Upload
ifa-n-diwani
View
218
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jurnaal jurnal jurnal gcfthvcnbc dskilogflgxzzzzz rcvvhj jfchgvjvjvc rddsjkjvfcd rdc
Citation preview
JOURNAL READING
“LONG TERM USE OF LITHIUM AND FACTORS ASSOCIATEDWITH TREATMENT RESPONSE AMONG PATIENTS
WITH BIPOLAR DISORDER”
Pembimbing:
dr. RR Dyah Rikayanti N, Sp.KJ
Disusun Oleh :
Ifa Nur Diwani
Aisyah Nurul Sarah
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJAR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016
Penggunaan lithium jang ka panjang dan faktor yang berhubungan dengan respon
pengobatan pada pasien dengan gangguan bipolar
Ringkasan
Latar belakang : lithium telah menjadi baku emas dalam mengobati gangguan bipolar.
Dalam beberapa terakhir, penggunaan lithium tampaknya berkurang meskipun dapat
ditoleransi oleh pasien gangguan bipolar.
Subjek dan metode : penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efikasi dan toleribilitas
lithium, serta untuk menentukan faktor yang berhubungan dengan respon lithium pada pasien
gangguan bipolar. Sebuah studi retrospektif telah dilakukan di sebuah rumah sakit perawatan
tersier di Malaysia, sebanyak 47 pasien dengan ganggan bipolar yang diresepkan dengan
terapi pemeliharaan lithium dalam jangka waktu Januari 2009 sampai Desember 2013.
Hasil : Dari semua karakteristik dasar diuji, hanya fitur psikotik yang dibedakan pada
kelompok lithium monoterapi dan kelompok kombinasi terapi secara signifikan (χ2 = 4,732,
p = 0,03). Bila dibandingkan dengan periode sebelum pemeliharan lithium, semua hasil
langkah-langkah tsb (misal tingkat kambuhan, proporsi waktu sakit dan durasi episode mood)
menunjukkan perbaikan yang signifikan setelah diberikan pemeliharaan dengan lithium pada
kedua kelompok perlakuan. Penghentian penggunaan lithium hanya terjadi pada lima kasus
yang memiliki efek samping. Episode mood depresi sebelum pemeliharaan dengan lithium
(OR = 0,159, p = 0,033) dan terjadi eutimik pertama setelah perawatan dengan lithium. (OR
= 1,109, p = 0,047) secara signifikan diprediksi respon lithium.
Diskusi : Lithium secara signifikan mengurangi frekuensi dan waktu kekambuhan pada
pasien dengan gangguan bipolar. Terutama pada depresi mood sebelum pemeliharaan
mnggunakan lithium dan mood eutimik pertama setelah perawatan lithium telah diidentifikasi
untuk memprediksi respon lithium secara signifikan.
Kata kunci : lithium - gangguan bipolar - respon - tingkat kambuh - dominan episode mood
depresi
PENDAHULUAN
Gangguan bipolar adalah salah satu dari lima besar penyebab kecacatan paling banyak
dikalangan remaja dan dewasa muda dan memberikan dampak besar pada aspek prestasi
akademik dan ambisi berkarir dalam kehidupan pasien (Gore et al. 2011, Laxman et al.
2008). Lithium telah menjadi baku emas dalam mengobati gangguan bipolar selama setengah
dekade (Gerson et al. 2009). Untuk profilaksis jangka panjang gangguan bipolar, lithium
telah ditemukan dapat mengurangi 2,6 kali lipat episode mood per tahun dan mengurangi
waktu sakit sebesar 2,5 kali lipat (Tondo et al. 1998). Durasi pemakaian lithium jangka
panjang dapat mengurangi kekambuhan lima kali lipat jika dibandingkan dengan penghentian
lithium (Biel et al. 2007). Fase manik umumnya kambuh dengan respon yang baik jika
menggunankan lithium, bagaimanapun, efikasi lithium pada fase depresi adalah campuran
dan kurang kuat (Geddes et al. 2004). Ketika melihat efikasi anti-bunuh diri, ditemukan
bahwa hal tersebut dapat mengurangi risiko bunuh diri sekitar 80% ketika berlangsung
selama 18 bulan pada gangguan unipolar dan gangguan bipolar tipe depresi (Baldessarini et
al. 2006).
