13
HUBUNGAN OTITIS MEDIA AKUT DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS AKUT DI POLI THT RSUD RADEN MATTAHER JAMBI Reni Susianti*, Umi Rahayu**, Ismelia Fadlan** *Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi ** Dosen Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi email: [email protected] ABSTRACT Background: Acute otitis media (AOM) is an inflammation of the middle ear with signs and symptoms that occur suddenly / acute.. One risk factor for AOM is an upper respiratory tract infection. In child more frequently upper respiratory tract infection the more likely the occurrence of AOM.. Method: The research were conducted by using descriptive analytic with cross sectional method. The sample size is taken based on primary data that is visits of patients suffering AOM in poly ENT Hospital Raden Mattaher Jambi in February - April 2014, samples were taken based on the results of the interview and the diagnosis that has established by doctors. Results: Of the 141 patients obtained results (14.2%) were is diagnosed suffering AOM and (85.8%) patients who were not diagnosed AOM. Based on age, (50%) patients suffering from AOM with age ≤ 2 years (40%) age> 2-6 years and (10%) age> 6-12 years. By gender, men (55%) and women (45%) were is diagnosed suffering AOM. Based on the clinical symptoms of patients who are suffering from AOM there are fever (80%) and otorrhoea (20%). Based on side the ear that pain, unilateral (80%) and bilateral (20%). Based on patients suffering from AOM that caused by acute upper respiratory tract infection as much (100%). And from the results of chi-square test showed that there was a significant relationship between AOM with acute upper respiratory tract infection constitute p = 0.000 (<0.005). Conclusion: The highest AOM incidence occurs at age ≤ 2 years old(50%), with the male gender (55%), clinical symptoms most commonly found are fever (80%) and based on side of ear that most pain is unilateral (80%) and there significant relationship between AOM with the acute respiratory tract infections, namely p = 0.000 (<0.005). Keywords: Acute otitis media, acute upper respiratory tract infection, characteristics.

jurnal (2).docx

Embed Size (px)

Citation preview

HUBUNGAN OTITIS MEDIA AKUT DENGANINFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS AKUT DI POLI THT RSUD RADEN MATTAHER JAMBIReni Susianti*, Umi Rahayu**, Ismelia Fadlan***Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi** Dosen Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambiemail: [email protected]: Acute otitis media (AOM) is an inflammation of the middle ear with signs and symptoms that occur suddenly / acute.. One risk factor for AOM is an upper respiratory tract infection. In child more frequently upper respiratory tract infection the more likely the occurrence of AOM..Method: The research were conducted by using descriptive analytic with cross sectional method. The sample size is taken based on primary data that is visits of patients suffering AOM in poly ENT Hospital Raden Mattaher Jambi in February - April 2014, samples were taken based on the results of the interview and the diagnosis that has established by doctors.Results: Of the 141 patients obtained results (14.2%) were is diagnosed suffering AOM and (85.8%) patients who were not diagnosed AOM. Based on age, (50%) patients suffering from AOM with age 2 years (40%) age> 2-6 years and (10%) age> 6-12 years. By gender, men (55%) and women (45%) were is diagnosed suffering AOM. Based on the clinical symptoms of patients who are suffering from AOM there are fever (80%) and otorrhoea (20%). Based on side the ear that pain, unilateral (80%) and bilateral (20%). Based on patients suffering from AOM that caused by acute upper respiratory tract infection as much (100%). And from the results of chi-square test showed that there was a significant relationship between AOM with acute upper respiratory tract infection constitute p = 0.000 (6-12 tahun . Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki (55%) dan perempuan (45%). Berdasarkan gejala klinis pasien yang menderita OMA terdapat demam (80 %) dan otore (20%). Berdasarkan sisi telinga yang sakit, unilateral (80%) dan bilateral (20%). Berdasarkan pasien yang menderita OMA yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas akut sebanyak (100%). Dan dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara OMA dengan infeksi saluran pernafasan atas akut yaitu p = 0,000 ( < 0,005).Kesimpulan : Insiden OMA tertinggi terjadi pada usia 2 tahun (50%), dengan jenis kelamin laki-laki (55%), gejala klinis yang paling banyak ditemukan adalah demam (80%) dan berdasarkan sisi telinga yang sakit paling banyak adalah unilateral (80%) serta ada hubungan yang signifikan antara OMA dengan infeksi saluran pernafasan akut yaitu p = 0,000 ( < 0,005).Kata Kunci : Otitis media akut, infeksi saluran pernafasan atas akut, karakteristik.

