21
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Tournament) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pokok Bahasan Pecahan Pada Siswa Kelas III SDN 1 Suruhankidul Kecamatan Bandung Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013 Sulastri, S.Pd. Alamat: SDN 1 Suruhankidul Kecamatan Bandung Abstrak: Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada pembelajaran matematika di kelas III SDN 1 Suruhankidul Kecamatan Bandung menunjukkan bahwa hasil belajar kelas tersebut rendah. Salah satu penyebabnya adalah selama ini guru cenderung memakai metode ceramah dalam penyampaian materi, siswa merasa jenuh dengan suasana tersebut. Oleh karena itu perlu adanya suasana pembelajaran yang baru agar siswa termotivasi belajar sehingga prestasi belajarnya meningkat. Salah satu metode pembelajaran yang diyakini bisa mendorong motivasi siswa untuk belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa adalah pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament). Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendiskripsikan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) untuk meningkatkan prestasi belajar pokok bahasan pecahan pada siswa kelas III SDN 1 Suruhankidul Kecamatan Bandung Tulungagung tahun pelajaran 2012/2013 Data yang didapat dari hasil nilai tes siklus pertama dengan nilai rata-rata kelas 76,81 presentase ketuntasan 81,81% dengan kategori “sangat baik”. Sedang nilai tes dari siklus ke dua didapat rata-rata kelas 82,72 presentase ketuntasan 90,90% dengan kategori “sangat baik”. Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa pembelajaran kooperatif TGT (Team Game Tournament) dapat meningkatkan prestasi belajar Kelas III SDN 1 Suruhankidul Kecamatan Bandung Tulungagung. Kata Kunci : Prestasi Belajar, Tipe Pembelajaran TGT, Pecahan 1

Jurnal Bu Sulastri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal

Citation preview

Page 1: Jurnal Bu Sulastri

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Tournament) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pokok Bahasan Pecahan

Pada Siswa Kelas III SDN 1 Suruhankidul Kecamatan Bandung Kabupaten Tulungagung

Tahun Pelajaran 2012/2013

Sulastri, S.Pd.Alamat: SDN 1 Suruhankidul Kecamatan Bandung

Abstrak: Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada pembelajaran matematika di kelas III SDN 1 Suruhankidul Kecamatan Bandung menunjukkan bahwa hasil belajar kelas tersebut rendah. Salah satu penyebabnya adalah selama ini guru cenderung memakai metode ceramah dalam penyampaian materi, siswa merasa jenuh dengan suasana tersebut. Oleh karena itu perlu adanya suasana pembelajaran yang baru agar siswa termotivasi belajar sehingga prestasi belajarnya meningkat.

Salah satu metode pembelajaran yang diyakini bisa mendorong motivasi siswa untuk belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa adalah pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament).

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendiskripsikan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) untuk meningkatkan prestasi belajar pokok bahasan pecahan pada siswa kelas III SDN 1 Suruhankidul Kecamatan Bandung Tulungagung tahun pelajaran 2012/2013

Data yang didapat dari hasil nilai tes siklus pertama dengan nilai rata-rata kelas 76,81 presentase ketuntasan 81,81% dengan kategori “sangat baik”. Sedang nilai tes dari siklus ke dua didapat rata-rata kelas 82,72 presentase ketuntasan 90,90% dengan kategori “sangat baik”.

Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa pembelajaran kooperatif TGT (Team Game Tournament) dapat meningkatkan prestasi belajar Kelas III SDN 1 Suruhankidul Kecamatan Bandung Tulungagung.

Kata Kunci : Prestasi Belajar, Tipe Pembelajaran TGT, Pecahan

Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu pengetahuan universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern (Kurikulum, 2006:93) sehingga matematika

mempunyai peran penting dalam memajukan kemampuan dan daya pikir seorang

anak. Matematika merupakan alat utama untuk menyusun pemikiran yang jelas,

tepat dan taat azas. Oleh karena itu pembelajaran matematika yang tepat harus

dimulai sejak pendidikan dasar.

Rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor antara

lain model pembelajaran yang kurang tepat dalam menyampaikan materi. Dari

sini maka seorang guru matematika dituntut untuk bisa menciptakan model

pembelajaran yang menarik bagi siswa, agar dalam proses belajar siswa tidak

1

Page 2: Jurnal Bu Sulastri

merasa jenuh dengan materi yang disampaikan serta dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa.

Salah satu model pembelajaran Kooperatif adalah model TGT (Team

Game Tournament) yaitu pembelajaran yang menuntut siswa untuk saling

bekerjasama dalam kolompoknya untuk sukses bersama, sedangkan guru

merupakan fasilitator dan aktifitasnya disertai dengan perlombaan (game) yang

menuntut siswa untuk bersaing secara sehat dengan siswa kelompok lain

(Widdiharto, 2008:12).

Adapun tahap-tahap pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Team Game

Tournament) menurut (Widdiharto, 2008:21) adalah: (1) Teacher Presentation, (2)

Pembentukan kelompok heterogen, (3) Team Study, (4) Kelompok Tournament,

dan (5) Team Recognition.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran

kooperatif tipe TGT ( Team Game Tournament ) yang dapat meningkatkan

prestasi belajar pokok bahasan pecahan pada siswa kelas III SDN 1 Suruhankidul

Kecamatan Bandung, Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika pembelajaran

Kooperatif tipe TGT ( Team Game Tournament ) diterapkan pada pokok bahasan

pecahan maka prestasi belajar siswa kelas III SDN 1 Suruhankidul Kecamatan

Bandung Tulungagung akan meningkat.

Hasil Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi: (1)

siswa lebih mudah memahami pelajaran matematika dan dapat meningkatkan

hasil belajarnya, (2) guru, menjadi pertimbangan dalam melakukan pembelajaran

matematika pokok bahasan yang lain, (3) penulis dapat memberikan pengalaman

sehingga dapat mengetahui bagaimana model pembelajaran matematika dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa, (4) kepala sekolah, dapat dijadikan acuan

dalam membuat kebijakan tentang peningkatan mutu sekolah.

KAJIAN PUSTAKA

Belajar dapat dirumuskan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang

relatif menetap sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang telah lalu, dan

perubahan itu terjadi karena adanya proses belajar”. (Dimyati, 2006:102).

2

Page 3: Jurnal Bu Sulastri

Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil tertinggi dalam

belajar yang tercapai menurut kemampuan anak dalam mengerjakan sesuatu pada

saat tertentu”. (Sumarno, 2010:33).

Model pembelajaran sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa yang

nantinya akan berdampak pada hasil yang dicapai siswa dalam belajar. Oleh

karena itu suasana pembelajaran yang menyenangkan akan mendukung siswa

dalam mencapai tujuan belajarnya.

Terdapat beberapa macam metode belajar kooperatif yang telah

dikembangkan para ahli pendidikan diantaranya adalah Students Team

Achivement Divisions (STAD), Team Game Tournament (TGT), Jigsaw, Team

Assisted Individualization (TAI) dan Group Investigation (GI).

Pada penelitian ini dipilih model pembelajaran TGT dengan asumsi bahwa

untuk anak seusia SD kelas III masih senang dengan permainan dan perlombaan

sehingga diharapkan pembelajaran model TGT ini cocok bagi siswa kelas III.

Adapaun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game

Tournament) secara rinci akan diuraikan sebagai berikut .

1. Teacher Presentations

a. Dalam awal pembelajaran guru menyampaikan tujuan, Kompetensi

Dasar atau Indikator yang akan dicapai.

b. Selain itu guru juga harus memberikan motivasi terhadap materi yang

disampaikan.

2. Pembentukan kelompok heterogen

Dalam pembentukan kelompok jumlah anggota tiap kelompok berkisar antara

4-5 orang yang terdiri atas 1 siswa berkemampuan tinggi 2 siswa

berkemampuan sedang dan 1 siswa berkemampuan rendah, serta jenis kelamin

yang heterogen.

3. Team Study

Di sini siswa duduk dan melakukan diskusi dengan bahan ajar yang sudah

disediakan (dapat berupa LKS) dimana materi diskusi adalah materi yang akan

dibuat tournamen.

