Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Identifikasi Alga Mikroskopis di Air Terjun Temam Kota Lubuklinggau
Oleh: Ade Dea Sintya.1, Eka Lokaria, M.Pd.Si.2, Harmoko, M.Pd.3
1 Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau2 dan 3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
ABSTRACT
This research entlited “Identifications of Microscopic Alga in the Temam Waterfall City of Lubuklinggau”. Formulations of the problem in this research is “ What are the types of microscopis alga that is in the Temam Waterfall City of Lubuklinggau. This research aim to identity the types of microscopic Alga that is in the Temam waterfall City of Lubuklinggau. This research used a survey method. The collections of data in the research thatis by the down diretly into the field. Data analysis that is technically a descriptive qualitative. Research result showed the Identifications of Microscopis Alga in the Temam Waterfall City of Lubuklinggau found there are 17 genus of the divisions of 4 microscopic Alga consist of divisions Chlorophyta 7 genus i.e: Spirogyra, Ulothrix, Gonium, Microspora, Closterium, Cosmarium, Desmidium, Xanthophyta divisions 1 genus i.e: Tribonema, Crysophyta divisions 1 genus i.e: Chromulina, and Bacillariophyta divisions 8 genus i.e: Guinardia, Tabellaria, Eunotia, Asterionella, Frustulia, Surirella, Synedra, and Navicula.
keywords: Identifications , Microscopic Alga, Temam Waterfall.
A. Pendahuluan
Biologi merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang
kehidupan makhluk hidup dari tingkat molekuler hingga organisme. Kajian ilmu
biologi tidak hanya sebatas teoritis dalam ruang kelas, tetapi juga kegiatan praktikum
di laboratorium. Apabila kita membicarakan tentang mikrobiologi maka tak dapat
disangkal, bahwa pemikiran kita akan selalau tertuju pada sekelompok organisme
mikroskopis yang memiliki tempat tertentu di alam (Ijong, 2015:01), dan organisme
tersebut dapat diamati dengan menggunakan mikroskop.
Salah satu yang dapat diamati di bawah mikroskop adalah alga mikroskopis,
Kasrina (2012:37) menyatakan alga mikroskopis/protista merupakan organisme yang
menyerupai tumbuhan atau lazim juga disebut dengan fitoplankton. Alga dapat
ditemukan pada habitat air tawar dan laut (Ijong, 2015:29). Salah satu perairan yang
terdapat di Sumatera Selatan tepatnya di kota Lubuklinggau, dalam kaitannya dengan
kota Lubuklinggau, kota Lubuklinggau merupakan salah satu tujuan wisata yang
potensial karena merupakan kawasan yang memiliki potensi wisata alam seperti air
terjun, salah satunya adalah air terjun Temam. Air terjun Temam merupakan kawasan
objek wisata alam berupa air terjun (Naib, 2015:04).
Wisata alam air terjun Temam yang menjadi salah satu kebanggaan kota
Lubuklinggau yang dijadikan sebagai pusat rekreasi bagi wisatawan, sektor pariwisata
merupakan salah satu sektor sumber pendapatan daerah di kota Lubuklinggau, dengan
demikian kota Lubuklinggau di tetapkan sebagai satu tujuan wisata, maka kegiatan
pariwisata di daerah ini cukup potensial menunjang pembangunan daerah. Dapat
dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata di kota Lubuklinggau pada
tahun 2014 sebanyak 150.306 orang (BAPEDA Kota Lubuklinggau, 2016:74).
Berdasarkan pengamatan (Observasi) peneliti, terhadap air terjun Temam
dengan banyaknya minat wisatawan berkunjung, maka pemerintah gencar melakukan
pembangunan di kawasan objek pariwisata untuk menarik minat wisatawan. Adanya
pembangunan tersebut dikhawatirkan akan merubah habitat asli terutama
keanekaragaman hayati yang berdomisili di area tersebut. Sementara itu peneliti
belum menemukan penelitian sebelumnya yang membahas tentang ragam jenis alga
mikroskopis di air terjun Temam kota Lubuklinggau.