PENDAHULUAN2

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.1 Otitis media akut (OMA) merupakan peradangan di telinga tengah dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang terjadi secara mendadak/akut. Onset mendadak/akut dari gejala peradangan yang secara klinis terjadi dalam waktu 24 jam - 3 minggu dengan gejala seperti otalgia, otore, anak menangis, demam, dan iritabilitas serta adanya tanda-tanda infeksi telinga seperti membran timpani menonjol, hiperemis, perforasi dengan otore, dan efusi telinga tengah.2 Beberapa faktor yang menyebabkan OMA antara lain usia < 6 tahun, otitis prone (pasien yang mengalami otitis pertama kali apada pada usia < 6 bulan, 3 kali dalam 6 bulan terakhir), infeksi saluran penafasan atas (pada anak makin sering anak terserang infeksi saluran pernafasan atas semakin besar kemungkinan terjadinya OMA), terpapar asap rokok, laki-laki, kelainan anatomi kraniofasial, alergi, anak yang minum ASI < 6 bulan immunodefisiensi.1,3,4

Meskipun penyakit ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, Tetapi diketahui juga bahwa virus infeksi saluran pernafasan atas akut merupakan faktor predisposisi OMA pada anak-anak, dengan kata lain, OMA sering terjadi akibat komplikasi infeksi saluran pernafasan atas.5 Infeksi saluran pernafasan atas akut adalah proses infeksi akut yang berlangsung selama 14 hari yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian atau lebih saluran pernafasan atas mulai dari hidung hingga faring dan jaringan adneksanya yang terdiri atas rinitis akut, faringitis akut, tonsillitis akut, rinosinusitis akut. Anak-anak sering mengalami infeksi salura pernafasan atas, infeksi ini mungkin menyebabkan edema mukosa tuba eustachius sehingga menyebabkan penambahan disfungsi tuba eustachius.7 Ramakrishnan menemukan bahwa OMA merupakan penyakit infeksi yang paling sering terjadi di Amerika Serikat .8 Salah satu laporan Center for Disease Control and Prevention (CDC) dalam salah satu programnya yaitu CDCs Active Bacterial Core Surveillance (ABCs) di Amerika Serikat tahun 1999 menunjukkan kasus OMA terjadi sebanyak enam juta kasus pertahun. Meropol dkk juga mendapati 45-62% indikasi pemberian antibiotik pada anak-anak di Amerika Serikat disebabkan penanganan OMA.9 Di Taiwan pada tahun 2006 angka kejadian OMA rata-rata 64 dari 1000 anak pertahun dan di New Zealand angka kejadian OMA 273 dari 1000 anak tiap tahunnya.10,11 Yonamine dkk dalam studinya mengemukakan bahwa estimasi insidensi OMA pada orang dewasa berkisar 0,004% dan progresivitas kasus OMA umumnya lebih berat pada orang dewasa .12 Penelitian Krystal revai dkk tentang insiden OMA dan sinusitis yang merupakan komplikasi dari infeksi saluran pernafasan atas terhadap 112 pasien yang mengalami infeksi saluran pernafasan atas (6-35 bulan) didapatkan 30% dari pasien tersebut mengalami OMA. Kejadian paling tinggi terdapat pada usia 6-11 bulan dan menurun dengan bertambahnya usia.13 Penelitian Krystal revai dkk tentang hubungan kolonisasi bakteri di nasofaring selama infeksi saluran pernafasan atas dan perkembangannya menjadi OMA, dari 709 episode infeksi saluran pernafasan atas yang dimasukkan dalam penelitian ini . kira kira sepertiga berkembang menjadi OMA. Pada penelitian tersebut dilakukan kultur nasofaring pada awal infeksi saluran pernafasan atas dan menunjukkan hasil bahwa adanya bakteri patogen pada nasofaring selama infeksi saluran pernafasan atas meningkatkan faktor resiko untuk komplikasi OMA. Anak anak dengan infeksi bakteri S. Pneumoniae, NT H. Influenzae dan M. Catarrhalis merupakan resiko tinggi untuk OMA dibandingkan anak-anak yang tidak ditemukan bakteri patogen di nasofaring mereka.5

