10
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2015 1 Eriansyh Suleman,SB. 2015 JURNAL

JURNAL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

contoh jurnal

Citation preview

Page 1: JURNAL

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

1 Eriansyh Suleman,SB. 2015

JURNAL

Page 2: JURNAL

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

2 Eriansyh Suleman,SB. 2015

JURNAL

Page 3: JURNAL

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

3 Eriansyh Suleman,SB. 2015

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT KEJENUHAN (BURNOUT) PERAWAT DI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD)

RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO

Eriansyh Suleman,SB 1, Ns. Rini Fahriani Zees, S. Kep, M.Kep 2, Ns. Rhein R. Djunaid , M.Kes.3 1.Mahasiswa Jurusan Keperawatan UNG

2.Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo 3.Dosen Jurusan Keperawatan UNG

Abstrak

Tingginya intensitas pekerjaan yang dilakukan perawat menyebabkan meningkatnya beban kerja sehingga mudah mengalami stres dan berpotensi mengalami kecenderungan burnout pada perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan tingkat kejenuhan perawat (burnout) di instalasi rawat darurat (IRD) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

Jenis penelitian deskriptif korelasi melalui pendekatan cross sectional study. Populasi adalah perawat di Instalasi Rawat Darurat di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan jumlah sampel 30 orang yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Data dikumpul menggunakan kuisioner dan dianalisis dengan uji Fisher Exact.

Hasil penelitian ditemukan 21perawat (70%) memiliki beban kerja tinggi dan 25 orang perawat (83,3 %) memiliki kejenuhan kerja. Beban kerja memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat kejenuhan (burnout) perawat dengan nilai p value 0,019 (<0,05).

Terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan tingkat kejenuhan (burnout) perawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Untuk itu disarankan agar rumah sakit dapat menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan serta keahlian perawat dengan melakukan pengaturan jumlah jam kerja dan meningkatkan kemampuan keterampilan melalui pelatihan serta kegiatan rekreasi. Kata kunci : Beban kerja, kejenuhan kerja. Daftar pustaka : 27 referensi (2002-2013)

PENDAHULUAN

Dalam melaksanakan tugasnya sehari-

hari, seorang perawat sering dihadapkan pada suatu usaha penyelamat kelangsungan hidup atau nyawa seseorang. Berkaitan dengan ruang lingkup kerjanya, perawat selalu berhadapan dengan hal-hal yang monoton dan rutin, ruang kerja yang sesak dan sumpek bagi yang bertugas dibangsal, harus berhati-hati menangani peralatan diruang operasi, serta harus dapat bertindak cepat namun tepat dalam menangani penderita yang masuk Unit Gawat Darurat. Tingginya intensitas pekerjaan yang dilakukan perawat

menyebabkan meningkatnya beban kerja perawat.

Beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas – tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja , keterampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban kerja fisik perawat meliputi mengangkat pasien, memandikan pasien, membantu pasien ke kamar mandi, mendorong peralatan kesehatan, merapikan tempat tidur pasien, mendorong brankar pasien. Sedangkan beban kerja mental yang dialami perawat, diantaranya bekerja shift atau bergiliran,

Page 4: JURNAL

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

4 Eriansyh Suleman,SB. 2015

mempersiapkan rohani mental pasien dan keluarga terutama bagi yang akan melaksanakan operasi atau dalam keadaan kritis, bekerja dengan keterampilan khusus dalam merawat pasien serta harus menjalin komunikasi dengan pasien. Beban kerja yang berlebih pada perawat dapat memicu timbulnya stres dan burnout. Perawat yang mengalami stres dan burnout memungkinkan mereka untuk tidak dapat menampilkan performa secara efektif dan efisien dikarenakan kemampuan fisik dan kognitif mereka menjadi berkurang (Kasmarani, 2012).

Schaufeli dan Jauczur (1994 dalam Novita, E. 2011) menyatakan bahwa, dalam menjalankan peran dan fungsinya, seorang perawat dituntut untuk memiliki keahlian, pengetahuan, dan konsentrasi yang tinggi. Selain itu pula seorang perawat selalu dihadapkan pada tuntutan idealisme profesi dan sering menghadapi berbagai macam persoalan baik dari pasien maupun teman sekerja. Itu semua dapat menimbulkan rasa tertekan pada perawat, sehingga mudah mengalami stres dan berpotensi mengalami kecenderungan burnout pada perawat .

