9
ETNOBOTANI BEBERAPA SPESIES PADA SUKU FABACEAE Nur Saidatuzzahroh (3425110107), Sheilla Angelina (noreg), Putri Octaviani (3425111421), Rega Alfi () & Bagus Herda Saputra (noreg) Abstrak Fabacae merupakan salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan, Fabaceae dibagi dalam tiga sub famili yaitu Papilionaceae, Caesalpiniaceae dan Mimosacese. Pembagian ketiga sub famili ini berdasarkan bentuk bunganya. Pada sub famili Papilionaceae memiliki karakteristik tumbuhan yang berbunga kupu-kupu (papilon = kupu-kupu). Keisitimewaan dari suku ini adalah pada bagian akarnya yang bersimbiosis dengan sejenis bakteri yang dapat menghisap nitrogen bebas dari udara. Bakteri ini adalah Rhizobium javanicum , Rhizobium leguminoserum (rhizo=akar). Oleh karena itu, kelompok tumbuhan ini dikenal sebagai tanaman pupuk hijau. Caesalpiniaceae memiliki karakteristik bunga seperti sayap pada burung merak dengan bagian tengahnya yang disebut lunas. Spesies Bauhinia corymbosa dan Bauhinia sp. bermanfaat sebagai tanaman hias pada pekarangan rumah karena memiliki bunga yang indah, serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga dapat mensejahterakan masyarakat. Spesies Senna didymobotrya daunnya digunakan untuk obat pencahar atau sembelit. Daun dari spesies Calliandra haematocephala digunakan sebagai obat luka baru. Sedangkan pada Calliandra calothyrsus dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia , sebagai pupuk hijau, tanaman pelindung bagi kopi dan teh, untuk memperbaiki tanah dan menahan erosi. Spesies Arachis pintoi bermanfaat untuk pengontrol erosi, pada usaha tani lahan kering yang berlereng, erosi terjadi terutama pada periode awal pertumbuhan tanaman yang menyebabkan lahan terdegradasi dan menurun produktivitasnya. PENDAHULUAN Kebun Raya Cibodas (Cibodas Botanical Garden) yang terletak di Kompleks Hutan Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat merupakan salah satu suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan. Letak kebun raya cibodas berada di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango pada ketinggian kurang lebih 1.300 – 1.425 meter di atas permukaan laut dengan luas 84,99 hektar. Temperature rata- rata 20,06 ºC, kelembaban 80,82 % dan rata-rata curah hujan 2.950 mm per tahun. Kawasan Kebun Raya Cibodas memiliki keberagaman flora yang begitu banyak. Flora yang ada merupakan

jurnal botani fabaceae.doc

Embed Size (px)

Citation preview

JUDUL

ETNOBOTANI BEBERAPA SPESIES PADA SUKU FABACEAENur Saidatuzzahroh (3425110107), Sheilla Angelina (noreg), Putri Octaviani (3425111421), Rega Alfi () & Bagus Herda Saputra (noreg)

Abstrak

Fabacae merupakan salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan, Fabaceae dibagi dalam tiga sub famili yaitu Papilionaceae, Caesalpiniaceae dan Mimosacese. Pembagian ketiga sub famili ini berdasarkan bentuk bunganya. Pada sub famili Papilionaceae memiliki karakteristik tumbuhan yang berbunga kupu-kupu (papilon = kupu-kupu). Keisitimewaan dari suku ini adalah pada bagian akarnya yang bersimbiosis dengan sejenis bakteri yang dapat menghisap nitrogen bebas dari udara. Bakteri ini adalah Rhizobium javanicum , Rhizobium leguminoserum (rhizo=akar). Oleh karena itu, kelompok tumbuhan ini dikenal sebagai tanaman pupuk hijau. Caesalpiniaceae memiliki karakteristik bunga seperti sayap pada burung merak dengan bagian tengahnya yang disebut lunas. Spesies Bauhinia corymbosa dan Bauhinia sp. bermanfaat sebagai tanaman hias pada pekarangan rumah karena memiliki bunga yang indah, serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga dapat mensejahterakan masyarakat. Spesies Senna didymobotrya daunnya digunakan untuk obat pencahar atau sembelit. Daun dari spesies Calliandra haematocephala digunakan sebagai obat luka baru. Sedangkan pada Calliandra calothyrsus dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia , sebagai pupuk hijau, tanaman pelindung bagi kopi dan teh, untuk memperbaiki tanah dan menahan erosi. Spesies Arachis pintoi bermanfaat untuk pengontrol erosi, pada usaha tani lahan kering yang berlereng, erosi terjadi terutama pada periode awal pertumbuhan tanaman yang menyebabkan lahan terdegradasi dan menurun produktivitasnya.PENDAHULUAN