Di Indonesia, Suheryanto menyatakan bahwa OMA merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, bahkan di poliklinik THT RSUD Dr. Saiful Anwar Malang pada tahun 1995 dan tahun 1996, OMA menduduki peringkat enam dari sepuluh besar penyakit terbanyak dan pada tahun 1997 menduduki peringkat lima, sedangkan di Poliklinik THT RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada taT sub-bagian Otologi THT RSCM dan Poli THT RSAB Harapan Kita pada Agustus 2004 - Februari 2005 didapatkan 43 kasus OMA, terdapat 62,8% pasien adalah didahului dengan riwayat ISPA kurang dari tujuh hari. Pasien dengan riwayat ISPA tujuh hari sampai dua minggu mencapai 27,9%. Yang lebih dari dua minggu adalah 9,3%. Dari hasil kultur, jenis kuman telinga tengah yang dijumpai adalah Staphylococcus aureus (78,3%), Haemophilus influenzae (8,7%), dan Streptococcus pneumonia (13,0%).15 Dari data Dinas Kesehatan Kota Jambi diketahui jumlah penderita otitis media supuratif pada tahun 2012 berjumlah 484 kasus . 16 Dari data rekam medis rawat jalan OMA di Poli THT RSUD Raden Mattaher pada april 2012-april 2013 didapatkan 251 kasus baru OMA.17 Pada penelitan Vika Natasha yang dilakukan di Poli THT RSUD Raden Mattaher pada 1 juni-30 juli 2011 didapatkan 35 kasus OMA dan 88,6 % dari kasus tersebut mempunyai riwayat batuk pilek.18 Penelitian tentang karakteristik sosiodemografis dan klinis OMA di RSUD Raden Mattaher Jambi sudah pernah dilakukan ,faktor infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) khususnya faktor infeksi saluran pernafasan atas akut sebagai faktor predisposisi OMA belum pernah di lakukan di RSUD Raden Mattaher Jambi dan dari latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan OMA dengan infeksi saluran pernafasan atas akut di Poli THT RSUD Raden Mattaher JambMETODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional di Poliklinik THT RSUD Raden Mattaher Jambi pada bulan Februari April 2014. Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang berobat ke Poli THT RSUD Raden Mattaher Jambi. Besar sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan accidental sampling dimana setiap responden yang ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. Kriteria inklusi adalah pasien yang berobat di Poli THT RSUD Raden Mattaher Jambi yang berumur < 12 tahun dan bersedia ikut dalam penelitian. Kriteria eksklusi adalah Pasien dengan palatoskisis dan Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK). Variabel yang diteliti adalah variabel bebas (independent variable) berupa infeksi saluran pernafasan atas akut. Variabel terikat (dependent variable) adalah otitis media akut.Instrumen penelitian yang digunakan untuk menilai variabel dalam penelitian ini adalah rekam medis pasien dan checklist berdasarkan diagnosa yang telah dibuat oleh dokter.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa catatan medis dan data primer yang berasal dari wawancara dengan pasien.HASILSeperti yang terlihat pada tabel 1, Sampel yang diperoleh selama masa pengambilan data periode Februari April 2014 di Poli THT RSUD Raden Mattaher Jambi adalah 141 sampel. Paling banyak pada kategori umur >6-12 yaitu 62 orang (43,9%), >2-6 tahun yaitu 54 orang (38,3%) diikuti dengan 6- 12

Total25546214117,738,343,9100

Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

Total 806114156,743,3100

OMA (+)

OMA (-)

Total 2012114114,285,8100

Infeksi saluran pernafasan atas akut (+)

Infeksi saluran pernafasan atas akut (-)

Total 40

101

14128

72

100

OMA(+) dengan Infeksi saluran pernafasan atas akut (+) OMA (-) dengan Infeksi saluran pernafasan atas akut (+)20

20100

16,5

Tabel 2. distribusi sampel yang menderita OMA berdasarkan umurUmur

FrekuensiPersentase (%)