4. Kelompok Tournamen

1. Guru menyusun kelompok tournamen sesuai kemampuan anggota team.

2. Menyediakan meja tournamen sesuai jumlah kelompok tournamen.

3

Page 4: Jurnal Bu Sulastri

3. Menyediakan kartu soal, kartu jawaban dan kartu poin pada tiap meja

tournamen.

Tim A

Tim B Tim C

Bagan 1. Pembagian siswa dalam meja turnamen

Keterangan bagan :

1) Masing-masing tim terdiri dari 4-5 siswa dengan aturan yaitu misalkan tim

A terdiri dari 4 siswa yaitu A1, A2, A3 dan A4. Begitu pula tim B, tim C

dan seterusnya. Tim ini disebut sebagai kelompok belajar.

2) A1, B1, dan C1 saling dipertandingkan di meja 1 karena ketiganya

mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan tinggi semua.

3) A2, B2, dan C2 dipertandingkan di meja 2 karena ketiganya mempunyai

kemampuan yang sama yaitu berkemampuan sedang 1 semua.

4) A3, B3, dan C3 dipertandingkan di meja 3 karena ketiganya mempunyai

kemampuan yang sama yaitu berkemampuan sedang 2 semua.

5) A4, B4, dan C4 dipertandingkan di meja 4 karena ketiganya mempunyai

kemampuan yang sama yaitu berkemampuan rendah semua.

5. Team Recognition

Adalah pemberian award kepada tim yang memenuhi kriteria.

Cara Turnamen:

4

A1 A2 A3 A4

C1 C2 C3 C4 B1 B2 B3 B4

Meja 2Meja 1 Meja 3 Meja 4

Page 5: Jurnal Bu Sulastri

Sebelum turnamen diadakan, guru membagi siswa dalam meja-meja

turnamen. Kemudian guru membagikan satu set perangkat turnamen kepada

masing-masing kelompok. Satu set perangkat turnamen terdiri dari : soal

turnamen, kartu soal, lembar jawaban, dan lembar skor turnamen. Untuk lembar

jawaban sebaiknya dipegang oleh guru untuk menghindari kecurangan yang

mungkin dilakukan oleh siswa. Dalam turnamen ini yang bertanding adalah antar

anggota dalam satu meja turnamen bukan antar meja turnamen.

Bentuk turnamen akan diuraikan sebagai berikut .

1. Pada meja turnamen disiapkan satu set perangkat pembelajaran yang sama

untuk semua meja turnamen.

2. Guru menunjuk satu siswa untuk mengocok kartu, nomor soal yang keluar

merupakan nomor soal yang harus dikerjakan dalam meja tersebut. Kemudian

yang bertugas mengocok kartu membacakan pada anggota lainnya dalam satu

meja.

3. Jika soal pertama selesai dikerjakan oleh salah satu anggota dalam meja

turnamen maka segera mungkin menyesuaikan jawaban dengan lembar

jawaban dengan lembar jawaban yang ada pada guru, jika benar akan

mendapatkan skor. Misalkan pada saat yang bersamaan, ada dua atau lebih

siswa yang bersaman maju ke depan maka yang benar dan tercepat yang

menang dan mendapat bintang.

4. Siswa yang mendapat skor menuliskan skornya pada lembar skor turnamen

yang telah disediakan.

5. Bagi meja yang telah menyelesaikan soal pertama, segera lanjutkan ke soal

berikutnya. Kemudian pertandingan dilanjutkan seperti pada langkah 2 sampai

4.

6. Jika semua kelompok sudah selesai maka guru bertugas mengumpulkan

lembar skor turnamen. Nilai yang diperoleh dalam anggota dalam turnamen

akan digabungkan dengan skor angota kelompoknya yang lain. Kemudian

ditotal dan dirata-rata.

7. Pemberian penghargaan kepada kelompok.

Setelah pertandingan selesai maka skor total kelompok akan dihitung. Tiga

kelompok yang mendapat skor tertinggi akan menjadi juara 1, 2 dan 3. Jika ada

skor yang sama maka akan diadakan turnamen tambahan. Juara 1, 2 dan 3 akan

5

Page 6: Jurnal Bu Sulastri

mendapat penghargaan berupa hadiah yang bisa berbentuk benda, sertifikat atau

makanan kesukaan.

