1
18 JUMAT, 4 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA E KONOMI NASIONAL U NTUK memulai sebuah usaha atau berwirausaha, tidak cukup hanya meng- andalkan kemauan yang ditun- jung keahlian. Dukungan modal baik untuk mengawali atau mengembangkan usaha mutlak diperlukan. Apalagi ketika per- saingan usaha mulai memanas dengan kehadiran pemain-pe- main besar dan asing. Sayangnya, bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan me- nengah (UMKM), permodalan masih menjadi barang mewah yang sulit digapai. Menurut Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, UMKM masih dihadapkan pada ting- ginya bunga pinjaman bank. Akibatnya sektor ini tidak bisa berkembang akibat daya saing- nya yang rendah. “Perbankan sebagai salah satu sumber permodalan seha- rusnya memberikan pinjaman berbunga rendah agar UMKM dapat mengembangkan usa- hanya,” tegas Ketua Kadin bidang UMKM Elias L Tobing di Jakarta, kemarin. Jika kondisi itu terus terjadi dan tidak ada upaya serius dari pemerintah, nasib UMKM tetap akan suram. Meskipun peme- rintah sudah menggulirkan program kredit usaha rakyat (KUR), bunga yang diberikan masih terlalu tinggi. “Bunga KUR berkisar 14%- 16% per tahun, padahal di luar negeri seperti China hanya 3% per tahun. Wajar saja UMKM di China mampu berkembang pe- sat dan produknya membanjiri pasar domestik dengan harga murah.” Elias mengingatkan, UMKM dihadapkan pada persoalan minimnya keterampilan, teknologi, dan akses pemasa- ran. Akibatnya mereka bisa semakin terpuruk tanpa pen- dampingan serta dukungan pe- merintah. Salah satunya akses pada pembiayaan murah. “Kami minta pemerintah menekan perbankan untuk me- nyalurkan kredit dengan bunga rendah dan tidak mewajibkan adanya jaminan. Lebih bagus lagi jika bank memberikan bunga 3% bagi UMKM seperti di luar negeri,” tegas Elias. Pada kesempatan terpisah, Presiden Susilo Bambang Yu- dhoyono dalam pidato peng- arahannya saat membuka Gera- kan Kewirausahaan Nasional di Jakarta, Rabu (2/1), meng- ungkapkan, pemerintah akan terus mendorong penyaluran KUR. Berdasarkan data Ke- menterian Koperasi dan UKM, realisasi KUR tahun lalu men- capai Rp14 triliun (lihat gras). Hal itu merupakan salah satu upaya pemerintah menggenjot pertumbuhan UMKM dan wirausaha. Kunci ekonomi Meski dihadapkan pada ber- bagai kendala, pengembangan wirausaha merupakan kunci untuk meningkatkan perekono- mian. Hal itu diakui presiden. Menurutnya, potensi pengem- bangan kewirausahaan juga masih besar. Itu ditunjang sumber daya manusia yang be- sar dengan jumlah penduduk produktif yang tinggi. “Kalau kita jujur, ekonomi di seluruh Indonesia baik dari sisi pertanian, industri, dan jasa masih sangat bisa dikembang- kan. Ini peluang bagi wirau- saha,” ujar Presiden. Presiden mengakui lapangan kerja di pemerintahan sangat terbatas. Jumlah pegawai ne- geri saat ini 7,66 juta orang yang terdiri atas pegawai sipil 4,7 juta, pengajar 2 jutaan, militer 460 ribuan, dan kepolisian 400 ribuan. Sehingga, ia mengajak masyarakat berwirausaha. Dengan pernyataan tersebut, dukungan kepada wirausaha, khususnya UMKM, semestinya bukan hanya wacana. Sehingga persoalan klasik UMKM, yakni akses pembiayaan dan pasar, bisa diselesaikan. Persoalan ini tidak bisa ditawar lagi, pengem- bangan wirausaha dan UMKM merupakan solusi mengentas- kan masyarakat dari kemiskin- an dan pengangguran. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2010, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,32 juta atau 7,14% dari total penduduk sebanyak 237,8 juta orang. Adapun ang- katan kerja di Indonesia 116,5 juta dengan kesempatan kerja 108,2 juta sehingga angka peng- angguran sebesar 8,32 juta orang. (Mad/E-5) [email protected] Mahalnya Jadi Wirausaha Meskipun pemerintah sudah menggulirkan program KUR, bunga yang diberikan masih terlalu tinggi. JAJANG SUMANTRI ANTARA/JESSICA WUYSANG Tata Niaga Gula Mendesak Direvisi Telekomunikasi Dominasi Belanja Iklan 2010 BNPP dan Kadin Giatkan Ekonomi Perbatasan BELANJA iklan di Indonesia sepanjang 2010 naik 23% de- ngan perolehan hampir men- capai Rp60 triliun. Kenaikan tertinggi dalam lima tahun terakhir tersebut disokong dua event olahraga besar yang di- adakan tahun lalu, yakni Piala Dunia 2010 dan Piala Suzuki AFF 2010. “Keduanya menciptakan sentimen positif. Akibatnya pengiklan lebih bersedia pasang iklan karena yakin konsumen akan belanja,” papar Managing Director Nielsen Audience Measurement Irawati Pratignyo saat menjelaskan ha- sil survei The Nielsen Company di Jakarta, Selasa (1/2). Untuk survei gross rate card (tidak mengalkulasi diskon, promo, dan lain-lain) terhadap 24 stasiun televisi, 95 surat kabar, serta 163 majalah dan tabloid, televisi memimpin dengan pangsa pasar lebih dari 60%, diikuti surat kabar 34%, kemudian majalah dan tabloid 3%. Belanja iklan di televisi pada 2010 naik 26%. Begitu pula belanja iklan di surat kabar me- ningkat 19%. Namun, kenaikan iklan di surat kabar ini lebih lambat jika dibandingkan de- ngan 2009 lalu yang mencapai 23%. “Ini karena berkurangnya aktivitas-aktivitas politik,” im- buh Irawati. Dari sisi sektor usaha pengiklan, perusahaan-peru- sahaan telekomunikasi tercatat sebagai para pembelanja terbe- sar dalam belanja iklan 2010. Angkanya, menurut Irawati, mencapai Rp5,55 triliun, naik 43% dari belanja mereka tahun sebelumnya. “Tujuh dari sepuluh pengiklan terbanyak di semua media adalah penyedia teleko- munikasi. Bahkan enam besar para pembelanja iklan terbesar ditempati mereka,” jelasnya. Excelcomindo XL (sekarang XL Axiata) memimpin de- ngan Rp593 miliar. Berikutnya Telkomsel (semua kartu) de- ngan Rp538 miliar, Telkomsel Simpati sebesar Rp438 miliar, dan Telkomsel Kartu As de- ngan Rp398 miliar. Di peringkat kelima ada Axis dengan Rp396 miliar dan kelima Indosat IM3 sebesar 320 miliar. Sektor telekomunikasi ini juga mendominasi iklan di televisi dengan belanja sebesar Rp3,631 triliun. Adapun untuk segmen koran, belanja iklan telekomunikasi sebesar Rp1,77 triliun hanya di peringkat ke- dua setelah politik. Di 10 besar para pembelanja iklan di koran, hanya ada tiga perusahaan telekomunikasi yaitu Telkomsel (semua kartu), XL Axi- ata, dan Telkomsel Simpati. Di segmen ini, kandidat-kandidat pemimpin pemerintahan lokal (daerah) menjadi pembelanja iklan terbanyak dengan mengha- biskan Rp268 miliar. (*/E-2) KEBIJAKAN tata niaga gula sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kondisi pergu- laan nasional saat ini. Karena itu perlu dilakukan penyesuai- an secara komprehensif, ter- masuk merevisi Surat Keputus- an Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag) No 527/2004 untuk mem- perkuat Perum Bulog sebagai penyangga (buffer stock) gula nasional. Demikian benang merah pendapat Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Mohammad Maksum, Ketua Forum Industri Peng- guna Gula (FIPG) Suroso Na- takusuma, dan pelaku bisnis gula Yayat Priyatna dalam diskusi tentang industri gula nasional di Jakarta, kemarin. Seperti diketahui selama 2010 harga gula beruktuasi luar bi- asa dan tidak terkendali. Untuk itu, Suroso menyatakan revisi SK ini penting sebagai tindak lanjut dari rekomendasi Panitia Kerja (Panja) Swasembada Gula DPR yang meminta pemerintah menjadikan Bulog sebagai lem- baga stabilisator gula. Selama ini, kata dia, kebi- jakan pergulaan nasional yang diatur dalam SK No 527/2004 itu hanya diarahkan untuk melindungi petani dan pabrik gula. Kepentingan konsumen diabaikan sehingga mereka harus menanggung gejolak kenaikan harga gula. Hampir senada, Muham- mad Maksum mengatakan tata niaga