16
JURNAL PELAKSANAAN SANKSI PIDANA TERHADAP PRAJURIT TNI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA INSUBORDINASI Diajukan Oleh : YOHANES GATOT SIS UTOMO NPM : 100510292 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Peradilan dan Penyelesaian Sengketa UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2015

JURNAL - core.ac.uk · Militer adalah orang yang disiapkan ... dan diharuskan untuk bersikap disiplin dan patuh ... warga negara biasa dalam hal yang berhubungan pertahanan negara

  • Upload
    trandat

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

JURNAL

PELAKSANAAN SANKSI PIDANA TERHADAP PRAJURIT

TNI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA

INSUBORDINASI

Diajukan Oleh :

YOHANES GATOT SIS UTOMO

NPM : 100510292

Program Studi : Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Peradilan dan Penyelesaian

Sengketa

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

FAKULTAS HUKUM

2015

I. Judul : Pelaksanaan Sanksi Pidana Terhadap Prajurit TNI

Yang Melakukan Tindak Pidana Insubordinasi

II. Nama : Yohanes Gatot Sis Utomo, CH. Medi Suharyono,

S.H., M.Hum

III. Program Studi : Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya

Yogyakarta

IV. Abstract

The Indonesian Army has the main task to protect the sovereignty of the

Republic of Indonesia, for this duty, the soldiers are trained and educated to be high

discipline, professionals, and obedient to orders from superiors. Being discipline is

not all done by the soldiers, there are still some who commit acts of indisciplinary

and contains elements of criminal which example is insubordination.

Insubordination is one of the military offense sets in the Code of Military Criminal.

The problems examined in this study and its purpose is to determine the criminal

proceedings and obtain the data regarding the consideration of the judges in the

criminal sanction against soldiers who commit criminal acts of insubordination in

the scope of the Military Court.

Based on the problem formulation and the research objectives, the research method

used in this study is the normative legal research methods, namely legal research

conducted by examining the library materials or secondary data related to the

Military Law.

The study shown that: Firstly, criminal proceedings insubordination was the same

case with the handling of military offense in general, that is done through the

following stages: the stage of investigation, the submission of the case, the

examination at the trial, and the verdict. Secondly, one consideration of the judges

in giving judgment in insubordination case, for instance, is whether the perpetrator

was ever awarded in his career as a military personnel.

Keywords: criminal, Military Law, Insubordination, Indonesian Army personnels

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesuai apa yang disebutkan dalam Undang – Undang Dasar 1945 pasal 30 ayat

3 yaitu tentang Pertahanan dan Keamanan, Tentara Nasional Indonesia terdiri atas

Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat Negara bertugas

mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara.

Pasal tersebut menyimpulkan bahwa Tentara Nasional Indonesia kita memiliki

tugas pokok yaitu mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Militer adalah orang yang disiapkan untuk melaksanakan pembelaan keamanan

negara dengan menggunakan senjata atau bertempur, maka prajurit TNI dilatih,

dididik, untuk mematuhi perintah-perintah atau putusan tanpa membantah, dan

melaksanakan perintah-perintah atau putusan-putusan tersebut dengan cara yang

efisien dan efektif.1

Prajurit TNI yang dilatih, dididik, dan diharuskan untuk bersikap disiplin dan

patuh terhadap segala perintah atasan, ternyata tidak selamanya hal tersebut dapat

dilakukan sepenuhya oleh Prajurit TNI. Di lingkup Militer, masih ada prajurit TNI

yang mengabaikan sikap disiplin dan berujung pada sanksi pidana. Salah satu

tindakan Indisipliner Prajurit TNI tersebut adalah INSUBORDINASI. Parajurit

TNI juga dapat tunduk dengan hukum seperti halnya masyarakat pada umumnya,

1 Brigjen TNI Amiroeddin Sjarif,S.H., Disiplin militer dan pembinaanya,Jakarta,Ghalia Indonesia,1983,hlm.19

perbedaan hanya karena adanya beban kewajiban yang lebih banyak daripada

warga negara biasa dalam hal yang berhubungan pertahanan negara

Perbedaan ini membuat prajurit TNI memiliki hukum yang bersifat khusus

yang sifatnya lebih keras dan lebih berat untuk mengatur tingkah laku setiap

prajurit, sesuai asas Lex Specialist Derogat Legi Generale yang merupakan salah

satu asas hukum, yang mengandung makna bahwa aturan hukum yang khusus akan

mengesampingkan aturan hukum yang umum, dimana hukum yang bersifat khusus

tersebut adalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM)

sedangkan hukum yang bersifat umum tersebut adalah Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (KUHP).

