar . Contoh Rancangan UPUB Tampak Kiri.
Gambar . Contoh Rancangan UPUB Tampak Kanan.
17
Gambar . Contoh Denah Rancangan UPUK.
Gambar . Contoh Denah Rancangan UPUB
18
19
20
Gambar . Contoh Desain Tempat Pemeliharaan Ulat Sutera
Gambar . Contoh Desain Rak Pemeliharaan Ulat Sutera
Gambar . Contoh Desain Alat Pengokonan