Kebun Raya Cibodas (Cibodas Botanical Garden) yang terletak di Kompleks Hutan Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat merupakan salah satu suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan. Letak kebun raya cibodas berada di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango pada ketinggian kurang lebih 1.300 1.425 meter di atas permukaan laut dengan luas 84,99 hektar. Temperature rata-rata 20,06 C, kelembaban 80,82 % dan rata-rata curah hujan 2.950 mm per tahun. Kawasan Kebun Raya Cibodas memiliki keberagaman flora yang begitu banyak. Flora yang ada merupakan tumbuhan yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan pengembangan serta ilmu pengetahuan di bidang konservasi. Ilmu pengetahuan dan pengembangan perlu dilakukan pada flora yang ada di kawasan tersebut agar dapat dibudidayakan dan bermanfaat bagi masyarakat. Fabaceae disebut juga Leguminosae atau polong-polongan merupakan keluarga terbesar ketiga setelah angiosperma Orchidaceae (anggrek) dan Asteraceae (aster, bunga matahari). Sejumlah besar spesies dari Fabaceae dapat di panen sebagai tanaman untuk konsumsi manusia dan hewan serta untuk minyak, serat, bahan bakar, pupuk, kayu, obat, bahan kimia, dan varietas hortikultura (Lewis et al., 2005). Selain itu, beberapa spesies dipelajari sebagai sistem model genetik dan genom (misalnya Pisum sativum, Medicago truncatula, dan trefoil, Lotus corniculatus). Habitus dari Fabaceae bervariasi dari semak, pohon, tanaman merambat/ liana, dan bahkan beberapa diantaranya akuatik. Ukurannya juga bervariasi. Fabaceae termasuk tumbuhan yang dominan dan sering ditemukan dalam berbagai jenis vegetasi, sebagian besar jenis vegetasi didistribusikan ke seluruh daerah beriklim sedang dan tropis dunia (Rundel, 1989).Fabaceae sangat beragam di hutan tropis dan subtropis. Speseies dari Fabaceae, misalnya kacang-kacangan memiliki kemampuan untuk mengikat nitrogen dari udara, karena pada akar tanaman kacang-kacangan terdapat bakteri yang disebut Rhizobium. Bakteri ini bersimbiosis dengan bintil-bintil pada akar tanaman kacang-kacangan yang dapat mengikat nitrogen dari udara sehingga dapat menyuburkan tanaman disekitarnya karena tanahnya mengandung banyak unsur hara. Hal ini merupakan salah satu dari beberapa cara pada kacang-kacangan untuk memperoleh nitrogen yang banyak untuk proses metabolismenya (McKey, 1994; Sprent, 2001).

Tumbuhan memiliki peranan penting dalam masyarakat. Berbagai macam kebutuhan dapat diperoleh dari tumbuhan. Perkembangan dari ilmu dan pengetahuan serta teknologi membuat pemanfaatan dan budidaya tumbuhan menjadi berkembang. Menurut Soekarman dan Riswan (1992) istilah etnobotani sebenarnya sudah lama dikenal, etnobotani sebagai ilmu mempelajari pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh suku-suku terkecil. Rifai dan Waluyo (1992) mengemukakan bahwa etnobotani adalah mendalami hubungan budaya manusia dengan alam nabati sekitarnya. Dalam hal ini diutamakan pada persepsi dan konsepsi budaya kelompok masyarakat dalam mengatur sistem pengetahuan tentang tumbuhan yang dimanfaatkan di dalam masyarakat tersebut. Suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik secara menyeluruh antara masyarakat lokal dan alam lingkungannya meliputi sistem pengetahuan tentang sumberdaya alam tumbuhan (purwanto,1999).