Akibat dari kejenuhan kerja itu sendiri dapat muncul dalam bentuk berkurangnya kepuasan kerja, memburuknya kinerja, dan produktivitas yang rendah. Apapun penyebabnya, munculnya kejenuhan kerja berakibat kerugian di pihak pekerja maupun organisasi. Adanya beban kerja dan kejenuhan kerja pada diri perawat akan menurunkan kualitas kerja perawat, apabila kualitas kerja perawat menurun maka tidak hanya pasien yang dirugikan tetapi yang pertama pekerja itu sendiri, Institusi dan yang paling penting adalah dapat memperburuk kondisi pasien yang akhirnya menuju kepada penurunan mutu asuhan keperawatan (Ayu, P. 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maslach dan Jackson pada pekerja – pekerja yang memberikan bantuan kesehatan yang dibedakan antara perawat-perawat dan dokter-dokter menunjukkan bahwa pekerja kesehatan ini beresiko mengalami emotional exhaustion (kelelahan emosi). Rating

tertinggi dari burnout ditemukan pada perawat-perawat yang bekerja di dalam lingkungan kerja yang penuh dengan stres, yaitu perawat yang bekerja pada instansi intensive care (ICU), emergency (UGD), atau terminal care (Windayanti, 2007).

Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo merupakan ujung tombak pelayanan pertama pada pasien dituntut memiliki komitmen yang tinggi dalam pelayanan emergensi sehingga hal ini berdampak pada produktivitas kerja perawat. Survey awal yang dilakukan peneliti di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo terdapat berjumlah total perawat yang bekerja sebanyak 32 orang dengan 22 perawat yang harus terbagi menjadi 3 shift kerja (pagi, sore dan malam hari). Jika dilihat dari data kunjungan pasien tahun 2013 sebanyak 18.750 pasien sehingga didapatkan rata-rata pasien yang ditangani adalah ± 1.562 pasien/bulan atau 52 pasien perhari (Data Rekam Medik RSAS, 2014). Tingginya angka kunjungan pasien yang mendapat pelayanan di Instalasi Rawat Darurat (IRD) menyebabkan tingginya beban kerja dan tingkat kejenuhan perawat sehingga dapat berdampak terhadap menurunnya kualitas pelayanan pasien.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa perawat didapatkan informasi keluhan kerja yang dirasakan perawat antara lain adalah perawat sering mengalami kelelahan bila banyak tindakan yang harus diberikan, kadang-kadang mereka tidak memiliki waktu luang untuk bisa memenuhi kebutuhan makan karena banyak pasien serta merasakan nyeri punggung, nyeri otot saat mengangkat atau mendorong pasien, bahkan sering susah tidur.

Permasalahan tersebut menunjukan tingginya beban kerja perawat dan dampak kelelahan yang dirasakan perawat. Kondisi tersebut menjadikan alasan bagi peneliti untuk mengetahui lebih jauh dalam sebuah penelitian tentang analisis hubungan beban kerja dengan tingkat kejenuhan perawat (burnout) di Instalasi Rawat Darurat (IRD)

Page 5: JURNAL

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

5 Eriansyh Suleman,SB. 2015

RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan tingkat kejenuhan (burnout) perawat di instalasi rawat darurat (IRD) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di ruangan

Instalasi Rawat darurat (IRD) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo pada tanggal 4 Desember sampai dengan 20 Desember 2014.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional studi. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah perawat diruangan Instalasi Rawat Darurat sebanyak 30 orang perawat. Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling sehingga seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.

Instrumen pada penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner berisi data demografi perawat dan beban kerja serta burnout perawat yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya karena di adopsi dari Maslach Burnout Inventory scale. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi-square.

HASIL PENELITIAN 1. Beban kerja di Instalasi Rawat Darurat

(IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

Tabel 1. Distribusi beban kerja perawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

No Beban Kerja Jumlah %

1 2

Rendah Tinggi

9 21

30 70

Jumlah 30 100

Sumber ; Data Primer 2014

Hasil penelitian tabel 1 menunjukan perawat yang memiliki kategori beban kerja rendah sebanyak 9 orang perawat (30%), dan perawat dengan beban kerja tinggi sebanyak 21 orang perawat (70 %).