Efek buruk menjadi perhatian utama penggunaan lithium. Efek samping yang paling
umum yang mengakibatkan penghentian lithium adalah mual, diare, poliuria, polidipsia dan
tremor (Calabrese et al. 2005). Beberapa faktor telah dilaporkan berhubungan dengan respon
yang baik penggunaan lithium, hal ini termasuk : usia yang lebih tua dari onset penyakit,
onset awal pengobatan, durasi yang singkat antar-episode selama hidup, durasi yang panjang
antar-episode setelah memulai pemakaian lithium, morbiditas yang lebih tinggi (yaitu
frekuensi dan waktu kekambuhan) sebelum pemeliharaan lithium dan masa laten yang lebih
singkat dengan pengobatan lithium (Tondo et al. 2001). Meskipun lithium memiliki sejarah
panjang dalam mengobati gangguan bipolar, beberapa tahun terakhir dilaporkan respon
penggunaan lithium pada gangguan bipolar telah menurun karena munculnya agen baru.
Faktor-faktor seperti beberapa episode depresi sebelum pemakaian lithium, stres psikososial
dan dukungan sosial yang rendah juga akan mempengaruhi respon lithium (Kulhara et Al.
1999). Pasien dengan gambaran psikotik, campuran, penyalahgunaan zat dan mereka yang
memerlukan tambahan antipsikotik juga ditemukan secara signifikan cenderung memiliki
respon yang rendah terhadap pemakaian lithium (Baldessarini & Tondo 2000). Namun
demikian, faktor-faktor seperti tingkat penerimaaan sebelum penggunaan lithium, pada
episode mood dan usia yang lebih tua dari onset penyakit telah menunjukkan hasil yang lebih
konsisten dalam memprediksi respon lithium (Tighe et al. 2011).
Respon lithium juga terkait dengan variasi genetik sebagai respon lithium yang telah
dilaporkan di seluruh etnisitas yang berbeda (Bhugra & Bhui 1999). Studi yang berhubungan
dengan one genome-wide menunjukan bahwa lithium dapat mencegah kambuhnya gejala
gangguan bipolar yang dilakukan pada individu keturunan Eropa menunjukkan bahwa respon
positif mungkin terkait dengan variasi dalam gen yang mengkode reseptor glutamat (Chen et
al 2014.; Mohamed Saini et al. 2014). Oleh karena itu, hal ini menimbulkan keraguan pada
efikasi dan tolerabilitas profilaksis lithium jangka panjang antara penduduk lokal dan juga
menimbulkan keingintahuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memprediksi respon
lithium dalam pengobatan jangka panjang pada gangguan bipolar. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi efikasi dan tolerabilitas lithium dalam pemeliharaan jangka
panjang gangguan bipolar; serta untuk menentukan faktor yang terkait dengan respon lithium.
SUBJEK DAN METODE
Sebuah studi retrospektif dilakukan pada rumah sakit perawatan tersier di Malaysia.
Pasien dewasa yang didiagnosis dengan gangguan bipolar dan diresepkan dengan lithium
sebagai profilaksis selama minimal enam bulan dan penelitian ini berlangsung dari Januari
2009 sampai Desember 2013. Diperkirakan bahwa total minimal responden sebanyak 32
subjek yang diperlukan untuk mencapai kekuatan studi 80% dan tingkat signifikansi 0,05.
Data yang diambil termasuk usia saat ini, usia saat onset penyakit, jenis kelamin, ras, riwayat
keluarga penyakit mental, durasi pemakaian lithium, riwayat penggunaan obat sebelumnya,
durasi dan frekuensi setiap episode mood, polaritas masing-masing episode mood, interval
eutimik, frekuensi rawat inap, frekuensi upaya bunuh diri, adanya gambaran psikotik, adanya
episode campuran, adanya perubahan suasana hati dengan cepat, efek samping terkait dengan
penggunaan lithium dan kadar lithium serum yang diperoleh dari catatan medis.
Pasien dengan catatan medis tidak lengkap, dianggap non-compliant yaitu dinyatakan
dalam rekam medis atau konsentrasi serum tidak terdeteksi selama follow up, gagal follow up
setelah memulai perawatan lithium atau tanpa episode mood sebelum episode indeks di mana
lithium mulai dikeluarkan. Pasien juga dieksklusikan jika mereka diberi resep dengan obat
antiinflamasi non steroid, angiotensin-converting enzim inhibitor, diuretik dan obat lainnya
yang diketahui mempengaruhi kadar lithium selama periode follow up. Untuk pasien tanpa
episode mood sebelum pemeliharaan lithium dimulai, tidak ada perbandingan yang bisa
dibuat untuk menilai khasiat dalam mencegah kekambuhan. Oleh karena itu, pasien dengan
kondisi seperti itu juga dikeluarkan dari penelitian. Penelitian ini telah disetujui oleh Komite
Etik Penelitian dari Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM 1.5.3.5/244/NF-012-14).