gula secara global semakin dinamis, terutama menghadapi perubahan iklim, membengkaknya permintaan, dan konik peruntukan hasil pertanian untuk pangan, pa- kan, dan energi. Karena itu, menurutnya, tata niaga na- sional yang dirumuskan pada 2004 memang perlu ditinjau kembali. “Tapi sama sekali bukan di- maksudkan untuk melegalisasi importasi dan kolonialisasi de- ngan masuknya gula ranasi ke pasar umum,” ujar Maksum. Sebab, lanjut dia, masuknya gula ranasi bisa membunuh potensi ekonomi gula kristal putih domestik dan mengebiri hak ekonomi petani miskin karena harga gulanya merosot. Jatuhnya harga akan makin menurunkan kesejahteraan petani sekaligus merusak se- mangat bertani. (Faw/E-2) BADAN Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) dan Ka- mar Dagang dan Industri (Ka- din) siap mengembangkan perekonomian daerah-daerah perbatasan di 111 kecamat- an, 38 kabupaten, dan 12 provinsi. Hal tersebut sebagai tidak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman antara BNPP dan Kadin yang dilakukan Menteri Dalam Negeri yang juga Kepala BNPP Gamawan Fauzi dan Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto di Ja- karta, Rabu (2/2). Deputi Pengelolaan Potensi Kawasan Perbatasan BNPP Agung Mulyana menyatakan tim khusus untuk menangani program tersebut telah terben- tuk. Tim akan berangkat ke Ka- limantan Barat (Kalbar) sebagai salah satu provinsi sasaran pada Kamis pekan depan (10/2). “Kami langsung bergerak dan langkah pertama ke Ka- limantan Barat. Tujuan akhir- nya adalah meningkatkan ke- sejahteraan rakyat di daerah perbatasan,” tuturnya. Menurut Agung, tim masih harus mengidentifikasi hal- hal yang harus diperhatikan di daerah sasaran sebelum mengembangkan perekonomi- annya. Keseluruhan program diproyeksikan menelan dana Rp464 miliar. Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Koordinator Wilayah Tengah Endang Kesumayadi menambahkan Kadin akan membantu dengan sumber daya yang dimiliki. “Ada banyak pelaku dunia usaha di Kadin. Jadi, Kadin lebih tahu tentang usaha mikro, kecil, menengah, dan bahkan besar yang bisa dilakukan di daerah perbatasan. Kadin siap memberi saran terkait sek- tor kehutanan, perkebunan, maupun pertambangan,” pa- parnya. Penandatanganan nota ke- sepahaman antara BNPP dan Kadin mencakup lima hal. Per- tama, identikasi dan pemetaan potensi daerah perbatasan. Kedua, kajian pengembangan potensi bisnis. Ketiga, pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam (SDA). Keempat, peng- kajian dan penerapan e-go- vernment untuk perizinan. Kelima, peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Agung juga menyebut bahwa tim khusus yang te- lah dibentuk akan mengkaji kegiatan kriminal di daerah perbatasan. Pasalnya, krimi- nalitas sangat mungkin meng- hambat upaya pengembangan perekonomian daerah yang bersangkutan. “Kriminalitas juga dikaji. Banyak kegiatan kriminal di perbatasan seperti perdagang- an manusia. Itu harus dibe- rantas,” tandasnya. (*/E-1) KE su pe la itu an m an Pe N pe pe na pe Pe M Ke gu ta gu di na ha as itu SK lan Ke DP m ba jak Banyak kegiatan kriminal di perbatasan seperti perdagangan manusia. Itu harus diberantas.” Agung Mulyana Deputi Pengelolaan Potensi Kawasan Perbatasan BNPP BA Pe m di pe pe an pr lan no da M ju Fa Su ka Ka Ag tim pr tu lim sa Ka da lim ny se pe BELANJA IKLAN: Pekerja memasang lampu pada papan iklan telekomunikasi di Pontianak, Kalimantan Barat, beberapa waktu lalu. Belanja iklan di Indonesia sepanjang 2010 naik 23% dengan perolehan hampir mencapai Rp60 triliun. MI/ROMMY PUJIANTO TATA NIAGA GULA: Pedagang menimbang gula di Pasar Jatinegara, Jakarta Pusat, Selasa (18/1). Pemerintah perlu mengubah tata niaga gula karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan kondisi pergulaan nasional saat ini.