2. Tingkat kejenuhan (burnout) perawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

Tabel.2. Distribusi Tingkat Kejenuhan (burnout) Perawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

No Tingkat

Kejenuhan (burnout)

Jumlah %

1 2

Tidak jenuh Jenuh

5 25

16,7 83,3

Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer, 2014

Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukan perawat yang memiliki kategori tidak jenuh bekerja sebanyak 5 orang perawat (16,7%), dan perawat memiliki kategori jenuh bekerja sebanyak 25 orang perawat (83,3 %). 3. Analisis bivariate hubungan beban kerja

dengan tingkat kejenuhan (burnout) perawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

Tabel 3 Analisis Pengaruh Insentif Terhadap Intention Turnover (keinginan pindah) perawat di RSUD Otanah Kota Gorontalo

Pengaruh Variabel P value

Pengaruh Insentif Terhadap Intention

Turnover (keinginan pindah) perawat

0,019

Sumber: Data Primer, 2014

Hasil penelitian pada tabel 3 analisis uji Fisher Exact didapatkan bahwa nilai ρ Value = 0,019< α = 0,05 sehingga Ho

Page 6: JURNAL

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

6 Eriansyh Suleman,SB. 2015

ditolak dan Ha diterima yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan tingkat kejenuhan (burnout) perawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

PEMBAHASAN 1. Beban kerja perawat di Instalasi Rawat

Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

Hasil penelitian didapatkan perawat

yang memiliki kategori beban kerja rendah sebanyak 9 orang perawat (30%), dan perawat dengan beban kerja tinggi sebanyak 21 orang perawat (70 %). Hal ini menunjukan bahwa sebagain besar beban kerja perawat berada pada kategori tinggi.

Tingginya beban kerja yang dirasakan oleh perawat merupakan hal yang perlu menjadi perhatian pihak manajemen rumah sakit karena hal ini dapat berdampak pada kinerja perawat. Tingginya beban kerja ini menurut asumsi peneliti lebih diakibatkan oleh jumlah kunjungan pasien yang masuk melalui IRD cukup banyak dimana hasil survey yang didapatkan rata-rata jumlah pasien yang berkunjung ke IRD setiap hari sebanyak 52 pasien perhari atau 10-12 orang per ship. Shift jaga sering tidak seimbang dengan jumlah pasien akibatnya perawat sering bekerja melebihi kapasitasnya.

Tingginya beban kerja ini juga terlihat pada jawaban responden dimana sebagian besar responden merasa beban kerja tinggi karena tenaga perawat IGD tidak sebanding dengan pasien kritis, adanya harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas, tuntutan keluarga untuk keselamatan pasien, tanggung jawab dalam melaksanakan perawatan klien dan menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan kondisi terminal.

Asumsi peneliti diperkuat oleh pendapat Putrono (dalam Dolok, S. 2012), bahwa perawat IGD beresiko tinggi mengalami beban kerja berlebih karena perawat IGD dihadapkan pada pekerjaan yang membutuhkan perhatian, pengetahuan, dan keterampilan khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat. Fluktuasi beban kerja terjadi pada jangka waktu tertentu, sehingga terkadang bebannya sangat ringan dan saat-saat lain bebannya bisa berlebihan. Situasi tersebut dapat kita jumpai pada tenaga kerja yang bekerja pada rumah sakit khususnya perawat.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Dolok, S tahun 2012 yang menemukan rata-rata beban kerja di ruang IGD dan ICU adalah 47,27 (SD = 11,483) dimana berada pada rentang nilai 34 – 50, yaitu kategori beban kerja sedang. Hasil yang sama juga didapatkan oleh Pitaloka tahun 2010 yang menunjukkan bahwa pada perawat ruangan RS Umum Kabanjahe beban kerja ringan sebesar 14 orang (24,1%), tingkat beban kerja sedang sebesar 38 orang (65,5%), dan tingkat beban kerja berat sebesar 6 orang (10,3%).

Berdasarkan hasIl penelitian dan teori serta hasil penelitian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa beban kerja perawat Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo berada pada kategori tinggi. Tingginya beban kerja ini merupakan dampak dari tingginya jumlah kunjungan pasien di Instalasi Rawat Darurat.