Pada penelitian tindakan kelas ini model yang digunakan adalah model

Kemmis dan Mc.Taggart. Model ini dalam perencanaannya menggunakan sistem

spiral refleksi diri yang dimulai dengan: (1) penyusunan rencana, (2) pelaksanaan

tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi

Alur pelaksanaan tindakan kelas disajikan seperti dalam bagan berikut :

Bagan 2. Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas

Tahap Penelitian

Kegiatan pra-Tindakan

Dalam hal ini peneliti menemukan beberapa permasalahan diantaranya

prestasi belajar siswa rendah serta kurangnya semangat dalam belajar. Anak lebih

suka bermain sendiri daripada mendengarkan materi yang disampaikan oleh

6

Kegiatan Pra-Tindakan Analisa dan temuan studi Pendahuluan

Pelaksanaan tindakan siklus ke-n

Rencana tindakanSiklus ke-n

Pengamatan / ObservasiSiklus ke-n

Analisis dan RefleksiSiklus ke-n

Belum berhasil

Berhasil Laporan

Page 7: Jurnal Bu Sulastri

gurunya. Pada kegiatan Pra-Tindakan ini, hal yang akan peneliti lakukan

diantaranya adalah: (1) pemilihan lokasi penelitian, (2) menentukan subjek

penelitian, (3) membuat soal tes awal, dan (4) melakukan tes awal.

Kegiatan Pelaksanaan Tindakan

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah peneliti bersama dengan guru

membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa

(LKS), lembar observasi, pembentukan kelompok belajar, penyusunan soal

turnamen.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap ini merupakan langkah pelaksanaan rencana yang telah disusun

peneliti bersama guru. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: (1)

Guru melakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah

dibuat, dan (2) observer mengadakan pengamatan dan menggunakan format

observasi, format lapangan dan melakukan refleksi terhadap tindakan melalui

diskusi.

c. Pengamatan

Kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan pada saat pelaksanaan

pembelajaran. Tujuan diadakan pengamatan untuk mengenali,

mendokumentasi semua indikator baik proses maupun hasil perubahan yang

terjadi akibat dari tindakan yang direncanakan.

d. Refleksi

Hasil yang diperoleh dari tahap observasi kemudian dianalisis pada

tahap ini. Dari data hasil observasi dapat dilihat apakah tindakan yang

dilakukan sudah berhasil atau belum. Hasil yang akan dijadikan acuan untuk

merencanakan siklus berikutnya.

Setiap tindakan dikatakan berhasil apabila memenuhi dua kriteria

keberhasilan yaitu kriteria keberhasilan proses dan kriteria keberhasilan hasil

belajar (Suharsimi Arikunto,1997). Kriteria keberhasilan proses ditinjau dari :

1) Penilaian hasil observasi pada aktivitas guru maupun siswa menunjukkan

skor 50% < NR ≤ 75% atau taraf keberhasilan baik.(Suharsimi, 1999:36)

2) Tidak ada catatan lapangan perbaikan tindakan.

7

Page 8: Jurnal Bu Sulastri

Sedangkan kriteria keberhasilan belajar dapat ditinjau dari hasil tes, telah

memenuhi syarat ketuntasan, diantaranya .

1) Ketuntasan individual : skor ≥ 65

2) Ketuntasan klasikal : persentase ≥ 75% ( Suharsimi, 1999:32)

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas III semester genap tahun

pelajaran 2012/2013 di SDN 1 Suruhankidul yang beralamat di Desa

Suruhankidul Kecamatan Bandung Kabupaten Tulungagung.

Data dan Sumber Data

Data yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah

data primer. Data primer adalah data yang langsung diperoleh peneliti dari sumber

data, yang meliputi data primer adalah: (1) hasil observasi yang berkaitan dengan

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, (2) Hasil kerja di LKS, dan (3) hasil

tes formatif yang tediri dari dua macam yaitu tes sebelum tindakan dan tes

disetiap akhir tindakan.