Dari segala uraian di atas maka pentinglah bagi saya menulis penelitian hukum

di bidang hukum militer ini. Ada sebuah kekhususan hukum yang mengatur tentang

Prajurit TNI sehingga ada pembedaan sanksi dengan warga sipil yang berupa

pemberian sanksi Pidana. Militer adalah suatu instansi yang sangat menjunjung

tinggi kedisiplinan serta rasa hormat dan taat terhadap atasan seperti yang dituliskan

dalam Sapta Marga. Maka dari itu saya membuat sebuah judul penelitian hukum

yaitu “PELAKSANAAN SANKSI PIDANA TERHADAP PRAJURIT TNI

YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA INSURBORDINASI”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimanakah proses beracara pidana di lingkup Pengadilan Militer dalam

menangani tindak pidana Insubordinasi?

2. Apa saja pertimbangan Majelis Hakim di Pengadilan Militer dalam

memberikan sanksi pidana terhadap prajurit TNI yang melakukan tindak

pidana Insubordinasi?

C. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode penelitian

hukum normatif. Menurut Soerjono Soekanto yang dimaksud dengan

penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan

cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.2

Serta di dukung dengan Wawancara yaitu mengajukan pertanyaan kepada

narasumber tentang objek yang akan diteliti berdasarkan pedoman

wawancara yang telah disusun sebelumnya untuk mendapatkan informasi

yang diinginkan.

BAB II : SANKSI PIDANA TERHADAP PRAJURIT TNI YANG

MELAKUKAN TINDAK PIDANA INSUBORDINASI

A. Tinjauan Umum Mengenai Hukum Pidana dan Hukum Pidana Militer

2 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif :Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 13

1. Tujuan Hukum Pidana

Mengenal tujuan hukum pidana dikenal dua aliran, yaitu :

1. Untuk menakut-nakuti setiap orang jangan sampai melakukan

perbuatan yang tidak baik (aliran klasik);

2. Untuk mendidik orang yang telah pernah melakukan perbuatan tidak

baik menjadi baik dan dapat diterima kembali dalam kehidupan

lingkungannya (aliran modern).3

2. Pengertian tentang Militer dan Prajurit

Militer berasal dari kata “Miles” dalam bahasa Yunani berarti orang

yang bersenjata yang siap bertempur yaitu orang-orang yang sudah terlatih

untuk menghadapi tantangan atau ancaman pihak musuh yang mengancam

keutuhan suatu wilayah atau negara.4

Prajurit sesuai dalam Pasal 1 Angka 13 Undang-Undang Nomor 34 Tahun

2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia merupakan anggota Tentara

Nasional indonesia.

3. Pengertian tentang Hukum Militer dan Pidana Militer

Hukum militer Indonesia merupakan bagian dari hukum nasional.

Norma-norma hukum militer Indonesia pada hakekatnya merupakan bagian

dari hukum perdata, hukum tata negara, hukum tata usaha negara, hukum

3 Prof. Dr. Teguh Prasetyo, S.H.,M.Si.,Hukum Pidana, Jakarta,PT. RAJAGRAFINDO PERSADA,2012,hlm9 4 http://worldmilitarybest.blogspot.com/2013/02/pengertian-militer.html ,apa itu militer ?(pengertian militer), tanggal 22 november 2013

pidana dan hukum internasional yang khusus mengenai kehidupan militer

Indonesia dan TNI. 5

Dari uraian di atas, hukum militer di Indonesia melahirkan berbagai

bidang hukum salah satunya adalah Hukum Pidana Militer. Hukum pidana

Militer adalah ketentuan hukum yang mengatur seorang militer tentang

tindakan-tindakan mana yang merupakan pelanggaran atau kejahatan atau

merupakan larangan atau keharusan dan diberikan ancaman berupa sanksi

pidana terhadap pelanggarnya.6

4. Perbandingan antara pasal 10 KUHP dengan pasal 6 KUHPM

mengenai Stelsel Pidana

Perbandingan antara Pasal 10 KUHP dengan Pasal 6 KUHPM terdapat

perbedaan yaitu Pada hukuman pokok yang di atur didalam KUHP, pada

butir 4 terdapat hukuman denda, sedangkan di dalam Pasal 6 KUHPM tidak

terdapat tentang hukuman denda tersebut, bukan berarti terhadap militer

tidak dapat dijatuhi hukuman denda, maka bagi militer tersebut

diberlakukan ketentuan KUHP tentang denda. Kecuali dalam pertimbangan

Hakim si pelanggar tidak dapat membayar denda yang dijatuhkan, maka

bagi yang bersangkutan dijatuhkan hukuman kurungan pengganti denda

sebagaimana dimaksud dalam KUHP.7

5 Prof. Dr. A.S.S. Tambunan, S.H., Hukum Militer Indonesia, Jakarta, Pusat Studi Hukum Militer, 2013, hlm. 49-50 6 Ibid. hlm.89 7 Mochtar Faisal salam, Hukum Pidana Militer Di Indonesia, Bandung, Mandar Maju, 2006,hlm 59-60