2. Tingkat kejenuhan (burnout) perawat di

Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

Hasil penelitian diketahui bahwa

perawat yang memiliki kategori tidak jenuh bekerja sebanyak 5 orang perawat (16,7%), dan perawat memiliki kategori jenuh bekerja sebanyak 25 orang perawat (83,3 %). Hal ini menunjukan sebagian

Page 7: JURNAL

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

7 Eriansyh Suleman,SB. 2015

besar perawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo mengalami kejenuhan dalam bekerja.

Menurut asumsi peneliti, adanya kejenuhan perawat IRD karena faktor kondisi pekerjaan dan kelelahan akibat tingginya beban kerja serta faktor perawat sendiri dimana hasil penelitian juga didapatkan rata-rata memiliki lama lebih dari 2 tahun. Asumsi peneliti ini diperkuat oleh pendapat Setyawati (2010) bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kejenuhan kerja (burnout) terdiri dari faktor lingkungan kerja yang tidak memadai untuk bekerja dan masalah psikososial mereka ataupun fisik mereka.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya oleh Hasibuan tahun 2010 yang menunjukkan di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai jumlah responden terbanyak berdasarkan kejenuhan kerja yaitu pada keadaan jenuh yaitu 28 orang (59.6%).

Berdasarkan hasil penelitian dan teori serta hasil penelitian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata perawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo mengalami kejenuhan saat bekerja dan faktor yang menunjang terjadinya kejenuhan kerja adalah factor usia, lama kerja dan status pernikahan serta tingginya beban kerja.

3. Analisis hubungan beban kerja dengan

tingkat kejenuhan (burnout) perawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

Hasil penelitian yang didapatkan melalui analisis uji Fisher Exact bahwa nilai ρ Value = 0,019< α = 0,05 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan tingkat kejenuhan (burnout) perawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

Menurut hasil penelitian tersebut peneliti berasumsi bahwa adanya

hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan kejenuhan perawat karena perawat IRD yang memiliki kategori beban kerja tinggi sebagian besar (95%) merasa jenuh bekerja dan perawat yang memiliki kategori beban kerja rendah sebagian besar (55%) tidak jenuh sehingga semakin tinggi beban kerja perawat maka semakin tinggi juga perawat merasa jenuh saat bekerja sehingga semakin tinggi beban kerja semakin tinggi pula tingkat kejenuhan perawat. Factor kejenuhan perawat juga merupakan dampak dari kelelahan emosional (emotional exhaustion) merupakan penentu utama kualitas burnout, dikatakan demikian karena perasaan lelah mengakibatkan seseorang merasa kehabisan energi dalam bekerja sehingga timbul perasaan enggan untuk melakukan pekerjaan baru dan enggan untuk berinteraksi dengan orang lain.

Asumsi peneliti ini diperkuat oleh pendapat Pines dan Aronson (Tarwaka, 2004) bahwa terdapat faktor yang saling berinteraksi dalam menimbulkan burnout, yaitu faktor lingkungan kerja dan individu. Faktor lingkungan kerja antara lain beban kerja yang berlebihan, dan adanya pemicu stres di lingkungan fisik tempat bekerja. Pendapat ini juga diperkuat oleh Maslach (Utami, 2004) bahwa Beban kerja yang berlebihan telah terbukti menjadi salah satu faktor pemicu timbulnya burnout. Beban kerja yang berlebihan menyebabkan pemberi pelayanan merasakan adanya ketegangan emosional saat melayani klien. Hal ini dapat mendorong pemberi pelayanan untuk menarik diri secara psikologis dan menghindari untuk terlibat dengan klien.

Namun dalam penelitian juga didapatkan 4 orang perawat dengan beban kerja rendah mengalami kejenuhan dan sebaliknya 1 orang perawat dengan beban kerja tinggi tidak mengalami kejenuhan Peneliti berasumsi bahwa hal ini terjadi karena adanya faktor jenis kelamin dimana wanita yang lebih banyak terlibat secara emosional dengan orang lain dan

Page 8: JURNAL

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

8 Eriansyh Suleman,SB. 2015

cenderung rentan terhadap kelelahan emosional dan hasil penelitian juga menunjukan bahwa sebagian besar perawat yang beban kerja rendah tapi jenuh adalah wanita dan yang beban kerja tinggi tidak jenuh adalah laki-laki.