METODOLOGI

Pengamatan ini dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2012 di Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat. Pengamatan dilakukan mulai pukul 07.30 15.00 WIB. Alat yang digunakan antara lain : alat tulis, kertas, papan jalan, panduan lapangan, dan kamera.Pengamatan dilakukan dengan tracking ke kawasan Kebun Raya Cibodas dengan menggunakan panduan lapangan, kemudian mencatat data dari tanaman yang ditemukan dan mengambil foto bagian-bagian tanaman. Melalui panduan lapangan, dapat diketahui ciri umum Fabaceae, setelah itu melalui karakter bunga yang telah diamati lau mengelompokkan tanaman pada ketiga sub-suku dari fabaceae. Kemudian data yang didapat di identifikasi untuk mengetahui jenisnya.

HASIL

Gambar

Deskripsi

Bauhinia corymbosa

Calsapinaceae

Habitus : perdu

Daun : pangkal daun berbagi, bentuk daun seperti kupu-kupu, daun muda berwarna hijau keunguan atau merah, permukaan daun kasar, aksilar.

Batang : berbentuk persegi, berwarna merah dan permukaannya halus.

Bunga : merupakan bunga zigomorf dan berwarna ungu.

Buah : polong-polongan.

Bauhinia sp.

Calsapinaceae

Habitus : perdu

Daun : daun nya lebih panjang dari pada jenis Buhinia corymbosa, daun mudanya memiliki permukaan yang lebih licin dari pada daun yang sudah tua, daun yang muda agak menutup sedangkan yang tua daunnya membuka. Venasi pada daun ada 5.

Batang : permukaannya berbulu, bentuknya bulat, pada batang yang masih muda berwarna hijau kemerahan sedangkan pada batang yang sudah tua permukaanya sedikit lebih kasar.

Bunga : zygomorf dan berwarna putih keunguan.

Buah : polong-polongan.

Senna didymobotrya

Habitus : perdu

Daun : daunnya majemuk beranak daun genap, ujung daun runcing, pangkal daunnya juga runcing.

Batang : batang berbentuk bulat dan bekayu.

Bunga : bunganya berwarna kuning.

Buah : buahnya polong-polongan dan terdapat sekat-sekat ruang di dalam buahnya, setiap sekat teriri beberapa biji yang kecil-kecil berwarna coklat kehitaman jika sudah tua.

Calliandra haematocephalaMimosaceae

Habitus : perdu, Pohon, tinggi 6-8 m.

Daun : daunnya majemuk menyirip anak daun bentuk lanset, ujung dan pangka! tumpul, tepi rata, panjang 10-15 cm, lebar 1-3 cm, hijau.

Batang : batang yang muda berbentuk kotak/persegi sedangkan batang yang sudah tua berbentuk bulat. Tegak, berkayu, percabangan simpodial, putih kotor.

Bunga : bunganya berwarna merah, Majemuk, diujung cabang, bentuk bongkol, benangsari banyak, daun mahkota lepas, benluk rambut, panjang 11-16 cm

Buah : Polong, pipih, panjang 10-15 cm, lebar 1-2 cm, masih muda hijau setelah tua coklat.

Biji berjumlah 3-15, berbentuk elips dan pipih, berukuran 5-7 mm, berwarna coklat kelam.

Akar Tunggang, kuning kecoklatan.

Caliandra calothyrsus

Semak atau pohon kecil, tinggi (1.5-)4-6(-12) m, diameter batang dapat berukuran 30 cm, kulit batang berwarna coklat kehitaman. Daun majemuk menyirip ganda, berseling (alternate) dengan jarak antar ruas (rachis) 10-17 cm. Perbungaan terdiri dari sedikit atau banyak kepala bunga, bunga berkelompok di bagian ujung (terminal) membentuk rasemosa berukuran 10-30 cm. Tiap bunga menarik berwarna merah keunguan berukuran 4-6 cm; daun kelopak berukuran 2 mm; kelopak mahkota 5-6 mm; benang sari banyak. Buah kering, panjang 8-11 cm dan lebar 1 cm. Biji berjumlah 3-15, berbentuk elips dan pipih, berukuran 5-7 mm, berwarna coklat kelam.

Arachis pintoi

Habitus: herba rendah.

Daun: 2 pasang, berbulu halus, daging daun seperti kertas. Ujung daun runcing, pangkal daun tumpul.

Bunga: perbungaan terminal, kelopaknya berwarna kuning besar. Kacang hias ini umumnya berbunga terusmenerus selama masa hidupnya, dengan 4065 bunga/m2 setiap harinya. Setelah terjadi penyerbukan, ovary (indung telur) pada gynophore akan memanjang sampai 27 cm dan masuk ke dalam tanah sampai kedalaman 7 cm yang selanjutnya membentuk polong dan biji.