B. Tinjauan Umum Mengenai Tindak Pidana Insubordinasi

1. 1. Pengertian tentang Tindak Pidana Militer

Tindak pidana militer yang diatur di dalam KUHPM dibagi menjadi dua

bagian yaitu tindak pidana militer murni (Zuiver Militaire Delict) dan tindak

pidana militer campuran (Gemengde Militerire Delict). Pengertian dari

kedua tindak pidana militer di atas sebagai berikut :

1. Tidak pidana militer murni (Zuiver Militaire Delict) adalah suatu

tindak pidana yang hanya dilakukan oleh seorang militer, karena

sifatnya khusus militer. Contoh dari tindak pidana militer murni

adalah tindak pidana Insubordinasi.

2. Tindak pidana militer campuran (Gemengde Militerire Delict)

adalah suatu perbuatan terlarang yang sebenarnya sudah ada

peraturannya, hanya peraturan itu berada pada perundang-undangan

yang lain. Sedangkan ancaman hukumannya dirasakan terlalu ringan

apabila perbuatan itu dilakukan oleh seorang militer. Perbuatan yang

telah diatur perundang-undangan lain yang jenisnya sama, diatur

kembali di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer

disertai ancaman hukuman yang lebih berat, disesuaikan dengan

kekhasan militer.

2. Jenis-Jenis Tindak Pidana Insubordinasi

Tindak Pidana Insubordinasi diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana Militer (KUHPM). Penulis akan membahas mengenai tindak

pidana militer insubordinasi yang diatur dalam Pasal 105-109 KUHPM

buku kedua tentang kejahatan-kejahatan dan termasuk dalam Bab IV

Kejahatan-Kejahatan Pengabdian. Dapat digaris bawahi bahwa

Insubordinasi terbagi atas lima jenis yang meliputi Insubordinasi dengan

tindakan nyata mengancam dengan kekerasan, Insubordinasi dengan

tindakan nyata menyerang dan melawan dengan kekerasan, Insubordinasi

dengan tindakan nyata yang direncanakan terlebih dahulu, Insubordinasi

dengan pelaku dua orang atau lebih secara bersatu (muiterij) dan terakhir

adalah Insubordinasi dan muiterij dalam keadaan khusus tertentu.

C. Pelaksanaan Sanksi Pidana Terhadap Prajurit TNI Yang Melakukan

Tindak Pidana Insubordinasi

1. Proses Beracara Pidana Di Pengadilan Militer dalam Menangani Tindak

Pidana Insubordinasi

Sesuai ketentuan Undang-Undang No.31 tahun 1997 tentang peradilan

militer dan hasil wawancara dengan wakil kepala Pengadilan Militer II/11

Yogyakarta, proses penyelesaian tindak pidana insubordinasi di Pengadilan

Militer adalah sebagai berikut :

1. Tahap penyidikan

2. Tahap penyerahan perkara

3. Tahap pemeriksaan di sidang Pengadilan Militer

4. Tahap Pelaksanaan Putusan

2. Pertimbangan Majelis Hakim di Pengadilan Militer Dalam

Memberikan Sanksi Pidana Terhadap Prajurit TNI yang melakukan

Tindak Pidana Insubordinasi

Majelis hakim di Pengadilan Militer dalam memutus perkara

insubordinasi selalu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Prajurit yang bersangkutan dinilai melanggar Sapta Marga dan

Sumpah Prajurit karena melakukan perbuatan yang melawan

atasan, hal itu jelas melanggar asas komando.

b. Pelaku insubordinasi dianggap tidak mencerminkan perilaku

prajurit yang terikat kepada aturan kedinasan.

c. Pernah tidaknya pelaku mendapatkan penghargaan dalam karirnya

sebagai militer.

Disamping pertimbangan pokok diatas Majelis Hakim pun juga

memperhatikan faktor umum yang dapat meringankan atau memberatkan

terdakwa.

3. Analisis Putusan Kasus Tindak Pidana Insubordinasi pasal 106

KUHPM

Pada intinya kasus ini merupakan pemukulan yang dilakukan oleh Prajuirit

TNI yang berpangkat KOPTU kepada Prajurit TNI yang berpangkat LETTU

dikarenakan terpancing emosi karena melihat secara langsung istri dari prajuirit

yang berpangkat KOPTU dipeluk oleh prajuirit TNI yang berpangkat LETTU tadi.

