1
Oleh Retno Ayuningtyas JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegia- tan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan produksi minyak siap jual ( lifting) nasional hingga akhir tahun hanya akan mencapai 725 ribu barel per hari (bph) dari target 735 ribu bph. Pasalnya, pandemi ini berdampak pada operasi dan penyelesaian proyek migas. JUMAT 17 APRIL 2020 9 ENERGY ist Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, kondisi di mana harga minyak yang sudah rendah diperparah dengan adanya penurunan konsumsi minyak sebagai dampak Covid-19 dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Adanya pandemi mem- pengaruhi kegiatan operasi di industri migas. Sementara harga minyak yang rendah berdampak pada tingkat kee- konomian proyek-proyek migas. “Sehingga salah satu dampaknya adalah outlook produksi 2020, meski sudah dengan usaha semaksimal mungkin, outlook minyak jadi 725 ribu bph dan gas 5.727 mmscfd (million standard cubic feet per day/juta kaki kubik per hari),” kata dia dalam jumpa pers secara daring, Kamis (16/4). Proyeksi lifting minyak lebih rendah 4% dari target APBN 755 ribu bph, sementara proyeksi lifting gas 14,13 % dari target 6.670 mmscfd. Menurut dia, sejumlah kegiatan operasional terunda lantaran pan- demi Covid-19. Pertama, penundaan rencana penghentian operasi teren- cana (planned shutdown) di Lapangan Banyu Urip dan Tangguh. Selanjutnya, tertundanya kegiatan program kerja ulang dan perawatan sumur di blok migas yang dikelola PT Chevron Pacific Indonesia, Petrochina, dan PT Pertamina Hulu Energi OSES, serta kegiata P&A sumur di blok migas Conoco Philips. Selain itu, ada juga penundaan pengeboran, kerja ulang, dan perawa- tan sumur di wilayah kerja EMP Ma- lacca Strait, Mont’dor Tungkal, Medco Rimau, Natuna & South Sumatera, Camar Resources, dan Petrochina. Pandemi Covid-19 juga menyebabkan pengoperasian Blok Merake berpo- tensi mundur ke 2021 dari awalnya di akhir tahun ini. Dwi menambahkan, realisasi lift- ing migas kuartal pertama lalu juga telah terdampak pandemi ini. Lifting minyak hingga akhir Maret lalu tercatat sebesar 701,6 ribu bph atau 92,9% dari target APBN 735 ribu bph. Sementara realisasi lifting gas yakni sebesar 5.866 MMscfd atau 87,9% dari target 6.670 mmscfd. Sehingga total lifting migas sebesar 1,75 juta barel setara minyak (barrel oil equivalent per day/boepd) atau 90,4% dari target 1,95 juta boepd. Lifting minyak di akhir Maret ada kendala loading maupun pengecekan lifting dengan adanya pembatasan- pembatasan dan work from home. Sementara lifting gas karena ada yang on use [digunakan untuk blok migas itu sendiri],” jelas dia. Meski demikian, disebutnya bahwa beberapa produsen mampu mereal- isasikan target produksi migasnya. Untuk minyak, beberapa diantaranya adalah Exxon Mobil Cepu Limited yang produksi minyaknya mencapai 220.118 bph dari target 220 ribu bph, CPI 182.350 bph dari target 170.763 bph, Pertamina Hulu Mahakam (PHM) 31.046 bph dari target 30.120 bph, dan Pertamina Hulu Energi ONWJ 29.004 bph dari target 28.800 bph. Demikian juga untuk penyaluran gas, beberapa produsen mampu me- lebihi targetnya seperti PHM yang mencapai lifting gas 610 mmscfd JAKARTA – Komisi VI DPR RI akan meminta Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) guna mengevaluasi regu- lasi sektoral yang menghambat kinerja BUMN energi. Hal ini dimaksudkan agar setiap regulasi yang diterbitkan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap dividen, penerimaan negara dari pajak serta pelaksan- aan tanggungjawab sosial kepada masyarakat. Demikian salah satu kesimpulan Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VI DPR dengan tiga BUMN Energi yaitu PT Pertamina (Persero) (Pertamina), PT Peru- sahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) dan PT Perusahaan Gas Ne- gara Tbk (PGN). RDP yang siarkan secara live melalui beberapa jalur media sosial seperti Twitter dan YouTube ini dilangsungkan secara online di Jakarta, Kamis (16/4). Dalam RDP itu, Komisi VI DPR secara khusus menyoroti regu- lasi yang baru diterbitkan oleh Ke- menterian ESDM yaitu Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 8 Tahun 2020 tentang Cara Pen- etapan Pengguna dan Harga Gas Bumi