Dari permasalahan-permasalahan yang ada, maka ditindaklanjuti dengan
melaksanakan penelitian untuk mengetahui Apa saja jenis alga mikroskopis yang ada
di air terjun Temam kota Lubuklinggau. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan
sebagai sumber informasi mengenai jenis-jenis alga mikroskopis yang terdapat di air
terjun Temam kota Lubuklinggau, di mana data yang di hasilkan, dapat di gunakan
sebagai sumber belajar dan dapat menjadi sumber referensi untuk penelitian lanjutan
tentang jenis-jenis alga mikroskopis.
B. Landasan Teori
1. Identifikasi
Hadiat (2004:165) mengemukakan bahwa identifikasi adalah mengenali suatu
benda atau makhluk hidup dengan mempelajari ciri-ciri khas yang dimilikinya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Poerwadarminta (2006:432) mengungkapkan
bahwa identifikasi adalah penetapan atau penentuan identitas orang benda dan
sebagainya. sedangkan menurut Muda (2006:262) mengungkapkan bahwa
indentifikasi merupakan bukti dan tanda kenal diri.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa identifikasi
merupakan proses pengenalan, menempatkan objek atau individu dalam suatu kelas
sesuai dengan karakteristik tertentu.
2. Alga Mikroskopis
Ijong (2015:32) menjelaskan alga mikroskopis sebagai berikut ciri alga
mikroskopis yaitu organisme bersel tunggal atau uniseluler, berenang bebas
bergerak dengan mengunakan flagella, membentuk rantai yang panjang atau
filamen. Pelczar (2013:241) mengemukakan bahwa banyak spesies ganggang
terdapat sebagai sel tunggal yang dapat berbentuk bola, batang, gada atau
kumparan. Spesies-spesies yang lain membentuk koloni-koloni. Klasifikasi alga
menurut Pratiwi (2008:50-54) dikelompokan menjadi 15 filum alga yaitu:
Cyanophyta, Rhodophyta, Euglenophyta, Cryptophyta, Pyrrophyta, Raphidophyta,
Haptophyta, Crysophyta, Xanthophyta, Chlorophyta, Eutigmatophyta,
Phaeophyta, Prasinophyta, Baccilariophyta dan Glaucophyta.
3. Faktor Lingkungan Pertumbuhan Alga Mikroskopis
Terdapat faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi atau
menghambat pertumbuhan alga mikroskopis dikarenakan batas toleransi
organisme hidup terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi antara lain suhu, oksigen
terlarut, klorofil-a dan kecerahan.
4. Air Terjun Temam Kota Lubuklinggau
Naib (2015:04) mengemukakan bahwa objek wisata air terjun Temam
berlokasi ± 11 km ke arah selatan dari pusat kota Lubuklinggau di kawasan
kelurahan air Temam kecamatan Lubuklinggau selatan I. Air terjun Temam
merupakan kawasan objek wisata alam berupa air terjun dengan ketinggian ± 12
meter.
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian survey yang menggambarkan tentang objek
yang diteliti dengan mengambil sampel pada air terjun Temam
kemudian mengukur parameter kualitas air dan mengindentifikasinya dengan melihat
adanya jenis alga mikroskopis yang hidup di air terjun Temam. Penelitian ini adalah
penelitian secara langsung dengan cara pengambilan sampel mengacu pada Fachru
(dalam Erdina, 2010:75) yaitu secara acak beraturan, dalam hal ini peneliti mengambil
sampel dari nomor-nomor subjek secara sistematis dengan jarak yang sama, kemudian
pengamatan sampel di miskroskop yang bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis alga
mikrokopis. Prosedur Penelitian dengan beberapa langkah kerja sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini di lakukan kegiatan persiapan alat, bahan dan persiapan
administrasi. Kegiatan persiapan alat dan bahan ditujukan untuk mencari alat dan
bahan yang akan dibutuhkan dalam kegiatan penelitian. Kegiatan administrasi
ditujukan untuk mempersiapkan surat izin peminjaman laboratorium Biologi
STKIP-PGRI Lubuklingau yang akan digunakan sebagai tempat untuk pengamatan
sampel, dan mempersiapkan surat izin ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota
Lubuklinggau yang bertujuan untuk memohon perizinan karena pengambilan
sampel akan dilakukan di kawasan pariwisata air terjun Temam kota
Lubuklinggau.