2 - 6 tahun>6 - 12 tahunTotal108

2205040

10100

Tabel 2 diatas menunjukkan kejadian OMA tertinggi terdapat pada kategori 2- 6 tahun yaitu 40%, diikuti dengan >6-5-12 tahun yaitu 32,9% diikuti dengan < 2 tahun 30,6%, >2-5 tahun16,5%.15 Pada penelitian ini OMA lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak prasekolah. Tingginya kejadian OMA pada bayi dikarenakan imunitas yang masih lemah, pertumbuhan aktif dari jaringan limfoid, dan karena ukuran tuba eustachius yang pendek, lebar dan horizontal yang memudahkan penyebaran infeksi.19 Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan kejadian OMA sedikit lebih tinggi pada laki-laki yaitu 55% dibandingkan pada perempuan yaitu 45%. Hasil ini sejalan dengan penelitian Mabrouk yaitu laki-laki 56,5% dibandingkan perempuan 43,5% dan pada penelitian Pa Chun Wang laki-laki 67,6 kasus per 1000 anak dibandingkan dengan perempuan 61,2% per 1000 anak.19,10 Sejalan pula dengan penelitian Tan Hong Siew yaitu laki-laki 55,3% dibandingkan perempuan 44,7%.15 Berbeda dengan penelitian Titisari, perempuan lebih tinggi 51,2% dibandingkan laki-laki 48,8%.15 Tabel 4 menunjukkan penderita OMA lebih banyak mengalami gejala demam yaitu 80% dibandingkan gejala otore yatu 20 %. Hal ini berbeda dengan hasil hasil penelitian Tan Hong Siew di RSUP Haji Adam Malik Medan yang menunjukkan gejala klinis otore lebih banyak yaitu 84,7 % dibandingkan demam 49,4%.15 Hal ini sejalan dengan penelitian Paolo M, yang menunjukkan gejala demam ( 38) lebih banyak yaitu 49,9% dibandingkan otore 6 %. Pada penelitian tersebut kejadian otore pada anak sedikit, namun temuan ini penting karena dipercaya bahwa anak dengan perforasi membran timpani secara spontan lebih parah dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami perforasi membran timpani.20 Tabel 5 menunjukkan kejadian OMA pada satu sisi telinga (unilateral) lebih tinggi yaitu 80% dibandingkan kejadian OMA pada kedua telinga (bilateral) yaitu 20%. Hal ini sejalan dengan penelitian Mabrouk M yaitu unilateral sebanyak 68,7% dibandingkan bilateral 31,3% dan sesuai pula dengan penelitian Titissari di Poli THT sub-bagian Otologi THT RSCM dan Poli THT RSAB Harapan Kita yang menunjukkan kejadian tertinggi adalah unilateral 79,1%, dibandingkan bilateral hanya 20,9% serta sejalan pula dengan penelitian Tan Hong Siew yaitu unilateral sebanyak 81,2 % dibandingkan bilateral 18,8 %.19,15 OMA bilateral dianggap lebih parah dari pada OMA unilateral. Dan beberapa pedoman seperti Belanda, Inggris, Italia dan Swedia merekomendasikan pengobatan yang lebih aktif dan atau tindak lanjut pada OMA bilateral. Tetapi pada penelitian Johanna M dkk tentang gejala dan tanda tanda otoskopi pada OMA unilateral dan bilateral mengemukakan bahwa OMA bilateral secara klinis hanya sedikit lebih parah daripada OMA unilateral pada anak 6-35 bulan . oleh karena itu peneliti menyarankan bilateralitas tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya kriteria untuk menilai tingkat keparahan OMA. Sebaiknya gejala pada anak dan tanda-tanda otoskopi juga harus dipertimbangkan.21 Tabel.6 menunjukkan semua penderita OMA mengalami infeksi saluran pernafasan atas akut ( 100 %). Hasil penelitian Titissari di Poli THT sub-bagian Otologi THT RSCM dan Poli THT RSAB Harapan Kita menunjukkan pada pasien OMA anak yang mempunyai riwayat ISPA, proporsi tertinggi adalah terdapat riwayat ISPA 0-7 hari, yaitu 62,8%, diikuti >7-14 hari yaitu 27,9%, dan >14 hari adalah 9,3%. Secara teori dikatakan bahwa pencetus terjadinya OMA adalah infeksi saluran pernafasan atas . makin sering anak terkena infeksi saluran pernafasan atas makin besar kemungkinan terjadinya OMA.1 Dari tabel 7 didapatkan hubungan yang signifikan antara otitis media akut dengan infeksi saluran pernafasan atas akut yaitu p=0,000 ( 6-