Asumsi peneliti ini sejalan dengan pendapat Ferber (dalam Utami, 2004) yang menyatakan kondisi beban kerja dan burnout menemukan bahwa wanita lebih rentan terhadap stres dan burnout jika dibandingkan dengan laki-laki. Hasibuan (2009) menyatakan fisik seorang pekerja dapat dipengaruhi oleh tingkatan umur, karyawan muda umumnya memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan karyawan yang berumur lebih tua. Seseorang yang telah berkeluarga pada umumnya cenderung berusia lebih tua, stabil, dan matang secara psikologis.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Dian tahun 2012 pada perawat RSUD Kota Bekasi yang menunjukkan hasil koefisien korelasi sebesar r=0.596 dan tingkat signifikansi 0.000 (p<0.05) sehingga Ho ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara variabel stres kerja akibat beban kerja dengan variabel burnout pada perawat RSUD Kota Bekasi. Ini berarti semakin tinggi tingkat beban kerja seseorang maka semakin tinggi pula burnout.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maslach dan Jackson pada pekerja – pekerja yang memberikan bantuan kesehatan yang dibedakan antara perawat-perawat dan dokter-dokter menunjukkan bahwa pekerja kesehatan ini beresiko mengalami emotional exhaustion (kelelahan emosi). Rating tertinggi dari burnout ditemukan pada perawat-perawat yang bekerja di dalam lingkungan kerja yang penuh dengan stres, yaitu perawat yang bekerja pada instansi intensive care (ICU), emergency (UGD), atau terminal care (Windayanti, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian dan teori serta penelitian sebelumnya peneliti

berkesimpulan bahwa semakin tinggi beban kerja maka perawat akan semakin merasa jenuh dalam bekerja. Disamping itu faktor jenis kelamin dan lingkungan kerja juga meruipakan salah satu pemicu burnout pada perawat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tersebut

maka peneliti berkesimpulan bahwa : 1. Perawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD)

RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo didapatkan sebagian besar usia kategori dewasa awal (< 35 tahun) 28 orang perawat (93,3%), jenis kelamin laki-laki yaitu 17 orang perawat (56,7%), sudah menikah 16 orang perawat (53,3%), lama kerja kurang dari 5 tahun 19 orang perawat (63,3%), memiliki pendidikan D-III keperawatan 28 orang perawat (93,3%),

2. Perawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo memiliki beban kerja kategori tinggi 21 orang perawat (70%).

3. Perawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo memiliki kejenuhan dalam bekerja 25 orang perawat (83,3%).

4. Terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan tingkat kejenuhan (burnout) perawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan nilai p value 0,019 (<0,05).

SARAN

Hasil kesimpulan penelitian tersebut maka peneliti menyarankan kepada: 1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan pihak manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan dan keahlian perawat dengan melakukan pengaturan jumlah perawat dan jam kerja serta tetap meningkatkan kemampuan keterampilan melalui pelatihan sehingga tidak terjadi

Page 9: JURNAL

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

9 Eriansyh Suleman,SB. 2015

kejenuhan kerja (burnout) yang tinggi pada perawat.

2. Bagi keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan

menjadi gambaran nyata tentang pengaruh beban kerja terhadap kejenuhan kerja (burnout perawat) di lingkungan kerja, sehingga perawat dapat mengantisipasi kejenuhan kerja dengan cara mempersiapkan fisik dan mental melalui kegiatan rekreasi bersama dengan perawat lain, mengikuti pelatihan dan pengembangan keahlian, juga membentuk lingkungan sosial yang sehat antara sesama perawat untuk menghindari beban kerja berlebih yang dapat mengakibatkan kejenuhan kerja.

3. Bagi peneliti Peneliti menyadari bahwa penelitian

ini masih memiliki keterbatasan – keterbatasan seperti jumlah responden yang sedikit, sehingga untuk penelitian mendatang diharapkan agar jumlah responden lebih dimaksimalkan lagi dan perlu dikembangkan lagi dengan melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejenuhan kerja perawat

DAFTAR PUSTAKA

Ambar. 2006. Hubungan Antara Kelelahan

dengan Produktivitas Tenaga Kerja di bagian Penjahitan PT Bengawan Solo Garment Indonesia. Skripsi, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang.