Buah: polong-polongan.

Biji: setiap polong hanya berisi satu biji.

Batang: Berupa stolon.

Akar: system perakaran serabut

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kawasan Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat. Fabacae merupakan salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan, Fabaceae dibagi dalam tiga sub famili yaitu Papilionaceae, Caesalpiniaceae dan Mimosacese. Pembagian ketiga sub famili ini berdasarkan bentuk bunganya. Pada sub famili Papilionaceae memiliki karakteristik tumbuhan yang berbunga kupu-kupu (papilon = kupu-kupu). Semua bunga dalam kelompok ini berbentuk seperti kupu-kupu.Bagian-bagian bunganya terdiri dari bendera, sayap, lunas. Sebagian besar dari jenis ini dapat dikonsumsi dan merupakan komoditas penting dalam kehidupan manusia. Keisitimewaan dari suku ini adalah pada bagian akarnya yang bersimbiosis dengan sejenis bakteri yang dapat menghisap nitrogen bebas dari udara. Bakteri ini adalah Rhizobium javanicum , Rhizobium leguminoserum (rhizo=akar). Oleh karena itu, kelompok tumbuhan ini dikenal sebagai tanaman pupuk hijau.

Caesalpiniaceae memiliki karakteristik bunga seperti sayap pada burung merak dengan bagian tengahnya yang disebut lunas. Caesalpiniaceae meliputi 150 marga, dan kurang lebih 22000 species. Hampir semua marga dari suku ini berupa perdu atau pohon, dan boleh dikatakan tidak ada yang berupa terna dan berakar tunggang. Batang simpodium. Daun umumnya majemuk menyirip ( majemuk pinnatus), atau menyirip ganda (majemuk bipinnatus), jarang sekali ditemukan tunggal atau beranak daun satu. Bunga umumnya majemuk tak terbatas (Racemosa), dengan bunga tersusun dalam tandan. Memiliki daun kelopak (sepal) 5, dengan 5 daun mahkota (petal) yang bebas, tidak ada yang berlekatan atau dapat pula ditemukan jumlah daun mahkota (petal) kurang dari 5. Benang sari (stamen) 10 jarang lebih, bisanya bebas atau berlekatan, putik (pistillum) dengan satu daun buah (carpel). Buahnya berupa buah polong yang jika masak akan kering kemudian pecah. Buahnya juga dapat berdaging dan tidak membuka, sering kali bersayap. Biji dengan endoperm yang tipis atau tanpa adanya endosperm, lembaga besar. Sedangkan pada sub famili Mimosaceae memiliki karakteristik bunga dengan bentuk bongkol. Dan bunganya merupakan bunga mejemuk dengan banyak beneng sari dan daunnya mejemuk. Spesies dari famili fabaceae memiliki banyak manfaat bagi masyrakat, pada spesies Bauhinia corymbosa dan Bauhinia sp. bermanfaat sebagai tanaman hias pada pekarangan rumah karena memiliki bunga yang indah, serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga dapat mensejahterakan masyarakat. Pada spesies Senna didymobotrya daunnya digunakan untuk obat pencahar atau sembelit. Pada daun dari Spesies Calliandra haematocephala digunakan sebagai obat luka baru. Sedangkan pada Calliandra calothyrsus dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia , sebagai pupuk hijau, tanaman pelindung bagi kopi dan teh, untuk memperbaiki tanah dan menahan erosi. Selain itu, digunakan sebagai sumber serbuk sari bagi produksi madu. Tujuan penanaman kaliandra pada mulanya untuk penghijauan, mencegah erosi dan mencegah penduduk mengambil kayu bakar dari hutan. Dengan adanya kaliandra, penduduk dapat mengambil kayunya untuk kayu bakar sehingga penebangan liar di hutan oleh penduduk dapat dicegah (Tangendjaja et al., 1992 dalam Wina et al., 2000).

