View
61
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jurnal fisioterapi
Phedheral Vol. 3. No. 2 Nopember 2010________________________________________1
PERBEDAAN PENGARUH ANTARA LATIHAN KONVENSIONAL DITAMBAH
LATIHAN PLYOMETRICS DAN LATIHAN KONVENSIONAL TERHADAP
PENGURANGAN NYERI, DAN DISABILITAS PENDERITA FROZEN SHOULDER
Hadi Miharjanto1, Heru Purbo Kuntono
1, dan Danur Setiawan
2.
Jurusan Fisioterapi Politeknik Kesehatan Surakarta
ABSTRACT
Pain and limitation of shoulder joint is problematic due to frozen shoulder pain
complaints are pretty much found in clinical and very aktivity daily work. Frozen shoulder
often found in the productive age, despite various efforts to control and management of
therapy has been investigated but the results are still not optimal. One way to reduce
problematic on condition of frozen shoulder with exercise therapy in the form of plyometrics
exercises.
The purpose of this study were (1) to know the difference between exercise influence
conventional plus plyometrics exercises and conventional training on reducing pain, disability
and improving functional ability in patients with frozen shoulder. (2) to find out Which is
better between conventional training and plyometrics training plus conventional exercise
training on reducing pain, disability and improving functional ability in patients with frozen
shoulder.
Location and time of study: Unit / Installation Physiotherapy Orthopaedic Hospital
Prof. Dr. Soeharso in Surakarta in September-October 2008, The study was quasi experiment
with the design of the research is two groups pre and post test design. The number of subjects
n = 18 people with frozen shoulder randomly allocated into 2 groups, the conventional
practice plyometrics exercises plus a number of 9 persons, and the conventional exercise
group of 9 people. Test hypothesis using non-parametric statistics with Mann-Whitney U test
and Wilcoxon test.
Results: There were significant differences between groups of conventional exercise
plus plyometrics exercises with conventional exercise group on the reduction of pain,
disability and improving functional ability in patients with frozen shoulder (p 29.12%), disability (57.76> 27.83%) in patients with
frozen shoulder
Keywords: Exercise Plyometrics, SPADI, UEFI, Frozen Shoulder.
PENDAHULUAN
Frozen shoulder merupakan
gangguan pada sendi bahu yang
menimbulkan nyeri dan keterbatasan luas
gerak sendi (LGS). Adanya rasa nyeri
dapat mengganggu penderita dalam
melakukan aktifitas. Biasanya nyeri ini
akan timbul saat melakukan aktifitas,
seperti : mengangkat tangan ke atas waktu
menyisir rambut, menggosok punggung
sewaktu mandi, menulis dipapan tulis,
mengambil sesuatu dari saku belakang
celana, mengambil atau menaruh sesuatu
di atas dan kesulitan saat memakai atau
melepas baju. Hal ini akan menyebabkan
pasien enggan menggerakkan sendi
bahunya yang akhirnya dapat
memperberat kondisi yang ada sehingga
dapat menimbulkan gangguan dalam gerak
dan aktifitas fungsional keseharian
(Wiratno, 1988).
2____________________________________Phedheral Vol. 3. No. 2 Nopember 2010
Secara epidemiologi onset frozen
shoulder terjadi sekitar usia 40-65 tahun.
Dari 2-5 % populasi sekitar 60 % dari
kasus frozen shoulder lebih banyak
mengenai perempuan dibanding laki-laki.
Frozen shoulder juga terjadi pada 10-20 %
dari penderita diabetus mellitus yang
merupakan salah satu faktor resiko frozen
shoulder (Sandor, 2004).
Kasus frozen shoulder memiliki
masalah yang komplek bila dibandingkan
dengan tendinitis dan bursitis karena
terjadi keterbatasan gerak yang lebih berat
dan prognosis kesembuhan yang lebih
buruk dibandingkan dengan tendinitis dan
bursitis (Calliet, 1991)
Dalam penelitian Simmond
dinyatakan bahwa bahwa setelah 3 tahun,
dari 21 penderita frozen shoulder hanya 6
penderita yang lingkup gerak sendi
bahunya dapat kembali berfungsi seperti
semula.
Berbagai modalitas dapat
dipergunakan untuk menyelesaikan
problematik frozen shoulder, salah satu
modalitas yang dipakai adalah terapi
latihan. Bentuk terapi latihan bermacam-
macam dapat berupa latihan pasif, aktif,
resisted yang diwujudkan dalam latihan
pulley, shoulder wheel, shoulder leader,
latihan Codman dll. Latihan yang cukup
penting salah satunya adalah dengan
latihan explosive power berupa latihan
plyometrics (Kisner, 1996).