Tertentu di Bidang Industri. Berdasarkan beleid yang men- jadi turunan Perpres No. 40 tahun 2016 tersebut, harga jual gas bumi untuk industri tertentu ditetapkan sebesar USD6 per MMBTU di plant gate. "Dengan adanya pandemi cov- id-19, PGN, Pertamina dan PLN, terjadi bleeding. Ada shock terha- dap BUMN energi saat ini. Karena demand turun, stok berlebih. Dalam situasi seperti ini pemer- intah bergantung pada 3 BUMN ini. Tapi di sisi lain 3 BUMN ini juga terdampak terhadap Covid, nah kalau pemerintah memberi- kan penugasan, boleh ambil buahnya, tapi jangan sampai me- nebang pohonnya. Ya harus ada kompensasi dari negara supaya pohonnya tidak tumbang," ujar anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Herman Khaeron. Herman meminta Kementerian ESDM untuk mengambil kebijakan yang adil terhadap BUMN Energi terutama BUMN yang mendapat- kan penugasan dari pemerintah. Setiap penugasan harus didukung kebijakan yang melindungi kegia- tan usahanya BUMN tersebut. Menurut Herman, akibat wabah Covid-19 permintaan terhadap en- ergi oleh industri dipastikan akan menurun. Sementara bagi peru- sahaan energi memiliki kontrak dalam jangka panjang dimana akan berlaku aturan take or pay. Artinya gas yang sudah dibeli harus diba- yarkan, terlepas gas itu digunakan atau tidak. "Dalam situasi terjadi penurunan demand dan fluktuasi nilai tukar ru- piah terhadap USD seperti ini tentu akan semakin memberatkan bisnis BUMN energi. Menteri ESDM harus memberikan insentif yang terukur dan melindungi BUMN jika memberikan penugasan," tegas Herman. Oleh karena itu, dalam poin kesimpulan lainnya, Komisi VI akan tetap mendukung BUMN Gas Bumi ini dalam penerapan Perpres No. 40 tahun 2016. Di mana pelaksanaan beleid itu dilakukan melalui penyesuaian harga hulu, sehingga tetap menjaga keeko- nomian dan keberlanjutan usaha, aspek tata kelola dan kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku. Nyat Kadir dari Fraksi Partai NasDem juga mempertanyakan Keputusan Menteri ESDM yang tetap memaksakan penetapan harga gas industri tertentu sebesar US$ 6 per MMBTU. Menurutnya, dengan kondisi geografis Indone- sia, dimana sumber gas berada di Indonesia Timur dan pasarnya berada di Indonesia Barat, gas bumi tentu memiliki nilai keekonomian tertentu. "Apakah harga USD6 itu sudah masuk nilai keekonomiannya. Termasuk dari sisi pembangunan infrastruktur gas bumi mengingat kondisi geografis kita yang berpu- lau-pulau," ujar Nyat Kadir. Sementara Politisi Partai Ke- bangkitan Bangsa Mohammad Toha minta pemerintah segera menyampaikan insentif yang akan diberikan ke BUMN energi terkait setiap penugasan yang diberikan. "Kita semua ingin tahu apakah aturan ini akan merugikan PGN sebagai BUMN atau tidak. Karena itu pemerintah harus memberikan insentif untuk menjamin PGN mampu menjalankan peran dan fungsinya sesuai perundangan yang berlaku," jelasnya.(es) JAKARTA – PT Pertamina (Per- sero) memproyeksikan adanya pe- nurunan target pendapatan hingga 45% atau US$ 26,26 miliar pada tahun ini menyusul meluasnya pandemic Covid-19 secara global. Untuk itu, perseroan berencana memangkas anggaran investasi tahun ini sebesar US$ 1,79 miliar. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, adanya pan- demi Covid-19 berdampak pada indus- tri migas global, termasuk Pertamina. Pasalnya, pandemi ini menurunkan permintaan minyak global sebesar 3,59 juta barel per hari (bph), se- mentara pasokan minyak mentah dunia justru meningkat 1,59 juta bph. Kelebihan pasokan ini menyebabkan penurunan harga minyak Brent yang diproyeksikan terpangkas menjadi di level US$ 33,32 per barel. Tak hanya itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar terus melemah. “Jadi kami sampaikan bahwa Per- tamina dapatkan tiga hal yang ber- dampak besar terhadap kelangsungan bisnis tahun ini,” kata dia dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI secara virtual pada Kamis (16/4). Pihaknya telah melakukan analisa dampak pandemi Covid-19 ini ter- hadap target penurunan pendapatan perseroan tahun ini. Skenario pertama memperkirakan adanya potensi penu- runan pendapatan sebesar 38% dari Rencana Kerja dan Anggaran (RKAP) 2020 dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) US$ 38 per barel dan