Spesies Arachis pintoi bermanfaat untuk pengontrol erosi, pada usaha tani lahan kering yang berlereng, erosi terjadi terutama pada periode awal pertumbuhan tanaman yang menyebabkan lahan terdegradasi dan menurun produktivitasnya. Arachis pintoi berpotensi besar untuk mencegah hanyutnya tanah, karena susunan/anyaman batang dan perakarannya dapat melindungi tanah dari daya rusak intensitas hujan yang tinggi. Selain itu untuk rehabilitasi lahan, sebagai salah satu famili leguminosa Arachis pintoi berpotensi untuk meningkatkan kesuburan tanah dari hasil fiksasi (penambatan) nitrogen secara biologi. Dari hasil fiksasi tersebut dihasilkan 6585% nitrogen. Pengontrol Gulma, di daerah tropis Arachis pintoi telah teruji kemampuannya dalam bersaing dengan gulma, seperti pada perkebunan kopi, coklat, pisang, jeruk, ubi kayu, dan nenas. Jenis kacang ini efektif mencegah tumbuhnya gulma setelah 34 bulan ditanam atau sama efektifnya dengan Desmodium ovalifolium dalam mencegah tumbuhnya kembali gulma. Pengontrol Nematoda, dari hasil penelitian di Costa Rica, Arachis pintoi mampu melindungi tanaman tomat dari infeksi yang disebabkan nematoda Meloidogyne arabicide, dan tanaman kopi dari Meloidogyne exigua. Tanaman ini juga terbukti bukan merupakan host dari kedua jenis nematoda ini dan bahkan mampu menekan (effek negatife) perkembangan kedua jenis nematoda tersebut. Arachis pintoi dapat digunakan untuk makanan beberapa jenis ternak peliharaan seperti : sapi, kuda, keledai, biri-biri (domba), kambing, babi, dan ayam. Daunnya mengandung kadar protein yang tinggi dan baik untuk pencernaan. UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada dosen mata kuliah Botani, Bapak Agung Sedayu, yang sudah mengajar kami sehingga kami paham dengan penelitian kami.Terima kasih kepada kakak pendamping kami, Hafidza, yang sudah membimbing kami selama kami pengamatan sampai pembuatan jurnal ini.

Terima kasih kepada semua teman-teman yang membantu dan selalu mendukung kami sehingga kami dapat menyelesaikan jurnal ini.DAFTAR PUSTAKA

Benson, L. 1957. Plant Classification. pp: 33-42. Boston D.C.: Heath and

Company

Duke. J.1983. Handbook of Energy Tanaman. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta

Fahn, A. 1990. Plant Anatomi. 4th Ed. London: Butterwort-Heinemann Ltd.

Steenis, Van. 1981. Flora cetakan ketiga. P T Pradnya Paramita. jakarta Tjitrosoepomo, G. 1997. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah

Mada University pressWina Elizabeth dan Tangendaja Budi. 2000. Pemanfaatan kaliandra (calliandra calothyrsus) Sebagai hijauan pakan ruminansia di Indonesia. Lokakarya Produksi Benih dan Pemanfaatan Kaliandra di Bogor 14 16 November, 2000.http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/leaflet/arachis%20pintoi.pdfhttp://www.smgrowers.com/products/plants/plantdisplay.asp?plant_id=230http://www.plant.id.au/home/guide_view.aspx?id=166http://tolweb.org/Fabaceae/21093http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/24877/prosiding_penelitian_ilmu_hayat-2.pdfhttp://www.hear.org/pier/species/senna_didymobotrya.htmhttp://plantlust.com/plants/senna-didymobotrya/http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/Kajian-etnobotani-masyarakat-di-sekitar-Taman-Nasional-Gunung-Merapi-studi-kasus-di-Desa-Umbulharjo-Sidorejo-Wonodoyo-dan-Ngablak.pdfTerlalu panjang, kan ada maksimal di format berapa kata nya dik

Penjelasan nya dipersingkat

Abstrak isintya : tujuanpenelitian, penjelasan sedikit tentang suku, metode yg digunakan. Hasil dan manfaat dr spesies yang kalian dapatkan

Yakin? Mana sitasinya?

Antar satu paragraf dan paragraf laiinya harus berkesinambungan

Ko gada di dapus?

Gada di dapus

Mana nama metode dan teknik yg digunakan? Sertakan pula sitasinya

Ga perlu ditulis

Sumber gambar ditulis

Penulisan kata serapan dan bahasa asing jangan lupa ditulis italic.

Gausah terlalu banyak penjelasan tentang suku nya, lebih di bikin mendetail penjelasan morf dan manfaat dr spesies yang kalian dapatkan

Pembahasana harus disertai sitasi

Perhatikan lagi format penulisan dapus yang benar, sesuaikan anatara sitasi dan dapusnya