1. Frozen Shoulder Frozen shoulder merupakan istilah
yang merupakan wadah untuk semua
gangguan pada sendi bahu yang
menimbulkan nyeri dan pembatasan
lingkup gerak sendi baik aktif maupun
pasif akibat capsulitis adhesive yang
disebabkan adanya perlengketan kapsul
sendi, yang sebenarnya lebih tepat untuk
menggolongkannya dalam kelompok
periarthritis (Sidharta, 1984). Dalam
pendapat yang lain frozen shoulder adalah
penyakit kronis dengan gejala khas berupa
nyeri bahu dan pembatasan lingkup gerak
sendi bahu yang dapat mengakibatkan
gangguan aktivitas kerja sehari-hari
(AAOS, 2000).
Etiologi dari frozen shoulder masih
belum diketahui dengan pasti. Adapun
faktor predisposisinya antara lain periode
immobilisasi yang lama, akibat trauma,
over use, cidera atau operasi pada sendi,
hyperthyroidisme, penyakit
kardiovaskuler, clinical depression dan
Parkinson (AAOS, 2000).
Menurut American Academy Of
Orthopedic Surgeon (2000), teori yang
mendasari terjadinya frozen shoulder
adalah sebagai berikut :
a. Teori hormonal Pada umumnya frozen shoulder terjadi
60 % pada wanita bersamaan dengan
datangnya menopause.
b. Teori genetik Beberapa studi mempunyai komponen
genetik dari frozen shoulder,
contohnya ada beberapa kasus dimana
kembar indentik pasti menderita pada
saat yang sama.
c. Teori auto immun diduga penyakit ini merupakan respon
auto immun terhadap hasil-hasil
rusaknya jaringan lokal.
d. Teori postur Banyak studi yang belum diyakini
bahwa berdiri lama dan postur tegap
menyebabkan pemendekkan pada salah
satu ligamen bahu.
Walaupun banyak peneliti
sependapat bahwa immobilisasi
merupakan faktor penting dari penyebab
frozen shoulder sendi glenohumeral. Ada
beberapa kondisi predisposisi yang lain,
pertama usia pasien. Adhesive capsulitis
tidak terjadi pada usia muda, tetapi sering
pada usia pertengahan. Kedua, refleks
spasme otot penting dalam perubahan
fibrotic primer.
Dalam memperhatikan penyebab
primer dari frozen shoulder sendi
glenohumeral, patologinya
dikarakteristikan dengan adanya kekakuan
kapsul sendi oleh jaringan fibrous yang
padat dan selular. Berdasarkan susunan
intra articular adhesion, penebalan sinovial
Phedheral Vol. 3. No. 2 Nopember 2010________________________________________3
akan berlanjut ke keterbatasan articular
cartilago.
Berkurangnya cairan sinovial pada
sendi sehingga terjadi perubahan
kekentalan cairan tersebut yang
menyebabkan penyusutan pada kapsul
sendi, sehingga sifat ekstensibilitas pada
kapsul sendi berkurang dan akhirnya
terjadai perlekatan. Tendinitis bicipitalis,
calcificperitendinitis, inflamasi rotator
cuff, frkatur atau kelainan ekstra articular
seperti angina pectoris, cervical sponylosis,
diabetes mellitus yang tidak mendapatkan
penanganan secara tepat maka kelama-
lamaan akan menimbulkan perlekatan atau
dapat menyebabkan adhesive capsulitis.
Adhesive capsulitis dapat menyebabkan
patologi jaringan yang menyebabkan nyeri
dan menimbulkan spasme, degenerasi juga
dapat menyebabkan nyeri dan dapat
menimbulkan spasme.
Faktor immobilisasi juga
merupakan salah satu faktor terpenting
yang juga dapat menyebabkan perlekatan
intra.ekstra selular pada kapsul dan
ligamen, kemudian kelenturan jaringan
menjadi menurun dan menimbulkan
kekakuan. Semua organ yang disekeliling
jaringan lunak, terutama tendon
supraspinatus terlibat dalam perubahan
patologi. Fibrotic ligamen coracohumeral
cenderung normal dari tendon bicep caput
longum juga rusak (robek). Keterlibatan
tendon bicep berpengaruh secara signifikan
dalam penyebaran nyeri ke anterior sendi
glenohumeral yang berhubungan dengan
adhesive capsulitis.
Menurut Kisner (1996) frozen
shoulder dibagi dalam 3 tahap, yaitu :
a. Pain (Freezing) : ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat
istirahat, gerakan sendi bahu menjadi
terbatas selama 2-3 minggu dan masa
akut ini berakhir sampai 10-36 minggu.
b. Stiffness (Frozen) : ditandai dengan nyeri saat bergerak, kekakuan atau
perlengketan yang nyata dan
keterbatasan gerak dari glenohumeral
yang diikuti oleh keterbatasan gerak
scapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.
c. Recovery (Thawing) : pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan
tidak ada synovitis tetapi terdapat
keterbatasan gerak karena perlengketan
yang nyata. Fase ini berakhir 6-24
bulan atau lebih.
2. Problematik