kurs Rp 17.500. “Untuk skenario sangat berat, kami menghitung ada potensi penurunan (pendapatan) 45% dari RKAP 2020,” tutur Nicke. Hitungan ini dengan asumsi ICP US$ 31 per barel dan kurs Rp 20.000. Berdasarkan data Pertamina, pada tahun ini, pendapatan perseroan di- targetkan mencapai US$ 58,33 miliar. Mengacu skenario pertama, pendapa- tan perseroan berpotensi turun US$ 22,17 miliar menjadi US$ 36,16 miliar. Sementara mengacu skenario kedua, potensi penurunan pendapatan lebih besar yakni mencapai US$ 26,25 miliar atau menjadi US$ 32,08 miliar. Dia menjelaskan, penurunan pen- dapatan ini dipengaruhi oleh kurs dan volume penjualan produk perseroan. Pihaknya mencatat, sejak 1 Maret lalu, penjualan rata-rata harian BBM turun signifikan, yakni 16,78% untuk bensin dan 8,38% untuk solar dibandingkan rata-rata harian di Januari dan Febru- ari lalu. Rincinya, penjualan rata-rata harian bensin pada Maret-April ini tercatat hanya 77,95 ribu kiloliter (KL) dari normalnya 93,66 ribu KL, semen- tara penjualan bensin hanya 37,84 ribu KL dari normalnya 41,31 ribu KL. “Ini situasi yang belum pernah terjadi. Jadi kalau dilihat, ini adalah sales terendah sepanjang sejarah Per- tamina. Tentu saja ini akan berdampak besar pada operasional kilang dan sisi keuangan pertamina,” jelas dia. Penurunan penjualan juga terjadi untuk pelanggan korporat. Menurut Nicke, penjualan rata- rata harian BBM in- dustri tercatat turun 3,18% menjadi 32,42 ribu KL dibanding- kan ratar-rata harian Januari dan Februari sebesar 33,48 ribu KL. Penjualan avtur ke industri penerbangan bahkan anjlok cukup besar, yakni menca- pai 45% menjadi 8,64 ribu KL dari rata-rata harian Januari dan Februari 15,7 ribu KL. Pangkas Capex Guna menjaga kes- ehatan keuangan di tengah pandemi Cov- id-19, Nicke menjelas- kan, perseroan akan mengurangi anggaran investasi dan operasi. Hal ini guna mencapai relaksasi arus kas pe- rusahaan. “Kami akan lakukan pemotongan capex (capital expendi- ture/belanja modal( sebesar 23% dan opex (operational expendi- ture /biaya operasi) 30%,” kata dia. Berdasarkan data Pertamina, pada 2020 ini, perseroan awalnya menetapkan anggaran investasi sebe- sar US$ 7,8 miliar. Jika dipotong 23%, maka anggaran investasi perseroan tahun ini akan berkurang US$ 1,79 miliar atau menjadi hanya US$ 6,01 miliar. Dia menjelaskan, pemangkasan anggaran investasi dilakukan dengan melakukan prioritasi investasi dan fokus kepada proyek yang cepat menghasilkan (quick win project). Sementara penurunan biaya operasi dilakukan dengan prioritasi program kerja dan penghematan biaya operasi di induk maupun anak usaha. Di bisnis hulu, Nicke mengakui, terdapat rencana eksplorasi yang terpaksa ditunda karena keadaan ini. Namun, pihaknya akan memaksimal- kan improved oil recovery (IOR) dan work over untuk memastikan produksi migas tercapai. Di sisi pengolahan, perseroan berencana menurunkan kapasitas operasi kilang. Di sisi lain, Pertamina menambah impor minyak mentah dan BBM lantaran harga internasional tengah anjlok. “Tetapi, kami tetap akan mengop- timalkan produksi migas dan men- jaga kelancaran pasokan BBM ke masyarakat karena itu merupakan tugas kami. Kami juga akan tetap melanjutkan proyek-proyek strategis,” tegas Nicke. Guna memastikan pasokan BBM ke masyarakat, tambahnya, Pertamina meningkatkan stok di SPBU untuk mengantisipasi jika terjadi gangguan pengiriman. Untuk itu, perseroan memberikan keringanan pembayaran bagi pemilik SPBU. Pada tahun ini, mengacu paparan Pertamina, perseroan sedianya me- nargetkan penjualan BBM nonsub- sidi sebanyak 52,9 juta kiloliter (KL). Sementara target penjualan BBM bersubsidi sebesar 25,8 juta KL yang terdiri dari Premium 10 juta KL, solar bersubsidi 15 juta KL, dan minyak tanah 600 ribu KL. Selanjutnya, pen- jualan LPG bersubsidi ditargetkan sebesar 7 juta metrik ton dan LPG nonsubsidi 14,2 juta KL. Untuk target produksi migas, Per- tamina menetapkan sebesar 923 ribu barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/boepd) dengan produksi minyak 323 ribu barel per hari (bph) dan gas 2.559 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd). (ayu) PHE Randugunting Percepat Produksi Suasana Sumur Randugunting-2 di Desa Krikilan, Kecamatan