2 Tahap Pelaksanaan
a. Sampel penelitian di ambil secara observasi yaitu turun langsung ke lapangan,
dan dilakukan pengukuran parameter kualitas air.
b. Pengambilan sampel secara acak beraturan 9 titik lokasi pengamatan di air
terjun Temam dengan Pengambilan sampel dilakukan di pagi hari dengan
pengulangan selama 3 hari.
c. Pengambilan sampel dengan cara penyaringan dengan menggunakan plankton
net.
d. Sampel yang diambil kemudian dikemas ke dalam plastik.
e. Kemudian sampel penelitian dibawa ke laboratorium Biologi STKIP-PGRI
Lubuklinggau untuk diamati.
f. Sampel dimasukan di dalam botol kemudian sampel air diambil dengan
mengunakan pipet tetes dan diteteskan di gelas objek yang sebelumnya telah
dibersihkan dengan alkohol 70% dan ditutup dengan gelas penutup.
g. Kemudian diletakan di miskroskop untuk diamati.
h. Kemudian dilakukan identifikasi dengan mencocokan hasil yang didapat
dengan mengunakan literatur Biggs dan Kilory (2000), Botes (2003) dan
Bellinger dan Sigee (2010).
Data yang diperoleh kemudian di analisis secara deskriptif kualitatif. Deskriptif
kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.
Arikunto (2013:282) mengemukakan bahwa data kualitatif dinyatakan dalam kata-
kata atau simbol. Pendapat lain oleh Rahmat (2009:08) mengemukakan bahwa
Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik
bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan kewajaran atau sebagimana adanya.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil
1. Frustulia (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 4. Frustulia
Kingdom : ProtistaDivision : BacillariophytaKelas : BacillariophyceaeOrdo : NaviculalesFamili : FrustuliaceaeGenus : Frustulia
(Biggs, 2000)memiliki panjang 30-50 μm. memiliki sisi lebih bulat, dan lebih ramping. (Bellinger, 2010)
2. Tribonema (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 2. Tribonema
Kingdom : ProtistaDivision : XanthophytaKelas : Xanthophyceae Ordo : TribonematalesFamili : TribonemataceaeGenus : Tribonema
(Biggs, 2000)Tribonema membentuk filamentidak bercabang Dinding sel terdiri dari potongan H Kehadiran potongan H ini terlihat pada akhir rusak filamen.(Bellinger, 2010)
3. Ulothrix (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 3. Ulothrix
Kingdom : ProtistaDivision : ChlorophytaKelas : ChlorophyceaeOrdo : UlotricalesFamili : UlothricaceaeGenus : Ulothrix
(Biggs, 2000)Sel dalam kisaran yang terasa lebih pendek dari lebar mereka Setiap sel memiliki satu kloroplas membentuk lengkap baik atau parsial cincin di sekitar dalam dinding sel. (Biggs, 2000)
4. Closterium (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 1. Closterium
Kingdom : ProtistaDivision : ChlorophytaKelas : ChlorophyceaeOrdo : DesmidalesFamili : PeniaceaeGenus : Closterium
(Biggs, 2000)Sel memanjang dan meruncing ke arah akhir. Garis besar dapat berbentuk busur, berbentuk sabit. Sel-sel yang dibagi menjadi dua bagian tetapi tidak ada penyempitan median. Ada kedua sisi daerah pusat kloroplas masing-masing belawanan. (Bellinger, 2010)
5. Guinardia (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 5. Guinardia
Kingdom : ProtistaDivision : BacillariophytaKelas : BacillariophyceaeOrdo : BiddulphialesFamili : RhizosoleniiceaeGenus : Guinardia
(Botes, 2003) Sel silinder, katup datar dan hanya sedikit membulat di ujungnya (Botes, 2003)
6. Navicula (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 8. Navicula
Kingdom : ProtistaDivision : BacillariophytaKelas : BacillariophyceaeOrdo : NaviculalesFamili : NaviculaceaeGenus : Navicula
(Biggs, 2000)Blunt berbentuk cerutu biasanya 40-50 μm panjang dan 10 μm lebar. Khas dalam nya terdapat striae (garis) hampir sejajar(Biggs, 2000)
7. Surirella (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 10. Surirella
Kingdom : ProtistaDivision : BacillariophytaKelas : BacillariophyceaeOrdo : SurirellalesFamili : SurirellaceaeGenus : Surirella
(Biggs, 2000)Sisi Lebih kecil (atau sedikit bulat), ujung kerucut. Ukuran khas panjang 20- 30 μm dan sekitar lebar 10 μm. (Bellinger, 2010)
8. Gonium (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 6. Gonium
Kingdom : ProtistaDivision : ChlorophytaKelas : ChlorophyceaeOrdo : VolvocalesFamili : GoniaceaeGenus : Gonium