Prosedur Pengumpulan Data

Data yang didapat dari tes tertulis berupa tes hasil belajar siswa yang

meliputi skor hasil tes pengetahuan prasarat yang diberikan sebelum tindakan,

hasil tes pada setiap akhir tindakan siklus 1 dan siklus 2 digunakan untuk

memperoleh gambaran hasil belajar siswa setelah pembelajaran dilaksanakan.

Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa digunakan rumus :

Persentase ketuntasan individu

%X = x 100% (Suharsimi,1999:32)

%X = presentase ketuntasan individu

X1 = jumlah skor yang dicapai siswa

N = jumlah skor ideal

Persentase ketuntasan kelas

%X = x 100%

8

Page 9: Jurnal Bu Sulastri

%X = presentase ketuntasan kelas

X1 = jumlah siswa yang tuntas individual

N = jumlah seluruh siswa

Hasil Penelitian

Tabel 1. Hasil tes awal ( tes pra tindakan )

No. AbsenSiswa Nama Siswa L/P Nilai Persentase

Ketuntasan1 A P 40 40%2 B P 50 50%3 C L 40 40%4 D L 70 70%5 E L 70 70%6 F L 30 30%7 G L 90 90%8 H P 40 40%9 I P 80 80%10 J L 70 70%11 K L 75 75%12 L L 35 35%13 M L 60 60%14 N L 70 70%15 O L 70 70%16 P L 60 60%17 Q P 50 50%18 R P 75 75%19 S P 80 80%20 T P 70 70%21 U P 100 100%22 V P 100 100%

Jumlah 1425Rata-rata 64,77 62,50%

Dari tabel di atas diperoleh bahwa terdapat 9 siswa atau 40,90%yang tidak tuntas

belajar dan 13 siswa atau 59,09% yang tuntas belajar.

Siklus ke-1

Pada siklus satu materi yang akan diajarkan adalah mengenai

membandingkan antara dua pecahan dengan alokosi waktu 2 kali pertemuan.

Pertemuan pertama untuk menyampaikan materi dan diskusi dan pertemuan ke

dua untuk game dan tes.

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Siklus 1

No Kode Nama Siswa Skor Presentase Kriteria

9

Page 10: Jurnal Bu Sulastri

Absen Ketuntasan Ketuntasan1 A 70 70% Tuntas2 B 70 70% Tuntas3 C 50 50% Tidak tuntas4 D 90 90% Tuntas5 E 70 70% Tuntas6 F 50 50% Tidak tuntas7 G 90 90% Tuntas8 H 80 80% Tuntas9 I 100 100% Tuntas10 J 80 80% Tuntas11 K 70 70% Tuntas12 L 60 60% Tidak tuntas13 M 90 90% Tuntas14 N 70 70% Tuntas15 O 80 80% Tuntas16 P 60 60% Tidak tuntas17 Q 90 90% Tuntas18 R 70 70% Tuntas19 S 80 80% Tuntas20 T 70 70% Tuntas21 U 80 80% Tuntas22 V 100 100% Tuntas

Jumlah 1690Rata-Rata 76,81

Dari hasil tes pada siklus 1 ini bisa diperoleh bahwa nilai siswa meningkat

dari tes sebelumnya yaitu dengan rata-rata kelas 76,81. Dengan ketuntasan

81,81% yang berarti kelas tersebut telah mencapai ketuntasan secara klasikal.

Ketuntasan belajar tidak mencapai 100% karena masih ada 4 orang siswa yang

mendapat nilai antara 50-60.

Refleksi

Dari hasil pengamatan pada siklus ke-1 ini bisa dilihat bahwa hasil tes

yang diperoleh siswa lebih meningkat dibanding dengan hasil tes awal. Walaupun

hasil tes masih belum begitu memuaskan karena masih ada 4 siswa yang

mendapat nilai antara 50-60 dan masih banyak kekurangan-kekurangan yang

harus diperbaiki. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus ke-1 dapat diketahui

bahwa pada siklus ini ditemukan kekurangan-kekurangan sebagai berikut: (1)

Kurangnya aktifitas siswa saat kerja kelompok dikarenakan siswa tidak terbiasa

belajar kelompok, (2) Masih ada siswa yang bingung dengan pengarahan materi

oleh guru karena berbicara sendiri dengan temannya, (3) Banyak siswa yang

10

Page 11: Jurnal Bu Sulastri

bingung mencari temannya saat siswa pindah ke meja turnamen, dan (4) Masih

ada siswa yang meminta bantuan kepada temannya saat permainan game.