JUMAT, 4 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA ... - … · nyalurkan kredit dengan bunga rendah dan tidak mewajibkan adanya jaminan. Lebih bagus ... BELANJA iklan di Indonesia sepanjang

Embed Size (px)

Citation preview

18 JUMAT, 4 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIAEKONOMI NASIONAL

UN T U K m e m u l a i sebuah usaha atau berwirausaha, tidak cukup hanya meng-

andalkan kemauan yang ditun-jung keahlian. Dukungan modal baik untuk mengawali atau mengembangkan usaha mutlak diperlukan. Apalagi ketika per-saingan usaha mulai memanas dengan kehadiran pemain-pe-main besar dan asing.

Sayangnya, bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan me-nengah (UMKM), permodalan masih menjadi barang mewah yang sulit digapai. Menurut Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, UMKM masih di hadapkan pada ting-ginya bunga pinjaman bank. Akibatnya sektor ini tidak bisa berkembang akibat daya saing-nya yang rendah.

“Perbankan sebagai salah satu sumber permodalan seha-rusnya memberikan pinjaman berbunga rendah agar UMKM dapat mengembangkan usa-hanya,” tegas Ketua Kadin bidang UMKM Elias L Tobing di Jakarta, kemarin.

Jika kondisi itu terus terjadi dan tidak ada upaya serius dari pemerintah, nasib UMKM tetap akan suram. Meskipun peme-rintah sudah menggulirkan program kredit usaha rakyat (KUR), bunga yang diberikan masih terlalu tinggi.

“Bunga KUR berkisar 14%-16% per tahun, padahal di luar negeri seperti China hanya 3% per tahun. Wajar saja UMKM di China mampu berkembang pe-sat dan produknya membanjiri pasar domestik dengan harga murah.”

Elias mengingatkan, UMKM dihadapkan pada persoalan minimnya keterampilan, teknologi, dan akses pemasa-ran. Akibatnya mereka bisa semakin terpuruk tanpa pen-dampingan serta dukungan pe-merintah. Salah satunya akses pada pembiayaan murah.