(Biggs, 2000)Koloni piring datar dari 4-16 (kadang-kadang 32) bulat telur dengan sel bulat flagella sel yang semua diarahkan ke bidang yang sama. Gonium Sel dalam koloni disusun dalam amplop agar-agar datar. Setiap sel memiliki dua sama panjang flagella. kloroplas adalah hijau dan berbentuk cawan dengan satu atau lebih pyrenoids (penyimpana cadangan makanan). (Bellinger, 2010)
9. Eunotia (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 7. Eunotia
Kingdom : Protista Division : Bacillariophyta Kelas : Bacillariophyceae Ordo : Eunotiales Famili : Eunotiaceae Genus : Eunotia
(Biggs, 2000)Bentuk Eunotia filamen pita seperti di mana ada dua kloroplas seperti lembaran setiap sel. Spesies different ukuran panjang dari 10 μm sampai 150 μm (Bellinger, 2010)
10. Tabellaria (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 9. Tabellaria
Kingdom : ProtistaDivision : BacillariophytaKelas : BacillariophyceaeOrdo : TabellarialesFamili : TabellariaceaeGenus : Tabellaria
(Biggs, 2000)Sel-sel persegi panjang atau tabel yang normal, kadang-kadang bersatuuntuk membentuk zig-zag koloni. Bila dilihat secara individual dan tidak sebagai bagian dari rantai katup sering menunjukkan wilayah tengah sangat bengkak. Sel tanpa costae tetapi memiliki septa internal yang yang dapat dilihat dengan jelas. (Bellinger, 2010)
11. Spirogyra (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 11. Spirogyra
Kingdom : ProtistaDivision : ChlorophytaKelas : ChlorophyceaeOrdo : Zygnematales Famili : ZygnemataceaeGenus : Spirogyra
(Biggs, 2000)Spirogyra memiliki sel-sel silinder yang bergabung ujung ke ujung untuk membentuk bercabang filamen. Kloroplas memiliki bentuk heliks.(Bellinger:2010)
12. Desmidium (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 12. Desmidium
Kingdom : ProtistaDivision : ChlorophytaKelas : ChlorophyceaeOrdo : ZygnemetalesFamili : DesmidiaceaeGenus : Desmidium
(Biggs, 2000)Desmidium adalah desmid filamen. Itu sel-sel dapat membentuk filamen panjang. Jika dilihat pada bagian melintang filamen berbrentuk segitiga. (Bellinger:2010)
13. Microspora (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 13. Microspora
Kingdom : ProtistaDivision : ChlorophytaKelas : ChlorophyceaeOrdo : MicrosporalesFamili : MicrosporaceaeGenus : Microspora
(Biggs, 2000)Microspora membentuk filamen tidak bercabang. Kloroplas muncul sebagai lapisan padat. Dinding sel yang khas lamellate dan berbentuk seperti ' H '. (Bellinger, 2010)
14. Chromulina (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 17. Chromulina
Kingdom : ProtistaDivision : CrysophytaKelas : ChrysophyceaeOrdo : ChromulinalesFamili : ChromulinaceaeGenus : Chromulina
(Bellinger, 2010)Sel bulat telur atau melengkung seperti pelat kloroplas, memiliki satu flagellum, panjang Sel 6-7 μm dan lebar 9-14 μm. (Bellinger, 2010)
15. Cosmarium (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 14. Cosmarium
Kingdom : ProtistaDivision : ChlorophytaKelas : ChlorophyceaeOrdo : DesmidalesFamili : DesmidiaceaeGenus : Cosmarium
(Biggs, 2000)bentuk sel oval untuk putaran. Kadang-kadang dengan sisi agak pipih sel-sel biasanya bulat (bentuk keseluruhan), dibagi untuk semicells dengan alur yang sempit di tengah-tengah antara dua bagian. (Bellinger, 2010)
16. Synedra (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 15. Synedra
Kingdom : Protista Division : Bacillariophyta Kelas : Bacillariophyceae Ordo : Fragilariales Famili : Fnigillariaceae Genus : Synedra
(Biggs, 2000)Synedra memanjang. Koloni Synedra stellata atau rantai pendek tetapi juga bisa hadir sebagai sel tunggal atau sebagai epifit yangmenempel. (Bellinger, 2010)
17. Asterionella (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 16.Asterionella
Kingdom : ProtistaDivision : BacillariophytaKelas : BacillariophyceaeOrdo : EunotialesFamili : FragilariaceaeGenus : Asterionella
(Biggs, 2000)sel panjang, meningkat padakedua ujungnya, lebih lanjut di salah satu ujung dari yang lain, sering terlihat bergabung disalah satu ujung untuk membuat bentuk bintang.(Bellinger, 2010)
18. (Perbesaran 10 X 40)
Gambar 18. (Belum diketahui)
Kingdom : ProtistaDivision : ChlorophytaKelas : ChlorophyceaeOrdoFamiliGenus
(Bellinger, 2010)Sel berkoloni memiliki bentuk sel seperti sabit dan memiliki selubung yang melapisi bentuk sel.