BAB III : PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di muka maka penulis

mengambil kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan sebagai berikut :

1. Proses beracara pidana di Pengadilan Militer dalam menangani Tindak Pidana

Insubordinasi ternyata tidak selalu sama dengan menangani tindak pidana

militer pada umumnya. Proses tersebut dilakukan melalui tahapan sebagai

berikut :

a. Tahap penyidikan oleh Oditur Militer atau ANKUM untuk mengumpulkan

bukti-bukti bahwa telah terjadi tindak pidana insubordinasi.

b. Tahap berikutnya adalah Tahap pelimpahan berkas perkara oleh penyidik

kepada Oditur militer untuk diserahkan kepada PAPERA. Dalam tahap ini

biasanya terjadi perbedaan pendapat antara PAPERA dan Oditur Militer,

disuatu sisi Oditur Militer menyatakan suatu kasus di selesaikan di

Pengadilan Militer dan di suatu sisi PAPERA menyatakan kasus tersebut

cukup diselesaikan di sidang disiplin militer saja. Sehingga proses

penyelesaian perkara suatu tindak pidana militer satu dengan yang lain

berbeda, bisa diselesaikan di Pengadilan Militer atau sidang disiplin di

kesatuan.

c. Apabila diteruskan ke Pengadilan Militer, setelah menerima berkas perkara

dari Oditur Militer, Pengadilan Militer menentukan TAPKIM dan

diteruskan menetapkan TAPSID.

d. Tahap pemeriksaan di persidangan Oditur Militer membacakan surat

Dakwaan, pembuktian dan penuntutan kemudian kepada Terdakwa

diberikan kesempatan untuk melakukan pembelaan, setelah itu dapat segera

dilaksanakan putusan.

2. Pertimbangan Majelis Hakim dalam memberikan putusan dalam Perkara

Insubordinasi sebagai berikut :

a. Prajurit yang bersangkutan dinilai melanggar Sapta Marga dan Sumpah

Prajurit karena melakukan perbuatan yang melawan atasan, hal itu jelas

melanggar Asas Komando.

b. Pelaku insubordinasi dianggap tidak mencerminkan perilaku prajurit yang

terikat kepada aturan kedinasan.

c. Pernah tidaknya pelaku mendapatkan penghargaan dalam karirnya sebagai

militer.

Disamping pertimbangan pokok diatas Majelis Hakim pun juga memperhatikan

faktor umum yang dapat meringankan atau memberatkan, faktor tersebut antara

lain :

a. Faktor meringankan :

Semasa dinas pelaku belum pernah melakukan tindak pidana militer atau

dikenai hukuman sidang disiplin.

b. Faktor memberatkan :

Pelaku adalah perwira senior yang seharusnya memberikan panutan yang

baik kepada prajurit yang memiliki pangkat lebih rendah.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di muka maka penulis dapat

memberikan saran sebagai berikut :

1) Bagi Hakim Militer sebaiknya dalam memeriksa pelaku Tindak Pidana

Insubordinasi harus melihat faktor yang meringankan dan memberatkan serta

menemukan fakta yang sebenarnya dalam persidangan sehingga dalam

memberikan putusan dapat secara adil .

2) Bagi Prajurit TNI sebaiknya lebih menghayati dan menjiwai apa yang tertulis

di dalam Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, karena kedua hal tersebut

merupakan pedoman dan semangat menjadi Prajurit TNI sejati yang dapat

menjunjung tinggi sikap disiplin.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Amiroeddin Sjarif,S.H.,1983, Disiplin militer dan pembinaanya, Ghalia Indonesia,

Jakarta.

A.S.S. Tambunan, S.H.,2013, Hukum Militer Indonesia, Pusat Studi Hukum

Militer, Jakarta.

Mochtar Faisal salam, 2006, Hukum Pidana Militer Di Indonesia, Mandar Maju,

Bandung.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif :Suatu

Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Teguh Prasetyo,S.H.,M.Si., 2012, Hukum Pidana, PT.RAJAGRAFINDO

PERSADA, Jakarta.

WEBSITE :

http://worldmilitarybest.blogspot.com/2013/02/pengertian-militer.html

,apa itu militer ?(pengertian militer), tanggal 22 november 2013

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 1945

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA MILITER

UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG

TENTARA NASIONAL INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN

MILITER

ARTIKEL/MAKALAH :

Makalah Kuliah Pidana Militer CH. Medi Suharyono, S.H, M.Hum