“Kami minta pemerintah menekan perbankan untuk me-nyalurkan kredit dengan bunga rendah dan tidak mewajibkan adanya jaminan. Lebih bagus lagi jika bank memberikan bunga 3% bagi UMKM seperti di luar negeri,” tegas Elias.

Pada kesempatan terpisah,

Presiden Susilo Bambang Yu-dhoyono dalam pidato peng-arahannya saat membuka Gera-kan Kewirausahaan Nasional di Jakarta, Rabu (2/1), meng-ungkapkan, pemerintah akan terus mendorong penyaluran KUR. Berdasarkan data Ke-menterian Koperasi dan UKM, realisasi KUR tahun lalu men-capai Rp14 triliun (lihat grafi s). Hal itu merupakan salah satu upaya pemerintah menggenjot pertumbuhan UMKM dan wirausaha.

Kunci ekonomiMeski dihadapkan pada ber-

bagai kendala, pengembang an wirausaha merupakan kunci untuk meningkatkan perekono-mian. Hal itu diakui presiden. Menurutnya, potensi pengem-bangan kewirausahaan juga masih besar. Itu ditunjang sumber daya manusia yang be-sar dengan jumlah penduduk produktif yang tinggi.

“Kalau kita jujur, ekonomi di seluruh Indonesia baik dari sisi pertanian, industri, dan jasa masih sangat bisa dikembang-kan. Ini peluang bagi wirau-saha,” ujar Presiden.

Presiden mengakui lapangan kerja di pemerintahan sangat terbatas. Jumlah pegawai ne-geri saat ini 7,66 juta orang yang terdiri atas pegawai sipil 4,7 juta, pengajar 2 jutaan, militer 460 ribuan, dan kepolisian 400 ribuan. Sehingga, ia mengajak masyarakat berwirausaha.

Dengan pernyataan tersebut, dukungan kepada wirausaha, khususnya UMKM, semestinya bukan hanya wacana. Sehingga persoalan klasik UMKM, yakni akses pembiayaan dan pasar, bisa diselesaikan. Persoalan ini tidak bisa ditawar lagi, pengem-bangan wirausaha dan UMKM merupakan solusi mengentas-kan masyarakat dari kemiskin-an dan pengangguran.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2010, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,32 juta atau 7,14% dari total penduduk seba nyak 237,8 juta orang. Adapun ang-katan kerja di Indonesia 116,5 juta dengan kesempatan kerja 108,2 juta sehingga angka peng-angguran sebesar 8,32 juta orang. (Mad/E-5)

[email protected]

Mahalnya Jadi WirausahaMeskipun pemerintah sudah menggulirkan program KUR,

bunga yang diberikan masih terlalu tinggi.

JAJANG SUMANTRI

ANTARA/JESSICA WUYSANG

Tata Niaga Gula Mendesak Direvisi

Telekomunikasi Dominasi Belanja Iklan 2010

BNPP dan Kadin Giatkan Ekonomi Perbatasan

BELANJA iklan di Indonesia sepanjang 2010 naik 23% de-ngan perolehan hampir men-capai Rp60 triliun. Kenaikan tertinggi dalam lima tahun terakhir tersebut disokong dua event olahraga besar yang di-adakan tahun lalu, yakni Piala Dunia 2010 dan Piala Suzuki AFF 2010.

“Keduanya menciptakan sentimen positif. Akibatnya pengiklan lebih bersedia pasang iklan karena yakin konsumen akan belanja,” papar Managing Director Nielsen Audience Measurement Irawati Pratignyo saat menjelaskan ha-sil survei The Nielsen Company di Jakarta, Selasa (1/2).

Untuk survei gross rate card (tidak mengalkulasi diskon, promo, dan lain-lain) terhadap 24 stasiun televisi, 95 surat kabar, serta 163 majalah dan tabloid, televisi memimpin dengan pangsa pasar lebih dari 60%, diikuti surat kabar 34%, kemudian majalah dan tabloid 3%.