Dari hasil refleksi ini diberikan tindakan perbaikan yang akan

dilaksanakan pada siklus berikutnya. Tindakan perbaikan tersebut antara lain: (1)

Lebih memberikan semangat atau motivasi kepada siswa untuk saling bekerja

sama demi keberhasilan kelompok, (2) Berusaha menenangkan siswa terlebih

dahulu sebelum guru memberikan pengarahan, (3) Meminta siswa untuk mencatat

dan menghafal anggota kelompoknya di meja turnamen, dan (4) Guru bersama

peneliti harus ikut mengawasi jalannya game.

Siklus ke-2

Hasil belajar siswa pada sisklus 2 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Hasil Belajar Siswa Siklus 2

NoAbsen Nama Siswa Skor Presentase

KetuntasanKritria

Ketuntasan1 A 70 70% Tuntas2 B 70 70% Tuntas3 C 50 50% Tidak tuntas4 D 80 80% Tuntas5 E 100 100% Tuntas6 F 60 600% Tidak tuntas7 G 100 100% Tuntas8 H 70 70% Tuntas9 I 80 80% Tuntas10 J 80 80% Tuntas11 K 80 80% Tuntas12 L 70 50% Tuntas13 M 100 100% Tuntas14 N 90 90% Tuntas15 O 100 100% Tuntas16 P 70 70% Tuntas17 Q 70 70% Tuntas18 R 90 90% Tuntas19 S 100 100% Tuntas20 T 90 70% Tuntas21 U 100 100% Tuntas22 V 100 100% Tuntas

Jumlah 1820Rata-Rata 82,72

Dari tabel di atas diperoleh bahwa nilai tes pada siklus 2 ini meningkat

dari pada sebelumnya baik sebelum diberi tindakan maupun pada siklus 1.

11

Page 12: Jurnal Bu Sulastri

Terdapat 2 siswa yang belum tuntas belajar dan 20 siswa tuntas belajar. Rata-rata

kelas yang diperoleh adalah 82,72. Walaupun tidak 100% siswa tuntas dalam

belajar tetapi ada peningkatan dalam siklus 2 ini.

Dari hasil observasi yang dilakukan pada materi ke-2 ini di dapatkan

bahwa proses pembelajaran secara keseluruhan berjalan lancar dan baik, serta

kurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya sudah dapat diperbaiki.

Sehingga dengan berakhirnya pembelajaran materi ke-2 ini, maka tindakan yang

dilakukan dianggap sudah cukup dan efektif, sehingga tidak akan dilanjutkan

dengan tindakan selanjutnya.

Pembahasan

Sesuai dengan hasil nilai tes, bisa dilihat pada tabel hasil belajar siswa

nampak bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus ke-1 nilai rata-

rata kelas diperoleh 76,81 dan presentase ketuntasan kelas 81,81% meningkat

daripada sebelum diberi tindakan yang hanya sebesar 64,77 terdapat 4 siswa yang

belum tuntas belajar dan 18 siswa yang tuntas belajar. Siklus ke-2 nilai rata-rata

kelas yang diperoleh adalah 82,72 dan presentase ketuntasan kelas 90,90%

terdapat 2 siswa yang belum tuntas belajar dan 20 siswa yang tuntas belajar

Dari data tersebut maka terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata dan

prestasi siswa yang tuntas belajar. Dengan demikian dapat dikatan bahwa siswa

mengalami kemajuan belajar dalam hal pemahaman materi pecahan yang

dibuktikan dari hasil hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa yang meningkat.