Sumber, Rembang, Jawa Tengah, baru-baru ini. PT Pertamina Hulu Energi (PHE) melalui anak usahanya, Pertamina Hulu Energi Randugunting (PHER) akan mempercepat produksi Sumur Randugunting-2 untuk mendukung terwujudnya program Ketahanan Energi Nasional, setelah beroperas- inya fasilitas produksi sumur gas yang dikerjakan bersama PT Patra Drilling Contractor (PDC) dalam waktu 1,5 bulan dari target pengerjaan 6 bulan. dari target 608 mmscfd, Eni Muara Bakau BV 542 mmscfd dari target 490 mmscfd, Premier Oil Indonesia 239 mmscfd dari target 215 mmscfd, dan Medco E&P Natuna 159 mmscfd dari target 158 mmscfd. Kaji Stimulus Dwi menambahkan, pandemi Cov- id-19 juga berdampak pada investasi dan penerimaan migas. Hingga akhir Maret lalu, realisasi investasi migas ter- catat baru US$ 2,78 miliar atau 21% dari target US$ 13,8 miliar. Sampai akhir tahun nanti, pihaknya memperkirakan realisasi investasi akan di bawah target lantaran rendahnya harga minyak. Sementara penerimaan migas awalnya ditetapkan sebesar US$ 32,09 miliar. Dengan harga minyak turun ke level US$ 38 per barel, pihaknya memperkirakan realisasi penerimaan migas sampai akhir tahun hanya akan mencapai US$ 19,95 miliar, di mana realisasi hingga Maret lalu tercatat sebesar US$ 6,39 miliar. “Kami akan efisiensi di biaya se- hingga diharapkan realisasi cost recovery (biaya investasi yang dapat dikembalikan) akan lebih rendah dibanding APBN,” tutur Dwi. Cost recovery dianggarkan sebesar US$ 10,02 miliar dalam APBN dan real- isasi hingga akhir tahun diperkirkan hanya US$ 9,11 miliar. Sementara itu, realisasi cost recovery sampai Maret lalu tercatat sebesar US$ 2,41 miliar. Untuk menaggulangi dampak Cov- id-19 dan rendahnya harga minyak, Dwi menyebut bahwa SKK Migas telah memiliki sejumlah stratgei. Salah satunya, pihaknya mengajuka usulan paket stimulus bagi perusahaan migas kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif. Pembahasan stimulus ini telah dilaku- kan Kamis 916/4) siang. “Menteri ESDM sangat mendukung agar keekonomian perusahaan migas bisa terjaga. Kami sudah analisa biaya- biyaa yang masuk empat besar, ini yang difokuskan dapat stimulus, ter- masuk penundaan penempatan dana ASR (abandon site restoration/dana pascatambang) di 2020 ini,” jelas dia. Selain itu, pihaknya akan berkoordi- nasi dengan perusahaan migas untuk mengkaji kembali rencana kerja 2020. Pihaknya juga akan melakukan com- prehensive assessment terkait opsi-opsi harga minyak untuk memperhitung- kan keekonomian lapangan migas. Upaya lainnya adalah evaluasi kem- bali penundaan unplanned shutdown, berkoordinasi dengan stakeholder terkait mobilisasi barang dan personel, serta meminta perusahaan migas menegosiasi ulang kontrak yang ada guna efisiensi biaya. “Saat ini sebagain besar perusahaan sudah berinisiatif melakukan efisiensi biaya, kemudian renegosiasi kontrak mulai dilekukan,” ujarnya. Beberapa kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan produksi migas juga sudah dibatalkan. Kemudian, dilakukan optimalisasi pemanfaatan asset, stok, dan inventori secara ber- sama-sama, serta Integrated Logistic Management. Merujuk kepada iklan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (“Perseroan”) pada tanggal 8 April 2020 mengenai Pengumuman Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan mempertimbangkan Surat Otoritas Jasa Keuangan No. S-92/d.04/2020 tanggal 18 Maret 2020 tentang Relaksasi Atas kewajiban Penyampaian Laporan dan Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham serta Peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta, dengan ini diberitahukan kepada para pemegang saham Perseroan bahwa: Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (“RUPS Tahunan”) Perseroan yang semula dijadwalkan akan diselenggarakan pada hari Jumat, tanggal 15 Mei 2020 ditunda sampai dengan waktu yang akan ditentukan kemudian, dengan tetap mempertimbangan perkembangan situasi dan kondisi yang ada. Demikian Pemberitahuan Penundaan RUPS Tahunan ini disampaikan untuk diketahui oleh para pemegang saham Perseroan. Jakarta, 17 April 2020 PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk Direksi PEMBERITAHUAN PENUNDAAN Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Nicke Widyawati ant