Untuk studi ukuran hasil klinis, cut-off selama enam bulan pada pemeliharaan lithium
digunakan untuk memastikan pasien yang dipilih telah stabil pada terapi pemeliharaan
lithium (Biel et al. 2007). Untuk alasan ini, frekuensi kekambuhan dan lamanya waktu
kambuh selama enam bulan pertama setelah perawatan lithium dimulai tidak
dipertimbangkan. Semua ukuran hasil klinis hanya dipertimbangkan dari bulan ketujuh dan
seterusnya dari hari remisi dari indeks episode dimana pemakaian lithium dimulai. Data
sebelum pemeliharaan lithium dikumpulkan dari awal diagnosis sampai episode mood
pertama dimana pengobatan pemeliharaan lithium dimulai. Penggunaan lithium monoterapi
hanya digunakan selama fase pemeliharaan, selain itu pasien juga diperbolehkan mengunakan
obat-obatan psikotropika seperti agen hipnotis. Sementara itu, terapi kombinasi lithium yaitu
kombinasi lithium dengan satu atau lebih obat-obatan yang mengubah mood seperti
antikonvulsan, antipsikotik dan antidepresan yang terus digunakan lebih dari enam bulan
setelah episode mood akut. Responden pada penelitian ini didefinisikan minimal 50% atau
lebih, dimana terjadi peningkatan proporsi waktu sakit yang relatif pada periode sebelum
pemeliharaan lithium. Data sebelumnya, pemeliharaan lithium dikumpulkan dari awal
diagnosis sampai episode mood dimana pengobatan pemeliharaan lithium dimulai. Data
selama pemeliharaan lithium dikumpulkan setelah pengobatan pemeliharaan lithium dimulai
sampai hari dimana lithium dihentikan atau pada akhir masa studi.
Untuk kadar lithium serum, tingkat pengukurannya hanya selama fase pemeliharaan
yang dinilai. Tingkat pengukuran selama episode mood akut dan tingkat pengukuran ketika
ada obat-obat lain atau interaksi obat yang tidak termasuk. Rata-rata tingkat pengukuran
selama fase pemeliharaan dihitung untuk setiap subyek. Untuk efek samping lithium, hal
tersebut hanya boleh ditegakkan oleh psikiater yang mengobati, untuk membedakan apakah
efek samping ini disebabkan oleh penggunaan lithium berdasarkan klasifikasi seperti
"certain", "probable", "possible" dan "unlikely" yang dipakai oleh Malaysian Adverse Drug
Reactions Advisory Commite (MADRAC 2012) formulir pelaporan efek samping.
Pengukuran hasil yang dikumpulkan dari tingkat kekambuhan, proporsi lamanya
waktu sakit, durasi setiap episode mood, tingkat rawat inap per tahun dan tingkat bunuh diri
per tahun. Tingkat kekambuhan mengacu pada rata-rata frekuensi episode manik atau
hipomanik dan episode depresi per tahun. Proporsi lamanya waktu sakit yang dimaksud
adalah persentase waktu selama episode manik atau hipomanik dan episode depresi per
tahun. Durasi episode mood didapatkan dari durasi rata-rata untuk setiap episode mood.
Tingkat rawat inap dan upaya bunuh diri diukur dari frekuensi rawat inap dan upaya bunuh
diri per tahun.
Analisis Statistik
SPSS versi 21 digunakan untuk melakukan analisis statistik. Uji Shapiro-Wilks
digunakan untuk menguji normalitas data. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisa
resep lithium, prevalensi efek samping, tingkat rawat inap dan tingkat upaya bunuh diri.
Untuk keseluruhan data demografi, data kategori dibandingkan menggunakan uji chi-square
atau uji Fisher; Data kontinyu adalah dibandingkan dengan menggunakan t-test atau Mann-
Whitney U-test. Dasar morbiditas dan hasil klinis selama pemeliharaan lithium dibandingkan
antara kelompok monoterapi dan kelompok kombinasi lithium menggunakan uji Mann
Whitney U. Untuk analisis berbagai hasil klinis sebelum dan selama penggunaan Lithium,
digunakan uji Wilcoxon Signed Rank. Analisis pendahuluan menggunakan uji Chi-square
untuk mengetahui hubungan antara variabel dan uji korelasi Spearman dilakukan untuk
mengidentifikasi variabel independen yang potensial untuk dimasukkan dalam model regresi
logistik. Sebuah model analisis logistik multivariat didapat dari variabel independen yang
memiliki tingkat signifikansi p <0,10. Semua uji statistik two tailed pada tingkat signifikansi
p <0,05. Derajat kepercayaannya adalah 80%.