Belanja iklan di televisi pada 2010 naik 26%. Begitu pula belanja iklan di surat kabar me-

ningkat 19%. Namun, kenaikan iklan di surat kabar ini lebih lambat jika dibandingkan de-ngan 2009 lalu yang mencapai 23%. “Ini karena berkurangnya aktivitas-aktivitas politik,” im-buh Irawati.

Dar i s i s i sektor usaha pengiklan, perusahaan-peru-

sahaan telekomunikasi tercatat sebagai para pembelanja terbe-sar dalam belanja iklan 2010. Angkanya, menurut Irawati, mencapai Rp5,55 triliun, naik 43% dari belanja mereka tahun sebelumnya.

“ Tu j u h d a r i s e p u l u h pengiklan terbanyak di semua

media adalah penyedia teleko-munikasi. Bahkan enam besar para pembelanja iklan terbesar ditempati mereka,” jelasnya.

Excelcomindo XL (sekarang XL Axiata) memimpin de-ngan Rp593 miliar. Berikutnya Telkomsel (semua kartu) de-ngan Rp538 miliar, Telkomsel Simpati sebesar Rp438 miliar, dan Telkomsel Kartu As de-ngan Rp398 miliar. Di peringkat kelima ada Axis dengan Rp396 miliar dan kelima Indosat IM3 sebesar 320 miliar.

Sektor telekomunikasi ini juga mendominasi iklan di televisi dengan belanja sebesar Rp3,631 triliun. Adapun untuk segmen koran, belanja iklan telekomunikasi sebesar Rp1,77 triliun hanya di peringkat ke-dua setelah politik.

Di 10 besar para pembelanja iklan di koran, hanya ada tiga perusahaan telekomunikasi yaitu Telkomsel (semua kartu), XL Axi-ata, dan Telkomsel Simpati. Di segmen ini, kandidat-kandidat pemimpin pemerintahan lokal (daerah) menjadi pembelanja iklan terbanyak dengan mengha-biskan Rp268 miliar. (*/E-2)

KEBIJAKAN tata niaga gula sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kondisi pergu-laan nasional saat ini. Karena itu perlu dilakukan penyesuai-an secara komprehensif, ter-masuk merevisi Surat Keputus-an Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag) No 527/2004 untuk mem-perkuat Perum Bulog sebagai penyangga (buffer stock) gula nasional.

Demikian benang merah pendapat Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Mohammad Maksum, Ketua Forum Industri Peng-guna Gula (FIPG) Suroso Na-takusuma, dan pelaku bisnis gula Yayat Priyatna dalam diskusi tentang industri gula nasional di Jakarta, kemarin.

Seperti diketahui selama 2010 harga gula berfl uktuasi luar bi-asa dan tidak terkendali. Untuk itu, Suroso menyatakan revisi SK ini penting sebagai tindak lanjut dari rekomendasi Panitia Kerja (Panja) Swasembada Gula DPR yang meminta pemerintah menjadikan Bulog sebagai lem-baga stabilisator gula.

Selama ini, kata dia, kebi-jakan pergulaan nasional yang

diatur dalam SK No 527/2004 itu hanya diarahkan untuk melindungi petani dan pabrik gula. Kepentingan konsumen diabaikan sehingga mereka harus menanggung gejolak kenaikan harga gula.

Hampir senada, Muham-mad Maksum mengatakan tata niaga gula secara global semakin dinamis, terutama menghadapi perubahan iklim, membengkaknya permintaan, dan konfl ik peruntukan hasil pertanian untuk pangan, pa-kan, dan energi. Karena itu, menurutnya, tata niaga na-sional yang dirumuskan pada 2004 memang perlu ditinjau kembali.

“Tapi sama sekali bukan di-maksudkan untuk melegalisasi importasi dan kolonialisasi de-ngan masuknya gula rafi nasi ke pasar umum,” ujar Maksum.