JUMAT 17 April 2020 9 ENERGY - Bakrie Sumatera Plantations Penundaan RU… · menimbulkan dampak negatif terhadap dividen, penerimaan negara dari pajak serta pelaksan-aan tanggungjawab

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JUMAT 17 April 2020 9 ENERGY - Bakrie Sumatera Plantations Penundaan RU… · menimbulkan dampak negatif terhadap dividen, penerimaan negara dari pajak serta pelaksan-aan tanggungjawab

Oleh Retno Ayuningtyas

JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegia-tan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan produksi minyak siap jual (lifting) nasional hingga akhir tahun hanya akan mencapai 725 ribu barel per hari (bph) dari target 735 ribu bph. Pasalnya, pandemi ini berdampak pada operasi dan penyelesaian proyek migas.

JUMAT 17 April 2020

9 ENERGY

ist

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, kondisi di mana harga minyak yang sudah rendah diperparah dengan adanya penurunan konsumsi minyak sebagai dampak Covid-19 dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Adanya pandemi mem-pengaruhi kegiatan operasi di industri migas. Sementara harga minyak yang rendah berdampak pada tingkat kee-konomian proyek-proyek migas.

“Sehingga salah satu dampaknya adalah outlook produksi 2020, meski sudah dengan usaha semaksimal mungkin, outlook minyak jadi 725 ribu bph dan gas 5.727 mmscfd (million standard cubic feet per day/juta kaki kubik per hari),” kata dia dalam jumpa pers secara daring, Kamis (16/4). Proyeksi lifting minyak lebih rendah 4% dari target APBN 755 ribu bph, sementara proyeksi lifting gas 14,13 % dari target 6.670 mmscfd.

Menurut dia, sejumlah kegiatan operasional terunda lantaran pan-demi Covid-19. Pertama, penundaan rencana penghentian operasi teren-cana (planned shutdown) di Lapangan Banyu Urip dan Tangguh. Selanjutnya, tertundanya kegiatan program kerja ulang dan perawatan sumur di blok migas yang dikelola PT Chevron Pacific Indonesia, Petrochina, dan PT Pertamina Hulu Energi OSES, serta kegiata P&A sumur di blok migas Conoco Philips.

Selain itu, ada juga penundaan pengeboran, kerja ulang, dan perawa-tan sumur di wilayah kerja EMP Ma-lacca Strait, Mont’dor Tungkal, Medco Rimau, Natuna & South Sumatera,

Camar Resources, dan Petrochina. Pandemi Covid-19 juga menyebabkan pengoperasian Blok Merake berpo-tensi mundur ke 2021 dari awalnya di akhir tahun ini.

Dwi menambahkan, realisasi lift-ing migas kuartal pertama lalu juga telah terdampak pandemi ini. Lifting minyak hingga akhir Maret lalu tercatat sebesar 701,6 ribu bph atau 92,9% dari target APBN 735 ribu bph. Sementara realisasi lifting gas yakni sebesar 5.866 MMscfd atau 87,9% dari target 6.670 mmscfd. Sehingga total lifting migas sebesar 1,75 juta barel setara minyak (barrel oil equivalent per day/boepd) atau 90,4% dari target 1,95 juta boepd.

“Lifting minyak di akhir Maret ada kendala loading maupun pengecekan lifting dengan adanya pembatasan-pembatasan dan work from home. Sementara lifting gas karena ada yang on use [digunakan untuk blok migas itu sendiri],” jelas dia.

Meski demikian, disebutnya bahwa beberapa produsen mampu mereal-isasikan target produksi migasnya. Untuk minyak, beberapa diantaranya adalah Exxon Mobil Cepu Limited yang produksi minyaknya mencapai 220.118 bph dari target 220 ribu bph, CPI 182.350 bph dari target 170.763 bph, Pertamina Hulu Mahakam (PHM) 31.046 bph dari target 30.120 bph, dan Pertamina Hulu Energi ONWJ 29.004 bph dari target 28.800 bph.

Demikian juga untuk penyaluran gas, beberapa produsen mampu me-lebihi targetnya seperti PHM yang mencapai lifting gas 610 mmscfd

JAKARTA – Komisi VI DPR RI akan meminta Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) guna mengevaluasi regu-lasi sektoral yang menghambat kinerja BUMN energi.

Hal ini dimaksudkan agar setiap regulasi yang diterbitkan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap dividen, penerimaan negara dari pajak serta pelaksan-aan tanggungjawab sosial kepada masyarakat.

Demikian salah satu kesimpulan Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VI DPR dengan tiga BUMN Energi yaitu PT Pertamina (Persero) (Pertamina), PT Peru-sahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) dan PT Perusahaan Gas Ne-gara Tbk (PGN). RDP yang siarkan secara live melalui beberapa jalur media sosial seperti Twitter dan YouTube ini dilangsungkan secara online di Jakarta, Kamis (16/4).

Dalam RDP itu, Komisi VI DPR secara khusus menyoroti regu-lasi yang baru diterbitkan oleh Ke-menterian ESDM yaitu Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 8 Tahun 2020 tentang Cara Pen-etapan Pengguna dan Harga Gas Bumi Tertentu di Bidang Industri. Berdasarkan beleid yang men-jadi turunan Perpres No. 40 tahun 2016 tersebut, harga jual gas bumi untuk industri tertentu ditetapkan sebesar USD6 per MMBTU di plant gate.