Ayu, P. 2012. Kejenuhan Kerja ( Burnout )

dengan Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan. Jurnal STIKES Volume 5, No. 2, Desember 2012. puslit2.petra.ac.id/ejournal

Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan.

Refika Aditama. Jakarta

Kartikawati, D 2014. Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Salemba Medika

Pitaloka. 2010. Pengaruh kondisi kerja dan

beban kerja terhadap stres kerja pada perawat di ruang rawat inap rsu kaban jahe kab. Karo tahun 2010. Skripsi. FIK. USU : Medan

Dian, L. 2007. Analisis Hubungan beban

Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap Di RSUD Sidikalang. Thesis. Pasca Sarjana. USU. Medan

Dian, N. 2012. Hubungan Antara Efikasi

Diri (Self Efficacy) Dan Stres Kerja Dengan Kejenuhan Kerja (Burnout) Pada Perawat IGD dan ICU RSUD Kota Bekasi. Jurnal Soul, Vol. 5, No.2, September 2012. http://download.portalgaruda.org

Dolok, S. 2012. Hubungan Beban Kerja

dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran. FIK. USU. Medan

Handini. H. 2013. Perbaikan Sistem Kerja

untuk Meningkatkan Produktivitas dan Mengurangi Burnout pada Perawat UGD (Studi Kasus : UGD RSU Haji Surabaya). http://digilib.its.ac.id/

Hasibuan. 2009. Hubungan Kelelahan Kerja

Dan Kepuasan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Perawat di ruang rawat inap RSU dr. Tengku mansyur Tanjungbalai Tahun 2010. Skripsi. FIK. USU.Medan

Hasibuan, 2010, Manajemen Sumber Daya

Manusia. Bumi Aksara, Jakarta. Kurniawati, D. 2012. Hubungan Kelelahan

Kerja Dengan Kinerja Perawat Di

Page 10: JURNAL

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

10 Eriansyh Suleman,SB. 2015

Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit Islam Fatimah Kabupaten Cilacap. KES MAS Vol. 6, No. 2, Juni 2012 : 162-232. 1. http://ejournals1.undip.ac.id,

Kasmarani. 2012. Pengaruh Beban Kerja

Fisik Dan Mental Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cianjur. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 767 – 776. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm. diakses tanggal 20 Oktober 2014

Kurniadi.2013. Manajemen Keperawatan

dan Prospektifnya. FKUI. Jakarta Novita. E. 2011. Hubungan antara Motivasi

Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout pada Perawat di RSUD Serui–Papua. Jurnal INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011. puslit2.petra.ac.id/ejournal.

Niven. 2002. Psikologi Kesehatan :

Pengantar Untuk Perawat Profesional Kesehatan lain. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Perry & Potter. (2005). Buku ajar

fundamental keperawatan: Konsep, proses, dan praktik / Patricia A. Potter, Anne Griffi n Perry; alih bahasa, Yasmin Asih (et al); editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester, (4th ed). Jakarta: EGC

Pahalendang, S. 2013. Pengaruh Iklim

Organisasi dan Burnout terhadap Kinerja Perawat RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Jurnal. Volume 11. No.3.puslit2.petra.ac.id/ejournal

Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian

Administrasi Kesehatan. Alfabeta. Bandung

Saryono, 2013. Metodologi Penelitian

Kualitatif dan Kuantitatif. Nuha Medika. Yogyakarta

Setyawati, L. M., 2010, Selintas Tentang

Kelelahan Kerja. Amara Books, Yogyakarta.

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Produktivitas. UNIPRESS. Surakarta

UU No.38 tahun 2014 Tentang Keperawatan.

www.hukor.depkes.go.id Utami. 2004. Burnout Pada Pustakawan.

Article. www. staff.ui.ac.id Windayanti. 2007. Burnout Pada Perawat

Rumah Sakit Pemerintah Dan Perawat Rumah Sakit Swasta. JPS VoL. 13 No. 02 Mei 2007. puslit2. petra.ac.id/ejournal

Widyanti. 2010. Pengukuran Beban Kerja

Mental Dalam Searching Task Dengan Metode Rating Scale Mental Effort (Rsme). Jurnal. Vol V, No 1,