Dalam penelitian ini parameter kualitas air di air terjun Temam kota
Lubuklinggau yang terdiri dari faktor kimia dan fisika, untuk mengukur suhu di air
terjun Temam kota Lubuklinggau dan mengunakan alat pH meter untuk mengukur
pH air terjun Temam kota Lubuklinggau untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1. Parameter Kualitas Air
No Faktor Pengulangan Nilai1. Pengukuran kimia
pH air terjun TemamHari 1 8,6Hari 2 9,0Hari 3 8,9
Rata-rata pH 8,832. Pengukuran fisika
Suhu air terjun Temam
Hari 1 26oCHari 2 26oCHari 3 26oC
Rata-rata Suhu 26oC
2. Pembahasan
Hasil pengamatan jenis alga mikroskopis di air terjun Temam Kota
Lubuklinggau yang dilakukan dengan cara membandingkan karakteristik morfologi
antara hasil penelitian dengan buku identifikasi dan literatur sebagai acuan.
Literatur yang digunakan adalah Biggs dan Kilory (2000), Botes (2003) dan
Bellinger dan Sigee (2010), menghasilkan berbagai jenis dan bentuk keragaman
alga mikroskopis di air terjun temam kota Lubuklinggau menghasilkan 4 Divisi, 14
Ordo dan 17 Genus. Divisi yang mendominasi dan beragam di setiap sampel air
terjun temam adalah devisi Bacillariophyta yang terdiri dari 8 ordo dan yang paling
sedikit ditemukan pada divisi Crysophyta dan divisi Xanthophyta yang hanya
ditemukan 1 ordo. Walaupun Xanthophyta hanya ditemukan 1 ordo yaitu
Tribonema namun jenis Tribonema paling sering ditemukan di setiap sampel air
terjun Temam kota Lubuklinggau.
Jenis alga mikroskopis yang ditemukan di air terjun Temam kota
Lubuklinggau di hari pertama pada divisi Chlorophyta adalah Spirogyra, Ulothrix,
Gonium, dan Microspora. Pada divisi Xanthophyta yaitu Tribonema dan pada divisi
Bacillariophyta adalah jenis Surirella dan Synedra. Pada hari kedua jenis alga
mikroskopis yang ditemukan di air terjun Temam kota Lubuklinggau pada divisi
Chlorophyta adalah Spirogyra, Ulothrix, Gonium, Closterium, Cosmarium dan
Desmidium, serta terdapat jenis baru yang belum diketahui genusnya. Pada divisi
Xanthophyta hanya Tribonema yang ditemukan, dan pada divisi Bacillariophyta di
hari ke dua ditemukan empat jenis alga yang berbeda dari hari pertama yaitu
Guinardia, Tabellaria, Eunotia, dan Asterionella.