"Dengan adanya pandemi cov-id-19, PGN, Pertamina dan PLN, terjadi bleeding. Ada shock terha-dap BUMN energi saat ini. Karena demand turun, stok berlebih. Dalam situasi seperti ini pemer-intah bergantung pada 3 BUMN ini. Tapi di sisi lain 3 BUMN ini juga terdampak terhadap Covid, nah kalau pemerintah memberi-kan penugasan, boleh ambil buahnya, tapi jangan sampai me-nebang pohonnya. Ya harus ada kompensasi dari negara supaya pohonnya tidak tumbang," ujar anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Herman Khaeron.

Herman meminta Kementerian ESDM untuk mengambil kebijakan yang adil terhadap BUMN Energi terutama BUMN yang mendapat-kan penugasan dari pemerintah. Setiap penugasan harus didukung

kebijakan yang melindungi kegia-tan usahanya BUMN tersebut.

Menurut Herman, akibat wabah Covid-19 permintaan terhadap en-ergi oleh industri dipastikan akan menurun. Sementara bagi peru-sahaan energi memiliki kontrak dalam jangka panjang dimana akan berlaku aturan take or pay. Artinya gas yang sudah dibeli harus diba-yarkan, terlepas gas itu digunakan atau tidak.

"Dalam situasi terjadi penurunan demand dan fluktuasi nilai tukar ru-piah terhadap USD seperti ini tentu akan semakin memberatkan bisnis BUMN energi. Menteri ESDM harus memberikan insentif yang terukur dan melindungi BUMN jika memberikan penugasan," tegas Herman.

Oleh karena itu, dalam poin kesimpulan lainnya, Komisi VI akan tetap mendukung BUMN Gas Bumi ini dalam penerapan Perpres No. 40 tahun 2016. Di mana pelaksanaan beleid itu dilakukan melalui penyesuaian harga hulu, sehingga tetap menjaga keeko-nomian dan keberlanjutan usaha, aspek tata kelola dan kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku.

Nyat Kadir dari Fraksi Partai NasDem juga mempertanyakan Keputusan Menteri ESDM yang tetap memaksakan penetapan harga gas industri tertentu sebesar US$ 6 per MMBTU. Menurutnya, dengan kondisi geografis Indone-sia, dimana sumber gas berada di Indonesia Timur dan pasarnya berada di Indonesia Barat, gas bumi tentu memiliki nilai keekonomian tertentu.

"Apakah harga USD6 itu sudah masuk nilai keekonomiannya. Termasuk dari sisi pembangunan infrastruktur gas bumi mengingat kondisi geografis kita yang berpu-lau-pulau," ujar Nyat Kadir.

Sementara Politisi Partai Ke-bangkitan Bangsa Mohammad Toha minta pemerintah segera menyampaikan insentif yang akan diberikan ke BUMN energi terkait setiap penugasan yang diberikan.

"Kita semua ingin tahu apakah aturan ini akan merugikan PGN sebagai BUMN atau tidak. Karena itu pemerintah harus memberikan insentif untuk menjamin PGN mampu menjalankan peran dan fungsinya sesuai perundangan yang berlaku," jelasnya.(es)

JAKARTA – PT Pertamina (Per-sero) memproyeksikan adanya pe-nurunan target pendapatan hingga 45% atau US$ 26,26 miliar pada tahun ini menyusul meluasnya pandemic Covid-19 secara global. Untuk itu, perseroan berencana memangkas anggaran investasi tahun ini sebesar US$ 1,79 miliar.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, adanya pan-demi Covid-19 berdampak pada indus-tri migas global, termasuk Pertamina. Pasalnya, pandemi ini menurunkan permintaan minyak global sebesar 3,59 juta barel per hari (bph), se-mentara pasokan minyak mentah dunia justru meningkat 1,59 juta bph. Kelebihan pasokan ini menyebabkan penurunan harga minyak Brent yang diproyeksikan terpangkas menjadi di level US$ 33,32 per barel. Tak hanya itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar terus melemah.

“Jadi kami sampaikan bahwa Per-tamina dapatkan tiga hal yang ber-dampak besar terhadap kelangsungan bisnis tahun ini,” kata dia dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI secara virtual pada Kamis (16/4).

Pihaknya telah melakukan analisa dampak pandemi Covid-19 ini ter-hadap target penurunan pendapatan perseroan tahun ini. Skenario pertama memperkirakan adanya potensi penu-runan pendapatan sebesar 38% dari Rencana Kerja dan Anggaran (RKAP) 2020 dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) US$ 38 per barel dan kurs Rp 17.500.

“Untuk skenario sangat berat, kami menghitung ada potensi penurunan (pendapatan) 45% dari RKAP 2020,” tutur Nicke. Hitungan ini dengan asumsi ICP US$ 31 per barel dan kurs Rp 20.000.