Berdasarkan refleksi pada siklus ke-1 diperoleh adanya siswa yang belum

tuntas belajar disebabkan karena saat disampaikan materi pelajaran oleh guru ada

beberapa siswa yang ramai.Serta kurangnya aktifitas siswa saat kerja kelompok

karena tidak terbiasa belajar kelompok.

Sedangkan pada siklus ke-2 proses berjalan dengan lancardan ini

dibuktikan dengan perolehan hasil belajar yang memuaskan yaitu terdapat 90,90%

siswa yang tuntas belajar. Terdapat 2 siswa yang tidak tuntas belajar dan 20 siswa

yang tuntas belajar.

Berdasarkan observasi pada siklus ke-1 diperoleh skor 53 untuk kegiatan

guru dalam pembelajaran Kooperatif dengan kategori “baik” dan skor 70 untuk

kegiatan siswa dalam pembelajaran Kooperatif dengan kategori “baik”. Walaupun

ada beberapa butir observasi yang belum bisa dilaksanakan dengan baik.

12

Page 13: Jurnal Bu Sulastri

Sedangkan pada siklus ke-2 diperoleh skor 67 untuk kegiatan guru dalam

pembelajaran Kooperatif dan skor 74 untuk kegiatan siswa dalam pembelajaran

Kooperatif.Dapat dikatakan pada siklus ke-2 ini kegiatan pembelajaran Kooperatif

dapat dikategorikan “sangat baik”

Dari pembahasan ini menunjukkan bahwa pembelajaran TGT (Team

Game Tournament) salah satu alternatif yang bisa digunakan dalam meningkatkan

hasil belajar siswa. Namun demikian dari proses penelitian yang dihasilkan maka

ada hal-hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam melaksanakan

pembelajaran tipe TGT karena pembelajaran tipe ini membutuhkan banyak waktu

dalam pelaksanaannya serta suasana kelas juga sangat ramai sehingga adanya

standar kompetensi yang sudah diterapkan dan harus dicapai oleh siswa dan dilain

pihak waktu yang disediakan juga terbatas oleh karena itu perlu memilih materi

yang tepat untuk pembelajaran tipe TGT ini.

Kesimpulan

Dari paparan data-data pembahasan serta temuan penelitian maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament)

dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas III SDN 1 Suruhankidul

Kecamatan Bandung Tulungagung tahun pelajaran 2012/2013.

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes pada siklus 1 dan siklus 2 yaitu

pada siklus 1 presentase ketuntasan kelas didapat 81,81 % dan siklus 2 ketuntasan

kelas mencapai 90,90%. Dari siklus 1 dan siklus 2 didapat peningkatan 10,1%.

Saran-Saran

Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, agar proses pembelajaran lebih

berkualitas dan hasil belajar siswa lebih optimal, maka disampaikan saran: (1)

bagi guru kelas, hendaknya perlu mempertimbangkan untuk menjadikan

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) ini agar diterapkan

untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dan (2) bagi siswa, untuk meningkatkan

prestasi belajar maka siswa diharapkan untuk lebih giat belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

13

Page 14: Jurnal Bu Sulastri

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah . Jakarta : Depdikbud.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Handoko, Tri.2006. Terampil Matematika 3. Yudistira

Lie, Anita.2002. Cooperatif Learning (Mempraktikakan Pembelajaran Diruang-ruang Kelas). Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Mariyam, Siti.2006. Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Malang dengan Metode Pembelajaran Kooperatif TGT (Team Game Tournament). Malang : Universitas Negeri malang.

Nurhadi dkk. 2005. Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning / CTL ) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang.

Rachman, Saiful dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surabaya : SIC kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur.

Salam, Burhanuddin. 2004. Cara Belajar yang Sukses di PT. Jakarta : Rineka Cipta.

Simanjuntak, Lisnawati. 2009. Metode Mengajar Matematika I. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukahar, Sumarno. 2010. Matematika 3 Mari Berhitung untuk Sekolah Dasar Kelas 3. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Sukidin dkk. 2008. Manajemen Penelitian Kelas. Jakarta : Insan Cendekia

Widdiharto, Rahmadi. 2008. Model-model Pembelajaran Matematika SMP. Jogyakarta: PPG Matematika Jogyakarta.

14