Pada hari ketiga ditemukan jenis alga yang terdapat di air terjun Temam
kota Lubuklinggau pada divisi Chlorophyta tidak ada perubahan dari hari pertama
dan kedua hanya saja pada hari ke tiga jenis Microspora tidak ditemukan. Pada
divisi Xanthophyta jenis yang ditemukan tidak ada perubahan dari hari pertama dan
kedua hanya terdapat satu jenis pada divisi Xanthophyta yaitu Tribonema, dan pada
divisi Bacillariophyta ditemukan Tabellaria, Eunotia, Asterionella, Surirella,
Synedra dan ditemukan jenis alga yang belum ditemukan pada hari pertama dan
kedua pada divisi Xanthophyta yaitu Frustulia dan Navicula. Pada hari ketiga
ditemukan divisi baru pada divisi Crysophyta yaitu Chromulina.
Parameter kualitas air menjadi faktor yang tidak kalah penting apabila
kualitas airnya optimal maka alga mikroskopis dapat hidup dengan stabil. Setelah
dilakukan pengukuran didapatkan nilai pH pada hari pertama 8,6 hari kedua 9,0 dan
hari ketiga 8,9 menurut Rukminasari (2014:28) perubahan tinggi rendahnya pH
dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun CO2 di dalam perairan, dan
didapatkan nilai rata-rata pH 8,83 dapat dikatakan produktif karena menurut
Pratiwi (2008:49) pH optimum berkisaran 4-11. Setelah dilakukan pengukuran
didapatkan nilai suhu air terjun Temam yang diamati adalah 26oC, dengan suhu
26oC dapat dikatakan bahwa suhu relatif normal untuk pertumbuhan fitoplankton,
menurut Pelczar (2013:246) suhu optimum bagi produktivitas fitoplankton di
wilayah perairan berkisar antara 20-30oC.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa hasil identifikasi alga mikroskopis di air terjun Teman kota Lubuklinggau
ditemukan 17 Genus dari 4 divisi alga mikroskopis yang terdiri dari divisi
Chlorophyta 7 genus yaitu: Spirogyra, Ulothrix, Gonium, Microspora, Closterium,
Cosmarium, Desmidium, divisi Xanthophyta 1 genus yaitu: Tribonema, divisi
Crysophyta 1 genus yaitu: Chromulina dan divisi Bacillariophyta 8 genus yaitu:
Guinardia, Tabellaria, Eunotia, Asterionella, Frustulia, Surirella, Synedra dan
Navicula. Keberadaan genus-genus alga mikroskopis ini berkaitan dengan parameter
kualitas air masih dalam batas toleransi pertumbuhan fitoplankton.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Perencana Pembangunan Daerah. 2016. Rencana Kerja Pemerintah Daerah.
Lubuklinggau: Pemerintah Kota Lubuklinggau.
Bellinger, E.G & Sigee, D.C. 2010. Freshwater Algae. UK. Jhon Wiley & Sons, Ltd.
Biggs, B.J.F & Kilroy,C. 2000. Stream Periphyton Monitoring Manual. Published By
Niwa For MFE.
Botes, L. 2003. Phytoplankton Identification Catalogue. Saldanha Bay South Africa:
GloBallast Monograph Series No. 7. IMO London.
Erdina, L., dkk. 2010. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Alga Mikroskopis Pada
Lumbah Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Wahana-Bio, 3, 72-91.
Hadiat, M.N & Sukarno, S. 2004. Kamus Sains. Jakarta: Balai Pustaka.
Ijong G.F. 2015. Mikrobiologi Perikanan dan Kelautan. Jakarta: Rineka Cipta.
Kasrina., dkk. 2012. Ragam Jenis Mikroalga di Air Rawa Kelurahan Bentiring Permai
Kota Bengkulu. Jurnal Exacta, 1, 36-44.
Muda. K. A. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Reality Publisher.
Naib, A. 2015. Data Base Pariwisata Kota Lubuklinggau 2015. Lubuklinggau: Dinas
Pariwisata Kota Lubuklinggau.
Pelczar, M. J. 2013. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid I. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-
Press).
Pratiwi, T S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Rahmat, S.P. 2009. Penelitian Kualitatif. Equilibrium, 5 (09), 1-8.
Rukminasari, N., dkk. 2014. Pengaruh Derajat Keasaman (pH) Air Laut Terhadap
Konsentrasi Kalsium dan Laju Pertumbuhan Halimeda sp. Torani Jurnal Ilmu
Kelautan dan Perikanan. 24, 28-34.