Berdasarkan data Pertamina, pada tahun ini, pendapatan perseroan di-targetkan mencapai US$ 58,33 miliar. Mengacu skenario pertama, pendapa-tan perseroan berpotensi turun US$ 22,17 miliar menjadi US$ 36,16 miliar. Sementara mengacu skenario kedua, potensi penurunan pendapatan lebih besar yakni mencapai US$ 26,25 miliar atau menjadi US$ 32,08 miliar.

Dia menjelaskan, penurunan pen-dapatan ini dipengaruhi oleh kurs dan volume penjualan produk perseroan. Pihaknya mencatat, sejak 1 Maret lalu, penjualan rata-rata harian BBM turun signifikan, yakni 16,78% untuk bensin dan 8,38% untuk solar dibandingkan rata-rata harian di Januari dan Febru-ari lalu. Rincinya, penjualan rata-rata harian bensin pada Maret-April ini

tercatat hanya 77,95 ribu kiloliter (KL) dari normalnya 93,66 ribu KL, semen-tara penjualan bensin hanya 37,84 ribu KL dari normalnya 41,31 ribu KL.

“Ini situasi yang belum pernah terjadi. Jadi kalau dilihat, ini adalah sales terendah sepanjang sejarah Per-tamina. Tentu saja ini akan berdampak besar pada operasional kilang dan sisi keuangan pertamina,” jelas dia.

Penurunan penjualan juga terjadi untuk pelanggan korporat. Menurut Nicke, penjualan rata-rata harian BBM in-dustri tercatat turun 3,18% menjadi 32,42 ribu KL dibanding-kan ratar-rata harian Januari dan Februari sebesar 33,48 ribu KL. Penjualan avtur ke industri penerbangan bahkan anjlok cukup besar, yakni menca-pai 45% menjadi 8,64 ribu KL dari rata-rata harian Januari dan Februari 15,7 ribu KL.

Pangkas CapexGuna menjaga kes-

ehatan keuangan di tengah pandemi Cov-id-19, Nicke menjelas-kan, perseroan akan mengurangi anggaran investasi dan operasi. Hal ini guna mencapai relaksasi arus kas pe-rusahaan. “Kami akan lakukan pemotongan capex (capital expendi-ture/belanja modal( sebesar 23% dan opex (operational expendi-ture/biaya operasi) 30%,” kata dia.

Berdasarkan data Pertamina, pada 2020 ini, perseroan awalnya

menetapkan anggaran investasi sebe-sar US$ 7,8 miliar. Jika di potong 23%, maka ang garan investasi per seroan tahun ini akan berkurang US$ 1,79 miliar atau menjadi hanya US$ 6,01 miliar.

Dia menjelaskan, pemangkasan ang gar an investasi di la kukan dengan mela kukan prioritasi investasi dan fokus kepada proyek yang cepat mengha silkan (quick win project). Sementara penurunan biaya operasi dilakukan dengan prioritasi program kerja dan penghematan biaya operasi di induk maupun anak usaha.

Di bisnis hulu, Nic ke mengakui, terdapat rencana eksplorasi yang terpaksa ditunda karena keadaan ini. Namun, pihaknya akan memaksimal-kan improved oil recovery (IOR) dan work over untuk memastikan produksi migas tercapai. Di sisi pengolahan, perseroan berencana menurunkan kapasitas operasi kilang. Di sisi lain, Pertamina menambah impor minyak mentah dan BBM lantaran harga internasional tengah anjlok.

“Tetapi, kami tetap akan mengop-timalkan produksi migas dan men-jaga kelancaran pasokan BBM ke

masyarakat karena itu merupakan tugas kami. Kami juga akan tetap melanjutkan proyek-proyek strategis,” tegas Nicke.

Guna memastikan pasokan BBM ke masyarakat, tambahnya, Pertamina meningkatkan stok di SPBU untuk mengantisipasi jika terjadi gangguan pengiriman. Untuk itu, perseroan memberikan keringanan pembayaran bagi pemilik SPBU.

Pada tahun ini, mengacu paparan Pertamina, perseroan sedianya me-nargetkan penjualan BBM nonsub-sidi sebanyak 52,9 juta kiloliter (KL). Sementara target penjualan BBM bersubsidi sebesar 25,8 juta KL yang terdiri dari Premium 10 juta KL, solar bersubsidi 15 juta KL, dan minyak tanah 600 ribu KL. Selanjutnya, pen-jualan LPG bersubsidi ditargetkan sebesar 7 juta metrik ton dan LPG nonsubsidi 14,2 juta KL.