Sebab, lanjut dia, masuknya gula rafi nasi bisa membunuh potensi ekonomi gula kristal putih domestik dan mengebiri hak ekonomi petani miskin karena harga gulanya merosot. Jatuhnya harga akan makin menurunkan kesejahteraan petani sekaligus merusak se-mangat bertani. (Faw/E-2)

BADAN Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) dan Ka-mar Dagang dan Industri (Ka-din) siap mengembangkan perekonomian daerah-daerah perbatasan di 111 kecamat-an, 38 kabupaten, dan 12 provinsi.

Hal tersebut sebagai tidak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman antara BNPP dan Kadin yang dilakukan Menteri Dalam Negeri yang juga Kepala BNPP Gamawan Fauzi dan Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto di Ja-karta, Rabu (2/2).

Deputi Pengelolaan Potensi Kawasan Perbatasan BNPP Agung Mulyana menyatakan tim khusus untuk menangani program tersebut telah terben-tuk. Tim akan berangkat ke Ka-limantan Barat (Kalbar) sebagai salah satu provinsi sasaran pada Kamis pekan depan (10/2).

“Kami langsung bergerak dan langkah pertama ke Ka-limantan Barat. Tujuan akhir-nya adalah meningkatkan ke-sejahteraan rakyat di daerah perbatasan,” tuturnya.

Menurut Agung, tim masih

harus mengidentifikasi hal-hal yang harus diperhatikan di daerah sasaran sebelum mengembangkan perekonomi-annya. Keseluruhan program diproyeksikan menelan dana Rp464 miliar.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Koordinator Wilayah Tengah Endang Kesumayadi menambahkan Kadin akan membantu dengan sumber daya yang dimiliki.

“Ada banyak pelaku dunia usaha di Kadin. Jadi, Kadin lebih tahu tentang usaha mikro, kecil, menengah, dan bahkan besar yang bisa dilakukan di daerah perbatasan. Kadin siap

memberi saran terkait sek-tor kehutanan, perkebunan, maupun pertambangan,” pa-parnya.

Penandatanganan nota ke-sepahaman antara BNPP dan Kadin mencakup lima hal. Per-tama, identifi kasi dan pemetaan potensi daerah perbatasan. Kedua, kajian pengembangan potensi bisnis.

Ketiga, pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam (SDA). Keempat, peng-kajian dan penerapan e-go-vernment untuk perizinan. Kelima, peningkatan dan pengembang an sumber daya manusia (SDM).

Agung juga menyebut bahwa tim khusus yang te-lah dibentuk akan mengkaji kegiatan kriminal di daerah perbatasan. Pasalnya, krimi-nalitas sangat mungkin meng-hambat upaya pengembangan perekonomian daerah yang bersangkutan.

“Kriminalitas juga dikaji. Banyak kegiatan kriminal di perbatasan seperti perdagang-an manusia. Itu harus dibe-rantas,” tandasnya. (*/E-1)

KEsupelaituanmanPeNpepena

pePeMKegutagudina

haasituSKlanKeDPmba

jak

Banyak kegiatan kriminal di

perbatasan seperti perdagang an manusia. Itu harus dibe rantas.”

Agung MulyanaDeputi Pengelolaan Potensi Kawasan Perbatasan BNPP

BAPemdipepeanpr

lannodaMjuFaSuka

KaAgtimprtulimsaKa

dalimnysepe

BELANJA IKLAN: Pekerja memasang lampu pada papan iklan telekomunikasi di Pontianak, Kalimantan Barat, beberapa waktu lalu. Belanja iklan di Indonesia sepanjang 2010 naik 23% dengan perolehan hampir mencapai Rp60 triliun.

MI/ROMMY PUJIANTO

TATA NIAGA GULA: Pedagang menimbang gula di Pasar Jatinegara, Jakarta Pusat, Selasa (18/1). Pemerintah perlu mengubah tata niaga gula karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan kondisi pergulaan nasional saat ini.