Untuk target produksi migas, Per-tamina menetapkan sebesar 923 ribu barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/boepd) dengan produksi minyak 323 ribu barel per hari (bph) dan gas 2.559 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd). (ayu)

PHE Randugunting Percepat Produksi Suasana Sumur Randugunting-2 di Desa Krikilan, Kecamatan Sumber, Rembang, Jawa Tengah, baru-baru ini. PT Pertamina Hulu Energi (PHE) melalui anak usahanya, Pertamina Hulu Energi Randugunting (PHER) akan mempercepat produksi Sumur Randugunting-2 untuk mendukung terwujudnya program Ketahanan Energi Nasional, setelah beroperas-inya fasilitas produksi sumur gas yang dikerjakan bersama PT Patra Drilling Contractor (PDC) dalam waktu 1,5 bulan dari target pengerjaan 6 bulan.

dari target 608 mmscfd, Eni Muara Bakau BV 542 mmscfd dari target 490 mmscfd, Premier Oil Indonesia 239 mmscfd dari target 215 mmscfd, dan Medco E&P Natuna 159 mmscfd dari target 158 mmscfd.

Kaji StimulusDwi menambahkan, pandemi Cov-

id-19 juga berdampak pada investasi dan penerimaan migas. Hingga akhir Maret lalu, realisasi investasi migas ter-catat baru US$ 2,78 miliar atau 21% dari target US$ 13,8 miliar. Sampai akhir tahun nanti, pihaknya memperkirakan realisasi investasi akan di bawah target lantaran rendahnya harga minyak.

Sementara penerimaan migas awalnya ditetapkan sebesar US$ 32,09 miliar. Dengan harga minyak turun

ke level US$ 38 per barel, pihaknya memperkirakan realisasi penerimaan migas sampai akhir tahun hanya akan mencapai US$ 19,95 miliar, di mana realisasi hingga Maret lalu tercatat sebesar US$ 6,39 miliar.

“Kami akan efisiensi di biaya se-hingga diharapkan realisasi cost recovery (biaya investasi yang dapat dikembalikan) akan lebih rendah dibanding APBN,” tutur Dwi. Cost recovery dianggarkan sebesar US$ 10,02 miliar dalam APBN dan real-isasi hingga akhir tahun diperkirkan hanya US$ 9,11 miliar. Sementara itu, realisasi cost recovery sampai Maret lalu tercatat sebesar US$ 2,41 miliar.

Untuk menaggulangi dampak Cov-id-19 dan rendahnya harga minyak, Dwi menyebut bahwa SKK Migas

telah memiliki sejumlah stratgei. Salah satunya, pihaknya mengajuka usulan paket stimulus bagi perusahaan migas kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif. Pembahasan stimulus ini telah dilaku-kan Kamis 916/4) siang.

“Menteri ESDM sangat mendukung agar keekonomian perusahaan migas bisa terjaga. Kami sudah analisa biaya-biyaa yang masuk empat besar, ini yang difokuskan dapat stimulus, ter-masuk penundaan penempatan dana ASR (abandon site restoration/dana pascatambang) di 2020 ini,” jelas dia.

Selain itu, pihaknya akan berkoordi-nasi dengan perusahaan migas untuk mengkaji kembali rencana kerja 2020. Pihaknya juga akan melakukan com-prehensive assessment terkait opsi-opsi

harga minyak untuk memperhitung-kan keekonomian lapangan migas. Upaya lainnya adalah evaluasi kem-bali penundaan unplanned shutdown, berkoordinasi dengan stakeholder terkait mobilisasi barang dan personel, ser ta meminta perusahaan migas menegosiasi ulang kontrak yang ada guna efisiensi biaya.

“Saat ini sebagain besar perusahaan sudah berinisiatif melakukan efisiensi biaya, kemudian renegosiasi kontrak mulai dilekukan,” ujarnya. Beberapa kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan produksi migas juga sudah dibatalkan. Kemudian, dilakukan optimalisasi pemanfaatan asset, stok, dan inventori secara ber-sama-sama, serta Integrated Logistic Management.

Ukuran : 3 kolom x 120 mm Media : Investor DailyTgl. Muat : 17 April 2020File : D15

Merujuk kepada iklan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (“Perseroan”) pada tanggal 8 April 2020 mengenai Pengumuman Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan mempertimbangkan Surat Otoritas Jasa Keuangan No. S-92/d.04/2020 tanggal 18 Maret 2020 tentang Relaksasi Atas kewajiban Penyampaian Laporan dan Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham serta Peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta, dengan ini diberitahukan kepada para pemegang saham Perseroan bahwa:

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (“RUPS Tahunan”) Perseroan yang semula dijadwalkan akan diselenggarakan pada hari Jumat, tanggal 15 Mei 2020 ditunda sampai dengan waktu yang akan ditentukan kemudian, dengan tetap mempertimbangan perkembangan situasi dan kondisi yang ada.

Demikian Pemberitahuan Penundaan RUPS Tahunan ini disampaikan untuk diketahui oleh para pemegang saham Perseroan.

Jakarta, 17 April 2020PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk

Direksi

PEMBERITAHUAN PENUNDAAN Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan

Nicke Widyawati

ant